IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PEGAWAI (Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh: SITI MUALIMAH NIM. 21211008
FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AHWAL AL SYAKHSIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i
i
IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PEGAWAI (Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh: SITI MUALIMAH NIM. 21211008
FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AHWAL AL SYAKHSIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Artinya: “ (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah: 7-8)
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku, Suami dan anak-anakku tercinta Keluarga besar bapak H. Komariyanto Teman-temanku mahasiswa AS-NR 2011
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana pada fakultas Syari’ah jurusan Ahwal Al Syakhsiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis hanya mampu menyampaikan ucapan kasih sebanyakbanyaknya kepada: 1. Bapak. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah 3. Bapak Sukron Makmun, M.Si selaku Ketua Jurusan Ahwal AlSyakhsiyah 4. Bapak Prof. Dr. Muh. Zuhri, M.A Selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya
semata-mata
untuk
membimbing
dan
mengarahkan penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga, khususnya dosen Fakultas Syari’ah yang telah mencurahkan ilmunya selama penulis belajar di IAIN Salatiga.
vii
6. Bapak Kepala dan Staf Perpustakaan kampus 1 IAIN Salatiga dan Perpustakaan Syari’ah Kampus 2 IAIN Salatiga. 7. Bapak Ketua BAZDA Kabupaten Demak yang telah memberikan surat izin dalam penelitian. 8. Bapak Ketua UPZ Kementerian Agama Kabupaten Demak yang telah memberikan surat izin dalam penelitian. 9. Ayah, Ibu, suami dan anak-anakku yang tercinta dan tersayang, yang senantiasa mendo’akan, dan memotivasi dengan tulus dan ikhlas. 10. Teman-temanku mahasiswa AS-NR angkatan 2011 yang selalu memberi motivasi. Skripsi ini merupakan hasil dari usaha maksimal yang dilakukan selama ini, meskipun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, bagi para pembaca dan bagi perkembangan pengelolaan zakat pada masa mendatang. Dan akhir kalam penulis yakin sampai kapanpun tak akan pernah bisa membalas jasa-jasa dan kebaikan semua pihak yang telah berkontribusi terhadap penulisan skripsi ini. dan penulis hanya mempersembahkan jazakumullah khairan katsiran, semoga Allah swt membalas segala kebaikan kalian semua, amin.
Salatiga, September 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
Mualimah, Siti. 2015. Implementasi Zakat Profesi Pegawai (Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak. Skripsi, Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Prof. Dr. Muh. Zuhri, M.A. Kata Kunci: zakat profesi, ASN Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanan zakat profesi bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya di Kementerian Agama Kabupaten Demak. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1) Bagaimana konsep zakat profesi dalam fiqh dan Undang-Undang? 2) Bagaimana pengelolaan zakat profesi pegawai di Kemeterian Agama Kabupaten Demak? 3) Bagaimanakah distribusi zakat profesi pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Demak?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istilah zakat profesi tidak dikenal dalam istilah fiqh, akan tetapi dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 zakat penghasilan dan jasa bisa dinamakan dengan zakat profesi. Pengelolaan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Demak menjadi tanggung jawab bersama Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan BAZNAS Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak mengelola 75 % dari zakat profesi yang terkumpul sedangkan 25 % sisanya dikelola oleh BAZNAS Kabupaten Demak. Sedangkan penyaluran zakat profesi diperuntukkan kepada 8 ashnaf yang berhak menerima sesuai syari’ah Islam dengan 2 bentuk, yaitu zakat untuk konsumtif dan zakat bersifat produktif. Zakat profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak diambil dari gaji pokok kotor setiap pegawai dengan kadar 2,5%, sedangkan pemotongan dilakukan oleh bendahara gaji berdasar pada surat pernyataan yang telah dibuat. Bagi pegawai yang gajinya tidak sampai satu nisab maka mereka tidak dikenakan potongan zakat profesi melainkan potongan untuk infak dan shadaqah yang besarnya sesuai dengan pernyataan yang telah dibuat.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO………………………………………………………
i
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..………………………………………….
iii
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………………….
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
vii
ABSTRAK…………………………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah
……………………………………….
1
……………………………………………
4
………………………………………………
4
D. Kegunaan Penelitian ………………………………………………..
5
E. Penegasan Istilah ……………………………………………………
5
F. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….
7
B. Focus Penelitian C. Tujuan Penelitian
x
G. Metode Penelitian …………………………………………………..
9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……………………………
9
2. Kehadiran Peneliti …………………………………………..
9
3. Lokasi Penelitian ……………………………………………
9
4. Sumber Data…………………………………………………
9
5. Prosedur Pengumpulan data ………………………………..
10
6. Analisa Data ………………………………………………..
12
7. Pengecekan Keabsahan …………………………………….
12
8. Tahap-Tahap Penelitian …………………………………….
13
H. Sistematika Penulisan ………………………………………………
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………
15
A. Zakat Profesi dalam Tinjauan Fiqh………………………………….
15
1. Pengertian Zakat Profesi ……………………………………
15
2. Tujuan, Fungsi dan Hikmah Zakat Profesi …………………
17
3. Waktu Pengeluaran Zakat Profesi …………………………
19
4. Sasaran Zakat profesi ………………………………………
22
B. Zakat Profesi dalam Tinjauan Perundang-undangan ………………
26
C. Pengelolaan Zakat
………………………………………………..
29
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ……………..
31
A. Gambaran Umum Kementerian Agama Kabupaten Demak ……….
31
1. Sejarah dan Letak Geografis Kementerian Agama Kabupaten Demak ………………………………………………………
xi
31
2. Ruang Lingkup dan cakupan Kerja Kementerian Agama Kabupaten Demak ………………………………………… 3.
33
Kondisi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak ………………………………….
37
B. Gambaran Umum Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Demak ………………………………………………………………
39
1. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak ………………………………………………………
39
a. Sejarah Singkat Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak ……………………………
39
b. Struktur Organisasi, Program dan Kegiatan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak…
40
2. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Demak ….
45
a. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Demak ……………………………………...
45
b. Ruang Lingkup Kegiatan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Demak ………..……………….
45
C. Pola Pembayaran dan Distribusi Zakat Profesi yang dilakukan oleh UPZ Kementerian Agama Kabupaten Demak …………………………..
48
1. Pola pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak …………………………………………
xii
48
2. Pola distribusi zakat profesi yang dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak ……. BAB IV PEMBAHASAN
49
………………………………………………..
52
A. Analisa Pengelolaan Zakat Profesi………………………………
52
B. Analisa Pola Pembayaran Zakat Profesi ………………………
54
C. Analisa Distribusi Zakat Profesi…………………………………
54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………
59
B. Saran-saran……………………………………………………….
60
C. Penutup…………………………………………………………..
61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1
Data penerimaan dan pengeluaran zakat profesi UPZ
44
Tabel 3.2
Besaran dana ZIS yang dikumpulkan BAZDA
47
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1
Struktur Organisasi UPZ
xv
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Rekomendasi Penelitian Lampiran 2. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 5 Surat Perjanjian Bazda dan UPZ Lampiran 6 Surat Pernyataan
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang tidak hanya berisi tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang diwujudkan dalam ritual-ritual keagamaan seperti shalat, puasa dan lain sebagainya. Islam juga agama yang sangat peduli terhadap persoalan kemanusiaan baik berupa interaksi antar manusia maupun kepedulian terhadap sesama seperti fakir miskin. Bukti kongkritnya adalah adanya kewajiban membayar zakat, baik zakat Fitrah maupun zakat Mal. Dewasa ini kesadaran umat Islam dalam melaksanakan perintah agamanya semakin lama semakin tinggi. Kesadaran ini tidak hanya perhatian terhadap perintah-perintah wajib yang berhubungan dengan vertikal (hablum min Allah) atau hubungan manusia dengan Allah SWT, melainkan juga ibadah yang orientasi pelaksanaan melibatkan sosial kemasyarakatan,
contohnya
Zakat.
Kesadaran
masyarakat
untuk
mengeluarkan zakat pada dekade ini semakin tinggi, hal ini dibuktikan dengan menjamurnya lembaga-lembaga yang menerima titipan zakat untuk dikelola. Seiring berlakunya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, pengelolaan zakat di Indonesia mempunyai landasan hukum. Pengelolaan zakat di Indonesia dalam Undang-Undang ini bisa dilakukan oleh pemerintah dengan mendirikan Badan Amil Zakat (BAZ) mulai dari nasional maupun Nasional. Pengelolaan zakat ini juga bisa dilakukan oleh
1
pihak-pihak
lainnya
seperti
lembaga-lembaga
keagamaan,
lembaga
kemasyarakatan dan lain sebagainya. Dalam pasal 1 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan :
“ Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”. Hal ini berarti bahwa ibadah zakat hukumnya wajib bagi orang muslim maupun badan usaha. Pada kenyataannya dalam khazasah keilmuan Islam zakat yang dibahas adalah zakat yang secara terang dijelaskan oleh nash. Zakat profesi pada awalnya tidak direspon oleh khazanah keilmuan Islam, tapi pada perkembangannya zakat profesi ini mulai menjadi trading topic setelah seorang cendikian muslim dari Mesir, yakni Yusuf Qordawi mengemukakan hal tersebut. Yang dapat dikategorikan dari sejumlah pendapatan yang termasuk dalam kategori zakat profesi, seperti: 1. Pendapatan dari hasil kerja pada sebuah instansi, baik pemerintah (Pegawai Negeri Sipil) maupun swasta (Perusahaan swasta). Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan seperti ini biasanya bersifat aktif atau dengan kata lain relatif ada pemasukan/pendapatan pasti dengan jumlah yang relatif sama diterima secara periodik (biasanya perbulan). 2. Pendapatan dari hasil kerja profesional pada bidang pendidikan, keterampilan dan kejuruan tertentu, dimana si pekerja mengandalkan kemampuan/keterampilan pribadiannya, seperti: dokter, pengacara, tukang cukur, artis, perancang busana, tukang jahit, presenter, musisi,
2
dan sebagainya. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan seperti ini biasanya bersifat pasif, tidak ada ketentuan pasti penerimaan pendapatan pada setiap periode tertentu. (Mufraini, 2006:73) Hasil kerja dalam pengertian kini mencakup: 1. Gaji dan upah dan apa saja yang sehukum dengannya. 2. Upah keahlian selain perniagaan, dimana yang berperanan penting disitu ialah kerja. Sejak dulu, permasalahan zakat secara umum hanya terfokus kepada dua hal pokok, yakni mengenai pengelolaan dan mengenai kesadaran para wajib zakat. Untuk pengelolaan zakat sesungguhnya sudah diatur oleh UU nomor 38 tahun 1999, hanya pelaksanaannya yang masih kurang konsisten. Pembayaran zakat profesi melalui pemotongan gaji PNS (sekarang berubah dengan istilah ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak telah lama dilakukan. Pada awalnya pemotongan zakat profesi mendapatkan respon yang beragam dari kalangan pegawai Kemenag Kabupaten Demak, baik berupa respon positif maupun negatif. Pada perkembangannya semua pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak menerima pembayaran zakat profesi dengan cara potongan gaji setiap bulan. Penyaluran zakat profesi yang dikelola oleh Kementerian Agama Kabupaten Demak dirasa masih kurang transparan. Penulis hanya mengetahui berapa jumlah zakat dikumpulkan serta berapa jumlah penyalurannya saja, tanpa perincian yang jelas melalui papan pengumuman yang ditempelkan di papan pengumuman Kementerian Agama.
3
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak merupakan lembaga satu-satunya lembaga yang berwenang untuk melaksanakan tugas pengumpulan zakat pegawai di wilayah Kementerian Agama Kabupaten Demak. Lembaga ini secara hirarki dibawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Potensi zakat yang berasal dari pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak kurang lebih 1 milyar rupiah. Potensi sebesar itu kalo tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan yang besar. Berpijak dari fenomena tersebut diatas, penulis merasa terpanggil untuk mengetahui lebih dalam bagaimana pelaksanaan zakat profesi pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak. B. Focus Penelitian Dari gambaran latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini direncanakan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep zakat profesi dalam Fiqh dan Undang-Undang? 2. Bagaimanakan pengelolaan zakat profesi pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Demak? 3. Bagaimanakan distribusi zakat profesi pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Demak? C. Tujuan Penelitian Rencana tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Memahami konsep zakat profesi menurut fiqh dan Undang-undang yang berlaku di Indonesia.
4
2. Memahami pengelolaan zakat profesi pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Demak. 3. Memahami distribusi zakat profesi pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Demak. D. Kegunaan penelitian Manfaat dari penelitian ini direncanakan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, sebagai bahan kajian serta referensi untuk penelitian yang lebih mendalam. 2. Bagi mahasiswa, penelitian ini sebagai bahan untuk memperkaya wawasan tentang pengelolaan zakat profesi. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini bisa sebagai rujukan serta menambah wawasan tentang pengelolaan zakat profesi. E. Penegasan Istilah 1. Implementasi Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “implementation” yang berarti pelaksanaan. (Echols, 2003:313) Implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan zakat profesi bagi aparatur sipil negara khususnya PNS di bawah Kementerian Agama Kabupaten Demak. Pelaksanaan zakat profesi disini meliputi kegiatan pengumpulan, pengelolaan, serta pendistribusian zakat. 2. Zakat Profesi Kata zakat berasal dari bahasa arab “zakkaa” yang berarti membersihkan. Secara istilah zakat berarti membersihkan diri/harta
5
benda dengan mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam. (Rifa’i, 1978:346) Profesi dari kata profession yang artinya pekerjaan. (Echols, 2003:449)Bila dikaitkan dengan zakat, maka zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu. Zakat profesi adalah zakat yang diberikan oleh setiap orang Islam, yang menyangkut
imbalan
profesi
yang diterima,
seperti
gaji
dan
honoranium. (Alwi, 2007:1279) Bentuknya bisa berbentuk gaji, upah, honor, persen dan sebagainya. Profesi tersebut misalnya pegawai negeri, Dosen, Pegawai Bank, Pegawai Pemerintahan, Dokter, Guru, Pengacara dan lain-lain. 3. Aparatur Sipil Negara Aparatur Sipil Negara atau disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. (UU No. 5 tahun 2014) Sedangkan Pegawai Aparatur Sipil Negara yang disingkat Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahanatau diserahi tugas negara lainnyadan digaji sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ASN adalah semua pegawai negeri sipil baik pegawai struktural maupun pegawai fungsional yang bekerja dalam naungan Kantor Kementerian Agama
6
Kabupaten Demak. Pegawai yang dimaksud adalah guru, penyuluh agama, pengawas, penghulu, pegawai kantor baik staf maupun pejabat dan lain sebagainya. F. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian yang membahas tentang zakat profesi ada beberapa diantaranya sebagai berikut: Endarti Nurwiyani (2009), dengan judul: “Urgensi Komunikasi Hukum terhadap Pengeloaan Zakat Profesi di Kabupaten Temanggung”, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pelaksanaan komunikasi hukum zakat profesi di kabupaten Temanggung?, 2) Bagaimana
kesadaran
hukum
masyarakat
terhadap
keberhasilan
pengelolaan zakat profesi di Kabupaten Temanggung?, 3) Bagaimana model ideal komunikasi hukum dalam bentuk sosialisasi zakat profesi di Kabupaten Temanggung?. Hasil penelitian ini menggungkapkan bahwa komunisasi hukum yang dilakukan oleh BAZ Kabupaten Temanggung menggunakan metode pelatihan, ceramah umum, penyebaran leaflet, pemberian instruksi oleh bupati, pemberitaan lewat radio dan media cetak, dan melalui surat-surat dengan sasaran pegawai. Untuk menumbuhkan kesadaran pegawai untuk mengeluarkan zakat profesi, serta pengelolaan BAZ yang tertib, akuntabel dan transparan dibentuklah 39 UPZ (unit pengumpul zakat) yang akuntabel dan transparan. Model ideal komunikasi hukum zakat profesi di kabupaten Temanggung dengan melalui sosialisasi intensif, pendekatan kepada tokoh agama untuk
7
pelaksanaan zakat profesi, serta instruksi Bupati Temanggung kepada SKPD SKPD merupakan starategi yang paling baik untuk pelaksanaan dan pengelolaan zakat profesi masyarakat Kabupaten Temanggung. Muhammad Fuad (2011), dengan judul: “Zakat Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Salatiga (Studi terhadap pembayaran zakat oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga), dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana konsep zakat profesi dalam Fiqh dan UU?, 2) Bagaimanakah pemahaman masyarakat muslim PNS di Kecamatan Sidorejo tentang zakat profesi?, 3) Apakah motivasi masyarakat muslim PNS di Kecamatan Sidorejo untuk membayar atau tidak membayar zakat profesi?, 4) Bagaimanakah pola pembayaran zakat profesi masyarakat muslim PNS di Kecamatan Sidorejo? Hasil penelitian ini berisi tentang tingkat kesadaran PNS muslim di Kecamatan Sidorejo terhadap pemahaman zakat profesi sebesar 75 %, sebagian besar PNS yang mengeluarkan zakat profesi dengan alasan kepedulian terhadap ajaran agama sebersar 40 %, dan 30 % masing-masing dengan alasan kepedulian sosial dan agar hartanya menjadi berkah. serta pola pembayaran zakat profesi PNS muslim di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga mayoritas atau 90 % langsung kepada yang berhak dan sisanya melalui BAZ/LAZ. Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan kedua penelitian yang telah dilakukan oleh Indarti dan Muhammad Fuad. Penelitian ini lebih menfokuskan pada pelaksanaan zakat profesi yang meliputi pengelolaan dan pendistribusian zakat profesi yang terdapat di Kementerian Agama Kabupaten Demak. 8
G. Metode penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif. Analisa dalam Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk memberi gambaran terhadap pengelolaan zakat profesi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Agama yang dikelola oleh Kementerian Agama Kabupaten Demak. 2. Kehadiran Peneliti Peneliti
bertindak
sebagai
subyek
atau
pelaku
sekaligus
pengumpul data yang mana penulis langsung datang dan mewawancarai Kasi Bimas Syari’ah, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak serta PNS Kementerian Agama Kabupaten Demak. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak JL. Bayangkara Baru No. 6 Demak lebih khususnya di Kantor Kasi GARAZAWA yang sekarang bernama Bimas Syari’ah serta Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. 4. Sumber Data a. Data Primer Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara peneliti dan
9
dokumen tentang pengelolaan zakat profesi dari bimas Syari’ah, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak serta Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. b. Data Sekunder Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data primer, data sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan melalui literatur maupun dengan cara peneliti secara langsung datang ke lapangan untuk melakukan observasi. 5. Prosedur Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun metode pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Dokumentasi Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. (Moloeng, 2004:917) Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut adalah yang berkaitan dengan topik penelitian ini dan berkaitan dengan masalah-masalah yang akan dibahas.
10
Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu subjek. Dokumen adalah semua bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan, cetakan, maupun dalam bentuk rekaman lainnya. Disini peneliti menggunakan dokumen dengan cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen tersebut seperti naskah, daftar nama-nama para PNS serta nominal zakat profesinya, dokumen penyaluran zakat dan sebagainya. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004:186) Wawancara dilakukan kepada kasi Bimas Syari’ah, pengurus lembaga amil zakat Kementerian Agama Kabupaten Demak serta aparatur sipil Negara (ASN) dalam hal ini adalah PNS dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten Demak. Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalahmasalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana prosedur tentang pembayaran zakat serta pengelolaan zakat.
11
c. Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi objektif mengenai objek penelitian. (Arikunto, 1997:234) Teknik observasi ini merupakan upaya memperoleh data dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui. 6. Analisa data Dalam penelitian, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengadakan analisis data, data mentah yang terkumpul tidak ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan hal yang penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian. Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang mendeskripsikan pengelolaan dan distribusi zakat profesi pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak. 7. Pengecekan Keabsahan Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:30) Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis, dengan cara
12
menulis kembali hasil wawancara setelah selesai melakukan wawancara secara langsung, ataupun mewawancarai ulang dari salah satu subjek penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan. 8. Tahap-tahap penelitian Langkah yang diambil peneliti untuk memulai suatu penelitian adalah dengan menentukan atau memilih topik penelitian, pencarian informasi, menentukan lokasi yang akan diteliti, pencarian sumbersumber dan prosedur pengumpulan data, serta menganalisis data yang ada. H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut: Bab I Pendahuluan; Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II Kajian Pustaka; Bab ini berisi pembahasan tentang: Zakat profesi dalam tinjauan fiqh yang meliputi; Pengertian zakat profesi, tujuan, fungsi dan hikmah zakat profesi, waktu pengeluaran zakat profesi, sasaran
13
zakat profesi, dan pembahasan zakat profesi dalam tinjauan perundangundangan Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian; Bab ini membahas tentang: gambaran umum Pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak yang meliputi: Sejarah dan letak geografis, Pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Bab IV Pembahasan; Berisi tentang analisis tentang pengelolaan zakat profesi, analisis pola pembayaran zakat profesi serta analisa distribusi zakat profesi. Bab V Penutup; Berisi kesimpulan, saran-saran, dan penutup.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Zakat Profesi dalam Tinjauan Fiqih 1.
Pengertian Zakat Profesi Dalam buku Ensiklopedi Islam; kata “zakat” berasal dari kata dasar (masdar)-nya zaka yang berarti tumbuh, berkah, bersih, baik dan bertambah. (Depdikbud, 1993: 224) Pendapat ini sejalan dengan pendapat Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul mu’min dalam bukunya “Kifayatu al-Akhyar fi ghoyati al-Ikhtishor” zakat secara bahasa diartikan tumbuh, berkah dan tambahnya kebaikan. (Abu Bakar, tt: 161) Dalam kitab Fathül Wahab juga terdapat definisi zakat sebagai berikut: “Sesuatu nama dari harta atau badan yang dikeluarkan menurut syarat syarat yang ditentukan”. (Zakaria al-anshari, tt, 102). Dalam istilah fiqih, zakat adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang yang berhak (mustahak). (Depdikbud, 1993: 224) Adapun pengertian zakat secara terminologi (istilah) telah direspon dengan beberapa pengertian, sebagaimana berikut ini. Dalam Ensiklopedi al-Quran disebutkan, Menurut istilah hukum Islam, zakat itu maksudnya mengeluarkan sebagian harta, diberikan kepada yang berhak menerimanya, supaya harta yang
15
tinggal menjadi bersih dari orang-orang yang memperoleh harta menjadi suci jiwa dan tingkah lakunya. (Fahrudin HS, 1992: 618) Zakat merupakan pranata keagamaaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu, hingga dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat oleh pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999. Dalam Bab 1 tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Pada pasal 4 ayat 2 poin h dijelaskan bahwa salah satu zakat mal adalah pendapatan dan jasa. Dalam Undang-Undang ini tidak tersurat adanya istilah zakat profesi akan tetapi dalam pasal 23 ayat 2 dijelaskan bahwa bukti setoran zakat dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Berdasar pemahaman diatas bahwa objek zakat penghasilan bisa disebut dengan istilah zakat profesi. Dalam Ensiklopedi Islam zakat profesi termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu al-maal almustafaad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). (Depdikbud, 1993: 227) Sejalan dengan hal tersebut Abdul Ghofur Anshori menjelaskan bahwa zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik dokter,
16
arsitek, notaries, ulama’/da’i, karyawan, guru, dan lain-lain. (Anshori, 2006: 86) Zakat merupakan bentuk taqorrub (pendekatan diri) kepada Allah, yang merupakan sarana penting untuk membersihkan jiwa manusia dari sifat-sifat tercela seperti kikir, rakus dan egois. Sebagaimana zakat juga dapat memberikan solusi untuk menanggulangi masalah krisis ekonomi yang menimpa umat manusia, karena penulis berpendapat seorang petani saja diwajibkan membayar zakatnya, maka para dokter, dosen, guru, karyawan lebih utama untuk mengeluarkan zakat profesinya, karena selain kerjanya lebih ringan, gajinya dalam beberapa bulan sudah melebihi nisab. 2.
Tujuan, Fungsi Dan Hikmah Zakat Profesi. Dasar hukum kewajiban zakat disebutkan baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits yang antara lain sebagai berikut:
Artinya : “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah:9, 103)
Dari surat At-Taubat ayat 103 di atas tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan oleh para muzaki akan dapat membersihkan dan mensucikan hati manusia, tidak lagi mempunyai sifat yang tercela 17
terhadap harta seperti rakus dan kikir. Secara teologis kewajiban zakat diberlakukan untuk membersihkan harta dari berbagai syubhat dan sekaligus membersihkan jiwa pemiliknya dari berbagai kotoran rohani. Dan secara sosial menunjukkan rasa solidaritas dan kepedulian orangorang kaya kepada orang-orang miskin sehingga terjalin persaudaraan yang kokoh di masyarakat yang saling menolong dan saling menyayangi. (http://tanbihun.com/fikih/bahsul-masail/zakat-profesi/)
ﻚ أَﻧﱠﮫُ ﻗَﺎ َل أَﺗَﻰ َر ُﺟ ٌﻞ ِﻣ ْﻦ َﺑ ِﻨﻲ ﺗَ ِﻤ ٍﯿﻢ َرﺳُﻮ َل ﱠ ِﷲ ٍ ِﺲ ْﺑ ِﻦ َﻣﺎﻟ ِ َﻋ َْﻦ أَﻧ َرﺳُﻮ َل ﱠﯾَﺎﻓَﻘَﺎ َل ﺿ َﺮ ٍة ِ ﯿﺮ َو ُذو أَ ْھ ٍﻞ َو َوﻟَ ٍﺪ َو َﺣﺎ ٍ ِﷲِ إِﻧﱢﻲ ُذو َﻣﺎ ٍل َﻛﺜ ﻖ َو َﻛ ْﯿﻒَ أَﺻْ ﻨَ ُﻊ ﻓَﻘَﺎﻟَ َﺮﺳُﻮ ُل ﱠ ُ ِأ ُ ْﻧﻔ َ َﻛ ْﯿﻒﻓَﺄ َ ْﺧﺒِﺮْ ِﻧﻲ ) ﺗُ ْﺨ ِﺮ ُج اﻟ ﱠﺰ َﻛﺎةَ ِﻣ ْﻦ:ِﷲ َ ُﺗٌﻓَﺈِﻧﱠﮭَﺎ طُ ْﮭ َﺮةﻚ ف َﺣ ﱠ ُ ْﺮ ﻖ اﻟﺴﱠﺎﺋِ ِﻞ َ ﻄﮭﱢ ُﺮ َ َِﻣﺎﻟ ِ َك َوﺗ ِ َوﺗَﻌ َﺼ ُﻞ أَ ْﻗ ِﺮﺑَﺎ َءك ُﻮل ﱠ ُت َذا ْاﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َﺣﻘﱠﮫ َ ﯾَﺎ َرﺳﯿﻦ ﻓَﻘَﺎ َل ِ ﷲِ أَ ْﻗﻠِﻞْ ﻟِﻲ ﻗَﺎ َل ﻓَﺂ ِ ﺎر َو ْاﻟ ِﻤ ْﺴ ِﻜ ِ َو ْاﻟ َﺠ ( َوﻻَ ﺗُﺒَ ﱢﺬرْ ﺗَ ْﺒ ِﺬﯾﺮًاﯿﻞ ِ ِ َوا ْﺑﻦَ اﻟ ﱠﺴﺒ ََو ْاﻟ ِﻤ ْﺴ ِﻜﯿﻦ Artinya: “Dari Anas RA berkata: Seorang dari Suku Tamim menghadap Rasulullah SAW dan bertanya: Hai Rasulullah aku mempunyai harta yang banyak dan mempunyai keluarga yang banyak pula serta banyak tamu-tamu yang datang, maka berikanlah aku petunjuk bagaimana sebaiknya aku beramal dan berinfaq? Maka Rasulullah memberikan petunjuk: Keluarkanlah zakatnya dari hartamu itu, karena dengan mengeluarkan zakatnya kamu dapat membersihkan (harta dan jiwamu), dan kamu dapat mempererat tali kekeluargaanmu, serta kamu mengerti hak-hak fakir miskin, hak-hak tetangga dan hak-hak orang yang meminta-minta” (HR Ahmad) Hadits ini memberikan petunjuk singkat mengenai tujuan dan fungsi zakat profesi, baik tujuan teologis maupun tujuan sosialnya. Allah memberikan rizki kepada hambanya berbeda-beda, ada yang diberi kemudahan-kemudahan dan ada yang diberi kesulitan dan kesukaran. Yang demikian sudah menjadi sunnatullah, tujuannya agar
18
saling membutuhkan. Seorang suku Tamim diberi harta yang melimpah dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak. Di samping itu banyak pula orang-orang yang datang kepadanya untuk meminta bantuan. Rasulullah SAW memberikan petunjuk agar dikeluarkan zakatnya sehingga secara proporsional harta yang digunakan untuk keperluan keluarga adalah harta yang sudah bersih, sedangkan harta yang dikeluarkan untuk kelompok fakir miskin berfungsi sebagai tali kasih yang memperkokoh persaudaraan dan kekeluargaan. Fungsi dan hikmah zakat profesi antara lain: a. Menghindari kecemburuan sosial sehingga harta menjadi aman, karena kecemburuan sosial bisa menimbulkan kerawanan di masyarakat. b. Memberi bantuan langsung kepada fakir miskin. Apabila mereka mempunyai
keterampilan,
maka
uang
bantuan
itu
dapat
dipergunakan sebagi modal usaha kecil, dan apabila tidak mempunyai kerampilan, maka akan dipergunakan sebagai bantuan yang dapat meringankan beban hidupnya. c. Membersihkan muzakki dari sifat-sifat yang tidak terpuji dan tidak peduli kepada orang lain, karena orang mu’min yang telah membiasakan membayar zakat akan menjadi orang dermawan. d. Sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan memberikan kemudahan-kemudahan mencari rizki. Bukankah banyak orang yang telah bekerja keras dan
19
membanting
tulang
tetapi
rizkinya
pas-pasan.
(http://tanbihun.com/fikih/bahsul-masail/zakat-profesi/) 3.
Waktu Pengeluaran Zakat Profesi Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa para ulama sepakat harta pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nisab. Adapun nisabnya sama dengan nissab uang, dengan kadar zakat 2,5%. (Depdikbud, 1993: 227) Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 267 dijelaskan:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik -baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk -buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS. Al-Baqarah, 2: 267) Ayat tersebut diturunkan sebagai perintah dari Allah kepada manusia yang beriman untuk mengeluarkan zakat dari hasil usaha manusia yang baik-baik. Karena seorang muslim dianjurkan untuk menyegerakan dalam membayar zakat, tidak diperkenankan menundanunda dalam pelaksanaan kewajiban tersebut.
20
Untuk menentukan waktu pengeluaran zakat profesi baik itu berupa gaji, upah, penghasilan atau sejenisnya, Yusuf Qardhawi menyarankan untuk menangguhkan pengeluaran zakat kekayaannya yang lain yang sudah jatuh tempo zakatnya, bila dia tidak khawatir penghasilannya itu akan terbelanjakan olehnya sebelum jatuh tempo. Alasannya, agar tidak terjadi pewajiban pembayaran dua kali pada keseluruhan kekayaan dalam satu tahun. Namun
menurut
Yusuf
Qardhawi,
keterangan-keterangan
tentang tidak wajib zakat atas harta penghasilan (profesi) sebelum melewati masa setahun, tidak cukup kuat sehingga menimbulkan perbedaan pendapat yang tajam diantara para ulama’. Siapa yang mengusahakan sesuatu harta, yakni yang diperhitungkan tahunnya, sedangkan ia tiada mempunyai harta yang lain, kemudian mencapai satu nisab, atau ia mempunyai sesuatu harta sejenis yang tidak cukup satu nisab, kemudian dengan hasil usaha itu mencapai nisab, dimulailah pehitungan tahun zakat dari saat itu nanti bila cukup masa satu tahun, wajiblah ia mengeluarkan zakat. Zakat penghasilan yang telah mencapai nisab dikeluarkan pada setiap kali menerima/gajian, diqiyaskan dengan waktu pengeluaran zakat tanaman setiap kali panen. Sebagaimana Allah Swt berfirman:
21
Artinya: “dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacammacam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihlebihan”. ( QS. Al-An’am: 141) Zakat profesi itu bisa dilaksanakan setahun sekali atau sebulan sekali, atau berapa bulan sekali. Yang jelas, bila ditotal setahun besar zakat yang dikeluarkan harus sama. Namun zakat tersebut wajib dikeluarkan jika penghasilannya, seandainya ditotal setahun setelah dikurangi kebutuhan-kebutuhannya selama setahun melebihi nisab. dengan ketentuan nisab setara dengan 85 gram emas 24 karat, dan kadarnya sebesar 2.5 %. Jika tidak mencapai nishab, tidak wajib untuk dizakati. (Hafidhuddin, 2002: 94) Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut, apabila telah mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan nash-nash yang bersifat umum, misalnya firman Allah dalam Surat At-taubah: 103 Surat Al-baqoroh: 267. 4.
Sasaran Zakat Profesi Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung pada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak. Penghasilan yang diperoleh 22
dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan seorang dokter, insinyur, advokat, seniman, pengrajin, penjahit dan lainlain. Kedua, adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain, baik pemerintah, perusahaan maupun perorangan dengan memperoleh upah, gaji atau honoranium. Berdasarkan uraian di atas, bahwa setiap keahlian dan pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang terkait dengan pihak lain, seperti seorang pegawai atau karyawan, guru atau dosen, apabila penghasilan dan pendapatannya mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. (Suyitno dkk, 2005 : 32) Pekerjaan di bidang pertanian, peternakan, dan perdagangan aturan zakatnya sudah ada sejak dulu, terdapat di kitab-kitab fiqh terdahulu, itu karena pekerjaan-pekerjaan itu sudah ada sejak dulu. Sementara pekerjaan profesional di kantor-kantor, baik swasta atau negeri, pabrik-pabrik, tidak terdapat dalam kitab-kitab terdahulu. Kemungkinan besar para ustadz atau kyai yang diikuti oleh masyarakat itu masih merujuk pada kitab-kitab terdahulu. Karena jelas, tidak akan ditemukan pendapat yang mengatur soal zakat profesi. Disamping itu adanya pendapat sahabat dan para ulama fiqh yang mengatakan bahwa penghasilan wajib zakatnya pada saat diterima bila mencapai nisab, tetapi menurut ketentuan wajib zakat atau penghasilan itu bila masih bersisa di akhir tahun dan cukup senisab. Tetapi bila harus ditetapkan nisabnya untuk setiap kali upah, gaji, atau
23
pendapatan yang diterima, berarti sama saja membebaskan kebanyakan golongan profesi yang menerima gaji beberapa kali pembayaran dan jarang sekali cukup nisab dari kewajiban zakat, sedangkan bila seluruh gaji itu dari satu waktu itu dikumpulkan akan cukup senisab bahkan akan mencapai beberapa nisab, begitu juga halnya kebanyakan para pegawai dan pekerja. Menurut Yusuf Qardawi, atas dasar ini dapat dikatakan bahwa satu tahun merupakan satu kesatuan menurut pandangan pembuat syariat, begitu juga menurut pandangan ahli perpajakan modern. Oleh karena itulah ketentuan setahun diberlakukan dalam zakat. Faktanya adalah bahwa para pemerintahan mengatur gaji pegawainya berdasarkan ukuran tahun, meskipun dibayarkan perbulan karena kebutuhan pegawai yang mendesak. Berdasarkan hal itulah zakat penghasilan bersih seorang pegawai dan golongan profesi dapat diambil dari dalam setahun penuh, jika pendapatan bersih setahun itu mencapai satu nisab. Semoga pendapatpendapat sebagian ulama fiqh yang menegaskan bahwa harta penghasilan wajib zakat dan cara mengeluarkan zakatnya seperti yang diterangkan mereka, dapat membantu dalam menetapkan kebijaksanaan wajib zakat atas penghasilan pegawai dan golongan profesi tersebut. Islam tidak mewajibkan zakat atas seluruh harta benda, sedikit atau banyak, tetapi mewajibkan zakat atas harta benda yang mencapai nisab dan bersih dari hutang, serta lebih dari kebutuhan pokok
24
pemiliknya. Hal ini untuk menetapkan siapa yang termasuk golongan orang kaya yang wajib zakat. Zakat hanya dibebankan kepada orangorang kaya tersebut. Berdasarkan keterangan di atas, penghasilan yang mencapai nisab seperti gaji yang tinggi dan honorarium yang besar dari para PNS, serta pembayaran-pembayaran yang besar kepada golongan profesi wajib dikenakan zakat. Sehingga pada akhirnya, dengan adanya batasan nisab
tersebut
memungkinkan
membebaskan
orang-orang
yang
mempunyai gaji kecil (belum mencapai nisab) dari kewajiban zakat dan membatasi kewajiban zakat hanya atas pegawai-pegawai yang mempunyai gaji tinggi saja (sudah mencapai nisab). Oleh karenanya akan tercapai rasa keadilan dan kesamaan hak antar sesamanya serta terpenuhinya tujuan syar'i dari zakat, yaitu kesejahteraan bagi orang yang tidak mampu (miskin). Lain halnya dengan
Yusuf Qardlawi,
yang juga termasuk
sebagai
ulama
kontemporer dan seorang ahli fiqh kontekstual. Yusuf Qardlawi berpendapat dengan argumentasi bahwa orang memperoleh gaji dan pendapatan dalam bentuk uang, maka yang paling baik adalah menetapkan nisab gaji itu berdasarkan nisab uang. Oleh karenanya, berdasarkan pendapat Yusuf Qardlawi tersebut nisab dan presentase zakat profesi adalah disamakan dengan zakat uang, emas, dan perak senilai 85 gram dan kadarnya 2,5%.
25
Zakat merupakan sendi pokok ajaran Islam yang menyangkut sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, yang merata materil dan spiritual. Dengan melihat kesenjangan sosial ekonomi masyarakat sekarang ini, rasanya ada salah satu indikator yang menunjukan bahwa zakat masih belum difungsikan untuk meraih tujuan sosial ekonomi zakat sebagaimana yang dicitacitakan oleh syara’, hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor yang menghambat kepada seorang muslim ketika mau mengeluarkan zakat, salah satunya adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk mengeluarkan zakat ketika sudah terpenuhi syarat dan rukunnya atau kurangnya pemahaman pengetahuan tentang zakat profesi. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa di antara hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukannya secara sendiri maupun secara bersamasama. Penghasilan-penghasilan tersebut dalam istilah fiqh disebut dengan al-mal al-mustafad. (Suyitno, Heri
Junaidi, M. Adib
Abdushomad, 2005 : 50) B. Zakat Profesi dalam Tinjauan Perundang-undangan Di dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 mengenai pengelolaan zakat, pasal pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa salah satu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah pendapatan dan jasa. Memang benar bahwa zakat atas
26
penghasilan karyawan tidak banyak dikenal di zaman Rasulullah, karena saat itu kaum muslimin lebih banyak berprofesi sebagai petani/peternak dan sebagai pedagang sehingga penghasilan seorang karyawan tidak banyak dibahas oleh para ulama salaf terdahulu. Namun bukan berarti tidak pernah ada riwayat khusus tentang zakat profesi yang pernah diterapkan terhadap gaji/penghasilan seseorang, contoh di zaman Umar bin Abdul Aziz yang memberi upah kepada Abu Ubaid atas pekerjaannya dimana upah yang diterima memenuhi nisab zakat sehingga diambil zakat atas gaji yang diterimanya. Dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011, terlihat dengan jelas bahwa: a. Penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang mampu, dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. b. Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu. Sebelum Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Pemerintah pertama kali mengatur kaitan antara Zakat yang dibayarkan oleh orang pribadi dan badan yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam dengan pajak penghasilan yang dibayarnya kepada negara yang merupakan kewajiban kenegaraan dari setiap warga negara dalam Undangundang Nomor 38 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000,
27
yang sebelumnya tidak pernah diatur. Dengan demikian zakat profesi dalam hal ini mempunyai kekuatan hukum, tinggal pribadi masyarakat sendiri yang bagaimana pemenuhan kewajiban zakat profesinya dapat terlaksana. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, pasal 4 ayat (2) dikemukakan tentang harta yang dikenai zakat adalah; a. emas, perak, dan logam mulia lainnya; b. uang dan surat berharga lainnya; c. perniagaan; d. pertanian, perkebunan, dan kehutanan; e. peternakan dan perikanan: f. pertambangan; g. perindustrian; h. pendapatan dan jasa; dan i. rikaz. Sementara dalam Undang-undang pajak, yaitu Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 dalam pasal 9 ayat (1) dikemukakan bahwa untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan; (g) harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan nyata-nyata dibayarkan wajib zakat, orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib zakat badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
28
Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah. Penulis menyimpulkan adanya keterkaitan antara undang-undang zakat dan pajak yang dibuat oleh pemerintah, terutama dari pajak penghasilan. Begitu juga peran BAZ/LAZ dalam kinerjanya sebagai amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah diharapkan meningkatkan fungsinya sebagai badan amil yang professional, amanah dan terpercaya untuk bisa meyakinkan masyarakat dalam memiliki program kerja yang jelas dan terencana, sehingga mampu mengelola zakat dengan baik. Zakat adalah kewajiban seorang umat Islam yang memiliki harta dalam jumlah tertentu sesuai dengan perintah Allah. Selain memiliki kewajiban zakat, seorang muslim juga warga negara, ia juga memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Jadi, seorang muslim memiliki kewajiban ganda, untuk membayar zakat dan pajak. Oleh karena itu, dalam rangka meringankan beban muslim itu, dalam UU Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 23 ayat (2) yang berbunyi; Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. C. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan
perencanaan,
pengumpulan,
pelaksanaan,
pendistribusian,
dan
29
dan
pengoordinasian
pendayagunaan
zakat.
dalam Kegiatan
pengelolaan zakat dalam Undang-Undang tersebut dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sesuai dengan jenjangnya, mulai dari tingkat pusat sampai daerah yaitu provinsi maupun kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Dalam melaksanakan tugas BAZNAS menyelenggarakan fungsi: 1. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; 2. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; 3. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan 4. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya. (UU No. 23 tahun 2011 pasal 16)
30
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kementerian Agama Kabupaten Demak 1. Sejarah dan letak geografis Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang falsafah negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional semangat keagamaan tersebut menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik pembangunan.
31
Secara filosofis, sosio politis dan historis agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para tokoh dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor pergerakan dan perjuangan kemerdekaan baik melalui partai politik maupun sarana lainnya. Perjuangan gerakan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak jaman kolonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke II. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kemerdekaan
pada
tanggal
kedudukan
agama
17
Agustus
menjadi
1945.
lebih
Pada
kokoh
masa dengan
ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara dan UUD 1945. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari sila-sila lainnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sangat religius
dan
sekaligus
memberi
makna
rohaniah
terhadap
kemajuankemajuan yang akan dicapai. Berdirinya Departemen Agama pada 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dasar dan karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945. Ketentuan juridis tentang agama tertuang dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang Agama ayat 1, dan 2: 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan demikian agama telah menjadi bagian
32
dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan konvensi dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pada awal berdirinya, Kementerian Agama Kabupaten Demak berkantor di utara Alun-alun Demak yang sekarang berdiri Indomaret dan bersebelahan dengan Klenteng. Pada awal tahun 1990 tanah kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak ditukar guling dengan tanah wakaf milik Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Kabupaten Demak yang lebih luas dari pada tanah sebelumnya. Sampai sekarang tanah tersebut berdiri bangunan kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak yang berada di Jalan Bayangkara Baru No. 08 Demak. Dalam komplek kantor kementerian agama berdiri beberapa banguna seperti masjid, gedung kantor kementerian agama, gedung pengawas madrasah, gedung aula pertemuan, gedung koperasi dan rumah dinas bagi kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak. 2. Ruang lingkup dan cakupan kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang keagamaan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi:
33
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keagamaan; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agama; d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agama di Nasional; e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan f. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke Nasional. Berdasar Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 tahun 2010, Visi Kementerian Agama adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir batin. Sedangkan Misi Kementerian Agama sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, b. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama, c. Meningkatkan kualitas raudlotul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji e. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Mengacu pada PMA No. 2 tahun 2010 diatas, Kementerian Agama Kabupaten Demak mencoba menterjemahkan Visi dan Misi Kementerian Agama Republik Indonesia ke dalam Visi dan Misi
34
Kementerian Agama Kabupaten Demak. Dalam laman resminya (http://kemenagkabdemak.org) menjelaskan bahwa Visi Kementerian Agama Kabupaten Demak adalah terwujudnya Demak damai dan dinamis berdasarkan nilai-nilai agama. Sedangkan Misi Kementerian Agama Kabupaten Demak sebagai berikut: a. Meningkatkan etos kerja pegawai b. Meningkatkan mutu pendidikan agama dan keagamaan c. Meningkatkan pelayanan jamaah calon haji d. Meningkatkan pemberdayaan pegawai e. Mengoptomalkan fungsi masjid f. Memberdayakan lembaga keagamaan g. Meningkatkan kerukunan umat beragama Untuk mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Agama Kabupaten Demak menetapkan 5 tata nilai kerja dan 10 budaya malu kepada semua aparatur. Adapun 5 tata nilai kerja sebagai berikut: a. Integritas b. Profesionalitas c. Inovasi d. Tanggung jawab e. Keteladanan Disamping 5 tata nilai kerja diatas tersebut, Kementerian Agama kabupaten Demak juga membudayakan 10 budaya malu,yaitu: a. Terlambat masuk kerja
35
b. Tidak ikut apel c. Tidak masuk kerja tanpa alasan d. Sering minta ijin tidak masuk kerja e. Bekerja tanpa program f. Pulang sebelum waktunya g. Sering meninggalkan pekerjaan tanpa alasan penting h. Bekerja tanpa pertanggungjawaban i. Pekerjaan terbengkalai j. Berpakaian sering tidak rapi dan tanpa atribut Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Agama kabupaten Demak mendistribusikan tugas pokoknya ke beberapa kepala seksi (Kasi), diantaranya: a. Kepala Sub Bagian Umum yang membawahi bagian administrasi umum , keuangan, dan kepegawaian. b. Kasi Pendidikan Madrasah, yang membawahi pendidikan di lingkungan Madrasah mulai dari RA/BA, MI, MTs dan MA. c. Kasi Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (PAIS) yang wilayah kerjanya membina semua guru PAI di sekolah mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK. d. Kasi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, yang membawahi
pendidikan
TPQ,
Madrasah
diniyah,
Pesantren. e. Kasi Haji yang mengurusi masalah haji dan umrah
36
Pondok
f. Kasi Bimas Islam, yang mengurusi masalah wakaf, zakat dan infaq g. Kasi Bimas Syariah, yang membawahi Kantor Urusan Agama (KUA) yang jumlahnya ada 14 KUA, penyuluh agama, serta majelis taklim. 3. Kondisi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak Sebelum tahun 2005 jumlah pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak (dulu bernama Departen Agama/Depag) kurang dari 500 orang. Kondisi Kabupaten Demak yang luas serta jumlah madrasah baik Madrasah Ibtidaiyyah, MTs maupun MA yang begitu banyak, 500 pegawai tidak mencukupi. Pada tahun 2005 Kementerian Agama kabupaten Demak memperoleh formasi CPNS yang sangat banyak yaitu sekitar 250 orang yang 90 % adalah tenaga pendidik. Hal ini bertambah dengan adanya pengangkatan pegawai honorer menjadi CPNS. Tahun 2015 jumlah aparatur sipil negara yang ditugaskan di Kementerian agama Kabupaten Demak kurang lebih sejumlah 1.500 pegawai dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten demak. Secara umum kondisi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pegawai struktural yang meliputi staf
baik yang bekerja di
lingkungan madrasah, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan maupun pejabat struktural.
37
b. Pegawai fungsional yang meliputi fungsional guru, fungsional penghulu dan fungsional penyuluh. Berdasarkan
tempat
tugasnya,
Aparatur
Sipil
Negara
(ASN)
Kementerian Agama Kabupaten Demak dibagi menjadi dua, yaitu: a. Pegawai non DPK, yaitu pegawai yang ditugaskan di institusi Kementerian Agama sendiri dan di Madrasah Negeri baik MIN, MtsN dan MAN, b. Pegawai DPK, yaitu pegawai Kementerian Agama yang ditugaskan di Institusi yang bukan milik Kementerian Agama sebagai contoh Guru PAI ditugaskan di SD, SMP, SMA/SMK dan juga pegawai Kementerian Agama yang ditugaskan di institusi dibawah Kementerian Agama tetapi status institusi tersebut bukan negeri, contohnya pegawai yang ditugaskan di MI, Mts dan MA swasta. Di samping status kepegawai yang telah disebutkan diatas, kementerian Agama Kabupaten Demak melalui Kantor Wilayah Kementerian Agama jawa Tengah juga mengangkat Penyuluh Agama Non PNS yang digaji menggunakan DIPA Kementerian Agama yang berasal dari APBN. Adapun jumlan Penyuluh Agama Non PNS Kementerian Agama Kabupaten Demak berjumlah 244 orang yang bertugas diseluruh pelosok wilayah Kabupaten Demak dan dibawah binaan Kasi Bimas Islam dan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan.
38
B. Gambaran Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. 1. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak a. Sejarah singkat Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak. Unit
Pengumpul
Zakat
(UPZ)
Kementerian
Agama
Kabupaten Demak merupakan perubahan nama dari Badan Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZIS) Departemen Agama Kabupaten Demak hal ini merupaka dampat dari perubahan Undang-Undang tentang Zakat. Pada awalnya Badan Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZIS) yang sekarang bernama Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak hanya menerima infaq dan sodaqoh dari pegawai secara sukarela dan tidak tersistematis dengan baik, sehingga hasil pengumpulan zakatnya kurang maksimal. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baru nampak pada akhir tahun 2013 setelah dijabat oleh Bapak Ali sugiyanto. Setelah beliau diangkat jadi ketua Unit Pengumpul Zakat, pada tahun 2013 beliau langsung mengadakan sosialisasi UU No 23 Tahun 2011. Beliau juga mensosialisasikan Motto beliau yakni “Lebih baik Anda masuk surga dengan cara dipaksa daripada Anda masuk neraka dengan sukarela”.
39
Ada beberapa hal yang melatar belakangi Unit Pengumpul Zakat Kementrian Agama Kabupaten Demak, diantaranya adalah: 1) Prihatin
banyak
Aparatur
Sipil
Negara
dilingkungan
Kementrian Agama yang tidak berzakat. 2) Diluar jawa, sudah banyak Unit Pengumpul Zakat yang berjalan. 3) Adanya surat kesanggupan dari Aparatur Sipil Negara, untuk dipotong gaji sebagai pembayaran zakat profesi. b. Struktur Organisasi, Program dan Kegiatan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor kementerian Agama Kabupaten Demak berbenah diri dengan membentuk kepengurusan baru yang lebih enerjik dan memiliki terobosan. Pengalaman BAZIS (Badan Amal Zakat Infaq dan shodaqoh) Kantor Departemen agama Kabupaten Demak pada masa lalu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh. Unit
Pengumpul
Zakat
(UPZ)
Kementerian
Agama
Kabupaten Demak yang mengusung perubahan dan paradigma baru terbentuk pada tanggal 4 Juni 2013 dengan diterbitkannya Surat Keputusan Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak Nomor: Kd.11.21/BA.03/2029/2013, strukturnya sebagai berikut:
40
Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPZ Kementeriaan Agama Kabupaten Demak Masa Bakti 2013 – 2016 Penanggungjawab Drs. H. M Thobiq Pengawas H. Muhaimin, S,PdI, MH Ketua H. Ali Sugiyanto, SHI, MM Sekretaris Drs. Su’ali MS Sami’in AH Bendahara Hj. Rahmi Indah S, MH Siti Musyari’ah
Seksi Pengumpul H. Juair, S.Ag, M.Si, MM Drs. H. M. Anas, M.S.I Drs. H. Masrohan, M. Pd H. Chanafi, S. Ag
Seksi Pendayagunaan/ Pendistribusian Drs. H. Mustain, M.S.I Drs. Ali Murtadlo, M. Pd.I PROGRAM KERJA Ali Musthofa, S. Ag
Seksi Pengembangan Dra. Hj. Maskanah Musyafak, SHI H. Mufidz, S. Ag, M.S.I
Program dan kegiatan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak sebagai berikut: 1) Bagian Sekretariat a) Menyusun Surat Perjanjian antara BAZNAS Kabupaten Demak
dengan
UPZ
Kantor
Kabupaten Demak b) Merumuskan SOP Pentasharufan
41
Kementerian
Agama
c) Membuka Rekening UPZ Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak d) Mengusulkan pembentukan Majlis Fatwa UPZ kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak e) Menyelenggarakan rapat-rapat pengurus f) Mengelola dan melaporkan keuangan kepada pihak-pihak terkait 2) Seksi Pengumpul/Penghimpun a) Mendata para muzakki dan calon muzakki b) Mendata calon mustahiq, baik konsumtif
maupun
produktif c) Menyusun peta mustahiq d) Menggali potensi-potensi zakat yang memungkinkan 3) Seksi Pendayagunaan/Pendistribusian Bidang/seksi ini lebih menekan pada program pentasharufan yang bersifat konsumtif, meliputi: a) Ashnaf Fakir Miskin : 1. Santunan Santri Ponpes/Panti asuhan 2. Santunan keluarga miskin dan dlu’afa 3. Tanggap bencana 4. Membantu perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 5. Bantuan pengobatan keluarga miskin
42
6. Bantuan untuk penyandang cacat 7. Insentif penjaga kantor/madrasah b) Ashnaf fi Sabilillah : 1. Insentif ustad TPQ / Madrasah Diniyah 2. Insentif kyai/pengasuh/ustad ponpes/panti asuhan 3. Insentif guru madrasah swasta non-sertifikasi 4. Bantuan ormas Islam 5. Bina tempat ibadah (sertifikasi tanah wakaf) 6. Santunan penjaga masjid 7. Bantuan alat sekolah bagi siswa miskin c) Ashnaf Muallaf : 1. Santunan muallaf 2. Membantu pengembangan pemahaman Islam bagi muallaf d) Ashnaf Ibnu sabil : 1. Melayani permohonan santunan bagi musafir yang kehabisan bekal e) Ashnaf Gharim : 1. Santunan gharimin PNS Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak 2. Santunan gharimin di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Demak f) Ashnaf Riqab :Perlu ada kajian yang lebih dalam
43
4) Seksi Pengembangan Melaksanakan pentasharufan ZIS yang bersifat produktif dan pengembangan: a) Memberikan bantuan modal bergulir bagi dlu’afa’ yang produktif b) Menyelenggarakan desa binaan (qaryah thayyibah) c) Pendidikan pelatihan ketrampilan bagi pemuda/remaja masjid yang belum bekerja Dalam
tahun
2014
Unit
Pengumpul
Zakat
(UPZ)
Kementerian Agama dapat mengumpulkan zakat profesi sebesar: Tabel 3.1 Data penerimaan dan pengeluaran zakat profesi UPZ Kantor Kementerian Agama Kabupaten DemakTahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Saldo Awal Penerimaan Pengeluaran 52.130.044 81.890.784 134.020.828 82.028.077 36.564.400 179.484.505 99.551.833 279.036.338 107.162.320 19.382.200 366.816.458 91.743.420 38.383.600 420.176.278 87.930.800 22.653.000 485.454.078 22.449.200 162.617.675 345.285.603 88.414.400 121.169.300 326.071.703 120.327.600 20.448.200 425.951.103 95.646.300 106.781.450 414.815.953 112.307.800 125.953.750 401.170.003 38.035.900 149.380.600
Saldo Akhir 134.020.828 179.484.505 279.036.338 366.816.458 420.176.278 485.454.078 345.285.603 326.071.703 425.951.103 414.815.953 401.170.003 289.825.303
Demak, 31 Desember 2014 Ketua
Bendahara
H Ali Sugiyanto, SHI, MM
Hj. Rahmi Indah S, MH
44
2. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak a. Sejarah singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak terbentuk atas inisiatif dan saran dari Bapak Bupati Demak Bpk. Drs. H. Tafta Zani M.M (Alm). Dengan semangat dan gigihnya Bapak
Bupati
ingin
menciptakan
terwujudnya
kesadaran
masyarakat berzakat, berinfaq, bershadaqah dan hibah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Adapun Visi
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak adalah terwujudnya kesadaran masyarakat berzakat, berinfaq, bershadaqah dan hibah, dalam rangka meningkatkat kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Misinya, antara lain; 1) Meningkatkan kesadaran berzakat, berinfaq, bershadaqah dan hibah. 2) Meningkatkan ekonomi dan kesehatan ummat. 3) Meningkatkan kecerdasan keluarga muslim 4) Meningkatkan kesehatan ummat 5) Berkiprah pada Da’wah Bilaqwal Wal Ahwal 6) Melaksanakan manajemen ZIS yang Amanah, Profesional dan Akuntabel.
45
Tujuan pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan umum Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan zakat dalam rangka membangun kesejahteraan umat dan keadilan sosial. 2) Tujuan khusus a) Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat b) Meningkatkan pelayanan zakat c) Meningkatkan fungsi dan peran lembaga pengelola zakat d) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat secara produktif e) Memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dhuafak b. Ruang lingkup kegiatan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Dalam pelaksanaan kegiatan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak ditetapkan melalui Keputusan Bupati Demak Nomor: 451/234/2011 tentang perubahan lapiran keputusan
Bupati
Demak
Nomor:
451/20/2010
tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. BAZNAS Kabupaten Demak memiliki tugas untuk mengelola zakat, infak dan shadaqah seluruh lapisan masyarakat
46
baik secara individu maupun melalui Unit Pengumpul Zakat yang berada diseluruh instansi, SKPD yang ada di Kabupaten Demak. Progam BAZNAS diantaranya adalah; 1) Progam perluasan Muzzaki 2) Progam penguatan ekonomi produktif 3) Progam layanan kesehatan terpadu 4) Progam santunan konsumtif 5) Progam bantuan pendidikan 6) Progam layanan Ambulance gratis Dengan semangat dan kegigihan BAZNAS Kabupaten Demak telah dapat mengumpulkan zakat, infak dan shadaqah sebagai berikut: Tabel 3.2 Besaran dana ZIS yang dapat dikumpulkan oleh BAZNAS Kabupaten Demak Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Besaran ZIS 17.946.600 238.600.587 570.545.283 737.292.520 1.073.526.898 1.970.040.482 1.953.404.055
47
C. Pola Pembayaran dan Distribusi Zakat Profesi yang dilakukan oleh UPZ Kementerian Agama Kabupaten Demak 1. Pola pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak Salah satu tugas dari Unit Pengelola Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak adalah mengumpulkan zakat, infak dan shadaqah dari seluruh Aparatur Sipil Negara yang bekerja dibawah instansi Kementerian Agama Kabupaten Demak. Mengumpulkan zakat, infak dan shadaqah tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan, sehingga memerlukan startegi dan pendekatan yang benar. Dengan strategi dan pendekatan itulah kesadaran berzakat dapat tumbuh dengan baik. Untuk mengoptimalkan mengumpulan zakat di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak melakukan langkah sebagai berikut: a. Melakukan kegiatan sosialisasi Undang-Undang no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari 2013. b. Melakukan kegiatan sosialisasi tentang tugas dan wewenang Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak, kegiatan ini dilakukan pada bulan Juni 2013.
48
c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak membagikan surat pernyataan kesanggupan membayar zakat profesi kepada semua Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 d. Sejak bulan Agustus 2013 Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak menerima setoran zakat profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak melalui bendahara gaji yang diambil dari potongan 2,5 % gaji kotor masing-masing Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak dalam mengumpulkan zakat profesi menggunakan sisten Office Assessment, yaitu zakat akan dihitung dan dialokasikan oleh pihak yang berwenang. Pada kenyataan di lapangan pihak yang berwenang adalah UPZ dibantu oleh bendahara gaji yang memotong secara langsung zakat profesi. 2. Pola distribusi zakat profesi oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak. Sejak tahun 2014 setelah ditanda tanganinya surat perjanjian antara Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak dengan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak
tentang
pelimpahan
49
wewenang
dan
tanggung
jawab
pentasharufan zakat, infak dan shadaqah dengan nomor: 31/BAZNASKE/V/I/2014 dan
UPZ-kmng.1/I/001/2014 dihasilkan kesepakatan
sebagai berikut: a. Pengelolaan data mustahiq yang menjadi kewenangan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak adalah mustahiq di kalangan warga Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak. b. Pentasharufan dana ZIS yang dikumpulkan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak menjadi tanggung jawab bersama dengan perincian 75 % pengelolaan dan pentasharufan dana ZIS diserahkan kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak, sedangkan 25 % sisanya dikelola dan disalurkan oleh Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. c. Pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
pengelolaan
dan
pentasharufan yang dilaksanakan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dibawah tanggung jawab Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. d. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak menyusun laporan pertanggung jawaban penyaluran dana ZIS yang dikelolanya kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah pelaksanaan penyaluran.
50
Pendistribusian zakat profesi oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dilaksanakan perkwartal (4 bulan sekali) dengan beberapa kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Santunan fakir miskin dan sabilillah b. Safari zakat c. Santunan zakat Nasional terpencil d. Zakat produktif berupa kambing dan modal usaha e. Zakat untuk pensiunan yang berhutang di lingkungan Kementrian Agama Kabupaten Demak. f. Bedah rumah yang dilakukan UPZ g. Santunan Sabilillah setiap kecamatan 100 orang, bergulir. h. Tanggap bencana seperti tanggul jebol, kebakaran, banjir, dan lain sebagainya.
51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Pengelolaan Zakat Profesi Berdasar Undang-Undang Nomor: 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 38 tahun tahun 1999, BAZNAS di ganti diubah menjadi BAZNAS Pusat, Propinsi dan Kabupaten, sedangkan SKPD dan instansi serta perusahaan sebagai Unit Pengumpul Zakat (UPZ). BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) adalah badan resmi pemerintah non departemen yang diberi tanggung jawab untuk mengelola zakat, Infak dan shadaqah (ZIS) dimasing-masing tingkatan serta bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Wali Kota, DPR, DPRD Propinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota. Pasal 16 UU No. 23 tahun 2011, “Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik Nasional, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya”. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak sebagi salah satu unit yang membantu BAZNAS Kabupaten Demak untuk mengumpulkan ZIS di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Demak.
52
Berdasar penjelasan pada bab sebelumnya bahwa pengelolaan zakat profesi yang ada di Kementerian Agama Kabupaten Demak dilakukan oleh dua lembaga, yaitu Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Pada tahun 2013 seluruh hasil pengumpulan ZIS termasuk di dalamnya zakat profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak yang diambil dari gaji kotor setiap pegawai sebesar 2,5% menurut hemat penulis sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Sejak tahun 2014 setelah adanya surat perjanjian pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pentasharufan antara Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak, pengelolaan ZIS yang didalamnya terdapat zakat profesi pada Kementerian Agama Kabupaten Demak tidak lagi menjadi tanggung jawab BAZNAS Kabupaten Demak tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak bertanggung jawan terhadap pengelolaan 75 % dari hasil pengumpulan Zakat profesi, infak dan shadaqah sedangkan 25 % sisanya menjadi tanggung jawab Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak.
53
B. Analisa Pola Pembayaran Zakat Profesi Telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya tentang pola pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak dengan cara pemotongan gaji secara langsung oleh bendahara gaji dari masing-masing unit kerja. Pemotongan zakat profesi sebesar 2,5 % dari gaji oleh bendahara gaji menurut penulis sangat efektif dan juga meringankan tugas dari Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak. Penulis menyadari bahwa pembayaran/penyerahan zakat profesi terserah kepada muzakki (orang yang berzakat), UPZ tidak berhak untuk memaksa, karena membayar zakat adalah suatu kesadaran diri. Para PNS/ASN yang juga sebagai Muzakki bisa memilih antara menyalurkan sendiri kepada para mustahiq atau dipercayakan kepada pihak manapun (termasuk bendahara PNS di kantor, UPZ, atau yayasan lain yang mengurusi zakat) yang bersedia menyalurkannya secara amanah dan profesional. Penulis menyimpulkan pembayaran zakat profesi melalui potongan gaji yang dilakukan oleh Bendahara gaji yang didahului dengan surat pernyataan yang dibuat oleh Muzakki (dalam hal ini adalah ASN) lebih efektif daripada pembayaran zakat profesi dilakukan secara langsung oleh Muzakki sendiri. Di samping itu juga memperingan tugas dari UPZ. C. Analisa Distribusi Zakat Profesi Telah
diuraikan
dalam
penjelasan
sebelumnya
bahwa
pendistribusian ZIS di Kementerian Agama Kabupaten Demak menjadi
54
tanggung jawan antara Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak dengan prosentasi tanggung jawab 75 % untuk UPZ dan 25 % untuk BAZNAS Kabupaten Demak. Akan tetapi Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian
Agama
Kabupaten
Demak
bertanggung
jawab
pendistribusiannya kepada Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Kegiatan penditribusian/pentasharufan ZIS oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dilakukan per kwartal/ 4 (empat) bulan sekali. Penulis menyadari bahwa seluruh komponen dalam zakat (baik orang yang berzakat, penyalur zakat maupun penerima zakat) nanti di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawabannya, tentulah masing-masing yang bersangkutan akan memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing secara profesional. Disamping itu dalam kitab-kitab fiqh pelaksanaan zakat sudah dianggap sah bila telah memenuhi rukun atau unsur-unsur dan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam hukum Islam. Adapun rukun dalam unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam mengeluarkan zakat, unsur-unsur tersebut adalah: 1. Orang yang mengeluarkan zakat (muzakki) 2. Harta yang wajib dizakati 3. Penerima zakat (mustahiq)
55
Selain 3 unsur di atas diperlukan juga syarat-syarat zakat yang lain, yaitu sebagai berikut: 1. Syarat Orang yang Mengeluarkan Zakat Orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat apabila memiliki kelebihan harta yang telah cukup haul dan nishabnya. 2. Syarat harta yang dizakatkan a. Pemilikan yang pasti, halal dan baik. b. Berkembang c. Melebihi kebutuhan pokok d. Bersih dari hutang e. Mencapai nisab f. Mencapai masa haul 3. Syarat penerimaan zakat meliputi 8 asnaf a. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. b. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. c. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. d. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
56
e. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. f. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. g. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. h. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. (Abdul Ghofur, Anshori, 2006 : 25-29 ) Kalau melihat unsur-unsur dan syarat-syarat di atas, bahwa pelaksanaan zakat profesi ASN di Kementerian Agama Kabupaten Demak secara umum sudah sesuai dengan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Tetapi di sini penulis ingin penyimpulkan bahwasanya para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian agama Kabupaten demak telah mengeluarkan 2.5% dalam membayarkan zakat profesinya dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan. Bagi mereka yang kurang dari nisab para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak tetap mengeluarkan sebagian kecil hartanya dalam bentuk infak
57
yang juga dipotong oleh bendahara gaji sesuai dengan jumlah yang telah tertera
dalam
surat
pernyataan.
Ini
dapat
dibenarkan,
karena
membebaskan orang-orang yang mempunyai gaji yang kecil dari kewajiban zakat.
58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Zakat profesi dalam Islam pada hakikatnya adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik dokter, dosen, guru, kepala sekolah, karyawan, dan lain-lain, yang gajinya dibayar oleh pemerintah, dan telah cukup nisabnya untuk dibagikan pada para mustahiq zakat. Dalam UU No. 23 tahun 2011 pasal 1 ayat 2 Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat profesi dalam UU No. 23 tahun 2011 tidak tertulis secara jelas akan tetapi dalam pasal 4 ayat 2 item h, dijelaskan bahwa yang termasuk dalam zakat maal adalah penhgasilan dan jasa. 2. Pengelolaan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Demak dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak dan bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak bertugas untuk mengumpulkan zakat profesi dari ASN Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak menggunakan sistem Official Assessment melalui pemotongan gaji yang dilakukan oleh Bendahara Gaji.
59
3. Pola distribusi zakat profesi yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak dengan cara pelimpahan wewenang pengelolaan dan tanggung jawab pentasharufan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak dengan poesentase 75 % untuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak dan 25 % sisanya dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Selanjutnya Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak mendistribusikan zakat profesi kepada pihak yang berhak yaitu 8 ashnaf baik dalam bentuk konsumtif maupun produktif yang berupa pembagian kambing dan modal usaha. B. Saran – saran Sebagai tindak lanjut dari kesimpulan yang disampaikan di atas, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Terbentuknya Badan Amil Zakat Nasional dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) diprakarsai oleh undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang lahirnya dilatarbelakangi oleh kenyataan sosiologis, bahwa masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, jadi fungsi BAZNAS/UPZ sebaiknya bisa membimbing para PNS muslim untuk membayar zakat pada lembaga pemerintah tersebut
60
2.
Fungsi lembaga-lembaga zakat yang sudah ada, hendaknya lebih dioptimalkan dan sistem manajemen pengelolaan dan pendistribusian zakatnya
dibenahi,
sehingga
potensi
zakat
yang
besar
dapat
dimanfaatkan dengan baik sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan melalui harta zakat. 3.
Diharapkan ada Penetapan dari ketentuan zakat profesi dari pemerintah secara langsung, seperti memberi ketentuan untuk pembayaran zakat dan membedakan antara pembayaran untuk zakat, infaq, dan sodaqoh bagi PNS yang muslim di kantor-kantor tempat mereka bekerja untuk dijadikan pedoman yang mengikat kepada seluruh PNS di khususnya di Kabupaten Demak. Dan untuk dijadikan sarana meminimalisir perbedaan-perbedaan yang ada dalam penentuan nishab, kadar, dan waktu mengeluarkan zakat profesi sehingga tidak menimbulkan kebingungan-kebingungan yang dialami masyarakat awam mengenai pembayaran zakat profesi.
4.
Pemerintah melalui lembaga-lembaga pengelola zakat yang ada hendaknya berusaha menumbuhkan semangat dari dalam diri individu masyarakat yang sudah wajib zakat untuk sadar akan pentingnya membayar
zakat,
khususnya
zakat
atas
profesi-profesi
yang
mendatangkan hasil yang lumayan besar dan lebih dari sekedar cukup. C. Penutup Dengan mengucap puji syukur kepada Allh SWT, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun dengan sepenuh hati, penulis
61
menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan di dalamnya, baik isi maupun tulisan. Itu semua karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari para sidang pembaca, yang mungkin punya sedikit apresiasi-nya terhadap skripsi ini. Semoga apa yang ada dalam skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, dan umumnya bagi para pembaca. Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Hanya Tuhan pemilik kesempurnaan dan kebenaran yang mutlak, manusia berencana dan Tuhan jua-lah yang berkehendak. Wallahu a'lam bi Shawab.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar al-hasaini, tahiyuddin. tt. Kifayatu al-Akhyar fii hali ghaayati alaiktishor. Beirut: Dar al-Fikr. Alwi, Hasan. 2007. tim redaksi kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Anshori, Abdul Ghofur. 2006. Hukum Dan Pemberdayaan Zakat. Jakarta: Pilar Media Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Agama. 1994. Wicaksana.
Al-Qur’an dan terjemahan. Semarang: CV
Depdikbud. 1993. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Balai Pustaka, Jakarta. Echols, John M dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XXV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fahrudin HS. 1992. Enslikopedia al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta. Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani. http://kemenagkabdemak.org http://tanbihun.com/fikih/bahsul-masail/zakat-profesi/ Moloeng, lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Mufraini, M. Arif. 2006. Akuntansi dan manajemen zakat. Jakarta:Kencana prenada media group. Muhibbin. Edisi 31 Agustus 2009. Bagaimana agar konsisten. Suara merdeka. PMA No. 2 tahun 2010 tentang Visi dan Misi kementerian Agama Qardawi, Yusuf. 1973. Hukum Zakat. Jakarta: litera Antarnusa.
63
Rifa’I, Moh. 1978. Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: CV. Toha Putra. Suyitno, Junaidi Heri, Abdushomad M. Adib. 2005. Anatomi fiqh zakat, Lembaga Kajian Hukum Islam (LKHI) Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah Palembang. Jakarta: Pustaka Pelajar. UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat UUD RI tahun 1945 Zakaria al-anshori, muhammad. tt. Fathul Wahab. Beirut: Dar al-Fikr.
64