IMPLEMENTASI STANDARD ACCESS LIST PADA JARINGAN WAN MENGGUNAKAN ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIPv2) 1
1,2
Rizki Akbar Hasibuan, 2 Ari Usman Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. HM Jhoni No. 70 Medan, Indonesia 1
[email protected] Abstrak
Sebuah jaringan Wide Area Network (WAN) tentu harus memiliki keamanan. Dalam cisco packet tracer disimulasikan sebuah keamanan dengan cara meneruskan atau menolak IP Address. Standard ACL adalah teknik yang digunakan untuk meneruskan dan menolak suatu IP Address. Untuk menghubungkan beberapa router diperlukan sebuah protokol routing. Salah satu routing yang saat ini digunakan dalam perancangan jaringan WAN adalah Routing Information Protocol (RIPv2). Routing Information Protocol (RIPv2) berperan sebagai penghubung komunikasi beberapa router dan St andard Access List berperan untuk mengatur hak akses tiap perangkat yang ada dalam simulasi jaringan serta mengkontrol apakah paket-paket tersebut dilewatkan atau dihentikan. Untuk menghubungkan beberapa router diperlukan sebuah routing. Kata kunci: Cisco Packet Tracer, RIPv2, Standard ACL. Abstract A network Wide Area Network (WAN) certainly should have security. Cisco packet tracer simulated in a security by permit or deny IP Address. Standard ACL is a technique used to forward and refuse an IP Address. To connect multiple routers needed a routing protocol. One of the routing that is currently used in the design of the WAN network is the Routing Information Protocol (RIPv2). Routing Information Protocol (RIPv2) serves as the communication link multiple routers and Standard Access List serves to set permissions for each device on the network simulation and control whether the packages were passed or stopped. To connect multiple routers needed a routing. Keywords: Cisco Packet Tracer, RIPv2, Standard ACL.
1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi memberikan perubahan besar terhadap jaringan komputer. Sebelum jaringan komputer diciptakan untuk mendapatkan informasi dari beberapa instansi sangatlah sulit. Dimana perusahaan harus bisa berkomunikasi dengan perusahaan lainnya untuk kebutuhan bisnis. Dengan adanya jaringan komputer perusahaan saat ini, baik skala kecil maupun besar dengan mudah saling bertukar informasi. Jaringan komputer di Indonesia saat ini menjadi satu kebutuhan pokok utama bagi perusahaan-perusahaan bisnis maupun institusiinstitusi pemerintahan untuk komunikasi maupun transfer data. Komunikasi yang terjadi tidak hanya sebatas satu area lokal tertentu saja, namun komunikasi dilakukan juga dengan area di
wilayah lain sehingga membentuk satu area jaringan yang luas yaitu WAN. Setiap perusahaan memiliki masing-masing router untuk keperluan jaringan komputer. Akan tetapi router-router tidak dapat terhubung dengan sendirinya. Untuk menghubungkan komunikasi jaringan komputer diperlukan sebuah teknik agar network yang satu terhubung dengan network lainnya. Apabila jaringan komputer memiliki lebih dari dua router maka teknik yang dapat dilakukan agar komunikasi dua jaringan yang berbeda dapat terhubung adalah routing. Tanpa routing maka komunikasi dua router atau lebih tidak dapat terjalin. Dalam penelitian dengan judul penelitian “Analisis Dan Simulasi Jaringan Menggunakan Metode Extended Access List Pada Router 2811” routing yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah RIPv1 (Routing Information Protocol). 1
Banyak jenis routing yang dapat digunakan diantaranya RIP. OSPF. EIGRP. RIP adalah salah satu routing yang menggunakan algoritma distance vector. Dimana distance vector melakukan routing teble secara otomatis. Saat ini Routing Information Protocol (RIP) sudah berkembang menjadi RIPv2. Dengan demikian routing RIPv2 diharapakan dapat menghubungkan komunikasi antar router dengan baik dan stabil. [1] Setiap perusahaan tentu memiliki server untuk database perusahaaan. Jika komunikasi jaringan komputer sudah terhubung, maka diperlukan sebuah teknik untuk membatasi hak akses ke server. Dimana tidak semua PC dapat mengakses server dan masuk kedalam jaringan server. Teknik yang dapat dilakukan untuk membatasi hak akses user yaitu standard access list. Standard acccess list merupakan salah satu jenis ACL yang berfungsi sebagai permit/deny IP.
2. LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah suatu sistem yang Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi sehingga dapat seling berbagi informasi, aplikasi dan perangkat keras secara bersama-sama. Jaringan komputer juga diartikan sebuah rangkaian yang terdiri dua atau lebih komputer yang dapat berhubungan satu dengan yang lain yang secara bersama-sama membentuk sebuah jaringan agar dapat saling berkomunikasi, bertukar data dan resource. Pada model komputer stand alone (masing-masing berdiri sendiri) setiap proses bertukar data harus melalui mekanisme pemindahan data melalui media penyimpan eksternal misal Flash Disk, Eksternal Hardisk dan lain-lain.[2] 2.2 Routing Protocol Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya sehingga menjadi rute tertentu. Untuk melakukan routing dalam suatu jaringan, kita membutuhkan suatu alat yang disebut router yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah jaringan ke jaringan yang lainnya sehingga host-host yang ada pada suatu jaringan bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada jaringan yang lain.[3]
Routing protocol yakni menentukan rute kemana paket data akan dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan. Routing merupakan fungsi penting dari Internet Protokol. Proses routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan. Pengirim tidak memiliki kendali terhadap paket yang dikirimnya. Router-router pada jaringan TCP/IP lah yang menentukan penyampaian paket data dari pengirim ke penerima. Ada 2 macam jenis routing protocol dalam sebuah jaringan komputer.[4] 2.3 Standard Access List Standard ACL hanya menggunakan alamat sumber IP di dalam paket IP sebagai kondisi yang ditest. Nomor access-list yang dapat digunakan adalah (1-99) Semua keputusan dibuat berdasarkan alamat IP sumber. Ini artinya, standard ACL pada dasarnya melewatkan atau menolak seluruh paket protocol. ACL ini tidak membedakan tipe dari lalu lintas IP seperti WWW, telnet, UDP dan DSP. 2.4 Routing Information Protocol (RIPv2) RIP (Routing Information Protocol) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). RIP termasuk dalam protokol dengan algoritma routing distance-vector (dihitung berdasarkan jarak terpendek antar node). Distance vector merupakan algoritma yang sangat sederhana, dimana iterasi (pengulangan) terus berlanjut sampai tidak ada lagi pertukaran informasi antar router hingga iterasi berhenti dengan sendirinya. RIP adalah routing protokol yang menggunakan algoritma distance vector, yaitu algoritma Bellman-Ford yang menghitung jumlah hop (count hop) sebagai routing metric. Jumlah maksimum dari hop yang diperbolehkan adalah 15 hop. Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang. Jadi hop count yang ke-16 tidak dapat tercapai dan router akan memberikan pesan error destination is unreachable (tujuan tidak tercapai). Tiap RIP router saling tukar informasi routing tiap 30 detik, melalui UDP port 520. Untuk menghindari loop routing, digunakan teknik split horizon with poison reverse. RIP merupakan routing protocol yang paling mudah untuk di konfigurasi.
2
1.RIPv1 Spesifikasi asli versi RIP yang pertama, didefinisikan dalam RFC 1058, classfull menggunakan routing. Update routing periodik pada versi ini tidak membawa informasi subnet kemudian kurang mendukung untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan dari versi ini tidak dapat memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama dan juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi sehingga membuat versi ini rentan terhadap berbagai serangan. 2. RIPv2 Kekurangan yang terdapat di dalam spesifikasi RIP asli, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Kemampuan dari protokol RIP versi ini yaitu mampu membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR) dan juga mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop masih tetap sampai 15 hop. RIPv2 memiliki fasilitas yang sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal yaitu RIPv1. Upaya dalam menghindari terjadinya beban host yang tidak perlu dan host yang tidak berpartisipasi pada routing. RIPv2 dengan fiturnya akan me-multicast seluruh tabel routing ke semua tabel routing yang berdekatan. Di dalam protokol versi ini, pengalamatan menggunakan unicast masih boleh dipergunakan untuk aplikasi khusus.[5]
a) Perancangan Simulasi Jaringan Perancangan jaringan WAN ini digambarkan secara umum melalui desain logik. Pada desain ini dimisalkan sebuah perusahaan memiliki 1 kantor pusat dan 3 cabang pembantu. Kartor pusat berada di Medan cabang-1 (Tebing), cabang-2 (Langsa) dan cabang-3 (Bireuen). Setiap divisi memiliki masing-masing satu router. Kantor pusat Medan terdiri dari 4 PC dan 1 printer yang memiliki NET ID: 192.168.40.0 dan server: 216.120.1.1. Cabang Tebing memiliki NET ID: 192.168.41.0, 4 unit PC dan 1 unit printer. Cabang Langsa memiliki NET ID: 192.168.42.0, 4 unit PC dan 1 unit printer. Cabang Bireuen memiliki NET ID: 192.168.43.0, 4 unit PC dan 1 unit printer. Untuk menghubungkan komunikasi kantor pusat denga cabang lainnya dibutuhkan sebuah media komneksi. Adapun media koneksi router yang digunakan pada perancangan ini adalah kabel serial. Device server digunakan untuk menyimpan pusat informasi perusahan seperti Web server dan dapat digunakan sebagai pemberi alamat IP DHCP. .
3. ANALISA PEMBAHASAN Adapun spesifikasi perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan aplikasi simulator adalah sebagai berikut: 1. Processor : Intel Core i3-4030U 1.9Ghz 2. RAM : 2 GB 3. VGA : 512 MB 4. Hardisk : 500 GB Sedangkan perangkat lunak yang digunakan : 1. Sistem operasi Windows 7 2. Cisco Packet Tracer v6.3 3. MS.Office 2007 digunakan untuk hasil printscreen. Pada tahapan ini akan dijelaskan rancangan sistem yang akan dibuat. Berikut tahapan perancangan sistem yang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
Gambar 1 Desain Simulasi Jaringan Desain digunakan untuk memahami device apa saja yang akan digunakan dalam perancangan jaringan yang akan dibuat. Maka akan dijelaskan secara singkat perangkat-perangkat apa saja yang digunakan seperti terlihat pada gambar 1.1 1. R-1 :Merupakan router kantor pusat Medan 2. R-2 :Merupakan router yang berada di cabang Tebing. 3. R-3 :Merupakan router yang berada di cabang Langsa. 4. R-4 :Merupakan router yang berada di cabang Bireuen. 3
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Sw-Server :Merupakan switch yang berada pada Server Sw-1 :Merupakan switch yang berada pada kantor Pusat Sw-2 :Merupakan switch yang berada di cabang Tebing Sw-3 :Merupakan switch yang berada di cabang Langsa Sw-4 :Merupakan switch yang berada di cabang Bireun M-1, M-2, M-3, M-4 :Merupakan PC yang berada di kantor Pusat Medan T-1, T-2, T-3, T-4 : Merupakan PC yang berada di cabang Tebing L-1, L-2, L-3, L-4 :Merupakan PC yang berada di cabang Langsa B-01, B-02, B-03, B-04 :Merupakan PC yang berada di cabang Bireun Printer-1 :Merupakan printer yang terdapat di Kantor Pusat. Printer-2 :Merupakan printer yang terdapat di cabang Tebing Printer-3 :Merupakan printer yang terdapat di cabang Langsa Printer-4 :Merupakan printer yang terdapat di cabang Bireun
b) Pembagian Jaringan Pembagian jaringan dilakukan berdasarkan calassfull. Dimana admin jaringan harus mengetahui pembagian kelas IP yang terdiri dari Kelas A, B dan C. Dalam perancangan jaringan ini IP yang digunakan adalah kelas C. Pembagian jaringan dilakukan agar admin mengetahui network berapa saja yang digunakan kantor pusat dan cabang divisi. Setiap PC harus memiliki IP address yang berbeda dengan PC lainnya berdasarkan Tabel 3.2. Untuk PC kantor pusat medan memiliki range IP mulai dari 192.168.40.1 hingga 192.168.40.254. Untuk cabang Tebing memiliki range IP 192.168.41.1 hingga 192.168.41.254. Untuk cabang Langsa range IP 192.168.42.1 hingga 192.168.42.254 dan Cabang Bireun memiliki range IP 192.168.43.1 hingga 192.168.43.254. Serta server memiliki IP 216.120.1.1.
Tabel 1 Pembagian Jaringan Kantor Medan Server Tebing Langsa Bireun
NET ID 192.168. 40.0 216.120. 1.0 192.168. 41.0 192.168. 42.0 192.168. 43.0
Host Awal 192.168.40 .1 216.120.1. 1 192.168.41 .1 192.168.42 .1 192.168.43 .1
Host Akhir 192.168. 40.254
192.168. 41.254 192.168. 42.254 192.168. 43.254
c) Konfigurasi IP Address Untuk memberikan alamat IP konfigurasi IP address dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, DHCP dan static. Dalam simulasi jaringan WAN pada penelitian ini konfigurasi IP address yang akan digunakan adalah static. Adapun konfigurasinya sebagai berikut: 1.Konfigurasi IP Address Kantor Pusat Medan a. Konfigurasi IP address M-1 IP address : 192.168.40.1 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.40.30 b. Konfigurasi IP address PC M-2 IP address : 192.168.40.2 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.40.30 c. Konfigurasi IP address PC M-3 IP address : 192.168.40.3 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.40.30 d. Konfigurasi IP address PC M-4 IP address : 192.168.40.4 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.40.30 e. Konfigurasi IP Printer-1 IP address : 192.168.40.5 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.40.30 f. Konfigurasi IP Server IP address : 216.120.1.1 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 216.120.1.30 2. Konfigurasi IP Address Cabang Tebing a. Konfigurasi IP address PC T-1 IP address : 192.168.41.1 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.41.30 4
b.
c.
d.
e.
3. a.
b.
c.
d.
e.
4. a.
b.
c.
d.
Konfigurasi IP address PC T-2 IP address : 192.168.41.2 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.41.30 Konfigurasi IP address PC T-3 IP address : 192.168.41.3 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.41.30 Konfigurasi IP address PC T-4 IP address : 192.168.41.4 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.41.30 Konfigurasi IP address Printer-2 IP address : 192.168.41.5 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.41.30 Konfigurasi IP Address Cabang Langsa Konfigurasi IP address PC L-1 IP address : 192.168.42.1 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.42.30 Konfigurasi IP address PC L-2 IP address : 192.168.42.2 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.42.30 Konfigurasi IP address PC L-3 IP address : 192.168.42.3 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.42.30 Konfigurasi IP address PC L-4 IP address : 192.168.42.4 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.42.30 Konfigurasi IP address Printer-4 IP address : 192.168.42.5 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.42.30 Konfigurasi IP Address Cabang Bireun Konfigurasi IP address PC B-01 IP address : 192.168.43.1 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.43.30 Konfigurasi IP address PC B-02 IP address : 192.168.43.2 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.43.30 Konfigurasi IP address PC B-03 IP address : 192.168.43.3 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.43.30 Konfigurasi IP address PC B-04 IP address : 192.168.43.4 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.43.30
e.
Konfigurasi IP address Printer-4 IP address : 192.168.43.5 Subnet Mask : 255.255.255.0 Default Gateway : 192.168.43.30
d) Analisis Routing Information Protocol (RIPv2) RIP merupakan routing protocol yang menggunakan algoritma distance vector. Pertama kali dikenalkan pada tahun 1969 dan merupakan algoritma routing yang pertama pada ARPANET. Versi awal dari routing protokol ini dibuat oleh Xerox Parc’s PARC Universal Packet Internetworking dengan nama Gateway Internet Protocol. Kemudian diganti nama menjadi Routing Information Protocol (RIP) yang merupakan bagian Xerox Network Services. Algoritma routing distance-vector mengirimkan isi tabel routing yang lengkap ke router-router tetangga, yang kemudian menggabungkan entri-entri di tabel routing yang diterima tersebut dengan tabel routing yang mereka miliki untuk melengkapi tabel routing tersebut. Cara ini disebut routing dengan rumor (informasi yang belum tentu benar), karena sebuah router yang menerima sebuah update dari sebuah router tetangga mempercayai informasi tentang network-network remote tanpa berusaha mencarinya sendiri. e) Analisis Metode ACL (Access Control List) Access Control List merupakan metode yang disebut paket filter untuk mengatur akses lalu lintas data melalui router untuk menentukan paket data yang akan ditolak dan paket data mana yang akan diteruskan ke suatu alamat jaringan WAN. Konfigurasi ACL (Access Control List) dilakukan secara static atau manual sesuai dengan keinginan admin jaringan dalam mengatur trafik jaringan. Dalam penelitian ini ACL (Access Control List) hanya dikonfigurasikan pada router pusat (Medan) karena server berada di router pusat (Medan). ACL (Access Control List) dilakukan agar tidak semua PC dapat terkoneksi dengan server hanya PC pilhan saja yang dapak terhubung ke server sesuai trafik yang diatur oleh admin jaringan sebagai contoh yang terdapat pada gambar 1.2.
5
1. PC T-01 ke server
Gambar 2 Konfigurasi RIPv2 ACL (Access Control List) sangat membantu dalam pengontrolan lalu lintas dalam akses sebuah jaringan. Mekanisme dasar Access Control List (ACL) yakni menyaring paket yang tidak diinginkan ketika komunikasi data berlangsung sehingga menghindari permintaan akses maupun paket data yang mencurigakan dalam akses keamanan sebuah jaringan. Access Control List (ACL) merupakan suatu metode yang mengatur lalu lintas IP pada pintu masuk jaringan dan mem-filter paket data pada saat akan melewati router apakah akan diizinkan melalui router atau ditolak. Ada beberapa tujuan dari Access Control List (ACL).[6] 1. Mengontrol lalu lintas dalam jaringan siapa saja yang berhak untuk dapat melewati router agar dapat mendapatkan informasi 2. Meningkatkan keamanan dalam suatu Jaringan 3. Dapat mengingat atau menghafal ke arah berpikir dan pemahaman tentang struktur jaringan dan cara konfigurasinya.
Gambar 3 PING dari PC T-01 ke Server Pengujian dari PC T-01 ke server juga sukses dilakukan terlihat bahwa tampilan HTTP server dapat diakses seperti gambar 1.3. Dengan demikian bahwa semua PC yang berada disetiap cabang dapat menegakses server. Tentu hal ini tidak diinginkan setiap perusahaan dimana pun berada. Sebab jika semua PC bisa akses ke server tentu akan memberi ancaman terhadap data-data yang disimpan didalam server karena dapat dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Maka diperlukan sebuah teknik untuk mengatur hak akses PC terhadap server. b) Implementasi Standard ACL Standard ACL merupakan salah satu teknik untuk memfilter suatu IP dalam network. Dimana router mampu memilih pihak/cabang mana saja yang akan diteruskan ke server dan cabang mana yang akan ditolak. Sebelum dilakukan pengujian maka terlebih dahulu lakukan konfigurasi Standard ACL pada router yang terhubung dengan server.
4. IMPLEMENTASI STANDARD ACL a) Pengujian Sebelum Standard ACL Sebelum diterapkannya metode Standard ACL maka perlu dilakukan pengujian PC terhadap server untuk memastikan komunikasi dari PC ke server berjalan dengan baik. Pengujian PING dilakukan melalui web browser yang terdapat didalam tools PC. Pengujian web browser dilakukan dengan memasukan nama dari Domain Name Server yang telah diatur pada PC server.
Gambar 4 Konfigurasi Standard ACL 6
c) Pengujian Sesudah Standard ACL Setelah konfigurasi Standard ACL dilakukan maka selanjutnya akan dilakukan pengujian PC terhadap server.
d) Hasil Pengujian Dari semua hasil pengujian maka dapat dibentuk sebuah hasil pengujian menggunakan White Box seperti tabel 2.2 dibawah ini:
1.PC M-03 PC M-03 merupakan salah satu PC yang berada di cabang Langsa. Host ID dari PC M-03 merupakan IP deny.
Tabel 2 Hasil Pengujian Sebelum Standard ACL
Router
Nama PC
Koneksi Ke PC
Koneksi Ke Server
TEBING
PC T01
Reply
Reply
Tabel 3 Hasil Pengujian Sesudah Standard ACL Gambar 5 Pengujian Web Browser Dari PC M03 ke server Gagal.
Router
Nama PC
Koneksi Ke PC
Koneksi Ke Server
MEDAN
PC M03
Reply
Host name unresolved
Pengujian dari PC M-03 ke server gagal, dibuktikan dengan tampilan “Host Name Unresolved”seperti gambar 1.5. Dengan demikian koneksi dari PC M-03 ke server ditolak. Hal ini terjadi karena host ID dari PC M-03 masuk dalam daftar access-list deny.
5. KESIMPULAN
Gambar 6 Pengujian PING Dari PC M-03 keserver Gagal
Berikut ini kesimpulan dari implementasi Standard ACL pada jaringan WAN menggunakan Routing Information Protocol (RIPv2): 1. Jaringan WAN membutuhkan keamanan untuk setiap aksesnya, maka dalam simulasi jaringan WAN metode Standard ACL dapat memfilter Hak akses dengan menolak atau mengijinkan IP yang akan masuk ke server. 2. Standard ACL memiliki dua pengaturan hak akses host ID yaitu permit host dan deny host.
7
3. RIPv2 merupakan perluasan dari RIPv1 dengan menambahkan beberapa kemampuan baru. RIPv2 sama sekali tidak mengubah algoritma Routing Distance Vector yang digunakan RIPv1.
6.DAFTAR PUSTAKA [1]. Zulyanda R (2015). Analisis dan Simulasi Jaringan Menggunakan Metode Extebded Access List Pada Router 2811. STT Harapan Medan. Vol. 9 No. 4 : Juni 2015. [2] Hendra H Sinaga (2012). Implementasi Dan Perbandingan Firewall Security Menggunakan Mikrotik Dan Monowall Pada Local Area Network. USU Medan. Vol. 7 No. 2 : Oktober 2012. [3] Febri Uswatun H (2014). Analisis Kinerja Routing Dinamis Dengan Teknik RIP (Routing Information Protocol) Pada Topologi RING Dalam Jaringan LAN (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer. USU Medan. Vol. 7 No. 3 : Juni 2014. [4] Iwan. (2012). Penerapan Teknik Kriptografi Stream . Bandung, Informatika [5]
Wahyuda A. (2015). Desain Routing Information Protocol Pada Jaringan Komputer Dengan Pengalokasian Jumlah Host Per Jaringan Berdasarkan VLSM. USU Medan.
[6] Rahmawati. (2015). Konfigurasi Keamanan Jaringan Komputer Pada Router Dengan Metode ACL’S. AMIK BSI. Vol. 1 No. 2 : Agustus 2015.
8