Jurnal Lemlit UHAMKA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENINGKATAN KARAKTER SISWA (Studi Kasus SD Negeri Dukuh 07 Petang Jakarta Timur) Oleh:
Nur Busyra ABSTRAK The results of the study, implementation models for contextual learning to the improvement of students' character by Respondents students with the number (N) of 40 people, the total number (ΣXa) of 5720 , has average achieved (X1a) of 143, and the variance (S1a ²) of 235, 64. Teacher respondents by the number (N) of 20 persons implementation of contextual learning model with the overall amount (ΣXb) of 1734, had an average gain (X1a) at 86.7 , and the variance (S1a ²) of 345.12. Respondents Student Parent with the number (N) Parents of 15 people, with a total (ΣXc) of 1166, had an average gain (X1a) of 77.73 , and variance (S1a ²) 41.67. Community respondents by the number (N) of 15 persons implementation of contextual learning model, with a total (ΣXd) of 796, has an average gain (X1a) of 53.07, and variance (S1a ²) of 198.26. So the total respondents Students, Teachers, Parents and Community students (N) amounted ΣN1, 2,3,4 = 90, the total number ΣXa, b, c, d = 9416. The average number X1a, b, c, d = 104.62, the amount of variance S1a, b, c, d ² = 12515.86. The results of the analysis of the implementation of contextual learning model against the principal characters in the review of religiousness students with an average score of 4.12 to a high category, the principal character of honesty with an average score amounted to 4.73 with the high category, the principal character of intelligence with an average score amounted to 4.56 with the high category, the principal character of toughness with an average score of 4.47 to a high category, to democratic with an average score of 3.27 with the categories being totaled, and the last character of the principal concerns with an average score consists of 4, 49 with the high category. Keywords: Models of Contextual Learning and Improved Student character. PENDAHULUAN
P
embangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Sumber: Buku Induk
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025). Pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan 1
Jurnal Lemlit UHAMKA
kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, adalah Bagaimana sekolah dasar dalam pengembangan model pembelajaran kontekstual pada pendidikan karakter? Dan bagaimana implementasi karakter yang diterapkan oleh anak didik di sekolah, dirumah, dan dimasyrakat. KAJIAN TEORI Kata karakter disebut sebagi ‘watak’ yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Arti bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang punya kualitas moral (tertentu) yang positif. Bagan 2: Nilai Pembentuk Karakter
Menurut Teori Thomas Lickona, Pendekatan Kontekstual dalam Pendidikan Karakter
Guru
Masyarakat
Siswa di Sekolah Keluarga Habit of mind Habit of heart
Moral KnowingMoral Felling
kejujura n Saling mengharg ai
KONTEKSTUAL
Percaya diri
NILAI Semangat belajar/ bekerja
Taat beribad
Kejujuran, Percaya diri, Apresiasi thp.kebhinekaan, Semangat belajar, Semangat bekerja dll.
Sesuai dgn nilai-nilai pokok yang dibutuhkan untuk membentuk kekuatan karakter
Kerjasa ma
REFLEKTIF RUANG Gigih cerdas, kritis, kreatif,
Bersihd an sehat, disiplin,
2
Ola h Ola h
Ola h Ola h
Berima n dan bertak wa, jujur, amanah Ramah, saling mengha rgai, toleran, peduli, suka menolo
Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Manfaat membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, METODE PENELITIAN Objek penelitian pada tahap pertama bertempat di SD Negeri Dukuh 07 Petang Jakarta Timur. Dengan subjek penelitiannya
Jurnal Lemlit UHAMKA
Varians (S1a²) Siswa 5%
24% 29% 42%
Guru-guru Orang tua murid
1.
1)
2)
3)
4)
Uji hipotesis komparatif lebih dari dua rata-rata (analisis varians) Uji homogenitas varians Sebelum analisis varians dilakukan, maka diuji homogenitas varians terhadap varians empat kelompok sampel. Pengujian dilakukan dengan rumus table 1. , F = = = 8,28 , Jadi Fhitung = 8,28. Selanjutnya Fhitung ini dikonsultasikan dengan Ftabel dengan dk pembilang (20-1) = 19; dan dk penyebut (151) = 14, dengan taraf kesalahan tertentu. Berdasarkan hasil analisis data responden, Skor Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual dengan Responden; Siswa/i, Guru, Orang Tua siswa dan Masyarakat dapat di analisis berikut; Jumlah responden Siswa/i dengan jumlah (N) 40 orang, jumlah keseluruhan (ΣXa) sebesar 5720, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 143, dan varians (S1a²) sebesar 235,64. Jumlah responden Guru (N) implementasi model pembelajaran kontekstual Guru sebesar 20 orang, dengan jumlah keseluruhan (ΣXb) sebesar 1734, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 86,7, dan varians (S1a²) sebesar 345,12. Jumlah responden orang Tua Siswa/I (N) implementasi model pembelajaran kontekstual Orang Tua Siswa sebesar 15 orang, dengan jumlah keseluruhan (ΣXc) sebesar 1166, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 77,73, dan varians (S1a²) sebesar 41,67. Jumlah responden Masyarakat (N) implementasi model pembelajaran kontekstual Masyarakat sebesar 15 orang, dengan jumlah keseluruhan (ΣXd) sebesar 796, memiliki
perolehan rata-rata (X1a) sebesar 53,07, dan varians (S1a²) sebesar 198,26. Jadi total keseluruhan responden Siswa/i, Guru, Orang Tua siswa dan Masyarakat (N) berjumlah ΣN1,2,3,4 = 90, jumlah keseluruhan ∑Xa,b,c,d = 9416. Jumlah rata-rata X1a,b,c,d = 104.62, jumlah Varians S1a,b,c,d² = 12515.86 Untuk taraf kesalahan 5% Ftabel = 2,26 dan untuk 1% = 3,19. Hipotesis statistik untuk uji homogenitas varians seperti berikut : Ho = τ1 = τ2 = τ3 = τ4 Ha = τ1 = τ2 = τ3 ≠ τ4 (salah satu tidak sama, Ha diterima) Dari perhitungan tersebut berlaku ketentuan bahwa, jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka Ho diterima. Ternyata Fhitung (8,28) lebih besar dari Ftabel untuk α 5% (2,26), tetapi lebih kecil untuk Fhitung α 1% (3,19). Jadi Ho diterima untuk taraf signifikansi 1%. simpulannya bahwa varians ke empat kelompok sampel tersebut homogen, untuk α 1%. 2.
Analisis varians
Untuk menguji hipotesis yang berbunyi “implementasi model pembelajaran kontekstual antara murid, masyarakat, guru, dan orang tua” digunakan analisis varians satu jalan (one way) secara statistik dapat dirumuskan hasilnya berikut ini; Ho : µ1 = µ2 = µ3 = µ4 Ho : 143 = 86.7 = 77.73 = 53.07 Ha : µ1 = µ2 = µ3 ≠ µ4 Ha : 143 = 86.7 = 77.73 ≠ 53.07 Berdasarkan data pada tabel 1 diatas, maka dapat dihitung skor rata-rata, antar kelompok, dan skor dalam kelompok Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual dengan Responden; Siswa/i, Guru, Orang Tua Murid dan Masyarakat berikut ini; ( )² Ry = = = 985122,84 5
Jurnal Lemlit UHAMKA ²
Ay = + 985122,84 = 116053,1
²
+
²
+
²
-
∑Y² = 827150 + 150540 + 91208 + 45014 = 1113912 DY = 1113912 - 985122,84 - 116053,1 = 12736,06 Jk
RJk
985122, 84
985122, 84
Antar 3 kelompo k
116053, 1
38684,3 7
Dalam 8 kelompo 6 k:
12736,0 6
148,09
Total
Y²
-
Sumber variasi
Rata rata
d k
– 1
n
Fhitung
38684,37 148,09
261,22
-
1
Berdasarkan analisis Varians Implementasi Model Pembelajaran Konstektual antara Murid, Guru, Masyarakat, dan Orang tua siswa, Fhitung 261,22.dk antar kelompok = 4 – 1 = 3. dk dalam kelompok = (40-1) + (20-1) + (15-1) + (15-1) = 86. Harga Fhitung tersebut, perlu dikonsultasikan agar Ftabel pada taraf kesalahan tertentu, dengan dk pembilang = (k1)², dan dk penyebut = (n1-1) = 86. Untuk ini digunakan taraf kesalahan 5%. Jadi F dicari pada tabel f (tabel V) dengan F (3,86). Harga Ftabel diperoleh hasilnya = 2,72 Ketentuan pengujian : Bila Harga Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima. Dari perhitungan tersebut ternyata Fhitung (261,22) di bawah Ftabel 2,72. Dengan demikian Ho diterima. Jadi hipotesis yang menyatakan implementasi 6
model pembelajaran kontekstual antara siswa, masyarakat, guru, dan orang tua dapat diterima, artinya implementasi model pembelajaran kontekstual antara siswa, masyarakat, guru, dan orang tua hasilnya signifikan (sama). Maka Implementasi model pembelajaran kontekstual antara Siswa dengan jumlah rata-rata skor 143, Guru dengan ratarata skor 86,7, Orang Tua Murid rata-rata skor 77,73, dan Masyarakat rata-rata skor 53,07 dapat menunjukkan signifikan, karena rata-rata siswa berjumlah 143 lebih besar daripada guru, masyarakat dan orang tua siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis Skor Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual dengan Responden Siswa/i, Guru, Orang Tua siswa dan Masyarakat dapat disimpulkan hasilnya berikut ini; 1. Responden Siswa/i dengan jumlah (N) 40 orang, jumlah keseluruhan (ΣXa) sebesar 5720, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 143, dan varians (S1a²) sebesar 235,64. 2. Responden Guru dengan jumlah (N) sebesar 20 orang implementasi model pembelajaran kontekstual dengan jumlah keseluruhan (ΣXb) sebesar 1734, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 86,7, dan varians (S1a²) sebesar 345,12. 3. Responden orang Tua Siswa/I dengan jumlah (N) Orang Tua Siswa sebesar 15 orang, dengan jumlah keseluruhan (ΣXc) sebesar 1166, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 77,73, dan varians (S1a²) sebesar 41,67. 4. Responden Masyarakat dengan jumlah (N) sebesar 15 orang implementasi model pembelajaran kontekstual, dengan jumlah keseluruhan (ΣXd) sebesar 796, memiliki perolehan rata-rata (X1a) sebesar 53,07, dan varians (S1a²) sebesar 198,26. Jadi total keseluruhan responden Siswa/i, Guru, Orang Tua siswa dan Masyarakat (N) berjumlah ΣN1,2,3,4 = 90, jumlah keseluruhan ∑Xa,b,c,d = 9416. Jumlah rata-rata X1a,b,c,d = 104.62, jumlah Varians S1a,b,c,d² = 12515.86 Hasil analisis implementasi model pembelajaran kontekstual terhadap karakter
Jurnal Lemlit UHAMKA
pokok siswa di tinjau dari kereligiusan dengan skor rata-rata 4,12 dengan kategori tinggi, karakter pokok kejujuran dengan skor rata-rata berjumlah 4,73 dengan kategori tinggi, karakter pokok kecerdasan dengan skor ratarata berjumlah 4,56 dengan kategori tinggi, karakter pokok ketangguhan dengan skor ratarata 4,47 dengan kategori tinggi, kedemokratisan dengan skor rata-rata berjumlah 3,27 dengan kategori sedang, dan yang terakhir karakter pokok kepedulian dengan skor rata-rata berjumlah 4,49 dengan kategori tinggi. Dari hasil analisis dan pengembangan implementasi model pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan karakter siswa di SDN Dukuh 07 Petang Jakarta Timur masih banyak yang belum memenuhi syarat karakter bangsa, dapat dilihat dari hasil pengamatan lingkungan belum adanya kantin kejujuran, usaha kesehatan sekolah (UKS) belum produktivitas, lapangan olah raga terbatas dan mandegnya seni tari di karenakan guru yang mengajar seni tari terbatas dan tidak ada penggantinya, untuk itu perlu adanya motivasi dari kepala sekolah dan dukungan dari pihak lain.. Sebaiknya lebih ditingkatkan ekstrakulikulernya lagi sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar.
di Indonesia, Cakrawala Pendidikan, mei 2010, Lickona, Thomas. 1991, Educating and Character, New York : Bantam Boo Koesoma, Dony Lickona, Thomas. 1991, Educating for Character : How Our School Can Do Teach Respect and Responsibility; Brantam Book, New York Mangkuatmodjo, Soegyarto. 2004. Statistik Lanjutan. Jakarta: Rineka Cipta. Raka, Gede. 2006. Guru Tranformasional dalam Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa, Makalah, Orasi Dosen Berpretasi Tingkat Poltekes dan Tingkat Nasional, Jakarta. (2006), Pendidikan Untuk Kehidupan Bermakna. Makalah, Orasi Ilmiah pada Hari Wisuda Universitas Kristen Maranatha Bandung, 25 Maret 2006 (2007), Pendidikan Membangun Karakter, Makalah, Orasi Perguruan Taman Siswa, Bandung 10 Februari 2007 Ratih Megawati (2005), Pendidikan Karakter :Sebuah Agenda Perbaikan Moral Bangsa. EDUKASI : Jakarta. Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK & SLB, Jakarta : BP. Cipta Karya 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (accessed 9 Feb 2003). JoeI, Klein , 2009. Resiliensi and Character Development Part II, Office of school and Youth Development NYE of Departement of Education Kebijakan Nasional, Pembangunan karakter Bangsa, tahun 2010-2025. Pemerintah RI, 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter , Kementrian Pendidikan Nasional dan Kontekstual Dalam Mengatasi Krisi. Karakter 7