Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENYAMBUT ERA GLOBALISASI Samsul Ma’arif MA Bilingual Batu Malang Abstrak; Madrasah mempunyai peran yang besar dalam menanamkan nilainilai kehidupan kepada peserta didik. Penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam tidak sekedar program khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran, tetapi mencakup keseluruhan proses pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mendeskripsikan upaya yang dilakukan Madrasah Aliyah Bilingual Batu Malang dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pendidikan Islam, dan 2) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi Madrasah Aliyah Bilingual Batu Malang dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pendidikan Islam. Manfaat penelitian sebagai berikut; 1) Untuk Kementerian Agama : agar mengetahui imlementasi visi dan misi MA Bilingual Batu Malang, 2) Untuk MA Bilingual Batu Malang: mengetahui tingkat keberhasilan Madrasah dalam mencetak generasi Islam yang cerdas, terampil, berakhlakul karimah serta berwawasan global, dan 3) Untuk Civitas MA Bilingual Batu Malang termotivasi untuk selalu meningkatkan implementasi nilai-nilai Pendidikan Islam di Madrasah. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bermaksud menggambarkan suatu peristiwa, tentang implementasi pendidikan nilai-nilai Islam di Madrasah. Hasil penelitian ini adalah 1) Implementasi nilai-nilai pendidikan Islam di Madrasah yang telah diterapkan adalah nilai-nilai ibadah, kedisiplinan, kejujuran, bertanggungjawab, kerjasama, keimanan dan ketawaan, pengharagaan terhadap eksistensi manusia, kebebasan dan kemerdekaan serta tanggung jawab sosial. Masingmasing nilai tersebut diterapkan dengan menggunakan pendekatan masalah sosial dan keterlibatan dalam masyarakat., 2) Kendala yang dihadapi oleh Madrasah meliputi faktor internal seperti belum adanya masjid milik sendiri dan faktor eksternal seperti belum adanya kerjasama yang baik antara wali murid dengan Madrasah. Kata Kunci: Implementasi, Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Era Globalisasi
PENDAHULUAN Realitas kehidupan yang terus mengalami perubahan pesat membutuhkan pendidikan yang mampu menghasilkan warga Negara yang memiliki kemandirian, sikap demokratis, dan kesadaran akan nilai-nilai individu, anggota masyarakat dan warga dunia. Tuntutan-tuntutan dalam dunia pendidikan saat ini dapat dilihat melalui berbagai produk yuridis kebijakan pemerintah seperti Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional (sisdiknas), Peraturan
Samsul Ma’arif
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), maupun Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Madrasah sebagai tempat berinteraksi antar sesama peserta didik dipastikan melibatkan beragam nilai kehidupan yang lahir secara pribadi dengan berbagai penampilan dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan. Madrasah mempunyai peran yang besar dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik. Pendidikan nilai-nilai Islam tidak sekedar program khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran, tetapi mencakup keseluruhan proses pendidikan. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri peserta didik mencakup nilai-nilai yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, misalnya nilai-nilai kesopanan, toleransi, kehormatan, kejujuran, bertanggung jawab, bekerjasama, beribadah, jujur dan lain sebagainya. Ironisnya adalah, tidak semua Madrasah menanamkan nilai-nilai tersebut diatas. Secara terperinci Yusuf Qardlawi (Gani: 1980, 157) memberikan definisi pendidikan Islam sebagai “proses arahan dan bimbingan untuk mewujudkan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya, akhIak dan keterampilannya sehingga mereka siap menjalani kehidupan dengan baik di manapun dan kapan pun berdasarkan nilai-nilai Islam”. Berdasarkan pengertian ini, Pendidikan Islam memberikan perhatian secara memadai terhadap eksistensi manusia. Manusia diposisikan sebagai makhluk yang memiliki jiwa dan raga. Pendidikan Islam harus bisa memenuhi tiga dasar kebutuhan manusia, yaitu Kebutuhan Spiritual, Kebutuhan Psikologis/ Intelektual, dan Kebutuhan Fisik/Biologis. Setiap lembaga pendidikan berperan sebagai wahana strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas bagi pembangunan bangsa. Demikian pula lembaga pendidikan Islam di Indonesia telah turut menjalankan berbagai aktivitas kependidikan di pentas pendidikan nasional. Sebagai sub sistem pendidikan nasional, madrasah, sekolah agama, pesantren dan perguruan tinggi agama Islam (PTAI) harus dikelola secara terencana agar mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas keimanan, ketakwaan, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memelihara dan mengembangkan eksistensi bangsa. (Syafarudin. 2005;1) Dalam masa yang cukup panjang, lembaga pendidikan madrasah di Indonesia berada di persimpangan jalan antara mempertahankan tradisi lama dan mengadopsi perkembangan baru. Upaya mempertahankan sepenuhnya tradisi lama berarti status quo yang menjadikannya terbelakang meskipun memuaskan secara emosional dan romantisme dengan identitas
2
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Menyambut Era Globalisasi
pendidikan Islam masa lalu. Madrasah Aliyah Bilingual Batu salah satu institusi pendidikan Islam yang mempunyai peran sangat penting dalam proses menciptakan insane berakhlakul karimah. Sebagai Lembaga Pendidikan Islam, tentu nilai-nilai yang berkaitan serat dengan nilai-nilai Islam ditanamkan sedini mungkin untuk membentengi generasi penerus bangsa yang syarat dengan dekadensi moral. Penelitan ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan penelitian deskriptif karena penelitian ini bermaksud menggambarkan atau melukiskan suatu peristiwa, yaitu implementasi pendidikan nilai-nilai Islam di Madrasah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanapsiah faisal (2001:20) bahwa penelitian deskripstif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Sumber penulisan dalam penelitian ini berasal dari (a) civitas MA Bilingual Batu, dan (b) buku-buku yang berhubungan dengan Pendidikan Islam. Sasaran penulisan dalam penelitian ini adalah civitas MA Bilingual Batu yang terdiri 1 Kepala Sekolah, 2 guru agama Islam (Alqur’an Hadist dan Aqidah Akhlak), 65 siswa kelas XII. Tahapan dalam penulisan dalam penelitian ini adalah (1) peneliti mengidentifikasi masalah melalui observasi dan wawancara, (2) peneliti menguji keabsahan data dengan teknik triangulasi, (3) peneliti menganalisis data dengan cara reduksi data, unitisasi dan kategorisasi, display data, dan penarikan kesimpulan. KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Hakikat Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada kamus istilah pendidikan, nilai adalah harga, kualitas atau sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam sehingga ia dengan mudah membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam (Luluk: 2004, 273). Jadi ada kaitan erat antara nilai dan Pendidikan Islam. Dengan adanya peserta didik yang telah memperoleh nilai-nilai pendidikan islam, maka secara otomatis peserta didik tersebut memiliki nilai-nilai pendidikan islam yang bagus. Hakikat pendidikan Islam harus mencakup lima prinsip pokok yaitu: (1) proses transformasi dan internalisasi yakni pelaksanaan pendidikan
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
3
Samsul Ma’arif
Islam harus dilakukan secara bertahap, berjenjang dan kontinu dengan upaya pemindahan, penanaman, pengarahan, pengajaran, dan pembimbingan yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan terstruktur dengan menggunakan pola dan sistem tertentu, (2) ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yakni upaya yang diarahkan kepada pemberian dan penghayatan serta pengalaman ilmu pengetahuan dan nilai-nilai, (3) pada diri anak didik yakni pendidikan itu diberikan kepada anak didik yang mempunyai potensi rohani, (4) melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya yakni tugas pendidikan Islam menumbuhkan, mengembangkan, memelihara dan menjaga potensi laten manusia agar ia tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan, minat, dan bakat-nya, dan (5) guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya, yakni tujuan akhir dari proses pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil. Pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu : (1) memelihara dan mejaga fitrah anak didik menjelang dewasa (balgh). (2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses pengembangan manusia secara untuk fisik dan psikis bagai peserta didik sehingga menjadi manusia yang sempurna. Tujuan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Menurut Abdurahman Saleh Abdullah (dalam Luluk: 2004, 270) tujuan pendidikan Islam diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu: Pertama, tujuan pendidikan jasmani. Kedua, tujuan pendidikan rohani. Ketiga, tujuan pendidikan akal. Keempat, tujuan pendidikan sosial. Sedangkan menurut Ali Asraf (dalam Muhaimin: 2005, 136-138) Pertama, mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam dan mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern. Kedua, membekali anak didik dengan berbagai kemampuan pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan pembangunan nasional, Ketiga, mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islam di atas semua kebudayaan lain, Keempat, memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah, Kelima, membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesisi
4
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Menyambut Era Globalisasi
dan konsep-konsep pengetahuan yang dituntut, Keenam, mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan komunikasi dalam bahas tulis dan bahasa latin (asing). Pendidikan Gaya Islam dan Gaya Bank Islam mengajarkan umatnya untuk selalu belajar sampai wafat. Hal ini juga sudah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan pendidikan di Indonesia yang berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan Suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.” Nilai-nilai agama Islam mendorong ke penguasaan ilmu pengetahuan, seperti adanya anjuran, “jadilah kamu berilmu yang mengajarkan ilmunya (‘aaliman), atau belajar (muta’alliman), atau menjadi pendengar (mustami’an), dan jangan menjadi kelompok keempat (rabi’an). Anjuran ini mengingatkan pentingnya menjaga proses dan kegiatan belajar mengajar. Pendidikan dan menuntut ilmu adalah satu kewajiban asasi anak manusia. Dengan ilmu, seseorang akan mengabdikan kehidupannya dengan ikhlas, cerdas, pintar, dan berakhlak, serta berkarya baik (shaleh). Dengan ilmu dapat dijelmakan hasanah pada diri, kerluarga, dan di tengah umat di kelilingnya. Sebagian ciri-ciri pendidikan gaya bank: (1) Guru mengajar, murid belajar, (2) Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa, (3) Guru berfikir, murid dipikirkan, (4) Guru bicara, murid mendengarkan, (5) Guru mengatur, murid diatur, (6) Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti, (7) Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan keinginan gurunya, (8) Guru memilih apa yang diajarkan, murid menyesuaikan diri, (9) Guru aktif, murid pasif. (Freire: 2002). Ciri-ciri tersebut diatas tidak memanusiakan masnuia, tidak memosisikan peserta didik sebagai individu aktif. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip pendidikan Islam yang menjunjung tinggi derajat manusia. Pendidikan madrasah, masalah klasik yang menjadi problem pokok adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengelola pendidikan. Hal ini terkait dengan program kependidikan yang masih lemah dan pola rekrutmen tenaga kependidikan yang kurang selektif. Namun demikian, trend dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa penyelesaian atas masalah sumberdaya manusia itu mengalami penanganan yang semakin baik. Sedangkan sebagian cirri-ciri pendidikan gaya Islam adalah: (1) Sistem dan perkembangan kurikulum selaras dengam fitrah manusia, (2) diarahkan untuk mencapai target akhir pada peserta didik yaitu ikhlas dan taat
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
5
Samsul Ma’arif
beribadah kepada Allah, (3) Memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik, tipologi, sifat, dan gender, (4) hendaknya memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat sambil tetap bertopang pada jiwa dan cita-cita ideal Islam, (5) tidak menimbulkan pertentangan dalam arti yang umum, (6) dapat direalisasikan sesuai dengan situasi dan kondisi, (7) Bersifat luwes sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi setempat dengan mengingat pula faktor peradaban individu yang menyangkut bakat, minat, dan kemampuan anak didik, ( 8) bersifat efektif, menyampaikan dan menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkah laku yang positif, (9) memperhatikan perkembangan anak didik (perasaan keagamaan dan pertumbuhan bahasa, dan ( 10) Memperhatikan tingkah laku amaliah islamiah (An Nahlawi: 2003, 273). Berdasarkan uraian di atas dapat di pahami bahwa setidaknya persoalan-persolan yang dihadapi oleh madrasah baik bersifat internal maupun eksternal. Dari segi internal, tantangan yang dihadapi adalah menyangkut: pertama, mutu; penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah umumnya belum dapat melahirkan lulusan yang berkualitas. Kedua, pendidik; sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah belum berkualifikasi sesuai dengan tuntutan perundangan-undangan. Ketiga, kurikulum; sebagian besar madrasah belum dapat mengimplementasikan standar isi dan belum sepenuhnya dapat mencapai standar kompetensi lulusan minimal. Keempat, manajemen; penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah yang 91,4 % swasta, umumnya belum dikelola dengan manajemen yang profesional. Kelima, sarana dan prasarana; belum memadainya sarana dan prasarana pada sebagian besar madrasah, dan keenam, Status; belum sepenuhnya percaya diri dalam pengelolaan dan penyelenggaraan dan terbatasnya peluang penegerian sehingga madrasah negeri yang umumnya telah memenuhi standar minimal, hanya berjumlah 8,6%.10 Secara eksternal, tantangan yang dihadapi madrasah adalah menyangkut persepsi masyarakat dan pemerintah yang cenderung diskriminatif, sehingga madrasah kurang mendapatkan perhatian, termasuk dalam penyediaan anggaran, bahkan ada yang menganggap sebagai pendidikan “kelas dua” setelah sekolah.(Muhaimin 2009;23) Persepsi ini mempengaruhi masyarakat muslim untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan tersebut. Pandangan yang menganggap madrasah tersebut sebagai lembaga pendidikan “kelas dua” mungkin juga ada benarnya. Indikasinya dapat dilihat dari out put-nya, gurunya, sarana, dan fasilitas yang terbatas. Dampaknya adalah langkanya masyarakat muslim yang terdidik dan berpenghasilan tinggi, serta yang memiliki kedudukan dan jabatan memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan tersebut
6
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Menyambut Era Globalisasi
Implementasi nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Pendidikan Madrasah Lembaga pendidikan madrasah di Indonesia berada di persimpangan jalan antara mempertahankan tradisi lama dan mengadopsi perkembangan baru. Menurut Husni Rahim (2001;139) menjelasakan upaya mempertahankan sepenuhnya tradisi lama berarti status quo yang menjadikannya terbelakang meskipun memuaskan secara emosional dan romantisme dengan identitas pendidikan Islam masa lalu. Sementara itu, Sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin maju, masyarakat dihadapkan dengan berbagai pilihan menyangkut berbagai aspek dan dimensi kehidupan. Masyarakat pun, dengan tingkat rasionalitas yang memadai, sudah demikian cerdas untuk menentukan pilihan. Pilihanpilihan mereka tidak lagi bersifat emosional dan mengandalkan primordialisme. Akan tetapi, pilihan-pilihan yang lebih rasional dan berwawasan ke depan. Fenomena seperti ini juga dengan sendirinya menyentuh bidang pendidikan, misalnya, dalam memilih lembaga pendidikan untuk menyekolahkan anak-anak mereka pun sangat rasional dan mempertimbangkan prospektif ke depan. Mereka yang berpeluang memilih, akan menentukan pilihan kepada lembaga pendidikan yang dipandangnya ideal, yakni lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan potensi sipritual dan akhlak para siswa, yang mampu mengembangkan aspek intelektual, dan lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan potensi sosial maupun keterampilan anak didiknya (Suprayogo, 20017: 55-56) Madrasah secara kelembagaan perlu dikembangkan dari sifat “reaktif” dan proaktif terhadap perkembangan masyarakat menjadi rekonstruksionistik-sosial. Menjadi rekonsionistik berarti pendidikan madrasah perlu aktif ikut memberi corak dan arah terhadap perkembangan masyarakat yang dicita-citakan. Untuk memiliki kemandirian menjangkau keunggulan, filosofi ini perlu dijabarkan dalam strategi pengembangan pendidikan madrasah yang visioner, lebih memberi nilai tambah stategis, dan lebih meningkatkan harkat dan martabat manusia. Strategi pengembangan pendidikan madrasah perlu dirancang agar mampu menjangkau alternatif jangka panjang, mampu menghasilkan perubahan yang signifikan, ke arah perncapaian visi dan misi lembaga, sehingga akan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap bangsa-bangsa lain (haidar, 2009;185) PEMBAHASAN Upaya-upaya yang dilakukan MA Bilingual Batu dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pendidikan Islam
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
7
Samsul Ma’arif
MA Bilingual Batu sebagai Lembaga Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan insane yang berakhlakulkarimah. Hal ini senada dengan apa yang telah disampaikan oleh Drs.Farhadi, M.Si yang menyatakan bahwa nilai-nilai Pendidikan Islam menjadi hal pokok untuk ditanamkan kepada peserta didik agar mereka berakhlakul karimah, memiliki nilai-nilai budaya bangsa dan pendidikan karakter. Nilai kedisiplinan yang diterapkan oleh guru MA Bilingual Batu yang mulai masuk sebelum jam 06.30, merupakan dasar suritauladan kepada peserta didik. Sesampai di madrasah, peserta didik tidak langsung ke kelas namun pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuha dan hafalan alqur’an. Peserta didik diberi sebuah absen manual, yang menuntut mereka menulis jam kedatangan mereka secara jujur. Nilai kejujuran juga diperkuat dengan buku catatan Ibadah untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalanamalan sunnah lain. Buku ini harus ditandatangani orang tua dan wali kelas setiap hari. Nilai tanggungjawab dilatih melalui tugas mandiri yang dikerjakan peserta didik di rumah maupun tugas-tugas dalam proses KBM. Melalui kegiatan ini peserta didik diharapkan betul-betul terlatih dan memiliki tanggungjawab yang besar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Nilai kerjasama diimplementasikan dalam diskusi kelompok. Peserta didik diminta untuk mengemukakan pendapat mereka serta bekerjasama dalam menemukan solusi atas problematika dalam diskusi tersebut. Peserta didik dituntut untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan gemar membaca. Hal ini diwujudkan dengan adanya kewajiban bagi masingmasing peserta didik menulis ringkasan apa yang telah dibacanya satu minggu satu ringkasan. Selain nilai-nilai pendidikan karakter diatas, peserta didik juga dituntut untuk memiliki empat nilai-nilai pendidikan Islam, yakni (1) nilai keimanan dan ketaqwaan, (2) penghargaan terhadap eksistensi manusia, (3) mengedepankan prinsip kebebasan dan kemerdekaan, serta (4) tanggung jawab sosial. Untuk mewujudkan nilai keimanan dan ketaqwaan, MA Bilingual Batu menyelenggarakan pengajian bersama setiap sebulan sekali, istighotsah setiap seminggu sekali, khataman al-qur’an satu semester sekali dan silaturahmi ke rumah masing-masing guru setahun sekali. Setiap peserta didik dan guru yang telah berprestasi dalam sebuah perlombaan, mereka akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat dan hadiah yang sesuai. Setiap guru dan siswa memiliki kebebasan dalam bertingkah laku selama dalam koridor nilai-nilai pendidikan Islam. Mereka juga dituntut
8
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Menyambut Era Globalisasi
memiliki tanggung jawab sosial, mereka berinteraksi dengan masyarakat supaya fungsi sebagai makhluk sosial tidak hilang. Untuk mendukung civitas MA Bilingual Batu dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam, maka Madrasah melakukan berbagai pendekatan diantaranya: 1. Pendekatan masalah sosial Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam dengan menggunakan pendekatan masalah sosial. Guru dalam proses pembelajaran menyentuh hati peserta didik. Sebagai contoh untuk pelajaran sosiologi, guru memberikan sebuah gambar dari internet untuk dikaji secara sosiologis, misal kasus kemiskinan, gemba bumi, banjir dan gunung meletus. Beberapa bulan yang lalu ketika ada gunung kelud meletus, siswa melalui OSIS tergerak hatinya untuk memberikan andil. Sebagian dari mereka pergi ke lokasi penambungan untuk memberikan hal-hal yang dibutuhkan. Contoh lain adalah adanya anak di bawah umur yang mengemis di ATM, maka sebagian peserta didik terangsang untuk memberikan pendidikan secara gratis. Dengan demikian, maka sadar maupun tidak, peserta didik MA Bilingual Batu akan memiliki empati yang baik sebagai makhluk sosial serta memiliki perasaan yang peka terhadap gejala sosial yang ada. 2. Pendekatan keterlibatan dalam masyarakat Ciivitas MA Bilngual Batu juga ikut serta dalam sosialisasi dengan masyarakat. Sebagian besar peserta didik ikut andil dalam kegiatan masyarakat seperti tahlilan, yasinan, kerja bakti, lomba PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) maupun lomba peringatan 17 Agustus. Kendala-kendala yang dihadapi MA Bilingual mengimplementasikan nilai-nilai Pendidikan Islam
Batu
dalam
Proses pengimplementasian nilai-nilai pendidikan Islam di lingkungan Madrasah tentu tidak berjalan dengan mudah. Dalam pelaksanaan tersebut terdapat berbagai hambatan dan kendala yang mempengaruhi keberhasilan. Berikut ini uraian tentang kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam. a. Faktor Internal Faktor internal dari Madrasah menyangkut tentang keprofesionalitas guru. Jika guru professional maka hasil yang diharapkan oleh Madrasah dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, Madrasah
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
9
Samsul Ma’arif
mewajibkan para guru, karyawan dan siswa untuk disiplin dan berbuat sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Faktor lain adalah belum adanya Masjid milik Madrasah, sehingga terkadang aktifitas ibadah masih bergantian dengan MTsN Batu, masyarakat dan MA Bilingual Batu. Juga termasuk dalam kategori ini adalah kurangnya tenaga guru yang mengawasi akhlak peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di Madrasah. b. Faktor Eksternal Kendala yang sering dihadapi seorang guru dalam mengawasi akhlak peserta didik sehari-hari adalah adanya beberapa wali murid yang belum maksimal bekerjasama dengan Madrasah, sehingga pemantauan sebatas di Madrasah saja. Sedangkan lingkungan di luar Madrasah, kurang adanya pemantauan. PENUTUP Kesimpulan 1. Implementasi nilai-nilai pendidikan Islam di Madrasah yang tekah diterapkan adalah nilai-nilai ibadah, kedisipplinan, kejujuran, bertanggungjawab, kerjasama, keimanan dan ketawaan, pengharagaan terhadap eksistensi manusia, kebebasan dan kemerdekaan serta tanggung jawab sosial. Masing-masing nilai tersebut diterapkan dengan menggunakan pendekatan masalah sosial dan keterlibatan dalam masyarakat. 2. Kendala yang dihadapi oleh Madrasah meliputi faktor internal seperti belum adanya masjid milik sendiri dan faktor eksternal seperti belum adanya kerjasama yang baik antara wali murid dengan Madrasah Saran Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Perlu ditingkatkan keprofesionalitasan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pendidikan Islam 2. Perlu kerjasama yang baik antara wali murid dengan pihak Madrasah dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam kepada peserta didik.
10
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Menyambut Era Globalisasi
DAFTAR PUSTAKA An Nahlawi. 2003. Ushulu At-Tarbiyah wa Asaalibuha. Darul Kutub alIslamiyah: Mesir Freire, Paulo. 2002. Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Gani, Junaini. 1980. Nilai Pendidikan Islam. Usaha Nasional: Surabaya Luluk. 2004. Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan PostModern; Mencarai “Visi Baru” atas “Realitas Baru” Pendidikan Kita, volume XII Muhaimin. 2005. Pemikiran Pendidikan Islam. UIN Press: Malang Sanapiah Faisal. 2001. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Guru dan Dosen Imam Suprayogo, Quo Vadis Madrasah, Gagasan, Aksi dan Solusi Pembangunan Madrasah (Yogyakarta: Hikayat, 2007), hlm. 55-56. 27http://www.infogue.com/viewstory/2009/05/04/strategi_mewujud kan_madrasah _unggul/?url:http://ahmadma 10Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga RajaGrafindo Persada, 2009),
Strategi
Pembelajaran
(Jakarta:
12Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 185.
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2014
11