IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITON (AIR) PADA MATERI BANGUN DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 PABELAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Disusun Oleh SISCA PURNIAWATI 202009027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan
Nama
: Sisca Purniawati
NIM
: 202009027
Program Studi
: Pendidikan Matematika
ii
LEMBAR PERSETUJUAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITON (AIR) PADA MATERI BANGUN DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 PABELAN
Disusun Oleh SISCA PURNIAWATI 202009027 Telah disetujui untuk diuji pada tanggal 24 Juni 2013 Menyetujui
iii
PERNYATAAN Nama NIM
: Sisca Purniawati : 202009027
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Salatiga, 28 Juni 2013
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto :
1. Hari ini Harus lebiH baik daripada Hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. 2. Kegagalan adalah KesuKsesan yang tertunda. 3. Setiap
keberhaSilan
dalam
hidupku
hanya
karena anugerah Tuhan. 4. Setialah dalam perkara-perkara yang kecil, maka
tuhan
akan
mempercayakan
kita
perkara-perkara yang besar.
Persembahan : Karya sederhana ini KupersembahKan untuK: 1. Tuhan
Yesus
memberikan
KrisTus
Yang
kemudahan,
selalu
serta
menYerTai
kelancaran
dan
dalam
hidupku. 2. Kedua
orang
tua
dan
keluarga
tercinta
yang
senantiasa memberikan dukungan doa dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Teman-temanku
seperjuangan,
terima
kebersamaan dan dukungan selama ini.
v
kasih
atas
KATA PENGANTAR Segala puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas hikmat, anugerah dan penyertaanNya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Jhon A. Titaley, Th.D, selaku Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di UKSW. 2.
Dra. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW Salatiga yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Kriswandani, S.Si, M.Pd, selaku Kaprogdi Pendidikan Matematika dan sekaligus Pembimbing I. Terima kasih untuk waktu, kesabaran, dan kebaikan yang telah Ibu berikan pada saat bimbingan, serta ilmu dan doa yang Ibu berikan pada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 4. Tri Nova Hasti Yunianta, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II. Terima kasih untuk waktu, kesabaran, dan kebaikan yang telah Bapak berikan pada saat bimbingan, serta ilmu dan doa yang Bapak berikan pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah membimbing dan memberikan pengajaran berharga selama menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW Salatiga. 6. Drs. Kiswanto, selaku Kepala SMP Negeri 1 Pabelan yang telah berkenan memberi izin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Pabelan. 7. Sri Mulyati, S.Pd, selaku guru matematika SMP Negeri 1 Pabelan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. vi
8. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Pabelan, khususnya siswa kelas VII C dan VII D yang telah berpartisipasi dan membantu penulis dalam proses penelitian. 9. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabatku Susi, Wendy, Mursutami, dan Karnawati, terima kasih atas kebersamaan dan dukungan selama ini. 11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika yang lain dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis akan menerima dengan senang hati saran dan kritikan terhadap perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.
Salatiga,
Juni 2013
Sisca Purniawati
vii
ABSTRAK Purniawati, S. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari implementasi model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada materi bangun datar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yang terdiri dari pretest dan posttest, serta dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji beda rata-rata (Mann Whitney U test). Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar siswa pada model konvensional. Hal itu ditunjukkan dengan hasil uji beda rata-rata (Mann Whitney U test) dimana nilai signifikansi 0,671 > 0,05 dan nilai Z hitung < Z tabel (-0,424 < 1,645) yang berarti hasil belajar siswa pada model pembelajaran AIR lebih kecil atau sama dengan hasil belajar pada model konvensional. Meskipun demikian, implementasi model pembelajaran AIR pada pembelajaran Matematika kelas VII memberikan hasil yang cukup memuaskan. Rata-rata dan pencapaian hasil belajar siswa pada kelas VII C (model pembelajaran AIR) lebih baik daripada kelas VII D (model pembelajaran konvensional), meskipun selisih rata-rata dan pencapaian hasil belajar kedua kelas terlalu kecil. Rata-rata hasil belajar siswa kelas VII C 79,85 dan pencapaian hasil belajar siswa sebesar 76,5%, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII D 79,55 dan pencapaian hasil belajarnya sebesar 75,8%. Kata kunci: model pembelajaran, Auditory Intellectually Repetition (AIR), hasil belajar
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ ..iii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix DAFTAR TABEL ........................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3 C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................... 3 D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................. 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORITIS .......................................................................................... 5 1. Hasil Belajar ............................................................................................ 5 a. Definisi Hasil Belajar ........................................................................ 5 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................. 7 2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) .................. 8 a. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) .......................................................... 8 b. Definisi Model Pembelajaran AIR..................................................... 9 c. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR .................................... 14 B. HASIL KAJIAN LAIN YANG RELEVAN ............................................................. 16 C. KERANGKA BERPIKIR ................................................................................... 17 D. HIPOTESIS ................................................................................................... 17 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN ........................................................................................ 19 B. POPULASI DAN SAMPEL .............................................................................. 19 C. SETTING PENELITIAN ................................................................................... 19 D. DESAIN PENELITIAN .................................................................................... 20 E. DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................... 20 1. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) ................ 20 2. Hasil Belajar .......................................................................................... 21 F. INSTRUMEN PENELITIAN ............................................................................. 21 1. Uji Validitas Instrumen Tes.................................................................... 22 2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes ................................................................ 23 3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ............................................. 24 ix
4. Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes .................................................. 25 G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA..................................................................... 26 H. TEKNIK ANALISIS DATA................................................................................ 27 1. Statistik Deskriptif................................................................................. 27 2. Statistik Inferensial ............................................................................... 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN .................................................................... 29 B. DESKRIPSI HASIL PRETEST............................................................................ 29 1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest .............................................................. 29 2. Uji Normalitas Nilai Pretest ................................................................... 29 3. Uji Homogenitas Nilai Pretest................................................................ 31 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest.......................................... 32 C. DESKRIPSI HASIL POSTTEST ......................................................................... 33 1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest ............................................................ 33 2. Uji Normalitas Nilai Posttest.................................................................. 33 3. Distribusi Frekuensi Nilai Posttest ......................................................... 35 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest ........................................ 36 D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)................... 37 E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................................ 38 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN .............................................................................................. 41 B. SARAN ........................................................................................................ 41 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 43
x
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR........................................... 14 Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian di SMP Negeri 1 Pabelan .......................................... 19 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest .......................................................…22 Tabel 3.3 : Hasil Uji Validitas Soal .......................................................................... 23 Tabel 3.4 : Hasil Uji Reliabilitas Soal ...................................................................... 24 Tabel 3.5 : Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ................................................... 25 Tabel 3.6 : Hasil Analisis Daya Beda Soal ............................................................... 26 Tabel 4.1 : Hasil Analisis Deskriptif Pretest ............................................................ 29 Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest .......................................................... 30 Tabel 4.3 : Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest ...................................................... 31 Tabel 4.4 : Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest................................. 32 Tabel 4.5 : Hasil Analisis Deskriptif Posttest ........................................................... 33 Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest ........................................................ 34 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai Posttest ........................................................ 35 Tabel 4.8 : Pencapaian Hasil Belajar ...................................................................... 36 Tabel 4.9 : Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest ............................... 36
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir............................................................................. 17 Gambar 3.1 : Model Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design ......... 20 Gambar 4.1 : Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen (VII C) ................. ..30 Gambar 4.2 : Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol (VII D) ......................... 31 Gambar 4.3 : Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen (VII C) ................. 34 Gambar 4.4 : Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol (VII D) ........................ 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Soal Uji Coba Pretest ......................................................................... 45 Lampiran 2 : Uji Validitas Butir Soal Uji Coba Pretest ............................................. 48 Lampiran 3 : Soal Pretest dan Posttest .................................................................. 51 Lampiran 4 : Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ........................................... 53 Lampiran 5 : Daftar Nilai Pretest ........................................................................... 54 Lampiran 6 : Daftar Nilai Posttest .......................................................................... 55 Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 ............................ 56 Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 ............................ 63 Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 ............................ 68 Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 .................................................... 73 Lampiran 11 : Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 1 ............................................ 77 Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 .................................................... 81 Lampiran 13 : Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 2 ............................................ 82 Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3 .................................................... 84 Lampiran 15 : Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 3 ............................................ 85 Lampiran 16 : Foto-foto Dokumentasi ................................................................... 87 Lampiran 17 : Surat Izin Melakukan Penelitian ...................................................... 89 Lampiran 18 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ................................. 90
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan cabang ilmu yang penting karena merupakan prasyarat kelulusan bagi siswa, tetapi pada kenyataannya siswa masih mengalami kesulitan dan kegagalan dalam belajar matematika. Gelman dalam Handayani (2004) menyatakan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang potensial memberikan pengalaman salah dan gagal cukup besar pada anak. Menurut pandangan siswa, matematika merupakan suatu ilmu yang abstrak. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam matematika akan menganggap bahwa pelajaran matematika mudah, sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam matematika menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Kesulitan siswa dalam belajar matematika disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intelektual dan faktor pedagogis (Brueckner dan Bond dalam Widdiharto, 2008). Faktor intelektual berkaitan dengan kesulitan siswa dalam menguasai konsep, prinsip, atau algoritma, walaupun siswa telah berusaha mempelajarinya.
Siswa
yang
mengalami
kesulitan
mengabstraksi,
menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit. Faktor pedagogis yaitu faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Secara umum, cara guru memilih metode, pendekatan, dan strategi dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa akan merasa termotivasi untuk belajar matematika. Salah satu model pembelajaran yang inovatif adalah Auditory Intellectually Repetition (AIR). AIR merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih aktif (Suyatno, 2009). Model pembelajaran ini menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, dan Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar
dengan
cara menyimak, 1
berbicara,
presentasi,
argumentasi,
2 mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. Model pembelajaran AIR terdiri dari tiga tahap sesuai dengan namanya, yaitu tahap Auditory, Intellectually, dan Repetition (Meirawati dalam Yulianti, 2012). Kegiatan yang dilakukan dalam tahap Auditory adalah diskusi kelompok dan mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan membagikan LKS pada siswa, sedangkan siswa secara berkelompok mengerjakan LKS dan bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami pada guru. Kegiatan dalam tahap Intellectually adalah mengerjakan LKS dan presentasi hasil diskusi. Guru berperan untuk membimbing kelompok belajar siswa dalam mengerjakan LKS, kemudian memberi kesempatan kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Tahap Repetition berisi kegiatan latihan soal untuk menambah pemahaman siswa tehadap materi yang telah dipelajari dan didiskusikan. SMP Negeri 1 Pabelan memiliki siswa dengan kemampuan heterogen pada tiap kelasnya, khususnya di kelas VII. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Matematika kelas VII, diketahui bahwa selama mengajar, guru sering menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Sebagian besar siswa aktif berbicara di dalam kelas, khususnya saat diskusi, namun aktif dalam arti yang negatif. Mereka aktif berbicara atau berdiskusi tentang hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran, bahkan mereka seringkali tidak memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas. Diskusi kelompok yang terjadi lebih didominasi oleh siswa yang pandai. Ketuntasan belajar di kelas kurang dari 50%, atau dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa rendah. AIR merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat jika diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan. Siswa diharapkan dapat aktif berbicara atau berdiskusi dengan lebih terarah melalui model pembelajaran AIR, karena yang didiskusikan adalah materi yang akan mereka pelajari. Selain itu, di dalam model pembelajaran AIR terdapat aspek Auditory dan Intellectually sehingga siswa tidak hanya dapat saling berdiskusi dengan kelompoknya, tetapi siswa juga dapat belajar berpikir untuk memecahkan soal
3 atau masalah yang diberikan guru. Pengulangan (repetition) yang diberikan guru akan lebih menambah pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Model pembelajaran AIR ternyata memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil-hasil penelitian sebelumnya, diantaranya penelitian Ainia (2012) terhadap siswa Kelas VII SMP Negeri se-Kecamatan Kaligesing, yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan model konvensional. Penelitian Robert (2010) terhadap siswa kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang dan penelitian Mawaddah (2009) terhadap siswa SMP Negeri 3 Batu memberikan hasil yang memuaskan dimana ketuntasan belajar siswa secara klasikal lebih dari 80% dan siswa memberikan respon yang positif terhadap model pembelajaran AIR. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk menerapkan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini akan menunjukkan hasil dari implementasi model pembelajaran AIR di kelas dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, disusun suatu penelitian yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: “Bagaimana implementasi model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada materi bangun datar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 Pabelan? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari implementasi model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada materi bangun datar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 Pabelan.
4 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) yang nantinya dapat diterapkan guru di dalam kelas. 2. Manfaat Praktis Jika penelitian ini memberikan hasil yang baik, diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) di dalam kelas. Selain itu, melalui diharapkan
dapat
penerapan model pembelajaran AIR,
membangkitkan
keaktifan
siswa
pembelajaran sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.
dalam
proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORITIS 1. Hasil Belajar a. Definisi Hasil Belajar Sudjana (2007) menyatakan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley dalam Suprijono (2011) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Gagne dalam Suprijono (2011) membagi lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Berdasarkan sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sudijono (2008). Klasifikasi hasil belajar Bloom secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Pengetahuan adalah kemampuan mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Pemahaman yaitu kemampuan untuk mengerti atau mehamami materi pelajaran setelah materi itu diketahui dan diingat. Aplikasi yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan materi yang sudah dipelajari ke dalam situasi
baru
dan
kongkret.
Analisis
merupakan
kemampuan
menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponenkomponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Sintesis adalah kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu
keseluruhan.
Evaluasi
yaitu
kemampuan
menggunakan
pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. 5
6 Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya. Reaksi merupakan kemampuan untuk mengikutsertakan diri secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Penilaian yaitu memberikan nilai terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Organisasi berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Internalisasi adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ranah
psikomotoris
berkenaan
dengan
hasil
belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada empat aspek ranah psikomotoris, yakni: gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerakan yang
dikoordinasikan,
perangkat
komunikasi
nonverbal,
dan
kemampuan berbicara (Kibler, Barket, dan Miles dalam Dimyati, 2002). Gerakan tubuh yang mencolok merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan adalah keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan. Perangkat komunikasi nonverbal yaitu kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata. Kemampuan berbicara berarti kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar (Dimyati, 2002). Dilihat dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes atau ulangan harian setelah berakhirnya kegiatan
7 pembelajaran, dalam hal ini yang diukur adalah pada ranah kognitif siswa. Penelitian ini mengacu pada teori hasil belajar menurut Dimyati (2002), yang menyatakan bahwa hasil belajar diukur melalui tes atau ulangan harian setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran dimana yang diukur adalah ranah kognitif siswa. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto
(2003)
mengungkapkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern. Faktor individu atau intern meliputi: faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor biologis antara lain: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu maka akan mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, minat dan motivasi, serta perhatian ingatan berpikir. Faktor kelelahan meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang. Faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin di sekolah. Faktor masyarakat yaitu bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar. Hal yang sama diungkapkan oleh Shabri (2005) bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor
8 yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (intelegensi), motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Clark, dalam Shabri, 2005). Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktorfaktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain: ukuran kelas, suasana belajar, serta fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. 2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) a. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Teori belajar yang mendukung model pembelajaran AIR diantaranya adalah aliran psikologis tingkah laku, serta pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan paham konstruktivisme. Tokoh-tokoh dalam aliran psikologis tingkah laku diantaranya Ausubel dan Edward L. Thorndike. Teori Ausubel dalam Suherman (2001) dikenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum pembelajaran dimulai. Belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Winataputra, 2007). Teori Thorndike dalam Suherman (2001) salah satunya mengungkapkan
the law of exercise (hukum latihan) yang pada
dasarnya menyatakan bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan sering terjadi. Semakin banyak kegiatan pengulangan dilakukan maka hubungan yang terjadi akan semakin bersifat otomatis. Melalui latihan atau pengulangan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu konsep, akan membantu penguasaan atau proses belajar seseorang terhadap konsep lain yang sejenis atau mirip (Thorndike dalam Winataputra, 2007).
9 Berdasarkan pendekatan paham konstruktivisme, pembelajaran matematika adalah proses pemecahan masalah. Paul dalam Uno (2007) mengemukakan bahwa aliran kontruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika yang terpenting adalah bagaimana membentuk pengertian pada siswa. Siswa dalam mempelajari matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri. Hal ini menekankan bahwa pada saat belajar matematika yang terpenting adalah proses belajar siswa. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa, meluruskan, dan melengkapi sehingga konstruksi pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi benar. Siswa diberi kesempatan menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan. b. Definisi Model Pembelajaran AIR Suyatno (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif, sehingga karakteristik dari model pembelajaran kooperatif terdapat dalam model pembelajaran ini. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2009). Slavin dalam Isjoni (2010) mengungkapkan bahwa
model
pembelajaran
kooperatif
adalah suatu
model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4–6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Slavin dalam Isjoni (2009) juga menyatakan tiga karakteristik dari model pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok
mencapai
pertanggungjawaban
skor
di
individu,
atas
kriteria
yang
ditentukan;
pertanggungjawaban
ini
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar; serta kesempatan yang sama untuk berhasil, setiap siswa baik yang berprestasi rendah atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Suherman dalam Yulianti (2012) mengungkapkan model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang menganggap
10 bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, and Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis. 1) Auditory Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Linksman dalam Alhamidi (2006) mengartikan auditory dalam konteks pembelajaran sebagai belajar dengan mendengar, berbicara pada diri sendiri, dan juga mendiskusikan ide dan pemikiran pada orang lain. Salah satu aktifitas belajar adalah mendengar. Tidak mungkin materi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa apabila siswa tersebut tidak menggunakan indera pendengaran dalam arti lain mendengar. Hal ini berarti bahwa auditory sangat penting dalam memahami materi. Guru harus mampu untuk mengondisikan siswa agar mengoptimalkan indera telinganya, sehingga koneksi antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal. Guru dapat meminta siswa untuk menyimak,
mendengar,
berbicara,
presentasi,
berargumen,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi sehingga menciptakan suasana belajar yang aktif. Terdapat beberapa strategi belajar secara auditory yang dikemukakan oleh Meier dalam Nirawati (2009) diantaranya: mintalah siswa untuk berpasangan, membincangkan secara terperinci apa yang baru mereka pelajari dan bagaimana menerapkannya; keterampilan
mintalah
atau
siswa
memperagakan
mempraktikkan suatu
konsep
suatu sambil
mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan;
11 serta mintalah siswa untuk berkelompok dan berbicara pada saat mereka menyusun pemecahan masalah. De Porter (2003) mengungkapkan strategi mengajar scara auditory yaitu: gunakan variasi lokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam presentasi; mengajar sesuai dengan cara menguji, jika menyajikan informasi dalam urutan atau format tertentu, ujilah informasi itu dengan cara yang sama; gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk;
setelah
tiap
segmen
pengajaran,
minta
siswa
memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari; nyanyikan konsep kunci atau minta siswa mengarang lagu mengenai konsep itu; kembangkan dan dorong siswa untuk memikirkan jembatan keledai untuk menghafal konsep kunci; serta gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin. 2) Intellectually Intellectually
diartikan
sebagai
belajar
berpikir
dan
memecahkan masalah. Intellectually yaitu belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengonstruksi, dan menerapkan. Menurut
Meier
dalam
Nirawati
(2009),
intelektual
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman tersebut. Intelektual adalah sebagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual merupakan penciptaan makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan gerak tubuh untuk membuat makna baru bagi diri sendiri, sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, dan pengetahuan menjadi pengalaman. Meier dalam Nirawati (2009) menyatakan bahwa belajar intelektual yaitu belajar melalui perenungan (tafakur), mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual
12 dalam belajar akan terlatih jika siswa diajak terlibat dalam aktivitas seperti:
memecahkan
masalah,
menganalisis
pengalaman,
melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, dan menerapkan gagasan baru saat belajar. Intelektual menunjukkan kegiatan pikiran siswa secara internal
ketika
mereka
menggunakan
kecerdasan
untuk
merenungkan pengalamannya. Terdapat beberapa kegiatan dalam intelektual diantaranya: menganalisis,
memecahkan
menghubungkan
informasi
masalah, dan
fokus,
perhatian;
mensintesis;
menilai,
membandingkan, memeriksa, dan mencocokkan (Meier dalam Nirawati, 2009). Guru harus berusaha untuk merangsang, mengarahkan, memelihara, dan meningkatkan intensitas proses berpikir siswa demi tercapainya pemahaman konsep yang maksimal pada siswa. Guru harus berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. 3) Repetition Pengulangan
merupakan
salah
satu
prinsip
dasar
pembelajaran. Dimyati (2002) mengemukakan bahwa ada tiga teori yang menekankan pentingnya pengulangan, yaitu: teori Psikologi Daya, teori Psikologi Asosiasi (Koneksionisme), dan teori Psikologi Conditioning. Teori Psikologi Daya menyatakan belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Melalui pengulangan, maka daya-daya tersebut
akan
berkembang.
Teori
Psikologi
Asosiasi
(Koneksionisme) dengan hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of exercise” mengungkapkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, serta pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulya respons benar. Terakhir, teori Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka
13 pada Psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Menurut teori ini, perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang suatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Davies dalam Dimyati (2002) menyatakan bahwa penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti, sehingga pengulangan masih diperlukan dalam
kegiatan
pembelajaran.
Implikasi
adanya
prinsip
pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Melalui kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi pengulangan diantaranya menghapal. Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah
mampu
memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan (Dimyati, 2002). Hal ini perlu dimiliki oleh guru karena tidak semua pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya
adalah
mengembangkan
merancang atau
pelaksanaan
merumuskan
pengulangan,
soal-soal
latihan,
mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang, mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi. Pengulangan yang dilakukan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan ataupun informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Melalui pemberian soal dan tugas, siswa akan mengingat informasiinformasi yang diterimanya dan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematis.
14 c. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR Suherman dalam Mardina (2012) menyatakan langkah-langkah dari model pembelajaran AIR adalah seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR No 1.
Tahap Pendahuluan
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
Kegiatan Guru Menjelaskan model pembelajaran AIR pada siswa agar mengerti maksud dan tujuan model pembelajaran ini. Menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan. Memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut secara individual maupun kelompok. Mendampingi siswa.
Membimbing siswa membuat kesimpulan materi belajar. Memberikan tugas atau kuis. Mengakhiri pembelajaran
Kegiatan Siswa Mendengarkan dan bertanya.
AIR Auditory
Mendengarkan dan bertanya.
Auditory
Mempelajari materi dan memecahkan masalah.
Intellectually
Membuat ringkasan dan menemukan ideide pokok materi di dalam kelas. Menghubungkan ide-ide pokok dengan kehidupan nyata atau pelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya. Secara bergantian mempresentasikan tentang materi yang telah mereka pelajari dan siswa yang lain menanggapinya. Membuat kesimpulan.
Intellectualy
Mengerjakan tugas atau kuis. Mendengarkan guru.
Repetition
Intellectualy
Auditory
Auditory dan Intellectualy
Auditory
15 Langkah-langkah model pembelajaran AIR juga diungkapkan oleh Meirawati (Yulianti, 2012) dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Tahap Auditory Kegiatan guru yaitu membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami. Kegiatan siswa adalah siswa menuju kelompoknya masingmasing yang telah dibentuk oleh guru, siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara kelompok, dan siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru. 2) Tahap Intellectually Kegiatan guru yaitu membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS, memberi kesempatan kepada beberapa kelompok
untuk
mempresentasikan
hasil
kerjanya,
serta
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Kegiatan siswa: mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan, mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan, siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya. 3) Tahap Repetition Kegiatan guru: memberikan latihan soal individu kepada siswa; dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas. Kegiatan siswa: mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara individu, serta menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.
16 B. HASIL KAJIAN LAIN YANG RELEVAN Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya adalah penelitian Qurotuh Ainia (2012), penelitian Robert (2010), dan penelitian Emi Naziatul Mawaddah (2009). Penelitian Qurotuh Ainia (2012) yang berjudul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) terhadap Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Karakter Belajar pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri
Se-Kecamatan
Kaligesing
Tahun
Pelajaran
2011/2012”,
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional. Robert (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang”, diketahui bahwa tingkat aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR cukup baik dengan persentase 77%, siswa yang menyukai model pembelajaran AIR sebanyak 80%, dan hasil belajar siswa menunjukkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 88,46%. Penelitian Emi Naziatul Mawaddah (2009) yang berjudul “Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika dalam Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) di SMP Negeri 3 Batu”, menyatakan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran AIR, tingkat kreatifitas siswa dalam satu kelas mencapai rata-rata 68,68%, ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,84%, dan sebanyak 89,47% siswa senang pada kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran AIR. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Qurotuh Ainia (2012), yang menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model konvensional. Melalui penelitian ini, diharapkan terdapat pengaruh yang positif dari implementasi model pembelajaran AIR terhadap hasil belajar siswa, atau dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR diharapkan lebih baik daripada hasil belajar siswa saat menggunakan model konvensional.
17 C. KERANGKA BERPIKIR Model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga aspek, yaitu Auditory, Intellectually, dan Repetition. Aspek auditory berkaitan dengan indera telinga siswa, dimana siswa belajar dengan mendengar, berdiskusi, dan presentasi. Intellectually yaitu siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah. Repetition yang berarti siswa perlu diberi kegiatan pengulangan materi melalui latihan soal, pemberian tugas, atau kuis dengan tujuan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari lebih mendalam. Ketiga aspek tersebut jika dintegrasikan tentu dapat mendukung hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan melalui implementasi model pembelajaran AIR dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut. Implementasi Model Pembelajaran AIR
Hasil Belajar
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir D. HIPOTESIS Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran AIR lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan implementasi model pembelajaran konvensional.
18
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen semu. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Penelitian ini termasuk eksperimen semu karena kelompok kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. B. POPULASI DAN SAMPEL Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 212 siswa yang tersebar ke dalam enam kelas, yaitu kelas VII A sampai dengan kelas VII F. Kemampuan siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Pabelan merata, sehingga tidak ada kelas unggulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Berdasarkan hasil pengambilan sampel, kelas VII C dan VII D terpilih untuk menjadi sampel, sehingga sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan kelas VII D. Kelas VII C sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa di kelas VII C sebanyak 36 orang dan jumlah siswa di kelas VII D sebanyak 33 orang. C. SETTING PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan Mei 2013 di SMP Negeri 1 Pabelan, Jalan Raya Salatiga – Bringin Km 8. Jadwal penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Pabelan ditunjukkan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian di SMP Negeri 1 Pabelan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Hari, Tanggal Rabu, 3 April 2013 Kamis, 18 April 2013 Sabtu, 20 April 2013 Jumat, 26 April 2013 Senin, 29 April 2013
Kegiatan Wawancara dengan guru Matematika Uji Coba Soal Pretest di Kelas VII F Pretest di kelas VII D Pretest di kelas VII C Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model pembelajaran konvensional
19
20 6.
Jumat, 3 Mei 2013
7.
Sabtu, 4 Mei 2013
8.
Senin, 6 Mei 2013
9.
Jumat, 10 Mei 2013
10.
Senin, 13 Mei 2013
11. 12.
Sabtu, 11 Mei 2013 Kamis, 16 Mei 2013
Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII C menggunakan model pembelajaran AIR Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII C menggunakan model pembelajaran AIR Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model pembelajaran konvensional Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII C menggunakan model pembelajaran AIR Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model pembelajaran konvensional Posttest di kelas VII C Posttest di kelas VII D
D. DESAIN PENELITIAN Desain Nonrandomized
dari
penelitian
Pretest-Posttest
eksperimen Control
ini
Group
menggunakan
model
Design
dapat
yang
digambarkan seperti berikut ini: Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
T1
X
T2
Kontrol
T1
-
T2
Gambar 3.1 Model Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design Keterangan: T1
: Pretest (tes awal)
T2 X
: Posttest (tes akhir) : perlakuan dengan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang diterapkan pada kelas eskperimen yaitu kelas VII C. Model pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap yaitu: a. Tahap Auditory Kegiatan guru yaitu membagi siswa menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang, memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami. Kegiatan siswa
21 adalah siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk oleh guru, siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara berkelompok, dan siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru. b. Tahap Intellectually Kegiatan guru yaitu membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS, memberi kelompok
untuk
kesempatan kepada beberapa
mempresentasikan
hasil
kerjanya,
serta
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Kegiatan siswa: mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah
diberikan,
mempresentasikan
hasil
kerjanya
secara
berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan, siswa dari kelompok lain bertanya dan sedangkan kelompok yang
mengungkapkan pendapatnya, presentasi menjawab dan
mempertahankan hasil kerjanya. c. Tahap Repetition Kegiatan guru: memberikan latihan soal individu kepada siswa; dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang
materi
yang
telah dibahas.
Kegiatan siswa:
mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara individu, serta menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas. 2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes atau ulangan harian dimana yang diukur adalah ranah kognitif siswa. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari nilai pretest dan posttest siswa. F. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes berupa soal-soal yang diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Tes diberikan kepada siswa secara individual untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes tertulis dilaksanakan sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan pada kedua kelas (kelompok). Pretest dilaksanakan sebelum kedua kelompok
22 diberikan pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara posttest diberikan setelah kedua kelompok diberikan pembelajaran. Berikut ini adalah kisi-kisi dari instrumen tes. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Standar Kompetensi 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
Indikator
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layanglayang. 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang dan persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
Menghitung keliling dan luas dari bangun persegi panjang dan persegi. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas dari bangun persegi panjang dan persegi.
No. Soal 1, 2, 11
3, 4, 5, 6, 12, 13, 14, 15, 16 7, 8, 9, 10, 17, 18, 19, 20
1. Uji Validitas Instrumen Tes Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurannya dan mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Uji coba soal pretest dilakukan pada siswa kelas VII F. Uji validitas soal dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel. Kriteria soal dinyatakan valid jika nilai r > r tabel. Nilai r tabel untuk n = 35 dengan taraf signifikansi 5% adalah 0,325. Soal dikatakan valid jika nilai r > 0,325. Hasil perhitungan uji validitas soal dapat ditunjukkkan pada Tabel 3.3.
23 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Soal No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
r 0,441 0,006 0,333 0,441 0,222 0,291 0,355 0,386 0,762 0,421 0,237 0,474 0,596 0,660 0,471
Keterangan Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
No. Soal 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
r 0,382 0,305 0,035 0,282 0,520 0,600 0,330 0,500 0,401 0,573 0,609 0,725 0,362 0,402 0,238
Keterangan Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji validitas, terdapat 8 soal yang tidak valid dan 22 soal yang valid. Soal-soal yang valid kemudian digunakan untuk analisis pretest, sedangkan soal yang tidak valid dianggap sebagai soal yang gugur. Soal tersebut dibuang dan tidak digunakan lagi dalam analisis. Dari 22 soal yang valid diambil 20 soal untuk diuji reliabilitasnya. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Reliabilitas
instrumen
adalah
ketepatan
atau
keajegan
instrumen tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan Rumus Alpha. Selanjutnya, dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas ( ) pada umunya digunakan patokan sebagai berikut (Sudijono, 2008): a. Apabila
sama dengan atau lebih besar dari 0,70 berarti
instrumen yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable). b. Apabila
lebih kecil dari 0,70 berarti bahwa instrumen yang
sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable).
24 Uji reliabilitas menggunakan Rumus Alpha dengan bantuan SPSS 17.00. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat ditunjukkan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Soal Cronbach's Alpha
N of Items
.837
20
Berdasarkan Tabel 3.4, diketahui bahwa koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,837. Nilai tersebut lebih besar dari 0,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal yang diuji telah memiliki reliabilitas yang tinggi. 3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Tingkat kesukaran soal dapat diketahui dari besar kecilnya angka indeks kesukaran soal. Angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar angka indeks kesukaran makin mudah soal tersebut, sebaliknya makin kecil tingkat kesukaran makin sukar soal tersebut. Angka indeks kesukaran soal itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois dalam Sudijono (2008), yaitu: = Di mana: = proporsi = angka indeks kesukaran soal. = banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir soal yang bersangkutan. = jumlah siswa yang mengikuti tes. Selanjutnya, penafsiran terhadap angka indeks kesukaran soal dikemukakan oleh Witherington dalam Sudijono (2008) sebagai berikut: Besarnya Kurang dari 0,25 0,25 – 0,75 Lebih dari 0,75
Interpretasi Sukar Sedang Mudah
Analisis tingkat kesukaran dilakukan setelah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil perhitungan analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.
25 Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P 0,77 0,97 0,80 0,54 0,80 0,74 0,51 0,77 0,71 0,77
Keterangan Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah
No. Soal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
P 0,83 0,60 0,37 0,91 0,80 0,86 0,71 0,91 0,66 0,77
Keterangan Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Mudah
Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa dari 20 soal, terdapat 12 soal dengan kategori mudah dan 8 soal dengan kategori sedang. 4. Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai), dengan siswa yang kemampuannya rendah (bodoh). Daya pembeda soal dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi soal, yang pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah (bodoh). Cara penentuan kedua kelompok itu yaitu dengan mengambil 27% dari siswa yang termasuk kelompok atas dan 27% dari siswa yang termasuk dalam kelompok bawah (Sudijono, 2008). Besar kecilnya angka indeks diskriminasi soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus : =
−
=
−
Di mana: = angka indeks diskriminasi soal. = proporsi siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang bersangkutan. = proporsi siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang bersangkutan. = banyaknya siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang bersangkutan.
26 = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas. = banyaknya siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang bersangkutan. = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok bawah. Sudijono (2008) mengungkapkan patokan yang umumnya digunakan dalam interpretasi angka indeks diskriminasi adalah sebagai berikut: Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item ( ) Kurang dari 0,20
0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00 Bertanda negatif
Klasifikasi
Interpretasi
Poor
Daya pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik. Daya pembedanya cukup. Daya pembedanya baik. Daya pembedanya baik sekali. Daya pembedanya negatif (jelek sekali).
Satisfactory Good Excellent -
Hasil perhitungan analisis daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Beda Soal No. Soal
D
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,22 0,11 0,22 0,44 0,78 0,78 0,67 0,56 0,78 0,56
Cukup Jelek Cukup Baik Baik sekali Baik sekali Baik Baik Baik sekali Baik
No. Soal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
D
Keterangan
0,33 0,78 0,67 0,22 0,56 0,22 0,67 0,33 0,33 0,56
Cukup Baik sekali Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Cukup Baik
Berdasarkan Tabel 3.6, diketahui bahwa dari 20 soal tes yang valid dan reliabel terdapat 1 soal yang memiliki daya pembeda jelek, 7 soal dengan daya pembeda cukup, 8 soal dengan daya pembeda baik, dan 4 soal dengan daya pembeda yang baik sekali. G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data berupa tes dan dokumentasi. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa yang terdiri dari
27 pretest dan posttest.
Pretest diberikan sebelum
diterapkan model
pembelajaran AIR, sedangkan posttest diberikan setelah model pembelajaran AIR
diterapkan
di
kelas.
Dokumentasi
untuk
mengetahui
kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa selama di kelas. H. TEKNIK ANALISIS DATA 1.
Statistik Deskriptif Analisis data menggunakan statistik deskriptif meliputi penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan mean, dan perhitungan persentase.
2. Statistik Inferensial Analisis data menggunakan statistik inferensial meliputi: a. Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas data dari distribusi nilai di setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas data dilakukan dengan program SPSS 17.00 menggunakan Kolmogorov Smirnov Test. Aturan pengujian normalitas data adalah sebagai berikut: H0
: data berdistribusi normal
H1
: data tidak berditribusi normal
Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang sama atau tidak. Selain itu, uji homogenitas juga digunakan untuk menentukan uji t yang sesuai. Uji t yang dilakukan bila kedua kelas homogen adalah uji t dengan asumsi variansi kedua kelas sama (equal variances assumed), sedangkan bila kedua kelas tidak homogen, uji t yang dilakukan adalah uji t dengan asumsi variansi kedua kelas tidak sama (equal variances not assumed). Aturan pengujian homogenitas data adalah sebagai berikut: H0
: variansi kedua kelas sama (homogen)
28 H1
: variansi kedua kelas tidak sama (tidak homogen)
Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima. b. Uji Perbedaan Rata-rata 1) Uji t ( t-test) Uji t (t-test) dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0 untuk menguji perbedaan rata-rata antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Uji t (t-test) digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran AIR (kelas eksperimen) dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Aturan uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut: H0 :
≤
(hasil belajar kelas eskperimen lebih kecil atau
sama dengan hasil belajar kelas kontrol) H1 : > (hasil belajar kelas eskperimen lebih besar dari hasil belajar kelas kontrol) Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima. 2) Mann-Whitney U test Mann-Whitney U test dilakukan dengan bantuan SPSS 17.00 untuk menguji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji ini digunakan jika distribusi nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak normal. Aturan pengujiannya adalah sebagai berikut: H0 :
≤
(hasil belajar kelas eskperimen lebih kecil atau
sama dengan hasil belajar kelas kontrol) H1 :
>
(hasil belajar kelas eskperimen lebih besar dari
hasil belajar kelas kontrol) Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan VII D SMP Negeri 1 Pabelan. Kelas VII C sebagai kelas eskperimen yaitu kelas yang mendapat perlakuan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol yang berarti kelas ini mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional. Jumlah siswa kelas VII C dan VII D masing-masing adalah 36 siswa dan 33 siswa. B. DESKRIPSI HASIL PRETEST 1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai awal kedua kelas sebelum diberi perlakuan. Tabel 4.1 menunjukkan hasil analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 17.00. Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Pretest Eksperimen Kontrol
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
36 32
30 40
100 95
68.19 69.06
17.572 13.938
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 68,19, nilai minimum 30 dan nilai maksimum 100. Kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 69,06, nilai minimum 40 dan nilai maksimum 95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata yang cukup besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Uji Normalitas Nilai Pretest Uji normalitas pretest digunakan untuk mengetahui normalitas data dari distribusi nilai di setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS 17.00 menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Aturan yang digunakan dalam uji normalitas adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai di kelas berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka nilai 29
30 tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest a
Kolmogorov-Smirnov KELAS
Statistic
df
Sig.
EKSPERIMEN
.100
36
.200*
KONTROL
.135
32
.144
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 4.2, diperoleh nilai signifikan untuk kelas ekperimen adalah 0,200 > 0,05 dan kelas kontrol adalah 0,144 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kedua kelas berdistribusi normal. Selain itu, normalitas data dari distribusi nilai kedua kelas dapat dilihat pada grafik normalitas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen (VII C)
31
Gambar 4.2 Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol (VII D) 3. Uji Homogenitas Nilai Pretest Uji homogenitas digunakan untuk menentukan uji t yang sesuai. Uji t yang dilakukan bila variansi kedua kelas sama (homogen) adalah uji t dengan asumsi variansi hasil pretest kedua kelas sama (equal variances assumed), sedangkan bila variansinya tidak homogen, uji t yang dilakukan adalah uji t dengan asumsi variansi hasil pretest kedua kelas tidak sama (equal variances not assumed). Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17.00 dengan uji Anova Test of Homogeneity of Variances. Aturan yang digunakan dalam uji homogenitas adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka variansi nilai kedua kelas sama (homogen), sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka variansi nilai kedua kelas tidak homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Levene Statistic 2.781
df1
df2 1
Sig. 66
.100
32 Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan nilai signifikan adalah 0,100 > 0,05 sehingga nilai pretest kedua kelas mempunyai varian yang sama (homogen). 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest Uji beda rata-rata dua sampel nilai pretest digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama atau tidak. Perhitungan ini menggunakan program SPSS 17.00 yang dilakukan dengan Independent Sampel t-test. Aturan yang digunakan dalam uji beda rata-rata dua sampel adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka kemampuan awal kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka kemampuan awal kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Equal 2.781 variances assumed Equal variances not assumed
Sig.
t
.100 -.224
Std. Mean Error Sig. (2- Differe Differe tailed) nce nce Lower Upper
Df 66
.824
-.868
3.880 -8.614
6.878
-.227 65.200
.821
-.868
3.827 -8.511
6.775
Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai pretest kedua kelas mempunyai varian yang sama (homogen) sehingga dipilih Equal variances assumed untuk dipergunakan dalam uji t.
33 Uji t (t-test) menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,824 > 0,05 maka dapat disimpulkan kemampuan awal kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol. Selain itu, jika melihat dari nilai t hitung, diketahui bahwa t hitung = -0,224. Nilai t tabel dengan Df = 66 untuk uji pihak kanan (one-tailed) adalah 1,671. Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,224 < 1.671) sehingga H0 diterima. Jadi, kesimpulannya kemampuan awal kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol. Karena kemampuan awal kedua kelas sama, kedua kelas dapat diberi perlakuan model pembelajaran. Kelas eksperimen mendapat perlakuan model pembelajaran AIR, sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional. C. DESKRIPSI HASIL POSTTEST 1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai akhir kedua kelas setelah diberi perlakuan. Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 17.00. Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Posttest N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Eksperimen
34
40
100
79.85
18.319
Kontrol
33
50
100
79.55
14.327
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 79,85, nilai minimum 40 dan nilai maksimum 100. Kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 79,55, nilai minimum 50 dan nilai maksimum 100. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata yang cukup besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Uji Normalitas Nilai Posttest Uji normalitas posttest digunakan untuk mengetahui normalitas data dari distribusi nilai di setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS 17.00 menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Aturan yang digunakan dalam uji normalitas adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai di kelas
34 berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka nilai tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kolmogorov-Smirnova KELAS
Statistic
df
Sig.
EKSPERIMEN
.181
34
.006
KONTROL
.194
33
.003
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.6, diperoleh nilai signifikan untuk kelas ekperimen adalah 0,006 < 0,05 dan kelas kontrol adalah 0,003 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kedua kelas tidak berdistribusi normal. Selain itu, normalitas data dari distribusi nilai kedua kelas dapat dilihat pada grafik normalitas pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 yang menunjukkan bahwa distribusi nilai posttest kedua kelas tidak normal.
Gambar 4.3 Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen (VII C)
35
Gambar 4.4 Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol (VII D) 3. Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Hasil belajar berupa nilai posttest siswa dapat dideskripsikan dalam dua cara yaitu berdasarkan kategori hasil belajar dan pencapaian hasil belajar. Deskripsi hasil belajar berdasarkan kategori dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kategori
Range
TINGGI SEDANG RENDAH
81 – 100 61 – 80 40 – 60
Kelas VII C Jumlah Persentase 16 47% 11 32% 7 21%
Kelas VII D Jumlah Persentase 18 55% 8 24% 7 21%
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui bahwa di kelas VII C sebanyak 16 siswa (47%) memiliki hasil belajar yang tinggi, 11 siswa (32%) memiliki hasil belajar sedang, dan hasil belajar rendah dimiliki oleh 7 siswa (21%). Kemudian, hasil belajar tinggi dicapai oleh 18 siswa (55%) di kelas VII D, 8 siswa (24%) memiliki hasil belajar sedang, dan 7 siswa (21%) memiliki hasil belajar rendah. Jika melihat pada kategori hasil belajar tinggi, dapat diketahui bahwa persentase siswa yang mencapai hasil belajar tinggi di kelas VII D lebih besar daripada persentase di kelas VII C.
36 Deskrpsi hasil belajar berdasarkan pencapaian hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 4.8. Pencapaian hasil belajar dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai nilai KKM atau di atas nilai KKM. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan sekolah adalah 70. Tabel 4.8 Pencapaian Hasil Belajar Nilai ≥ 70
Kelas VII C Jumlah Persentase 26 76,5%
Kelas VII D Jumlah Persentase 25 75,8%
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa pencapaian hasil belajar dari kelas VII C adalah 76,5% dan kelas VII D adalah 75,8%. Artinya, pencapaian hasil belajar kelas VII C lebih baik daripada kelas VII D, meskipun selisih persentasenya kecil yaitu hanya 0,7%. 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest Uji beda rata-rata dua sampel nilai posttest digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada hasil belajar kelas kontrol. Hasil pengujian normalitas terhadap distribusi nilai posttest menunjukkan bahwa nilai posttest di kedua kelas tidak berdistribusi normal, sehingga untuk menguji beda rata-rata nilai posttest kedua kelas dilakukan dengan Mann-Whitney U Test. Perhitungan ini menggunakan bantuan program SPSS 17.00. Aturan yang digunakan dalam uji beda rata-rata dua sampel adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka hasil belajar kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest Nilai Posttest Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
527.500 1088.500 -.424 .671
a. Grouping Variable: KELAS
Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,671 > 0,05 sehingga hasil belajar kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol. Selain itu, jika melihat dari nilai Z hitung, diketahui
37 bahwa Z hitung = -0,424. Nilai Z tabel untuk
= 5% adalah 1,645.
Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata Z hitung lebih kecil dari Z tabel (-0,424 < 1.645) sehingga H0 diterima. Jadi, kesimpulannya hasil belajar kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol. D. FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
IMPLEMENTASI
MODEL
PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada model pembelajaran AIR lebih kecil atau sama dengan hasil belajar siswa pada model konvensional. Hasil ini tentu saja bertolak belakang dengan hasil penelitian yang diharapkan, bahkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada model pembelajaran AIR lebih besar atau lebih baik daripada hasil belajar siswa pada model konvensional. Hal itu terjadi karena terdapat faktor-faktor yang turut berpengaruh dalam implementasi model pembelajaran AIR di kelas. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi tiga yaitu faktor dari siswa, guru, dan kondisi kelas. 1. Faktor dari Siswa Faktor yang berasal dari siswa di antaranya adalah partisipasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, serta perhatian siswa saat kegiatan diskusi maupun presentasi. Selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tidak semua siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, bahkan terdapat siswa yang tidak berdiskusi dan mengganggu siswa dari kelompok lain. Selain itu, terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat kegiatan diskusi maupun presentasi. 2. Faktor dari Guru Faktor dari guru di antaranya adalah penguasaan guru tentang model pembelajaran AIR dan penguasaan kelas atau kemampuan guru dalam mengontrol kelas. Model pembelajaran AIR merupakan salah satu model pembelajaran baru sehingga guru harus benar-benar menguasai tiap aspek dan langkah-langkah dari model pembelajaran ini. Penguasaan guru tentang model pembelajaran AIR dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup, meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan. Guru harus lebih menekankan ketiga aspek model AIR (Auditory, Intellectually, dan Repetition) dalam proses pembelajaran. Selain itu, jika melihat dari faktor penguasaan kelas, guru dalam proses
38 penelitian kurang menguasai atau mengontrol kelas. Suasana kelas yang terlalu ramai dan ukuran kelas menjadi faktor penyebabnya. Guru seharusnya dapat lebih menguasai kelas sehingga kegiatan pembelajaran dapat terkontrol dengan baik. 3. Faktor dari Kondisi Kelas Ukuran kelas yang terlalu besar dengan jumlah siswa lebih dari 30 orang berpengaruh terhadap kondisi kelas. Kelas dengan ukuran yang terlalu besar membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif untuk kegiatan
pembelajaran.
Pembentukan
kelompok
dalam
model
pembelajaran AIR menjadi kurang efektif jika diterapkan pada ukuran kelas yang besar. E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari implementasi model pembelajaran AIR pada materi bangun datar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 Pabelan. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D sebagai kelas kontrol. Kedua kelas tersebut diberi pretest sebelum diberi perlakuan model pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas. Analisis data nilai pretest menyatakan bahwa kedua kelas memiliki distribusi nilai yang normal dan homogen. Hasil analisis uji t (t-test) ternyata menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sehingga kedua kelas dapat diberi perlakuan model pembelajaran. Kemampuan akhir kedua kelas dapat diketahui melalui posttest yang dilakukan setelah kedua kelas mendapat perlakuan model pembelajaran. Analisis data nilai posttest menunjukkan bahwa nilai posttest kedua kelas tidak berdistribusi normal. Hasil analisis Mann-Whitney U test menunjukkan nilai signifikan 0,671 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas VII C (model pembelajaran AIR) lebih kecil atau sama dengan hasil belajar kelas VII D (model pembelajaran konvensional). Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran AIR lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan implementasi model pembelajaran konvensional ditolak. Hasil penelitian ini tentu bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Ainia (2012) terhadap siswa Kelas VII SMP Se-
39 Kecamatan Kaligesing. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian
terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan justru
menyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar siswa pada model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar yang tidak signifikan dari kelas VII C dan VII D berdasarkan hasil uji dengan bantuan SPSS disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat tiga faktor yang turut berpengaruh dalam implementasi model pembelajaran AIR yaitu faktor dari siswa, guru, dan kondisi kelas. Ketiga faktor tersebut tidak hanya berpengaruh pada proses pembelajaran, tetapi juga pada hasil belajar siswa. Hal ini berarti model pembelajaran belum tentu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Faktor dari siswa yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah partisipasi, keaktifan, dan perhatian siswa dalam kegiatan diskusi maupun presentasi. Selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tidak semua siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, bahkan terdapat siswa yang tidak berdiskusi dan mengganggu siswa dari kelompok lain. Selain itu, terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat kegiatan diskusi maupun presentasi. Hal itu menyebabkan suasana kelas menjadi ramai dan kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Faktor dari guru yaitu penguasaan guru tentang model pembelajaran AIR dan kemampuan guru dalam mengontrol atau menguasai kelas. Tingkat penguasaan guru tentang model pembelajaran AIR dapat dikatakan cukup, meskipun masih terdapat kekurangan dalam praktiknya. Guru selama proses pembelajaran kurang menguasai kelas. Ukuran kelas yang terlalu besar dan suasana kelas yang terlalu ramai membuat guru sulit untuk mengontrol kelas. Faktor kondisi kelas yaitu ukuran kelas yang terlalu besar. Ukuran kelas yang besar membuat suasana kelas menjadi ramai karena jumlah siswa yang cukup banyak. Pembentukan kelompok kurang efektif jika diterapkan pada kelas besar karena tidak semua siswa berdiskusi dengan kelompoknya. Selain ketiga faktor yang telah dijelaskan, terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Clark dalam Shabri (2005) yang menyatakan bahwa hasil belajar
40 siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, kemampuan siswa kelas VII C dan VII D sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Faktor lingkungan dalam penelitian ini adalah suasana kelas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, suasana kelas VII C (model pembelajaran AIR) terlalu ramai atau kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada hasil belajar siswa karena suasana kelas yang kurang kondusif akan mengurangi tingkat konsentrasi siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa rata-rata nilai posttest kelas VII C (model pembelajaran AIR) adalah 79,85 dan kelas VII D (model pembelajaran konvensional) adalah 79,55. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VII C lebih baik daripada kelas VII D, meskipun perbedaan rata-rata nilai kedua kelas terlalu kecil yaitu sebesar 0,3. Temuan lain dari analisis hasil posttest kedua kelas adalah persentase siswa yang mencapai hasil belajar tinggi di kelas VII D lebih besar daripada persentase di kelas VII C. Persentase siswa di kelas VII D sebesar 55%, sedangkan persentase di kelas VII C adalah 47%. Selain itu, jika dilihat dari pencapaian hasil belajar maka pencapaian hasil belajar kelas VII C lebih baik daripada kelas VII D, meskipun selisih persentasenya kecil yaitu 0,7%. Pencapaian hasil belajar kelas VII C sebesar 76,5%, sedangkan di kelas VII D adalah 75,8%. Hasil-hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran di kelas VII C memberikan hasil yang cukup memuaskan, karena rata-rata dan pencapaian hasil belajar siswa di kelas VII C lebih baik daripada kelas VII D.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran matematika pada materi bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar siswa pada model konvensional. Meskipun demikian, implementasi model pembelajaran AIR memberikan hasil yang cukup memuaskan. Rata-rata dan pencapaian hasil belajar siswa pada kelas VII C (model pembelajaran AIR) lebih baik daripada kelas VII D (model pembelajaran konvensional), meskipun selisih rata-rata dan pencapaian hasil belajar kedua kelas terlalu kecil. Ratarata hasil belajar siswa kelas VII C 79,85 dan pencapaian hasil belajar siswa sebesar 76,5%, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII D 79,55 dan pencapaian hasil belajarnya sebesar 75,8%. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka disampaikan saran sebagai berikut: model pembelajaran AIR dapat digunakan guru sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran matematika. Implementasi pembelajaran dengan model AIR memiliki beberapa kendala, sehingga dengan perbaikan dan persiapan yang terencana lebih baik dapat mengantisipasi kendala tersebut. Guru harus mampu menguasai model pembelajaran AIR dengan baik dan lebih memfasilitasi siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu, guru juga harus mampu menguasai kelas sehingga kegiatan pembelajaran dan suasana kelas dapat terkontrol. Siswa di dalam kelas juga harus lebih aktif berpartisipasi dan lebih memperhatikan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga materi yang dipelajari benar-benar dapat dipahami oleh siswa.
41
42
43
DAFTAR PUSTAKA Ainia, Q. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) terhadap Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Karakter Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri SeKecamatan Kaligesing Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo. Alhamidi, Y. R. 2006. Upaya Meningkatkan Kreativitas Matematika melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. DePorter, B. 2003. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Handayani, K. 2004. Pemanfaatan Alat Peraga Kubus Pecahan untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Panggung 09 Jepara Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mardina, T. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Operasi Pecahan di Kelas V SD Negeri No. 115479 AEK TAPA Kab. Labuhan Batu Utara T.A. 2011/2012. Skripsi. Universitas Pasundan. Mawaddah, E. N. 2009. Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika dalam Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) di SMP Negeri 3 Batu. Skripsi. Nirawati, N. 2009. Pengaruh Model AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kompetensi Strategis (Strategic Competence) Siswa SMP. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Robert. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Shabri, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching. Jakarta: Quantum Teaching. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
44 Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Posdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suherman, E. dkk. 2001. Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI. Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana. Uno, H. B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Winataputra, U. S. dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Yulianti, P. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually, and Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi. Universitas Pasundan.
45 Lampiran 1: Soal Uji Coba Pretest 1. Keempat sisi sama panjang dan semua sudut siku-siku merupakan ciri bangun … a. persegi panjang b. jajargenjang c. belah ketupat d. persegi 2. Banyaknya simetri lipat pada persegi … a. 2 c. 6 b. 4 d. 8 R 3. S O P Q Pada bangun persegi di atas, yang disebut dengan diagonal adalah … a. PQ dan RS b. PO dan RO 4.
c. PR dan QS d. PO dan QO C
D O
A B Diketahui BO = 5 cm, maka BD = … cm. a. 5
c. 15
b. 10
d. 20
5. Keliling dari persegi yang panjang sisinya 12 cm adalah … a. 24 cm c. 72 cm b. 48 cm d. 144 cm 6. Panjang sisi dari persegi yang mempunyai luas 144 cm2 adalah … a. 36 cm c. 14 cm b. 24 cm d. 12 cm
7. Diketahui keliling suatu persegi 52 cm, maka panjang sisi persegi … a. 12 cm c. 14 cm b. 13 cm d. 15 cm 8. Luas daerah persegi 64 cm2. Keliling persegi tersebut … cm. a. 72 c. 32 b. 64 d. 16 9. Diketahui keliling suatu persegi 40 cm, luas persegi adalah … a. 50 cm2 c. 150 cm2 2 b. 100 cm d. 200 cm2 10. Luas dari persegi ABCD yang panjang sisinya 11 cm adalah … a. 44 cm2 c. 121 cm2 b. 22 cm2 d. 60 cm2 11. Sebuah halaman rumah berbentuk persegi dengan ukuran 5 m. Di sekeliling halaman rumah tersebut akan dipasang pagar. Panjang pagar yang diperlukan adalah … a. 10 m c. 20 m b. 15 m d. 25 m 12. Sebuah kolam ikan berbentuk persegi yang luasnya 36 m2. Keliling kolam tersebut … a. 24 m c. 12 m b. 18 m d. 6 m 13. Kakek mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 m. Pada tanah tersebut dibuat sebuah kolam ikan berukuran 10 m x 6 m dan sisanya ditanami sayuran. Luas tanah yang ditanami sayuran adalah … a. 16 m2 c. 84 m2 2 b. 32 m d. 112 m2
46 14. Lantai di sebuah kelas berbentuk persegi dengan keliling 28 m. Luas dari lantai tersebut … m2. a. 28 c. 35 b. 49 d. 42 15. Pak Budi memiliki sebidang tanah berbentuk persegi dengan ukuran 9 m. Luas tanah tersebut … m2 . a. 18 c. 63 b. 36 d. 81 16. Banyaknya simetri lipat pada persegi panjang adalah … a. 2 c. 4 b. 3 d. 5 17. A B
24.
R
S O
25.
P Q Sisi-sisi yang sama panjang dan sejajar dari bangun PQRS di atas adalah … a. PQ dan QR c. PS dan QS b. PR dan QS d. PS dan QR 19.
22.
C
Pada persegi panjang ABCD di atas, yang disebut dengan diagonal adalah … a. AB dan CD c. AC dan BD b. AO dan CO d. BO dan DO 18.
21.
23.
O D
20.
26.
B
A O
D C Jika diketahui OA = 26 cm, maka panjang AC adalah …
27.
a. 78 cm c. 26 cm b. 52 cm d. 13 cm Keliling dari suatu persegi panjang dengan ukuran panjang = 18 cm dan lebar = 12 cm adalah … a. 30 cm c. 108 cm b. 60 cm d. 216 cm Keliling persegi panjang ABCD = 60 dm. Lebar 12 dm, panjang = … dm. a. 5 c. 18 b. 10 d. 48 Bangun persegi panjang dengan ukuran panjang 15 dm dan lebar 9 dm. Luas bangun tersebut …. a. 125 dm2 c. 135 dm2 b. 130 dm2 d. 140 dm2 Luas bangun persegi panjang 180 cm2, lebar 9 cm. Panjang bangun … a. 10 cm c. 16 cm b. 15 cm d. 20 cm Panjang sebuah persegi panjang adalah dua kali lebarnya. Jika lebarnya 4 cm, luas persegi panjang tersebut adalah … a. 12 cm2 c. 24 cm2 b. 20 cm2 d. 32 cm2 Keliling persegi panjang 40 cm. Jika panjang = 12 cm, lebar = … a. 4 cm c. 12 cm b. 8 cm d. 28 cm Sebidang tanah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 25 m dan lebar 15 m. Keliling tanah tersebut adalah … a. 40 m c. 120 m b. 80 m d. 160 m Pak Ahmad mempunyai sawah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 18 m dan lebar 8 m. Luas sawah Pak Ahmad …
47 a. 26 m2 c. 72 m2 2 b. 52 m d. 144 m2 28. Diketahui keliling dari suatu pekarangan rumah adalah 50 m. Jika panjangnya 15 m, maka lebarnya adalah … a. 5 m c. 20 m b. 10 m d. 25 m 29. Lantai sebuah ruangan berukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Luas lantai itu adalah …
a. 10 m2 c. 24 m2 2 b. 12 m d. 20 m2 30. Halaman rumah Pak Hasan berbentuk persegi panjang dengan panjang 8 m dan lebar 6 m. Di sekeliling halaman rumah akan dipasang pagar. Panjang pagar yang diperlukan … m. a. 48 m c. 28 b. 24 m d. 14
48 Lampiran 2: Uji Validitas Butir Soal Uji Coba Pretest Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,44 Valid
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0,01
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0,33 Valid
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,44 Valid
No Item 5 6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0,22 0,29
7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0,35 Valid
8 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0,39 Valid
9 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0,76 Valid
10 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0,42 Valid
49 Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
11 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0,24
12 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0,47 Valid
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0,60 Valid
14 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0,66 Valid
No Item 15 16 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0,47 0,38 Valid Valid
17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0,31
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0,03
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,28
20 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0,52 Valid
50 Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
21 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0,60 Valid
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0,33 Valid
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0,50 Valid
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0,40 Valid
No Item 25 26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0,57 0,61 Valid Valid
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,72 Valid
28 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0,36 Valid
29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0,40 Valid
30 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0,24
51 Lampiran 3: Soal Pretest dan Posttest 1.
R
S
8.
O P Q Pada bangun persegi di atas, yang disebut dengan diagonal adalah … a. PQ dan RS b. PO dan RO 2.
c. PR dan QS d. PO dan QO C
D
9.
O A B Diketahui BO = 5 cm, maka BD = … cm. c. 5
c. 15
d. 10
d. 20
3. Diketahui keliling suatu persegi 52 cm, maka panjang sisi persegi adalah … a. 12 cm c. 14 cm b. 13 cm d. 15 cm 4. Luas daerah suatu persegi 64 cm2. Keliling persegi … a. 72 cm c. 32 cm b. 64 cm d. 16 cm 5. Diketahui keliling suatu persegi 40 cm, luas persegi adalah … a. 50 cm2 c. 150 cm2 2 b. 100 cm d. 200 cm2 6. Luas dari persegi ABCD yang panjang sisinya 11 cm adalah … a. 44 cm2 c. 121 cm2 b. 22 cm2 d. 60 cm2 7. Sebuah kolam ikan berbentuk persegi yang luasnya 36 m2. Keliling kolam tersebut …
10.
11.
12.
13.
14.
a. 24 m c. 12 m b. 18 m d. 6 m Kakek mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 m. Pada tanah tersebut dibuat sebuah kolam ikan berukuran 10 m x 6 m dan sisanya ditanami sayuran. Luas tanah yang ditanami sayuran adalah … a. 16 m2 c. 84 m2 2 b. 32 m d. 112 m2 Lantai di sebuah kelas berbentuk persegi dengan keliling 28 m. Luas dari lantai tersebut … m2. a. 28 c. 35 b. 49 d. 42 Pak Budi memiliki sebidang tanah berbentuk persegi dengan ukuran 9 m. Luas tanah … m2. a. 18 c. 63 b. 36 d. 81 Banyaknya simetri lipat pada persegi panjang adalah … a. 2 c. 4 b. 3 d. 5 Keliling dari suatu persegi panjang dengan ukuran panjang 18 cm dan lebar 12 cm adalah … a. 30 cm c. 108 cm b. 60 cm d. 216 cm Keliling persegi panjang ABCD 60 dm. Lebar 12 dm, panjang … a. 5 dm c. 18 dm b. 10 dm d. 48 dm Bangun persegi panjang dengan ukuran panjang 15 dm dan lebar 9 dm. Luas bangun tersebut … a. 125 dm2 c. 135 dm2 2 b. 130 dm d. 140 dm2
52 15. Luas bangun persegi panjang 180 cm2, lebar 9 cm. Panjang bangun … a. 10 cm c. 16 cm b. 15 cm d. 20 cm 16. Panjang sebuah persegi panjang adalah dua kali lebarnya. Jika lebarnya 4 cm, luas persegi panjang tersebut … a. 12 cm2 c. 24 cm2 2 b. 20 cm d. 32 cm2 17. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 25 m dan lebar 15 m. Keliling tanah tersebut … a. 40 m c. 120 m b. 80 m d. 160 m
18. Pak Ahmad mempunyai sawah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 18 m dan lebar 8 m. Luas sawah Pak Ahmad … a. 26 m2 c. 72 m2 2 b. 52 m d. 144 m2 19. Diketahui keliling dari suatu pekarangan rumah adalah 50 m. Jika panjangnya 15 m, maka lebarnya adalah … a. 5 m c. 20 m b. 10 m d. 25 m 20. Lantai sebuah ruangan berukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Luas lantai itu … a. 10 m2 c. 24 m2 2 b. 12 m d. 20 m2
53 Lampiran 4: Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
C B B C B C A C B D
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
A B C C D D B D B C
54 Lampiran 5: Daftar Nilai Pretest KELAS VII D (KONTROL)
KELAS VII C (EKSPERIMEN) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
NAMA SISWA C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 C33 C34 C35 C36
NILAI 50 75 30 95 90 60 95 85 80 55 80 70 45 75 100 40 65 50 80 65 80 70 50 65 95 70 80 85 50 75 75 60 45 70 55 45
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA SISWA D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 D27 D28 D29 D30 D31 D32
NILAI 80 70 50 80 95 80 65 65 65 70 75 90 40 90 75 70 65 65 70 80 90 80 50 70 45 55 60 50 70 80 50 70
55 Lampiran 6: Daftar Nilai Posttest KELAS VII D (KONTROL)
KELAS VII C (EKSPERIMEN) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
NAMA SISWA C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 C33 C34
NILAI
NO
70 95 40 95 100 80 100 95 70 80 95 50 60 95 65 75 75 100 100 90 50 50 90 95 80 100 50 80 90 95 50 80 80 95
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
NAMA SISWA D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 D27 D28 D29 D30 D31 D32 D33
NILAI 95 80 70 95 95 85 85 60 85 60 60 90 50 65 95 70 85 85 80 100 95 95 85 70 95 60 80 55 60 95 85 85 75
56 Lampiran 7: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan keAlokasi Waktu Tahun Ajaran Standar Kompetensi
: SMP Negeri 1 Pabelan : Matematika : VII / 2 :1 : 2 x 40 menit : 2012/2013
:
6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layanglayang. Indikator : a. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. 2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. Karakter siswa yang diharapkan : a. Tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian tugas kelompok maupun tugas individu dengan tujuan siswa dapat mengerjakan tugas secara bertanggung jawab. b. Kerja sama dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok. c. Percaya diri dan rasa hormat ditanamkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga siswa belajar untuk menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri, serta belajar untuk menghargai teman yang menyampaikan pendapat di depan kelas. d. Rasa ingin tahu dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok. B. Materi Ajar (Terlampir) 1. Sifat-sifat Persegi Panjang 2. Sifat-sifat Persegi
57 C. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) D. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Belajar
Waktu
1.
Pendahuluan a. Orientasi Guru memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. Apersepsi Mengingatkan siswa tentang materi persegi panjang dan persegi yang telah dipelajari siswa di Sekolah Dasar. c. Motivasi Guru memberikan contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa dapat lebih termotivasi.
10 menit
2.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1. Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru. 2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cakupan materi yang akan dipelajari. 3. Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. Elaborasi 1. Siswa membentuk kelompok dimana masingmasing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibagikan kepada masing-masing kelompok. 3. Siswa mendengarkan penjelsan guru tentang tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok. 4. Siswa difasilitasi untuk berdiskusi sehingga memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis secara bertanggung jawab.
50 menit
58 5. Siswa berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. 6. Siswa bertanya pada guru tentang pemasalahan yang ditemui dalam kegiatan diskusi kelompok. 7. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. 8. Siswa lain menyimak dan memperhatikan presentasi kelompok lain dengan rasa hormat. 9. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya. c. Konfirmasi 1. Guru memberikan umpan balik positif dan penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya. 2. Guru memberikan konfirmasi tehadap hasil kegiatan pembelajaran. 3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. 3.
Penutup a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi berupa latihan soal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. c. Guru menjelaskan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya.
20 menit
E. Alat / Bahan / Sumber a. Alat : spidol, whiteboard, gunting, selotip b. Bahan : Lembar Kerja Siswa (LKS), karton, kertas lipat warna-warni c. Sumber : 1. Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2. Wagiyo, A, F. Surati, dan Irene Supradiarini. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1: untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
59 F. Evaluasi / Penilaian Teknik : tertulis (tugas kelompok, tugas individu) Bentuk soal : uraian
Latihan Soal 1. D
C
Persegi
panjang
ABCD
dengan
panjang AB = 12 cm dan AD =5 cm. a. Tulislah dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang!
B
A 2.
N
b. Tentukan panjang BC dan DC! M
Pada gambar di samping, KLMN adalah sebuah persegi panjang dan O
adalah
titik
kedua
diagonalnya. Jika panjang KO = 5
O
cm, tentukan: a. panjang MO; b. panjang NO; L
K
c. panjang LO; d. panjang KM; e. panjang LN.
3. Pada persegi PQRS berikut, diketahui panjang PR = 10 cm. R S Tentukan: a. panjang PO; b. panjang QS; c. panjang SO;
O
d. panjang QO. P
potong
Q
60 4. Perhatikan persegi ABCD pada gambar di bawah ini. D
E
C
a. Tentukan besar
dan
!
10 cm
b. Tentukan sudut-sudut lain yang sama besar dengan
O
!
c. Tentukan panjang AB, BC, EO, DE, dan FB!
A
F
B Pabelan, 3 Mei 2013
61 Materi Ajar: A. PERSEGI PANJANG 1. Pengertian Persegi Panjang Persegi panjang adalah bangun datar segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan memiliki empat sudut siku-siku. 2. Menempatkan Persegi Panjang pada Bingkainya Persegi panjang dapat tepat menempati bingkainya kembali dengan empat cara. Keempat cara itu dapat dilihat pada gambar berikut ini.
3. Sifat-sifat Persegi Panjang a. Mempunyai empat sisi, dimana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900). c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar. d. Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara. B. PERSEGI 1. Pengertian Persegi Persegi adalah bangun segi empat yang memiliki empat sisi sama panjang dan empat sudut siku-siku. 2. Menempatkan Persegi pada Bingkainya Persegi dapat tepat menempati bingkainya kembali dengan delapan cara. Kedelapan cara itu dapat dilihat pada gambar berikut ini.
62
3. Sifat-sifat Persegi a. Mempunyai empat sisi yang sama panjang. b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900). c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar. d. Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonaldiagonalnya. e. Diagonal-diagonal
persegi
saling
berpotongan
sama
panjang
membentuk sudut siku-siku. f.
Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan cara.
63 Lampiran 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan keAlokasi Waktu Tahun Ajaran Standar Kompetensi
: SMP Negeri 1 Pabelan : Matematika : VII / 2 :2 : 2 x 40 menit : 2012/2013
:
6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Indikator : a. Menghitung keliling dan luas persegi panjang. b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas persegi panjang. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi panjang. 2. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas persegi panjang. Karakter siswa yang diharapkan : a. Tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian tugas kelompok maupun tugas individu dengan tujuan siswa dapat mengerjakan tugas secara bertanggung jawab. b. Kerja sama dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok. c. Percaya diri dan rasa hormat ditanamkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga siswa belajar untuk menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri, serta belajar untuk menghargai teman yang menyampaikan pendapat di depan kelas. d. Rasa ingin tahu dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok. B. Materi Ajar (Terlampir) Keliling dan Luas Persegi Panjang C. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
64 D. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Belajar 1.
2.
Pendahuluan a. Orientasi Guru memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. Apersepsi Siswa mengingat materi sifat-sifat persegi panjang dan persegi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. c. Motivasi Guru memberikan contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa dapat lebih termotivasi. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1. Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru. 2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cakupan materi yang akan dipelajari. 3. Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. Elaborasi 1. Siswa membentuk kelompok dimana masingmasing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibagikan kepada masing-masing kelompok. 3. Siswa mendengarkan penjelsan guru tentang tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok. 4. Siswa difasilitasi untuk berdiskusi sehingga memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis secara bertanggung jawab. 5. Siswa berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Waktu 10 menit
30 menit
65 6. Siswa bertanya pada guru tentang pemasalahan yang ditemui dalam kegiatan diskusi kelompok. 7. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. 8. Siswa lain menyimak dan memperhatikan presentasi kelompok lain dengan rasa hormat. 9. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya. c. Konfirmasi 1. Guru memberikan umpan balik positif dan penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya. 2. Guru memberikan konfirmasi tehadap hasil kegiatan pembelajaran. 3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. 3.
Penutup a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi berupa latihan soal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. c. Guru menjelaskan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya.
40 menit
E. Alat / Bahan / Sumber a. Alat : spidol, whiteboard b. Bahan : Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Sumber : Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. F. Evaluasi / Penilaian Teknik : tertulis (tugas kelompok, tugas individu) Bentuk soal : uraian Penilaian :
66 Latihan Soal 1. Hitunglah keliling dan luas persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut. a. panjang = 20 cm dan lebar = 15 cm b. panjang = 36 cm dan lebar = 25 cm 2. Jika diketahui keliling persegi panjang = 60 cm dan lebarnya = 12 cm, maka panjangnya = …. 3. Jika diketahui luas persegi panjang = 400 cm2 dan panjangnya = 25 cm, maka lebarnya = …. 4. Halaman rumah berbentuk persegi panjang berukuran panjang 15 meter dan lebar 8 meter. Di sekeliling halaman itu, akan dipasang pagar dengan biaya Rp. 125.000,00 per meter. Berapakah biaya yang diperlukan untuk pemasangan pagar tersebut? 5. Seorang petani mempunyai sebidang tanah dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 14 meter. Jika tanah itu akan dijual dengan harga Rp. 200.000,00 per m2, tentukan harga tanah seluruhnya?
Pabelan, 4 Mei 2013
67 Materi Ajar: KELILING DAN LUAS PERSEGI PANJANG Perhatikan gambar berikut. Gambar di samping menunjukkan persegi panjang KLMN dengan sisi-sisinya KL, LM, MN, dan KN. Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-sisinya. Tampak bahwa panjang KL = NM = 5 satuan panjang dan panjang LM = KN = 3 satuan panjang. Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK = (5 + 3 + 5 + 3) satuan panjang = 16 satuan panjang Selanjutnya, garis KL disebut panjang (p) dan KN disebut lebar (l). Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah K = 2(p + l) atau K = 2p + 2l
Untuk menentukan luas persegi panjang, perhatikan kembali ganbar di atas. Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisinya. Luas persegi panjang KLMN = KL x LM = (5 x 3) satuan luas = 15 satuan luas Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah L = p x l = pl
68 Lampiran 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan keAlokasi Waktu Tahun Ajaran Standar Kompetensi
: SMP Negeri 1 Pabelan : Matematika : VII / 2 :3 : 2 x 40 menit : 2012/2013
:
6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Indikator : a. Menghitung keliling dan luas persegi. b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas persegi. A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi. 2. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas persegi. Karakter siswa yang diharapkan : a. Tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian tugas kelompok maupun tugas individu dengan tujuan siswa dapat mengerjakan tugas secara bertanggung jawab. b. Kerja sama dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok. c. Percaya diri dan rasa hormat ditanamkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga siswa belajar untuk menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri, serta belajar untuk menghargai teman yang menyampaikan pendapat di depan kelas. d. Rasa ingin tahu dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok. B. Materi Ajar (Terlampir) Keliling dan Luas Persegi C. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
69 D. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Belajar 1.
2.
Pendahuluan a. Orientasi Guru memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. Apersepsi Siswa mengingat materi sifat-sifat persegi panjang dan persegi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. c. Motivasi Guru memberikan contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa dapat lebih termotivasi. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1. Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru. 2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cakupan materi yang akan dipelajari. 3. Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. b. Elaborasi 1. Siswa membentuk kelompok dimana masingmasing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibagikan kepada masing-masing kelompok. 3. Siswa mendengarkan penjelsan guru tentang tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok. 4. Siswa difasilitasi untuk berdiskusi sehingga memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis secara bertanggung jawab. 5. Siswa berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Waktu 10 menit
30 menit
70 6. Siswa bertanya pada guru tentang pemasalahan yang ditemui dalam kegiatan diskusi kelompok. 7. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. 8. Siswa lain menyimak dan memperhatikan presentasi kelompok lain dengan rasa hormat. 9. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya. c. Konfirmasi 1. Guru memberikan umpan balik positif dan penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya. 2. Guru memberikan konfirmasi tehadap hasil kegiatan pembelajaran. 3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan. 3.
Penutup a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi berupa latihan soal kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. c. Guru menjelaskan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya.
40 menit
E. Alat / Bahan / Sumber a. Alat : spidol, whiteboard, gunting, selotip b. Bahan : Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Sumber : Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. F. Evaluasi / Penilaian Teknik : tertulis (tugas kelompok, tugas individu) Bentuk soal : uraian Penilaian :
71 Latihan Soal 1. Lengkapilah tabel di bawah ini! No. a. b. c. d. e. f.
Panjang sisi 11 cm 15 cm ……… m ……… m ……… km ……… km
Keliling persegi ……… cm ……… cm 36 m 84 m ……… km ……… km
Luas persegi ……… cm2 ……… cm2 2 ……… m 2 ……… m 2 49 km 25 km2
2. Hitunglah panjang sisi dan keliling dari persegi yang mempunyai luas: a. 144 cm2 b. 625 m2 3. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 10 m. Dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 8 m dan lebar 6 m. Berapakah luas tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga? 4. Sebuah lantai berbentuk persegi dengan panjang sisinya 3 m. Lantai tersebut akan dipasang ubin berbentuk persegi berukuran 30 cm x 30 cm. Tentukan banyaknya ubin yang diperlukan untuk menutup lantai. 5. Halaman rumah Pak Budi berbentuk persegi dengan panjang sisinya adalah 12 m. Di sekeliling halaman rumah akan dipasang pagar. Tentukan panjang pagar yang diperlukan.
Pabelan, 10 Mei 2013
72 Materi Ajar: KELILING DAN LUAS PERSEGI Perhatikan gambar berikut. Gambar di samping menunjukkan bangun persegi KLMN dengan panjang sisi = KL = 4 satuan. Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK = (4 + 4 + 4 + 4) satuan panjang = 16 satuan panjang Selanjutnya, panjang KL = LM = MN = NK disebut sisi (s). Jadi, secara umum keliling persegi dengan panjang sisi (s) adalah
K = 4s
Luas persegi KLMN = KL x LM = (4 x 4) satuan luas = 16 satuan luas Jadi, luas persegi dengan panjang sisi (s) adalah
L = s x s = s2
73 Lampiran 10: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1
1. Buatlah sebuah persegi panjang dengan ukuran sembarang! Berilah nama pada titik-titik sudut persegi panjang, misal ABCD seperti pada gambar di bawah ini! R C D
S
Q
A
B
P
Titik P, Q, R, dan S berturut-turut merupakan titik tengah sisi AB, BC, CD, dan AD. a. Jika ABCD dibalik menurut garis PR maka A akan menempati …, B akan menempati …, C akan menempati …, D akan menempati …, BC akan menempati …, dan AD akan menempati … . Jadi, BC = … dan PR disebut … b. Jika ABCD dibalik menurut garis SQ maka A akan menempati …, B akan menempati …, C akan menempati …, D akan menempati …, AB akan menempati …, dan CD akan menempati … . Jadi, AB = … dan SQ disebut … c. Apa yang dapat kamu simpulkan dari hasil-hasil di atas? …………………………………………………………………………………………………………………… 2. Gambarlah diagonal dari persegi panjang seperti pada gambar berikut ini! a.
D
R
C
Jika persegi panjang ABCD dibalik menurut garis PR maka A menempati …, C menempati …, dan AC menempati
A
P
B
…
.
Jadi,
panjang AC sama dengan panjang …
74 b.
D
C
Jika persegi panjang ABCD diputar 1800 dengan pusat titik O maka:
O
O
menempati
menempati B
A
…,
…,
A
dan
OA
menempati … . Jadi, OA = … . O
menempati
…,
B
menempati …, dan OB menempati … . Jadi, panjang OB = … . c. Dari hasil-hasil tersebut, apa yang dapat kamu simpulkan? …………………………………………………………………………………………………………………… 3.
…………………………………………………………………………………………………………………. R C D Q
S A
P
B
a. Jika persegi panjang ABCD dibalik menurut PR maka ∠
menempati … .
Jadi, ∠ = …. . ∠ menempati … . Jadi, ∠ = …. b. Jika persegi panjang ABCD dibalik menurut SQ maka ∠
menempati … .
Jadi, ∠ = …. . ∠ menempati … . Jadi, ∠ = …. c. Dari hasil-hasil di atas, apa yang dapat kamu simpulkan? ………………………………………………………………………………………… 4. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, persegi panjang dapat menempati bingkainya kembali dengan berapa cara? Gambarkan! ……………………………………………………………………………………………… Kesimpulan : Sifat-sifat persegi panjang : ………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………………..
75
1. Buatlah sebuah persegi dengan ukuran sembarang! Berilah nama pada titik-titik sudut persegi, misal ABCD seperti pada gambar di bawah ini! D
C
B A a. Tentukan sumbu-sumbu simetri dari persegi tersebut! b. Baliklah persegi tersebut menurut sumbu simetrinya, sehingga persegi dapat menempati bingkainya secara tepat! c. Putarlah persegi tersebut sampai persegi dapat menempati bingkainya kembali! d. Berdasarkan kegiatan di atas, persegi dapat menempati bingkainya kembali dengan berapa cara? Gambarkan! …………………………………………………………………………………………. 2. Perhatikan gambar-gambar berikut! E C D D
A
C
B
B A F a. Jika persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD maka A menempati …, B menempati …, D menempati …, AB menempati …, dan AD menempati … . Jadi, AD = … b. Jika persegi ABCD dilipat terhadap garis EF maka A menempati …, D menempati …, dan AD menempati … . Jadi, AD = … c. Kesimpulan: AD = …. =…. = ….
76 3. Gambarlah diagonal-diagonal dari persegi seperti pada gambar berikut ini! C
D O
A
B a. Jika persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD maka O menempati …, C menempati …, B menempati …, ∠ menempati … . Jadi, ∠
= … dan ∠
menempati …, dan ∠ =…
b. Jika persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC maka O menempati …, B menempati …, A menempati …, dan ∠ …, ∠
+∠
= … . dan ∠
menempati … . Jadi, ∠
=
= ….
c. Kesimpulan: Diagonal-diagonal persegi membagi …. dan berpotongan saling …. Kesimpulan : Sifat-sifat persegi : ………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………..
77 Lampiran 11: Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 1 Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) 1
78
79 Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) 2
80
81 Lampiran 12: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2
1. Perhatikan persegi panjang ABCD di bawah ini! C
D
Jika AB = panjang (p) BC = lebar (l)
l A
B
p
Maka : Keliling ABCD = …. + …. + … .+ …. = …. + …. + …. + …. = 2 …. + 2 …. = 2 ( …. + ….)
Kesimpulan : Keliling persegi panjang = …………………..
2. Perhatikan persegi panjang–persegi panjang di bawah ini!
l (1) (2)
(3)
(4)
Isilah tabel di bawah ini : No 1. 2. 3. 4. 5.
Panjang 2 …. …. …. ….
Lebar 1 …. …. …. ….
Kesimpulan : Luas persegi panjang = …. x ….
Luas 2=2 x1 …=…x … …=…x … …=…x … L =…x …
p (5)
82 Lampiran 13: Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 2
83
84 Lampiran `14: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3
1. Perhatikan persegi ABCD di bawah ini! C
D
Keliling ABCD = …. + …. + … .+ …. = …. + …. + …. + ….
s
= ….
A
B
s
Kesimpulan : Keliling persegi = …………………..
2. Perhatikan persegi–persegi di bawah ini!
(1) (2)
(3) (4)
Isilah tabel di bawah ini : No 1. 2. 3. 4. 5.
Panjang 1 …. …. …. ….
Kesimpulan : Luas persegi = …. x ….
Lebar 1 …. …. …. ….
s (5)
Luas 1=1x1 …=…x … …=…x … …=…x … L =…x …
85 Lampiran 15: Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 3
86
87 Lampiran 16: Foto-foto Dokumentasi
Siswa mengerjakan LKS dan berdiskusi bersama kelompoknya
Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok
88
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
Siswa mengerjakan latihan soal di depan kelas
89 Lampiran 17: Surat Izin Melakukan Penelitian
90 Lampiran 18: Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian