IMPLEMENTASI SISTEM PEREKOMENDASIAN PENERIMA BEASISWA DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Dimas F Putranto โ 5108 100 601 Jurusan Teknik Informatika Bidang Studi Intelligent Business System-FTIf, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111
ABSTRAK Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Pemberian beasiswa kepada mahasiswa di Perguruan Tinggi merupakan wujud dari partisipasi masyarakan, instansi, pemerintah, perusahaan-perusahaaan swasta dalam ikut serta membangun bangsa khususnya dalam bidang pendidik. Oleh karena itu beasiswa harus diberikan kepada penerima yang layak dan pantas mendapatkanya Dalam tugas akhir kali ini penulis membangun sebuah sistem untuk melakukan perekomendasian penerima beasiswa sehingga beasiswa dapat diberikan kepada penerima yang layak dan pantas mendapatkanya, dimana metode yang akan digunakan adalah metode analytical hierarchy process. Dari hasil percobaan yang dilakukan dalam tugas akhir ini ternyata metode analytical hierarchy process dapat menyelesaikan permasalahan dalam perekomendasian penerima beasiswa. Sistem dapat membantu membuat keputusan calon penerima beasiswa secara otomatis. Sehingga dapat meringankan kerja bagian kemahasiswaan Kata Kunci : Beasiswa, Sistem Pendukung Keputusan, Analytical Hierarchy Process
PENDAHULUAN Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Pemberian Beasiswa merupakan program kerja yang ada di setiap universitas atau perguruan tinggi. Program beasiswa diadakan untuk meringankan beban mahasiswa dalam menempuh masa studi kuliah khususnya dalam masalah biaya. Pemberian beasiswa kepada mahasiswa dilakukan secara selektif sesuai dengan jenis beasiswa yang diadakan. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya http\\skem.its.ac.id/beasiswa berdasarkan menyediakan beberapa program beasiswa, sebagai contoh yaitu Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), dan IKOMA. Setiap jenis beasiswa memiliki kriteria atau faktor bobot penilaian yang berbeda-beda. Beasiswa PPA didasarkan pada prestasi mahasiswa mulai semester ke-3 yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3.00, beasiswa BBM diperuntukkan kepada seluruh mahasiswa baru yang kurang mampu. Penghasilan orangtua, tanggungan orangtua, jumlah saudara kandung menjadi kriteria lainya dalam proses
recruitmen beasiswa. Selama ini untuk melakukan seleksi penerima beasiswa bagian kemahasiswaan ITS masih melakukanya secara manual, menurut survey yang telah dilakukan, selama 3 tahun terakhir ini jumlah peminta dan penerima beasiswa di ITS pada fakultas teknologi dan informasi adalah sebagai berikut: tahun 2009 peminta = 149 penerima = 149, tahun ajaran 2010 jumlah peminta = 348 orang, jumlah penerima = 259, tahun ajaran 2011 jumlah peminta = 405 orang, jumlah penerima = 229 orang. Dengan banyaknya jumlah peminta beasiswa, apabila proses penyeleksian perekrutan beasiswa terus dilakukan secara manual akan memakan waktu yang lama dan kurang efektif. Proses penyeleksian secara manual membutuhkan ketelitian dan waktu, karena data mahasiswa akan dibandingkan dengan kriteria beasiswa satu persatu. Oleh karena itu pada tugas akhir ini akan diimplementasikan suatu sistem pengambilan keputusan yang dapat membantu membuat keputusan calon penerima beasiswa secara otomatis dengan cepat dan tepat, sehingga dapat untuk membantu meringankan kerja bagian kemahasiswaan ITS dalam menentukan calon penerima beasiwa. Untuk menyelesaikan permasalahan metode yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah
suatu metode pengambilan keputusan yang dapat digunakan untuk memperhitungkan beberapa kriteria dan menghasilkan beberapa keputusan. Beberapa contoh permasalahan yang telah diselesaikan menggunakan metode AHP antara lain: pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja, penentuan lokasi terbaik pada proyek perumahan, pemilihan mahasiswa berprestasi. PROSEDUR AHP Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami diantaranya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3.
Decomposition (Dekomposisi masalah) Comparative Judgement (Penilaian atau pembandingan elemen) Synthesis of Priority (Sintesis dan Prioritas)
Decomposition (Dekomposisi masalah) Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki, dan menggabungkannya atau mensistesisnya. Dalam menyusun suatu prioritas, masalah didekomposisi menjadi tujuan (goal), penentuan kriteria (criteria) untuk menentukan pilihan, dan identifikasi pililhan-pilihan (options). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1
Tabel 2.1 Tabel perbandingan masing-masing kriteria Keterangan: CRn : Kriteria Cij : Hasil penilaian/perbandingan kriteria ke-i dan kriteria ke-j C : Penjumlahan semua nilai Ci bcj : Bobot kriteria ke-i yang diperoleh dengan cara membagi nilai ci dengan c
Tabel 2.2 Tabel perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria Keterangan: Ci : Kriteria ke-i APn : Pilihan ke-n Aij : Hasil penilaian/perbandingan pilihan ke-i dan pilihan ke-j Ai : Penjumlahan nilai yang dimiliki pilihan kei baij : Bobot untuk pilihan ke-i, kriteria ke-j
Synthesis of Priority (Sintesis dan Prioritas)
Gambar 2.1 Dekomposisi AHP Comparative Judgement (Penilaian atau pembandingan elemen) Setelah masalah terdekomposisi, tahap kedua adalah membandingkan antar elemen, yaitu membandingkan antar kriteria dan membandingkan antar pilihan untuk setiap kriteria. Peerbandingan antar kriteria dimaksudkan untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria, sedangkan perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk melihat bobot suatu pilihan untuk suatu kriteria.
Sintesis hasil pilihan adalah tahap terakhir dari AHP. Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. Tahap ini adalah tahap menjumlahkan bobot yang diperoleh setiap pilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot dari kriteria tersebut.. Secara umum nilai suatu pilihan adalah: ๐๐
๐๐๐๐๐๐๐๐ ๏ฟฝ ๐๐๐๐๐๐๐๐ โ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ =1
Dimana bapi adalah nilai/bobot untuk pilihan ke-i
Tabel 2.3 Tabel perbandingan bobot masing-masing kriteria dengan tiap pilihan
Langkah-langkah yang dilakukan adalah: ๏ถ Menentukan bobot masing masing kriteria pada jenis beasiswa a.Beasiswa PPA Untuk mendapatkan mahasiswa yang akan mendapatkan beasiswa PPA, kriteria yang di prioritaskan adalah mahasiswa yang IPK nya tinggi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6
Dalam penelitian ini, terdapat 5 ekspresi yang akan digunakan sebagai variabel, yaitu sama penting, sedikit lebih penting, lebih penting, dan paling penting, tabel 2.4 merupakan rangkuman himpunan untuk variabel yang telah ditetapkan diatas sesuai penjelasanya. Tabel 2.4 Tabel variabel nilai data
Tabel 3.6 Tabel bobot kriteria beasiswa PPA
Pada tabel 3.6 dapat dilihat IPK memiliki nilai bobot yang paling tinggi, sehingga dapat disimpulkan kriteria prioritas untuk mendapatkan beasiswa PPA ini adalah IPK, kriteria kedua yang menjadi pertimbangan adalah jumlah tanggungan keluarga. b.Beasiswa BBM Untuk mendapatkan mahasiswa yang akan mendapatkan beasiswa BBM, kriteria yang di prioritaskan adalah mahasiswa yang penghasilan orang tuanya rendah, namun diharapkan memiliki nilai IPK yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 Tabel 3.7 Tabel bobot kriteria beasiswa BBM
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. CONTOH PENERAPAN AHP PADA SISTEMPEREKOMENDASIAN BEASISWA Data sampel diambil 3 orang mahasiswa Fakultas Teknologi dan Informasi ITS, yang mengajukan beasiswa pada tahun 2010. Tabel 3.5 Tabel data asli mahasiswa
Pada tabel 3.7 dapat dilihat penghasilan memiliki nilai bobot yang paling tinggi, sehingga dapat disimpulkan kriteria prioritas untuk mendapatkan beasiswa BBM ini adalah penghasilan, kriteria kedua yang menjadi pertimbangan adalah nilai IPK. ๏ถ Menentukan bobot masing masing pilihan Tiap tiap pilihan dibandingkan dengan masing masing kriteria
Tabel 3.8 Tabel bobot perbandingan tiap siswa dengan criteria IPK
Tabel 3.9 Tabel bobot perbandingan tiap siswa dengan kriteria penghasilan
Tabel 3.10 Tabel bobot perbandingan tiap siswa dengan kriteria tanggungan
ANALISA SISTEM Dalam sistem ini pengguna dapat memasukan data mahasiswa yang mendaftar beasiswa. Data kriteria, dan bobot kriteria tersimpan dalam database input. Sistem akan melakukan perhitungan bobot prioritas masing-masing kriteria, untuk menentukan nilai prioritas dari kriteria tersebut, yang selanjutnya bobot masing-masing kriteria akan digunakan untuk menghitung nilai prioritas tiap pilihan yang telah diimplementasikan pada sistem dengan menggunakan metode AHP. Selanjutnya sistem melakukan proses klasifikasi. Proses klasifikasi ini akan menghasilkan keluaran berupa perekomendasian, pada beasiswa PPA atau BBM mahasiswa mana yang lebih mendapatkan prioritas untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Tabel 3.11 Tabel bobot perbandingan tiap siswa dengan kriteria semester
๏ถ Sintesis pilihan Tahapan terakhir untuk menentukan prioritas. Yaitu membandingkan hasil bobot tiap siswa dengan bobot masing-masing kriteria. Tabel 3.12 Tabel bobot perbandingan tiap siswa dengan bobot masing masing kriteria untuk beasiswa PPA
Tabel 3.13 Tabel bobot perbandingan tiap siswa dengan bobot masing masing kriteria untuk beasiswa BBM
UJICOBA Tujuan dari uji coba ini dimaksudkan untuk memvalidasi kebenaran dari aplikasi yang sudah dibuat dan ujicoba kinerja sistem dalam permasalahan yang dihadapi. Uji coba akan dilakukan dengan membandingkan sistem yang telah dibuat dengan software Expert Choice 11 yang menggunakan metode AHP. Data ujicoba yang digunakan adalah data mahasiswa yang mengajukan beasiswa PPA dan BBM pada tahun 2010. Data diambil sebanyak 10 mahasiswa. Berikut adalah data โdata tersebut:
Tabel 4.2 Tabel data asli mahasiswa
Tingkat akurasi yang di dapat adalah sebagai berikut: Tingkat Akurasi = x yang berhasil : semua x * 100% = 16/25*100 = 64% KESIMPULAN 1.Metode AHP dapat digunakan untuk memecahkan masalah penyeleksian beasiswa, dengan perhitungan metode tersebut dapat didapatkan mahasiswamahasiswa yang layak mendapatakan beasiswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Tingkat ke akurasian sebesar 64% dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini cukup layak untuk membantu dalam proses penyeleksian beasiswa.
Tabel 4.3 Tabel Hasil prioritas beasiswa BBM DAFTAR PUSTAKA 1.
Ernest H Forman. 2009 โThe Analytic Hierarchy Process and its foundationโ.
2.
Geoff Coyle, Pearson Education Limited 2004, The Analytic Hierarchy Process, Practical strategy open acces material AHP
3.
Supriyono, Wisnu Arya Wardhana, Sudaryo. 2007. โSistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan metode AHPโ.
4.
Siti Lathifah. 2008. โPrinsip prinsip dasar Analitycal Hierarchy Processโ.
5.
Thomas L Saaty. Int J Services Sciences. 2008. โDecision Making with the analytic hierarchy processโ Vol 1, No. 1
6.
Umar, Daihani dan Dadan. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
7.
Wayan Susila, Emawati Munadi. 2006. โPenggunaan Analytical Hierarchy Process untuk penyusunan prioritas proposal penelitianโ.
Table 4.4 Tabel Hasil prioritas beasiswa PPA
Dari hasil yang didapatkan sistem, terdapat 16 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa berdasarkan dari data asli penerima beasiswa