IMPLEMENTASI LAYANAN INSTANT MESSAGING BERBASIS IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM MENGGUNAKAN VIRTUAL SERVER Fakkar Robbi Radhian1),Yuli Christyono2)Sukiswo2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia email :
[email protected]
Abstrak IMS (IP Multimedia Subsystem) didefinisikan oleh 3GPP (3rd Generation Partnership Project) Sebagai subsistem baru yaitu suatu teknologi jaringan yang memungkinkan pemusatan data, suara, dan gambar melalui suatu infrastruktur berbasis IP. IM(Instant Messaging) adalah teknologi yang memungkinkan para pengguna dalam jaringan untuk mengirimkan pesan singkat secara langsung pada saat yang bersamaan menggunakan teks, gambar, atau pengiriman berkas kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama. Pada tugas akhir ini akan di implementasikan dan dianalisis layanan Instant Messaging berbasis IMS menggunakan virtual server. Dari implementasi ini akan dianalisis dari tinjauan Quality of service yaitu delay, packet loss, jitter dan throughput diharapkan mampu memberikan informasi tentang parameter kelayakan QoS pada jaringan IMS untuk layanan Instant Messaging. Dari hasil pengujian dan analisis dapat diketahui bahwa IMS dapat di implementasikan di jaringan lokal menggunakan server virtual. Nilai delay, jitter, throughput, dan packet loss sudah sesuai dengan standar dari ITU-T G1010. Nilai delay tertinggi terdapat pada layanan panggilan suara yaitu sebesar 21,622 ms dan terendah terdapat pada layanan pengiriman file yaitu sebesar 0,553 ms. Nilai jitter tertinggi terdapat pada layanan panggilan video yaitu sebesar 14,945 ms dan terendah terdapat pada layanan panggilan suara yaitu sebesar 13,664 ms. Nilai packet loss tertinggi dimiliki oleh layanan pesan instan yaitu sebesar 0,631 % dan teredah terdapat pada panggilan suara yaitu sebesar 0,006 %. Nilai throughput tertinggi terdapat pada layanan pengiriman file yaitu sebesar 0,525 Mbps dan terendah terdapat pada layanan pesan instan yaitu sebesar 0,003 Mbps. Selain itu diketahui pula bahwa kualitas layanan IMS tergantung penggunaan jaringan yang digunakan Kata Kunci : IMS, Instant Messaging, dan QoS.
Abstract IMS (IP Multimedia Subsystem) defined by 3GPP (3rd Generation Partnership Project) As the new subsystem is network technology that enables the centralization of data, sound and images via an IP based infrastructure. IM (Instant Messaging) is a technology that allows the users of the network to send brief messages directly at the same time using text, images or sending files to other users who are connected to the same network. The final project will be implemented and analyzed the IMS-based Instant Messaging service using virtual server. The implementation will be analyzed from the review Quality of service among others his delay, packet loss, jitter and throughput is expected to provide information about the QoS parameters on the network requirements of IMS for the Instant Messaging service. Testing and analysis of the results can be known that IMS can be implemented on a local network using a virtual server. The value of delay, jitter, packet loss, and throughput is in compliance with the standard of ITU-T G1010. The highest delay value contained within the services voice call is 21,622 ms and lowest delay can found on sent file service is 0,553 ms. Highest jitter Values contained on the video call service of 14,945 ms and lowest delay is on voice call service that of 3,664 ms. Packet loss highest Value owned by an instant messaging service that is equal to 0,631% and lowest packet loss on voice calls is equal to 0.006%. Highest throughput values are present in the file transfer service of 0,525 Mbps and the lowest is at instant messaging services namely of 0.003 Mbps. Additionally note that IMS service quality depends on the use of network load used. Keyword: IMS, Instant Messaging, and QoS.
1.
Messaging) adalah teknologi yang memungkinkan para pengguna dalam jaringan untuk mengirimkan pesan singkat secara langsung pada saat yang bersamaan menggunakan teks, gambar, dan pengiriman berkas kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama. Kelebihan IMS dibandingkan
Pendahuluan
IMS (IP Multimedia Subsystem) didefinisikan oleh 3GPP (3rd Generation Partnership Project) sebagai subsistem baru yaitu suatu teknologi jaringan yang memungkinkan pemusatan data, suara, dan gambar melalui suatu infrastruktur berbasis IP. IM (Instant 1)
Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP
2)
Dosen Teknik Elektro UNDIP
1
teknologi layanan multimedia yang sudah ada adalah adanya pemisahan elemen server sehingga beban server menjadi lebih ringan dan keamanan server yang lebih baik dikarenakan adanya fungsi proxy untuk menyembunyikan identitas pengguna dan menyembunyikan topologi jaringan server. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan implementasi Asterisk sebagai server SIP dalam melayani komunikasi VoIP di lingkungan Universitas Diponegoro dan Analisis Quality of Service (QoS) pada jaringan lokal Session Initiation Protocol (SIP) menggunakan GNS3. Berdasarkan penelitian tersebut, penulis mencoba membangun layanan instat messaging berbasis IP Multimedia Subsystem menggunakan virtual server. Sistem ini memungkinkan pengguna yang berada dalam lingkungan kampus Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro untuk mendapatkan layanan pengiriman pesan instan, panggilan video, panggilan suara, dan pengiriman berkas melalui sistem berbasis IMS. Selama perangkat pengguna masih berada di dalam wilayah sinyal WiFi, pengguna dapat menghubungi pengguna lain melalui sambungan tunggal. Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah membangun suatu sistem untuk layanan instant messaging berbasis IMS menggunakan virtual server di lingkungan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro kemudian mempelajari dan menganalisa kualitas layanan yang telah diimplementasikan.
persetujuan kerjasama dari berbagai macam badan standar yang didirikan pada Desember 1998. IMS didefiniskan oleh 3GPP Sebagai subsistem baru, yaitu suatu infrastruktur jaringan bergerak baru yang memungkinkan pemusatan data, suara dan teknologi jaringan bergerak melalui suatu Infrastruktur berbasis IP. IMS telah dirancang untuk mengisi jarak antara teknologi telekomunikasi tradisional yang ada dan teknologi berbasis internet. IMS akan mengijinkan operator untuk menawarkan jasa inovatif baru yang pemegang saham dan pemakai akhir harapkan. IMS secara khusus dirancang untuk memungkinkan dan meningkatkan layanan real time, jasa multimedia bergerak seperti jasa suara, video teleponi, messaging, dan video confference. IMS memungkinkan jasa komunikasi melalui sejumlah mekanisme kunci yang mencakup negosiasi sesi dan manajemen, Quality of Service (QoS) dan manajemen mobilitas. .
Arsitektur Jaringan IMS Tiga lapisan dalam arsitektur jaringan IMS yaitu 1. Lapisan Transport dan Endpoint berfungsi untuk menginisiasi dan mengakhiri pensinyalan SIP (Session Initiation Protocol) untuk membangun session dan menyediakan layanan bearer seperti mengkonversi voice dari format analog atau digital menjadi paket IP menggunakan Realtime Transport Protocol (RTP). Pada layer ini disediakan media gateway untuk mengkonversi VoIP bearer stream menjadi format TDM PSTN. 2. Lapisan Session Control terdapat Call Session Control Function (CSCF) yang menyediakan registrasi dari endpoint dan proses routing dari pesan pensinyalan SIP menuju application server yang dituju. Interworking antara CSCF dengan lapisan transport dan endpoint dimaksudkan untuk menjamin QoS semua layanan yang melaluinya. Dalam lapisan ini termasuk juga informasi registrasi end user yang sedang melakukan komunikasi (contohnya IP address), informasi roaming, layanan telephony (contohnya informasi call forwarding), informasi layanan instant messaging, dan pilihan voice mail. Lapisan session control termasuk juga Media Gateway Control Function (MGCF), yang bekerjasama antara SIP signalling dengan signalling yang digunakan oleh media gateway (seperti H.248). MGCF mengatur distribusi dari session melalui multiple media gateways. Sedangkan Media Server Function Control (MSFC) menyediakan fungsi yang sama untuk media server. 3. Layer Application Server terdapat application server, yang menyediakan layanan end user logic. Pada arsitektur IMS dan pensinyalan SIP memiliki kemampuan yang cukup fleksibel untuk mendukung berbagai macam variasi dari application servers untuk komunikasi antara layanan telephony dan non telephony. Pada Gambar 1 diperlihatkan arsitektur lapisan IP Multimedia Subsystem.
Penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah berikut 1. Menggunakan Virtual Server Proxmox, dan sistem operasi berupa virtual machine (VM) 2. Application Server berbasis IMS menggunakan Open IMS Core. 3. Klien menggunakan boghe ims client dengan sistem operasi windows 7 4. Implementasi Open IMS Core, server DNS dan application server diintegerasikan dalam satu sistem menggunakan sistem operasi Ubuntu 8.0.4 5. Sistem menggunakan Ipv4 yang terhubung dengan jaringan lokal Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 6. Jaringan Wireless LAN menggunakan jaringan kampus Universitas Diponegoro. 7. Percobaan dan pengambilan data hanya dilakukan di wilayah sekitar Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 8. Pengambilan data hanya dilakukan pada pukul 04.00, 10.00 dan 22.00 WIB serta dilakukan pada hari kerja. 9. Tidak membahas mengenai keamanan jaringan. 10. Tidak membahas mengenai enkripsi data pada layanan Instant Messaging. 11. Tidak membahas mengenai jaringan kampus Universitas Diponegoro. 12. Tidak membahas mengenai perancangan dan bahasa pemrograman aplikasi klien.
IMS (IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM) IMS merupakan suatu konsep yang dibuat dan ditentukan oleh 3rd Generation Partnership Project (3GPP), sedangkan 3GPP sendiri merupakan suatu
2
berisi seluruh data pelanggan yang nantinya dibutuhkan pada penanganan sesi multimedia.
Parameter Quality of Service (QoS) Teknologi QoS adalah teknologi yang memungkinkan administrator jaringan untuk dapat menangani berbagai efek akibat terjadinya kongesti pada lalu lintas aliran paket dari berbagai layanan. Penanganan QoS dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya jaringan secara optimal, dibandingkan dengan menambah kapasitas fisik jaringan tersebut. QoS bertujuan untuk menyediakan kualitas layanan yang berbeda-beda untuk beragam kebutuhan akan layanan di dalam jaringan IP, sebagai contoh untuk menyediakan bandwidth yang khusus, menurunkan hilangnya paketpaket, menurunkan delay (waktu tunda) dan jitter (variasi waktu tunda) di dalam proses transmisinya. QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atributatribut layanan yang disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat banyak hal bisa terjadi pada paket ketika mereka melakukan perjalanan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah berikut dilihat dari sudut pandang pengirim dan penerima, atau yang sering disebut sebagai parameter-parameter QoS, antara lain 1. Delay (Waktu tunda) Merupakan akumulasi berbagai waktu tunda dari ujung ke ujung pada jaringan Internet. Delay mempengaruhi kualitas layanan (QoS) karena waktu tunda menyebabkan suatu paket lebih lama mencapai tujuan. Menurut standar dari ITU-T G.1010 [17] merekomendasikan Delay tidak lebih besar dari 150 ms untuk berbagai aplikasi. Sementara itu, delay end-to-end terdiri atas waktu tunda pengkodean (codec delay), waktu tunda paketisasi (packetization delay), waktu tunda serialisasi (serialization delay), waktu tunda propagasi (propagation delay), dan waktu tunda akibat jitter buffer (dejitter buffer delay). 2. Jitter (Variasi Waktu Tunda) Merupakan perbedaan selang waktu kedatangan antar paket di terminal tujuan. jitter dapat disebabkan oleh terjadinya kongesti, kurangnya kapasitas jaringan, variasi ukuran paket, serta ketidakurutan paket. 3. Packet Loss (Paket hilang) Merupakan penyebab utama pelemahan audio dan video pada multimedia streaming dan VoIP atau Conference Call. Packet Loss dapat disebabkan oleh pembuangan paket di jaringan (network loss) atau pembuangan paket di gateway/terminal sampai kedatangan terakhir (late loss). Network loss secara normal disebabkan kemacetan (router buffer overflow), perubahan rute secara seketika, kegagalan link, dan lossy link seperti saluran nirkabel. Kemacetan atau kongesti pada jaringan merupakan penyebab utama dari Packet Loss. 4. Throughput Merupakan rate (kecepatan) transfer data efektif, yang diukur dalam bit per second (bps). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada sisi klien/tujuan selama selang waktu tertentu dibagi oleh durasi selang waktu tersebut.
Gambar 1. Arsitektur Lapisan IP Multimedia Subsystem
Komponen IMS IMS merupakan gabungan dari beberapa element yang menjadi satu kesatuan, element tersebut diantaranya yaitu 1. CSCF ( Call Session Control Function) , bertugas memproses pensinyalan SIP. CSCF terdiridari tiga jenis berdasarkan fungsionalitasnya yaitu a.P-CSCF(Proxy-CSCF), merupakan titik kontak pertama yang dilewati dalam pensinyalan antara jaringan IMS dan terminal IMS yang terletak pada Home network danVvisited network. Setiap request akan dilewatkan melalu P-CSCF terlebih dahulu yang kemudian di teruskan ke CSCF yang lain. Fungsi dari P-CSCF diantaranya adalah menangani keamanan, autentikasi, verifikasi kebenaran SIP, dan juga Policy Decision Function (PDF) yang berguna sebagai pengambilan keputusan. b.I-CSCF (Interrogating-CSCF), berlokasi pada ujung domain administrative CSCF.Bertugas untuk memberikan destinasi kepada SIP server ketika SIP server mencari kemana request yang diminta akan diteruskan. I-CSCF juga memiliki akses ke HSS dan SLF untuk mendapatkan informasi mengenai user dan untuk merutekan request SIP ke jalur yang tepat.I-CSCF juga bertanggung jawab meng-encripsi data-data sensitive mengenai server IMS seperti jumlah server yang bekerja, nama server DNS , dan lainlain. c.S-CSCF (Serving-CSCF), merupakan node sentral dari server pensinyalan. S-CSCF berfungsi sebagai SIP registrar yang bertugas memelihara ikatan antara alamat IP user dengan public user indentity. S-CSCF akan menetukan apakah sebuah pesan diteruskan ke satu atau lebih Aplication Server, dan kemudian mengantarkan ke tujuan akhir. S-CSCF juga memberikan layanan translasi dari nomer telepon ke SIP URI(Uniform Resource Identofier) berdasarkan DNS E.164 Number Translation. S-CSCF terletak pada visited network. 2. HSS ( Home Subscriber Server ), merupakan basis data yang menampung informasi pelanggan. HSS
3
2. Metodologi Perancangan Dalam tugas akhir ini dibuat sebuah sistem implementasi layanan instant messaging berbasis IP Multimedia Subsystem berbasis virtual server. Layanan yang berbasis pada jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS) dalam hal ini menggunakan Open IMS core. Pada jaringan ini terdapat 2 komponen utama, yaitu IMS core dan IMS klien. Dimana fungsi dari IMS core adalah memproses semua permintaan dari klien dan meneruskannya ke klien yang lain yang di implementasikan berbasis virtual server yang di sesuaikan dengan konfigurasi jaringan Lokal dari Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas diponegoro. Untuk memudahkan proses perancangan dan implementasi diperlukan diagram proses seperti yang terlihat pada Gambar 2
Gambar 3. Arsitektur sistem
3. Implementasi Sistem Proxmox VE (Virtual Environment) yang bersifat open source berfungsi untuk menjalankan mesin virtual berbasis KVM berupa sistem operasi Linux yang nantinya digunakan sebagai server pada jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS) dengan layanan pengirman pesan, panggilan video, panggilan suara, dan pengiriman data berupa file. Proxmox melakukan suatu virtualisasi, yang merupakan sebuah teknik untuk membuat server komputer secara virtual, atau lebih mudahnya di dalam komputer fisik terdapat beberapa komputer di dalamnya yang menggunakan sistem operasi bermacam-macam yang tidak harus sama dengan server induk Gambar 2. Diagram alir Tugas Akhir
3.1 Instalasi dan Konfigurasi Proxmox VE (Virtual Environtment)
2.1 Perancangan IMS Core Perancangan layanan Instant Messaging berbasis IP Multimedia Subsystem menggunakan virtual server ini secara garis besar alurnya adalah sebagai berikut 1. Klien akan melakukan instalasi aplikasi klien. 2. Klien akan melakukan registrasi kepada IMS core. 3. IMS core akan memeriksa apakah klien tersebut sudah terdapat pada database Home Subscriber Server (HSS) atau tidak, jika sudah maka proses registrasi berhasil dan klien diperbolehkan melakukan permintaan selanjutnya. 4. Selanjutnya klien akan melakukan SIP permintaan untuk salah satu layanan pesan instan, panggilan video, dan panggilan suara yang tersedia. 5. IMS core akan menerima permintaan dari klien dan meneruskannya ke klien lain yang ditujukan untuk menerima pesan atau panggilan. Perancangan sistem ini diperlukan konfigurasi dari beberapa komponen penting, yaitu IMS core dan aplikasi klien, dan registrasi pengguna-pengguna baru. Untuk menghemat penggunaan perangkat keras dan memudahkan dalam implementasi dan pengendaliannya maka untuk komponen IMS Core digunakan perangkat lunak Proxmox sebagai virtual server dan berada dalam satu personal computer. Sedangkan klien berada dalam personal computer yang berbeda. Arsitektur dari sistem terdapat pada Gambar 3
Proses pemasangan dan pengaturan proxmox hanya bisa dilakukan untuk personal computer dengan processor 64 bit, pada proses instalasi, proxmox akan menggunakan seluruh ruang penyimpanan yang ada, pembuatan partisi akan ditangani secara otomatis dan ruang penyimpanan yang digunakan diformat total, maka perlu diperhatikan untuk mem-backup dahulu data sebelum memulai instalasi. Proses virtualisasi di Proxmox VE dilakukan melalui penjelajah web dengan mengakses alamat IP dari Proxmox VE yang sudah dikonfigurasi sebelumnya, pada tugas akhir ini alamat IP Proxmox VE adalah 10.31.17.163 dan akan dibuat virtualisasi berupa sistem operasi Linux yang nantinya digunakan sebagai server pada jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS).
3.2 Instalasi IMS Core IMS core berfungsi untuk menerima permintaan dari klien, memeriksa apakah klien tersebut sudah terdaftar dan mempunyai hak untuk mengakses layanan yang dia minta atau tidak, meneruskan permintaan dari klien ke application server, dan selanjutnya mengembalikan jawaban dari application server ke klien. Perancangan layanan instant messaging berbasis IMS menggunakan Open IMS Core sebagai aplikasi dari server yang sifatnya bebas pakai. Instalasi IMS
4
Core dilakukan menggunakan virtual server Proxmox yang telah di instal dan dikonfigurasi sebelumnya.
2. Pengaturan DNS dan alamat IP dari node-node dengan memanfaatkan script configurator.sh bawaan dari Open IMS Core. Hal ini karena pada prinsipnya IMS dijalankan oleh setiap titik / node yang saling berhubungan. Karena itu setiap titik diharuskan mempunyai IP dan DNS yang sama. Diperlukan perintah – perintah di bawah ini
3.3 Konfigurasi Domain Name System IMS Core Konfigurasi DHCP dan DNS dapat dilakukan berdasarkan IP server yang hendak digunakan dan juga bergantung kepada keberadaan DNS, Langkahnya adalah sebagai berikut 1. Penggantian DNS Open IMS Core dari localhost ke spesifik IP. Untuk mengubah Open IMS Core ke spesifik IP maka kita perlu mengganti semua IP 127.0.0.1 dengan IP sistem, dalam sistem ini digunakan IP 10.31.17.166 dan mengganti DNS menjadi open-ims.test sesuai dengan nama sistem. Pengaturan dan konfigurasi DNS ini membutuhkan perintah – perintah dibawah ini #sudo nano /etc/resolv.conf
#cd /opt/Open IMS Core/ #./configurator.sh pcscf.cfg icscf.cfg icscf.xml scscf.cfg scscf.xml #./configurator.sh ser_ims/cfg/icscf.sql #./configurator.sh FHoSS/deploy/DiameterPeerHSS.xml #./configurator.sh FHoSS/deploy/hss.properties #./configurator.sh FHoSS/scripts/hss_db.sql #./configurator.sh FHoSS/scripts/userdata.sql
3.
Setelah menjalankan perintah tersebut maka pengguna akan diminta memasukkan alamat IP dan DNS. Alamat IP yang digunakan adalah 10.31.17.166 dan DNS nya adalah open-ims.test. Pengaturan DNS dan alamat IP pada setiap titik dan file akan berefek pada aplikasi bind yang berguna untuk mensinkronisasi DNS dan alamat IP, karena itu di perlukan langkah restart bind. Perintah pengaturan yang diperlukan adalah sebagai berikut #sudo /edit/init.d/bind9 restart #dig open-ims.test
Gambar 4. Tampilan file Resolv.conf yang diubah ke spesifik IP
#sudo nano /etc/hosts
4.
Pada answer section harus tertulis spesifik IP 10.31.17.166 Pengaturan IP dan DNS berpengaruh terhadap database yang digunakan oleh setiap node, karena itu diperlukan pengaturan ulang terhadap database. Perintah yang digunakan adalah sebagai berikut #mysql –uroot –p
5. Pengaturan laman web dari FHoSS yang merupakan web server dari sistem yang berfungsi mengatur database pengguna dan mensinkronkan dengan alamat jaringan IMS yang digunakan. Alamat IP yang digunakan dari web server adalah 10.31.17.165:8080. Tampilan laman dari FHoSS terdapat pada Gambar 7
Gambar 5. Tampilan alamat IP dan DNS dalam file Hosts
#sudo nano ims.dnszone
/etc/bind/open-
Gambar 6. Tampilan Pengaturan IP dan DNS file open -ims.dnszone
Gambar 7. Tampilan awal FHoSS
5
Dari Gambar 4.6 diketahui ada dua alamat IP pengguna, yaitu 10.31.16.101 dan 10.31.16.111. Satu alamat server yaitu 10.31.17.166. Antara alamat IP 10.31.16.101 dan 10.31.16.111 terjadi pertukaran sinyal dan pengiriman paket data. Pada mulanya perangkat pengguna dengan alamat IP 10.31.16.101 mengirimkan sinyal SIP INVITE ke alamat IP 10.31.17.166 yang berada di dalam lingkungan server. Server kemudian mengirimkan status permintaan PRACK yang berarti otentifikasi diterima namun dalam lingkup lingkungan terbatas. Perangkat pengguna dengan alamat 10.31.16.111 lalu mengirimkan sinyal panggilan kepada perangkat pengguna 10.31.6.101 dan kemudian diteruskan kepada server. Server mengenali alamat dari pengguna yang telah terdaftar lalu mengirimkan sinyal ACK yang berisi informasi otentifikasi.
4. Pengujian dan Analisa 4.1 Pengujian Komponen IMS Pengujian komponen IMS adalah menguji sambungan server IMS dan komponen didalamnya apakah sudah sesuai dengan Domain Name Server yang ditentukan yaitu open-ims.test dengan alamat IP 10.31.17.166 1. Pengujian dengan melakukan perintah ping (packet internet groper). Pengujian ini ditujukan untuk menguji sambungan server IMS seperti terlihat pada Gambar 8
4.2 Pengujian Kualitas Layanan Pengujian kualitas layanan instant messaging berbasis IP Multimedia Subsytem menggunakan virtual server dilakukan dengan menerapkan suatu rangkaian skenario panggilan. Hal ini dilakukan untuk menguji kualitas jaringan yang digunakan. Beberapa skenario panggilan tersebut adalah sebagai berikut 1. Panggilan video tunggal antar pengguna 2. Panggilan suara tunggal antar pengguna 3. Pengiriman pesan instan antar pengguna 4. Pengiriman data berupa file antar pengguna Panggilan dilakukan pada waktu – waktu tertentu yaitu pada pukul 14.00 WIB, pada pukul 16.00 WIB, dan pada pukul 22.00. Wireshark mencatat arus panggilan setiap kali skenario panggilan dilakukan kemudian mengetahui nilai dari parameter Quality of Service (QoS) yaitu nilai delay, jitter, packet loss dan Throughput. Hasil perbandingan nilai delay pada layanan dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 8. Tampilan pengujian ping server
Dari Gambar 8 terlihat PCSCF sudah terintegrasi dengan localhost sehingga sudah siap dipakai sebagai server IMS. 2. Pengujian Sambungan Tunggal Antar Pengguna dan Server. Pengujian sambungan antara pengguna dan server bertujuan untuk mengetahui apakah jalur komunikasi dasar telah dibangun dengan baik. Proses pensinyalan protokol dan pengiriman paket data berupa tampilan grafik bisa diperoleh dengan menggunakan aplikasi Wireshark. Gambar 9 menunjukkan proses pensinyalan selama panggilan dilakukan.
Gambar 10. Grafik perbandingan nilai delay.
Dari grafik pada Gambar 10 dapat diambil kesimpulan bahwa delay pada layanan masih termasuk dalam kategori baik menurut standar dari ITU-T G.1010. Nilai delay semakin turun di waktu sore dan malam hari dikarenakan beban jaringan semakin sedikit di waktu selain jam kerja. Hasil perbandingan nilai Jitter pada layanan dapat dilihat pada Gambar 11
Gambar 9. Tampilan pengujian sambungan tunggal antar pengguna
6
Dari grafik pada Gambar 13 dapat diambil kesimpulan bahwa throughput pada layanan masih termasuk dalam kategori baik menurut standar dari ITUT G.1010. Nilai grafik throughput semakin naik dikarenakan penggunaan beban jaringan yang semakin rendah pada sore dan malam hari.
4. Kesimpulan dan Saran Dari hasil implementasi layanan Instant Messaging berbasis IP Multimedia Subsystem berbasis virtual server dan pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut Sistem Layanan Instant Messaging berbasis IP Multimedia Subsystem dapat di implementasikan menggunakan server virtual dan dapat bekerja di lingkungan jaringan kampus Teknik Elektro Universitas Diponegoro. Sistem layanan yang dibangun telah memenuhi sebagian besar parameter kelayakan, parameter QoS yang digunakan adalah standar dari ITUT G1010. Kemudian Penggunaan terbaik layanan adalah ketika jumlah pengguna menurun, dalam pengujian didapatkan waktu terbaik adalah saat malam hari.Selain itu Kinerja dari layanan di pengaruhi oleh penggunaan beban jaringan yang ada pada sistem, dalam hal ini menggunakan jaringan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Kinerja dan konfigurasi dari perangkat router dan perangkat nirkabel wi-fi sangat mempengaruhi dari kinerja layanan, hal ini dikarenakan dalam menghubungkan pengguna memerlukan sambungan menggunakan kabel dan nirkabel. Adapun saran yang dapat diberikan untuk menjadi masukan pada penelitian lebih lanjut adalah Sistem IP Multimedia Subsystem sebaiknya diimplementasikan dengan menggunakan perangkat yang berdiri sendiri yang secara khusus bekerja mendukung kinerja yang terbaik. Selain itu perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui sebab-sebab penurunan kualitas suara dan video serta solusi untuk memperbaiki kualitas suara dan video pada sistem. Pengguna sebaiknya menggunakan softphone berbasis android atau windows phone 8 yang terintegrasi dengan layanan IMS untuk melakukan komunikasi yang lebih mudah. Sebaiknya dilakukan penambahan fitur – fitur yang ada pada IMS, dapat ditambahkan fitur charging set dan call session control function yang lebih baik. Pada server IMS, dapat ditambahkan fitur video streaming, dan IPTV ( Internet Protocol Television ). Antarmuka dan keamanan sistem yang lebih baik dapat di implementasikan ke dalam jaringan IMS. Perlu dilakukan konfigurasi jaringan yang lebih baik untuk memberikan hak akses khusus kepada pengguna jaringan IMS dalam lingkup jaringan lokal yang akan di implementasikan
Gambar 11. Grafik perbandingan nilai Jitter.
Dari grafik pada Gambar 11 dapat diambil kesimpulan bahwa jitter pada layanan panggilan suara dan panggilan video berada di luar standar ITU-T G1010. Standar jitter menurut ITU-T G1010 adalah <1ms. Hal ini dikarenakan adanya tabrakan antar paket data yang ada pada jaringan lokal yang digunakan. Nilai Jitter semakin turun di waktu sore dan malam hari dikarenakan beban jaringan semakin sedikit di waktu selain jam kerja. Hasil perbandingan nilai Packet loss pada layanan dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12. Grafik perbandingan nilai packet loss.
Dari grafik pada Gambar 12 dapat diambil kesimpulan bahwa jitter pada layanan masih termasuk dalam kategori baik menurut standar dari ITU-T G.1010. Nilai grafik packet loss semakin turun dikarenakan penggunaan beban jaringan yang semakin sedikit di sore dan malam hari. Hasil perbandingan nilai Throughput pada layanan dapat dilihat pada Gambar 13
Referensi [1] --. IMS, IP Multimedia Subsystem.http ://www.3gpp.org/Technologies/ KeywordAcronyms/ article/ims, 27 Agustus 2013. [2] --. Open Source Ims Core. http://www.openimscore.org/, diakses pada 29 Agustus 2013. [3] --. OSIMS The FOKUS Open Source IMS. http://www.fokus.frauhofer.de/en/fokus_tesbeds/op en_ims_playground/components/osims/index.html, diakses pada 28 Agustus 2013.
Gambar 13. Grafik perbandingan nilai Throughput.
7
[4] Godbole, Achyut S. Data Communiations and Networks. 2003. Singapura : McGraw Hill Co.Ltd. [5] Ismail, Nanang. Yusep R. Armein Z.R Ip Multimedia Subsystem (IMS) Muculnya Peluang Bisnis Baru. 2006. Bandung : Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia, Institut Teknologi Bandung. [6] Kurniawan, Agus. Network Forensics Panduan Analisis dan Investigasi Paket Data Jaringan menggunakan Wireshark. 2012. Yogyakarta : ANDI. [7] Monfort, Jean-Yves. Basic Requirement to Quality of Service (IP centric). 2003. Swiss :Workshop on Standardization E-Health [8] Nanda, S., and T. Chiueh, A Survey On Virtualization Technologies, Brookhaven, New York: Stony Brook University, Research Preliminary Exam Report, 2005. [9] Poikselka, Miikka. Georg Mayer. The IMS: IP Multimedia Concepts and Services. 2009. United Kingdom : John Wiley and sons, Ltd. [10] Proxmox Server Solution, Proxmox Network Model, Vienna: Proxmox Server Solution GmbH, 2013, http://pve.proxmox.com/wiki/Network_Model, 29 Agustus 2013. [11] Proxmox Server Solution, Proxmox Storage Model, Vienna: Proxmox Server Solution GmbH, 2013, http://pve.proxmox.com/wiki/Storage_Model , diakses pada 29 Agustus 2013. [12] Proxmox Server Solution, Proxmox Virtual Enviroment Datasheet, Vienna: Proxmox Server Solution GmbH, 2013, Tersedia pada: http://www.proxmox.com/downloads/proxmoxve/misc/116-proxmox-ve-datasheet/download, 29 Agustus 2013. [13] Rittinghouse, John W and James F. Ransome. Instant Messaging Security. . United States of America : Elsevier Digital Press. [14] Russel, Travis. THE IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM (IMS) Session Control and Other Network Operations. 2008. United States of America : The McGraw-Hill Companies. [15] Siop, Mamadou. Boghe IMS Client. https://code.google.com/p/boghe/, diakses pada 29 Agustus 2013 [16] Sofana, Iwan. Cisco CCNA dan Jaringan Komputer. 2012. Bandung : Informatika. [17] Szigeti, Tim. Christina Hattingh. End-to-End QoS Network Design: Quality of Service in LANs, WANs, and VPNs. 2004. Amerika Serikat : Cisco Press.\
BIODATA Fakkar Robbi Radhian, lahir di Semarang tanggal 04 Maret 1989. Menempuh pendidikan dasar di SDN Kabluk 04. Melanjutkan ke SMP N 2 Semarang. Pendidikan tigkat atas di SMA N 3 Semarang. Sampai saat ini masih menempuh studi Strata-1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, konsentrasi Komputer dan Informatika.
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Yuli Christiyono, ST. MT. NIP. 196807111997021001
Dosen Pembimbing II
Sukiswo, ST. MT. NIP. 196907141997021001
8