IMPLIKASI PEMEKARAN DAERAH TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Editor : Joko Suryanto
PUSAT PENELITIAN EKONOMI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2009 i
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd i
6/22/2010 6:15:59 PM
©2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI)
KATALOG DALAM TERBITAN PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH LIPI
Implikasi pemekaran daerah terhadap kesejahteraan masyarakat/ Penyunting, Joko Suryanto. - [Jakarta] : Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2009.
i-ix + 176 hlm: 15 cm x 21 cm
352 ISBN : 978-602-8659-25-3
Penerbit:
LIPI
LIPI Press, anggota Ikapi Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Widya Graha Lt. 4 - 5 Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12710 Telp: 021- 5207120 Fax: 021- 5262139
ii
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd ii
6/22/2010 6:16:11 PM
KATA PENGANTAR
Penelitian dengan judul “Implikasi Pemekaran Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat” merupakan salah satu kegiatan penelitian Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)-LIPI tahun 2009. Banyaknya daerah, dengan status daerah otonom baru sebagai hasil pemekaran wilayah menjadi dasar perlunya dilakukan pengkajian secara ilmiah terkait berbagai hal yang telah dicapai maupun kekurangan yang terjadi pada daerah otonom baru tersebut. Untuk menjawab hal itu, dilakukan kegiatan penelitian di Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat sebagai daerah otonom baru yang ditetapkan pada tahun 2001. Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk menemukan berbagai hal yang terjadi sebagai akibat perubahan status menjadi daerah otonom baru khususnya berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebelumnya pada bagian awal diulas secara sekilas mengenai pembentukan Kota Tasikmalaya dan perubahan ekonomi yang terjadi. Bagian berikutnya menjelaskan perubahan kesejahteraan masyarakat, berupa ketersediaan berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sebagai konsekuensi desentralisasi yaitu bidang pendidikan, kesehatan dan aparatur daerah (birokrasi) sebagai agen pembangunan. Laporan penelitian ini telah melalui tahapan berupa seminar, diskusi dan masukan beberapa narasumber yang kompeten untuk memperkaya informasi. Berdasar proses tersebut, maka laporan ini secara akademik dapat dipertanggungjawabkan. Namun tidak menutup kemungkinan laporan penelitian ini terdapat kekurangan diluar kemampuan kami.
i
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:i
6/22/2010 6:16:11 PM
Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, berkenaan dengan itu kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah Kota Tasikmalaya yang telah memberikan bantuan dalam penyediaan data pendukung. Kami juga sangat menghargai kerja keras dari para anggota tim penulis sehingga berhasil menyajikan laporan dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan maupun peneliti.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI (P2E-LIPI),
Drs. Darwin M.Sc. NIP.19551121 1983031 003
ii
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:ii
6/22/2010 6:16:11 PM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iii
DAFTAR ISI
v
....................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii DAFTAR GRAFIK ...............................................................................
xi
BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................
1
Oleh : Tim Peneliti ...............................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................
1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................
5
1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian.........................
6
1.4 Kerangka Pemikiran ....................................................
7
1.5 Metode Penelitian........................................................ 13 BAB 2
PROSES PEMEKARAN DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN ............................................................... 19 Oleh : Sukarna Wiranta ....................................................... 19 2.1 Pendahuluan ............................................................... 19 2.2 Proses Pembentukan Kota Tasikmalaya .................... 21 2.3 Tata Kelola Pemerintah Pasca Pemekaran ................ 25 2.4 Penutup ....................................................................... 33
iii
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:iii
6/22/2010 6:16:11 PM
BAB 3
PEREKONOMIAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ................................................................... 39 Oleh : Bahtiar Rifai .............................................................. 39 3.1 Pendahuluan ............................................................... 39 3.2 Perekonomian Daerah Otonom Baru dan Daerah Induk
41
3.3 Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Setelah Pemekaran .. 60 3.4 Penutup ........................................................................ 67 BAB 4
DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN ................ 75 Oleh : Jiwa Sarana .............................................................. 75 4.1 Pendahuluan................................................................ 75 4.2 Pelayanan Publik Bidang Pendidikan dalam Kerangka Desentralisasi ................................... 77 4.3 Perkembangan Bidang Pendidikan ............................ 79 4.4 Dampak Pemekaran Terhadap Pelayanan Publik Bidang Pendidikan ......................... 86 4.5 Penutup ....................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 98
BAB 5
PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN ................. 101 Oleh : Dhani Agung Darmawan........................................... 101 5.1 Pendahuluan ............................................................... 101 5.2 Dinamika Pelayanan Publik di Bidang Kesehatan ..... 106 5.3 Kebijakan Daerah di Bidang Kesehatan...................... 112 5.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Bidang Kesehatan ... 116
iv
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:iv
6/22/2010 6:16:11 PM
5.5 Penutup ....................................................................... 124 DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 128 BAB 6
EFEKTIVITAS ADMINISTRATUR PEMERINTAH PASCA PEMEKARAN KOTA TASIKMALAYA .................. 135 Oleh : Joko Suryanto........................................................... 135 6.1 Pendahuluan ............................................................... 135 6.2 Peran Pemerintah Dalam Penyediaan Pelayanan Publik Bagi Masyarakat ............................ 137 6.3 Pelayanan Publik dan Kesejahteraan ....................... 147 6.4 Penutup ...................................................................... 161 DAFTAR PUSTAKA..................................................... 163
BAB 7
KESIMPULAN .................................................................... 169 Oleh : Joko Suryanto........................................................... 169
v
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:v
6/22/2010 6:16:11 PM
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Urusan Wajib Kota Tasikmalaya......................................... 28
Tabel 2.2
Urusan Pilihan Kota Tasikmalaya....................................... 29
Tabel 2.3
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menutut Golongan (Agustus 2007) .................................................. 30
Tabel 3.3
Kontribusi Sektoral Perekonomian Kota Tasikmalaya (%) . 46
Tabel 3.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tasikmalaya (%) ........... 49
Tabel 3.5
Nilai LQ Sektoral Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2007 ...... 51
Tabel 3.7
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota Tasikmalaya ........................................................ 56
Tabel 3.8
Peranan Ekonomi Kota Tasikmalaya Terhadap Ekonomi Prop. Jawa Barat Tahun 2003-2007 (ADHK 2000 dalam persen) ............................................... 59
Tabel 3.9
Pendapatan Perkapita Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2007 ............................................................. 61
Tabel 3.10 Perbandingan Koefisien Gini Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat ............ 63 Tabel 3.11 Rasio Pengangguran Terhadap Total Penduduk dan Pengangguran Tingkat Propinsi ................. 66
vi
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:vi
6/22/2010 6:16:11 PM
Tabel 3.10 Perbandingan IPM Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat, Tahun 2003-2006 ........................................... 67 Tabel 4.1
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Tasikmalaya Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2003 dan Tahun 2008 (dalam persen) ........................................ 83
Tabel 4.2
Angka Putus Sekolah Kota Tasikmalaya Tahun 2002 dan Tahun 2008 (persentase) ............................................ 86
Tabel 4.3
Jumlah Ruang Kelas dan Guru Kota Tasikmalaya, Tahun 2005 – 2008 ............................................................ 87
Tabel 4.4
Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Daerah ............................................................. 91
Tabel 4.5
Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Alokasi Anggaran Pendidikan ............................................ 93
Tabel 4.6
Cut Of Point Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan ....................................................... 96
Tabel 5.1
Ukuran Mutu dan Kinerja Unit Pelayanan .......................... 106
Tabel 5.2
IPM Provinsi Jabar, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya...... 108
Tabel 5.3
Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan, Penduduk dan Rationya ..................................................... 109
Tabel 5.4
Penyediaan Jenis Sarana Kesehatan dan Kapasitas Tampung di Kota Tasikmalaya Tahun 2007 ....................... 111
Tabel 5.5
Indikator Kinerja Pembangunan, Tahun 2008-2012 ........... 116
vii
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:vii
6/22/2010 6:16:11 PM
Tabel 5.6
Cut off Point Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Bidang Kesehatan ............................................. 121
Tabel 5.7
Cut off Point Persepsi Masyarakat terhadap Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan ................................. 122
Tabel 5.8
Cut off Point Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Publik ................................................ 123
Tabel 6.1
Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Publik ............................................... 156
Tabel 6.2
Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Kehidupan Sosial Kemasyarakatan .................... 158
Tabel 6.3
Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Keamanan dan Ketertiban .................................. 160
viii
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:viii
6/22/2010 6:16:11 PM
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Kurva Biaya Produksi ...........................................................
8
Grafik 1.2 Efisiensi Ekonomi Dalam Penyediaan Barang Publik .......... 10 Grafik 3.2 Perkembangan Pengangguran Kota Tasikmalaya ............... 65 Grafik 4.1 Persentase Angka Melek Huruf Kota Tasikmalaya Tahun 2001 – 2008 ................................. 82 Grafik 5.1 Perkembangan Indek Kesehatan dan IPM Kota Tasikmalaya Tahun 2001-2007 ....................................107 Grafik 5.2 Perkiraan Pendapatan dan Belanja Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2012 ............................................115 Gambar 1.1
Alur Pikir Penelitian ..................................................... 12
ix
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:ix
6/22/2010 6:16:11 PM
x
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd Sec1:x
6/22/2010 6:16:11 PM
Pendahuluan
BAB 1 PENDAHULUAN Tim Peneliti
1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah daerah baru tidak terlepas dari semangat otonomi serta terbitnya PP. No. 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Keinginan yang kuat dari daerah terkait pelaksanaan kebijakan otonomi dan peluang yang ada berdasar PP No. 129 Tahun 2000, mengakibatkan banyak daerah melakukan usulan pemekaran dibandingkan penghapusan maupun penggabungan daerah. Semenjak Oktober 1999 hingga Januari 2008 telah terbentuk 7 Provinsi, 134 Kabupaten dan 23 Kota sebagai hasil pemekaran (Pratikno, 2008). Banyaknya daerah mengusulkan untuk melakukan pemekaran, oleh banyak pengamat diduga menjadi sarana sekelompok “elit lokal” untuk mendapatkan keuntungan atas pemekaran daerah. Dalam upaya memekarkan daerah harus dilakukan atas dasar masukan/keinginan masyarakat namun dalam prakteknya lebih banyak diinisiasi oleh “elit lokal”. Masyarakat dimobilisasi dalam ruang-ruang yang terbatas seperti forum seminar dan lokakarya atau forum sosialisasi (Effendy, 2008). 1
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 1
6/22/2010 6:16:11 PM
Tim Peneliti
Kondisi yang terjadi atas fenomena pemekaran daerah yang dilakukan oleh beberapa daerah karena adanya peluang untuk melakukan pemekaran (“pemecahan”) daerah. Menurut Taufiq C. Dawood (2007) ada dua alasan mengapa pemekaran banyak diusulkan oleh daerah. Pertama, desentralisasi memberikan dana yang lebih besar untuk dapat dikelola oleh setiap pemerintah daerah (khususnya Dana Alokasi Umum). Kedua, semangat Otonomi Daerah telah meningkatkan wewenang pemerintah daerah untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat daerah tanpa perlu memperoleh persetujuan Pemerintah di atasnya. Disamping dua alasan tersebut kiranya upaya pemekaran daerah dipandang sebagai terobosan untuk mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran daerah dilakukan pada beberapa daerah dimaksudkan agar terjadi peningkatan kemampuan pemerintah daerah, berupa makin pendeknya rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan (Effendy, 2008). Berdasarkan atas pemahaman dan alasan pemekaran tersebut pada hakekatnya tujuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal serta lebih khusus pemekaran tidak lain adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Oleh karena itu, tujuan mulia dilakukannya pembangunan daerah, dalam konteks pemekaran daerah adalah kesejahteraan. Berdasar Peraturan Pemerintah No. 129/2000, tentang persyaratan dan pembentukan daerah 2
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 2
6/22/2010 6:16:11 PM
Pendahuluan
pemekaran, untuk pembentukan provinsi minimal harus ada tiga (3) kabupaten/ kota, pembentukan Kabupaten/Kota minimal tiga (3) Kecamatan. Peraturan Pemerintah No. 129/2000 bila dicermati, tidak hanya menjelaskan tentang persyaratan pemekaran daerah tetapi juga penggabungan, penghapusan dan pengembalian daerah namun sejauh ini yang terjadi adalah pemekaran daerah. Pemerintah pada tahun 2007 melakukan revisi atas PP. No. 129/2000 menjadi PP. No. 78/2007, dimana untuk pembentukan sebuah provinsi paling tidak harus ada lima (5) Kabupaten/Kota, pembentukan Kabupaten minimal harus ada lima (5) Kecamatan, sedangkan untuk pembentukan Kota minimal harus ada empat (4) Kecamatan. Selain itu terdapat ketentuan tentang batas waktu daerah otonom baru dapat dimekarkan kembali jika telah berdiri selama sepuluh (10) tahun untuk Provinsi, dan tujuh (7) tahun untuk Kabupaten/Kota. Maksud dari revisi tersebut agar daerah yang berkeinginan melakukan pemekaran perlu mempertimbangkan berbagai persyaratan, dengan demikian diharapkan tidak mendorong untuk mengusulkan pemekaran dalam waktu yang singkat. Dalam kaitan dengan pemekaran, terdapat hal yang bertolak belakang atas fenomena pemekaran di Indonesia dengan beberapa negara lain. Beberapa negara lain seperti Denmark, Ontario-Kanada dan Victoria-Australia justru melakukan penggabungan wilayah atas dasar pertimbangan efisiensi. Sedangkan Yordania melakukan penggabungan atas dasar pembatasan biaya dan Jepang melakukan penggabungan atas alasan pelayanan yang lebih baik1. 1
Gabriele Farazzi, Pengalaman Internasional mengenai Reformasi Teretorial-Implikasi terhadap Indonesia, USAID – DRSP, Agustus 2007, halaman 6.
3
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 3
6/22/2010 6:16:11 PM
Tim Peneliti
Bila dibandingkan dengan fenomena pemekaran di beberapa negara lain dimana pembangunan suatu wilayah berdasar pertimbangan efisiensi maka beberapa daerah justru secara sukarela menyatakan bergabung dengan daerah lainnya. Lalu, mengapa di Indonesia justru pemekaran daerah yang terjadi dan bukan penggabungan atau pengembalian wewenang. Berdasarkan pemahaman tentang pemekaran yang terjadi saat ini dibanding dengan yang terjadi di beberapa negara maka peryataaan mendasarnya adalah : apakah pemekaran daerah telah didasarkan pada pertimbangan strategis bahwa nantinya setelah pemekaran terjadi maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat? Pertanyaan di atas sangat penting sebab tampaknya terdapat beberapa pihak yang menyangsikan korelasi antara pemekaran daerah dengan kesejahteraan masyarakat. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan peringatan, jangan sampai pemekaran daerah justru menambah beban pemerintah (Media Indonesia, 2006). Hal ini penting untuk dipahami sebab apa gunanya kalau ternyata pemekaran daerah tidak diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan hanya menambah beban anggaran Pemerintah Pusat. Perlu kiranya dimengerti bahwa anggaran pemerintah pusat walau dalam jumlahnya cukup besar tetapi sebenarnya sebagian besar telah dialokasikan untuk berbagai pengeluaran yang tidak dapat ditunda. Artinya, manuver fiskal menjadi sangat terbatas, terlebih jika harus memenuhi seluruh keinginan daerah. Dengan keterbatasan yang ada ini
4
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 4
6/22/2010 6:16:11 PM
Pendahuluan
beban tambahan harus dialokasikan untuk daerah pemekaran. Kalau hal ini sampai terjadi jelas bahwa konsep efisiensi telah terabaikan dalam pemekaran daerah. Dalam kerangka efisiensi pengelolaan pemerintah daerah kiranya mendesak untuk dipahami bahwa sebelum pemekaran daerah dilakukan, perhitungan yang akurat tentang manfaat dari pemekaran terhadap kesejahteraan dan pelayanan masyarakat perlu dijadikan sebagai pertimbangan.
1.2 Rumusan Masalah Pemekaran daerah dapat diartikan sebagai meningkatnya status pemerintah daerah yang dimekarkan, dari Kecamatan menjadi Kabupaten/Kota atau dari Kabupaten menjadi Propinsi. Peningkatan status ini tentu menimbulkan berbagai implikasi seperti diperlukannya jabatan baru yang lebih tinggi, diperlukannya anggaran pemerintah daerah yang lebih besar, pembangunan fisik yang lebih banyak, dan lain-lain. Dengan perkataan lain, peningkatan status berdampak terhadap wewenang serta anggaran pemerintah daerah. Tetapi dengan meningkatnya wewenang dan anggaran tersebut apakah secara otomatis kesejahtaraan masyarakat meningkat? Atas dasar pemikiran ini maka permasalahan studi dirumuskan kedalam pertanyaan sebagai berikut: Apakah pemekaran daerah telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari meningkat pendapatan dan kemudahan akses pelayanan publik (pendidikan, kesehatan)di daerah baru?.
5
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 5
6/22/2010 6:16:11 PM
Tim Peneliti
1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian •
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Menganalisis pengaruh pemekaran daerah terhadap kesejahteraan masyarakat di daerah hasil pemekaran.
2.
Memberikan rekomendasi tentang kerugian dan keuntungan (ekonomi dan sosial) dilakukannya pemekaran daerah.
•
Ruang Lingkup penelitian
1.
Lingkup Substansi :
Substansi kajian dalam penelitian ini adalah kesejahteraan yang dirasakan masyarakat sebagai dampak dari pemekaran wilayah. Dalam melihat kesejahteraan maka kajian akan difokuskan pada kinerja aspek ekonomi, sosial, birokrasi dan keuangan daerah. 2.
Lingkup Pengamatan :
Periode pengamatan tahun 2001 sampai tahun 2007, kaitannya dengan kegiatan penelitian maka fokus pada wilayah Kabupaten/ Kota sebab titik berat otonomi berada pada daerah Kabupaten/Kota. Kota Tasikmalaya terbentuk pada 17 Oktober 2001, bersamaan dengan pembentukan kota administratif (baru) lain seperti Prabumulih, Lubuk Linggau, Pagar Alam, Tanjung Pinang, Batu, Bau-bau dan Singkawang. Diantara beberapa daerah baru tersebut, Kota Tasikmalaya memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen pada tahun 2006. Hasil evaluasi yang dilakukan Depdagri 6
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 6
6/22/2010 6:16:12 PM
Pendahuluan
menggambarkan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan salah satu daerah dari hasil pemekaran yang mampu melakukan transmisi administrasi pemerintahan2. Berdasarkan hal tersebut pemilihan Kota Tasikmalaya menjadi pertimbangan, setelah pemekaran yang terjadi pertumbuhan ekonomi dan adminsitrasi pemerintahan mendorong perubahan kesejahteraan masyarakat.
1.4 Kerangka Pemikiran Pengelolaan pembangunan yang dilakukan pemerintah dengan mengelola potensi perekonomian. Pengelolaan potensi ekonomi untuk mencapai tingkat efisiensi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor input sehingga menghasilkan pendapatan daerah yang optimal. Pengelolaan faktor input yang dimiliki oleh daerah dengan menggunakan konsep produksi dapat di jelaskan berdasar teori biaya produksi dikenal dua periode produksi, jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long run) (lihat grafik 1). Untuk jangka pendek, biaya rata-rata produksi menurun karena meningkatnya produktivitas, manajerial yang lebih baik, dan lain-lain. Kurva ini meningkat karena bertambahnya input terlalu besar dibandingkan dengan kapasitas produksi. Sedang untuk kurva jangka panjang, penurunan kurva biaya ratarata produksi terjadi sebab pembelian input yang semakin murah, teknologi semakin maju, dan lain-lain. Kurva ini meningkat karena telah terjadi keterbatasan dalam pengendalian input, keterbatasan dalam proses produksi, dan lain-lain (Griffiths, 1996). 2
http://www.adkasi.org/id.php/main/massmedia
7
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 7
6/22/2010 6:16:12 PM
Tim Peneliti
Grafik 1.1 Kurva Biaya Produksi
Pada dasarnya kedua kurva tersebut memberi pesan sama, efisiensi akan meningkat bila pemerintah daerah mampu meningkatkan produktivitas sumber daya ekonomi diiringi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan adanya penerapan teknologi. Dalam kaitannya dengan pemekaran daerah, kurva biaya rata-rata produksi kiranya dapat memberikan inspirasi dalam memahami efisiensi pengelolaan pemerintah daerah. Maksudnya, pada tahap tertentu efisiensi akan meningkat seiring dengan meningkatnya pengelolaan sumber daya ekonomi yang dimiliki. Selanjutnya, potensi sumber daya ekonomi yang dikelola pada jumlah tertentu akan mencapai efisiensi dan pada saat mencapai puncaknya menurun. Pemekaran daerah diartikan sebagai kondisi menurunnya nilai ekonomi atas pengelolaan sumber daya ekonomi daerah karena telah terjadi pemisahan daerah induk menjadi daerah induk dan daerah baru hasil pemekaran. Dalam kaitannya dengan pemekaran daerah, terdapat 3 kemungkinan 8
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 8
6/22/2010 6:16:12 PM
Pendahuluan
sebagai berikut. Pertama, bila sumber daya ekonomi berada pada kurva yang sedang meningkat maka langkah pemekaran akan diikuti dengan meningkatnya efisiensi. Kedua, kalau sebelum pemekaran dilakukan sumber daya ekonomi berada pada posisi titik puncak efisiensi maka pemekaran akan menurunkan efisiensi. Ketiga, sebelum pemekaran terjadi posisi berada pada kurva yang sedang menurun maka langkah pemekaran akan menyebabkan efisiensi lebih dalam. Berdasarkan atas beberapa kondisi tersebut maka penting untuk memahami konsep kesejahteraan masyarakat secara ekonomi sebagai sebuah akibat dari pemekaran daerah. Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu-individu, dimana tingkat kepuasan dan kesejahteraan akan saling berkaitan (Bappenas, 2008). Dampak dari kesejahteraan yang terjadi sebagai akibat pengelolaan sumber daya ekonomi daerah akan diterima oleh masyarakat dengan makin tercukupinya kebutuhan sandang dan pangan, biaya pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas dengan kata lain terjaminnya pelayanan publik. Dalam kaitannya dengan penyediaan barang publik, Wallace Oates (1990) memberikan gambaran sisi positif dari manfaat desentralisasi fiskal. Pertama, desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan efisiensi ekonomi dalam penyediaan barang publik. Kedua, desentralisasi fiskal akan menghasilkan pemerintah daerah yang “experimentation and innovation” dalam memproduksi barang publik. Ketiga, desentralisasi fiskal akan membawa kepada tingkat efisiensi output publik yang lebih baik, karena adanya keputusan9
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 9
6/22/2010 6:16:12 PM
Tim Peneliti
keputusan pengeluaran yang hati-hati yang didasarkan pada sumber biaya yang sebenarnya. Untuk memperkuat argumen yang pertama, maka Brown dan Jackson (1990) mengilustrasikannya dalam sebuah kurva di bawah.
Grafik 1.2 Efisiensi Ekonomi Dalam Penyediaan Barang Publik
Dalam ilustrasi kurva di atas, diumpamakan bahwa populasi masyarakat dibagi ke dalam dua kelompok dan diasumsikan bahwa kurva permintaan barang publik dari setiap individu dalam masingmasing kelompok adalah identik, tetapi permintaan kedua kelompok tersebut berbeda. Jadi dalam hal ini, D1 adalah permintaan setiap 10
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 10
6/22/2010 6:16:12 PM
Pendahuluan
individu dalam kelompok 1 dan D2 adalah kurva permintaan setiap individu dalam kelompok 2. Selain itu, biaya dalam pelayanan publik diasumsikan berada dalam keadaan tetap (constant cost). Dalam sebuah sistem yang sentralistis, sebuah keseragaman tunggal dalam pelayanan publik akan berada pada posisi Qc. Dengan keadaan seperti tersebut, maka kelompok 1 mengalami kerugian, yaitu berupa hilangnya kesejahteraan (welfare loss) yang ditunjukkan oleh luas area ABC. Hal ini merupakan kelebihan biaya yang harus ditanggung oleh setiap individu dalam kelompok 1 dimana sebenarnya mereka hanya membutuhkan sampai pada level Q1. Begitupun halnya untuk individu dalam kelompok 2, mereka mengalami kehilangan kesejahteraan (welfare loss) sebanyak luas area CDE. Permintaan mereka sebenarnya dalam level Q2, namun dengan sistem yang sentralistis, maka mereka hanya bisa menikmati dalam batas Qc. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik/administrator publik/birokrasi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksana kebijakan berdasar keputusan pemerintah. Penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah yang memberikan pelayanan dibidang: pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan raskin. Kepuasan pelayanan adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyelenggara publik merupakan cerminan peningkatan kesejahteraan. Bagi daerah baru hasil pemekaran upaya meningkatkan kesejahteraan 11
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 11
6/22/2010 6:16:12 PM
Tim Peneliti
masyarakat menjadi penting sebab banyak kasus, alasan mendasar pemekaran berupa ketidakpuasan akan layanan publik maupun tidak meratanya pembangunan. Untuk dapat meyederhanakan pemikiran maka secara ringkas langkah penelitian tergambar pada diagram berikut :
Gambar 1.1 Alur Pikir Penelitian
12
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 12
6/22/2010 6:16:12 PM
Pendahuluan
1.5 Metode Penelitian -
Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial ekonomi terhadap beberapa aspek yang mempengaruhi kesejahteraan. Pendekatan ekonomi digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi yang berkaitan dengan perekonomian daerah sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan sosial digunakan untuk menganalisis perubahan sosial dalam masyarakat akibat terjadinya pemekaran daerah. Secara lebih spesifik langkah yang akan dilakukan adalah pengujian apakah beberapa aspek ekonomi, pelayanan publik bidang pendidikan dan kesehatan dan birokrasi/aparatur pemerintah yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat setelah pemekaran daerah. -
Konsep dan Definisi
a). Pemekaran daerah sesuai PP No. 129 Tahun 2000, pada Bab I Pasal 1 tentang ketentuan umum dijelaskan sebagai pemecahan daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota menjadi lebih dari satu daerah. Langkah pemekaran daerah seperti yang dimaksud tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui : 1). Peningkatan pelayanan kepada masyarakat 2). Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi
13
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 13
6/22/2010 6:16:12 PM
Tim Peneliti
3). Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah 4). Percepatan pengelolaaan potensi daerah 5). Peningkatan keamanan dan ketertiban 6). Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah b). Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu-individu, dimana tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan. c). PP No. 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan pada Pasal 1 menjelaskan Pembentukan daerah adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai daerah provinsi atau daerah kabupaten/ kota. -
Sifat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di daerah baru hasil pemekaran berdasar PP No. 129 tahun 2000. Daerah/lokasi sampel penelitian adalah Kota Tasikmalaya-Propinsi Jawa Barat. Sebagai daerah hasil pemekaran, dalam menganalisis pengaruh pemekaran terhadap kesejahteraan maka penelitian ini dilakukan secara eksploratif.
14
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 14
6/22/2010 6:16:12 PM
Pendahuluan
Oleh karena itu, data yang terkait dengan penjelasan dampak pemekaran daerah terhadap kesejahteraan akan digali secara mendalam khususnya perubahan sosial ekonomi yang terjadi baik sebelum dan setelah pemekaran. -
Variabel dan Indikator Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan akan menyangkut berbagai aspek yang terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berbagai aspek tersebut haruslah dipahami sebagai variabel dan indikator yang turut membangun penciptaan kesejahteraan masyarakat. Variabel dan indikator dalam penelitian ini sebagai berikut:
15
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 15
6/22/2010 6:16:12 PM
Tim Peneliti
-
Kebutuhan dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan antara lain adalah data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dengan cara mendatangi sumber data secara langsung. Namun demikian, terdapat kemungkinan data yang dibutuhkan belum dipublikasikan secara resmi. Untuk mengatasi hal ini, maka langkah estimasi perlu dilakukan. Patokan dalam melakukan estimasi ini antara lain pangsa sektoral, jumlah penduduk dan lain-lain. Sedangkan data primer akan dilakukan dengan menyebar kuesioner terhadap responden terpilih dengan tujuan menangkap apakah terjadi perubahan kesejahteraan secara riil dalam kehidupan masyarakat. -
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuosiner sebanyak 100 kues dengan metode stratified random sampling3 dan melakukan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan pejabat dinas-dinas terkait. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data makro dan mikro hasil publikasi instansi-instasi terkait (antara lain Bappeda, Dinas Kesehatan, Pendidikan dan Dinas Perdagangan serta tokoh masyarakat terpilih).
3
Metode ini dilakukan dengan cara membagi secara proporsional jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan pada level kecamatan. Disamping itu, terdapat syarat utama bahwa responden tinggal selama proses pemekaran hingga terbentuknya Kota Tasikmalaya saat ini.
16
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 16
6/22/2010 6:16:13 PM
Pendahuluan
-
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data primer dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik progam SPPS dengan metode crosstab dan cut of point4. Melalui analisis data primer dan sekunder akan terjawab seberapa besar pengaruh pemekaran daerah terhadap kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari meningkatnya pelayanan publik dan kualitas pemberi pelayanan publik. a). Uji korelasi dengan menggunakan metoda croostab dengan menggunakan SPSS. Metoda ini digunakan untuk melihat hubungan antar dua variabel, apakah terdapat korelasi (hubungan) antar kodisi daerah setelah pemekaran dengan kesejahteraan masyarakat (perekonomian daerah, pelayanan pendidikan, kesehatan dan aparatur atau birokrasi). Bilamana hasil uji korelasi dari beberapa aspek memberikan indikasi mempengaruhi kesejahteraaan dapat dikatakan bahwa pemekaran daerah berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat melelui penyediaan pelayanan publik. Sementara apabila uji korelasi memberikan indikasi tidak terjadi hubungan antara kesejahteraan dengan berbagai aspek yang dilihat maka fenomena pemekaran, khususnya yang terjadi di daerah penelitian hanya akan membebani pemerintah pusat. b). Analisis yang digunakan terkait data primer bertujuan melihat persepsi masyarakat terkait manfaat yang dirasakan 4
Metode cut off point digunakan untuk mendapatkan nilai tengah dari suatu variabel yang berbeda tahun atau kondisinya. Sehingga dapat diperbandingkan antar dimensi waktu yang berbeda.
17
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 17
6/22/2010 6:16:13 PM
Tim Peneliti
akibat terjadinya pemekaran daerah. Dengan menggunakan metoda cut of point akan tercermin persepsi masyarakat atas manfaat yang diterima dengan terjadinya pemekaran di Kota Tasikmalaya. Metoda cut of point berguna untuk mendapatkan nilai tengah dari suatu variabel yang berbeda tahun atau kondisinya, sehingga dapat suatu variabel dapat diperbandingkan dalam dimensi waktu yang berbeda. Bila suatu variable memiliki nilai setelah pemekaran lebih tinggi dibanding sebelum pemekaran maka dapat dikatakan terjadi perubahan kesejahteraan masyarakat. Sedang kalau kondisi setelah pemekaran dibawah kondisi sebelum pemekaran maka pemekaran daerah menyebabkan kesejahteraan masyarakat menurun.
18
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 18
6/22/2010 6:16:13 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
BAB 2 PROSES PEMEKARAN DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN Sukarna Wiranta
2.1 Pendahuluan Kota Tasikmalaya sebelum dilakukan pemekaran pada tahun 2001 merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tasikmalaya, dengan status Kota Administratif (Kotib). Keterkaitan antar wilayah induk (Kabupaten Tasikmalaya) dengan wilayah baru (Kota Tasikmalaya) walau secara administrasi telah terpisah, namun dalam melaksanakan pembangunan daerah memiliki keterkaitan sosial kultural. Kaitan hubungan antara wilayah Kota Tasikmalaya (sebagai daerah hasil pemekaran/baru) dengan Kabupaten Tasikmalaya (sebagai daerah induk) tidak terlepas dari hubungan sosial kemasyarakatan yang telah terbentuk sejak lama. Selain itu proses pembangunan yang berjalan di wilayah Tasikmalaya secara umum (Kota Tasikmalaya maupun Kabupaten Tasikmalaya) sangat dipengaruhi oleh letak wilayah, yang berada pada jalur perlintasan bagian selatan Jawa Barat. Sebagai sebuah wilayah yang menjadi jalur penghubung beberapa wilayah, secara tidak langsung telah mendorong peningkatan aktivitas perekonomian daerah, khususnya yang 19
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 19
6/22/2010 6:16:13 PM
Sukarna Wiranta
terjadi pada Kotib Tasikmalaya. Konsekuensi atas perkembangan aktivitas perekonomian (sebelum pemekaran/peningkatan status) telah mendorong berbagai aktivitas lain sehingga menjadi sebuah wilayah urban, dan ini menjadi salah satu alasan pentingnya dilakukan pemekaran/peningkatan status. Perkembangan aktivitas sosial ekonomi masyarakat memerlukan suatu pelayanan prima dari aparatur pemerintah daerah, sehingga upaya untuk meningkatkan status Kota Administrasif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya saat itu dipandang sebagai pilihan tepat. Peningkatan status wilayah Kota administrative Tasikmalaya atau lebih dikenal dengan pemekaran wilayah Kabupaten Tasikmalaya diharapkan akan meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat sesuai perkembangan daerah. Terjadinya peningkatan status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya merupakan respon Kabupaten Tasikmalaya (sebagai daerah induk) dengan mengajukan usulan kepada pemerintah pusat. Tanpa adanya usulan/persetujuan Kabupaten Tasikmalaya (daerah induk) peningkatan status/ pemekaran tidak dapat dilakukan. Dukungan Kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah induk untuk meningkatkan status/ pemekaran berupa rekomendasi/usulan kepada pemerintah pusat untuk melakukan peningkatan status/pemekaran wilayah atas Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya (proses tersebut dilakukan pada tahun pertama pelaksanaan UU Otonomi Daerah No. 22 dan 25 Tahun 1999). Peningkatan status wilayah dari Kotib menjadi Kota Tasikmalaya merupakan sebuah proses 20
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 20
6/22/2010 6:16:13 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
panjang dan memerlukan kesiapan pemerintah baru maupun pemerintah induk (dalam kaitan tata kelola pemerintahan). Tata kelola pemerintah daerah baru menjadi penting sebab akan menentukan keberhasilan pelaksanaan berbagai program pembangunan daerah, dalam jangka panjang peningkatan status/ pemekaran akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2 Proses Pembentukan Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya, sebelum dilakukan pemekaran merupakan ibukota Kabupaten Tasikmalaya dengan status Kotib (Kota Administratif). Status Kota Administratif Tasikmalaya sebagai bagian dari Kabupaten Tasikmalaya berdasar pada Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1976. Pemberian status Kota Administratif saat itu juga didasarkan pada perkembangan kondisi wilayah, walaupun secara tidak langsung juga berkaitan dengan aspek politik, dimana saat itu Bupati Kabupaten Tasikmalaya dijabat oleh A. Bunyamin dengan Menteri Dalam Negeri H. Amir Mahmud. Wilayah Kota Administratif Tasikmalaya mencakup Kecamatan Cipedes, Cihideung dan Tawang dengan jumlah desa secara keseluruhan sebanyak 13 desa. Pejabat Walikota Kota Administratif Tasikmalaya pertama dijabat oleh Drs. H. Oman Roosman (1976-1985) kemudian periode tahun 1985-1989 dijabat oleh H. Yeng Ds. Partawinata, pada periode 1989-1992 dijabat oleh Drs. R.Y. Wahyu, periode 1992-1999 dijabat oleh H. Erdhi Hardhiana dan periode 1999-2001 dijabat oleh Drs. H. Bunbun Bunyamin.
21
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 21
6/22/2010 6:16:13 PM
Sukarna Wiranta
Bersamaan dengan UU Otonomi Daerah No. 22 dan 25 Tahun 1999 pemerintah Kabupaten Tasikmalaya memproses usulan peningkatan status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya (secara umum lebih mempersepsikan sebagai pemekaran). Pada saat pengusulan tersebut pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh H. Suljana WH selaku Bupati. Pada saat yang bersamaan dengan usulan tersebut dibentuk pula tim sukses pembentukan Pemerintahan Kota Tasikmalaya yang diketuai oleh H. Yeng Ds. Partawinata SH. bersama beberapa tokoh - tokoh masyarakat. Namun demikian pengajuan peningkatan status/pemekaran Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya pada dasarnya telah dilakukan melalui beberapa tahapan dari tingkat Kabupaten sampai ke tingkat Propinsi, dengan hasil beberapa keputusan antara lain5: 1.
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 3 Tanggal 19 April 2000 Tentang Persetujuan Penataan Kabupaten Tasikmalaya.
2.
Surat Bupati Tasikmalaya kepada Gubernur Jawa Barat Nomor 135.1/1032/Tapem Tanggal 1 Mei 2000 Perihal Usul Penataan Kabupaten Tasikmalaya menjadi Dua Daerah Otonom, yaitu Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.
5
Laporan Akhir “Evaluasi Kinerja Pembangunan Pra Dan Pasca Pemekaran Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Tasikmalaya)” Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I-Lembaga Administrasi Negara, 2004 http://www.geogle. co.id (diakses 25 Oktober 2009)
22
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 22
6/22/2010 6:16:13 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
3.
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 135.1/Kep.DPRD-31/2000 Tanggal 22 Juni 2000 Tentang Persetujuan Pembentukan Kota Tasikmalaya.
4.
Surat Gubernur Jawa Barat kepada Menteri Dalam Negeri Nomor 135.1/1918/Otda Tanggal 10 Juli 2000 Perihal Usul Peningkatan Status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Daerah Kota.
Berdasar beberapa keputusan tersebut dan melalui dinamika politik yang terjadi pada tanggal 21 Juni 2001 dikeluarkan UndangUndang Nomor 10 Tahun 2001 yang menetapkan status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya. Undang-Undang ini merupakan pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 tentang Pembentukan Kota Administratif Tasikmalaya. Pada tanggal 18 Oktober 2001 Gubernur Propinsi Jawa Barat melakukan pelantikan Drs. H. Wahyu Suradiharja sebagai PJ Walikota Tasikmalaya. Dalam kerangka pembentukan daerah otonom baru (Kota Tasikmalaya) dibentuklah perangkat lembaga legeslatif (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Berdasar Surat keputusan No. 133 tahun 2001 tertanggal 13 desember 2001 Komisi pemilihan Umum membentuk Panitia Pengisian Kenggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (PPK-DPRD) Kota Tasikmalaya, hingga terbentuk DPRD Kota Tasikmalaya pada tanggal 30 April 2002. Kemudian pada tanggal 14 November 2002 sebagai hasil dari proses pemilihan yang dilakukan anggota legeslatif (DPRD) terpilih Drs. H.
23
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 23
6/22/2010 6:16:13 PM
Sukarna Wiranta
Bunbun Bunyamin sebagai Walikota Tasikmalaya (secara definitive menjadi pemimpin daerah pertama)6. Selain berdasarkan pada keputusan yang diusulkan oleh Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat terkait usulan peningkatan status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya, kiranya kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik dan jumlah penduduk menjadi pertimbangan. Peningkatan status menjadi Kota Tasikmalaya dapat dipastikan akan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan sebagai respon atas berkembangnya kemajuan Kota Tasikmalaya pada masa yang akan datang. Hal tersebut tercermin dari bertambahnya luas cakupan wilayah, pada tahun 2001 cakupan wilayah Kota Tasikmalaya meliputi tiga Kecamatan yang berasal dari Kota Administrasi ditambah lima Kecamatan dari Kabupaten Tasikmalaya. Secara terinci pada tahun 2001 wilayah tersebut adalah : •
Wilayah yang berasal dari Kota Administrasi Tasikmalaya: 1. 2. 3.
•
Wilayah yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya: 1. 2.
6
Kecamatan Cihideung Kecamatan Cipedes Kecamatan Tawang
Kecamatan Indihiang Kecamatan Cibeureum
Sejarah Singkat Kota tasikmalaya, http://www.tasikmalayakota.go.id, diakses 23 November 2009
24
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 24
6/22/2010 6:16:13 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
3. 4. 5.
Kecamatan Kawalu Kecamatan Tamansari Kecamatan Mangkubumi
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2008 dilakukan pemekaran Kecamatan Indihiang dan Cibeureum melalui Perda Nomor 6 Tahun 2008 menjadi Kecamatan Bungurasih dan Kecamatan Purbaratu. Dengan demikian Kota Tasikmalaya terdiri atas sepuluh Kecamatan dengan luas wilayah 171,56 Km2.
2.3 Tata Kelola Pemerintah Pasca Pemekaran Peningkatan status menjadi Kota Tasikmalaya selain memberikan peluang lebih luas dalam mengelola daerah secara mandiri perlu didukung oleh perangkat daerah sehingga akan mendorong pelayanan publik yang lebih baik. Adanya perangkat pemerintah yang terorganisir dan didukung kemampuan apatarur akan mendukung terselenggaranya good governance di Kota Tasikmalaya. Selain itu Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom baru perlu melakukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna. Implementasi dari hal tersebut melalui Keputusan Walikota Tasikmalaya No. 1 Tahun 2001 dibentuk Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) pemerintah Kota yang terdiri atas: Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan, 2 Badan, 6 Dinas dan 9 Kantor Lembaga Teknis.
25
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 25
6/22/2010 6:16:13 PM
Sukarna Wiranta
Seiring perkembangan wilayah, pada awal berdiri terdiri atas 8 Kecamatan menjadi 10 Kecamatan dilakukan perubahan atas tata kelola pemerintah daerah Kota Tasikmalaya. Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, dilakukan perubahan atas perangkat daerah Kota Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 13,14,15 dan 16 Tahun 2003 serta Peraturan Daerah Nomor 2,3, dan 4 Tahun 2004 tentang pembentukan Organisasi Perangkat Daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan, 2 Badan, 10 Dinas dan 5 Kantor Lembaga Teknis. Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan tata pemeritahan Kota Tasikmalaya, pengorganisasian perangkat daerah masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Namun demikian dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai bagian dari UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah Kota Tasikmalaya telah menyusun Peraturan Daerah tentang Pelaksanaan Urusan Pemerintah Daerah. Berkaitan dengan pelaksanaan urusan pemerintah daerah, pemerintah Kota Tasikmalaya melakukan penyesuaian kegiatan perangkat daerah sesuai Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Penyesuaian yang akan dilakukan 26
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 26
6/22/2010 6:16:13 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya terkait tata kelola pemerintahan antara lain: •
Dinas yang tadinya terdiri dari 10 Dinas akan menjadi 11 Dinas (Pendidikan; Kesehatan; Bina Marga, Pengairan Pertambangan dan Energi; Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan; Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Kependudukan dan Pencatatan Sipil; Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan; Kebudayaan, Pariwisata dan Olahraga; Pertanian, Perikanan dan kehutanan serta Dinas Pendapatan)
•
Lembaga Teknis yang tadinya hanya 2 Badan dan 4 Kantor menjadi Inspektorat, 3 Badan (Perencanaan Pembangunan Daerah; Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dan Pelayanan perijinan Terpadu) dan 4 Kantor (Arsip dan Perpustakaan Daerah; Pengendalian Lingkungan Hidup; Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; Satpol PP) serta RSUD)
Pelaksanaan urusan pemerintah daerah oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya, dijalankan berdasarkan kewenangan untuk melaksanaka kegiatan pemerintahan yaitu Peraturan Pemerintah/ PP No. 38 Tahun 2007 (sebelumnya PP. No 25 Tahun 2000). Dalam PP No. 38 tahun 2007 pasal 12 ayat (1) mengamanatkan bahwa urusan pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah sebagaimana dinyatakan dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam peraturan daerah 27
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 27
6/22/2010 6:16:13 PM
Sukarna Wiranta
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini. Kemudian ayat (2) menyatakan bahwa urusan pemerintahan wajib dan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyusunan susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Berdasarkan pada PP. No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota serta Permendagri No. 13 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka pemerintah Kota Tasikmalaya menetapkan urusan wajib maupun tambahan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD), yaitu: Tabel 2.1 Urusan Wajib Kota Tasikmalaya
28
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 28
6/22/2010 6:16:13 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
Sumber: Perda Kota Tasikmalaya No. 15 Tahun 2008 dan Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya No. 96 Tabel 2.2 Urusan Pilihan Kota Tasikmalaya
29
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 29
6/22/2010 6:16:14 PM
Sukarna Wiranta
2.3.1 Sumber Daya Manusia Aparatur Daerah Pelaksanaan kegiatan pemerintah Kota Tasikmalaya memerlukan sumber daya manusia yang handal dalam mencapai keberhasilan program pembangunan daerah. Kondisi aparatur pemerintah Kota Tasikmalaya hingga bulan Agustus 2007 berjumlah 9.244 orang, terdiri atas 7.745 orang pegawai negeri sipil (PNS) dan 1.499 orang tenaga kerja kontrak. Berdasarkan tingkat pendidikan aparatur pemerintah Kota Tasikmalaya sebagian besar berlatar belakang pendidikan Starta Tiga (S-3) ada 1 orang, Stara Dua (S-2) sebanyak 172 orang, Stata Satu (S1) sebanyak 2.826 orang, Diploma Satu (D-1) sebanyak 242 orang, Diploma Dua (D-2) sebanyak 1.894 orang, Diploma Tiga (D-III) sebanyak 711 orang, Diploma Empat (D-4) sebanyak 16 orang dan SLTA sebanyak 1.628 orang bahkan masih ada yang hanya berpendidikan dasar sebanyak 255 orang. Sedangkan berdasarkan tingkatan golongan aparatur, golongan IV sebanyak 2.847 orang, golongan III sebanyak 3.633 orang, golongan II sebanyak 1.188 orang dan golongan I sebanyak 77 orang. Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menutut Golongan (Agustus 2007) Golongan
I
II
III
IV
A B C D Jumlah
20 0 21 35 77
502 216 284 186 1.188
650 718 797 1.468 3.633
2.618 210 15 4 2.847
Sumber : RPJMD Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2012
30
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 30
6/22/2010 6:16:14 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
Tabel 2.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menutut Tingkat Pendidikan (Agustus 2007) Kualifikasi SD SMP SMA D-I D-II D-III D-IV S-1 S-2
Tingkat Pendidikan Dasar
Menengah
Akademi
Sarjana
145 110 1.628 242 1.864 711 16
S-3
2.826 172 1
Sumber : RPJMD Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2012
2.3.2 Anggaran Daerah Terkait dengan tata kelola pemerintah Kota Tasikmalaya, anggaran pembangunan merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah. Dalam menyusun anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Kota Tasikmalaya telah menerapkan anggaran berbasis kinerja sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertangungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran 31
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 31
6/22/2010 6:16:14 PM
Sukarna Wiranta
Pendapatan dan Belanja Daerah. Besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tasikmalaya meningkat signifikan dari Rp. 186,04 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp. 472,5 milyar pada tahun 2007. Namun demikian bila dilihat dari komponen pembentukan APBD Kota Tasikmalaya pada periode 2002-2006 porsi dana perimbangan masih menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan APBD daerah (85,52 persen secara ratarata setiap tahunnya). Komponen pendapatan dari pendapatan asli daerah (PAD) memberikan kontribusi rata-rata sebesar 10,81 persen sedangkan komponen pendapatan lain-lain yang sah kontribusi rata-rata hanya 3,67 persen setiap tahun. Tabel 2.5 Komponen Pembentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Sebagai sebuah wilayah yang memiliki perkembangan kegiatan ekonomi yang cukup berkembang, Kota Tasikmalaya banyak memperoleh keuntungan atas aktivitas ekonomi yang berkembang tersebut. Manfaat yang dapat diterima dari perkembangan aktivitas ekonomi berupa potensi PAD, dimana secara umum memberikan kontribusi sebesar rata-rata 10,81 persen. Komponen PAD ini merupakan bagian penting dari peningkatan status (terjadinya pemekaran) menjadi Kota Tasikmalaya, berdasarkan besarnya 32
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 32
6/22/2010 6:16:14 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
penerimaan PAD menggambarkan meningkatnya aktivitas sosial ekonomi. Secara umum di beberapa daerah Kabupaten/Kota penerimaan yang bersumber dari PAD rata-rata 5 persen, Kota Tasikmalaya PADnya mampu berkontribusi cukup besar, artinya kegiatan perekonomian yang berkembang menjadi salah satu pendorong pembangunan daerah. Walaupun pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar, untuk menjalankan kegiatan pembangunan, pemerintah Kota Tasikmalaya tetap mengandalkan penerimaan dari dana perimbangan. Hal ini Nampak dari besarnya komponen dana perimbangan dalam struktur APBD Kota Tasikmalaya. Beban kegiatan pemerintahan dengan adanya peningkatan status/pemekaran secara signifikan berpengaruh terhadap kebutuhan pendanaan dan kebutuhan yang terbesar diterima dari dana perimbangan. Sedangkan sumber APBD yang berasal dari pendapatan lain-lain hanya reltif kecil dalam struktur APBD Kota Tasikmalaya, secara rata-rata tahun 2002-2006 berkontribusi sebesar 3,67 persen.
2.4 Penutup Status Kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah induk dan Kota Tasikmalaya sebagai daerah baru (pemekaran) tidak dapat terlepas dari keberadaan Kota Administratif Tasikmalaya. Dapat dikatakan bahwa yang terjadi sebenarnya bukan sebagai pemekaran namun peningkatan status wilayah, dimana perubahan tersebut memang harus dilakukan karena adanya peningkatan kegiatan sosial
33
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 33
6/22/2010 6:16:15 PM
Sukarna Wiranta
ekonomi masyarakat. Namun demikian terkait dengan fenomena yang terjadi sebagai akibat dari UU otonomi daerah dan PP. 129 Tahun 2000 proses berdirinya Kota Tasikmalaya mensyaratkan adanya usulan dari pemerintah daerah induk untuk dijadikan daerah administrasi baru. Peningkatan status Kotib menjadi Kota secara otomatis akan memberikan keleluasaan bagi para pengambil kebijakan terkait upaya membangun daerah, khususnya dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Langkah penyesuaian untuk dapat mandiri dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan daerah telah dijalankan oleh Kota Tasikmalaya. Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah disesuaikan dengan peraturan pemerintah maupun peraturan menteri sesuai kewenangan yang dimilikinya. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dijalankan tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan yang secara administrasi politik telah terlepas dari wilayah induk tidak mudah dilaksanakan. Berbagai hal terkait hubungan dengan daerah induk masih menjadi beberapa kendala dalam menjalankan pembangunan. Selain hal tersebut keberadaan Kota Tasikmalaya menjadi strategis dalam hal kegiatan perekonomian, dimana aktivitas perekonomian (perdagangan, industry dan pariwisata) secara nyata berada di wilayah Kota Tasikmalaya. Perkembangan kegiatan ekonomi yang terjadi dapat di indikasikan dari besarnya potensi PAD yang dapat digali oleh pemerintah daerah Kota Tasikmalaya. Namun demikian terkait dengan pembiayaan pembangunan 34
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 34
6/22/2010 6:16:15 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Tasikmalaya masih tergantung dari bantuan pemerintah pusat (Dana Perimbangan) melalui Dana Alokasi Umum. Pembangunan yang dijalankan semenjak tahun 2001 (secara definitive berstatus Kota Tasikmalaya) yang tercermin dari besarnya anggaran pembangunan diharapkan akan digunakan bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut perlu peningkatan kapasitas kemampuan dari segenap eleman dalam pemerintahan Kota Tasikmalaya.
35
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 35
6/22/2010 6:16:15 PM
Sukarna Wiranta
DAFTAR PUSTAKA
Hanapiah, Pipin (2002), Reformasi Pemerintahan-Makalah disajikan pada Seminar Akademik dalam rangka HUT ke-1 Kota Tasikmalaya, tanggal 19 Oktober 2002, di Kampus STISIP Tasikmalaya, Fisip-UNPAD, http://www.pustaka. unpad.ac.id (diakses 20 Oktober 2009) Quo Vadis Pembangunan Kota Tasik, http://studiperadaban. blogspot.com/2008/10/quo-vadis-pembangunan-kotatasik.html Studi Evaluasi Pemekaran Daerah, Kerjasama Bappenas dan UNDP, Mei 2007. Sejarah Kota Tasikmalaya, http://www.matabumi.com/data/biodatakota-tasikmalaya/kota-tasikmalaya-selayang-pandang Sejarah Singkat Kota Tasikmalaya, http://www.tasikmalayakota. go.id, Perda. Kota Tasikmalaya No. 11 Tahun 2004 Tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Bappeda Kota Tasikmalaya RPJMD Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2012, Pemerintah Kota Tasikmalaya, 2008, Bappeda Kota Tasikmalaya Potensi Ekonomi Kota Tasikmalaya, 2008, Bappeda Kota Tasikmalaya 36
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 36
6/22/2010 6:16:15 PM
Proses Pemekaran dan Tata Kelola Pemerintahan
Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2007, Bappeda Kota Tasikmalaya ………., Laporan Akhir “Evaluasi Kinerja Pembangunan Pra Dan Pasca Pemekaran Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Tasikmalaya)” Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I-Lembaga Administrasi Negara, 2004, http://www.geogle.co.id (diakses 25 Oktober 2009)
37
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 37
6/22/2010 6:16:15 PM
Sukarna Wiranta
38
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 38
6/22/2010 6:16:15 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
BAB 3 PEREKONOMIAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Bahtiar Rifai
3.1 Pendahuluan Dinamika politik tingkat lokal di Indonesia mengalami perkembangan pesat pasca diberlakukannya otonomi daerah melalui UU. No. 22 dan 25 Tahun 1999. Hal tersebut secara langsung telah mengubah hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang tadinya semua keputusan ada di pusat (sentralisasi kewenangan) menjadi daerah berperan aktif dalam menetapkan kebijakan sesuai kewenangan yang dilimpahkan (desentralisasi kewenangan). Dalam perjalanannya, dirasakan pelimpahan kewenangan (desentralisasi) masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan sehingga disempurakan menjadi UU. No. 32 dan 33 Tahun 2004 tentang otonomi dan desentralisasi fiskal. Terkait dengan UU tersebut, di tetapkan PP No. 25 Tahun 2000 dan PP 41 Tahun 2007, tentang Standar Operasional Tata Kewenangan, dimana secara konkueren (ultravires) Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Artinya bahwa semakin banyak kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan kepada Pemerintah Daerah oleh Pusat, akan mampu menjamin terselenggaranya 39
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 39
6/22/2010 6:16:15 PM
Bahtiar Rifai
pembangunan daerah yang mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat lokal. Berdasarkan kewenangan yang makin besar di tingkat lokal serta PP 129 Tahun 2000 memberikan peluang daerah melakukan pemekaran, maka banyak daerah mengupayakan terjadinya pemekaran atau pemisahan wilayah. Terdapat kesan bahwa animo daerah mengupayakan pemekaran disebabkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, adanya keinginan elit lokal mendapatkan keuntungan atas pemekaran daerah meskipun seringkali mengatasnamakan aspirasi/ keinginan dari masyarakat. Kedua, adanya motivasi mendapatkan lebih banyak anggaran yang dapat dikelola daerah (khususnya melalui Dana Alokasi Umum). Ketiga, indikasi peningkatan wewenang Pemerintah Daerah untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat daerah tanpa persetujuan Pemerintah di level yang lebih tinggi. Keempat, sebagai terobosan percepatan pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas layanan kepada masyarakat (Suryanto, 2008 : 242-243). Dinamika desentralisasi yang mendorong terjadinya pemekaran wilayah menuntut pemerintah baru hasil pemekaran tidak hanya berkosentrasi pada urusan politik. Pembangunan daerah baru selain dibutuhkan dukungan politik juga perlu inovasi dari pemerintah daerah dalam mengelola potensi ekonomi. Pengelolaan potensi ekonomi secara tepat akan mendorong pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Potensi ekonomi daerah perlu dikelola secara efisiensi dan sehingga diperlukan kebijakan pemerintah daerah yang mampu bersaing sesuai karateristik lokal, guna mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 40
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 40
6/22/2010 6:16:15 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Pertumbuhan ekonomi tersebut akan memberikan jaminan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik prima.
3.2 Perekonomian Daerah Otonom Baru dan Daerah Induk Dalam mengukur kinerja ekonomi pasca pemekaran dapat digunakan metode Indeks Kinerja Ekonomi (IKE) Daerah yang terdiri dari beberapa komponen seperti : 1) Pertumbuhan Ekonomi (ECGI); 2) PDRB per Kapita (WELFI); 3) Rasio PDRB Kabupaten terhadap PDRB Propinsi (ESERI); 4) Angka Kemiskinan. Namun demikian tidak seluruhnya komponen tersebut digunakan dalam mengupas implikasi pemekaran terhadap perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat. Di tingkat makro, akan digunakan indikator PDRB (kontribusi maupun pertumbuhannya) dan Rasio PDRB terhadap propinsi. Sementara di tingkat mikro dikembangkan dari indikator pendapatan perkapita, IPM, dan koefisien gini. 3.2.1 Kondisi Perekonomian Kota Administratif Tasikmalaya Keberadaan Kota Tasikmalaya berangkat dari Kabupaten Tasikmalaya, dimana terdapat beberapa perubahan setelah menjadi Kota Administratif (Kotib) Tasikmalaya melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud. Apabila dicermati secara sekilas, struktur Kotib Tasikmalaya ditunjang utamanya oleh sektor pertanian (39,76 %), sektor perdagangan hotel dan restoran (22,77 %) dan sektor jasa (10,99 %). Hal ini relevan dengan kemampuan komoditas pertanian dalam menyumbang nilai tambahnya terhadap PDRB propinsi Jawa Barat yang cukup 41
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 41
6/22/2010 6:16:15 PM
Bahtiar Rifai
besar (5,91 %) (lihat lampiran), khususnya atas tanaman pangan seperti beras. Selanjutnya, keberadaan jalan arteri yang melintasi Kotib Tasikmalaya yang mana menghubungkan daerah-daerah di sekitarnya secara langsung menumbuhkan beberapa usaha seperti penginapan yang cukup berkembang, sentra-sentra perdagangan maupun jasa makanan dan restoran. Sektor selanjutnya, seperti jasa-jasa semakin meningkat kontribusinya pada saat Kotib Tasikmalaya ini semakin berkembang (urbanized) khususnya akibat perkembangan sektor perdagangan, hotel dan resto yang secara tidak langsung menarik orang-orang untuk berkunjung maupun tinggal di Kotib Tasikmayala. Berkembangan sektor perdagangan hotel dan restoran selanjutnya mendorong adanya kebutuhan sektor jasa dalam menunjang kegiatan sektor tersebut maupun menunjang kegiatan ekonomi secara umum. Tabel 3.1 Kontribusi Sektoral Perekonomian Kota Administratif (19972001) (%)
42
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 42
6/22/2010 6:16:15 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Sementara itu, sektor usaha yang lain lebih bersifat pendukung seperti sektor industri pengolahan (8,93 %); pengangkutan dan komunikasi (6,18 %); Keuangan, sewa dan jasa perusahaan (5,73 %); serta bangunan (4,75 %). Disisi lain pertambangan-penggalian serta listrik-gas-air bersih relatif kurang berkembang, mengingat di Kota Administratif Tasikmalaya tidak memiliki banyak potensi pertambangan baik galian A, B, maupun galian C. Lebih jauh, penggunaan dan perkembangan listrik gas dan air minum relatif kurang berkembang terkait dengan aktivitas konsumsi masyarakat maupun pola pembangunannya yang utamanya pada sektor primer. Diasumsikan bahwa perkembangan sektor primer ke sekunder atau tersier akan membawa perubahan pada perkembangan sektor yang lain, khususnya atas penggunaan faktor-faktor input. Kemampuan dalam meningkatkan kontribusi sektoral hanya terlihat pada dua sektor saja, seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Sementara itu sektor yang lain cenderung tetap (konstan) dan beberapa malah menurun. Pada tahun 2001, kontribusi sektor pertanian hanya berkisar 26,38 % yang selanjutnya meningkat menjadi 37,06 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan peran pertanian yang cukup signifikan terhadap perekonomian. Disisi lain, sektor jasa juga berkembang meski relatif kecil (15,52 % di tahun 1997 ke 18,85 % pada tahun 2001) dibandingkan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi tersebut nampaknya kurang relevan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sektoralnya seperti terlihat pada tabel 3.2. Sektor pertanian dan jasa-jasa meskipun memiliki peningkatan kontribusi secara positif, dalam pertumbuhannya tidak
43
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 43
6/22/2010 6:16:16 PM
Bahtiar Rifai
searah dengan peningkatan kontribusi. Pertumbuhan kedua sektor tersebut cenderung berfluktuasi khususnya tahun 1998 (sektor pertanian -20,96 %) dan 2000 (sektor jasa -31,97 %). Secara ratarata, pertumbuhan kedua sektor tersebut berada pada kisaran -2,21 % (pertanian) dan -3,52 % (jasa-jasa). Demikian pula laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup besar, khususnya pada tahun 1998 (-12,59 %) dan 2000 (-33,10 %). Diperkirakan fluktuasi perekonomian nasional memiliki implikasi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kotib Tasikmalaya. Tabel 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Administratif Tasikmalaya (%)
3.2.2 Kondisi Perekonomian Kota Tasikmalaya Sesuai dengan sejarah pembentukan Kota Tasikmalaya, kota ini lahir pada tahun 2001 yang mana merupakan hasil pemekaran dari Kotib Tasikmalaya. Bila diamati secara sekilas terdapat beberapa hal 44
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 44
6/22/2010 6:16:16 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
yang menarik atas kontribusi sektoral Kota Tasikmalaya. Pertama, terdapat perubahan yang signifikan dalam struktur ekonominya, yakni pergeseran dari sektor pertanian, perdagangan dan sektor jasa (periode Kotib) menjadi sektor perdagangan (29,16 %); industri (17,42 %) dan jasa-jasa (13,52 %) sebagai penggerak utama perekonomian. Sektor pertanian yang sebelumnya (periode Kotib) mendominasi struktur perekonomian justru menyusut kontribusinya. Hal ini disebabkan wilayah Kota Tasikmalaya mayoritas berada di Kota, sehingga lahan pertanian cenderung terbatas yang secara langsung berpengaruh pada penurunan nilai tambah yang dihasilkan. Kedua, terdapat kecenderungan bahwa perkembangan sektor unggulan tersebut merupakan bagian/hasil dari kegiatan yang terjadi di periode Kotib dan ‘dibawa’ pada periode Kota Tasikmalaya. Dengan kata lain bahwa sektor unggulan tersebut (khususnya sektor perdagangan hotel dan restoran) bukan merupakan hasil pembangunan (prestasi) Kota Tasikmalaya itu sendiri, namun lebih merupakan ‘warisan’ dari Kotib Tasikmalaya.
45
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 45
6/22/2010 6:16:16 PM
Bahtiar Rifai
Tabel 3.3 Kontribusi Sektoral Perekonomian Kota Tasikmalaya (%)
Argumentasi diatas nampaknya cukup relevan bila dalam analisis berikut melihat perubahan struktur ekonomi Kabupaten Tasikmalaya sebagai bagian dari hasil Pemekaran Kotib Tasikmalaya (hasil pemekaran Kotib adalah munculnya Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya). Kabupaten Tasikmalaya selanjutnya disebut sebagai Daerah Induk (DI), sementara Kota Tasikmalaya disebut sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB). Perkembangan sektor Perdagangan Hotel Restoran (PHR) di Kota Tasikmalaya berkorelasi positif (29,16 %) dengan perkembangan sektor PHR pada periode Kotib (24,23 %). Artinya bahwa sektor PHR merupakan hasil perkembangan dari Kotib dibandingkan tercipta (terbangun) akibat pemekaran. Lebih jauh, nampak terjadi pembagian sektor
46
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 46
6/22/2010 6:16:16 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
unggulan antara Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dari adanya pemekaran. Kondisi ini dapat dilihat dari sektor unggulan serupa (PHR) yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Tasikmalaya (21,70 %). Bilamana diperbandingkan secara nilai antara Kota dan Kabupaten maka nampak bahwa sektor PHR Kabupaten Tasikmalaya (Rp. 847,49 milyar) cenderung memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan Kota Tasikmalaya (Rp. 916,32 milyar). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten memiliki kekuatan lebih dalam mengakomodasi sektor ini dibandingkan dengan Kota sebagai hasil dari pemekaran Kotib Tasikmalaya.
Grafik 3.1 Perbandingan Rata-Rata Kontribusi Sektoral Kabupaten dan Kota Tasikmalaya (%)
47
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 47
6/22/2010 6:16:16 PM
Bahtiar Rifai
Sementara itu, sektor industri yang menjadi sektor unggulan kedua setelah sektor PHR di Kota Tasikmalaya, secara tidak langsung diprediksi merupakan hasil dari pemekaran wilayah. Argumentasinya adalah : pertama bila dibandingkan dengan Kabupaten (7,05 %) , Kota (17,42 %) cenderung memiliki kontribusi sektor industri lebih besar. Kedua, nilai tambah sektor industri Kota (Rp. 508,18 milyar) lebih besar dibanding kabupaten (Rp. 327.10 milyar). Ketiga, dengan adanya pemekaran sistem birokrasi dan dukungan terhadap perkembangan sektor usaha relatif lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil indepth interview terhadap salah satu pengusaha batik yang menyatakan bahwa dengan adanya pemekaran, insentif bagi pengusaha cenderung lebih banyak dibandingkan periode sebelumnya. Beberapa bentuk insentif yang diberikan adalah fasilitasi pameran, pemberian modal maupun pelatihan. Selain itu, melalui Bappeda dan Dinas Perindustrian memberikan kemudahan dalam hak ijin usaha sehingga akses perbankan relatif lebih mudah. Hal ini mengindikasikan bahwa target pemekaran untuk memberikan kedekatan pelayanan kepada masyarakat secara sekilas tercapai.
48
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 48
6/22/2010 6:16:16 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tasikmalaya (%)
Dalam sisi pertumbuhan ekonomi, nampak bahwa laju pertumbuhan ekonomi (LPE) memliki tren yang terus meningkat sejak adanya pemekaran dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,9 %. Di tingkat sektoral, pertumbuhan terbesar justru terjadi pada sektor non unggulan, yaitu keungan, sewa dan jasa perusahaan (17,98). Sementara sektor unggulan seperti industri pengolahan (IP) dan PHR cenderung tumbuh rata-rata pada level yang lebih rendah (6,60 % dan 3,79 %) Pada awal pemekaran (2003), LPE hanya sebesar 4,43 % dan terus meningkat menjadi 5,98 % (2007). Namun demikian LPE Kota Tasik (4,9 %) relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan LPE Propinsi Jawa Barat (5,3 %). Hal ini disebabkan karena sebagai DOB, Kota Tasikmalaya masih terfokus pada upaya untuk melakukan sinkronisasi, penataan 49
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 49
6/22/2010 6:16:16 PM
Bahtiar Rifai
dan restrukturisasi kembali hingga penyesuaian kembali seluruh sistemnya (baik pemerintahan maupun ekonomi). Selain itu, Kota Tasikmalaya dihadapkan pada permasalahan konflik asset dengan Kabupaten Tasikmalaya, khususnya atas aset-aset daerah yang potensial. Secara langsung hal ini menghambat pada proses pembangunan khususnya dalam konsentrasi mengerahkan dan mengelola segala potensi yang dimiliki. •
Sektor Unggulan Kota Tasikmalaya
Dalam mengindentifikasi sektor unggulan Kota Tasikmalaya dapat dianalisis melalui perhitungan LQ (Location Qoutient), dimana bila LQ bernilai lebih dari 1 maka dapat dikategorikan sebagai sektor basis, demikian pula sebaliknya. Nampak dalam Tabel 3.5. sektor-sektor non basis seperti sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan listrik-gas-air bersih. Hal ini diindikasikan akibat nilai tambah yang dihasilkan tidak sebesar nilai tambah yang lain, sehingga output yang dihasilkan cenderung untuk memenuhi kebutuhan internal wilayah dibanding diperdagangkan dengan wilayah lain. Proyeksi tersebut cukup beralasan, sebab bila diperbandingkan dengan sektor basis diwilayah induk nampak bahwa terjadi shifting (pergeseran) di sektor tertentu, khususnya sektor pertanian (dengan LQ rata-rata 3,26) yang menjadi sektor basis utama (tertinggi). Sementara sektor pertanian di wilayah
50
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 50
6/22/2010 6:16:17 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Kota Tasikmalaya justru menjadi sektor jasa (service). Hal menarik selanjutnya adalah pasca pemekaran, sektor bangunan di Kabupaten Tasikmalaya juga mengalami shifting dari sektor basis ke sektor non basis. Dengan membandingkan Nilai LQ Kabupaten Tasikmalaya (Tabel 3.6.) terjadi interchange antara sektor pertanian dan bangunan, selain itu nampak terjadi dikotomi kegiatan ekonomi (seperti diproyeksikan pada bagian awal), dimana Kota Tasikmalaya kehilangan sektor basisnya (pertanian) akibat pemekaran, sementara wilayah induk (Kabupaten Tasikmalaya) relatif kehilangan sektor basisnya juga (bangunan). Tabel 3.5 Nilai LQ Sektoral Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2007
51
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 51
6/22/2010 6:16:17 PM
Bahtiar Rifai
Tabel 3.6 Nilai Perhitungan LQ Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2007 (Periode Setelah Pemekaran)
Perhitungan sektor potensial di Kabupaten Tasikmalaya (daerah induk) dan Kota Tasikmalaya (daerah otonomi baru) bila dicermati terdapat dua sektor strategis dengan nilai LQ terbesar bagi masing-masing wilayah (Pertanian-Kabupaten Tasikmalaya : 3,26 dan Bangunan-Kota Tasikmalaya : 3,05). Artinya bahwa dengan adanya pemekaran wilayah telah terjadi bipolarisasi kegiatan ekonomi di dalam dua wilayah (antara Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya), yang sebelumnya kegiatan hanya terkonsentrasi di Kabupaten Tasikmalaya. Dengan kata lain, melalui pemekaran terjadi daya tarik menarik kegiatan yang cukup kuat antar wilayah yang berdekatan (Kota dan Kabupaten Tasikmalaya) melalui dua sektor tersebut. Menengok kembali pada periode 52
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 52
6/22/2010 6:16:17 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
sebelum pemekaran, nampak bahwa sektor pertanian (2,17) dan jasa-jasa (2,05) merupakan sektor yang relatif sama memiliki nilai LQ yang sama, dimana merupakan dua sektor unggulan terbesar menopang ekonomi wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, tidak dipungkiri bahwa sejak sebelum hingga sesudah pemekaran, sektor pertanian, jasa dan bangunan adalah tiga sektor basis terbesar yang mana setelah pemekaran masih tercermin pada nilai LQ di dua wilayah tersebut. Pertumbuhan perekonomian Kota Tasikmalaya ditopang oleh beberapa sektor basis yang cukup unggul yaitu : bangunan (3,05); keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan (2,91); pengangkutan dan komunikasi (2,17); jasa-jasa (1,78); serta perdagangan hotel dan restoran (1,55). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor strategis yang dapat dikembangkan dengan nilai tambah yang dapat ditingkatkan melalui inovasi, teknologi, kreativitas dan pengembangan jaringan, seperti perdagangan-hotelrestoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan-persewaanjasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut bukan merupakan sektor yang berbasis pada alam, sehingga batasan waktu dan cadangan relatif dapat diantisipasi. Beberapa faktor pembentukan nilai LQ tersebut adalah: a). Kota Tasikmalaya adalah daerah yang relatif besar dan berbatasan dengan daerah lain sehingga sering menjadi daerah transit bagi para pebisnis maupun orang yang berpergian sehingga menumbuhkan usaha penginapan dan restoran. Perdagangan yang terjadi relatif besar diakibatkan 53
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 53
6/22/2010 6:16:17 PM
Bahtiar Rifai
Kota Tasikmalaya merupakan pusat perdagangan dan distribusi besar bagi wilayah-wilayah di sekitarnya yang tercermin melalui beberapa pusat perdagangan besar dan adanya pedagang-pedagang besar di wilayah ini. b). Pengangkutan di Kota Tasikmalaya relatif maju sebab merupakan last point wilayah Jawa Barat (diluar Bandung) bagi jalur transportasi darat yang menghubungkan dengan daerah lain (antar kota antar propinsi), seperti dengan Sumatera, Jakarta, dan Jawa Tengah. Mobilitas ini semakin tinggi takkala semakin banyak masyarakat Tasikmalaya dan wilayah sekitarnya melakukan urbanisasi ke daerah lain untuk mendapat pekerjaan. c). Sebagai daerah yang baru mekar, Kota Tasikmalaya relatif giat membangun, khususnya aspek infrastruktur (jalan, jembatan, fasilitas umum seperti terminal, gedung perkantoran, hiburan dan perumahan masyarakat) sehingga pembiayaan di bidang tersebut semakin meningkatkan nilai tambah di sektor bangunan. d). Sektor industri Kota Tasikmalaya pada dasarnya memiliki kontribusi yang cukup besar (17,42 %) terhadap perekonomian
54
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 54
6/22/2010 6:16:17 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Kota Tasikmalaya, namun demikian peranan tersebut relatif lebih kecil dibandingkan peranan daerah lain dalam pembentukan kegiatan industri propinsi maupun dalam kegiatan perdagangan intra wilayah (Propinsi Jawa Barat) maupun di luar wilayah (Propinsi Jawa Barat). Hal ini menyebabkan nilai LQ relatif kecil saat dibandingkan dengan wilayah yang lebih besar (Propinsi). •
Perbandingan Ekonomi Daerah Otonomi Baru dan Daerah Induk
Meskipun bukan sebagai faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya, namun pemekaran memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan maupun kegiatan ekonomi regional. Terdapat kesenjangan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar antara Kota (rata-rata 4,9 %) dan Kabupaten (rata-rata 2,32 %) Tasikmalaya, dimana terdapat selisih sebesar 2,58 %. Diperkirakan Kota Tasikmalaya cenderung lebih mampu mendorong pertumbuhan eknominya melalui sektor-sektor unggulan maupun pendukung (seperti keuangan dan jasa-jasa perusahaan mampu tumbuh 17,98 %) dibandingkan Kabupaten Tasikmalaya.
55
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 55
6/22/2010 6:16:17 PM
Bahtiar Rifai
Tabel 3.7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota Tasikmalaya
Pertumbuhan Kota maupun Kabupaten Tasikmalaya masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat maupun nasional. Hal ini nampak pada rasio pertumbuhan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya terhadap pertumbuhan nasional (0,93 dan 0,44) maupun regional Jawa Barat (0,86 dan 0,41). Diindikasikan dengan adanya pemekaran, dapat terjadi pengurangan beban antara satu dengan yang lain, dimana bagian dari wilayah sebelum pemekaran yang kurang maju menjadi beban bagian wilayah lain yang dapat maju. Sementara dengan adanya pemekaran, masing-masing daerah bertanggungjawab atas berbagai beban melalui potensi dan sumberdaya yang dimiliki yang dapat dikelola untuk mengurangi beban tersebut. 56
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 56
6/22/2010 6:16:17 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Dalam aspek yang lain, pemekaran telah berdampak pula pada angka pengganda ekonomi wilayah, dimana selama periode pemekaran (dengan periode pengamatan adalah 5 tahun) nampak bahwa rasio multiplier Kabupaten Tasikmalaya terhadap region Jawa Barat hanya berada pada level 0,60. Berbeda dengan periode pemekaran, yakni rasio kedua wilayah (Kota Tasikmalaya dan wilayah induk) relatif meningkat dimana masing-masing menjadi 0,91 dan 0,72 (lihat Lampiran 3). Melalui besaran rasio tersebut, maka dimungkinkan kegiatan ekonomi di Kota Tasikmalaya akan menarik (‘mendorong’) berbagai kegiatan di Kabupaten Tasikmalaya akibat efek tarikan yang lebih kuat dibanding dengan efek tarikan internal yang mampu diciptakan oleh Kabupaten Tasikmalaya itu sendiri. Hal ini selaras dengan kondisi sehari-hari, dimana masyarakat Kabupaten Tasikmalaya lebih banyak melakukan kegiatan/aktivitas di Kota Tasikmalaya dibanding di wilayahnya sendiri. Beberapa pertimbangannya adalah akses, fasilitas yang ditawarkan dan efek aglomerasi yang tercipta. Kedepan, upaya bipolarisasi sebelumnya akan kembali pada polarization effect bilamana kesenjangan antar wilayah tersebut semakin besar. Wilayah yang lebih maju secara langsung akan ‘menyerap’ berbagai hal yang berada di wilayah sekitarnya mulai dari investasi, kegiatan ekonomi maupun non ekonomi hingga aliran penduduk. Inilah yang perlu diwaspadai oleh kedua pengambil kebijakan di kedua wilayah, sebab di masa selanjutnya tentu akan menimbulkan masalah baru seperti keterbatasan daya dukung wilayah terhadap kebutuhan wilayah itu sendiri.
57
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 57
6/22/2010 6:16:18 PM
Bahtiar Rifai
•
Peranan Perekonomian Kota Tasikmalaya terhadap Propinsi Jawa Barat
Di awal pemekaran, Kota Tasikmalaya telah melakukan berbagai macam penyesuaian, seperti sinkronisasi dan perubahan struktur pemerintahan, proses birokrasi, tatanan peraturan dan perundangan yang berlaku, pembagian sumber daya dan potensi daerah hingga pada penataan berbagai aspek fisik lainnya (wilayah, bangunan dan sektor-sektor strategis). Penyesuaian tersebut relatif tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, karena menyangkut sistem birokrasi, kewilayahan dan pembagian perangkat aparatur terkait. Inilah yang masih menjadi hambatan dalam pengembangan kegiatan ekonomi wilayah. Tidak dipungkiri, bahwa sejak pemekaran (tahun 2002) hingga saat ini masih terdapat konflik yang cukup kuat antara pemerintahan Kota Tasikmalaya dan wilayah induk, khususnya perebutan sektor-sektor strategis, seperti bangunan dan wilayah. Konflik ini terjadi nampak bahwa masih banyak instansi pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya. Belum selesainya relokasi pemerintahan maupun instansi Kabupaten Tasikmalaya ke wilayah baru ditengarai disebabkan oleh 2 hal utama, yaitu belum terjadi kesepakatan nilai dalam proses ‘tukar guling’ tersebut dan wilayah baru Kabupaten Tasikmalaya yang relatif jauh dengan akses jalan raya yang masih terbatas.
58
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 58
6/22/2010 6:16:18 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 3.8 Peranan Ekonomi Kota Tasikmalaya Terhadap Ekonomi Prop. Jawa Barat Tahun 2003-2007 (ADHK 2000 dalam persen)
Selain terus mendorong pertumbuhan ekonomi, Kota Tasikmalaya berusaha meningkatkan peranannya terhadap perekonomian regional (Propinsi Jawa Barat), yaitu dengan meningkatkan nilai tambah yang tercipta (secara sektoral maupun akumulatif). Dalam tabel berikut, nampak bahwa sektor bangunan (3,86 %) dan keuangan-sewa dan jasa perusahaan (3,65 %) memiliki kontribusi sektoral yang mendekati 4 % (rata-rata kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat). Sementara secara akumulatif, kontribusi Kota Tasikmalaya relatif kecil, yaitu pada kisaran 1,21 % (dibawah
59
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 59
6/22/2010 6:16:18 PM
Bahtiar Rifai
rata-rata kontribusi Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat). Hal ini mengindikasikan bahwa meski mampu mendorong pada skala sektoral, Kota Tasikmalaya belum mampu bersaing dengan Kotakota ataupun Kabupaten yang telah lama berdiri dan memiliki tatanan perekonomian yang telah mantap dan stabil. Dengan kata lain bahwa proses dan periode pemekaran yang masih terus berlangsung secara langsung mempengaruhi kegiatan/aktivitas ekonomi yang berada di dalamnya.
3.3 Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Setelah Pemekaran 3.3.1 Pendapatan Perkapita Tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Tasikmalaya yang tercermin melalui pendapatan perkapita memiliki tren positif (progresif) dari tahun 2002-2007. Sejak awal proses pemekaran (2002), pendapatan perkapita masyarakat Kota Tasikmalaya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Tasikmalaya, yakni dengan rasio 1,71. Namun begitu, nilai tersebut masih relatif rendah dibandingkan Propinsi Jawa Barat (rasio 0,82).
60
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 60
6/22/2010 6:16:18 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 3.9 Pendapatan Perkapita Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2007
Pendapatan perkapita masyarakat Kota Tasikmalaya relatif meningkat setelah tahun 2003, dimana diasumsikan telah mulai terdapat perhitungan yang lebih akurat antara kedua wilayah, baik mengenai jumlah penduduk maupun jenis kegiatan yang menghasilkan nilai tambah (khususnya dikotomi wilayah, penduduk maupun berbagai data yang berkaitan dengan keruangan). Kondisi tersebut sangat terkait dengan penentuan batas administratif yang
61
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 61
6/22/2010 6:16:18 PM
Bahtiar Rifai
sangat mempengaruhi terhadap perhitungan penduduk maupun nilai tambah wilayah. Hal ini dapat diamati dengan pertumbuhan yang cukup besar diikuti dengan peningkatan rasio rata-rata yang lebih besar terhadap wilayah induk (2,85) maupun terhadap wilayah region Jawa Barat (1,22). Dengan peningkatan nilai pendapatan perkapita maupun rasio tersebut diasumsikan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat tersebut tercermin atas peningkatan daya dukung wilayah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat setempat akibat berkurangnya beban penduduk dibandingkan periode sebelum pemekaran. Masyarakat diasumsikan memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagi sumber daya dan potensi ekonomi wilayah. 3.3.2 Kesenjangan Pendapatan (Koefisien Gini) Guna mendalami efek pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat, maka digunakan koefisien gini. Koefisien ini bertujuan untuk mengukur kemampuan wilayah dalam mendistribusikan pendapatan wilayah kepada seluruh masyarakat.
62
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 62
6/22/2010 6:16:18 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 3.10 Perbandingan Koefisien Gini Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat
Pendapatan wilayah selama ini belum mampu terdistribusi secara optimal dan proporsional ke seluruh masyarakat Kota Tasikmalaya. Hal ini tercermin pada koefisien gini rata-rata yang berada pada kisara 0,202. Artinya bahwa masih terjadi konsentrasi
63
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 63
6/22/2010 6:16:18 PM
Bahtiar Rifai
distribusi pada kelompok masyarakat tertentu (20 % dari total masyarakat). Namun demikian, distribusi pendapatan yang dilakukan telah relatif lebih baik dibandingkan di wilayah induk maupun di wilayah region Jawa Barat yang ditunjukkan melalui rasio rata-rata yang mencapai 1,040 dan 1,064. Bila ditelusur ke belakang (periode sebelum pemekaran), nampak bahwa telah terjadi sedikit perbaikan distribusi pendapatan yang ditunjukkan melalui peningkatan rasio terhadap regional yang meningkat sebesar 0,019 (dari 1,045 ke 1,064). Kondisi ini dapat berarti bahwa melalui pemekaran wilayah, distribusi pendapatan berjalan lebih baik dibanding sebelum pada periode pemekaran. Ditengarai, komponen jumlah dan struktur penduduk sangat kuat mempengaruhi proses distribusi pendapatan ini. 3.3.3 Tingkat Pengangguran Nampaknya terdapat korelasi positif antara peningkatan pendapatan perkapita dengan pengurangan pengangguran di Kota Tasikmalaya. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan rata-rata pengangguran yang cenderung menurun (-8,33 %). Penurunan terbesar justru terjadi pada tahun 2004 (-49,72 %) dari 64.606 (2003) menjadi 32.486. Fluktuasi pertumbuhan terjadi pada tahun 2003 (64.606) dan 2005 (37.352), dimana memiliki pertumbuhan positif sebesar 16,63 % dan 14,98 %.
64
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 64
6/22/2010 6:16:18 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Grafik 3.2 Perkembangan Pengangguran Kota Tasikmalaya
Demikian pula dengan tingkat rasio pengangguran terhadap total penduduk yang semakin menurun, seperti tahun 2003 sebesar 0,117 menjadi 0,046. Rasio rata-rata mencapai 0,072 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan pengangguran cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Sementara bila dikaitkan dengan wilayah propinsi, nampak bahwa rasio cenderung menurun, dimana mengindikasikan bahwa pertumbuhan pengangguran di Kota Tasikmalaya relatif lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pengangguran propinsi.
65
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 65
6/22/2010 6:16:18 PM
Bahtiar Rifai
Tabel 3.11 Rasio Pengangguran Terhadap Total Penduduk dan Pengangguran Tingkat Propinsi
Hal tersebut mengindikasikan bahwa meskipun dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan Propinsi Jawa Barat, Pemerintah setempat relatif mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar. Dengan kata lain pertumbuhan yang tercipta justru pertumbuhan ekonomi yang relatif berkualitas dan mampu menciptakan berbagai usaha yang bersifat padat karya. Hal ini relevan dengan perkembangan sektor industri dan perdagangan-hotel-restoran yang cukup pesat dimana diprediksi sebagai media penyedia lapangan kerja yang lebih besar. 3.3.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Peningkatan pendapatan perkapita maupun tingkat kesenjangan pendapatan belum cukup dalam menggambarkan adanya 66
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 66
6/22/2010 6:16:18 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu melalui IPM diharapkan mampu menggambarkan tentang kinerja ekonomi wilayah yang terkait dengan pelayanan publik. Sejak awal pemekaran hingga tahun 2006, IPM Kota Tasikmalaya terus mengalami pertumbuhan positif. Nilai IPM Propinsi Jawa Barat cenderung lebih tinggi baik bila dibandingkan terhadap wilayah induk (1,04) maupun region Propinsi Jawa Barat (1,03). Artinya bahwa kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah setempat mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kota Tasikmalaya. Tabel 3.10 Perbandingan IPM Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi Jawa Barat, Tahun 2003-2006
3.4 Penutup Pemekaran wilayah yang terjadi di Kota Tasikmalaya telah memberikan beberapa perubahan yang cukup signifikan. Dalam sisi 67
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 67
6/22/2010 6:16:19 PM
Bahtiar Rifai
struktur ekonomi, terjadi pergeseran kontribusi sektoral dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa (periode Kotib) menjadi sektor perdagangan-hotel-restoran(PHR), industri dan jasa-jasa. Perkembangan sektor PHR dan jasa-jasa merupakan bagian (warisan) dari Kotib dibandingkan hasil pembangunan pasca pemekaran. Sementara sektor industri diindikasikan mampu berkembang sebagai hasil pemekaran, dimana terkait dengan kesadaran pemerintah setempat untuk menjadikan sektor industri penggerak ekonomi utama. Hal ini relevan dengan keseriusan pemerintah memberikan insentif kepada para pengusaha kecil dan menengah baik dalam sisi teknis maupun non teknis. Dalam sisi pertumbuhan ekonomi relatif terus meningkat, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi masih relatif rendah, baik terhadap propinsi maupun nasional. Namun pertumbuhan ekonomi yang rendah tersebut justru mampu mengurangi pengangguran melalui tren pertumbuhan pengangguran yang negatif (menurun). Demikian juga dalam sisi kontribusi sektoral maupun agregat (PDRB) terhadap Propinsi yang mampu dipertahankan pada level 1,21. Dalam sisi kesejahteraan masyarakat, nampak bahwa pemekaran memberikan implikasi positif. Beberapa indikator seperti kualitas hidup, pendapatan perkapita, distribusi pendapatan maupun tingkat pengangguran menunjukkan berbagai indikator yang positf. Namun demikian beberapa hal yang harus diwaspadai adalah kegiatan ekonomi yang tercipta belum mampu menumbuhkan usaha-usaha baru dalam skala yang lebih besar di
68
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 68
6/22/2010 6:16:19 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
tengah masyarakat. Industri di Kota Tasikmalaya didominasi oleh usaha-usaha kecil dan menengah. Harapannya dengan adanya Perubahan struktur sektoral juga harus diwaspadai terhadap adanya gejala polarisasi kembali ke Kota Tasikmalaya yang mana bila diantisipasi menimbulkan berbagai masalah dibelakangnya. Oleh karena itu guna mendorong pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik, beberapa hal dapat dipertimbangkan sebagai upaya perbaikan, yaitu : 1)
Menyelesaikan konflik eksternal dengan wilayah induk (Kabupaten Tasikmalaya), baik secara administratif, pembagian aset, maupun dalam berbagai program pembangunan.
2)
Mempercepat pembangunan infrastruktur, khususnya jalan raya demi memudahkan masuknya investasi dan pengembangan potensi ekonomi daerah.
3)
Menumbuhkan industri-industri pemenuhan kebutuhan input bagi kegiatan ekonomi/produksi di wilayah Kota Tasikmalaya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan efek pengganda yang lebih besar dibanding sebelumnya.
4)
Meneruskan program pembangunan industri, khususnya UKM melalui insentif pada skala yang lebih luas guna mempercepat sektor industri sebagai mesin penggerak utama ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja yang lebih luas sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
69
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 69
6/22/2010 6:16:19 PM
Bahtiar Rifai
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, United Nations Development Programme. 2007. Studi Evaluasi Pemekaran Daerah. Tidak dipublikasikan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, United Nations Development Programme. 2008. Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007. Bridge : Jakarta Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. Berbagai Tahun Terbitan. Tasikmalaya Dalam Angka. BPS Kab.Tasikmalaya Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya. Berbagai Tahun Terbitan. Tasikmalaya Dalam Angka. BPS Kab.Tasikmalaya Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. Berbagai Tahun Terbitan. IPM dan Komponen Pembentuknya. BPS Prop. Jawa Barat Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. Berbagai Tahun Terbitan. Jawa Barat Dalam Angka. BPS Prop. Jawa Barat Blair, John P. 1995. Local Economic Development Analysis and Practice Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional. UPP AMP YKPN : Yogyakarta
70
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 70
6/22/2010 6:16:19 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
Suryanto, Joko. 2008. Dinamika Pemekaran Daerah dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Masyarakat, dalam “Implikasi Pemekaran Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Lipi Press : Jakarta Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara : Jakarta
71
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 71
6/22/2010 6:16:19 PM
Bahtiar Rifai
72
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 72
6/22/2010 6:16:19 PM
Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat
73
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 73
6/22/2010 6:16:19 PM
Bahtiar Rifai
74
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 74
6/22/2010 6:16:19 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
BAB 4 DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN Jiwa Sarana
4.1 Pendahuluan Pendidikan merupakan hak dasar, dimana setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Jaminan akan pendidikan yang layak bagi setiap warga negara tersebut tercantum dalam UUD 1945. Berdasar pada konstitusi terjaminnya pendidikan yang layak dan terjangkau setiap warga negara merupakan kewajiban penyelenggara negara dalam hal ini pemerintah (pusat dan daerah), sehingga baik pemerintah pusat maupun daerah diwajibkan menyediakan sanana prasarana untuk menjamin akses masyarakat terhadap pendidikan dengan mengalokasikan anggaran bagi sektor pendidikan sebesar 20% dari anggaran pembangunan yang ditetapkan. Besarnya alokasi anggaran bagi sektor pendidikan baik tingkat pusat dan daerah menunjukkan keinginan yang kuat penyelenggara negara/(pemerintah pusat dan daerah) dalam menjamin akses pendidikan sehingga tercapai peningkatan kualitas sumber daya manusia.
75
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 75
6/22/2010 6:16:20 PM
Jiwa Sarana
Ketersediaan sarana prasarana pendidikan guna menjamin akses masyarakat akan pendidikan dasar, menengah dan atas bahkan lanjutan perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Bidang pendidikan sebagai bagian dari kewenangan (desentralisasi) menjadi salah satu urusan wajib pemerintah daerah (Kabupaten/Kota). Seiring dengan dinamika pelaksanaan otonomi dan desentralisasi salah satunya fenomena pemekaran/ pembentukan daerah baru semenjak tahun 2000, pemerintah daerah baru pun wajib memberikan jaminan akses pendidikan bagi masyarakat. Dalam kaitan dengan pemekaran daerah, pemerintah makin pendek rentang kendalinya maka peningkatan pelayanan public, khususnya pendidikan menjadi sangat penting. Kota Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah hasil pemekaran pertama pada tahun 2001, perubahan status daerah diharapakan akan mendorong peningkatan pelayanan bidang pendidikan bagi masyarakat sehingga akan menjadi contoh bagi daerah lain. Kebijakan yang ditempuh pemerintah Kota Tasikmalaya dalam hal penyediaan pelayanan publik bidang pendidikan diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Menjadi hal yang sangat ironi apabila kebijakan yang telah diambil tersebut dampaknya tidak dirasakan oleh masyarakat. Pada bagian ini akan dianalisis mengenai pelayanan bidang pendidikan bagi masyarakat (berdasarkan respon dari responden terpilih) sehingga dapat dilihat sejauhmana manfaat pemekaran terhadap pelayanan bidang pendidikan dimana terkait dengan kesejahteraan masyarakat.
76
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 76
6/22/2010 6:16:20 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
Sebagai dasar untuk melihat pelayanan pendidikan perlu kiranya diulas secara ringkas kondisi secara umum pendidikan di Kota Tasikmalaya.
4.2 Pelayanan Publik Bidang Pendidikan dalam Kerangka Desentralisasi Bidang pendidikan merupakan salah satu kewenangan yang harus di jalankan oleh pemrintah daerah, hal ini termuat dalam Undang-Undang Otonomi Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa kewenangan di bidang pendidikan terkait dengan (a) perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan sektoral dan nasional secara makro; (b) kebijakan pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia; (c) kebijakan standarisasi nasional akan ditangai pusat, lainnya akan ditangai daerah, khususnya daerah kabupaten/Kota. Pendidikan merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah (pusat dan daerah). Dalam pelaksanaan kewenangan bidang pendidikan terkait dengan otonomi daerah menurut Armida S. Alisjahbana (2007) masih belum jelasnya intepertasinya seperti: status guru, apakah tetap sebagai PNS pusat atau PNS daerah. Status guru sebagai PNS pusat atau daerah akan berpengaruh pada alokasi anggaran, implikasi lain tentang status guru adalah fleksibilitas daerah dan sekolah dalam proses rekruitmen, pengangkatan, penempatan, nutasi, pemberhentian guru, serta evaluasi atas kinerja guru.
77
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 77
6/22/2010 6:16:20 PM
Jiwa Sarana
Mengenai alokasi dana dari pusat ke daerah, sampai saat ini belum ada kejelasan tentang perumusan alokasi DAU dan DAK ke daerah, apakah dana yang ditransfer pusat sebagai DAU sudah mencakup alokasi untuk sektor pendidikan baik anggaran langsung maupun tidak langsung? Ataukan dana yang termasuk dalam transfer DAU hanya diperuntukkan untuk pembiayaan pengeluaranpengeluaran non personal dari sektor pendidikan, karena guru masih akan berstatus sebagai PNS pusat. Hal-hal tersebut akan sangat tergantung pada keputusan untuk tetap mempertahankan status guru sebagai PNS pusat atau mendesentralisasikan pengelolaan guru kepada daerah sepenuhnya. Demikian pula dengan alokasi DAK ke daerah, sektor prioritas apa saja yang masih diberikan DAK ke daerah, kriteria pengalokasinnya dan apakah sektor pendidikan termasuk sektor yang akan diberikan untuk daerah. Misalnya, untuk daerah-daerah dengan pencapaian standar tingkat pendidikan di bawah rata-rata nasional. Jika dana pendidikan untuk pembayaran gaji dan lainnya ditransfer sepenuhnya ke daerah melalui mekanisme DAU, maka seberapa besar yang akan dialokasikan ke sektor pendidikan tergantung pada prioritas masing-masing daerah. Prioritas alokasi dana daerah selanjutnya tergantung pada pemerintah daerah setempat dan DPRD nya. Mengingat sektor pendidikan merupakan salah satu sektor pelayanan dasar, maka masih perlu adanya suatu standar minimal pendidikan yang harus dicapai daerah,s ehingga daerah memiliki scuan yang harus dicapai dalam perencanaan sektor pendidikan. Kondisi tersebut secara langsung akan mempengaruhi 78
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 78
6/22/2010 6:16:20 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
pendidikan di daerah. Ketidakjelasan wewenang maupun tarik menarik kepentingan disadari atau tidak menjadi penghambat bagi peningkatan kualitas pendidikan. Seberapa besarnya alokasi anggaran yang dikucurkan di sektor pendidikan akan menjadi sia sia apabila faktor ketidakjelasan wewenang masih mewarnai dunia pendidikan.
4.3 Perkembangan Bidang Pendidikan Keberhasilan pembangunan di suatu daerah tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan pengembangan sumber daya manusia, disamping ketersediaan sumber alam, modal dan teknologi yang dimiliki. Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya yang berkaitan dengan perluasan kesempatan masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Pengembangan pendidikan memegang peranan yang sangat penting karena peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan sedikit banyak akan memberi kontribusi terhadap pengembangan sumber daya masyarakat. Perubahan kondisi sumber daya manusia suatu wilayah dapat mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Wilayah/daerah yang mencapai keberhasilan dalam peningkatan kesejahteraan penduduknya adalah yang menanamkan investasi yang relatif besar di bidang pendidikan dan pelatihan. Sebaliknya, wilayah/daerah yang peningkatan kesejahteraan penduduknya cukup rendah adalah wilayah/daerah
79
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 79
6/22/2010 6:16:20 PM
Jiwa Sarana
yang memang menginvestasikan modalnya sangat kecil di bidang pendidikan. Gambaran ini memberikan indikasi betapa pentingnya investasi di bidang pendidikan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan indikator yang memegang peranan penting sebagai penentu kualitas penduduk di suatu negara/daerah, yang dapat diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang akan terkait dengan indikator lainnya seperti pendapatan masyarakat dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian agar kualitas penduduk dapat ditingkatkan, maka upaya-upaya perbaikan pendidikan baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan. Dalam melihat keberhasilan pemekaran wilayah di Kota Tasikmalaya dalam hal pendidikan tidak dapat dihindari harus membandingkan indikator makro sebelum dan sesudah pemekaran wilayah. Apabila terjadi peningkatan nilai (persentase) dari indikator makro di bidang pendidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemekaran wilayah di Kota Tasikmalaya dari bidang pendidikan berdampak positif sedangkan apabila terjadi sebaliknya maka pemekaran wilayah tersebut dapat dikatakan berdampak negatif. Idealnya untuk membandingkan dampak sebelum dan sesudah adalah dengan melihat indikator makro pendidikan pada tahun 1999 (sebelum pemekaran wilayah) dan tahun 2002 – 2008 (setelah
80
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 80
6/22/2010 6:16:20 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
pemekaran wilayah). Karena keterbatasan informasi dan data untuk tahun 1999 maupun tahun 2000 tidak disajikan, namun berdasar indikator makro tahun 2002 dan tahun 2008 cukup menggambarkan kondisi bidang pendidikan setelah terjadi pemekaran. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kuantitas dan kualitas pendidikan masyarakat disuatu daerah adalah : a. b. c.
Angka melek huruf masyarakat Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Putus Sekolah
4.3.1 Angka Melek Huruf Indikator yang dapat digunakan untuk melihat proporsi penduduk yang dapat/tidak dapat membaca dan menulis adalah angka melek huruf atau buta huruf. Angka melek huruf adalah angka yang menunjukkan penduduk yang dapat membaca dan menulis. Sebaliknya, angka buta huruf adalah suatu indicator yang digunakan untuk melihat proporsi penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis. Dari data yang ada, angka melek huruf di Kota Tasikmalaya dari tahun 2001 sampai tahun 2008 cenderung terjadi peningkatan. Pada tahun 2001, angka melek huruf sekitar 98,10 % sedangkan tahun 2008 angka melek huruf menjadi 99,47 %.
81
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 81
6/22/2010 6:16:20 PM
Jiwa Sarana
Grafik 4.1 Persentase Angka Melek Huruf Kota Tasikmalaya Tahun 2001 – 2008
Kenaikan yang cukup signifikan angka melek huruf tersebut menunjukkan komitmen pemerintah Kota Tasiklamaya untuk membebaskan masyarakatnya dari buta huruf. Kebijakan pemerintah terkait angka melek huruf sesuai dengan misi pemeritah Kota Tasikmalaya di bidang pendidikan yaitu “mewujudkan pemerataan pendidikan di semua lapisan masyarakat”. Kebijakan dalam hal pemberantasan buta huruf gencar dilakukan dengan apalagi dengan adannya bantuan dana BOS. Dengan adanya bantuan dana BOS diharapkan pelayanan publik bidang pendidikan dapat dengan mudah dijangkau oleh masyakarat khususnya dalam hal pendidikan dasar. Permasalahan yang dihadapi dalam menuntaskan buta huruf di masyarakat adalah masih banyak masyarakat usia 82
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 82
6/22/2010 6:16:20 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
lanjut yang tidak dapat membaca dan menulis. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan kesabaran dan keuletan yang tinggi dari aparat pemerintah sehingga mereka memiliki kembali minat yang kuat untuk bisa membaca dan menulis. 4.3.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Tinggi rendahnya potensi suatu masyarakat dapat dilihat dari besar kecilnya partisipasinya di bidang pendidikan. Partisipasi di bidang pendidikan ini dapat diukur dari suatu indicator yang disebut dengan Angka Partisipasi Kasar (APK). APK merupakan rasio yang mencerminkan siswa yang masuk untuk semua umur di jenjang pendidikan tertentu (SD, SMP, dan SMU) sebagai persentase total jumlah penduduk menurut kelompok umur yang seharusnya berada di jenjang pendidikan tersebut. Penggolongan kelompok umur di Indonesia dalam hal ini kelompok SD adalah 7 – 12 tahun, SMP adalah 13 – 15 tahujn dan SMU 16 – 18 tahun. Tabel 4.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Tasikmalaya Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2003 dan Tahun 2008 (dalam persen)
83
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 83
6/22/2010 6:16:20 PM
Jiwa Sarana
Berdasarkan data diatas, menunjukkan adanya peningkatan nilai APK baik untuk tingkat SD, SMP maupun SMU. Pada tahun 2002, nilai APK baik untuk SD, SMP maupun SMU dibawah 90 % bahkan untuk tingkat SMU nilai APK dibawah 70%, sedangkan pada tahun 2008 nilai APK terjadi peningkatan cukup signifikan dimana APK untuk SD menjadi 108,8%., SMP 101,84% dan SMU 89,111%. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa APK untuk untuk tingkat SD dari tahun 2005 sampai tahun 2008 sudah lebih dari dari 100%. Kondisi ini menunjukkan bahwa semua penduduk Kota Tasikmalaya pada usia SD sudah bersekolah bahkan ada penduduk kabupaten Tasikmalaya yang bersekolah di sekolah yang berada di Kota Tasikmalaya. Untuk tingkat SMP, nilai APK pada tahun 2007 juga sudah melebihi 100%, kondisi tersebut menunjukkanbhal sama pada tingkat SD, dimana pada tahun 2007 semua anak usia 13 – 15 tahun (SMP) sudah bersekolah bahkan terjadi juga anak dari Kabupaten Tasikmalaya yang bersekolah di Kota Tasikmalaya. Permasalahan yang sangat penting bagi pemerintah Kota Tasilmalaya adalah bagaimana meningkatkan APK untuk tingkat SMU yang saat ini masih di bawah 90%. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak (lebih dari 10%) penduduk usia sekolah SMA (16 – 19 tahun) tidak bisa mengenyam pendidikan di tingkatan tersebut. Yang menjadi permsalahannya adalah apakah biaya pendidikan pada jenjang tersebut masih tinggi sehingga belum dapat terjangkau oleh masyarakat khususnya menengah ke bawah atau memang budaya masyarakat yang hanya memberikan
84
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 84
6/22/2010 6:16:20 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
pendidikan yang kurang tinggi bagi perempuan di daerahnya. Ini bisa dilihat bahwa %tase siswa SMU untuk laki-laki lebih tinggi dari siswa perempuan. Dari hasil Suseda tahun 2008 didapat fakta bahwa banyak orang tua untuki menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan SLTA ke atas lebih mengutamakan laki-laki dibanding anak perempuan. 4.3.3 Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah ditinjau dari siswa yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya dalam jenjang tertentu. Kondisi umum pada suatu daerah khususnya daerah yang kurang maju adalah tidak semua anak yang berada dalam suatu jenjang pendidikan berhasil menamatkan jenjang pendidikan yang bersangkutan, atau yang sudah menamatkan tapi tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Angka putus sekolah baik untuk tingkat SD, SMP maupun SMA terjadi penurunan pada tahun 2002 dan tahun 2008. Pada tahun 2002, angka putus sekolah untuk tingkat SD sekitar 3,2% menjadi 1,2% pada tahun 2008. Tingkat SMP angka putus sekolah tahun 2002 adalah sekitar 26,74% menjadi 16,66% pada tahun 2008 sedangkan untuk tingkat SMU angka putus sekolah pada tahun 2002 sekitar 64,53% pada tahun 2002 menjadi 42,84% tahun 2008. Walaupun terjadi penurunan angka putus sekolah tahun 2008 tetapi angka tersebut asih cukup tinggi. Sedangkan pada tingkat SMU, lebih dari 40% anak sekolah tidak dapat menamatkan pendidikan (drop out).
85
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 85
6/22/2010 6:16:20 PM
Jiwa Sarana
Tabel 4.2 Angka Putus Sekolah Kota Tasikmalaya Tahun 2002 dan Tahun 2008 (persentase)
Cukup tingginya angka putus sekolah pada level SMU menjadi suatu pertanyaan terkait kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan pada tingkat SMU. Besarnya biaya pendidikan SMU sering menjadi kendala pada masyarakat desa dengan katagori ekonomi menengah ke bawah. Bagi masyarakat dengan katagori menengah kebawah untuk membiayai anak melanjutkan ke jenjang SMU dirasakan relative berat. Apabila masyarakat menganggap biaya menjadi kendala dalam melanjutkan ke jenjang SMU, maka menjadi pekerjaaan rumah bagi pemerintah daerah Kota Tasikmalaya untuk mengupayakan biaya pendidikan tingkat SMU sehingga terjangkau oleh sebagian besar masyarakatnya. Berdasarkan data yang menggambarkan tingginya angka putus sekolah untuk melanjutkan ke jenjang SMU terjadi maka akan mempengaruhi daya saing sumber daya manusia daerah.
4.4 Dampak Pemekaran Terhadap Pelayanan Publik Bidang Pendidikan 4.4.1 Persepsi Responden Terhadap Pelayanan Pendidikan Analisis mengenai persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang pendidikan dilakukan dengan melihat seberapa 86
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 86
6/22/2010 6:16:20 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
besar respon masyarakat. Respon tersebut berdasarkan apa yang dirasakan oleh masyarakat selama ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait perubahan pelayanan publik bidang pendidikan yang dirasakan baik sebelum maupun setelah pemekaran. Pendapat masyarakat terkait pelayanan bidang pendidikan di Kota Tasikmalaya setelah terjadi pemekaran, mengalami perubahan (86% responden menyatakan bahwa pemekaran memberikan dampak yang cukup baik dalam pendidikan). Pelayanan pendidikan menjadi lebih baik tersebut dalam hal kurikulum, kualitas gedung, perhatian pemerintah Kota, maupun kebijakan kebijakan yang diambil kearah perbaikan pendidikan. Berdasarkan kondisi makro pendidikan di Kota Tasikmalaya, memang dapat dilihat terjadi kenaikan kualitas pendidikan pada tahun 2008 dengan menaikknya beberapa indikator kualitas pendidikan seperti APK, angka melek huruf maupun angka putus sekolah (seperti terlihat pada tabel 4.1, 4.2 dan 4.3). Sedangkan dari sisi kuantitas maupun kualitas gedung sekolah maupun guru juga dirasakan oleh masyarakat terjadi peningkatan yang cukup signifikan (tabel 4.4). Tabel 4.3 Jumlah Ruang Kelas dan Guru Kota Tasikmalaya, Tahun 2005 – 2008
87
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 87
6/22/2010 6:16:21 PM
Jiwa Sarana
Peningkatan pelayanan pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat dapat dilihat dari kenyataan bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 pemerintah telah melakukan perbaikan ruang kelas yang cukup signifikan. Pada tahun 2005, ruang kelas yang rusak berat sekitar 19%, tetapi sampai dengan tahu 2008 ruang kelas yang rusak menjadi 11%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Kota Tasikmalaya dengan kemampuan yang ada melakukan perbaikan terhadap ruang sekolah yang rusak berat. Disisi lain terjadi penururnan ruang kelas yang ada dikarenakan beberapa ruang kelas di tingkat SD sudah tidak banyak digunakan karena sedikitnya murid sehingga beberapa sekolah dilakukukan penggabungan atau alih fungsi pemanfaatan ruang kelas. Kondisi ini mengakibatkabn jumlah ruang kelas menjadi lebih kecil tapi kualitas ruang kelas menjadi lebih baik. Infrastruktur bidang pendidikan akan terkait dengan staf pengajar/guru, jumlah guru tahun 2005-2007 terjadi kenaikan sedangkan tahun 2008 terjadi penurunan jumlah guru yang mengajar di Kota Tasikmalaya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Dinas Pendidikan - Kota Tasikmalaya, penurunan jumlah guru diakibatkan banyak guru yang sedang meningkatkan kemampuan sehingga statusnya non aktif. Peningkatan kemampuan guru dilakukan dengan melanjutkanya pendidikan sehingga profesionalitas diharapkan akan meningkat. Peningkatan kemampuan tersebut merupakan bagian dari kebijakan strategis Dinas Pendidikan berupa persaratan sertifikasi profesi guru.
88
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 88
6/22/2010 6:16:21 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
4.4.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Pelayanan Bidang Pendidikan Untuk melihat persepsi respoden terhadap sesuatu hal sebelum dan sesudah pemekaran wilayah maka digunakan Cut off Point (CoP). Perhitungan dengan menggunakan motoda Cut off Point digunakan untuk melihat berbagai hal terkait pelayanan publik bidang pendidikan pada saat setelah berstatus daerah otonomi baru lebih baik dibanding masih berstatus Kotib Tasikmalaya. Dari hasil analisis yang dilakukan menghasilkan temuan sebagai berikut: •
Kebijakan Daerah
Dalam hal ketepatan pembangunan pendidikan dalam hal ini menyangkut program pendidikan yang dikembangkan, pembangunan sekolah, perbaikan ruang kelas, masyarakat yang menjadi responden menyatakan bahwa setelah pemekaran wilayah program pembangunan pendidikan lebih tepat/terencana daripada sebelum pemekaran wilayah. Ini ditunjukkan dengan nilai cut of point dari variabel ketepatan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pemekaran (sebelum pemekaran wilayah nilai cut of point sebesar 2,45, setelah pemekaran wilayah nilai Cut of point menjadi 2,74). Penilaian masyarakat dimana ketepatan pembangunan pendidikan dirasa lebih baik dari sebelumnya tidak dapat dipungkiri karena kebijakan kebijakan yang diambil dinas pendidikan Kota Tasikmalaya selama ini dirasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
89
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 89
6/22/2010 6:16:21 PM
Jiwa Sarana
Kebijakan seperti perbaikan ruang kelas yang sudah rusak berat, penggunaaan dana bantuan BOS sesuai dengan peruntukkannya sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Satu dampak positif lainnya dengan program pembangunan pendidikan yang tepat adalah dengan meningkatkan indikator kualitas pendidikan di Kota Tasikmalaya pada tahun 2008 seperti APK, Angka Melek Huruf dan Angka Putus Sekolah. Berkaitan dengan program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, masyarakat yang menjadi responden menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam hal ini orang tua di bidang pendidikan lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah. Ini bisa dilihat dari nilai cut of point dari variebel tersebut dimana sebelum pemekaran wilayah nilai cut of point 2,23 tapi setelah pemekaran wilayah menjadi 2,64. Program pemberdayaan masyarakat (orang tua) dalam hal pendidikan ini diwadahi dalam komite sekolah. Dalam komite sekolah ini baik pengurus maupun anggotanya adalah para wali murid. Komite sekolah ini juga ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Disamping itu, program buku penghubungan juga mmbuat orang tua harus terlibat aktif dalam pendidikan anak. Dalam buku penghubung tersebut, orang tua diajak untuk ikut terlibat aktif dalam perkembangan pendidikan anak, sejauh mana anak dapat menguasai materi yang diajarkan oleh guru, ataupun permasalahan permasalahan apa yang dihadapi oleh anak dalam hal pendidikan maupun pergaulan dengan teman maupun guru. Program-program tersebut dirasakan oleh masyarakat yang menjadi responden 90
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 90
6/22/2010 6:16:21 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
menjadi nilai positif terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan. Nilai cut of point dari beberapa variable dalam aspek kebijakan daerah adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Daerah
Berkaitan program pendidikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, masyarakat menilai bahwa setelah adanya pemekaran wilayah ternyata program pendidikan dalam meingkatkan perekonomian masyarakat menjadi lebih baik. Ini bisa dilihat dari nilai cut of point setelah pemekaran lebih besar darpada sebelum pemekaran. Alasan masyarakat merasa lebih baik setelah pemekaran wilayah adalah bahwa adanya dana batuan sekolah lewat BOS setidaknya dapat memberikan keringanan biaya pendidikan yang selama ini telah dialokasikan. Dana pendidikan yang tidak digunakan akan dipakai untuk kepentingan ekonomi lainnya, seperti untuk meningkatkan kualitas makanan yang disajikan, membeli sesuatu yang memang sangat diperlukan. Dalam hal ini maka masyarakat memberikan respon yang baik terhadap program ini. 91
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 91
6/22/2010 6:16:21 PM
Jiwa Sarana
Masyarakat menilai bahwa kebijakan pembangunan daerah terhadap pendidikan setelah adanya pemekaran wilayah lebih berpihak kepada masyatakat. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai cut of point setelah pemekaran wilayah lebih besar bila dibandingakan dengan sebelum pemekaran wilayah. Keberpihakan kebijakan pembangunan daerah terhadap dunia pendidikan dapat dilihat dari besarnya alokasi anggaran untuk pendidikan disamping juga adanya bantuan pendidikan melalui BOS. Besarnya alokasi anggaran untuk pendidikan tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk memperbaiki fasilitas pendidikan, membantu mengurangi biaya pendidikan, pemberian beasiswa maupun meningkatkan kualitas guru. Hal-hal tersebut dirasakan masyarakat sebagai bentuk keberpihakan pembangunan daerah terhadap pendidikan di Kota Tasikmalaya. Secara umum bahwa aspek kebijakan daerah yang diambil oleh pemerintah Kota Tasikmalaya dinilai oleh masyarakat menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah. Responden merasa keberhasilan pendidikan baik secara kualitas maupun kuantitas diakibatkan adanya kebijakan daerah dalam hal pendidikan yang memperhatikan kepentingan masyarakat umum. •
Alokasi Anggaran Daerah
Menurut persepsi masyarakat menyatakan bahwa alokasi anggaran dibidang pendidikan dinilai lebih tepat setelah pemekaran wilayah jika dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah. Hal tersebut bisa diliihat dari nilai cut of point dari variable tersebut
92
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 92
6/22/2010 6:16:21 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
dimana sebelum pemekaran wilayah nilai cut of point adalah 2,33 tapi setelah pemekaran wilayah angka cut of point menjadi 2,46. Persepsi masyarakat tersebut kemungkinan didasarkan atas kebijakan kebijakan yang diambil pemerintah Kota Tasikmalaya yang dinilai sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Antara lain alokasi anggaran untuk perbaikan ruang kelas yang rusak berat, perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru, kebijakan keringanan biaya pendidikan. Kebijakan yang diambil pemerintah Kota Tasikmalaya tersebut ternyata sangat berdampak positif pada persepsi masyarakat itu sendiri. Nilai cut of point dari variable-variabel dalam aspek alokasi anggaran daerah adalah sebagai berikut; Tabel 4.5 Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Alokasi Anggaran Pendidikan
Dalam hal kesesuaian alokasi anggaran dengan kebutuhan pendidikan, masyarakat yang menjadi responden menyatakan bahwa saat tetalah pemekaran wilayah hal tersebut lebih sesuai dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah. Secara nilai dapat dilihat bahwa 93
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 93
6/22/2010 6:16:21 PM
Jiwa Sarana
cut of point untuk kesesuaian alokasi anggaran denganh kebutuhan pendidikan setelah pemekaran wilayah lebih besar jika dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah. Respon masyarakat tersebut merupakan hasil dari kebijakan yang daimbil oleh pemerintah Kota Tasikmalaya dalam hal penganggaran yang mengahut prinsip money follow function, dimana penganggaran ditentukan berdasarkan fungsi atau peruntukkannya. Prinsip tersebut mambuat anggaran yang allokasikan sesuai dengan kebutuhan, ssehingga dapat menekan pemborosan anggaran. Dilihat dari alokasi anggaran pendidikan yang cukup, masyarakat menilai anggaran pendidikan setalah pemekaran wilayah menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah. Artinya bahwa setelah pemekaran wilayah, masyarakat merasa kualitas dan kuantitas pendidikan di Kota Tasikmalaya menjadi lebih baik. Ini dikarenakan didukung dengan kebijakan pemerintah Kota Tasikmalaya yang mengalokasikan dana yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Tasikmalaya. Karena dengan kualitras pendidikan yang baik maka dapat meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat Kota Tasikmalaya. Masyarakat yang menjadi responden berpendapat bahwa anggaran daerah pada masa setelah pemekaran wilayah ini lebih mampu untuk menggerakkkan pembangunan melalui pendidikan. Penilaian ini didasarkan bahwa alokasi anggaran yang cukup besar di sektor pendidikan mampu menggerakkan pembangunan daerah. Perbaikan ruang kelas, pembangunan sekolah baru disadari akan
94
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 94
6/22/2010 6:16:21 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
memberikan efek positif pada pembangunan daerah. Secara umum, dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat menyatakan bahwa alokasi anggaran pendidikan pada masa pemekaran wilayah lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum pemekaran wilayah.
•
Pelayanan Publik Pada Masyarakat
Beberapa variabel yang berkaitan dengan pelayanan publik di bidang pendidikan pada masa setelah pemekaran wilayah mendapat tanggapan yang cukup baik dari masyarakat yang dipih sebagai responden. Pelayanan publik tersebut berkaitan dengan kecukupan pelayanan pendidikan denghan kebutuhan masyarakat, kualitas guru dan aparatur pendidikan. Masyarakat berpendapat setelah pemekaran wilayah, pelayanan publik di bidang pendidikan menjadi lebih baik. Ini bisa dilihat dari nilai cut of point dari hampir semua variable yang lebih besar daripada sebelum pemekaran wilayah. Kondisi tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Kota Tasikmalaya mengalokasikan annggaran dibidang pendidikan yang cukup besar. Ini memberikan ruang yang cukup luas bagi dinas pendidikan untuk melaksanakan programprogramnya seperti perbaikan gedung sekolah, peningkatan kualitas guru, perbaikan kurikulum, keringan biaya pendidikan dan lain sebagainya. Kebijakan tersebut dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Disisi lain juga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Nilai cut of point dari variabel-variabel dalam aspek pelayanan publik adalah sebagai berikut:
95
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 95
6/22/2010 6:16:21 PM
Jiwa Sarana
Tabel 4.6 Cut Of Point Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan
4.5 Penutup Tujuan pemekaran wilayah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Diharapkan dengan pemekaran wilayah pambangunan daerah dapat lebih terkontrol dikarenakan perhatian pemerintah daerah terhadap kondisi daerahnya semakin besar. Begitupula dalam bidang pendidikan. Dengan pemekaran wilayah diharapkan pemeintah daerah dapat lebih focus dan memiliki konsentrasi yang tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan msyarakatnya. Sebagai daerah pemekaran wilayah yang pertama di Indonersia, Kota Tasikmalaya diharapkan dapat memberikan contoh yang baik sebagai daerah hasil pemekaran yang berhadil dibidang pendidikan. Dari hasil analisis yang dilakukan dengan melihat aspek makro yaitu kondisi pendidikan Kota Tasikmalaya secara umum maupun aspek mikro dengan menjaring bagaimana persepsi masyarakat 96
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 96
6/22/2010 6:16:21 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
terhadap pelayanan pendidikan Kota tasikmalaya sebelum dan sesudah pemekaran wilayah maka dapat dilihat sebagai berikut : •
Setelah pemekaran wilayah menunjukkan bahwa perkembangan kondisi pendidikan di Kota Tasikmalaya semakin baik. Ini ditunjukkan dengan meningkatkan indicator kualitas pendidikan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Indikator-indikator tersebut antara lain Angka Partisipasi Kasar (APK), angka melek huruf dan angka putus sekolah. Indikato-indikator tersebut merupakan alat yang selama ini digunakan untuk menilai sejauhmana kualitas pendidikan di suatu daerah.
•
Dari persepsi masyarakat yang menjadi responden, dapat dikatakan bahwa masyarakat merasakan dampak yang positif dalam bidang pendidikan setelah pemekaran wilayah. Kemudahan dalam akses ke pelayanan pendidikan, perbaikan terhadap sarana dan prasarana pendidikan, keterlibatan orang tua dalam pendidikan semakin besar adalah beberapa hal yang dirasakan masyarakat lebih baik dari sebelumnya.
Dari hasil tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa untuk pemekaran wilayah Kota tasikmalaya memberikan dampak yang positif terhadap bisdang pendidikan. Penddidikan di Kota Tasikmalaya semakin baik dan peran serta masyarakat senmakin besar dalam pendidikan. Disisi lain kesempatan masyakarat untuk mendapatkan pendidikan yang lebih lebih terbuka.
97
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 97
6/22/2010 6:16:21 PM
Jiwa Sarana
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana,Armida S, 2007, Desentralisasi Pendidikan: Pengaruhnya terhadap Kondisi Pendidikan di Daerah, Makalah, Jakarta Badan Pusat Statistik, 2002, Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2002, Kota Tasikmalaya Badan Pusat Statistik, 2008, Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2008, Kota Tasikmalaya Badan Pusat Statistik, 2008, Susenas Daerah Tahun 2008, Jakarta Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, 2008, Profil Pendidikan Kota Tasikmalaya Tahun 2008, Tasikmalaya. Edy Suandi Hamid dan Sobirin Malian (Penyuting), 2004, Memperkokoh Otonomi Daerah : Kebijakan, Evaluasi dan Saran, UII Press Mardiasmo, Dr., MBA, Ak., 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Siregar, D. Doli, 2004, Manajemen Aset: Strategi Penataan Koensep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
98
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 98
6/22/2010 6:16:21 PM
Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan
Sudantoko, H. Djoko, 2003, Dilema Otonomi Daerah, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Susilowati, Endang S. Dkk, 2005, Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Kinerja Pelayanan Publik di Bidang Pendidikan dan Kesehatan, P2E- LIPI, Jakarta.
99
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 99
6/22/2010 6:16:22 PM
Jiwa Sarana
100
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 100
6/22/2010 6:16:22 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
BAB 5 PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN Dhani Agung Darmawan
5.1 Pendahuluan Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat merupakan bagian dari tujuan pembangunan sekaligus bagian inti dari kesejahteraan. Kualitas kesehatan masyarakat yang baik menjadi salah satu prasyarat untuk menciptakan produktivitas baik dalam lingkup pendidikan maupun pekerjaan. Dengan demikian jaminan kesehatan masyarakat dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang sangat vital (Todaro dan Smith; 2006). Peran penting kualitas kesehatan masyarakat dalam proses pembangunan suatu negara terletak pada terpenuhinya sarana prasarana kesehatan yang dapat diakses secara mudah oleh seluruh masyarakat. Peningkatan kesehatan masyarakat melalui ketersediaan sarana parasana kesehatan akan sangat terkait dengan kebijakan pembangunan di bidang lain, seperti; pendidikan dan infrastruktur. Oleh karena itu, kualitas kesehatan masyarakat menjadi faktor penting dalam mencapai keberhasilan sebuah pembangunan.
101
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 101
6/22/2010 6:16:22 PM
Dhani Agung Darmawan
Studi Priyono dan Soesetyo (1994); Kremer dan Miguel (2004) menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan, kemampuan intelejensi dan pendapatan nasional suatu negara. Lebih lanjut Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa tingkat kesehatan yang baik akan mampu meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan pendapatan serta mengurangi biaya langsung dan tidak langsung sebagai pengeluaran untuk kesehatan1. Sehingga tingkat kesehatan masyarakat terkait berbagai aspek dalam pembangunan, seperti kemiskinan. Temuan-temuan tersebut sekaligus menegaskan bahwa prioritas kebijakan di bidang kesehatan dalam pembangunan bukan hanya tujuan utama sekaligus berpengaruh terhadap berbagai aspek lain dalam proses pembangunan. Pengalaman empiris di negara-negara maju menunjukkan bahwa tingkat kesehatan menjadi cerminan dari tingkat pendapatan dan kedudukan sosial seseorang. Semakin maju suatu negara semakin tinggi indeks kesehatan masyarakatnya2. Sebagai contoh adalah angka harapan hidup di Jepang sebesar 80 tahun dan angka 1
Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa secara formal keuntungan pendapatan dapat ditulis sebagai E adalah pendapatan dengan tingkat kesehatan prima, N, adalah pendapatan tanpa kesehatan prima, t adalah tahun, i, tingkat diskonto dari investasi yang diharpkan dan ∑ penjumlahan selama tahun yang bersangkutan bekerja atau dapat dirumuskan menjadi
incomet = ∑
Et − N t (1 + i )t
.
Dimana biaya langsung dan tidak langsung dari berbagai sumber yang dicurahkan untuk memperbaiki kesehatan dibandingkan dengan pendapatan ekstra yang diperoleh dimasa depan sebagai hasil dari tingkat kesehatan yang lebih baik (seperti status gizi yang lebih baik). 2 Indeks kesehatan adalah satuan ukur yang digunakan untuk menyatakan seberapa besar tingkat kesehatan, biasanya digunakan; angka kematian bayi, ibu melahirkan, gizi buruk, harapan hidup.
102
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 102
6/22/2010 6:16:22 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
kematian ibu melahirkan di Amerika Serikat sebesar nol. Hal ini disamping karena peran aktif pemerintah dibidang kesehatan juga disebabkan oleh tingginya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Sehingga dengan tingkat pendapatan perkapita yang tinggi, beban dan biaya kesehatan yang semula menjadi tanggung jawab negara (sosial insurance) dapat digeserkan ataupun dipindahkan ke konsumen. Sebaliknya, di negara-negara berkembang dengan input teknologi, pendapatan perkapita dan pendidikan yang lebih rendah dari negara maju, indek kesehatan masih sangat rendah yang tercermin dari besarnya angka kematian dan rendahnya angka harapan hidup3. Sehingga peran mutlak pemerintah sangat dibutuhkan didalam menciptakan tingkat kesehatan yang baik di masyarakat4. Perhatian terhadap bidang kesehatan secara khusus telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sejak Orde Baru diantaranya melalui progam INPRES desa tertinggal, keluarga sehat, tanaman obat keluarga (TOGA), Keluarga Berencana (KB) dan lainnya. Kesehatan telah menjadi fokus pemerintah Indonesia dari jaman Orde Baru hingga saat ini. Perubahan mendasar dari sistem pemerintahan sentralisasi berganti menjadi sistem desentralisasi membawa perubahan didalam bidang kesehatan. Semenjak berlakunya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal melalui UU No. 22 dan 23 tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU. 32 dan 34 tahun 2004, terjadi desentralisasi kesehatan yang mengubah 3 4
Lihat Studi WHO 2000 dalam World Health Report Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report (2000) tentang sistem kesehatan menyatakan bahwa “tanggung jawab utama atas kinerja sistem kesehatan suatu negara terletak di pundak pemerintah”.
103
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 103
6/22/2010 6:16:22 PM
Dhani Agung Darmawan
wacana kesehatan dari pusat menuju daerah (kabupaten/kota). Perubahan yang terjadi diantaranya dapat dilihat dari tujuan dan kebijakan yang di ambil oleh pemerintah. Secara umum tujuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal5 yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik, kemudian diturunkan menjadi desentralisasi kesehatan dengan tujuannya adalah mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun dan mengoptimalikan potensi daerah untuk kepentingan daerah dan prioritas nasional dalam mencapai sehat tahun 20106. Desentralisasi kesehatan7 berdampak terhadap perubahan dalam anggaran keuangan pemerintah pusat dan daerah dimana pada awalnya anggaran banyak berada dipusat. Alokasi anggaran daerah semenjak era desentralisasi lebih terpusat pada bidang infrastruktur, pendidikan dan kesehatan serta sebagian lainnya untuk belanja pegawai dan lain-lain. Besarnya alokasi dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) akan menyebabkan perbedaan dalam mutu dan pelayanan kesehatan ke masyarakat8. Disamping itu, kondisi geografis dan karakteristik 5
Lebih jelas lihat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 Lebih jelas lihar Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1091/Menkes/SK/X/2004 7 Desentralisasi kesehatan merupakan penerapan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal dibidang kesehatan 8 Dalam kasus ini, sebenarnya jika terdapat mobilitas yang sempurna sebagaimana diutarakan oleh Stiglizt-“choice on their own feet” (1987) hal semacam ini tidak akan menjadi masalah karena masyarakat akan dengan mudah menyesuaikan ke daerah lain yang lebih baik pelayanan publiknya dengan kompensasi pajak yang harus dibayarkan oleh konsumen ke daerah baru tersebut. Akan tetapi tidak demikian yang terjadi di Indonesia, kendala transportasi, administrasi, biaya social dan ekonomi menjadikan mobilitas tidak sempurna 6
104
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 104
6/22/2010 6:16:22 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
dari masing-masing daerah yang berbeda memerlukan pedoman yang harus digunakan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tetap pada proporsi yang sama. Berdasarkan hal tersebut kemudian ditetapkan standar pelayanan minimum (SPM) yang wajib diterapkan oleh Kabupaten/Kota9. Berbagai kompleksitas desentralisasi fiskal diatas menjadi semakin menarik semenjak semakin maraknya pemekaran daerah10. Fenonena pemekaran daerah yang merebak memerlukan perhatian yang seksama mengingat tujuan utama dari otonomi daerah dan desentralisasi fiskal untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik. Terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya pada daerah baru hasil pemekaran, bagian ini akan menganalisis pengaruh desentralisasi kesehatan yang terjadi di Kota Tasikmalaya. Dalam mengukur seberapa besar hasil yang dirasakan masyarakat di bidang kesehatan atau seberapa besar pemekaran daerah berdampak langsung terhadap pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat maka dalam penelitian ini digunakan metode indeks kepuasan konsumen (IKM) sebelum dan sesudah pemekaran daerah. Indikator yang digunakan dalam menilai perubahan kesehatan masyarakat akibat pemekaran dalam penelitian ini mengacu pada KEPMEN PAN No. 25/M.PAN/2/2004 tentang penyusunan pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat dan SPM 9
Implementasi SPM didaerah bersifat inklusi dimana daerah dapat menetapkan sendiri standar yang dipakai yang tentunya berbasis SPM pusat yang kemudian ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah (PERDA) 10 Lebih jelasnya, Pemekaran daerah ini dijamin oleh Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Peraturan Pemerintah No. 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan criteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.
105
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 105
6/22/2010 6:16:22 PM
Dhani Agung Darmawan
Kota Tasikmalaya yang kemudian disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Nilai IKM dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Selanjutnya dalam mengkategorikan mutu dan kinerja unit pelayanan kesehatan yang tercermin dalam nilai persepsi atau interval IKM dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 5.1 Ukuran Mutu dan Kinerja Unit Pelayanan
5.2 Dinamika Pelayanan Publik di Bidang Kesehatan Secara umum kondisi kesehatan di Kota Tasikmalaya dapat dilihat dari perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM), dimana indeks kesehatan menjadi salah satu indikator pembentuk indeks pembangunan manusia. Sejak Kota Tasikmalaya terbentuk, yaitu pada tanggal 10 Oktober 2001 kondisi indeks kesehatan (IK) mencapai angka 68,50 dan terus meningkat menjadi sebesar 72,40 di tahun 2007 atau tumbuh sebesar 5,57 % selama 6 tahun dengan rata-rata pertahun sebesar 0,92 %. Selama kurun waktu tersebut bidang kesehatan mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah pemekaran daerah. Perkembangan indeks kesehatan ini juga sejalan dengan laju pertumbuhan IPM Kota Tasikmalaya yang pada awalnya sebesar 68,50 dan meningkat
106
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 106
6/22/2010 6:16:22 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
menjadi 72,93 di tahun 2007. Akan tetapi, perkembangan angka harapan hidup (AHH) masyarakat di Kota Tasikmalaya menunjukkan perkembangan yang kurang berarti. AHH selama kurun waktu 6 tahun hanya tumbuh sebesar 4,43 dengan rata-rata pertahun 0,58 %. Pertumbuhan indeks kesehatan sebesar 0,92 % pertahun masih dirasakan sangat kurang dalam memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat dibidang kesehatan. Akan tetapi jika melihat pencapaian secara total dalam IPM, tingkat IPM Kota Tasikmalaya lebih baik dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat; khususnya Kabupaten Tasikmalaya (daerah induk).
Grafik 5.1 Perkembangan Indek Kesehatan dan IPM Kota Tasikmalaya Tahun 2001-2007
107
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 107
6/22/2010 6:16:22 PM
Dhani Agung Darmawan
Tabel 5.2 IPM Provinsi Jabar, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya
Meskipun IPM tidak bisa secara total dianggap sebagai pengaruh dari kebijakan pemerintah akan tetapi masih tetap relevan digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan. Studi Darmawan (2008) di Kabupaten Badung yang menunjukkan bahwa IPM tidak dapat dijadikan tolak ukur utama keberhasilan. Namun faktanya terjadi kesenjangan antara IPM dengan indikator lainnya yaitu kemiskinan dan pengangguran yang seharusnya memiliki hubungan searah. Hal ini kemungkinan terbesar dikarenakan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui pendidikan dan kesehatan bukan karena pengaruh kebijakan dan alokasi anggaran pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam menganalisis IPM haruslah diperbandingkan dengan indikator lainnya yang ikut mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh komponenkomponen dalam IPM. Salah satu komponen yang mempengaruhi indikator kesehatan dalam IPM adalah kecukupan sarana-prasarana dan tenaga medis. Perkembangan sarana-prasarana dan tenaga medis di Kota Tasikmalaya selama kurun waktu 2002-2007 terus menunjukkan 108
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 108
6/22/2010 6:16:23 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
peningkatan yang cukup berarti bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat memerlukan sarana kesehatan dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. Peranan medis selama kurun waktu tersebut sangatlah besar. Hal ini dapat terlihat dari pertambahan jumlah pasien baik yang rawat inap ataupun rawat jalan. Peningkatan jumlah pasien ini tidak dapat dijadikan indikator bahwa terjadi penurunan saranaprasarana ataupun kuantitas dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengingat masih terdapat variabel-variabel lain yang berpengaruh. Meskipun jika melihat ratio pasien rawat inap dan rawat jalan meningkat, tidak dapat diartikan bahwa pelayanan kesehatan menurun secara keseluruhan. Salah satu penyebabnya adalah semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat telah mendorong pemanfatan sarana pelayanan kesehatan yang besar. Besarnya pemanfaatan pelayanan kesehatan tercermin dari besarnya rasio rawat jalan dibandingkan dengan jumlah penduduk. Tabel 5.3 Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan, Penduduk dan Rationya
109
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 109
6/22/2010 6:16:23 PM
Dhani Agung Darmawan
Peningkatan kesehatan masyarakat sangat memerlukan sarana prasarana kesehatan dan tenaga kerja kesehatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Sarana-prasarana kesehatan Kota Tasikmalaya pada tahun 2007 terdiri dari; rumah sakit umum pemerintah 1 unit, rumah sakit umum swasta 3 unit, rumah sakit bersalin swasta 5 unit, rumah bersalin pemerintah 1 unit, rumah bersalin swasta 5 unit, balai pengobatan tanpa tempat tidur 50 unit, puskesmas dengan tempat tidur 4 unit, puskesmas tanpa tempat tidur 14 unit, puskesmas pembantu (PUSTU) 19 buah dan 643 unit pos pelayanan terpadu (POSYANDU).Tenaga kerja kesehatan yang tersedia sebanyak 22 dokter umum, 12 dokter gigi, 30 paramedis perawatan dan 9 paramedis non perawatan (total 73 tenaga medis). Akan tetapi, jika melihat ratio antara jumlah penduduk dengan jumlah tenaga medis dan sarana prasarana di Kota Tasikmalaya masih dibutuhkan tambahan RS dan tenaga medis. Sebagai contoh rumah sakit umum daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya sebelumnya adalah RSUD Kabupaten Tasikmalaya yang karena proses pelimpahan11 dan berada di daerah Kota Tasikmalaya menjadi milik Kota Tasikmalaya setelah melalui proses ganti rugi aset. Sehingga selama kurun waktu 8 tahun pemekaran sebenarnya tidak terdapat tambahan sarana-prasarana RSUD di Kota Tasikmalaya.
11
Dalam pemekaran daerah, terdapat aturan bahwa daerah induk harus bersedia memberikan asetnya kepada daerah pemekaran, terutama yang berada didaerah baru.
110
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 110
6/22/2010 6:16:23 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
Tabel 5.4 Penyediaan Jenis Sarana Kesehatan dan Kapasitas Tampung di Kota Tasikmalaya Tahun 2007
Peluang inilah yang menjadi peluang bagi pihak swasta, sebab dipastikan kebituhan akan pelayanan kesehatan akan meningkat seiring dengan perkembangan Kota Tasikmalaya. Adanya RS swasta yang mulai berdiri di Kota Tasikmalaya disatu sisi dapat menciptakan kompetisi yang mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang berujung pada peningkatan pelayanan kesehatan. Namun disisi lain dapat menimbulkan dampak negatif yaitu semakin mahalnya biaya kesehatan yang ditanggung masyarakat sehingga perlu adanya kebijakan yang terkait dengan subsidi bidang kesehatan baik pada RS pemerintah maupun swasta.
111
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 111
6/22/2010 6:16:23 PM
Dhani Agung Darmawan
5.3 Kebijakan Daerah di Bidang Kesehatan Beberapa pakar dan akademisi berpendapat bahwa peranan pemerintah harus fokus pada upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat selain pemberdayaan dan pembangunan. Tugas pokok pemerintahan saat ini pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, dengan kata lain, pelayanan kesehatan tidak disediakan untuk golongan atau kelompok tertentu, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi tercapainya tujuan bersama yaitu kesejahteraan masyarakat. Kebijakan daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah Kota Tasikmalaya berdasarkan atas visi kota Tasikmalaya yaitu “Kesejahteraan Masyarakat dalam Bingkai Iman dan Taqwa”. Kesejahteraan masyarakat diartikan dengan terpenuhinya hak dasar masyarakat yang berupa kemudahan terhadap akses pendidikan, kesehatan dan paritas daya beli. Sedangkan bingkai iman dan takwa diartikan bahwa seluruh aspek dalam kegiatan pembangunan masyarakat menuju sejahtera diatas berada dalam nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Sebagai implementasinya ditetapkan misi sebagai berikut; mewujudkan kesetaraan hukum, ekonomi, sosial budaya. Sedangkan secara lebih rinci bidang kesehatan didalam misi Kota Tasikmalaya berada didalam misi kesederajatan sosial budaya yaitu”terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang memadai”.
112
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 112
6/22/2010 6:16:23 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
Berdasarkan visi dan misi tersebut, pemerintah Kota Tasikmalaya membagi kebijakan daerah kedalam kebijakan umum dan progam pembangunan daerah. Kebijakan umum menggambarkan kondisi umum pembangunan yang hendak dicapai yaitu terwujudnya masyarakat yang sejahtera diantaranya adalah membangun prasarana dan sarana publik yang dapat diakses dengan mudah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan dituangkan didalam progam-progam sebagai berikut : a)
Progam pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan.
b)
Progam pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan.
Berdasarkan program tersebut, kebijakan pemerintah daerah dalam pelayanan publik bidang kesehatan terlihat dalam besarnya jumlah anggaran dan alokasi pembiayaan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Studi Suryanto (2008) yang dilakukan di Provinsi Bali (Kabupaten Badung dan Jembrana) menunjukkan bahwa kenaikan alokasi anggaran kesehatan pada APBD merupakan indikator kepedulian pemerintah daerah dalam menjamin pelayanan publik bidang kesehatan mengalami peningkatan. Besarnya alokasi anggaran tersebut tidak secara langsung mampu mensukseskan progam kesehatan, akan tetapi lebih pada dukungan semua elemen, kreativitas dan inovasi dari pengambil kebijakan (bupati/walikota) dan kemampuan manejerial dari lini staf.
113
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 113
6/22/2010 6:16:23 PM
Dhani Agung Darmawan
Terdapat temuan menarik dalam melihat desentralisasi kesehatan; Halim (2004) menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan peningkatan PAD tersebut kemudian ditransfer kembali ke aparatur daerah melalui insentif yang pada akhirnya meningkatkan etos kerja dan pelayanan terhadap masyarakat. Sementara itu, studi Darmawan (2008) di Provinsi Bali (Kabupaten Badung dan Kabupaten Jembrana) menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah sangat mempengaruhi perekonomian daerah, dimana besaran alokasi anggaran mencerminkan sektor prioritas pembangunan daerah. Akan tetapi alokasi anggaran pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang besar belum tentu mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dikarenakan pengelolaan keuangan yang tidak efektif dan efisien. Sehingga tidak mampu menciptakan efek multiplier yang besar. Besarnya alokasi APBD Kota Tasikmalaya tahun 2008 dalam bidang kesehatan mencerminkan keseriusan pemerintah daerah untuk menjamin pelayanan kesehatan masyarakat (prioritas pembangunan), dimana alokasi anggaran bidang kesehatan sebesar Rp.47,8 milyar (28,66 %), dibawah infrastruktur sebesar Rp. 49,27 milyar (29,54 %). Anggaran tersebut untuk pembiayaan dan operasional kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, walaupun alokasi tersebut masih belum mencukupi. Komitmen pemerintah Kota Tasikmalaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan berdampak pada meningkatnya belanja subsidi pendidikan dan 114
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 114
6/22/2010 6:16:23 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
kesehatan yang secara langsung berpengaruh pada peningkatan belanja tidak langsung selama lima tahun kedepan. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan belanja tidak langsung selama kurun waktu 5 tahun mendatang jika dialokasikan dengan terencana dan baik akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Grafik 5.2 Perkiraan Pendapatan dan Belanja Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2012
Dalam melaksanakan kebijakan dan progam pembangunan tersebut, pemerintah Kota Tasikmalaya telah menetapkan indikator kinerja pembangunan sebagai pedoman didalam mensukseskan bidang kesehatan. Indikator kinerja pembangunan tersebut terdiri atas indikator angka kematian bayi dan ibu melahirkan, angka harapan hidup, kurang gizi, persalinan kesehatan, dimana selama 115
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 115
6/22/2010 6:16:23 PM
Dhani Agung Darmawan
tahun 2008-2012 ditetapkan angka yang menuju kearah perbaikan. Indikator-indikator yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, paritas daya beli, IPM, ratio penduduk miskin, angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, kurang gizi dan persalinan menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi pada umumnya dan khususnya bidang kesehatan. Indikator kinerja tersebut sangat ideal bagi proses pembangunan Kota Tasikmalaya di berbagai bidang. Sekaligus hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan khususnya kesehatan selama 5 tahun kedepan. Implementasi kebijakan tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan bidan kesehatan Tabel 5.5 Indikator Kinerja Pembangunan, Tahun 2008-2012
5.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Bidang Kesehatan Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan setelah pemekaran daerah merupakan penilaian kepuasan masyarakat 116
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 116
6/22/2010 6:16:24 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
(benefit1) terhadap kesehatan masyarakat yang kemudian dilakukan analisis crosstab dengan persepsi masyarakat terhadap peran pemerintah daerah dalam menciptakan kesejahteraan (sejahtera1). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel benefit1 dan sejahtera1 berpengaruh signifikan dengan koefisien sebesar 7,563 dan probabilitas sebesar 0,006 % pada tingkat kepercayaan 5 %12. Hal ini menunjukkan bahwa jika pemerintah melakukan kebijakan yang pro terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemudian secara langsung diimplementasikan di lapangan dengan asumsi tanpa adanya bias dalam perekonomian maka kebijakan tersebut akan mampu meningkatkan indeks kepuasan di bidang kesehatan sebesar 7,563 %. Hasil ini tentunya memerlukan studi lebih lanjut apakah kebijakan tersebut berpengaruh secara langsung atau tidak secara langsung dimasyarakat, bisa saja manfaat yang diterima masyarakat dari kebijakan pasca pemekaran terhadap kesejahteraan merupakan pengaruh tidak langsung dari kebijakan pemerintah daerah. Disamping itu, bisa juga disebabkan oleh kepedulian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan di lingkunganya sendiri. Dari responden yang diteliti sebesar 64 % menyatakan bahwa pengaruh peningkatan pelayanan publik signifikan terhadap kesejahteraan. Secara teoritis sebagaimana dijelaskan oleh Todaro et all; peningkatan terhadap pelayanan dan kualitas kesehatan akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, kualitas kehidupan (kesejahteraan pada umumnya). Analisis selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian terhadap variabel lainnya. Setelah dilakukan pengujian dengan 12
Lihat lampiran 1
117
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 117
6/22/2010 6:16:24 PM
Dhani Agung Darmawan
beberapa variabel ternyata hanya variabel ketepatan kebijakan daerah pasca pemekaran daerah saja yang signifikan dengan probabilitas sebesar 0,007 pada level signifikasi 5 % dan ketepatan progam dalam pembangunan ekonomi terhadap peningkatan pelayanan publik yang signifikan dengan probabilitas sebesar 0,037 pada level signifikasi 5 %13. Hal ini menunjukkan bahwa menurut masyarakat faktor utama yang mampu meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat adalah adanya komitmen dan implementasi nyata dari kebijakan-kebijakan daerah yang pro terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya kebijakan dibidang kesehatan. Pengaruh pelayanan kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat pasca pemekaran ini semakin menarik jika melihat pendapat masyarakat terhadap siapakah yang paling mendapatkan manfaat didalam pemekaran daerah ini. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa bahwa yang paling diuntungkan dalam pemekaran daerah adalah pejabat (80), aparatur daerah (60), aparat keamanan (54), pengusaha (36) dan masyarakat diurutan terakhir14. Hasil persepsi ini tidak mengherankan, karena dengan adanya pemekaran daerah maka secara otomatis akan terdapat posisi jabatan-jabatan baru yang belum terisi dan strategis, perlu adanya aparat daerah untuk menjalankan pemerintahan, peluang bisnis baru dan perlunya keamanan untuk menciptakan pembangunan daerah. Sehingga wajar apabila komposisi siapa yang diuntungkan dalam wacana tersebut memunculkan hasil seperti itu. Disamping itu, menilik hasil 13 14
Lihat lampiran 2 Hasil olah data output SPSS Lihat lampiran 3 Hasil olah data output SPSS
118
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 118
6/22/2010 6:16:24 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
tersebut secara tidak langsung terlihat bahwa progam dan kebijakan daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak direspon secara aktif oleh masyarakat. Dalam melihat apakah pemekaran daerah berpengaruh signifikan dan menunjukkan adanya perubahan dibandingkan sebelum dimekarkan maka dilakukan analisis cut off point dengan membandingkan antara kondisi sebelum (saat masih Kabupaten Tasikmalaya) dan sesudah (menjadi Kota Tasikmalaya). Studi Ermawati (2005) yang dilakukan di 6 daerah penelitian yaitu: Bali (Kabupaten Jembrana), Nusa Tenggara Timur (Kota Kupang), Kalimantan Tengah (Kota Palangkaraya), Sulawesi Tenggara (Kota Kendari), Jawa Timur ( Kabupaten Sidoarjo) dan Jawa Barat (Kabupaten Karawang) dengan menggunakan IKM menunjukkan bahwa desentralisasi kesehatan memberikan pengaruh terhadap pelayanan kesehatan, meskipun tingkat pengaruhnya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Berdasarkan perhitungan nilai unsur pelayanan, nilai IKM pada masa desentralisasi pada umumnya meningkat dibandingkan pada masa sebelum desentralisasi fiskal, akan tetapi peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu, pengukuran kesejahteraan melalu IKM dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur. Indikator-indikator yang digunakan dalam IKM adalah sebagai berikut : a.
Kebijakan Daerah a.1 Ketepatan pembangunan pendidikan dan kesehatan (ketepatan1) a.2 Ketepatan progam pemberdayaan masyarakat (ketepatan2) 119
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 119
6/22/2010 6:16:24 PM
Dhani Agung Darmawan
a.3 Ketepatan progam dalam meningkatkan perekonomian (ketepatan3) a.4 Pemihakan kebijakan pembangunan daerah terhadap masyakarat (pemihakan) b.
Alokasi Anggaran Daerah b.1. Ketepatan alokasi anggaran (sasaran) b.2. Kesesuaian alokasi anggaran dan kebutuhan (kesesuaian) b.3. Anggaran daerah meningkatkan kualitas dan kuantitas (mutu) b.4. Anggaran daerah mampu menggerakkan pembangunan (katalis)
c.
Pelayanan Publik Kepada Masyarakat c.1. Pelayanan publik sudah mencukupi kebutuhan masyarakat (Kecukupan) c.2. Kualitas aparatur sudah mencukupi (aparatur) c.3. Pelayanan publik sudah mencukupi kebutuhan (ketersediaan) c.4. Kualitas dan kuantitas publik memadai (memadai)
Hasil analisis cut off point persepsi masyarakat terhadap kebijakan daerah, alokasi daerah, pelayanan publik secara keseluruhan menunjukkan bahwa kondisi setelah pemekaran membawa perubahan yang cukup berarti (dengan adanya kenaikan angka IKM). Secara khusus persepsi masyarakat terhadap kebijakan daerah yang kemudian diturunkan melalui indikator ketepatan pembangunan daerah, ketepatan progam pemberdayaan, progam kesehatan, pemihakan kebijakan pembangunan daerah
120
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 120
6/22/2010 6:16:24 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
menunjukkan hasil yang positif mengalami peningkatan. Angka IKM sebelum sesudah mengalami kenaikan dan berada diatas rata-rata total. Disamping itu jika dilakukan kategori penilaian berdasarkan kriteria MENPAN, maka perubahan terjadi dari status kurang baik (C) menjadi baik (B). Sebagaimana diterangkan pada bagian sebelumnya persepsi masyarakat terhadap kebijakan daerah menunjukkan bahwa progam dan kebijakan daerah berpengaruh terhadap kesejahteraan bidang kesehatan, akan tetapi apakah berpengaruh langsung atau tidak langsung dan seberapa besar pengaruhnya perlu dikaji lebih lanjut di masyarakat. Tabel 5.6 Cut off Point Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Bidang Kesehatan
Persepsi masyarakat terhadap alokasi anggaran menjadi salah satu point penting dalam menganalisis pengaruh pemekaran daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dibidang kesehatan, mengingat anggaran merupakan bentuk komitmen dari pemerintah daerah selain dari progam dan kebijakan. Dari hasil analisis cut off point persepsi masyarakat terhadap alokasi anggaran
121
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 121
6/22/2010 6:16:24 PM
Dhani Agung Darmawan
menunjukkan hasil yang positif mengalami perubahan. Angka IKM sebelum sesudah mengalami kenaikan dan berada diatas rata-rata total kecuali ketepatan anggaran dan alokasi anggaran. Disamping itu jika dilakukan kategori penilaian berdasarkan criteria MENPAN, maka perubahan terjadi dari status kurang baik (C) menjadi baik (B). Ketepatan alokasi anggaran dan kesesuaian anggaran mengalami perubahan akan tetapi masih rendah, hal ini dikarenakan ekspektasi masyarakat yang cukup tinggi bahwa alokasi anggaran setelah pemekaran bersama pendidikan menjadi komitmen utama, akan tetapi Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur daerah. Infrastruktur ini diharapkan mampu menstimulus dan mempercepat pembangunan bidangbidang lainnya. Tabel 5.7 Cut off Point Persepsi Masyarakat terhadap Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan
Setelah melakukan analisa cut off point terhadap kebijakan daerah dan alokasi anggaran kemudian dilakukan analisa terhadap pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan produk 122
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 122
6/22/2010 6:16:24 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
turunan dari kebijakan daerah dan alokasi anggaran. Persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik juga merupakan salah satu hal terpenting didalam menganalisa pengaruh pemekaran daerah terhadap kesejahteraan dibidang kesehatan. Dari hasil analisi cut off point persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik menunjukkan hasil yang positif mengalami perubahan. Angka IKM sebelum dan sesudah mengalami kenaikan dan berada diatas ratarata total kecuali persepsi masyarakat akan pendidikan yang dirasa masih sangat kurang. Sedangkan persepsi masyarakat terhadap sarana-prasaran dan tenaga medis menunjukkan hasil yang positif. Masyarakat menilai bahwa pemekaran daerah membawa perbaikan dan peningkatan kesejahteraan dibidang kesehatan. Tabel 5.8 Cut off Point Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Publik
Hal ini sebenarnya berkaitan dengan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. Masyarakat menuntut untuk disediakan lebih banyak kuantitas dan kualitas pelayanan publik mengingat Kota Tasikmalaya hanya memiliki 1 buah RSUD dan 74 tenaga medis (0,002 % dari proporsinya terhadap total masyarakat). Tentunya. Kuantitas 123
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 123
6/22/2010 6:16:24 PM
Dhani Agung Darmawan
dan kualitas yang dihasilkan dari input sebesar tersebut akan sangat kecil akan berbeda jika terdapat tambahan input RSUD dan tenaga medis. Secara keseluruhan jika dilakukan kategori penilaian berdasarkan MENPAN, maka perubahan terjadi dari status kurang baik (C) menjadi baik (B). Dari hasil persepsi tersebut, kedepannya Pemerintah Kota Tasikmalaya dapat melakukan peningkatan sarana-prasarana dan tenaga medis dalam menunjang aktivitas kesehatan. Disamping itu, perlu dilibatkan peran aktif masyarakat dalam menentukan alokasi anggaran kesehatan dan penyusunan roadmap kesehatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Peran aktif masyarakat merupakan perilaku sehari-hari masyarakat; missal budaya hidup sehat, mengetahui hak dan kewajibannya dalam pelayanan kesehatan bahkan jika dimungkinkan adanya sumbangsih materi ataupun nonmateri dalam peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan. Sehingga dengan adanya interaksi antara pemerintah dan masyarakat akan tercipta kesinambungan yang dapat mencegah terjadinya dampak-dampak negatif seperti; miskordinasi, gap antara kebijakan-progam dan implementasinya, alokasi anggaran yang tidak efisien dan efektif. Pencegahan sejak dini hal-hal tersebut dapat menjadi kunci sukses dalam implementasi kebijakan dan progam kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5.5 Penutup Desentralisasi fiskal yang diikuti oleh desentralisasi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas 124
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 124
6/22/2010 6:16:24 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
kesehatan di daerah. Desentralisasi fiskal yang kemudian diikuti oleh pemekaran daerah sebagaimana yang terjadi pada Kota Tasikmalaya selama kurun waktu 8 tahun telah menunjukkan perubahan di berbagai bidang. Semenjak berpisah dari daerah induk (Kabupaten Tasikmalaya), Pemerintah Kota Tasikmalaya telah mengimplementasikan berbagai kebijakan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam mencapai hasil pembangunan tersebut ditetapkan indikator kinerja pembangunan yang salah satunya adalah IPM. Sejak dimekarkan hingga saat ini, bidang kesehatan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hasilnya adalah IPM Kota Tasikmalaya lebih baik dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat; khususnya Kabupaten Tasikmalaya (daerah induk). Perkembangan indeks kesehatan juga mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan IPM Kota Tasikmalaya. Desentralisasi kesehatan di Kota Tasikmalaya saat ini dihadapkan pada berbagai masalah berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Permasalahan pokok tersebut diantaranya adalah berkaitan dengan kuantitas dan kualitas sarana-prasarana, tenaga medis ataupun manajemen kesehatan yang mengatur kedua hal tersebut. Ketiga hal tersebut menjadi unsur utama dalam desentralisasi kesehatan. Disamping itu, dalam menyukseskan progam tahun sehat 2010, peran anggaran kesehatan sangat diperlukan. Besarnya alokasi anggaran kesehatan dalam APBD sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas dalam pelayanan kesehatan ke masyarakat. Alokasi 125
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 125
6/22/2010 6:16:25 PM
Dhani Agung Darmawan
anggaran tersebut sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan selama kurun waktu 2008-2012. Keberhasilan desentralisasi kesehatan selama kurun waktu 5 tahun tersebut akan sangat ditentukan oleh implementasi kebijakan dan progam Pemerintah Kota Tasikmalaya. Keberhasilan implementasi kebijakan dan progam Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam pembangunan daerah sangat dipengaruhi oleh interaksi antara masyarakat dan pemerintah. Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan perlu melibatkan peran aktif masyarakat; tidak hanya pada saat penentuan kebijakan dan progam pembangunan kesehatan, alokasi anggaran kesehatan juga pada waktu pelaksanaan dan evaluasi kinerja. Berkaitan dengan hal tersebut salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap SPM melalui IKM sehingga didapatkan persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Secara khusus persepsi masyarakat terhadap kebijakan daerah yang diturunkan melalui indikator progam kesehatan menunjukkan hasil yang positif mengalami peningkatan sejak pemekaran. Dari hasil analisis cut off point persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menunjukkan hasil yang positif. Masyarakat menilai bahwa pemekaran daerah membawa perbaikan dan peningkatan kesejahteraan dibidang kesehatan. Dari hasil analisis kebijakan Pemerintah Kota Tasikmalaya dan persepsi masyarakat tersebut, kedepannya Pemerintah Kota Tasikmalaya dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas saranaprasarana, tenaga medis dan manajemen kesehatan dalam 126
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 126
6/22/2010 6:16:25 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
menunjang aktivitas kesehatan. Disamping itu, perlu dilibatkan peran aktif masyarakat dalam menentukan penentuan kebijakan dan progam, alokasi anggaran, pengawasan dan evaluasi serta penyusunan roadmap kesehatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Berbagai dampak negatif seperti tidak sinkronnya progam dan kebijakan dengan kebutuhan masyarakat, kurang sosialisasi, minimnya peran masyarakat, rendahnya kinerja dapat dihindari sejak dini. Sedangkan peran aktif masyarakat dapat dilakukan dengan pemahaman akan pentingnya hidup sehat, mengetahui hak dan kewajiban didalam desentralisasi kesehatan serta sumbangsih baik materi ataupun nonmateri dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kesehatan. Pada akhirnya tidak hanya kesejahteraan dibidang kesehatan yang dapat terwujud, akan tetapi kesejahteraan seluruh masyarakat dapat tercapai.
127
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 127
6/22/2010 6:16:25 PM
Dhani Agung Darmawan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya, berbagai edisi, Kota Tasikmalaya dalam Angka, BPS Kota Tasikmalaya. Darmawan, Dhani Agung, 2008, Pengaruh Pemekaran Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat Studi Kasus; Provinsi Gorontalo, Implikasi Pemekaran Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Jakarta Darmawan, Dhani Agung, 2008, Rethingking Decentralization in Indonesia, paper tidak dipublikasin disajikan pada seminar internal P2E LIPI Darmawan. Dhani Agung, 2008, Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah: Studi Kasus Kabupaten Badung dan Kabupaten Jembrana, Artikel dalam buku Dampak Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat, P2E-LIPI, Jakarta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, 2005, Keputusan MENPAN No.25/M.PAN/2/2004, diunduh dari www.dprin.go.id pada tanggal 25 Juli 2005 Michael Kremer dan Edward Miguel, 2004, Worms: identifying Impact on Education and Health in Presence of Treatment Exter-
128
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 128
6/22/2010 6:16:25 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
nalities, Economietrica 72 pp. 159-217 Pemerintah Kota Tasikmalaya, 2008, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tasikmalaya tahun 2008-2012 (Perda No.15 tahun 2008, Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya No.96) Sarana, Jiwa et all, 2008, Dampak Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Jakarta Soesilowati, Endang et all, 2005, Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kinerja Pelayanan Publik di Bidang Pendidikan dan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Jakarta Stiglitz, Joseph, 1987, Publik Finance, Wesley, London Suryanto, Joko et all, 2008, Implikasi Pemekaran Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Jakarta Soewondo, P.A, 2003, Studi Pembiayaan Kesehatan di Yogyakarta dan Lampung, paper pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo, Budhi, 1994, Ekonomi Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta Todaro, Michael dan Stephen C. Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi, terjemahan Edisi Kesembilan jilid 1, Erlangga, Jakarta 129
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 129
6/22/2010 6:16:25 PM
Dhani Agung Darmawan
Trinantoro, Laksono, 2004, Standar Pelayanan Minimal di Sektor Kesehatan; Apakah Dapat Dipergunakan untuk Menyeimbangkan Mutu Pelayanan antar Daerah Pasca Desentralisasi ? artikel dalam workshop studi lanjutan Dies Natalis Ke-9 MEP UGM, Yogjakarta Undang-Undang Nomor 22 dan 23 tentang Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal Undang-Undang Nomor 32 dan 34 tentang Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal revisi dari UU sebelumnya World Health Organization, 2000, World Health Report, WHO, Geneva
130
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 130
6/22/2010 6:16:25 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
LAMPIRAN : Lampiran 1:
131
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 131
6/22/2010 6:16:25 PM
Dhani Agung Darmawan
Lampiran 2
132
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 132
6/22/2010 6:16:25 PM
Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
Lampiran 3
133
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 133
6/22/2010 6:16:25 PM
Dhani Agung Darmawan
134
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 134
6/22/2010 6:16:25 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
BAB 6 EFEKTIVITAS ADMINISTRATUR PEMERINTAH PASCA PEMEKARAN KOTA TASIKMALAYA Joko Suryanto
6.1 Pendahuluan Berdirinya Kota Tasikmalaya secara definitive berdasarkan UU No 10 Tahun 2001, pembentukan/memisahkan diri dengan Kabupaten Tasikmalaya bertujuan untuk meningkatkan/mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan melakukan pemekaran/ pemisahan wilayah menjadi Kota Tasikmalaya diharapkan terwujud peningkatan pelayanan public (pendidikan dan kesehatan) maupun berbagai hal yang terkait dengan pembangunan daerah yang pada dasarnya kesejahteraan masyarakat. Keputusan untuk melakukan pemekaran selain tujuan tersebut diharapkan dalam jangka panjang akan menumbuhkan demokratis melalui peranserta masyarakat, terkait masukan atas program pembangunan daerah. Untuk dapat mencapai hal-hal tersebut kesiapan pemerintah daerah baru, dalam hal ini aparatur pemerintah Kota Tasikmalaya menjadi penting. Pemerintah Kota Tasikmalaya dituntut untuk menyusun kebijakan strategis terkait berbagai hal yang secara khusus ditujukan bagi peningkatan palayanan publik masyarakat. Kebijakan pembangunan yang terkait upaya peningkatan rentang 135
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 135
6/22/2010 6:16:25 PM
Joko Suryanto
kendali dan atau pelayanan publik akan di implementasikan dalam program-program dari setiap instansi (SKPD) sehingga langkah untuk meningkatkan kesejahteraan dapat dijalankan. Penetapan kebijakan pemerintah yang terkait dengan berbagai langkah peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi penting karena kebijakan merupakan akselerator bagi proses pembangunan sebuah wilayah baru dalam hal ini Kota Tasikmalaya. Strategi pemerintah daerah Kota Tasikmalaya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat bersifat kebijakan langsung dalam bidang ekonomi maupun kebijakan bersifat tidak langsung sebagai pendukung bidang lainnya seperti bidang socialpolitik dan keamanan. Implementasi kebijakan pemerintah Kota Tasikmalaya diwujudkan dalam bentuk alokasi anggaran pada setiap satuan kerja sesuai program tiap satuan kerja. Besarnya alokasi anggaran yang diterima oleh satuan kerja akan digunakan untuk mencapai visi misi daerah. Sebagai daerah baru upaya mengalokasikan anggaran yang bobotnya lebih besar bagi pelayanan publik tidak mudah, sebab daerah baru juga dituntut untuk mengalokasikan anggaran pada bidang-bidang lain yang tidak terkait langsung dengan penyediaan pelayanan publik. Dalam memahami kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik kiranya diawal bagian ini perlu dipahami apa yang dimaksud dengan pelayanan publik. Pelayanan publik yang dimaksud disini adalah sebuah bentuk layanan bagi masyarakat yang merepresentasikan ekstistensi birokrasi pemerintah karena pemerintah sendiri memiliki fungsi sebagai pemberi pelayanan. 136
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 136
6/22/2010 6:16:25 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
Berdasar pemahaman tersebut maka kualitas pelayanan publik merupakan cerminan dari sebuah kualitas birokrasi pemerintah. Pemahaman tersebut menjadi landasan dalam menjelaskan keterkaitan hubungan antara pelayanan publik dengan birokrasi pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai daerah hasil pemekaran. Selain itu juga akan melihat dan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah pemekaran wilayah atas kinerja birokrasi pemerintah Kota Tasikmalaya, apakah telah mampu mendorong proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan pertisipasi masyarakat dalam membuat kebijakan pembangunan daerah.
6.2 Peran Pemerintah Dalam Penyediaan Pelayanan Publik Bagi Masyarakat Tata kelola hubungan pemerintah pusat dan daerah mengalami perubahan signifikan semenjak UU 22 dan 23 Tahun 1999 kemudian diperbaharui menjadi UU No 32 dan 33 tahun 2004, dimana pemerintah Kabupaten/Kota memiliki peluang lebih besar untuk mengelola daerah sesuai kewenangan yang dimilikinya. Desentralisasi kewenangan berdasarkan UU Otonomi merupakan bentuk keseimbangan hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dimana masing-masing intitusi tingkat pusat dan daerah dapat dipandang sebagai hubungan principalagent1. Berdasarkan UU Otonomi telah di rumuskan kedudukan 1
Wihana Kirana Jaya, Peran Institusi Dalam Pertumbuhan Ekonomi, 2006, Sumber:
www.kelembagaandas.wordpress.com/pengertiankelembagaan/wihana-kirana-jaya
137
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 137
6/22/2010 6:16:25 PM
Joko Suryanto
pemerintah pusat dan daerah terkait kewenangan administrasi maupun keuangan. Pengaturan kewenangan tersebut di harapkan akan mendorong masing-masing tingkatan pemerintah (pusat maupun daerah) dapat mengambil peran sesuai kewenangan yang ada. Pemerintah pusat maupun daerah didorong untuk dapat menyelenggarakan tata pemerintahan yang efisien sehingga proses pembangunan akan tepat guna sehingga dapat mewujudkan pembangunan berkualitas. Berkaitan dengan kewenangan administrasi, yang dimaksud dengan administrasi publik bukan sekadar instrumen birokrasi negara, fungsinya lebih daripada itu. Administrasi publik merupakan sebuah bentuk instrumen kolektif, sebagai sarana publik untuk menyelenggarakan tatakelola kepentingan bersama dalam jaringan kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan publik yang telah disepakati. Pemahaman administrasi publik oleh Frederickson disebut sebagai governance2, dimana administrasi publik mempunyai lokus pada wilayah publik dengan menyertakan pelaku-pelaku dari publik/ warga masyarakat dengan fokus agenda interest publik yang memang menjadi kebutuhannya. Pemerintah Kabupaten/Kota, dalam kerangka desentralisasi kewenangan terkait dengan pemahaman yang dikemukakan Frederickson tersebut perlu merumuskan kebijakan dan program agar operasionalisasi kebijakan pembangunan dapat dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD. Dalam menyusun kebijakan pembangunan daerah birokrasi pemerintah 2
Frederickson, H. George, 1997, The Spirit of Public Administration, Jossey-Bass Publishers, San Francisco.
138
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 138
6/22/2010 6:16:25 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
perlu memahami beberapa hal yang terkait penyelenggaraan pemerintahan, antara lain peningkatan kapabilitas daerah, peningkatkan prakarsa, kreativitas, dan peranserta masyarakat dan keserasian hubungan antar daerah dan antara Pusat dan Daerah, termasuk keserasian kebijakan dalam dan antar daerah, serta antara kebijakan nasional dan daerah. Proses pembangunan baik pusat maupun daerah dari sisi administrasi dipandang sebagai organisasi pemerintah dan akan terfokus pada birokrasi pemerintah. Kedudukan birokrasi pemerintah menjadi penting, menurut Ginanjar (1997) birokrasi pemerintah akan mempengaruhi pelayanan publik dalam pengelolaan pembangunan sosial ekonomi terlebih pada negara berkembang. Pemahaman atas kedudukan birokrasi pemerintah tersebut menjadi penting sebab birokrasi pemerintah merupakan sebuah bentuk organisasi yang akan mempengaruhi pelayanan publik. Sektor publik diartikan sebagai sector yang bercirikan non komersial, berorientasi pada kepentingan umum, sehingga birokrasi pemerintah berdasarkan legitimasi kekuasaan hanya berperan sebagai pembuat kebijakan. Dinamika otonomi daerah dalam kerangka pembangunan telah mendorong terjadinya pemekaran daerah, implikasinya pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengoptimalisasi pelayanan publik melalui birokrasi pemerintah. Namun kultur birokrasi pemerintah yang terbangun selama ini menggambarkan belum optimalnya pelayanan publik bagi masyarakat. Rendahnya kualitas pelayanan publik yang diterima masyarakat disebabkan kurang responsive-nya birokrasi 139
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 139
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
pemerintah memahami partisipasi masyarakat. Terlebih bagi daerah baru hasil pemekaran yang menghadapi kendala infrastruktur, akan menjadi permasalahan dalam membangun prosedur baku pelayanan publik. Hal lain yang menjadi kendala birokrasi pemerintah memenuhi kebutuhan publik, belum terbiasanya birokrasi pemerintah menciptakan suatu mekanisme-mekanisme baru untuk dapat menghasilkan kinerja yang maksimal terhadap pelayanannya kepada masyarakat. Dalam mencapai pelayanan publik yang prima birokrasi pemerintah menurut pandangan Osborne dan Gaebler perlu memahami konsep Reinventing Government. Reinventing Government menekankan peran manajer publik untuk melakukan inovasi dalam mencapai tujuan penyediaan pelayanan publik. Dalam memberikan pelayanan publik diperlukan manajer publik yang mampu mengarahkan pelayanan publik untuk dapat dijalankan oleh pihak lain melalui mekanisme pasar. Untuk dapat melaksanakan pelayanan publik yang prima manajer publik penting memahami 10 prinsip Reinventing Government, yaitu : 1.
Pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh. Pandangan ini mendorong terbentuknya organisasi pemerintah yang ramping tetapi kuat sehingga birokrasi pemerintah lebih berkonsentrasi pada pembuatan kebijakan strategis daripada mengurusi teknis pelayanan.
2.
Pemerintah milik rakyat: lebih baik memberikan peluang dan wewenang daripada melayani.
140
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 140
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
Pemerintah mengupayakan agar tugas pelayanan menjadi tugas dan kepentingan masyarakat. Pendelegasian tugas pelayanan tersebut dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat (partisipatif) melalui organisasi sosial. 3.
Pemerintah yang kompetitif: menumbuhkan persingan dalam pemberian pelayanan. Dalam upaya memberikan pelayanan birokrasi pemerintah harus memmperhatikan kemampuan pemerintah sendiri jangan sampai mengorbankan kualitas dan efektifitas pelayanan publik. Pelayanan prima atas kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan dengan menerapkan kompetensi dalam pemenuhan pelayanan publik baik yang diadakan oleh masyarakat sendiri maupun oleh organisasi non pemerintah.
4.
Pemerintah berpedoman pada peraturan daripada kepada misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan. Walaupun pemerintah dijalankan berdasarkan peraturan, agar efektif dan efisien maka birokrasi pemerintah diberi keleluasaan untuk menjalankan misi dan tujuan sehingga timbul inovasi dalam mencapai pelayanan publik yang prima.
5.
Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai outcome bukan input. Pembiayaan pemerintah biasanya berdasarkan input sehingga kurang menghasilkan kinerja yang baik, bila dilakukan berdasarkan outcome birokrasi pemerintah akan lebih objektif dan berprestasi.
141
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 141
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
6.
Pemerintah yang mengabdi masyarakat : memenuhi kebutuhan masyarakat, bukan birokrasi. Pemerintah harus menempatkan masyarakat sebagai pelanggan yang harus diperhatikan, sehingga birokrasi pemerintah perlu belajar dari sector bisnis. Pemerintah harus secara cermat memahami kebutuhan pelanggan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat memilih berbagai macam pelayanan sebagai bentuk penciptaan keadilan atas pelayanan publik.
7.
Pemerintah yang berorientasi wirausaha: menghasilkan ketimbang membelanjakan Dalam menjalankan proses pembangunan pemerintah mengalami permasalahan yang sama dengan sektor bisnis, yaitu keterbatasan akan pembiayaan/keuangan. Dalam keterbatasan pembiayaan tersebut maka birokrasi pemerintah dituntut untuk berinovasi dalam menjalankan program sehingga kebutuhan pelayanan publik akan terpenuhi.
8.
Pemerintah berkemampuan antisipatif: lebih baik mencegah daripada mengobati. Pola pemerintahan tradisional yang birokratis lebih memusatkan pada penyediaan jasa untuk memerangi masalah. Seiring dengan perubahan tuntutan masyarakat maka pola preventif harus dikedepankan sehingga pemerintah akan lebih responsive atas masalah-masalah publik yang muncul.
142
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 142
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
9.
Pemerintah desentralisasi : dari hirarki menuju partisipasi dan kerja kelompok Perkembangan pola hubungan antara pusat dan daerah telah mendorong implementasi desentralisasi yang lebih luas bagi daerah. Dengan kewenangan yang dimiliki pemerintintah daerah, kerjasama antar sektor pemerintah akan terfokus demikian halnya dengan tumbuhnya civil socity akan mendorong terciptanya kerja kelompok dalam menyediakan pelayanan publik.
10. Pemerintah berorientasi pasar : mendorong perubahan melalui pasar. Pemerintah atau organisasi publik lebih baik berfungsi sebagai fasilitator untuk merespon perubahan melalui penetapan strategi yang inovatif. Peran pemerintah melalui institusi politik akan menjamin berjalannya penyediaan pelayanan publik yang efisien dan memberikan kesempatan yang sama pada penyedia pelayanan publik. Penyediaan pelayanan publik yang menekankan pentingnya peran manajer publik, dalam hal ini government bureaucratic/ birokrasi pemerintah akan mendorong tercapainya efisiensi dan efektifitas. Penyediaan pelayanan publik oleh pemerintah selama ini dihadapkan pada permasalahan pendanaan dan sumber daya manusia dengan demikian birokrasi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik perlu memiliki inovasi. Pada kenyataannya bagi birokrasi pemerintah tidak hanya diperlukan inovasi tetapi juga perlu memahani secara benar kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik. Berdasarkan hal 143
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 143
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
tersebut perkembangan pemikiran publik administrasi berkembang pada konsep new public service dimana masyarakat/warga negara menjadi salah satu bagian penting dalam sebuah sistem pemerintahan demokratis. Konsep new public service diawali oleh pemikiran Denhardt dan Denhardt3 dimana pemilik kepentingan publik sebenarnya adalah masyarakat sehingga pemerintah dalam hal ini birokrasi pemerintah sebagai administrator publik perlu memusatkan perhatian dan tanggung jawab melayani dan memberdayakan warga negara melalui pengelolaan organisasi publik dan mengimplementasikan kebijakan publik. Kepentingan publik tidak lagi dipandang sebagai agregasi dari kepentingan pribadi, namun sebagai hasil interaksi/keterlibatan publik dalam menentukan nilai dan kepentingan bersama. Berdasarkan pandangan konsep new public service warga negara ditempatkan menjadi focus, sehingga administrator publik akan memposisikan diri bukan hanya sebagai pengarah dan pengayuh tetapi lebih pada bagaimana membangun institusi publik yang didasarkan pada integritas dan respons. Upaya membangun institusi publik yang direpresentasikan melalui administrator publik/ birokrasi penting kiranya pemahaman akan prinsip new public service, antara lain : 1.
3
Serve citizens, not customers Berdasarkan pemahaman bahwa kepentingan publik merupakan hasil dialog tentang nilai-nilai bersama dari pada M.R. Khairul Muluk, New Publik Service dan Pemerintahan Lokal Partisipatif, sumber:
www.akademik.unsri.ac.id
144
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 144
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
agregasi kepentingan pribadi/perorangan maka administrator publik tidak semata-mata merespon tuntutan pelanggan tetapi justeru memusatkan perhatian untuk membangun kepercayaan dan kolaborasi dengan dan diantara warga negara. 2.
Seek the public interest Administartor publik harus memberikan pemikiran penting agar dapat menumbuhkan pemikiran untuk dapat menyediakan kepentingan publik bersama. Tujuannya tidak untuk menemukan solusi cepat yang diarahkan oleh pilihan-pilihan perorangan tetapi menciptakan kepentingan bersama dan tanggung jawab bersama.
3.
Value citizenship over entrepreneurship Penyediaan kepentingan publik lebih baik dijalankan oleh administrator publik dan warga negara yang memiliki komitmen untuk memberikan sumbangsih daripada dijalankan oleh manajer wirausaha yang bertindak seolah-olah uang masyarakat adalah milik mereka sendiri.
4.
Think strategically, act democratically Kebijakan dan program untuk memenuhi kebutuhan publik dapat dicapai secara efektif dan efisien melalui upaya kolektif dan proses kolaboratif.
5.
Recognize that accountability is not simple Administrator publik seharusnya lebih peduli daripada mekanisme pasar. Selain itu, juga harus mematuhi peraturan perundangundangan, nilai-nilai kemasyarakatan, norma politik, standar profesional, dan kepentingan warga negara. 145
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 145
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
6.
Serve rather than steer Penting sekali bagi administrator publik untuk menerapkan kepemimpinan yang berbasis pada nilai bersama dalam membantu warga negara mengemukakan kepentingan bersama dan memenuhinya daripada mengontrol atau mengarahkan masyarakat ke arah nilai baru.
7.
Value people, not just productivity Organisasi publik beserta jaringannya lebih memungkinkan mencapai keberhasilan dalam jangka panjang jika dijalankan melalui proses kolaborasi dan kepemimpinan bersama yang didasarkan pada penghargaan kepada semua orang.
Dalam kerangka otonomi/desentralisasi lebih khusus fenomena pemekaran daerah kiranya pelayanan kepada masyarakat merupakan tugas utama bagi administrator publik sekaligus sebagai fasilitator bagi perumusan kepentingan publik dan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan lokal, partisipasi masyarakat merupakan unsur penting, partisipasi masyarakat tersebut dapat dilakukan melalui beberapa hal. Pertama, referendum yang dilaksanakan untuk mengambil keputusan terhadap isu-isu vital di daerah. Kedua, konsultasi dan kerjasama dengan masyarakat sesuai kebutuhan dan tuntutan lokal. Ketiga, penempatan pejabat lokal yang diisi berdasarkan prosedur pemilihan (elected member) sebagai bentuk pemerintahan perwakilan sehingga para pejabat memiliki akuntabilitas yang lebih besar kepada masyarakat. Keempat, melakukan desentralisasi kepada unit-unit pemerintahan yang lebih kecil.4 4
M.R. Khairul Muluk, New Publik Service dan Pemerintahan Lokal Partisipatif, sumber:
www.akademik.unsri.ac.id
146
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 146
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
6.3 Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Peran pemerintah untuk melakukan reformasi manajemen pelayanan publik makin mengemuka dengan adanya penerapan desentralisasi, berdasar alasan tersebut maka pemekaran Kota Tasikmalaya dilakukan. Pertimbangan dilakukan pemekaran secara konsep administrasi publik telah dapat dijadikan alasan kuat, melalui dasar tersebut akan meningkatkan demokratisasi melalui peran serta masyarakat yang lebih luas dalam penyediaan pelayanan publik. Dalam mensinergikan kepentingan masyarakat yang begitu kompleks peran pemerintah daerah menjadi penting, sebab birokrasi pemerintah sebagai agent of development selain berfungsi sebagai pelayan publik juga sebagai pemrakasa dan penggerak pembangunan. Sebagai sebuah daerah baru langkah efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya menjadi kunci dalam proses pembangunan suatu daerah, dalam hal ini Kota Tasikmalaya. Keberhasilan sutu daerah baru maupun daerah lain yang telah mendapatkan desentralisasi/ pelimpahan kewenangan maka ada tiga hal yang dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan desentralisasi, yaitu institusional, keuangan dan kemampuan aparatur daerah. Ketiga hal tersebut akan saling terkait dalam menumbuhkan modal sosial sehingga potensi dan kemampuan daerah dapat dioptimalkan. Sebagai langkah konkrit pelaksanaan pembangunan daerah, pemerintah Kota Tasikmalaya telah menetapkan visi dan misi pembangunan yang menjadi arah dan pendorong kebijakan pembangunan berkelanjutan agar terwujud menjadi kota termaju di wilayah Priangan Timur. Sasaran pembangunan Kota Tasikmalaya 147
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 147
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
akan dicapai dengan mengacu pada visi daerah, yaitu ”Kesejahteraan Masyarakat Dalam Bingkai Iman dan Taqwa”. Semenjak bersetatus sebagai sebuah daerah otonom baru sesuai UU No. 10 Tahun 2001, Kota Tasikmalaya berupaya melakukan pembangunan di berbagai sektor. Proses pembangunan daerah Kota Tasikmalaya secara makro dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi daerah, pada tahun 2004 sebesar 4,99 % sedangkan pada tahun 2007 mencapai 5,98 %. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut menggambarkan terjadinya peningkatan produktivitas atas aktivitas ekonomi Kota Tasikmalaya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut memberikan indikasi bahwa Kota Tasikmalaya telah dapat mengelola potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Sesuai dengan visi daerah penting untuk dilihat sejauh mana keberhasilan peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan atas pengertian kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu-individu, dimana tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan (Bappenas, 2008). Pemahaman tersebut memberikan pengertian bahwa tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Dengan pemekaran wilayah peran pemerintah Kota Tasikmalaya untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sebagai satu kesatuan pengguna pelayanan publik akan meningkat demikian halnya dengan kesejahteraan yang dirasakan masyarakat. 148
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 148
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
6.3.1 Analisis Tabulasi Silang Melalui uji statistik tabulasi silang dengan menggunakan SPSS akan dihasilkan gambaran hubungan antara aparatur pemerintah/ birokrasi dengan kesejahteraan masyarakat serta pelayanan publik. Penilaian tabulasi silang dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung dengan nilai Chi-Square tabel, dimana tingkat signifikansi sebesar 5%. Bila Chi-Square hitung lebih kecil dibanding dengan nilai ChiSquare tabel, ditarik kesimpulan terjadinya hubungan antar variabel (H0 diterima). Namun bila Chi-Square hitung lebih besar dibanding dengan nilai Chi-Square tabel, ditarik kesimpulan tidak terjadi hubungan antar variabel (H0 ditolak). Kedua, berdasarkan nilai probabilitas hasil olah data dengan besarnya tingkat signifikansi 5 % atau 0,05. Bila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi maka keputusan dapat diterima (Ho diterima) sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikasi maka keputusan tidak dapat diterima (Ho ditolak). Keberhasilan pemerintah daerah dalam mengelola kewenangan yang terkait pelayanan publik tersebut juga terkait kemampuan keuangan suatu daerah, sehingga untuk dapat menyediakan pelayanan publik prima diperlukan kemandirian dalam meningkatkan keuangan daerah. Keberhasilan dalam menyediakan pelayanan publik bagi masyarakat juga terkait erat dengan kemampuan aparatur pemerintah dalam melakukan inovasi baik pada taraf kebijakan maupun implementasi dan ketersediaan infrastruktur. Sebagai sebuah daerah hasil pemekaran Kota Tasikmalaya perlu 149
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 149
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
memahami pentingnya birokrasi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sehingga sehingga mutu dan ketersediaan pelayanan publik akan optimal. Hasil uji korelasi antara aparatur pemerintah/ birokrasi dengan kesejahteraan menghasilkan nilai Chi-Square 5,328 dan nilai probabilitas 0,021. Uji korelasi terhadap aparatur pemerintah/birokrasi dengan mutu pelayanan publik menghasilkan nilai Chi-Square 2,802 dan nilai probabilitas 0,423. Sedangkan uji korelasi terhadap aparatur pemerintah/birokrasi dengan ketersediaan pelayanan publik menghasilkan nilai Chi-Square 4,210 dan nilai probabilitas 0,2405. Berjalannya tata pemerintahan Kota Tasikmalaya setelah secara definitif pada tahun 2001 berpisah dengan Kabupaten Tasikmalaya disikapi dengan penyusunan kebijakan pembangunan. Dalam merumuskan kebijakan pembangunan Kota Tasikmalaya aparatur pemerintah perlu memperhatikan aspirasi masyarakat melalui mekanisme Musyawarah Rencana Pembangunan (MUSRENBANG). Dengan melakukan uji tabulasi silang, hubungan keterkaitan antara aparatur pemerintah/birokrasi dengan aspirasi masyarakat menghasilkan nilai Chi-Square 0,279 dan nilai probabilitas 0,9646. Selain aspirasi masyarakat Kota Tasikmalaya sebagai daerah hasil pemekaran dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga perlu melakukan kerjasama dengan wilayah sekitar. Hasil uji korelasi akan pentingnya aparatur pemerintah 5
6
Perhitungan secara terinci atas hubungan aparatur pemerintah dengan aspirasi masyarakat, kerjasama antar wilayah dan antar instansi dapat dilihat pada lampiran Perhitungan secara terinci atas hubungan aparatur pemerintah dengan aspirasi masyarakat, kerjasama antar wilayah dan antar instansi dapat dilihat pada lampiran.
150
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 150
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya melakukan kerjasama dengan wilayah sekitar nampak dari nilai Chi-Square 2,025 dan nilai probabilitas 0,5677. Kerjasama antar wilayah penting untuk dirumuskan sebab potensi wilayah Kota Tasikmalaya akan dapat bersaing dengan adanya kerjasama antar wilayah. Langkah peningkatan kesejahteraan serta peningkatan pelayanan publik juga tidak terlepas dari adanya kerjasama antar instansi di lingkup pemerintah Kota Tasikmalaya. Peran penting aparatur pemerintah/birokrasi dalam menjalin koordinasi antar instansi akan menjadi salah satu kunci keberhasilan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penyediaan pelayanan publik. Hasil uji korelasi atas hubungan antara aparatur pemerintah/birokrasi dengan koordinasi antar instasi dalam menciptakan kesejahteraan serta pelayanan publik menghasilkan nilai Chi-Square 3,012 dan nilai probabilitas 0,390. Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan stabilitas keamanan dan ketertiban Kota Tasikmalaya penting untuk diupayakan dan dijaga. Ganggunan keamanan dan ketertiban akan menjadi penghalang bagi berjalannya proses pembangunan yang dilakukan melalui program kegiatan dari berbagai instansi pemerintah. Hubungan antara aparatur pemerintah/birokrasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban tercermin dari hasil uji korelasi dimana nilai Chi-Square 3,842 dan nilai probabilitas 0,279. Proses pembangunan Kota Tasikmalaya yang mengarah pada terciptanya kegiatan ekonomi (perdagangan dan industri) di 7
idem
151
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 151
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
kawasan timur wilayah Priangan perlu dukungan iklim usaha yang kondusif. Perkembangan kegiatan usaha yang didominasi oleh kegiatan UKM menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya selain kegiatan pertanian. Dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga mampu mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, peran aparatur pemerintah/birokrasi mengurangi pungli menjadi hal mutlak diupayakan. Hasil uji korelasi atas hubungan antara aparatur pemerintah dengan pengurangan praktek pungli juga nampak dari nilai Chi-Square 1,432 dan nilai probabilitas 0,698. 6.3.2 Analisis Cut of Point Pemerintah Kota Tasikmalaya telah secara mandiri proses pembangunan yang dijakankan sesuai dengan kewenangan guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Melalui UU No. 10 Tahun 2001 Kota Tasikmalaya secara resmi telah menjadi Kabupatem/Kota baru dalam tata pemerintahan Indonseia. Proses pembangunan daerah yang berjalan hingga saat ini telah mengalami berbagai perubahan/penyesuaian dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan pelayanan publik. Perubahan yang terjadi atas pengelolaan tata pemerintahan dan berjalannya proses pembangunan tersebut perlu dilakukan sebuah penilaian. Dalam menilai perubahan Kota Tasimalaya setelah memisahkan diri dengan Kabupaten Tasikmalaya diukur dengan meggunakan metoda cut of point. Metoda cut of point dilakukan berdasar persepsi masyarakat sebagai objek dari pembangunan yang terjadi di Kota Tasikmalaya 152
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 152
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
dengan membandingkan persepsi masyarakat atas beberapa kondisi sebelum dan setelah terjadinya pemekaran. Persepsi masyarakat tersebut secara umum akan menggambarkan apakah dengan dilakukan pemekaran daerah yang saat ini bersetatus sebagai Kota Tasikmalaya telah terjadi perubahan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari tingkat pelayanan publik, keamanan dan ketertiban daerah dan kondisi sosial kemasyarakatan. -
Pelayanan publik kepada masyarakat
Kebutuhan pelayanan publik bagi masyarakat menjadi isu sentral dengan terjadinya pemisahan/pemekaran Kabupaten Tasikmalaya menjadi Kota Tasikmalaya. Pelayanan publik bagi masyarakat menjadi salah satu alasan terjadinya pemekaran, dengan harapan masyarakat di wilayah hasil pemekaran akan lebih mudah mendapatkan pelayanan publik. Alasan lain kemandirian pengelolaan keuangan daerah hasil pemekaran dapat mendorong terjadinya proses pembangunan daerah. Keberhasilan pembangunan di daerah baru hasil pemekaran dalam hal ini Kota Tasikmalaya tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat serta ketersediaan pelayanan publik akan makin lengkap dan mudah diakses. Berdasarkan analisis cut of point tingkat kecukupan pelayanan public yang dirasakan masyarakat meningkat dimana sebelum pemekaran masyarakat menilai kecukupan kebutuhan pelayanan publik sebesar 2,33 sedangkan setelah terjadi pemekaran daerah menjadi sebesar 2,46. Namun demikian perubahan persepsi atas kecukupan kebutuhan pelayanan publik ini masih dibawah rata153
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 153
6/22/2010 6:16:26 PM
Joko Suryanto
rata nilai cut of point artinya masyarakat masih mengharapkan lebih atas kecukupan akan pelayanan publik yang ada di Kota Tasikmalaya. Ketersediaan pelayanan publik bagi masyarakat akan terkait dengan ketersediaan dan kemampuan aparatur pemerintah, sebagai pelayanan masyarakat pemerintah harus mampu memberikan pelayanan optimal kepada pelanggan. Persepsi masyarakat atas kualitas aparatur pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik pada saat sebelum pemekaran sebesar 2,28 sedangkan setelah pemekaran meningkat menjadi 2,45. Peningkatan persepsi atas kualitas aparatur dalam memberikan pelayanan publik tersebut juga masih dibawah harapan masyarakat, hal ini diindikasikan dari nilai rata-rata cut of point yang lebih tinggi dari nilai persepsi masyarakat setelah pemekaran atas kualitas aparatur pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik. Pelayanan publik bagi masyarakat memerlukan berbagai fasilitas pendukung berupa infrastruktur fisik. Persepsi masyarakat akan ketersediaan fasilitas pelayanan publik Kota Tasikmalaya pada saat sebelum terjadi pemekaran sebesar 2,42 sedangkan setelah terjadi pemekaran sebesar 2,77. Perubahan persepsi ini merupakan gambaran atas ketersediaan pelayanan publik yang dapat diakses oleh masyarakat Kota Tasikmalaya. Penyediaan fasilitas pelayanan publik bagi masyarakat dirasakan setelah terjadi pemekaran terjadi peningkatan, kondisi ini juga tercermin dimana persepsi masyarakat akan ketersediaan pelayanan publik
154
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 154
6/22/2010 6:16:26 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
lebih tinggi disbanding rata-rata nilai cut of point. Ketersediaan akan fasilitas pelayanan publik dan kemampuan/kualitas aparatur akan mempengaruhi persepsi masyarakat atas kualitas pelayanan publik yang diterima. Persepsi masyarakat atas kualitas pelayanan publik yang diterima pada saat sebelum pemekaran sebesar 2,33 sedangkan setelah terjadi pemekaran menjadi Kota Tasikmalaya sebesar 2,67. Persepsi masyarakat atas kualitas pelayanan publik yang diterima ini sebagai cerminan tingkat kepuasan atas pelayanan publik yang diterima masyarakat, hal ini juga tercermin dari nilai yang tinggi atas kualitas pelayanan publik setelah pemekaran disbanding nilai rata-rata cut of point. Dalam memahami pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat, hasil wawancara lapangan maupun questioner menemukan bahwa pelayanan publik terkait dengan kesejahteraan masyarakat tidak sepenuhnya dipahami sebagai program pemerintah daerah. Terdapat kecenderungan masyarakat/responden memaknai pelayanan publik yang mereka terima berupa program Bantuan Langsung Tunai/BLT, Bantuan Operasional Sekolah/BOS dan Gakin. Pada kenyataannya program yang mereka sebutkan tersebut merupakan bagian dari program nasional, namun terdapat pula responden yang memahami pelayanan publik sebagai akibat kebijakan pemerintah daerah seperti dalam mengurus perijinan lebih singkat waktunya.
155
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 155
6/22/2010 6:16:27 PM
Joko Suryanto
Tabel 6.1 Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Publik
-
Kehidupan Sosial Kemasyarakatan
Proses pembangunan daerah merupakan hasil interaksi antara pemerintah melalui aparaturnya dengan masyarakat. Kegiatan pembangunan Kota Tasikmalaya berjalan berdasarkan Rencana Strategis daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Instansi pemerintah daerah dan masyarakat akan terlibat dalam perumusan Renstra daerah melalui mekanisme Musrenbang. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan pembangunan menjadi ukuran dalam menjalankan proses pembagunan sehingga sasaran pembangunan akan dirasakan oleh masyarakat. Pemekaran yang terjadi telah memberikan peluang yang lebih besar bagi masyarakat di Kota Tasikmalaya untuk terlibat dalam pengusulan kegiatan pembangunan. Hal ini tercermin dari hasil nilai cut of point, dimana sebelum pemekaran masyarakat menilai sebesar 2,35 sedangkan setelah pemekaran 2,47. Keterlibatan masyarakat
156
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 156
6/22/2010 6:16:27 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
dalam pembangunan Kota Tasikmalaya yang dilihat dari program pembangunan yang mencerminkan aspirasi masyarakat pada saat sebelum pemekaran nilai cut of point 2,31 sedangkan setelah pemekaran 2,47. Dengan membandingkan antara nilai rata-rata cut of point setelah pemekaran sebesar 2,54 dengan nilai persepsi masyarakat setelah pemekaran atas usulan program dan kegiatan pembangunan lebih rendah berarti masyarakat perlu makin ditingkatkan dalam sehingga pembangunan akan secara nyata bermanfaat bagi masyarakat. Pembangunan daerah yang dijalankan Kota Tasikmalaya tidak terlepas dari pengaruh hubungan antar instansi dalam lingkup pemerintah daerah maupun pembangunan yang terjadi pada wilayah sekitar. Persepsi masyarakat akan hubungan antar instansi pada saat sebelum pemekaran yang dihasilkan dari metoda cut of point sebesar 2,55 dan setelah pemekaran sebesar 2,65. Sedangkan persepsi masyarakat akan pentingnya hubungan/kerjasama dengan wilayah sekitar dalam mendorong pembangunan pada saat sebelum pemekaran sebesar 2,42 dan setelah pemekaran 2,56. Dengan membandingkan nilai rata-rata cut of point pada setelah pemekaran maka ditarik kesimpulan bahwa pemekaran yang terjadi di Kota Tasikmalaya telah mendorong terjadinya peningkatan hubungan kerjasama antar instansi pemerintah maupun dengan daerah sekitar dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
157
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 157
6/22/2010 6:16:27 PM
Joko Suryanto
Tabel 6.2 Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Kehidupan Sosial Kemasyarakatan
-
Keamanan dan Ketertiban
Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembangunan, kondisi keamanan dan ketertiban akan menunjang terjadinya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Manfaat akan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan dirasakan oleh masyarakat dengan makin tersedianya pelayanan publik serta meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah. Kota Tasikmalaya sebagai daerah baru hasil pemekaran memerlukan terjaminnya kondisi keamanan dan ketertiban agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sesuai perencanaan daerah. Berdasar metoda cut of point, persepsi masyarakat atas kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif pada saat sebelum pemekaran sebesar 2,68 sedangkan setelah pemekaran sebesar 2,77. Kondisi keamanan dan ketertiban tersebut juga terkait dengan kondisi hubungan antar kelompok dimana masyarakat menilai berdasar persepsi bahwa nilai cut of
158
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 158
6/22/2010 6:16:27 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
point sebelum pemekaran sebesar 2,71 dan setelah pemekaran 2,88. Dengan terjadinya pemekaran masyarakat menilai bahwa kondisi keamanan dan ketertiban dan kondisi hubungan antar kelompok terjadi perubahan yang lebih baik. Perubahan kondisi tersebut didasarkan pada lebih tingginya nilai cut of point dari kondisi keamanan dan ketertiban dan hubungan antar kelompok dibanding nilai rata-rata cut of point yang sebesar 2,76. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya juga tidak terlepas dari aktivitas usaha masyarakat pada berbagai sektor. Kegiatan masyarakat dalam melakukan usaha akan terkait dengan berbagai praktek yang menghambat berkembangnya kegiatan masyarakat tersebut. Hambatan yang sering dirasakan oleh masyarakat seringkali diluar kendali masyarakat sehingga peran pemerintah melalui peraturan dan aparatur penting untuk menjamin kegiatan usaha. Kondisi atas hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan usaha tercermin dari persepsi masyarakat atas pungli dan konflik antar kelompok masyarakat. Persepsi masyarakat dengan menggunakan metoda cut of point menggambarkan peran aparatur pemerintah memerangi pungli sebagai penghambat kegiatan usaha ada saat sebelum pemekaran sebesar 2,57 kemudian setelah pemekaran sebesar 2,69. Pemerintah sebagai penjamin akan kegiatan usaha masyarakat kadang juga menjadi penghambat dalam perkembangan kegiatan ekonomi riil, seperti proses perijinan yang berbelit. Dengan dilakukan pemekaran diharapkan akan tercipta sebuah sistem
159
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 159
6/22/2010 6:16:27 PM
Joko Suryanto
pelayanan pemerintah yang efektif dan efisien dalam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Persepsi masyarakat atas konflik yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat pada saat sebelum terjadi pemekaran nilai cut of point sebesar 2,53 dan setelah terjadi pemekaran sebesar 2,68. Praktek pungli dan konflik pemerintah dan masyarakat merupakan sumber yang menghambat pembangunan daerah, selain itu tidak sejalan dengan konsep pelayanan publik dalam kerangka desentralisasi. Dengan membandingkan nilai rata-rata cut of point setelah pemekaran sebesar 2,76 dengan persepsi masyarakat setelah pemekaran atas praktek pungli dan konflik pemerintah dan masyarakat nilainya lebih rendah. Artinya masyarakat masih menganggap bahwa aparatur pemerintah Kota Tasikmalaya walaupun telah terjadi perubahan setelah pemekaran masih belum optimal memberikan pelayanan publik dalam kaitan kegiatan usaha yang dijalankan. Tabel 6.3 Cut Of Point Persepsi Masyarakat terhadap Keamanan dan Ketertiban
160
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 160
6/22/2010 6:16:27 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
6.4 Penutup Pemekaran daerah Kota Tasikmalaya, dapat dikatakan sebagai peningkatan status dari Kota Administratip menjadi Kota Tasikmalaya merupakan sebuah dasar yang cukup kuat bagi kemampuan aparatur daerah. Pemekaran wilayah yang terjadi memang harus di dukung oleh kualitas dan kuantitas aparatur seiring dengan kewenangan yang dimiliki setalah berstatus Kota Tasikmalaya. Berbagai hal yang terkait kegiatan pembangunan daerah Kota Tasikmalaya ditujukan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Langkah atau upaya yang ditetapkan pemerintah Kota Tasikmalaya terkait kebijakan pembangunan daerah menjadi penting, karena dilihat dari perkembangan Kota Tasikmalaya yang cepat baik dalam hal pertumbuhan penduduk maupun kegiatan ekonomi masyarakat. Mendekatkan pelayanan aparatur (baik penyediaan sarana prasarana publik maupun fasilitator kegiatan bisnis) merupakan tujuan dilakukannnya pemekaran menjadi Kota Tasikmalaya. Meningkatnya berbagai kebutuhan masyarakat tingkat daerah (Kabupaten/Kota) tidak hanya disebabkan oleh dorongan kebijakan otonomi daerah (pemekaran). Demokrasi telah mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam menentukan skala prioritas pembangunan melalui berbagai jalur politik, sehingga pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kota Tasikmalaya harus tarnsparan dan akuntabel. Hal tersebut perlu dukungan aparatur daerah yang memiliki kemampuan yang memadai di segala level. Dalam kaitan upaya menjamin kesejahteraan masyarakat (pendidikan, 161
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 161
6/22/2010 6:16:27 PM
Joko Suryanto
kesehatan maupun peningkatan pendapatan) dilakukan dengan mensinergikan kegiatan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Langkah pemerintah Kota Tasikmalaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat berdiri sebagai sebuah kebijakan daerah Kota Tasikmalaya. Sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Kabupaten Tasikmalaya, kebijakan Kota Tasikmalaya juga terkait dengan wilayah sekitar terlebih pada daerah pedesaan. Perubahan status menjadi Kota Tasikmalaya telah mendorong pimpinan daerah untuk menempatkan aparatur sesaui kemampuan yang dimilikinya. Penempatan aparatur tersebut akan menjamin program pembangunan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan dijalankan sesuai potensi dan kemampuan daerah. Walaupun dari hasil analisis menunjukkan terjadinya perubahan kesejahteraan masyarakat dibanding sebelum berstatus Kota Tasikmalaya, tidak dapat dipungkiri masih perlu peningkatan kemampuan aparatur. Peningkatan kemampuan tersebut terkait dengan kinerja aparatur pemerintah, penetapan standar pelayanan minimum aparatur menjadi penting terlebih pada SKPD yang terkait dengan pelayanan publik. Selain itu upaya peningkatan sarana prasarana publik menjadi hal harus di upayakan sesuai dengan kemampuan anggaran daerah.
162
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 162
6/22/2010 6:16:27 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
DAFTAR PUSTAKA
Dawood, Taufiq C, 2007, Pemekaran Daerah dan Dampaknya terhadap Alokasi Anggaran untuk Pelayanan Publik, policy paper November 2007 Aceh Recovery Forum (http://www. acehrecoveryforum.org), diakses 22 April 2008 Frederickson, H. George, 1997, The Spirit of Public Administration, Jossey-Bass Publishers, San Francisco Kartasasmita, Ginanjar, 1997, Administrasi Pembangunan (Perkembangan Pemikiran dan Praktek di Indonesia), LP3ES, Jakarta Kirana Jaya, Wihana, Peran Institusi Dalam Pertumbuhan Ekonomi, (www.kelembagaandas.wordpress.com/pengertiankelembagaan/ wihana-kirana-jaya), diakses 2 Oktober 2009 Muhhadam, Analisis Pengendalian Pemekaran Di Indonesia (Sebuah Tinjauan Teoritik, Normatif dan Gagasan Awal Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Daerah Otonom di Indonesia, (http://www.pamongpraja.org) ,diakses 20 Februari 2008) Nugroho, Riant, Dr., 2003, Reinventing Pembangunan (menata ulang paradigma pembangunan untuk membangun Indonesia Baru dengan keunggulan global), PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
163
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 163
6/22/2010 6:16:27 PM
Joko Suryanto
..................................., 2008, Public Policy, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Rohdewohld, Rainer, 1995, Public Administration in Indonesia, Montech Pty Ltd, Melbourne, Australia Siagian, Sondang P. Dr., Prof., 1996, Administrasi Pembangunan, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta Direktorat Kewilayahan 1, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah-Bappenas, Meninjau Konsep Kesenjangan Kesejahteraan, (http://www.bappenas.go.id, diakses 17 Maret 2008)
164
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 164
6/22/2010 6:16:27 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
165
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 165
6/22/2010 6:16:28 PM
Joko Suryanto
166
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 166
6/22/2010 6:16:28 PM
Efektivitas Administratur Pemerintah Pasca Pemekaran Kota Tasikmalaya
167
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 167
6/22/2010 6:16:28 PM
Joko Suryanto
168
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 168
6/22/2010 6:16:28 PM
Kesimpulan
BAB 7 KESIMPULAN Joko Suryanto
Perubahan orientasi kebijakan dari sentralisasi menjadi desntralisasi ditandai dengan penataan kembali hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Perubahan tersebut lebih menekankan proses dan pelaksanaan pembangunan pada tingkat lokal. Pelaksanaan berbagi kegiatan pembangunan tingkat lokal (desentralisasi) dilakukan sesuai UU 22 dan 23 Tahun 1999, kemudian seiring dengan dinamika yang terjadi dilakukan revisi menjadi UU 33 dan 34 tahun 2002. Berdasarkan UU tersebut kedudukan pemerintah Kabupaten/Kota menjadi penting dalam kerangka pembangunan Nasional, dimana pemerintah daerah (Kabupaten/Kota) diharapkan dapat menggunakan kewenangan yang dimiliki untuk mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat. Perubahan hubungan kewenangan tersebut telah memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk melakukan berbagai hal terkait pembangunan yang dijalankan di daerah. Salah satu peluang yang dapat dilakukan daerah mengusulkan dilakukannya pemekaran wilayah, dimana hal tersebut dimungkinkan sesuai PP No. 129 Tahun 2000. Berdasarkan semangat otonomi dan desentralisasi peluang untuk melakukan pemekaran direspon oleh beberapa wilayah yang dilakukan semenjak tahun 2000. 169
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 169
6/22/2010 6:16:28 PM
Joko Suryanto
Maraknya usulan dan implementasi pemekaran yang dilakukan pada beberapa daerah telah mendorong di keluarkannya PP No.78 Tahun 2007 sebagai pengganti PP No. 129 Tahun 2000 dengan tujuan mengupayakan agar pemekaran yang terjadi lebih terkendali. Sebelum di keluarkannya PP No 78 Tahun 2007 telah terjadi pemekaran daerah, sehingga secara total jumlah Kabupaten/Kota sebanyak 483 Kabupaten/Kota dan 33 Propinsi. Meningkatnya jumlah daerah administrasi baru (sebagai daerah hasil pemekaran) diharapkan akan mempermudah rentang kendali pemerintah sehingga kebijakan pembangunan akan lebih dirasakan oleh masyarakat. Konsep ini dijalankan berdasarkan pemahaman bahwa kebijakan pembangunan tingkat daerah akan direalisasikan berdasarkan potensi yang disesuaikan dengan kewenangan administrasi dan keuangan (desentralisasi administrasi dan fiskal). Dengan adanya pelimpahan tersebut pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk merumuskan strategi pembangunan tingkat lokal dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjamin pemenuhan kepentingan masyarakat tersebut akan memerlukan dukungan perangkat daerah (aparatur) terlebih bagi daerah otonomi baru (hasil pemekaran). Bagi daerah otonomi baru dapat dipastikan untuk menjamin berjalannya pembangunan akan memerlukan dukungan sarana prasarana dan sumber daya manusia yang mendukung terselenggaranya pembangunan. Terselenggaranya pembangunan di daerah otonomi baru (hasil pemekaran) diharapkan akan 170
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 170
6/22/2010 6:16:28 PM
Kesimpulan
mendorong berkembangnya aktivitas perekonomian dan menjamin kemudahan akses pelayanan publik sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Untuk membuktikan manfaat pemekaran wilayah terhadap perubahan perekonomian daerah dan kemudahan akses pelayanan publik pada suatu daerah, kajian dilakukan pada Kota Tasikmalaya. Sebagai daerah otonomi baru (hasil pemekaran) pada tahun 2001 perubahan yang terjadi dapat dijadikan gambaran berbagai hal terkait pemekaran daerah. Secara umum berbagai hal yang terkait dengan pembangunan daerah Kota Tasikmalaya sebagai sebuah daerah baru memiliki kaitan dengan statusnya sebelum pemekaran. Sebelum pemekaran dilakukan dengan status Kota Administratif berbagai kegiatan pembangunan telah dijalankan dan hanya mencakup tiga Kecamatan. Dapat dikatakan bahwa yang terjadi pada Kota Administratif Tasikmalaya pada dasarnya tidak murni pemekaran namun peningkatan status. Alasan ini didasarkan atas, pertama dari sisi cakupan wilayah yang tadinya tiga Kecamatan menjadi delapan Kecamatan dan kedua, walupun secara administrasi pembentukan Kota Tasikmalaya diusulkan oleh Kabupaten Tasikmalaya namun pertimbangan saat itu lebih didasarkan atas kemampuan dan dinamika ekonomi yang terjadi di Kota Administratif Tasikmalaya. Berdasarkan atas kondisi yang terjadi sebelum bersatatus sebagai daerah otonomi baru (Kota Tasikmalaya) dapat dipastikan kondisi perekonomian Kota Tasikmalaya cukup berkembang. Perkembangan perekonomian tersebut disebabkan hampir sebagian besar kegiatan usaha ekonomi masyarakat yang mencerminkan 171
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 171
6/22/2010 6:16:28 PM
Joko Suryanto
identitas wilayah Tasikmalaya berada di Kota Tasikmalaya (bordir, “kolom geulis1”). Berbagai aktivitas ekonomi yang ada di Kota Tasikmalaya cukup berkembang disebabkan wilayah ini menjadi jalur perlintasan wilayah Jawa Barat bagian selatan, sehingga daya dukung yang ada setelah menjadi daerah otonom baru cukup mendukung bagi berkembangnya aktivitas usaha. Meningkatnya aktivitas perekonomian di Kota Tasikmalaya tercermin dari ratarata konstribusi sektor pembentuk PDRB semenjak tahun 20022007, terdiri atas tiga sector yaitu perdagangan, hotel dan restoran (29,16%), industry pengolahan (17,42%) dan jasa-jasa (13,52%). Peran besar dari tiga sektor pembentuk PDRB Kota Tasikmalaya telah mendorong terciptanya pendapatan perkapita yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan perkapita Kabupaten Tasikmalaya. Dari gambaran singkat perekonomian Kota Tasikmalaya dapat dikatakan bahwa pemekaran atau peningkatan status memberikan manfaat bagi pembangunan daerah, walaupun bila di lihat dari gini indek Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi baru memiliki tingkat kesenjangan yang relative lebih tinggi dibanding Kabupaten Tasikmalaya (daerah induk). Perubahan ekonomi yang terjadi di Kota Tasikmalaya akan dibarengi dengan kebijakan penyediaan pelayanan publik bagi masyarakat. Terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, bidang pendidikan sebagai salah satu kewenangan yang dilimpahkan pusat kepada daerah telah dilakukan berbagai kebijakan. Berdasarkan beberapa indikator yang mencerminkan 1
Merupakan kegiatan usaha pembuatan alas kaki khusus bagi wanita yang terbuat dari kayu.
172
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 172
6/22/2010 6:16:28 PM
Kesimpulan
kondisi pendidikan Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi baru menggambarkan terjadinya peningkatan angka partisipasi kasar (APK) pada pendidikan dasar (SD dan SMP), namun untuk pendidikan atas (SMA) walau pun terjadi peningkatan namun angka APK masih dibawah 90 % pada tahun 2008. Tingginya angka APK untuk tingkat pendidikan atas (SMA) juga tercermin dari tingginya angka putus sekolah pada level yang sama (42,84 %). Gambaran atas perubahan yang terjadi pada bidang pendidikan dasar (tingkat SD dan SMP) di Kota Tasikmalaya perlu dicermati lebih dalam. Terkait dengan meningkatnya status (hasil pemekaran) bahwa kewenangan bidang pendidikan menjadi wajib bagi daerah sedangkan pemerintah pusat menetapkan program BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Artinya perubahan bidang pendidikan di Kota Tasikmalaya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh kebijakan daerah. Namun demikian terkait dengan kebijakan pendidikan yang dijalankan sebagai daerah otonom baru telah diarahkan bagi peningkatan kualitas pengajar dengan melakukan berbagai training maupun pemberian bantuan biaya pendidikan lanjutan bagi guru. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya mendorong terciptanya sistem pendidikan yang sesuai dengan standar Nasional. Pemerintah Kota Tasikmalaya dengan status sebagai daerah otonomi baru telah mengupayakan kebijakan daerah bidang kesehatan dengan tujuan menjamin kemudahan akses dan pelayanan kesehatan masyarakat. Hasil yang dicapai berdasarkan kebijakan daerah tersebut dapat dilihat dari telah ditetapkannya standar pelayanan minimum bidang kesehatan di Kota Tasikmalaya. 173
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 173
6/22/2010 6:16:28 PM
Joko Suryanto
Penetapan standar pelayanan minimum telah memberikan dampak terhadap perubahan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sehingga dapat menjadi salah satu indikator terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu perubahan kesejahteraan masyarakat (dilihat dari bidang kesehatan) tercermin dari indikator kinerja pembangunan dimana setelah bersetatus daerah otonom baru IPM Kota Tasikmalaya nilainya lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Tasikmalaya (daerah induk). Peningkatan pelayanan publik bidang kesehatan pada Kota Tasikmalaya tidak terlepas dari besarnya alokasi anggaran kesehatan dalam APBD. Alokasi anggaran tersebut sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah daerah (sebagai daerah otonom baru) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bidang kesehatan. Berkaitan dengan perubahan pelayanan kesehatan masyarakat yang terjadi pada Kota Tasikmalaya tersebut, masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam proses pembangunan. Peran tersebut tidak hanya pada saat penentuan kebijakan dan progam pembangunan kesehatan, hingga pelaksanaan dan evaluasi kinerja (sebagai kontrol) agar kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ditetapkan. Berbagai hal yang terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah otonom baru, dalam hal ini Kota Tasikmalaya sangat di pengaruhi oleh status daerah tersebut sebelum menjadi daerah otonom baru. Sebelum menjadi daerah otonom baru dengan status Kotip Tasikmalaya berbagai hal hal yang terkait pembangunan daerah telah didukung oleh aparatur yang cukup memadai. Aparatur daerah menjadi salah satu kunci 174
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 174
6/22/2010 6:16:28 PM
Kesimpulan
bagi pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah terlebih setelah menjadi daerah otonom baru. Meningkatnya kewenangan yang dimiliki perlu dibarengi dengan kuantitas dan kualitas aparatur pemerintah, sehingga akan responsive dan tanggap terhadap tuntutan masyarakat. Berbagai hal yang terkait dengan upaya penciptaan kemampuan dan kecakapan aparatur pemerintah telah dilakukan, namun sebagai daerah otonom baru perlu mendapat perhatian. Sebagai gambaran dengan potensi ekonomi yang cukup menjanjikan upaya menggerakkan investasi di tingkat lokal belum optimal. Berbagai permasalahan dalam koordinasi antar satuan kerja perangkat daerah (SKPD) maupun dengan daerah induk masih menjadi kendala. Terkait dengan pelayanan publik yang di berikan oleh aparatur pemerintah Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom baru telah diupayakan disusun standar pelayanan minimum. Penetapan standar pelayanan minimum menjadi penting bagi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam mengimplementasikan kebijakan pembangunan agar tercapai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu penetapan standar pelayanan dapat dijadikan ukuran kinerja aparatur yang berguna untuk mengevaluasi capaian pelaksanaan kegiatan yang dijalankan.
175
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 175
6/22/2010 6:16:28 PM
Joko Suryanto
176
LAP - IMPLIKASI PEMEKARAN - JOKO SURYANTO.indd 176
6/22/2010 6:16:28 PM