perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh FATMAWATI ALIM NIM. A121308018
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 to user commit i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)
TESIS Oleh FATMAWATI ALIM NIM. A121308018
Telah disetujui oleh pembimbing
Komis Pembimbing Nama
Tanda Tangan
Tangggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sugiyanto. NIP. 194911 08197609 1 001
………………
..........…..2015
Pembimbing II
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001
………………
........……2015
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal …………2015 Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana UNS
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)
TESIS Oleh FATMAWATI ALIM NIM. A121308018 Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal 2015 Tim Penguji: Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFO. NIP. 19480531 197603 1 001
Sekretaris
Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. NIP. 19680323 199303 1 012
Anggota Penguji
Prof. Dr. Sugiyanto. NIP. 194911 08197609 1 001
………………
........………… ……………… ………………
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul : IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Khasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013). Ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No.17, Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau seluruh isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan pernyataan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini. maka saya bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2015 Mahasiswa
Fatmawati Alim A121308018
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fatmawati Alim. A121308018. 2013. IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU. (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013). Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Latar belakang penelitian adalah penerapan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif masih jauh dari apa yang diharapkan dan di dalam pelaksanaannya masih banyak yang belum tercapai hal ini dapat dilihat dari pelaksanaannya manajemen kurikulum yang merupakan pokok kegiatan terencana meliputi bidang perencanaan, dan pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Proses tersebut bertujuan secara beruntun meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengstafan, (4) Pengawasan. Sedangkan di dalam pelaksanaannya meliputi : (1) Sumber daya penunjang, (2) Proses pembelajaran, dan (3) Usaha atau kesulitan serta usaha guru dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono dan mengunakan teknik pengumpulan data menggunakan Observasi, Wawancara dengan informan meliputi kepala sekolah, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, pegawai tata usaha pada setiap sekolah luar biasa seKota Pekanbaru, dan pengawas sekolah luar biasa Kota Pekanbaru, dan Studi dokumentasi. Hasil perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di 6 SLB Kota Pekanbaru, hanya SLB Cendana yang merencanakan kurikulum pendidikan jasmani adaptif. Pengorganisasian kurikulum hanya memiliki struktur organisasi dalam kepemerintahan dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah. Sementara untuk di sekolah hanya memiliki tim. Tim dalam perencanaan, penyusunan, pengembangan dan penyesuaian kurikulum melibatkan kepala sekola, guru kelas, guru bidang studi, orang tua siswa. Pengstafan tidak berjalan dengan semestinya karena masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai SLB Kota Pekanbaru. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan semestinya mulai dari perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan. Sementara pengawas PLB hanya memantau keadaan sekolah dan tidak melihat pelaksanaan kurikulum. Sumber daya penunjang pendidikan jasmani adaptif tidak memadai dan masih harus diperhatikan pengandaan dan modifikasi untuk sarana dan prasarana. Proses pembelajaran pendidikan adaptif disesuaikan dengan kondisi fisik siswa. Kendala serta usaha guru dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak memiliki kesulitan yang berarti. Kesimpulan bahwa implementasi kurikulum pendidikan jasmani belum berjalan dengan semestinya karena tidak adanya perencanaan dan guru yang khusus mengajar penjasorkes. Masih kurangnya sumber daya penunjang yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Manajemen Kurikulum, Sumber Daya Penunjang, Proses Pembelajaran, Kendala Serta Usaha. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fatmawati Alim. A121308018. THE IMPLEMENTATION OF ADAPTIVE PHYSICAL EDUCATION CURRICULUM IN JUNIOR AND SENIOR HIGH SCHOOLS FOR STUDENT WITH DISABILITIES IN PEKANBARU CITY (A Case Study on the Management of 2013 Curriculum). First Counselor: Prof. Dr. Sugiyanto, Second Counselor: Prof. Dr. Agus Kristiyanto M.Pd. Postgraduate Thesis of Sport Science Study Program of Surakarta Sebelas Maret University ABSTRACT The implementation of physical education curriculum in practice has management constituting the specifics of planned activities including curriculum planning and development, implementation and revision. Those processes included: (1) planning, (2) organization, (3) staffing, (4) supervision. Meanwhile, the implementation included: (1) supporting resource, (2) learning process, and (3) the constraints or the difficulties the teachers encountered and the solution to them in teaching and in interacting with the students. This study was taken place in Pekanbaru City of Riau Province by taking 6 schools for students with disabilities (SLBs) as the location of research: SLB Sri Mujinab, SLB Cendana Rumbai, SLB Pelita Hati, SLB Negeri Pembina, SLB Melati Rumbai, and SLB Al-Faqih. Techniques of collecting data used were observation, interview with informants including headmasters, physical education, sport and health teachers, administrators in individual schools and supervisors of schools for students with disabilities (SLBs), and documentation study. The result of adaptive physical education curriculum planning in 6 SLBs of Pekanbaru City showed that only SLB Cendana made the plan of adaptive physical education curriculum. Curriculum organization only had organizational structure in government from Kemendikbud (Cultural and Education Ministry), Provincial Service, Local Service, main teachers to headmasters. The school only had team. The curriculum developing, and adjustment team involved headmasters, classroom teachers, study field teachers, and students’ parents. Staffing did not run duly due to inadequate number of teaching staffs and employees in SLBs in Pekanbaru City. The supervision had been conducted duly by the headmasters from curriculum planning to implementation. Meanwhile PLB supervisors only monitored the condition of school and did not pay attention to the curriculum implementation. The supporting resource for adaptive physical education had been inadequate and the infrastructure procurement and modification still needed consideration. The process of adaptive education learning was adjusted with the students’ physical condition. The teachers did not encountered substantial difficulty or constraint in teaching and interacting with the students. In their approach, the teachers should be patient, sincerely and wholehearted. The conclusion of research was that the implementation of physical education curriculum had not run duly yet because of no planning and no teacher specifically teaching physical education, sport and health. The resource supporting the adaptive physical education learning activity was still inadequate. The adaptive physical education learning was adjusted with the children’s ability and condition.
Keywords: Implementation of curriculum, Curriculum Management, Learning Process, Constraint and Attempt. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO: Kesuksesan Hanya Dibatasi Oleh Impian dan Kerja Keras. Mau = Bisa
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Jangan kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong Karena sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi Dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (Q.S Al Israa: 37) Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Dan rasa Terimakasih yang setulustulusnya ku persembahkan kepada orang tua yang telah mengiringi setiap langkahku Dengan doa dan tetesan keringat yang telah beliau korbankan untukku. Hari ini setetes kebahagiaan telah ku nikmati Sekeping cita-cita telah ku raih Namun… Perjalanan Ku masih panjang dan perjuangan Ku belum usai Didepan Ku masih terbentang ribuan rintangan Yang harus Ku Lalui Untuk itu Ku harapkan Ridha Mu yaa Allah Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kupersembahkan karya ini kepada: 1. Ayah (Alim Hanafi) dan ibu (Dra. Jalinus, M.Pd.) tercinta. 2. Nenek dan Kakak-kakakku Nova Riolina Alim, Yose Rizal Alim, Dr. Jesi Alexander Alim, M.Pd., Melvi Lesmana Alim, M.Pd. yang selalu memberi dukungan dan motivasi. 3. Agus Sulastio, M.Pd. yang selalu setia memotivasi. 4. Sahabat-sahabat Pascasarjana IOR A angkatan 2013. 5. Sahabat-sahabat setanah rantau. 6. Sahabat-sahabat dan keluarga baru ku di tanah Jawa. 7. Almamaterku FKIP Universitas Riau. 8. Almamaterku Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR AlhamdulillahiRobbilAlamin. Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru, walau masih banyak kekurangan,
namun
penulis
telah
berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
menyelesaikannya. Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada harwah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Tesis ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Studi pada Program Pascasarjana, Ilmu Keolahragaan di Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari, bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan pemikiran, dukungan, keritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggitingginya kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana UNS. 2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana UNS. 3. Prof. Dr. Sugiyanto, sebagai Pembimbing I penulisan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan yang luar biasa, memberikan banyak ilmu, masukan dan motivasi selama proses perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan penyelesaian tesis ini. 4. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Sebagai pembimbing II sekaligus Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi selama perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan penyelesaian tesis ini. 5. Semua warga Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Cendana Rumbai, Pelita Hati, Negeri Pembina, Melati dan Al-Faqih yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi yang penulis butuhkan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan selama penelitian
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ibu Elvira Yuanintias Selaku KASI SLB Dinas Pendidikan Provinsi Riau yang telah memberikan kemudahan dalam proses pengurusan surat izin penelitian. 7. Teristimewa yang mulia ibunda dan ayahanda, Nenekku serta Kakak-kakak tercinta yang selalu memberikan semangat, perhatian dan penuh pengorbanan baik materil maupun moril di dalam menemani maupun mendoakan selama perkuliahan maupun pada masa penulisan tesis. 8. Agus Sulastio sekeluarga yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan semangat selama perkuliahan maupun saat penulisan tesis. 9. Rekan-rekan kelas A Pascasarjana Ilmu Kelolahragaan angkatan 2013 yang telah berbagi pengalaman, motivasi selama menempuh studi bersama dan sahabat-sahabat Melta Sari Rama, Rahmi Fitri, Sinta Riza, Nursaumi Rahmadhani, Ermelinda Y.P Larung, Kurnia Wahyu Nengsih, Alfi Nurrina Hakim yang telah meluangkan waktu dalam membantu selama proses penelitian.
Surakarta, April 2015 Penulis
Fatmawati Alim A121308018
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ....................... iv ABSTRAK........................................................................................................ v ABSTRACT ...................................................................................................... vi MOTTO ............................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x i DAFTAR TABEL ............................................................................................ x iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7 C. Rumusan Masalah..................................................................... 8 D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9 E. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori .............................................................................. 11 1. Hakekat Kurikulum .............................................................. 11 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Kurikulum ...................................................... 11 b. Implementasi Kurikulum .................................................. 13 c. Kurikulum 2013 ................................................................ 20 d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani ............................... 33 e. Kurikulum Fleksibel ......................................................... 35 2. Pendidikan Jasmani Adaptif .................................................. 38 a. Sekolah Luar Biasa (SLB) ................................................. 45 b. Anak Berkebutuhan Khusus .............................................. 48 c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ............................ 52 d. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ........................ 53 B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 70 C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 71 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................... 73 B. Jenis Penelitian ............................................................................ 73 C. Sumber Data ................................................................................ 73 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 74 E. Teknik Penjamin Keabsahan Data ............................................... 77 F. Teknik Analisis Data ................................................................... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tentang SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru. ................................................................................. 81 B. Hasil Penelitian ............................................................................ 143 1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ............... 148 commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif........ 156 3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .................. 162 4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ................ 165 5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif .............. 169 6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................... 172 7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ....................................... 179 C. Pembahasan ..................................................................................... 183 1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ............. 183 2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif...... 184 3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ................ 185 4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .............. 185 5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif ............ 186 6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................... 187 7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ....................................... 189 BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan ............................................................................ 190
B.
Implikasi ................................................................................. 192
C.
Saran ....................................................................................... 194
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 197
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ............................ 27 Tabel 2. Sikap, Pengetahuan, Keterampilan Berdasarkan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 .................................................................................... 35 Tabel 3. Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Drajat Keterbelakangannya ....................................................................................................... 63 Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab .................................. 98 Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai........................... 98 Tabel 6. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Pelita Hati .................................... 99 Tabel 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina ........................... 100 Tabel 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati ........................................... 101 Tabel 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Al-Faqih ....................................... 102 Tabel 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab ............................................... 132 Tabel 11. Peraturan Seragam SLB Cendana Rumbai ...................................... 133 Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Sri Mujinab Menurut Kelainan ..................................................................................... 138 Tabel 13. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Cendana Rumbai Menurut Kelainan ............................................................................ 139 Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Pelita Hati Menurut Kelainan ..................................................................................... 140 Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Negeri Pembina Menurut Kelainan ............................................................................ 141 Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Melati Menurut Kelainan ......................................................................................... 142 Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Al-Faqih Menurut Kelainan ........................................................................................... 143 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal................................ 54 Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal ...................................... 54 Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .............................................................................. 72 Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014 /2015 ............................................................................................... 92 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun 2014/2015 ....................................................................................... 93 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/ 2015 ................................................................................................ 94 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Negeri Perbina Pekanbaru Tahun 2014/2015 ....................................................................................... 95 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015 ...... 96 Gambar 5. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014 /2015 ............................................................................................... 97
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Dokumentasi .................................................................................... 201 Lampiran Wawancara ....................................................................................... 209
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, selaras dengan UUD 1945 dan ditegaskan lagi didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis dan gender. Pendidikan yang bermutu merupakan prasarat terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Yaitu warga Negara yang unggul secara intelektual, dan moral serta pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Secara universal bahwa pendidikan diseluruh dunia adalah hak setiap manusia, baik mereka yang normal maupun mereka yang memiliki kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut. Dengan demikian pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada peningkatan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, lembaga pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun manusia berkarakter dan berwawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan berbangsa dan bernegara dalam pergaulan masyarakat dunia. Dalam pelaksanaan kemajuan dan perkembangan pendidikan selalu diusahakan melalui berbagai hal yang terstandar menuju yang terbaik. Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah semua warga negara. Artinya, semua satuan pendidikan harus memberikan kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga negaracommit yang tomemenuhi persyaratan sesuai dengan user 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
kekhususannya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Dengan demikian bahwa hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan sudah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 45 yang bersifat mengikat. Artinya, pihak manapun tidak dapat menghalangi atau merintangi maksud seseorang untuk belajar dan mendapatkan pengajaran. Jadi pendidikan itu sudah diatur untuk semua warga negara Indonesia, baik meraka yang normal maupun yang memiliki kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi antara ketiga kelainan tersebut. Generasi yang terdidik adalah aset bangsa yang sangat diharapkan untuk masa depan bangsa, untuk itu diperlukan pendidikan yang berkualitas bagi anak bangsa Indosesia. Generasi bangsa berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas tidak hanya meraka yang normal, tetapi mereka yang memiliki kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut. Secara lebih rinci lagi tentang hak warga negara untuk memperoleh pengajaran itu telah disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 5 ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) dan setiap warga negarak berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dalam mampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008 tentang standar proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, Tunagrahita dan Tunalaras. Biro hukum dan organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum di dalam Hargio (2012:1) mengungkapkan: Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreativiras, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dari beberapa kutipan diatas, maka setiap jenis satuan pendidikan harus menuju commit to user kearah pendidikan nasional guna membudayakan ilmu pengetahuan, keterampilan,
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
pengalaman, sikap dan nilai. Menjamin terujudnya mutu pendidikan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan yang membentuk watak serta peradaban bangsa juga seluruh kehidupan manusia. Begitu juga pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang merupakan integral dari suatu pendidikan. Dalam setiap satuan pendidikan diatur oleh kurikulum yang nengatur sistematis berjalannya pembelajaran dan struktur di sekolah. Bentuk penyesuaian kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus dapat dituangkan kedalam program pendidikan individual atau program pengajaran individual yang disebut juga kurikulum fleksibel yang sesuai dengan keterbatasan masing-masing peserta didik. Program pengajaran individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus baik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa maupun yang memiliki kelainan khusus. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak yang normal dan anak yang mempunyai kelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi anak normal dengan anak yang luar biasa. Untuk investasi jangka panjang dengan lahirnya para penyandang cacat, berkelainan atau anak berkebutuhan khusus yang terdidik dan terampil, secara tidak langsung dapat mengurangi biaya perawatan dan biaya pelayanan kebutuhan sehari-hari (Efendi, 1999). Disamping itu ada efek psikologis, yaitu tumbuhnya motivasi berprestasi dan tumbuhnya percaya diri anak luar biasa. Keadaan seperti ini dapat mempertinggi pertumbuhan konsep diri anak berkelainan. Yang dimaksud dengan berkelainan fisik antara lain; tunanetra, tunarungu, cacat pada salah satu anggota tubuh dan tunadaksa, dan yang di maksud dengan berkelainan mental; tunalaras, tunagrahita. Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuai dengan kelainan, sekolahnya tidak sama dengan kelas-kelas anak yang normal. Menurut Wahyudi (2005) “Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa”. Adapun yang dirancang dalam pendidikan luar biasa adalah kelas, program dan pelayanan, sehingga sekolah luar biasa disebut juga kelas spesial. Hal ini juga telah di sebutkan dalam kurikulum yang telah berlaku. Dalam pendidikan anak berkelainan atau pendidikan anak berkebutuhan khusus, istilah penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal baik, fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, Kirk, 1970; Hewrd dan Orlansky 1988 didalam Efendi commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2006:6) “Anak yang berbeda dari rata-rata umumnya dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosial, dan gerak”. Menurut Hosni (2003:6-8) untuk keperluan pendidikan luar biasa anak berkelainan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu; 1) Masalah dalam sensorimotor, anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar, dan kemampuan geraknya. Kelainan sensorimotor secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhan dalam pendidikan. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu: (a) Hearing disorders (kelainan
pendengaran atau tunarungu), (b) Visual
impairment (kelainan penglihatan atau tunanetra), (c) Physical disability (kelainan fisik atau tanadaksa). 2) Masalah dalam belajar dan tingkah laku, kelompok anak luar biasa yang mengalami problem dalam belajar yaitu; (a) Mental raterdation (keterbelakangan mental atau tunagrahita), (b) Learning disability (ketidak mampuan belajar atau kesulitan belajar khusus), (c) behavior disorders (anak nakal atau tunalaras), (d) Giftetand telented (anak berbakat), (e) Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda). Jadi pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini harus dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan kelainan yang dimiliki peserta didik baik untuk pendidikan umum maupun pendidikan jasmaninya. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani (Srijono 1995:11). Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah mempunyai jangkauan yang sangat luas, selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang olahraga pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa untuk tumbuh dan berkembang secara harmonis dan seimbang, selain itu mengarahkan siswa pada tingkah laku yang baik. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2009:8) yakni pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu beberapa aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerak tubuh, meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal, tetapi keuntungan tidak selalu berupa fisikal, non fisikal pun bisa diraih seperti perkembangan intelektual, sosial, estetika, dan pekembangan kognitif dan afektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Aktivitas fisikal dalam pengertian ini adalah aktivitas gerak siswa untuk meningkatkan keterampilan gerak dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek koognifif, afektif dan sosial. Aktivitas ini harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pendidikan jasmani tidak hanya disajikan pada siswa normal saja, tetapi pendidikan jasmani juga disajikan pada anak-anak luar biasa. Anak luar biasa (cacat) dalam dunia pendidikan disebut juga Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki ciri-ciri penyimpangan atau kelainan mental, fisik, emosi, sosial, maupun tingkah laku dan membutuhkan modifikasi dan layanan khusus untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya agar dapat mengembangkan sumua potensi dan bakat yang dimilikinya. Pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan khusus disebaut dengan pendidikan jasmani adaptif yang merupakan pembinaan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus. Menurut Henderayana (2007:7) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adaptif adalah sebuah program yang bersifat individual yang yang meliputi jasmani/fisik, kebugaran gerak, pola maupun keterampilan gerak dasar. Keterampilanketerampilan air, menari, permainan olahraga baik individu maupun beregu yang didesain bagi penyandang cacat. Sama halnya pendidikan yang dilakukan oleh siswa normal, pendidikan jasmani adaptif disajikan untuk membantu agar siswa memahami mengapa siswa bergerak dan melakukannya secara aman, efisien dan efektif. Hal ini disebabkan kerana gerak merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dan tanpa gerak manusia tidak akan mampu mempertahankan hidupnya baik dari aspek kesehatan, pertumbuhan fisik, perkembangan mental sosial dan intelektual. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan siswa normal pada umumnya untuk memdapatkan pendidikan yang layak terutama dalam pendidikan jasmani. Anak berkebutuhan khusus memiliki gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti pendidikan jasmani. Faktor yang paling penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua intruksi harus jelas dan isyarat yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa berkebutuhan khusus. Di kota Pekanbaru terdapat enam Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan yang meliputi TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dalam satu sekolah luar biasa. SLB ini juga tidak dispesifikkan commit to useruntuk satu keterbatasan/kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
khusus saja. Setiap sekolah luar biasa terdiri dari siswa tunanetra, tunarung, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda. Sekolah-sekolah luar biasa yang ada di Kota Pekanbaru memiliki visi dan misi yang hampir sama dengan sekolah TK, SD, SMP, SMA umum. Walaupun jumlah siswa pada setiap tingkatnya berjumlah tidak banyak, tetapi pembelajaran tetap terlaksana seperti sekolah biasa pada umumnya. Menurut Hosni didalam Erianti (2008;4) hakekat pembelajaran adaptif adalah merupakan pembelajaran yang bisa dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan, dan memenuhi kebutuhan pendidikan pembelajaran Anak Luar Biasa (ALB). Dengan demikian dapat dikatakan pembalajaran adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat diperlukan agar mampu mengembangkan daya pikirnya dan termotivasi untuk melakukan kegitan olahraga yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata lain motivasi eksternal dan pembinaan dibutuhkan untuk menggerakkan motivasi internal dari siswa. Untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi penyandang cacat atau ketunaan yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 1 berbunyi “Pendidikan khusus merupakan pendidikan peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. Jadi pendidikan khusus harus dilakukan secara menyeluruh agar tercapai tujuan dalam pendidikan adaptif begitu pula pada pendidikan jasmani adaptif yang sangat harus diperhatikan karena pendidikan jasmani dapat membantu dalam tumbuh kembang pesetra didik berkebutuhan khusus. Untuk pendidikan jasmani permainan dan olahraga disekolah meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non lokomotor, dan manipulative, atletik, kasti, ronders, sepak bola,tobola commit userbasket, bola voli, tenis meja, tenis
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan, badminton serta aktifitas lainnya. Untuk kurikulum SD, SMP, SMA tidak berbeda dibandingkan dengan SDLB, SMPLB, SMALB di Sekolah Luar Biasa (SLB) hal yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulumnya adalah dengan cara memodifikasi komponen pada kurikulum yang sesuai dengan kelainan peserta didik. Sementara itu dalam implementasi kurikulum harus berpegang pada acuan menajemen kurikulum agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dakam hal ini menurut Hamalik didalam Agustinus (2014:31) ada empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yakni: 1) planning, 2) organizing, 3) staffing, dan 4) controlling. Dengan penyusunan manajemen yang baik diharapkan implementasi kurikulum 2013 juga terlaksana dengan baik. Sehubungan dengan itu apakah implementasi kurikulum pada Sekolah Luar Biasa kota Pekanbaru telah terlasana? Dari apa yang telah peneliti jumpai dilapangan dalam pelaksanaannya mata pelajaran pendidikan jasmani di SLB Kota Pekanbaru dilapangan, SMPLB dan SMALB digabung menjadi satu dengan kurikulum yang berbeda dan kelainan yang berbeda pula, apakah akan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan sesuai dengan tuntutan kurikulum? Dengan guru yang bukan berlatar belakang pendidikan jasmani. Untuk terlaksananya dan berjalannya tujuan dari kurikulum dengan sebagaimana mestinya harus dirancang kelas, program dan layanan terhadap anak-anak berkelainan. Dari apa yang pernah penulis amati hal-hal seperti diatas untuk pelajaran penjas tidak berjalan seperti apa yang seharusnya. Dari 6 (enam) SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru hanya 1(satu) sekolah yang memiliki guru olahrag yang berlatar belakang pendidikan olahraga. Hal ini membuat penulis untuk meneliti Implementasi Kurikulum Pendidikan jasmani Adaptif Pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan lartar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi ,adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru? 2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru? commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 6. Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 7. Bagaimana kendala atau kesulitan serta usaha guru penjas adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru? 8. Bagaimanakah Sistem Pembinaan atlet pelajar luar biasa SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru? C. Rumusan Masalah Bedasarkan dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru? 2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru? 6. Bagaimana proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa kota Kota Pekanbaru? commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Bagaimana kendala dan usaha guru pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menemukan pelaksanaan perencanaan dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 2. Menemukan sistem organisasi dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 3. Menemukan kebenaran tentang pengstafan dan sumber daya manusia dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 4. Menemukan kebenaran pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 5. Menemukan kebenaran tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 6. Menemukan kebenaran tentang ketersediaan fasilitas olahraga di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 7. Menemukan kebenaran tentang kendala, kesulitan serta guru penjas adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai: 1. Informasi kepada pengelola pendidikan secara umum dan khususnya Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Kota Pekanbaru. 2. Pedoman bagi guru-guru yang mengajar dibidang studi pendidikan jasmani adaptif agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan dapat meningkatkan dan menggali potensi siswa-siswi berkebutuhan khusus dalam olahraga. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Masukan bagi kepala sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru untuk pembinaan dan peningkatan kompetensi guru-guru pendidikan jasmani adaptif dan miningkatkan pembinaan serta kompetensi atlet-atlet pelajar Luar Biasa yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru. 4. Masukan bagi Pejabat Dinas Pendidikan dan yayasan yang mengelola Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk mengambil kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota pekanbaru. 5. Bagi peneliti sebagai landasan berpijak dalam melaksanakan penelitian yang lebih luas dan merupakan aksi turut andil dalam pengembangan dan pembangunan olahraga di Kota Pekanbaru. 6. Meningkatkan motivasi bagi pelajar berkebutuhan khusus dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dan mengembangkan potensi diberbagai cabang olahraga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Istilah “kurikulum” bukanlah asli bahasa Indonesia. Istilah ini baru masuk dalam dunia pendidikan Indonesia pada tahun 1968, yaitu sejak lahirnya kurikulum 1968 untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yakni Perencanaan Pembalajaran 1950. Istilah kurikulum itu sendiri diambil dari bahasa Yunani, curriculum. Pada masa Yunani dulu, istilah ini pada awalnya digunakan untuk dunia olahraga, yaitu berupa jarak yang harus ditempuh oleh seseorang pelari, mulai dari garis start sampai dengan finish. Seiring berjalananya waktu, istilah ini kemudian mengalami perkembangan dan meluas hingga ke dunia pendidikan. Imas & Berlin (2014:2) mendefinisikan kurikulum menjadi dua, yaitu: 1) definisi kurikulum berasal dari dunia olahraga dan kemudian diadaptasi dan digunakan kedalam dunia pendidikan, 2) definisi kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu kewaktu mulai dari definisi yang sangat sederhana menjadi definisi yang sangat kompleks. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut didasari kepada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional,
termasuk penyempurnaan kurikulum
untuk
mewujudkan
masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan. ( Nasution,2009:3). Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSP) pada pasal 1 butir 19 dinyatakan bahwa kurikulim adalah; Seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. commit 11 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Menilik dari pengertian kurikulum diatas, maka bisa dikatakan bahwa kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum ibarat jantung pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan berfungsi dengan baik. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan dan sasaran dari pendidikan akan sulit dicapai. Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) menyatakan bahwa kurikulum dapat dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar siswa. Dalam kurikulum mengandung bahan kajian, muatan meteri, dan pengalaman belajar akan menimbulkan beragam interaksi atara guru dan siswa. Interaksi ini tercakup dalam proses pembelajaran. Sukmadinata dalam Agustinus (2014:32) mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep tentang kurikulum, yaitu: 1) kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar, bagi murid-murid disekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai persetujuan bersama antar para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkung tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, provinsi, atau pun seluruh Negara. 2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja, bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis, 3) kurikulum sebagai bidang studi yaitu kurikulum bidang studi. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsepcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. Berdasarkan ketiga konsep tersebut, maka dapat dimaknai bahwa kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
b. Implementasi Kurikulum Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Menurut Endang (2009:19) proses penerapan ide, konsep dan kurikulum potensial dalam pembelajaran sehingga siswa menguasai seperangkat kompetensi sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan guru atau proses belajar yang dilakukan siswa didalam atau diluar kelas. Proses pengajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen (Wina Sanjaya, 2008:196). Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran adalah faktor peserta didik, guru, sarana dan prasarana, alat dan media, serta faktor lingkungan. Selain itu dalam implementasinya harus benar-benar dilakukan secara baik untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam pendidikan. Impelmentasi kurikulum menurut Imas & Berlin (2014:5) adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang/didesain, ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merancang implementasi kurikulum, di antaranya adalah: (1) Rumusan tujuan, komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif, sosial, dan aspek lainnya. (2) Identifikasi sumber-sumber, komponen ini membuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumbersumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia, masyarakat, dan sumber di sekolah yang bersangkutan. (3) Peran pihak-pihak terkait, komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa sendiri. (4) Pengembangan kemampuan professional, komponen ini memuat perangkat kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait dengan implementasi kurikulum. (5) Penjadwalan kegiatan pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan rugas dan partisipasinya dan bagi pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengontrolan dan evaluasi. (6) Unsur penunjang, komponen ini membuat uraian lengkap tentang semua unsur penunjang meliputi metode kerja manusia, perlengkapan, biaya, dan waktu yang tersedia. Semua harus direncanakan secara seksama. (6) Komunikasi, komponen ini dirancang sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil. (7) Monitoring, komponen ini memuat secara rinci dan kompehensif tentang rencana kegiatan monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan secara cermat monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi diperlukan. (8) Pencataan dan pelaporan, komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan pencataan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum. Pencatatan ini berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum. (9) Evaluasi proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan , fungsi, metode, evaluasi dan bentuk evaluasi. (10) Perbaikan dan Redesain kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan upaya perbaikan atau redisain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Dari beberapa komponen tersebut jelas bahwa implementasi kurikulum harus di laksanakan dengan baik, sepenuh hati dan keinginan yang kuat dalam laksanaannya, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanaakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang. Dalam implementasi kurikulum memiliki suatu proses budaya untuk meningkatkan kualitas manusia melalui manajemen kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemberdayaan sumber daya secara optimal. Oleh karena itu peranan prinsipprinsip dalam kurikulum merupakan hal yang amat penting. (Sonhadji didalam Agustinus, 2014:28). Pada umumnya, untuk melakukan suatu pekerjaan diperlukan kerjasama dengan orang lain serta dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material. Makin kompleks suatu pekerjaan, makin diperlukan pendayagunaan insani dan non-insani secara efisien. Dalam kaitannya dengan hal ini Longenecker & Pringle didalam Agustinus (2014:27) mengemukakan bahwa proses pengadaan, pengkombinasian dan pemanfaatan sumber daya insani dan non-insani misalnya uang, sarana fisik, teknologi, dan informasi. Jadi, semakin kompleks organisasi atau masyarakat semakin memerlukan manajemen, dan orang yang mengkoordinasi sumber daya secara efesien untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Hal yang hamper senada dikemukakan Handoko dalam Purwanto (2009:10) mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dalam perkembangan teori manajemen banyak para ahli mendefinisikan manajemen sesuai dengan pemahaman terhadap teori yang dibangunnya. Fungsi manajemen menurut beberapa ahli didalam Agustinus (2014:28) yakni forcasting, programming, budgeting, planning, system, facilitating, organizing, staffing, actualiting, assembling resources,
leading commanding,
directing, motivating, coordinating,
controlling, evaluating, reporting. Dari beberapa teori mengenai fungsi manajemen Agustinus (2014:27) menyimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses, proses dalam manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dan tujuan yang ingin dicapai melalui dan dengan orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat berfungsi sebagai sebuah proses untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatka sumber daya insani dan non-insani memalui dan dengan orang lain. Kurikulum merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang sangat vital. Oleh karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Dari beberapa teori mengenai kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya, manajemen kurikulum menunjuk pada fungsi-fungsi manajemen. Menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:31) terdapat empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan atau pengembangan kurikulum, yakni: (1) planning (Perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3) staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan). Jadi dalam manajemen kurikum berpatokan pada empat fungsi dalam penyusunan atau perkembangan kurikulum yaitu (1) planning (Perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3) staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan). Dalam perencanaan merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam Implementasi Kurikulum 2013 dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan (SKK), Kompensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar, untuk pelaksanaannya merupakan implementasi dari RPP. 1) Perencanaan (Planning) Perencanaan berarti memumtuskan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang akan melakukannya, dan bilamana akan dilakukan. Kategori perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, prioritas, strategi, struktur formal, alokasi sumber daya, penunjukkan tanggungjawab dan pengaturan kegiatankegiatan. Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber-sumber daya secara efisien, serta adaptasi terhadap sebuah lingkungan yang berubah. Menutut Kauffman dalam Agustinus (2014:38) prencanaan adala proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan, sumber tang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
diperlukan seefisien dan seefektif mungkin. Selain itu perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan. Selanjutnya Hamalik dalam Agustinus (20014:38) perencanaan harus disusun sebelum pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya sebab menentukan kerangka untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Hamalik dalam Agustinus (2014:38) menambahkan rencana yang baik dalam rencana kurikulum terdiri dari 5 unsur, yaitu; (1) Tujuan dirumuskan secara jelas. (2) Komprehensif, namun jelas bagi staf dan para anggota organisasi. (3) Hierarki rencana yang terfokus pada daerah yang paling penting. (4) Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. (5) Layak, memungkinkan perubahan. Perencanaan pada dasarnya merupakan satu siklus tertentu dan melalui siklus sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan penyelesaian perencanaan. Menurut Purwanto (2009:12) Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu. Di samping itu, rencana memungkinkan: (1) Organisasi bila memperoleh dan mengikat sumberdaya-sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan. (2) Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih. (3) Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur sehingga tindakan korektif dapat diambil jika tingkat kemajuan tidak meningkat. (4) Perencanaan dapat berupa pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko dalam Purwanto 2009:14). Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya, perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif fungsi-fungsi lain. Berdasarkan beberapa pernyaan diatas dapat dipahami bahwa perencanaan kurikulim adalah rangkaian kegiatan untuk kedepan yang bertujuan untuk mencapai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil yang diinginkan baik dalam suatu sistem pendidikan maupun secara global. 2) Pengorganisasian (Organizing) Setelah menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencanarencana atau programprogram untuk mencapainya, maka perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses. Pengorganisasian adalah suatu proses dimana suatu pekerjaan yang ada dibagi atas komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas untuk mengkoordinasikan hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan (Winardi didalam Purwanto 2009:15). Sedangkan menurut Hasibuan (1990) pengorganisasian adalah suatu proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas dan pengaturan secara bersama aktivitas untuk mencapai
tujuan,
menentukan
orang-orang
yang
akan
melakukan
aktivitas,
menyediakan alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan kepada setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut. Agustinus (2014:37) mengemukakan pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni secara structural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks akademik atau kurikulum. Dalam konteks manajemen meliputi: (1) Organisasi
perencanaan
kurikulum
yang
dilaksanakan
oleh
suatu
lembaga
pengembangan kurikulum, atau suatu tim pengembang kurikulum. (2) Organisasi dalam rangka pelaksanaan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun pada tingkat sekolah atau lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum. (3) Organisasi dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak dalam proses evaluasi kurikulum. Selanjutnya secara akademik, organisasi kurikulum dapat dikembangakan dalam bentuk-bentuk organisasi, sebagai berikut: (1) Kurikulum mata pelajarang, yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah. (2) Kurikulum bidang studi yang mengfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis. (3) Kurikulum integrasi, yang menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu. (4) Core curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa. Berdasarkan
beberapa
pernyataan
di
atas,
dapat
dipahami
bahwa
pengorganisasian adalah suatu usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerjasama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
diantara orang-orang dalam kelompok yang meliputi menetapkan tugas, wewenang, tanggungjawab serta tata hubungan kerja masing-masing. 3) Penyusunan Staf (Staffing) Penyusunan staf (Staffing) menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:39) adalah fungsi yang menyesiakan orang-orang untuk melaksanakan suatu sistem yang dilaksanakan dan diorganisasikan. Selanjutnya Agustinus (2014:39) menjelaskanan staffing pada hakikatnya meliputi rekrutmen, seleksi, hiring, penempatan, pelatihan, penilaian, dan kompensasi. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan penyusunan staf adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif. 4) Pengawasan (Controlling) Pengawasan (contolling) menurut Agustinus (2014:38) merupakan proses pengecekan performance terhadap standar untuk menentukan sejauh mana tujuan yang telah dicapai. Pengontrolan bertalian dengan perencanaan sebagai bagian dari sistem manajemen. Selanjutnya Purwanto (2009:14) Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat positif maupun negatif. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efektif dan efisien. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali. Handoko didalam Purwanto (2009:15) mengatakan bahwa fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu (1) penetapan standar pelaksanaan, (2) penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, (3) pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, dan (4) pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. Berdasarkan definisi di atas, memberikan gambaran bahwa adanya keterkaitan antara perencanaan dengan pengawasan dan bahkan dengan fungsi-fungsi manajemen yang lain. Pengawasan membantu dalam memberikan penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengawasan sudah dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Lebih lanjut untuk kurikulum Hamalik (2010:38) mengemukakan bahwa kontrol kurikulum dapat dipandang sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum di sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi oleh minat-minat pihak luar, seperti orang tua, karyawan, masyarakat local atau masyarakat luas. Dengan kata lain, pengontrolan menunjuk pada proses dimana hal-hal yang direncanakan bisa dilaksnakan sesuai dengan yang ditargetkan. Fungsi kontrol berlanjut secara simultan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam sistem.
c. Kurikulum 2013 Kurikulum
2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Dalam paparan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh dalam Muzamiroh (2013:2) bahwa Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang dibidang pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Puskur (2013:84) menyatakan Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut: (1) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. (2)Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. (3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI/SDLB, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMLB, SMK/MAK/SMKLB. (4) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi). (5) Kompetensi Inti
menjadi unsur
organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. (6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (7) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
atau mata pelajaran di kelas tersebut. (8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut. 1) Fungsi dan Tujuan Kurikulum 2013 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasan kehidupan bangsa. Untuk itu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No.20 Tahun 2003) Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut. Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan. Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara
dan peradaban
dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Dijenjang pendidikan formal seharusnya memiliki ciri atau profil sebagai berikut: (a) Pendidikan Dasar Tumbuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Tumbuh sikap beretika (sopan santun dan beradap), Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar, ingin tahu, senang membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab), commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Tumbuh kemampuan komunikasi sosial (tertip, sadar aturan, dapat bekerja sama dengan teman, dapat berkompetisi), dan Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan. (b) Pendidikan Menengah Umum adalag Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mulai mapan, Memiliki etika (sopan santun dan beradap), Memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum, kreatif, inisiatif, serta memiliki tanggung
jawab)
dan
penalaran
sebagai
penekanannya,
Kemampuan
berkomunikasi/sosial (tertib, sadar atuaran dan undang-undang, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi), Dapat mengurus dirinya sendiri. Ali (2014:21) mengemukakan bahwa dengan fungsi dan tujuan kurikulum 2013 dapat menjadikan sosok manusia Indonesia lulusan dari berbagai pendidikan formal. 2) Peran Kurikulum 2013 Muzamiroh (2013:133-135) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integratif yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang terkait satu sama lain yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilangkan melainkan digabung. Pada kurikulum ini, guru tak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pengajaran untuk siswa setiap tahun seperti yang terjadi pada KTSP. Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam Kompetisi Inti ( KI ) dan Kompetensi Dasar ( KD ), bahkan silabus dan buku, telah dipriskripsikan secara terpusat. Henny Supolo Sitepu (2013:192-198) kurikulum 2013 ini memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013 menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu sifat individu, sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi “akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU No 20 Tahun 2003 tujuan system pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai sikap individu yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap sosial yaitu memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan sikap alam mencakup
pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik dan cinta
perdamaian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Menurut Kartono (2013:231) kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap jenjang. Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk pembentukan sikap. Sementara tingkat SMP difokuskan untuk mengasah keterampilan dan untuk tingkat SMA dimulai membangun pengetahuan. 3) Pengembangan Kurikulum 2013 Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Menurut Permendiknas di dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013 Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. a) Tantangan Internal Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. b) Tantangan Eksternal Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka. Selanjutnya Penyempurnaan Pola Pikir Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut: (a) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. (b) Dari satu arah menuju interaktif. (c) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. (d) Dari pasif menuju aktifmenyelidiki. (e) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. (f) Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. (g) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. (h) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. (i) Dari alat tunggal menuju alat multimedia. (j) Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. (k) Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. (l) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak. (m) Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin. (n) Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. (o) Dari pemikiran faktual menuju kritis. (p) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut (diadaptasikan dari materi sosialisasi Kurikulum2013 dalam Muzamiroh, 2014:60-61) (1) Isi dan pesan-pesan kurikulum terlalu padat, yang ditunjukan dengan kebanyak mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan anak. (2) Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. (3) Kompetensi yang dikembangkan lebih dikombinasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). (4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesiau dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, soft skulls and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum. Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Tabel. 1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum No. 1.
2.
3.
KBK 2004
KTSP 2006
Kurikulum 2013
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi dari kebutuhan Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4.
Mata pelajaran diturunkan dari Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran kompetensi yang ingin dicapai
5.
Mata pelajaran lepas satu dengan yang Semua mata pelajaran diikat oleh lain, seperti sekumpulan mata pelajaran kompetensi inti (tiap kelas) terpisah
(Sumber : Puskur: 2013) Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru. 4) Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Muzamiroh (2013:39) Kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kepemempinan kepala sekolah, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dapat menggerakan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan betahap. Oleh karena itu, dalam mentukseskan implementasi kurikulum 2013 diperlukan kepala sekolah yang mandiri, dan professional dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan masyarakat. Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah, Flower (2004:20) mengemukakan “school administrators act as hierarchical leaders within and as public leaders in the boarder community. In both roles they play, or can play, a significan part in defining, developing and implementing education policy”. Pernyataan ini dapat dimaknai bahwa seorang dalam kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin sekolah memegang dua peranan penting yakni sebagai pemimpin sekolah dalam organisasi dan dapat pula sebagai pemimpin umum dalam masyarakat luas. kedua peranan itu sangat penting sehingga dapat memainkan peran dalam mengidentifikasikan, mengembangkan, dan menerapkan kebijaksanaan pendidikan. Selanjutnya Hanson (2003:155) mengilustrasikan bahwa peranan sebagai kepala sekolah adalah peran sebagai manager, maka “This is the person who keeps his or her nose to the grinstone, ear or to the ground, foot on the throttle, and finger to the wind. Tiring to make all subordinates emulate that posture earns such a manager the title of the one you love to hate”. hal ini dapat dimaknai bahwa peran kepala sekolah adalah peran yang penting dan selalu memposisikan dirinya sebagai orang tang selalu tanggap dengan situasi yang ada untuk memajukan dunia pendidikan, dan terkadang sebagai kepala sekolah dijuluki sebagai orang yang dicinta untuk di benci. Keberhasilan kurikulum 2013 menuntut kepala sekolah yang demokratis professional, sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis di sekolah, yang akan mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Kepala sekolah yang mandiri, demokratis, dan professional harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yakni: (1) Pembinaan mental; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional dan professional. Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana, prasarana dan sumber belajar agar dapat memberi kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah bisa bekerjasama dengan komite sekolah dalam menggandeng masyarakat untuk ikut memikirkan pendidikan di sekolah, terutama yang menyangkut masalah pendanaan. (2) Pembinaan moral; yaitu membina para tenaga pendidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Kepala sekolah harus berusaha memberikan nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada saat upacara bendera atau pertemuan rutin. (3) Pembinaan fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jamani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan terlibat secata aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga, baik yang programkan disekolah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitas sekolah. (4) Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan karia wisata yang dibiasa dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran. Dalam hal ini kepala sekolah dibantu oleh para pembantunya harus mampu merencanakan berbagai program pembinaan artistic, seperti karia wisata, agar dalam pelaksanaannya tidak menganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, pembinaan artistic harus terkait ataumerupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. 5) Guru Yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kreatifitas guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
dilaksanakan diberbagai daerah karena sebagian guru belum siap. Ketidak siapan guru tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreatifitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh pemerinta. Dalam hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan di perdalaman akan sulit mengikuti hal-hal baru dalam waktu singkat, apalagi dengan pendekatan tematik integratif yang memerlukan waktu untuk memahaminya. Menurut Mulyasa (2014:41) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan meteri kependidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik intgratif dengan contextual theching and learning (CTL) oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Dalam kerangka ini lah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator, dan mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar (facilitate learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Hal tersebut merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan. Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 sikap yang di identifikasikan Rogers (dalam Mulyasa 2014:42) sebagai berikut: (1) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka. (2) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. (3) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun. (4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran. (5) Dapat menerima balikan atau feedback, baik yang bersifat positif maupun negative, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. (6) Toleransi terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran. (7) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka mereka sudah tau prestasi yang dicapainya. Beberapa hal yang harus dipahami guru dari peserta didik antara lain; kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatan disekolah. Agar implementasi kurikulum 2013 berhasi memperhatikan perbedaan individual peserta didik, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut; (1) Menggunakan metode yang bervariasi. (2) Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik. (3) Mengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran. (4) Memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran. (5) Menghubungi spesialis bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan. (6) Menggunakan prosedur yang berfariasi dalam membuat penilaian dan laporan. (7) Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dengan kecepatan yang sama. (8) Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuan masing-masing pada setiap pembelajaran. (9) Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami mereka melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut; (1) Mengamati peserta didik dalam berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas. (2) Menyesiakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama dan setelah pembeljaran. (3) Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang konstruktif. (4) Mempelajari catatan peserta didik yang adekuat. (5) Membuat tugas dan latihan untuk kelompok. (6) Memberiikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda. (7) Memberikan penilaian secara adil dan transparan. Beberapa hal yang harus dimiliki guru, untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 antara lai sebagai berikut; (1) Menguasai dan memahami kopetensi inti dalam hubunganya dengan kompetensi lulusan. (2) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyenangi mengajar sebagai suatu profesi. (3) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan prestasinya. (4) Menggunakan metode dan media yang berfariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. (5) Memodifikasi dan mengeliminasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik. (6) Mengikuti perkembangan pengetahuan mutahir. (7) Menyiapkan proses pembelajaran. (8) Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik. (9) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk. Adapun karakteristik guru yang berhasil mengembangkan pembelajaran secara efektif dapat di identifikasikan sebagai berikut; (1) Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil). (2) Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelas, dan seluruh kegiatan pembelajaran. (3) Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dakam mengomunikasikan idenya terhadap peserta didik). (4) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik. (5) Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal. (6) Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik. (7) Tidak menonjolkan diri, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013, dan menyiapkan guru yang siap menjadi fasilitator pembeljaran sebagaimana diuraikan diatas, hendaknya diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, dan komite sekolah. Musyawarah tersebut diperlukan terutama untuk menganalisis, mendiskusikan dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait dengan implementasi kurikulum 2013, antara lain sebagai berikt; (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum. (2) Pedoman implementasi kurikulum 2013. (3) Pedoman pengelolaan. (4) Pedoman evaluasi kurikulum. (5) Standar kompetensi kelulusan. (6) Kompetensi inti dan kompetensi dasar. (7) Buku guru. (8) Buku siswa. (9) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (10) Standar proses dan model pembelajaran. (11) Dokumen standar penilaian. (12) Pedoman penilaian dan lapor. (13) Buku pedoman bimbingan dan konseling. Buku pedoman dan dokumen-dokumen tersebut, bagi guru yang sudah ikut pelatihan atau diklat, mungkin tidak terlalu bermasalah, karena sudah ada sedikit pencerahan, tapi bagi guru yang belum ikut diklat merupakan masalah besar dan akan menjadi batu sandungan dalam implementasi kurikulum 2013. Oleh karena itu, alangkah bijaknya seandainya guru-guru yang sudah mengikuti diklat berinisiatif secara kreatif untuk memahamkan guru-guru lain yang ada di sekolahnya, sehingga semuanya siap mendukung keberhasilan implementasi kurikulum 2013. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
6) Peserta didik Dalam implementasi kurikulum 2013 yang tak kalah pentingnya adalah peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktifitas peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didiknya, terutama disiplin diri (self-disciline). Imas dan Berlin (2014:63) menjelaskan peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu guru harus mampu berperan sebagai fasitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya. Peserta didik perlu di dorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segara sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras untuk mewujudkan ideidenya. Kurikulum
2013
menuntut
peserta
didik
yang
kreatif
yang
dapat
mengembangkan ide-ide yang di milikinya. Untuk itu sangat diperlukan kedisiplinan diri untuk meraihnya. Mulyasa (2014:45) menjelaskan guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola prilakunya, meningkatkan standar prilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni: sikap demokratis sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh, dan untuk peserta didik.
d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan termasuk mata pelajaran kelompok B di dalam struktur kurikulum 2013. Yaitu kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten kearifan local yang dikembangkan oleh pemerintah daerah, pola penerapannya dapat dengan integrasi dengan kompetensi dasar yang sudah termuat dalam kurikulum SMP/SMA sederajat, atau dapat menambah dasar tersendiri. Dalam struktur kurikulum mata pelajaran PJOK alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap minggu. Struktur kurikulum 2013 ini, mata pelajaran PJOK memiliki konten memberi sumbangan mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
kompetensi gerak dan gaya hidup sehat, dan memberi warna pada pendidikan karakter bangsa. Mengingat tantangan yang berat bagi seseorang yang akan menjalankan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk menjalankan profesinya dalam implementasi kurikulum 2013. Maka kurikulum 2013 dikembangkan dengan menyempurnakan pola pikir sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. (2) Pola pembelajaran satu ranah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif )interaktif guru- peserta didik-masyarakat lingkungan alam, sumber/media lainya). (3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet). (5) Pola pembelajaran sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat mulrimedia. (7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memper kuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setia peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monidiscipline) menjadi pembalajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline), dan (9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperlukan profit kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi kelulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar komperensi lulusan merupakan merupakan kualifikasi kemampuan kelulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu
satuan pendidikan
pada jenjang
pendidikan dasar dan
menengah.Kompetensi lulusan SMP/MTS/SMPLB dan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB Paket C memilliki sikap, pengetatahuan, dan keterampilan berdasarkan Permebdikbud No. 54 tahun 3013 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Tabel 2. Sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Permendikbud No. 54 tahun 2013: Dimensi Kualifikasi Kemampuan Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Pengetahuan Memiliki pengetahuan factual, konseptual, procedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari disekolah secara mandiri. (Sumber: Kemendikbud: 2014:102) e. Kurikulum Fleksibel Setiap satuan dalam pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus berpegang pada kurikulum yang terbaru dan berlaku. Dengan demikian didalam pendidikan khusus hendaknya kurikulum yang berlaku disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing jenis kelompok peserta didik yang berkebutuhan khusus. Kurikulum yang dikembangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus berbeda dengan struktur kurikulum umum. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan peserta didik memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Martinis Yamin (2008:82) menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan khusus terdir dari 8 sampai 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri. Muatan local merupaka kegiartan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri khas daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan dengan materi pelajaran yang ada. Program khusus memiliki kegiatan yang bervariasai sesuai dengan ketunaannya, yaitu program orientasi dan mobilitas untuk anak tunanetra, bina komunikasi dan persepsi bunyi untuk tunarungu, bina diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, serta bina pribadi dan sosial untuk tunalaras. Untuk pengembangan bina diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Perkembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan niat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi di sekolah. Selanjutnya Martinis Yamin (2008:83) menjelaskan pula bahwa peserta didik tanpa disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata tentu masih memungkinkan untuk mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta didik berkelainan yang disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata, diperlukan perancangan komponen kurikulum yang sangat spesifik dan bersifat tematik untuk mendorong kemandirian dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan berkebutuhan khusus semua perangkat pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skil). Semua komponen pembelajaran diatur dalam kurikulum fleksibel. Bentuk penyesuaian kurikulum bagi anak-anak berkebutuhan khusus dapat dituangkan kedalam program pendidikan individual atau program pengajaran individual. Eriyanti (2009:2) berpendapat bahwa program pengajaran individual atau program pendidikan individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus, baik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa maupun yang memiliki kelainan khusus. Dalam merancang dan menyusun program pendidikan atau pengejaran individual guru dan pihak terkait harus memahami dan memperhatikan Beberapa hal seperti yang di kemukakam oleh Depdiknas (2003) yaitu: 1) pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, 2) karakteristik kebutuhan khusus peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan 3) tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus. Dari kutipan diatas kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus harus fleksibel, yakni pembelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan keterbatasan masing-masing peserta didik. Selain itu
penyesuaian kurikulum dapat
dituangkan kedalam program pendidikan individu atau pembelajaran individu, untuk itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
perlunya memahami pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik kebutuhan khusus peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus. Pada dasarnya kurikulum anak berkebutuhan khusus sama dengan anak yang normal di sekolah biasa, yang saat ini berlaku kurikulum 2013 hanya saja dalam pendidikan luar biasa pembelajaran dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus. Muhammad
Nuh dalam sambutan pelatihan implementasi kurikulum 2013
menyampaikan bahwa “Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan”. Dan beliau menambahkan “Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Kurikulum yang bersifat fleksibel mengakomodasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum 2013 akan lebih peka mempertimbangkan keragaman peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Sekolah luar biasa (SLB) yang menyelenggarakan pendidikan khusus (adaptif) harus mampu mengembangkan kurikulum (kurikulum 13) sesuai dengan tingkat, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki komperensi untuk bekal hidup (life skill). Dedy Kustawan (2013:96) mengemukakan ada 5 (lima) model pengembangan dalam upaya menyusun kurikulum fleksibel, yaitu: 1) model eskalasi (ditingkatkan), 2) model duplikasi (meniru atau menggandakan), 3) model duplikasi (merubah untuk disesuaikan), 4) model subtitusi (mengganti), 5) model omisi (menghilangkan), dan prinsip pengembangan kurikulum fleksibel harus dijadikan acuan oleh para guru untuk peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) adalah; 1) kurikulum umum yang diberlakukan untuk peserta didik pada umumnya perlu diubah atau dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi PDBK, 2) menyesuaikan kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada komponen tujuan, materi, proses, dan/atau penilaian, 3) penyusunan kurikulum tidak harus sama ada masing-masing komponen, 4) proses penyesuaian tidak harus sama untuk semua materi, 5) proses modifikasi juga tidak harus sama untuk semua mata pelajaran, dan 6) proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis kelainan PDBK. Dengan adanya perbedaan karakteristik dari setiap peserta didik berkebutuhan khusus tentunya hal ini akan memerlukan kemampuan khusus guru terutama oleh guru pendidikan jasmani yang harus memodifikasi pembelajaran sedemikian rupa sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik agar terlaksananya target yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat itu.
2. Pendidikan Jasmani Adaptif Barangkali sebagian diantara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan, seperti yang Ki Hajar Dewantara mengemukakan “Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak, adapun maksudnya adalah pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Pendidikan sebagai suatu proses pembelajaran manusia yang berlangsung seumur hidup. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa dan Negara. Tujuan yang sama pada pendidikan jasmani yakni menurut Erianti (2009:38) menyatakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, aspek pola hidup sehat, tindakan moral, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani. Depdiknas (2006:131) menyatakan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportifitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Yani Meimulyani dan Asep (2013:2) mengutarakan hal yang hampir sama bahwa pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional bahwa fungsi pendidikan jasmani untuk memfasilitasi agar anak berkembang menjadi dirinya sendiri secara optimal dengan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan kutipan tersebut diatas, jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Dalam kata lain melalui pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak, pengetahuan, dan penalaran serta mampu mengaplikasikan dalam bentuk nilai-nilai seperti sikap, mental, emosional, sportifitas, spiritual, dan sosial. Pendidikan jasmani tidak hanya menekankan pada penguasaan aspek keterampilan gerak atau keterampilan olahraganya saja, melainkan lebih dari pada itu pendidikan jasmani yang dilaksanakan secara teratur dan dalam suasana pendidikan, dapat mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
seluruh kepribadian anak yang meliputi aspek mental, sosial, intelektual, moral, dan estetika. Jadi Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani. Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang terpilih serta dilakukan secara sistematis. Pendidikan jasmani selain untuk kesehatan juga harus mengandung aspek yang sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik. (Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum). Untuk pendidikan jasmani pada sekolah luar biasa dikenal dengan pendidikan penjas adaptif. Penyelenggaraan Pendidikan sudah dijamin dalam Undang-Undang Republik Indonesia yang telah disebutkan di atas pendidikan harus dilaksanakan dalam ruang lingkup seluas-luasnya dan tidak memandang perbedaan baik dalam setatus sosial dan sebagainya, semua masyarakat memiliki hak yang sama begitu juga untuk meraka yang memiliki keterbatasan dan kelainan baik fisik, mental, sosial maupun gabungan antara ketiga aspek tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) disekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada pasal 5 ayat (2) bahwa Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, dan pasal 32 ayat (1) behwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi dan bakat istimewa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dikenal juga dengan pendidikan adaptif. Pembelajaran dalam pendidikan adaptif harus disesuaikan dengan kondisi keterbatasan masing-masing peserta didik. Menurut Hosni dalam Erianti (2009:5) hakekat pembelajaran adaptif adalah merupakan pembelajaran biasa yang di modifikasi dan dirancang sedemikian rupa hingga dapat dipelajari, dilaksnakan, dan memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa. Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran adaptif bagi anak luar biasa tersebut dirancang diadaptasikan sesuai dengan karakteristik yang di miliki oleh masing-masing anak. Begitu juga dalam pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan khusus. Menurut Nixon dan Jewett didalam Lutan dkk (2002:29) pendidikan jasmani adalah suatu aspek dari pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan pengenaan kemampuan gerak individu sukarela dan beguna serta berhubungan langsung dengan respon mental, emosional, dan sosial. Dari rumusan tentang pendidikan jasmani dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah salah satu aspek dari proses pendidikan secara keseluruhan peserta didik melalui kegiatan jasmani yang dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, sosial, serta perkembangan kecerdasan. Sebagaimana yang telah dijelaskan Undang-Undang Republik Indonesia No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 30 ayat 4 yang berbunyi Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat diselenggarakan pada ruang lingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan olahraga khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan mental seseorang. Dari kutipan Undang-undang yang telah dijelaskan diatas, untuk olahraga penyandang cacat telah diatur oleh negara dan diselenggarakan pada ruang lingkup pendidikan, rekseasi dan prestasi. Untuk olahraga pendidikan, olahraga bagi anak berkebutuhan khusus dikenal dengan nama pendidikan jasmani adaptif sebagaimana yang telah disampaikan oleh Depdiknas, dimana pendidikan jasmani adaptif ini telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi kelainan masing-masing peserta didik dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Menurut Sherril dalam Delphie (2006:113) yang dimaksud dengan pendidikan jasmani khusus adalah sebagai berikut: 1) pendidikan jasmani khusus didefinisikan sebagai suatu sistem penyampaian. Pelayanan yang kompehensif dan dirancang untuk mengidentifikasi pemacahan masalah dalam ranah psikomotor, 2) pelayanan tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individu (PPI), 3) pengajaran bersifat pengembangan yang disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber layanan terkait untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan pemuda. Kemudian Yudha (2005:1) menegaskan bahwa pengelolaan pendidikan luar biasa dituntut untuk dapat memotivasi dalam segala sapek kehidupan anak luar biasa termasuk juga dalam kehidupan berolahraga bagi anak berkebutuhan khusus. Sedangkan tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi anak yang berkelainan yang dikemukakan oleh Hosni (2003:33) adalah: a) menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki, b) untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui pendidikan jasmani tertentu, c) untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi, d) untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya, e) untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri, f) untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik, g) untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton. Sementara itu Nurhasan (2005:6) mengemukakan tujuan utama dalam pelajaran Penjas bagi siswa adaptif, yaitu pembentukan kebugaran dan rehabilitasi kelainan gerak siswa. Mahendra (2005:3) menjelaskan sebagaimana yang telah dibahas dalam buku falsafah Pendidikan jasmani adaptif, peranan dan sumbangan pendidikan jasmani yang paling unik dibanding dengan mata pelajaran lain adalah dalam kemampuannya untuk mengembangkan tiga aspek, yaitu: 1) meningkatkan kebugaran jasmani siswa, 2) meningkatkan keterampilan gerak siswa, 3) meningkatkan pemahaman dan pengertian siswa dalam bidang konsep dan prinsip gerak. (Hahendra, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Dari kutipan diatas dapat diartikan melalui pendidikan jasmani dapat meningkatkan kepercayaan diri dan citra dari anak berkebutuhan khusus akan berkembang. Citra diri anak merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak, misalnya saja ketika anak merasa bahwa ia memiliki kemampuan gerak yang baik dalam aktivitas gerak, prasaan positif dan percaya dirinya akan berkembang. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani faktor yang tidak kalah penting harus adanya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran suatu pembelajaran dan pembinaan prestasi olahraga di sekolah. Salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran pendidikan jasmani dan pembinaan prestasi di sekolah termasuk didalamnya anak-anak yang berkelainan, adalah kurang memadainya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Jadi untuk menunjang pembelajran dan pembinan prestasi disekolah perlu diperhatikan dan dipersiapkan sarana dan prasarana. Dalam Kamus Besar BI (1991:880) sarana ialah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat pencapai maksud atau tujuan tertentu. Menurut UU RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 sarana olahraga adalah peralatan/perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sarana menurut Erianti (2009:53) mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan didalam pembelajaran pendidikan jasmani. Jadi sarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan atau sumber daya pendukung dalam benruk peralatan dan perlengkapn untuk kegiatan olahraga. Pengembangan sarana pendidikan jasmani guru penjas atau pelatih di sekolah dapat berbuat
banyak
dan
leluasa
dalam
menggunakan
dan
memanfaatkan
bahkan
mengembangkan atau memodifikasi sarana yang akan digunakan. Menurut Erianti (2008:52) “ Pengembangan sarana pendidikan jasmani artinya melengkapi yang sudah ada dengan jalan mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau dimodifikasi.’’Jadi dalam pengembangan sarana ini diharapkan untuk memberdayakan anak didik agar bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang gembira dan menarik tanpa kehilangan sensasi pendidikan jasmani ataupun sedang berlatih dalam meningkatkan prestasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Sedangkan dalam Kamus Besar BI (1991:786) Prasarana ialah Segala yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek ,dsb). Menurut UU RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 Prasarana adalah tempat/ruang, termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan penyelenggaraan olahraga. Dan menurut Erianti (2009:54) “ prasarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau susah dipindah-pindahkan.” Jadi prasarana adalah sumberdaya pendukung yang terdiri dari tempat olahraga baik didalam ataupun diluar ruangan sesuai persyaratan yang ditetapkan untuk pelaksanaan kegiatan olahraga. Faktor sarana dan prasarana merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalah kegiatan olahraga. Sarana dan prasarana mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pendidikan jasmani. Sarana dan prasarana disekolah sangat menentukan perkembangan siswa dan atlet agar dapat belajar dan berlatih semaksimal mungkin. Kemudian dalam pendidikan jasmani di SLB di pelukan adanya lapangan, ruangan senam, lapangan bocee, bak lompat serta alat-alat lain seperti bola, matras, mistar, lembing, tolak peluru, ring, palang tunggal, palang sejajar, balok keseimbangan, bola bocy, pita senam dan stopwatch. Selain itu perlengkapan siswa juga harus tersedia seperti pakaian khusus olahraga seperti baju, celana, sepatu dan atribut lainya yang dibutuhkan. Fasilitas atau sarana dan prasarana akan dapat memberikan kontribusi dan hasil yang optimal terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran penjas dan prestasi atlet yang lebih meningkatkan gairah latihan. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana merupakn faktor yang sangat penting dalam pendidikan jasmani dan proses pembinaan prestasi disekolah, karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran dan pembinaan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
a. Sekolah Luar Biasa (SLB) Penyelenggaraan pendidikan jasmani adaptif dilakukan di Sekolah Luar Biasa yakni sekolah dengan layanan khusus dengan peserta anak berkebutuhan khusus yang dikenal juga dengan istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus. Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan anak luar biasa (Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Luar Sekolah, 2003). Rancangan Pendidikan Luar Biasa , terdiri dari tiga komponen pokok yakni kelas, program dan layanan. Ketiga tersebut apa bila dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa. Dengan kata lain pendidikan anak luar biasa adalah pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat di penuhi oleh kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan anak. Maka secara operasional dilapangan pengertian pendidikan luar biasa dapat diartikan sebagai kelas khusus, program khusus, dan layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa. Di Indonesia anak-anak berkebutuhan khusus ini mendapat layanan pendidikan khusus yang di tempatkan di sekolah yang dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Kelainan khusus terhadap fisik atau mental pada anak dengan berkebutuhan khusus yang mempunyai hendaya perkembangan menghendaki layanan pendidikan khusus sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Penidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 (dalam pasal 11 ayat 4 dan pasal 38) dan dipertegas kembali dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 32 ayat (1). Dinyatakan bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. Untuk itulah maka aspek-aspel yang perlu dikembangkan pada anak berkebutuhan khusus atau anak yang bersekolah di SLB adalah gerak, bahasa, kognitif, emosi, sosial, moralitas, dan kepribadian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Selanjutnya Sekolah Luar Biasa (SLB) menurut Permendinas Nomor 29 Tahun 2005 adalah taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB). Jadi Sekolah Luar Biasa pada dasarnya memiliki jenjang yang sama dengan sekolah umum pada setiap jenjang pendidikannya. Untuk wilayah Kota Pekanbaru Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam satu lingkungan terdapat semua jenjang pendidikan (TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB) dengan berbagai jenis kelainan. Menurut Erianti (2008:5-6) “Anak luar biasa (ALB) adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya secara maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa”. Jadi anak luar biasa untuk mengembangkan kemampuannya dibutuhkan pendidikan khusus sesuai dengan kelainan yang dimilikinya. Pada saat sekarang ini perkembangan anak luar biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Mereka memiliki hak yang sama dan ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti anak yang lain, yakni mereka yang dididik dan disekolahkan. Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang ditengah lingkungan keluarga, maka pendidikan luar biasa harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan anak luar biasa. Anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Perbedaan hanya terletak pada adanya kelainan yang dideritanya, kelainan bisa terletak pada fisik, mental, sosial atau gabungan ketiga aspek tersebut. Seperti yang dikemukakan Yudha (2005:1) bahwa anak SLB kedudukannya sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan bangsa perlu mendapatkan posisi dan fungsi strategis dalam pembangunan terutama pembangunan pendidikan yang menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa. Dengan kelainan dan keterbatasan yang sedemikian rupa mereka hingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa. Pemerintah memfasilitasi pendidikan luar biasa sama dengan pendidikan umum, dengan ini diharapkan anak berkelainan atau anak berkebutuhan khusus dapat membentuk pribadinya, memdapatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
pekerjaan di bidangnya dan keterbatasannya, dapat memelihara kesehatan dan hidup mandiri. Dalam pendidikan di Indonesia setiap jenjangnya telah ditetapkan oleh pemerintah mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Semuanya ini adalah proses pendidikan pada setiap jenjangnya. Tidak terkecuali untuk anak yang berkebutuhan khusus. Seperti halnya anak normal, anak berkebutuhan khusus proses pendidikannya sama seperti anak normal yang dimulai dari pendidikan usia dini sampai dengan perguruan tinggi. Begitu juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mereka yang normal, untuk anak berkebutuhan khusus dikenal sebagai Sekolah Menengah Pertama Luar biasa (SMPLB) yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak yang berkebutuhan khusus atau anak yang memiliki kelainan fisik, mental, sosian atau pun gabungan dari ketiga aspek tersebut. Dedy dan Yani (2013:56-57) menjelaskan bahwa satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas: (1) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat, (2) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Selanjutnya Dedy dan Yani (20013:59) menjelaskan Untuk membedakan kelainan dapat dibedakan sebagai berikut: a) SMPLB-A untuk peserta didik tunanetra, b) SMPLB-B peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c) SMPLB-C untuk peserta didik tunagrahita, d) SMPLB-D untuk peserta didik tunadaksa, e) SMPLB-E untuk peserta didik tunalaras, dan f) SMPLB-G untuk peserta didik tunaganda. Kemudian jumlah dan alokasi waktu jam pelajaran untuk SMPLB A,B,C,D dan G kelas VII, VIII, IX adalah 34 jam/minggu. Kelebihan 2 jam dari SMP umum karena penambahan mata pelajaran program khusus. Selanjutnya Sunardi (2012:38) menjelaskan proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A, B, C, D, E terdiri atas 60-70% aspek akademik dan 40-30% aspek keterampilan. Kurikulum pada tingakat saruan pendidikan apapun sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual. Sedangkan pada tingkat menenyah atas atau SMALB adalah jenjang sekolah menengah atas yang diperuntukan untuk pendidikan khusus yang setara dengan Sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Menengah Atas (SMA) untuk umum. Dedy dan Yani (2013:57) mengungkapkan satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang menengah adalah Sekolah Menengah atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat. Tidak berbeda dengan SMPLB, pengelompokan SMALB menurut jenis kelainan yang dikemukakan Dedy dan Yani (2013:59) yakni: a) SMALB-A untuk peserta didik tunanetra, b) SMALB-B peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c) SMALB-C untuk peserta didik tunagrahita, d) SMALB-D untuk peserta didik tunadaksa, e) SMALB-E untuk peserta didik tunalaras, dan f) SMALB-G untuk peserta didik tunaganda. Selain itu jumlah dan alokasi waktu jam belajar pada tingkat SMALB-A, B, C, D, E, G kelas X, XI, XII. menurut Dedy dan Yani (2013:73) adalah 36 jam/minggu, sama dengan jem pelajaran di SMA umum. Program khusus pada jenjang SMALB bersifat fakultatif dan tidak termasuk beban belajar. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A, B, C, D, E terdiri dari 40-50% aspek akademik dan 50-60% aspek keterampilan. Dari jenjang pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB A, B, C, D, E mengacu pada SKL, KI, KL sekolah umum yang disesuai kan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus yang dimiliki peserta didik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa SMALB merupakan Sekolah menengah atas yang diperuntukan untuk anak berkebutuhan khusus ata berkelainan. Dalam penerapannya sama dengan sekolah menengah atas lainnya, baik dari segi pelajaran maupun alokasi waktu. SMALB dikelompokan sesuai dengan jenis kelainan, SMALB-A (tunanetra), SMALB-B (tunarungu), SMALB-C (tunagrahita), SMALB-D (tunadaksa), SMALB-E (tunalaras), dan SMALB-G (tunaganda). Walau pun anak berkebutuhan khusus memiliki kelainan yang sedemikian rupa mereka juga memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya.
b. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Setiap manusia terlahir menjadi spesial, unik dan dikaruniai kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Semua manusia juga berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas. Begitu juga anak-anak berkelainan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial, maupun gabungan ketiga aspek tersebut atau dikenal juga sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Istilah yang paling tepat tergantung dari bagaimana cara memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah impairment yang berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan, disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu, sedangkan handicap berhubungan dengan kelainan atau ketidak mampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Deddy Kustawan (2013:77) Anak bekebutuhan khusus (ABK) atau dikenal juga dengan cilldren with special needs adalah mereka yang karena suatu hal khusus (baik yang berkebutuhan khusus permanen adaupun yang berkebutuhan khusus temporer) membutuhkan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang secara optimal. Anak berkebutuhan khusus permanen yaitu mereka yang mengalami hambatan hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari malam dirinya (contohnya anak yang memiliki hambatan atau gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan gerak, dsb) sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer adalah anak mereka yang mengalami hambatan hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari luar tubuhnya ( contohnya tunadaksa, anak dari masyarakat yang terasing dan sebagainya). Zainal Alimin dalam Dedy kustawan dan Yeni (2013:28) mengartikan bahwa anak berkebutuhan khusus sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Selanjutnya Yeni dan Caryoto (2013:7-8) menyatakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus ada 2 hal perbedaan yaitu: (1) perbedaan individual yakni membandingkan keadaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal diantaranya perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan intelektual), kemampuan panca indra (sensory), kemampuan gerak, kemampuan komunikasi perilaku sosial, dan keadaan fisik. (2) Perbedaan intraindividual adalah suatu perbandingan antara potensi yang ada dalam diri individu itu sendiri, perbedaan itu dapat muncul dari berbagai aspek meliputi intelektual, fisik, psikologis, dan sosial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
(Kirk, 1970; Heward & Orlansky, 1988 dalam Mohammad Efendi 2006:2) anak berkelainan, berkebutuhan khusus atau anak yang berbeda dari rata pada umumnya dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi dan bergerak. Dari uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dengan keterbatasan baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut sehingga membutuhkan layanan pendidikan yang spesifik yang berbeda dengan anak pada umumnya, karena anak berkebutuhan khusus ini memiliki keterbatasan sedemikian rupa meliputi kelainan fisik seperti kelainan indra penglihatan (tunanetra), kelainan indra pendengaran (tunarungu), kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) dan anak yang memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak yang memiliki kemampuan mental lebih yang dikenal sebagai anak berbakat, dan anak yang memiliki kemampuan sangat rendah dikenal sebagai anak tunagrahita, sedangkan anak yang berkelainan dalam aspek sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam penyesuaian perilaku terhadap lingkungan sekitar anak dalam keterbatasan ini dikenal dengan sebutan tunalaras. Erianti (2009:7) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya (capacity) secara maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa atau layanan yang berhubungan dengan pendidikan luar biasa. Anak atau peserta didik yang memiliki kelainan menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan adaptif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan terdiri dari peserta didik yang memiliki kelainan dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa, dalam hal ini termasuk peserta yang berkebutuhan khusus permanen. Jika dicermati kelainan yang dialami oleh seseorang maka setiap kelainan yang ada pada hakikatnya memiliki derajat tertentu. Effendi (2006:3-4) mengemukakan gradasi kelainan atau berkebutuhan khusus dimulai dari tingkat yang paling berat hingga tingkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
yang paling ringan dan pada ambang batas tertentu jarak anak yang berkelainan dan tidak berkelainan tampak perbedaan yang mencolok. Kirk, 1970 dalam Efendi (2006:4) menjelaskan tentang anak berkelainan yang dimasukan dalam kategori perlu layanan khusus, yaitu “…who deviates from the average or normal child in mental, physical, or social characteristics to such an extent that he requires a modification of school practices, or special educational services in order to develop to his maximum capacity”. “ anak-anak yang menyimpang dari anak rata-rata atau normal secara mental, fisik, atau karakter sosial, salah satunya untuk meringankan kebutuhan mereka akan modifikasi kegiatan sekolah, atau pelayanan pendidikan khusus yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas maksimal mereka.” Jadi implikasi pada pernyataan tersebut bahwa pelayanan pendidikan khusus (student with special needs) hanya diberikan kepada anak-anak yang memiliki hambatan untuk meniti tugas perkembangannya, disebabkan oleh kelainan dalam aspek fisik, mental dan sosial. Dengan pemberian pelayanan pendidikan khusus yang relevan dan sesuai dengan kebutuhannya, potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dapat dikembangkan secara optimal. Menurut Efendi (2006:4) Klasifikasi anak berkebutuhan khusus dikelompokan ke dalam kelainan fisik, kelainan mental dan kelainan karakteristik sosial. Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat dari kelainan tersebut timbul suatu keadaan dimana tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas secara normal. Contoh dari kelainan fisik ini seperti; (a) alat fisik indra, misalnya kelainan pada indra pengliharan (tunanetra), kelainan pada pendengaran dan fungsi organ bicara (tunarungu), (b) alat gerak tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang (poliomyelitis), kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi gerak (cerebal palsy), kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, misalnya lahir tanpa tangan/kaki, amputasi (tunadaksa). Anak berkebutuhan khusus dalam aspek mental adalah anak yang memiliki penyimpangan kemampuan berfikir secara kritis, logis dalam menghadapi lingkungan sekitar. Kelainan dalam aspek ini terbagi dua yaitu kelainan mental dalam arti lebih (supernormal) yang dikelompokan menjadi; (a) anak mampu belajar dengan cepat (rapid commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
learner), (b) anak berbakat (gifted), dan anak genius (extremely gifted). Anak dalam kategori ini anak tidak harus disekolah luar biasa. Anak yang berkelainan mental dalam arti kekurangan disebut tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan sedemikian rendahnya (dibawah normal) sehingga untuk meniti perkembangannya memerlukan bantuan dan layanan secara khusus, termasuk didalam kebutuhan pendidikannya. Kelainan perilaku sosial adalah anak yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain. Efendi (2006:11) menjelaskan Pengklasifikasikan anak berkelainan atau anak berkebutuhan khusus sebagai mana yang telah di jelaskan, dalam pendidikan khusus atau layanan khusus (khususnya di Indonesia) maka bentuk kelainan di sekolah luar biasa (SLB) dapat disederhanakan sesuai dengan kekhususannya masing-masing yaitu: 1) Bagian A untuk kelas tunanetra, 2) bagian B untuk kelas tunarungu, 3) bagian C untuk kelas tunagrahita, 4) bagian D untuk kelas tunadaksa, 5) bagian E untuk tunalaras, dan 6) bagian G untuk kelas tunaganda (cacat ganda). Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan yang sedemikian baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut. Untuk pengembangan potensi dirinya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan khusus atau layanan khusus di sekolah luar biasa. Yang mengikuti pendidikan khusus di sekolah luar biasa antara lain adalah anak berkebutuhan khusus tunanerta, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda. Kerana karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Jenis anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa menurut Kauffman dan Hallahan dalam Erianti (2009:10) dapat di golongkan berdasarkan jenis kelainannya yaitu: 1) Tunagrahita (mental retardation) atau disebut sebagai anak dengan hendaya perkembangan (child with development impairment), 2) Kesulitan belajar (learning disability) anak yang berprestasi rendah (specific learning disability), 3) Hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactive), 4) tunalaras (emotional or behavioral commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
disorder), 5) Tunarungu wicara (communication disorder and deafnes), 6) tunanetra (partially seing and legally blind), 7) anak autisik (autistic children), 8) tunadaksa (physical disability), 9) tunaganda (multiple handicapped), 10) anak berbakat (giftedness and special talents). Sementara itu pendapat lain juga dikemukakan oleh Rahardja (2003:7-15) mengelompokkan jenis anak berkebutuhan khusus berdasarkan lenis kelainannya yakni antara lain: 1) tunanetra, 2) tunarungu, 3) tunagrahita, 4) tunadaksa, 5) tunaganda.
d. Karakreistik Anak Berkebutuhan khusus 1)
Peserta Didik Tunanetra Mata sebagai indra penglihatan dalam tubuh manusia dan menduduki peringkat
utama, sebab sepanjang waktu manusia terjaga mata akan membantu manusia dalam melakukan aktivitas, disamping sensoris lainnya seperti pendengaran, penciuman, perabaan dan perasa. Effendi (2006:26) menyatakan Begitu besar peran mata sebagai salah satu dari panca indra yang sangat penting, maka dengan terganggunya indra penglihatan seseorang berarti ia akan kehilangan fungsi kemampuan visualnya untuk merekam objek dan peristiwa fisik yang ada dilingkungannya. Dalam hal ini seseorang yang memiliki hambatan atau gangguan dalam penglihatan dikenal dengan nama tunanetra. Kehadiran anak tunanetra tidak mengenal sekat suku bangsa, agama, golongan, ras, atau status. Mereka hadir tanpa harus memberi tanda-tanda khusus sebagaimana layaknya fenomena alam lainnya. Hanya saja yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana cara membantu mereka dengan tepat dan dapat menerima keadaan ketunatraannya, yang terpenting juga adalah bagaimana agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya walaupun dalam keterbatasan. Organ mata yang normal dalam menjalankan fungsi sebagai indra penglihatan melalui proses berikut. Pantulan cahaya dari objek dilingkungannya ditangkap oleh mata melewati kornea, lensa mata, dan membentuk bayangan mata yang lebih kecil dan terbalik pada retina. Dari retina memalalui saraf penglihatan bayangan dikirim ke otak dan membentuklah kesadaran organ tentang objek yang dilihatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal (Sumber: Efendi (2006:30) Sedangkan organ mata yang tidak nomal atau berkelainan dalam proses fisiologis melihat sebagai berikut. Bayangan benda yang ditangkap oleh mata tidak dapat diteruskan oleh kornea, lensa, mata, retina, dan ke saraf dikarenakan suatu sebab, misalnya kornea mata mengalami kerusakan, kering, keriput, lensa mata menjadi keruh, atau saraf yang menghubungkan mata dengan otak mengalami gangguan. Seseorang yang mengalami kondisi tersebut dikatakan sebagai penderita kelainan penglihatan atau tunanerta (Efendi, 2006:30).
Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal (Sumber: Efendi, 2006) Didalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan juga disebut dengan tunanetra. Sutjihati (2006:65) memyatakah bahwa tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas selalu dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Menurut Dedy Kustawan (2013:82) Peserta didik tunanetra adalah peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan yang sedemikian rupa. Menurut Kaufman dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Hallahan didalam Dedy Kustawan (2013:82) tunanerta adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Artinya seseorang dikatakan tunanetra jika ia memiliki visus sentralis 6/60 lebih kecil dari itu dan bisa jadi setelah di koreksi secara maksimal penglihatan tidak dapat digunakan. Sementara Sudjihati (2006:65) juga pendapat bahwa tunanetra adalah individu yang indra penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Dan tambahan lain menurut Sudjihati (2006:65) anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi sebagai berikut: a) ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas, b) terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu, 3) terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan. Dari uraian di atas bahwa tunanerta harus diberikan layanan khusus karena keterbatasannya dalam melihat. Pemberian layanan khusus atau pendidikan khusus sesuai dengan klasifikasi ketunanetraannya. Karena tunanetra memiliki keterbatasan pada indra penglihatannya maka proses belajar menekankan pada alat indra yang lain yakni indra pendengaran dan indra peraba. Prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah menggunakan tulisan Braille, gambar timbul, benda model, dan benda nyata, sedangkan media bersuara adalah menggunakan radio, tape recorder, VCD, DVD, televisi dan sebagainya. Untuk membantu tunanetra beraktifitas disatuan pendidikan khusus (Sekolah Luar Biasa) mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas (OM). Orientasi dan mobelitas adalah mata pelajaran pada program pendidikan khusus. Dedy Kustawan (2013:82-83) menyatakan Orientasi dan mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanerta yang terbuat dari alumenium). Jadi jika hal ini tidak dipelajari maka peserta didik tunanerta dapat ketinggalan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Selanjutnya Hosni (2003:16) mengatakan latihan khusus atau bantuan lainnya dalam pendidikan tunanerta dapat dikelompokan menjadi: a) mereka mampu membaca commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
catakan standar, b) mampu membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar, c) mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf No. 18), d) mampu membaca cetakan kombinasi, cetakan regular dan cetakan besar, e) membaca cetakan besar menggunakan kaca pembesar, f) menggunakan braille tetapi masih bias melihat cahaya dan, g) menggunakan braille tetapi tidak punya persepsi cahaya. Yani Meimulyani dan Cartoyo (2013:10) mengelompokan jenis tunanetra menjadi dua kelompok tunanetra yakni: 1) tunanerta golongan buta total (Blind) yaitu mereka yang sama sekali tidak memiliki atau hampir tidak memiliki persepsi visual, mereka yang hanya memiliki persepsi cahaya, mereka memiliki persepsi sumber cahaya dan mereka yang mengunakan tanda-tanda braille sebagai media baca atau pengajaran, 2) tunanetra golongan kurang lihat (low vision) yaitu mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran besar (benda-benda berukuran 1dm atau lebih besar), mereka membutuhkan tanda-tanda braille sebagai media baca dan pengajaran, mereka memiliki persepsi benda-benda sedang (bendabenda ukuran 1 dm dan 2 cm) dan di antara mereka ada yang membutuhkan tanda-tanda braille dan ada diantara mereka yang menggunakan huruf dan tanda visual yang diperbesar, mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran kecil (benda-benda berukuran 2 cm atau lebih kecil) mereka pada umumnya dapat menggunakan huruf dan tanda visual sebagai media baca dan pengajaran. Berdasarkan Word Health Organition (WHO) didalam Yani dan Asep (2013:11) seseorang dikatakan low vision apabila: 1) memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi atau koreksi, refraksi srandart (kacamata atau lensa), 2) mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima refsefsi cahaya, 3) luas penglihatan kurang dari 10 drajad dari titik fiksasi. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyandang tunanetra adalah mereka yang memiliki keterbatasan (cacat) pada indra penglihatan baik total maupun masih memiliki sisa penglihatan. Maka dari itu diperlukan pendidikan khusus untuk penyandang tunanetra dan media pembelajarannya juga harus dikelompokan menjadi kelopok buta total dan kelompok low vision.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Untuk pembelajaran pendidikan jasmani sendiri dapat dikalukan dengan memodifikasi alat dengan menggunakan suara contohnya bola yang diberi kerincingan, berlari dengan menggunakan tepukan tangan dan sebagainya. 2) Peserta Didik Tunarungu Dalam susunan pancaindra manusia, telinga sebagai indra pendengaran yang merupakan organ untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu, kehilangan kemampuan untuk mendengar berarti kehilangan kemampuan menyimak secara utuh peristiwa disekitarnya. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mengalami kelainan pendengaran yaitu tuli, bisu, tunawicara, cacat dengar, kurang dengar ataupun tunarungu. Didalam dunia pendidikan luar biasa atau di sekolah luar biasa anak yang mengalami kelainan pendengaran dikenal dengan sebutan tunarungu. Yani dan Asep (2013:11-12) mengartikan tunarunggu sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indra pendengaran dan karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu juga memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka juga disebut tunawicara. Selanjutnya Dedy (2013:83) menyatakan bahwa anak tunarungu adalah mereka yang memiliki hambatan pendengaran sedemikian rupa, dengan hambatan ini mengakibatkan gangguan pada komunikasi dan bahasa sehingga dalam pendidikan penyandang tunarunggu memerlukan layanan atau pendidikan khusus sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu Mufti Salim didalam Sutjihati (2006:93-94) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Selanjutnya hal yang hampir serupa dinyatakan oleh Dedy dan Yeni (2013:31) bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kesulitan kemampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan menjadi tuli dan kurang dengar, sehingga menghambat proses penerimaan informasi bahasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
melalui pendengarannya baik menggunakan alat bantu dengar maupun tidak, oleh karena itu diperlukan bimbingan atau pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhannya untuk mengoptimalkan bahasa dan potensi yang dimilikinya. Maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengarnya sehingga sulit untuk memahami bahasa dikarenakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk memenuhi kebutuhan pendidikan agar mereka bias menggali potensi dirinya secara optimal. Karena memiliki hambatan pendengaran individu tunarungu juga memiliki hambatan berbicara atau berkomunikasi. Untuk itu bahasa yang digunakan oleh penyandang tunarungu adalah bahasa isyarat seperti yang dikemukakan oleh Yeni dan Caryoto (20013:12) cara berkomunikasi tunarungu dengan individu lain menggunakan bahasa syarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda setiap Negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cendrung sulit dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Untuk kepentingan pendidikan klasifikasi tunarungu dapat di ketahui memalui tes
audiometris.
Dwidjosumarto
dalam
Sutjihati
(2006:95)
mengemukakan
ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut: tingkat I kehilangan kemampuan mendengar antara 35-54 dB penderita ini hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus, tingkat II adalah kehilangan kemampuan mendengar antara 55-69 dB penderita memerlukan penempatan sekolah secara khusus dan dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan secara khusus, tingkat III kehilangan kemampuan mendengar 70-89 dB, dan tingkat IV kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas. Penderita dari tingkat I dan II mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan pelayanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Menurut Yani dan Cartoyo (2013:13) kelompok tunarungu dapat di klasifikasikan sebagai berikut: a) tunarungu ringan (Mild hearing loss), b) tunarungu sedang (moderate hearing loss), c) tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss), d) tunarungu berat (severe hearing loss), e) tunarungu berat sekali (profound hearing loss). Dengan
kata
lain
tunarungu
dapat
diklasifikasikan
menurut
tingkat
pendengarannya sehingga memerlukan pendidikan khusus untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Selain itu Sudjihati (2006:65) menyatakan perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu berkaitan dengan ketajaman pendengarannya. Akibat dari keterbatasan pendengaran anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik, dengan demikian tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraba, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Perlunya pendidikan khusus untuk pengembangan diri pada penyandang tunarungu dalam menggali potensi dirinya, demikian pula dalam pendidikan jasmani. Dengan pendidikan jasmani adaptif diharapkan anak tunarungu dapat membentuk kepercayaan dirinya, menjalani pergaulan sosial, dan kebugaran jasmani. 3) Peserta Didik Tunagrahita Sesuai dengan fungsinya, mental dan kecerdasan bagi manusia merupakan pelengkap kehidupan yang paling sempurna. Dengan bekal mental dan kecerdasan yang memadai dinamika kehidupan menjadi lebih baik, sebab melalui kecerdasan mental manusia dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang lebih bermanfaat dan menyenangkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sepanjang waktu selama manusia beraktivitas, ia akan melibatkan mental sebagai pengendali gerak tubuh dalam aktivitas. Oleh sebab itu kelainan atau gangguan alat sensoris ini pada seseorang disebut mental subnormal berarti ia telah kehilangan sebagian
besar
kemempuan
untuk
mengabstraksikan
dilingkungannya secara akurat. commit to user
peristiwa
yang
ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula dengan keterbelakangan mental, lemah ingatan, flebleminded, mental subnormal, dan tunagrahita. Didalam dunia pendidikan khusus atau tepatnya sekolah luar biasa, siswa yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata dikenal dengan tunagrahita yang kelasnya disebut juga kelas C. Istilah ini menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Yani dan Asep (2013:12) mengemukakan tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah tara-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Selanjutnya
Sutjihati
(2006:103)
menjelaskan
keterbelakangan
kecerdasannya
mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah bisa secara klasikal. Sementara Delphie (2006:2) “ Anak dengan hendaya perkembangan kemampuan (tunagrahita), memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik”. Menurut Dedy (2013;85) peserta didik tunagrahita mempunyai hambatan akademik yang sedemikian rupa sehingga dalam layanan pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan kemampuannya. Bratanata 1979 didalam Efendi (2006:88) menyatakan bahwa seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memilki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya. Penafsiran yang salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa keadaan kelainan mental atau tunagrahita dianggap seperti suatu penyakit sehingga dengan memasukan kelembaga pendidikan atau perawatan khusus, anak diharapkan dapat normal kembali. Penafsiran tersebut sama sekali tidak benar sebab tunagrahita dalam jenjang manapun tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama dengan penyaki. Menurut Kirk,1970 dalam Mohammad Efendi (2006:88) “Mental retarded is not disease commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
but a condition”. Jadi, kondisi tunagrahita tidak bisa disembuhkan atau diobati dengan obat apapun. Dengan demikian dari beberara teori yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata dan mempengaruhi perkembangan mentalnya, maka dari itu anak dengan masalah ini disebut juga dengan anak yang keterbelakangan mental. Dengan kondisi ini tidak dapat disembuhkan dengan obat apapun, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak dengan keterbatasan tunagrahita memerlukan pendidikan secara khusus atau di sekolah luar biasa. Selanjutnya tim proyek pengembangan pendidikan jasmani bagi penyandang tunagrahita (2004:1) menjelaskan bahwa para penyandang tunagrahita (Intelectual disability) memiliki prevalensi 7 kali lipat dibandingkan dengan ketulian, 9 kali lipat lebih prevalen dibandingkan dengan yang memiliki cerebral palsy, 15 kali lipat dibandingkan kebutaan total dan 35 kali lipat dibandingkan distropi otot. Untuk memahami anak tunagrahita atau keterbelakangan mental ada baiknya memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA). Mental Age adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Sutjihati (2006:104) mencontohkan “Anak yang mempunyai usia enam tahun akan mempunyai kemampuan yang sepadan dengan kemampuan anak yang berusia enam tahun pada umumnya”. Artinya anak yang berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (cronologi Age), maka anak tersebut memiliki kemampuan kecerdasan diatas rata-rata. Sebaliknya jika MA seorang anak lebih rendah dari pada umurnya, maka anak tersebut memiliki kemampuan dibawah ratarata. Anak tunagrahita memiliki MA yang lebih rendah dari pada CA secara jelas. Oleh karena itu MA yang sedikit saja kurangnya dari CA tidak termasuk tunagrahita. MA dipandang sebagi indeks dari perkembangan kognitif dari seorang anak. Jadi untuk mengetahui seorang anak termasuk kedalan kondisi tunagrahita dapat memahami konsep mental age (MA) yang disesuaikan dengan anak sesusianya, jika MA lebih rendah dari pada CA dapat dipastikan anak tersebut mengalami keterbelakangan mental atau kemampuan intelektualnya dibawah rata-rata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagahita dengan anak normal semakin terlihat jelas. Pada kasus tertentu memang ada anak normal menyerupai keadaan anak tunagrahita jika dilihat selintas, tetapi setelah ia mendapatkan perawatan atau terapi tertentu, maka berlahan tanda-tanda ketunagrahitaan yang tampak sebelumnya berangsur-angsur hilang dan menjadi normal. Keadaan ini kemudian dikenal dengan istilah tunagrahita semu (pseudofeebleminded).
Mohammad
Efendi
(2006:89)
berpendapat
bahwa
kasus
pseudofeebleminded ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya yakni: 1) Gangguan emosi pada kanak-kanak sehingga menghambat perkembangan kognitifnya. 2) Keadaan lingkungannya yang kurang baik dan tidak memberikan ransangan pada kecerdasan anak sehingga kecerdasannya terhambat. Rendahnya kapabilitas mental pada anak tunagrahita akan berpengaruh terhadap kemampuanya untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya. Hendeschee dalam Mohammad Efendi (2006:89) memberikan batasan Dengan kondisi keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial dan keterbatasan fungsi-fungsi lainnya anak tunagrahita tidak dapat hidup dengan kekuatan sendiri di tempat sederhana dalam masyarakat. Edgar Doll dalam Mohammad Efendi (2006:89) berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara sosial tidak cakap, (2) secara normal dibawah normal, (3) kecerdasan terhambat sejak lahir, dan (4) kematangannya terhambat. Dari uraian tersebut memberikan implikasi bahwa ketergantungan anak tunagrahita terhadap orang lain pada dasarnya tetap ada, meskipun tiap masing-masing jenjang anak tunagrahita kualitasnya berbeda, tergantung pada beratringannya ketunagrahitaan yang diderita. Untuk memahami anak tunagrahita ada baiknya kita telaah definisi tentang anak ini yang dikembangkan oleh AAMD (American Association of Mental Deficiency) sebagai berikut : “Keterbelakangan mental menunjukan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidak mampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, 1986 didalam Sutjihati Soemantri 2006). Menurut Sutjihati (2006:105) ada beberapa karakteristik umum tunagrahita yang dapat dipelajari, yaitu: 1) keterbatasan intelegensi yakni kapasitas belajar anak tunagrahita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis, dan membaca sangat terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo (meniru), 2) keterbatasan sosial yakni anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi, mereka juga mudah dipengaruhi dan cendrung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatmya, 3) keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya yakni anak tunagrahita memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin secara konsisten yang dialaminya dari hari kehari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana pengembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Untuk itu diperlukan pendidikan khusus untuk menggali potensi dirinya, sehingga walau dalam keadaan tunagrahita mereka memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan mengembangkan potensi yang diminatinya. Tunagrahita atau keterbelakangan mental dapat diklasifikasikan menjadi tiga, pengelompokan ini umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya. Honsi (2003:19-20) mengemukakan klasifikasi anak tunagrahita yakni; a) Tunagrahiita ringan biasanya memiliki IQ 70-55, b) tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55-40, c) tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40-25, dan d) tunagrahita sangat berat memiliki IQ <25. Selanjutnya Blake didalam Efendi (2006:108) menjelaskan perbedaan anak tunagrahita pada table berikut. Tabel 3. klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasar Drajat Keterbelakangannya. Level IQ Keterbelakangan Standford Binet Skala Weschler Ringan 68-52 69-55 Sedang 51-36 54-40 Berat 32-90 39-25 Sangat berat >19 >24 (Sumber: Blake didalam Effendi (2006:108)) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
a) Tunagrahita Ringan Menurut Sudjihati (2006:106) Tunagrahita ringan disebut moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-55 menurut Binet, sedangkan skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan yang baik, anak terbelakangan mental ringan pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Sudjihati Soemantri (2006:107) “anak keterbelakangan mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan”. Selanjutnya menutut Efendi (2006:90) kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita ringan antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung, (2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain, (3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari. Jadi anak tunagrahita ringan adalah anak dengan IQ 68-55 yang masih mampu untuk dididik, membaca, berhitung, bekerja dan dilatih. Untuk perkembangan pengetahuannya mereka dapat dilatih, bekerja, dan masih bisa bersekolah disekolah luar biasa. Pada dasarnya tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik, jika diliat sekilas mereka separti anak normal pada umumya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dan anak normal. b) Tunagrahita Sedang Efendi (2006:90) Tunagrahita sedang disebut juga tunagrahita mampu latih atau embecil adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukan bagi anak tunagrahita ringan. Kemudian menurut Sutjihati (2006:107) tunagrahita sedang adalah tunagrahita dengan kelompok yang memiliki IQ 51-36 skala Binet dan 54-40 menutur skala Weschler (WISC). Mereka dapat didik untuk mengurus dirinya sendiri, melindungi diri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Kemampuan anak tunagrahita ringan perlu diberdayakan karena mereka masih mampu dilatih. Untuk perkembangannya pengetahuannya mereka dapat dilatih untuk merawat dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari. Effendi (2006:90) menjelaskan bahwa anak tunagrahita ringan mampu dilatih dengan memberdayakan kemampuannya melalui: 1) belajar mengurus diri sendiri misalnya makan, memakai pakaian, tidur, dan mandi sendiri, 2) belajar menyesuaikan lingkungan rumah dan sekitarnya, 3) mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di tempat kerja, atau dilembaga khusus. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kecerdasan yang sedemikian rendahnya, mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri melalui aktivitas sehari-hari serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatannya menurut kemempuannya. c) Tunagrahita berat dan sangat berat Tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat sering disebut idiot atau anak mampu rawat. Sudjihati (2006:108) menjelaskan tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut slake Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler (WISC), dan untuk tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ dibawah 25 menurut skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun. Selanjutnya Efendi (2006:90) menjelaskan bahwa tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat ini memiliki kecerdasan yang sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus dirinya sandiri dan bersosialisasi, sehingga untuk mengurus dirinya sendiri memerlukan bantuan orang lain. Selain itu Patton didalam Efendi (2006:91) menjelaskan bahwa anak tunagrahita mampu rawat
atau tunagrahita berat
membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Ciri fisik tunagrahita berat atau tunagrahita sangat berat menurut Erianti (2009:19) adalah sebagai berikut; 1) penampilan fisiknya tidak seimbang, misalnya kepala terlalu besar/kecil, 2) tidak dapat mengurus dirinya sendiri, 3) perkembangan bicara dan bahasanya terlambat, 4) tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan, pandangannya selalu kosong, 5) koordinasi gerak sering tidak terkendali, 6) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
kadang kala sebagian anak tunagrahita berat dan sangat berat sering mengeluatkan cairan dari mulut (ludah atau iler). Dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat adalah anak yang kecerdasannya sangat rendah dan tidak bisa merawat atau mengurusi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga sepanjang hidupnya membutuhkan perawatan, karena ia tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain tunagrahita berat dan sangat berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berbakaian, mandi, makan, dan semua kativitas sehati-hari. 4) Peserta Didik Tunadaksa Barangkali kita sependapat bahwa kaki dan tangan merupakan organ tubuh yang sangat penting dalam mobilitas. Hal ini disebabkan kedua jenis organ ini manfaatnya sangat besar bagi manusia dalam melengkapi dan merealisasikan segala keinginan untuk bergerak, baik yang dilakukan secara parsial maupun integral bersama dengan organ sensoris pendukung lainnya. Apabila fungsi kedua organ tubuh tersebut mengalami gangguan, baik sebagian ataupun keseluruhan, yang disebabkan oleh luka maupun luka bagian syaraf otak (cerebal palsy), kelainan pertumbuhan, atupun amputasi, akan mempengaruhi mobilitas hidup orang yang mengalaminya. Hal seperti ini dikenal dengan sebutan tunadaksa. Tunadaksa menurut Dedy dan Yani (2013:33) adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan strukur tulang yang bersifat bawaan, akibat kecelakaan, celebral palsy (CP), amputasi, polio, dan lumpuh. Dedy dan Yeni (2013;34) juga menjelaskan bahwa tingkatan gangguan pada tunadaksa adalah tunadaksa ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, untuk tunadaksa sedang yaitu memiliki keterbatasan gerak dan gangguan koordinasi sensorik, sedangkan tunadaksa berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerak fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. Selanjutnya Suroyo didalam Yani dan Asep (2013:14) menjelaskan bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan angota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna, sehingga untuk kepentingan pembelajaran perlu layanan secara khusus. Selain itu Erianti (2009:24) mengartikan tunadaksa sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah, sehingga menghasilkan kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan khusus. Sementara itu Yani dan Caryoto (2013:19) mendefinisikan ketunadaksaan adalah seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Selanjutnya Conference dalam Sudjihati (2006:121) mengartikan tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau juga dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Delphie (2006:123) menyatakan peserta didik tunadaksa dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu “kelainan pada sistem serebral (serebral system) dan kelainan pada sistem otot dan rangka (musculoskeletal system)”. Jadi peserta didik tunadaksa mayoritas memiliki kecacatan fisik, sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi, kognisi dan dikarenakan adanya kerusakan syaraf tertentu. Dengan demikinan dalam memberikan layanan disekolah memerlukan modifikasi dan adaptasi yang diklasifikasikan dalam tiga kategori umum, yaitu kerusakan pada syaraf, kerusakan tulang, dan dengan anak gangguan kesehatan lainya. Sementara itu Mujito dalam Erianti (2009:25) mengatakan anak tunadaksa dapat digolongkan menjadi tiga yaitu 1) golongan yang kehilangan atau atau kekurangan anggota tubuh misalnya amputasi (amputee) dan cebol, 2) golongan yang kelayuan otot/tulang seperti post poliomyelitis, paraplegia, dan stiomyelitis, golongan yang mengalami kekakuan dan tidak adanya koordinasi yang baik seperti TBC tulang. Selanjutnya Yani dan Caryoto (2013:20-21) menjelaskan dilihat dari pergerakan otot-otot penyandang cerebral palsy dikelompokan menjadi empat jenis yaitu: 1) Spastic yaitu anak yang mengalami ini menunjukan kekejangan pada otot-ototnya, yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam diam misalnya waktu tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang. 2) athetoid yaitu anak yang mengalami athetoid tidak mengalami atau kekakuan. Otot-ototnya dapat begerak dengan mudah, malah terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Hal ini sangat mengganggu dan merepotkan anak itu sendiri. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir dan mata. 3) tremor yaitu anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan-gerakan kecil yang berulang-ulang. Sering dijumpai anak yang salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak, 4) rigid yaitu anak cerebral palsy jenis ini mengalami kekakuan otot-otot. Gerakan-gerakannya sangat lambat dan kasar. Kondisikondisi anak seperti itu jelas memberi dampak pada aktifitas dikehidupannya. Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu hambatan dimana terjadi kerusakan pada organ seperti tulang, otot, sendi maupun pada syaraf. Dimana pada kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau juga pembawaan sejak lahir. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki tunadaksa untuk melakukan gerak tubuh menyebabkan ia membutuhkan layanan latihan, baik terapi maupun bantuan medis guna memperbaiki atau mengobati kelainan pada tubuhnya dengan pola tertentu, peralatan-peralatan yang sesuai, dan fasilitas pendukung lainnya. untuk yang memiliki masalah pendidikan, maka pembelajaran dapat yang bersifat khusus yang sesuai dengan kelainan anak yang bersangkutan. 5) Peserta Didik Tunalaras Istilah tunalaras berasal dari kata tuna dan laras. Tuna berarti kurang sedangkan laras berarti sesuai. Jadi dari perpaduan kata tersebut dapat diartikan anak tunalaras adalah anak yang tingkah lakunya tidak sesuai dengan lingkungan. Anak yang memiliki gangguan tingkah laku atau lebih dikenal dengan sebutkan tunalaras ini, bukan masalah yang sederhana untuk menentukan anak dengan gangguan tingkah laku ini. Secara garis besar anak tunalaras dapat diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan mengalami gangguan emosional. Sehubungan dengan itu, William M.C didalam Yani dan Asep (2013:15) mengemukakan ada dua klasifikasi anak dengan kelainan tunalaras, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
yaitu; 1) anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, 2) anak yang mengalami gangguan emosi. Tunalaras menurut Erianti (2009:20) merupakan istilah atau sebutan bagi mereka yang mengalami penyimpangan tingkah laku sedemikian rupa sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya, tingkahlaku mereka dikatakan menyimpang karena tidak selaras dengan norma-norma yang berlaku dilingkungannya. Anak tunalaras juga disebut dengan anak nakal, anak anak bandel, keras kepala, dan anak yang mengalami gangguan emosi. Hal yang hampir sama di kemukakan oleh Dedy dan Yani (2013:34) bahwa tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Effendi (2006:134) mengatakan apapun sebutan yang diberikan kepada individu yang tidak mampu menyelaraskan perilakunya dengan norma umum yang berlaku dilingkungannya, secara substansi tidak mengurangi sebagai sosok individu yang perlu intervensi khusus. Dari uraian diatas dapat disimpulkan anak tunalaras adalah individu yang memiliki atau mengalami hambatan dalam mengontrol emosi, sikap dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan lingkungan, mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sehingga hal ini akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain yang disekitarnya dan akan mengganggu pada situasi belajarnya. Menurut Sudjihati (2006:147) situasi belajar yang mereka hadapi secara monoton akan mengubah perilaku bermasalahnya menjadi semakin berat. Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan Nomor 12 Tahun 1952 berbunyi bahwa anak tunalaras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/bekelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggara terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang memiliki toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
6) Peserta Didik Tunaganda Tunaganda adalah individu yang mengalami kelainan lebih dari dua kelainan. Menurut Dedy (2013:91) peserta didik tunaganda atau kelainan majemuk adalah peserta didik dengan dua kelainan atau lebih. Misalnya, peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan dan pendengaran, hambatan kecerdasan, autis dan sebagainya. Selanjutnya Dedy dan Yani (2013:34) menjelaskan yang disebut anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat diatasi dengan satu program khusus untuk satu kelainan saja, melainkan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai dengan kelainan. Sementara menurut Johnston & Magrab didalam Yani & Asep (2013:16) tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi dimasyarakat. Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tunaganda adalah seseorang yang memiliki hambatan atau kelainan lebih dari satu, misalnya dalam diri seseorang mengalami hambatan pendengaran (tunarungu) dan hambatan kecerdasan (tunagrahita). Dengan hambatan-hambatan tersebut mereka memerukan pendidikan khusus atau layanan khusus untuk dapat meniti kehidupannya yang lebih baik.
B. Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Khairul Asbar (2010) yang meneliti tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Siswa Tunagrahita Riangan di Sekolah Kuar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati aspek yang terkait dengan pendidikan jasmani adaptif baik dari kurikulum, dukungan kepala sekolah terhadap pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dan mengamati guru pendidikan jasmani yang mengajar baik teori maupun praktek dilapangan yang dilakukan secara teoritis. Pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran tidak maksimal, pengelolaan sarana dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
prasarana yang tidak sebagaimana mestinya dan kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
C. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini mengembangkan kerangka berfikir memberikan arahan tentang langkah-langkah metodologi yang akan diambil, penelitian ini menggunakan metode “kualitatif” penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah yang lebih menekankan terhadap makna dari suatu peristiwa yang berkaitan terhadap orang-orang dalm situasi tertentu. Kegiatan inti dari penelitian kualitatif adalah pemahaman tentang makna suatu tindakan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam latar sosial penelitian. Dua makna yang perlu diperhatikan adalah makna yang dikomunikasikan secara langsung dan tidak langsung yakni dalam bentuk kata dan tindakan. Berdasarkan kepentingan menangkap makna secara tepat, cermat, rinci dan kompehensif, maka teknik yang paling tepat adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Aspek pengembangan kurikulum ini yang paling disoroti adalah mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP dan SMA luar biasa di Kota Pekanbaru. Untuk dapat terlaksana suatu proses pendidikan diperlukan manajemen kurikulum yang mengelola kurikulum itu sendiri. banyak fungsi yang digunakan dalam suatu manajemen, sementara untuk manajemen kurikulum fungsi yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulum adalah planning, organizing, staffing, controlling. Modifikasi dalam kurikulum fleksibel harus mengacu pada manajemen yang mengatur kurikulum. Maka semua pihak yang terkait didalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa harus dapat membuat perencanaan pembelajaran secara tepat, baik program dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang memiliki kelainan. Oleh karena itu implementasi kurikulum pendidikan jasmani juga harus mencakup pada sasaran, yaitu: (1) Kognitf sebagai aspek pemahaman dari nilai-nilai pengetahuan. (2) Psikomotor sebai aspek keterampilan, dan (3) Afektif sebagai aspek sikap kepribadian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Agar sasaran implementasi kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tersebut berjalan secara efektif dan efisien diperlukan guru yang berlatar belakang pendidikan olahraga dan membuat perencanaan pembelajaran layanan, mengevaluasi sebaik mungkin untuk dapat dilaksanankan. Sumber daya penunjang yang mendukung untuk terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Luar Biasa. Sehubungan dengan hal diatas, diharapkan guru mata pelajaran dapat membuat perencanaan, dan melaksakan evaluasi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta memberikan layana yang sebaik mungkin terhadap anak bekelainan atau berkebutuhan khusus dengan sewajarnya, dibawah pengawasan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Luar Biasa.
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengstafan
Pengontrolan
Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif
Sumber Daya Penunjang
Pelaksanaan
Kendala dan Usaha Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Rencana lokasi penelitian akan dilaksanakan pada Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Melati Kota Pekanbaru dan Sekolah Luar Biasa Al-Faqih Kota Pekanbaru. 2. Waktu Berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya penelitian maka penelitian ini akan berlangsung selama 3 bulan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Februari 2015. B. Jenis Penelitian Penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini menggunakan metode kualitatif artinya metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada general (Sugiyono, 2010).
C. Sumber Data Sember data dalam penelitian Implementasi Kurikuplum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini adalah koordinator pendidikan yayasan pendidikan sekolah luar biasa untuk sekolah luar biasa Sri Mujinab dan sekolah luar biasa Cendana Rumbai, sementara untuk sekolah luar biasa Negeri Pembina, Pelita Hati, Melati dan Al-Faqih adalah kepala sekolah yang di anggap lebih commit to user 73
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertanggung jawab dalam perekrutan guru dan memberikan guru-guru untuk meningkatkan mutu guru Penjasorkes dan perekrutan siswa. Sumber yang paling penting adalah informan-informan yang memiliki hubungan kegiatan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru diantaranya: a. Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru. b. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru. c. Pegawai Tata Usaha (TU) d. Pengawas sekolah luar biasa Dalam penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini jumlah informan tidak dapat dijadikan sebagai unsur utama. Maksudnya, salah satu ukurannya adalah apabila telah terjadi kejenuhan dalam pengumpulan data, dan bila data yang di kemukakan informan cenderung mengulang data sebelumnya, maka informan dan pengumpul data dianggap cukup. Jumlah informan mengunakan prinsip snow ball teori Spradley dalam Yetti (2006;26) yaitu jumlah informan ibarat bola salju yang pada mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses pengelindingannya. Maksudnya adalah informasi yang diperoleh dari informan terus dicari sampai diperoleh jawaban yang dibutuhkan, dan akan dihentikan bila tidak muncul lagi indikasi informasi yang baru. Dasar pemilihan informan bermula dari Kepala sekolah, dan juga berdasarkan pengamatan dilapangan. Secara umum informasi didalam penelitian ini adalah orang-orang yang ada di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru yang dapat memberikan informasi yang dikehendaki.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Setelah
peneliti
memperoleh
surat
izin
penelitian,
peneliti
segera
mempersiapkan kerangka kerja yang akan digunakan untuk menggali data dilapangan dalam bentuk pedoman panduan lapangan secara garis besar. Agar data lebih representative, baik dari segi validitas dan reabilitasnya, ini didasarkan pada keterampilan metodologi yang digunakan, kepekaan, dan integritas peneliti. Dengan demikian perlu dibina keakraban hubungan antar commit to userpribadi. Hal ini sesuai dengan apa
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
yang dikemukakan oleh BogBog dan Biklen dalam Sugiyono (2008:67) ditekankan harus terbina hubungan rapat dengan subjek sebagai sehabat, selanjutnya melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sehingga data yang dikumpulkan sesuai dengan apa yang diharapkan. Selanjutnya Lofland didalam Asbar (2010:33) menjelaskan sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan yang lainnya berkaitan dengan hal itu pada bagian jenis datanya dibagi kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, dokumentasi (foto), dan statistik. a. Observasi Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam satu penelitian, guna memahami objektif dilapangan sesuai dengan apa yang diteliti. Peneliti akan melakukan observasi dilokasi tempat sosial berlangsung (Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati, Sekolah Luar Biasa Melati dan Sekolah Luar Biasa Al-Faqih), dan aktor yang mempunyai peranan memungkinan untuk mendapatkan data untuk penelitian ini seperti Kepala sekolah, guru Penjas, guru, dan siswa-siswi SMPLB dan SMALB di Kota Pekanbaru. Teknik pengambilan data melalui observasi agar lebih menyempurnakan apa yang telah terekam melalui teknik wawancara. Observasi dilakukan dalam situasi sosial menurut Faisal dalam Sugiyono (2088;7) situasi sosial mempunyai tiga elemen yaitu; (a) lokasi / tempat fisik sosial itu berlangsung, (b) pelaku / aktor yang menduduki status / posisi yang memungkinkan peranan tertentu, (c) aktivitas / kegiatan para pelaku dalam lokasi atau tempat berlangsung suatu situasi sosial. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga nantinya diperoleh data yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya penulis akan bertindak adil atau netral dengan cara merekam hasil sesungguhnya yang terjadi dilapangan. b. Wawancara Esterberg dalam Sugiyono (2010;72) menyatakan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Jadi wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti, seperti kepala sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru, guru Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru, guru-guru di Sekolah Luar Biasa Kota Pkanbaru dan Siswa-Siswi SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru. Wawancara dilakukan dengan informan dengan cara peneliti membuat pertanyaan untuk diajukan kepada imforman, dengan menggunakan tape recorder, catatan untuk mengumpulkan data-data yang peneliti inginkan, dan camera untuk memotret kala peneliti sedang melakukan pembicaraan / wawancara dengan informan. Wawancara dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Faisal didalam Khairul (2010;37) mengemukakan ada dua cara pengumpulan data melalui wawancara yaitu, (a) dengan wawancara peneliti dapat menggali baik yang diketahui atau yang dialami oleh seorang subjek maupun yang tersembunyi dari diri subjek atau orang yang diwawancarai, (b) apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencangkup hal-hal yang bersifat aktifitas waktu yang berkaitan dengan masalah masa sekarang atau masa yang akan datang. Ada 7 langkah yang ditempuh yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui wawancara yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2010:76) yaitu; a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan. b. Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. c. Mengawali atau membuka alur wawancara. d. Melangsungkan alur wawancara. e. Menginformasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengahirinya. f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. c. Studi Dokumentasi Untuk memperkuat data yang diperoleh dengan wawancara, pengamatan lapangan (observasi) peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi didalam pengumpulan data. Sugiyono (2010:82) mengemukakan dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa karya seni, dapat berupa gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Hasil penelitian ini yang menjadi studi dokumentasi adalah data tertulis yang dibutuhkan untuk mendukung commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil penelitian ini seperti rencana pembelajaran seperi RPP, Silabus, PROTA, Promes, buku ajar, daftar hadir siswa pada saat pembelajaran dimulai, profil guru penjasorkes dan profil siswa. 2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data instrument menurut Faisal dalam Khairul (2010:33) merupakan komponen yang diperlukan dalam penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini berupa kamera, Tape recorder, blangko-blangko catatan yang digunakan. Jadi instrument kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendir.
E. Teknik Penjamin Keabsahan Data Keabsahan suatu data hanya tergantung pada teknik yang dipakai dalam pengumpulan data, cara yang digunakan serta kejujuran informan sebagai data yang utama. Teknik penjamin keabsahan data pada penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini adalah dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan teman sejawat melaui diskusi dan pengecekan anggota (Molleong, dalam Sugiyono 2008:77). 1. Perpanjang Keikutsartaan Perpanjang keikutsertaan yang dimaksud adalah keikutsertaan peneliti dan memahami situasi sosial, sehingga data yang diperoleh dengan sempurna dan dapat dipercaya. 2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menentukan ciri-ciri dan unusur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang dicari. Ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan cara memperbanyak kontak dengan informan, meningkatkan frekwensi pengamatan dan selanjutnya menelaah sampai pada suatu keyakinan bahwa permasalahan yang diteliti sudah benar. 3. Triangulasi Triangulasi yang dimaksud adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang berperan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data tersebut, untuk membandingkan dua data tersebut adalah commitpeneliti to useritu sendiri. Selanjutnya Mathison
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam Sugiyono (2010:85) mengemukakan bahwa “nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi”. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Patton dalam Sugiyono(2010:85) mengatakan bahwa “Melalui triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan. Jadi triangulasi dilakukan terus menerus selama membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, sehingga data dapat dipercaya. 4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi Pemeriksaan teman sejawat melaui diskusi yang dimaksud adalah melakukan diskusi dengan teman-teman. Maksudnya adalah melakukan diskusi dengan temanteman yang memberikan saran dan keritikan terhadap hasil sementara. Selanjutnya peneliti memperbaiki hal-hal yang dirasa perlu, setelah itu data dirapikan kembali menjadi catatan lapangan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap hasil pengamatan tersebut. 5. Pengecekan Anggota Pengecekan anggota yang dimaksud adalah pengecekan anggota yang terlibat dalam penelitian ini. Pengecekan anggota ini sangat perlu untuk memberikan reaksi, pandangan, dan situasi mereka sendiri terhadap data yang diperoleh peneliti. Para anggota yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, Guru Penjas Orkes, Guru-Guru di Sekolah, Siswa-siswi SMPLB –SMALB di Kota Pekanbaru.
F. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan sejak data tersebut diperoleh selanjutnya dipelajari dengan teliti. Tahap pertama, peneliti mengumpulkan dan mencatat semua data yang diperoleh. Selanjutnya dilakukan dengan memilih dan memilah data,
menghilangkan dan
mengurangi data yang telah diperoleh tersebut, terutama data yang tidak sesuai dengan penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan pada penelitian ini berdasarkan teori (Spradley dalam Sugiyono 2008:92) dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1. Menentukan situasi sosial, 2. Melakukan observasi lapangan, 3. Melakukan analisis commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan, 4. Melakukan observasi terfokus dengan pertanyaan terstruktur, 5. Melakukan analisis teksonomi, 6. Melakukan boservasi terseleksi dengan pertanyaan kontras, 1. Menentukan Situasi Sosial Situasi sosial yang dimaksud adalah situasi di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru (SLB). Ini didasarkan pada kriteria; (a) sederhana, (b) mudah menjangkaunya, (c) tidak kentara melakukan penelitian,mudah menjumpai informan, (d) kegiatan dapat dilakukan berulang-ulang situasi sosial di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru seluruh situasi sosial informan yang terlibat dalam penelitian ini. 2. Melakukan Observasi Lapangan Dalam observasi lapangan ada dua hal yang dilakukan, yaitu melakukan observasi secara umum dan luas / grand tour, serta observasi yang dilakukan secara terfokus atau mini tour. Grand tour dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru secara umum. Mini tour lebih terfokus pada implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru. 3. Melakukan Analisis Kawasan Analisi kawasan merupakan suatu proses untuk menentukan unsur atau makna budaya yang mencangkup kategori yang lebih kecil, yang terdiri dari tiga kategori, yaitu: (a) nama dari suatu kawasan budaya, (b) kategori yang lebih kecil didalam suatu kawasan, (c) hubungan sistematik dari kedua kategori diatas. Analisis kawasan dilakukan menggunakan hubungan sistematik yang universal, sifatnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan. 4. Melakukan Observasi terfokus dengan Pertanyaan Terstruktur Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna khusus dalam hubungan dengan makna yang lebih luas. Setelah diperoleh gambaran mengenai kawasan-kawasan budaya melaui analisis kawasan, kemudian dipilih kawasankawasan yang berhubungan dekat yang berkaitan dengan topik masalah penelitian yakni implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru. Untuk mempermudah dalam memperoleh informasi maka disiapkan pertanyaan terstruktur, sehingga diharapkan data sesuatu yang dibutuhkan. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Melakukan Analisis Taksonomi Analisis taksonomi dilakukan untuk mencari hubungan antar komponen di dalam kawasan, yang berpedoman kepada jenis-jenis aktor yang terlibat di dalam Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru. 6. Melakukan Observasi Tersleksi dengan Pertanyaan Kontras Observasi tersleksi dilakukan untuk mengkaji secara lebih rinci kawasankawasan yang terpilih. Dalam hal ini dianjurkan suatu bentuk pertanyaan pada masing-masing kawasan budaya yang muncul dari perbedaan sebagaimana halnya dengan kesamaan diantara kategori-ketegori. Maksud dari observasi ini adalah menentukan makna dari situasi sosial yang diteliti dengan mengajukan pertanyaan kontras terhadap kawasan yang ditentukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN A. Deskripsi Latar SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru Wilayah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru Provinsi Riau Sumatra. Di Kota Pekanbaru terdapat 10 Sekolah Luar Biasa dan hanya 6 Sekolah Luar Biasa yang memiliki jenjang SMP dan SMA Luar Biasa yaitu Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai dan Sekolah Luar Biasa AlFaqih.
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa Pekanbaru a. Sejarah Singkat Berdiri SLB Sri Mujinab Memperhatikan banyaknya anak berkelainan khususnya di Ibu kota Propinsi Riau yakni Pekanbaru yang disampaikan oleh salah seorang guru tamatan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bandung yang bernama Nanun HS, pada kesempatan perjumpaan dengan Ny. R. Ismail Suko atas hasil penelitian dan pengamatannya yang dilakukan sebelumnya. Didorong kesadaran ini serta mengingat bahwa tugas organisasi Dharma Wanita menunjang proram Pemerintah antara lain bergerak dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan maka pada rapat pengurus Dharma Wanita Propinsi Riau tanggal 15 November 1980, Ny. R. Ismail Suko (salah seorang Wakil Ketua pada waktu itu) mengemukakan usul untuk mendirikan SLB dan pembukaannya diharapkan awal tahun 1981 adalah tahun Internasional Paracacat. Dalam rangka usaha sebagai tindak lanjut untuk mendirikan SLB ini diadakan konsultasi dengan berbagai instansi Pemerintah antara lain dengan Kakanwil Departemen Sosial Propinsi Riau Dr. Rustandi, Kakanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Riau Drs. Soeyatta, Kepala Dinas P dan K TK. I Riau H. Nazarudin, Kepala Bank Pembangunan Daerah Riau Drs. Sjafei Yusuf, pada pokoknya menyambut baik atas rencana akan berdirinya SLB di Pekanbaru. Dengan Keputusan Rapat yang dipimpin Ny. Bas Tobing adalah: (1) SLB mulai buka bulan Februari 1981 commit 81 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
dengan jumlah murid 8 orang, guru 1 orang, guru bantu 1 orang. (2) Pembukaan secara resmi pada bulan Juni 1981 tahun ajaran baru. (3) Tempat belajar sementara meminjam 1 ruangan di gedung Dharma Wanita. b. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Cendana Rumbai Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai (SLB-CR) adalah sekolah yang dibangun dibawah naungan Yayasan Pendidikan Cendana Chevron Pasifik Indonesia. Pada awal berdirinya Dr. Jenni Oepangat menemukan beberapa anak berkebutuhan khusus di lingkungan keluarga karyawan PT. CPI. Untuk menindaklanjuti ditemukannya anak berkebutuhan khusus di PT.CPI, maka dilanjutkan pembicaraan dengan: (1) Pembicaraan antara Dr. Jenni Oepangat dan Dr. Smith pada tahun 1974. (2) Pembicaraan Dr. P.T. Smith dengan Dra. S. Sadli di Rumbai pada tanggal 3 April 1974. (3) Pembicaraan antara Dr. Oepangat, Dr. Jenni Oepangat dan Dra. S. Sadli pada tanggal 8 Juli 1974. Dari hasil pembicaraan, maka ditunjuklah Dra. S. Sadli selaku koordinator Team Ahli Psikologi UI yang berhubungan dengan rencana pemerikasaan anak terbelakang di lingkungan PT. CPI Rumbai oleh Dr. Fuad Hassan. Pada tanggal 1 Mei 1975, SLB-CR resmi dibuka dengan acara yang sangat sederhana dan sangat sakral setelah Drs. Anggen datang untuk mempersiapkan pendirian Sekolah Luar Biasa. Selanjutnya pada tanggal 29 Juni 1975 Sekolah Luar Biasa Cendana dimasukkan di bawah naungan pengawasan Yayasan Pendidikan Cendana berdasarkan memorandum Managing Director PT CPI oleh L.G. Austin. c. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Pelita Hati Berawal dari tahun 2004 jumlah SLB yang ada di Kota Pekanbaru sangat sedikit. Hanya ada 3 SLB di Pekanbaru dengan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah kecamatan yang ada pada saat itu. Melihat kondisi yang demikian, maka pada bulan April 2004 berdirilah satu Yayasan Pendidikan Tuah Bersama yang menaungi cikal bakal berdirinya SLB Pelita Hati Pekanbaru. Apalagi setelah melalui survey oleh pihak yang berkompeten diperoleh bahwa di Kecamatan Tampan belum ada berdiri sekolah Luar Biasa, yang notabene adalah merupakan kecamatan yang terbesar dilihat dari segi kepadatan penduduknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
SLB Pelita Hati Pekanbaru berdiri dengan akte notaris nomor 57 tanggal 16 juni 2004 dan mendapatkan persetujuan izin operasional pendirian sekolah swasta dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau dengan nomor 420/DPK.2.3/1303. Tertanggal 07 Juni 2006. d. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Negeri Pembina SLB Negeri Pembina pekanbaru berdiri pada tanggal 29 januari 1998, oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Dinas pendidikan Provinsi Riau, yang beralamatkan di Jl. Segar No. 46 Kel. Rejosari. Kec. Tenayan raya, Kulim – Pekanbaru. Pada tahun 1999 – 2001 di kepalai oleh Drs. Ansori, Pada tahun 2001 – sekarang oleh H. Samijo, S.Sos. M.Pd. Perkembangan Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina ini tahun-ketahun bertambah pesat, semula siswanya hanya berjumlah 12 orang, dan saat ini siswanya sudah berjumlah 267 orang, siswa tersebut berasal dari lingkungan setempat dan dari daerah ( kabupaten / kota ) mereka ada yang berketunaan ( Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa,Tunalaras, dan autis. e. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Melati Berdasarkan pemantauan dalam kehidupan di lingkungan kecamatan Rumbai Pekanbaru, banyak anak-anak penyandang yang seharusnya sekolah mereka tidak sekolah dengan berbagai alasan akhirnya Ketua Federasi untuk Kesejahteraan Cacat Mental Provinsi Riau ( FNKCM Drs.M.Jakfar ) pada tanggal 1 Juni 2003 menyewa sebuah rumah di jalan Paus ( patimura lama) Rumbai membuka Sekolah Luar Biasa untuk tahun pelajaran 2003/2004 yang dirintis oleh alumni lulusan UNP jurusan PLB yaitu Yosi Rita,S.Pd dan Misrawati,S.Pd dibantu oleh Zamitul Azma selaku tenaga administrasi pasa saat itu. Sampai saat ini SLB Melati Rumbai berkembang sangat pesat dan sudah memiliki gedung sendiri dengan bantuan yayasan dan pemerintah. f. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Al-Faqih Pada tahun 2004 ibu Hj. Nur Liani berkeinginan membangun Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru, setelah berdiskusi bersama pihak keluarga dan yayasan pada bulan Maret 2004 berdirilah Sekolah Luar Biasa AL-Faqih di bawah naungan yayasan pendidikan AL-Faqih.
Awal mulanya berdirinya Sekolah Luar Biasa AL-Faqih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
menyewa gedung yang berada di jalan Adi Sucipto Pekanbaru. Setelah itu tahun 2005 Sekolah Luar Biasa Al-Faqih sudah memiliki gedung sendiri yakni di jalan Cipta Karya Panam-Pekanbaru. Pada awalnya SLB Al-Faqih hanya memiliki 2 ruangan untuk kelas yang dibangun menggunakan dana yayasan. Mulai dari tahun 2005 SLB Al-Fakiq mulai berkembang dengan bantuan yayasan dan pemerintah. Sekarang SLB AL-Faqih berkembang cukup pesat dan memiliki gedung yang layak untuk anak-anak berkebutuhan khusus menimba ilmu.
2. Profil Sekolah Luar Biasa a. Profil Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Nama Yayasan
: Yayasan Permata Bunda Propinsi Riau
Status Sekolah
: Swasta
Alamat
: Jl. Dr. Sutomo, Pekanbaru
Kelurahan
: Suka Mulia
Kecamatan
: Sail
Kabupaten/ Kota
: Pekanbaru
Provinsi
: Riau
Kode Pos
: 28133
No.Telepon
: (0761) 22963
Status Akreritasi
: A/Tahun 2006
Nomor SK Izin Operasional 1) Tahun Pendirian
: 1981
2) Tahun Beroperasi
: 14 Februari 1981
3) Status tanah
: Milik Sendiri
a. Surat tanah
: Sertifikat, Akte
b. Luas tanah
: 17.800 m2
4) Status Bangunan
: (Milik sendiri, hak guna bangunan)
a. Surat Izin Bangunan
: No. 105 tanggal 17 Mei 1983
b. Luas Bangunan
: 5000m commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
b. Profil Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Nama Yayayasan
: Yayasan Pendidikan Cendana
Status Sekolah
: Swasta
Alamat
: Komplek Enau, PT. CPI Rumbai – Pekanbaru
Kelurahan
: Rumbai Bukit
Kecamatan
: Rumbai Pesisir
Kabupaten/ Kota
: Pekanbaru
Provinsi
: Riau
Kode Pos
: 28271
No.Telepon
: (0761) 946654
Nomor SK Izin Operasional
: 1857/109.FS/A8-1996
1) Tahun Pendirian
: 5 Mai 1975
2) Tahun Beroperasi
: 5 Mai 1975
3) Status tanah
: Hak Pakai
Status Bangunan
: (Milik sendiri, hak guna bangunan)
Surat Izin Bangunan
: No. 105 tanggal 17 Mei 1983
Luas Bangunan
: 1000m2
c. Profil Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Nama Yayasan
: Yayasan Permata Bunda Propinsi Riau
Nama Sekolah
: Sekolah Luar Biasa Pelita Hati
Nomor Statistik
: I.874096006015
Status Sekolah
: Swasta
Alamat
: Jl. Merpati Sakti GG.Air Tabik No.03
Kelurahan
: Simpang Baru
Kecamatan
: Tampan
Kabupaten/ Kota
: Pekanbaru
Provinsi
:Riau
Kode Pos
: 28293
Nomor SK Izin Operasional
: 420/DPK.2.3/1303
1) Tahun Pendirian
: 2004 commit to user
II. 80209060801
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
2) ahun Beroperasi
: 2004
3) Status tanah
: Milik Sendiri
d. Profil Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Nama Sekolah
: Sentra PK-LK SLB Negeri Pembina Pekanbaru
Nomor Pokok Standar Nasional
: 10495037
Nomor Statistik Sekolah
: 901096070003
Alamat
: Jl. Segar No.46
Kelurahan
: Rejo Sari
Kecamatan
: Tenayan Raya
Kota
: Pekanbaru
Provinsi
: Riau
Kode Pos
: 28282
Telepon
: (0761) 7870063
Status Sekolah
: Negeri
Akreditasi
: B/Tahun 2007
Tahun Didirikan/beroperasi
: 29 Januari 1998
Kepemilikan Tanah/Bangunan
: Pemerintah Dinas Pendidikan Prov. Riau
a) Luas Tanah
: 14.354 m2
b) Surat Tanah
: Akte, Jula Beli
c) Luas Bangunan
: 6.500 m2
Nomor SK Izin Operasional
: 13A/O/1998
e. Profil Sekolah Luar Biasa Melati Nama Yayasan
: Yayasan Pendidikan Melati
Nama Sekolah
: SLB Melati Rumbai
Nomor Statistik Sekolah
: 874096012014/2004
Status Sekolah
: Swasta
Alamat
: Jalan. Pramuka Gang Pandu No. 9
Kelurahan
: Limbungan
Kecamatan
: Rumbai Pesisir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Kota
: Pekanbaru
Provinsi
: Riau
Akta Pendirian
: Nomor 11, Tanggal 5 Agustus 2003
Izin Operasional
: 420/DPK.21/830
Luas Tanah Bangunan I
: 192m
Luas Tanah bangunan II
: 90m
Luas Tanah bangunan III : 150 m f. Profil Sekolah Luar Biasa Al-Faqih Nama Yayasan
: Yayasan Pendidikan Al-Faqih
Nama Sekolah
: SLB Al-Faqih
Nomor Statistik Sekolah
: 802090608003
Status Sekolah
: Swasta
Alamat
: jalan Cipta Karya
Kelurahan
: Tuah Karya
Kecamatan
: Tampan
Kota
: Pekanbaru
Provinsi
: Riau
Kode Pos
: 28294
No.Telp
: 0813 7152 5966
No. SK Izin Operasional : 420/DPK.2.1/799 1) Tahun Pendirian
: 2004
2) Tahun Beroperasi
: Februari 2004
3) Status Tanah
: Milik Sendiri
a) Serat Tanah
: Akte/Sertifikat
b) Luas Tanah
: 1000m2
c) Luas Bangunan
: 598m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
3. Kepala Sekolah Orang-orang yang pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru: a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab 1) Nanun, SH 2) Drs. Abdul Manaf 3) Drs. M. Mulyono 4) M. Palguno, S.Sos 5) Hj. Juminten, S. Sos. M.Pd b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai 2) Drs. Anggen 3) Vakum 4) Dra. Yusron Sipala 5) Dra. Marfuatun 6) Drs. Eman Sulaiman 7) Dra. Marfuatun 8) Drs. M. Jakfar 9) Taufikurohman, SE 10) Muntalip, S.Pd c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati 1) Delfarisda, S.Pd 2) Teguh Proyono, S.Pd 3) Kris Setiadji, S.Pd d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina 1) Drs. Ansori 2) H. Samijo, S.Sos. M.Pd. e. Sekolah Luar Biasa Melati 1) Drs. H. Jaffar 2) Zamiarul Azma,S.Sos commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih 1) Eko Yulianto, SH 2) Drs. Al-Muhdil Karim 3) Elivitria, A.Md 4) Nurfatimah, S.Ag
4. Guru Penjas Orkes Guru-guru yang mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah: a. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru adalah bapak WA, beliau adalah satu-satunya guru olahraga yang berlatar Pendidikan Olahraga D3 dari Universitas Negeri Padang. Bapak WA melamar jadi guru olahraga di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, setelah diterima sebagai guru penjas karena kekurangan guru bapak WA juga menjadi guru kelas. Untuk mengajar penjas bapak WA mengajar diseluruh kelas, sementara untuk guru kelas bapak WA mengajar SMALB kelas XI B yakni kelas tunarungu. Peneliti bertanya kepada bapak WA apakah bapak sangat menikmati mengajar di sekolah ini, karena bapak juga bukan sebagai jurusan PLB? “ia, saya sangat menikmati mengajar disini karena sudah menjadi keputusan saya untuk melamar menjadi guru disini. Selain itu ada kebahagian tersendiri bisa mengajar mereka dan sekarang tidak hanya olahraga sekarang saya juga bertindak sebagai guru kelas karena keterbatasan guru. Pada awalnya saya tidak mengerti seperti apa saya akan mengajar karena basic saya hanya diolahraga, apalagi anak-anak kita dengan berbagai keterbatasan ya ini menjadi tantangan bagi saya dan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWA.” Dengan ketulusan hati bapak WA mengabdikan dirinya untuk mengajar olahraga dan menjadi guru kelas walaupun sebelumnya bapak WA belum pernah mengajar anak berkebutuhan khusus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
b. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Guru penjasorkes Sekolah Laur Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru adalah guru yang tidak berlatar belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Namun bapak AR adalah tamatan S1 PLB IKIP Padang. Bapak AR melamar menjadi guru ke Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, setelah diterima menjadi pegawai atau guru di Yayasan Pendidikan Cendana pada tahun 2001 beliau mengajar untuk guru kelas C (Tunagrahita) dan pada saat itu karena di sekolah tersebut tidak memiliki guru penjas, bapak AR diberi tugas oleh kepala sekolah untuk mengajar olahraga dengan hanya berbekal hobi olahraga. Peneliti bertanya kepada bapak AR kenapa bapak mau menerima tugai itu pak? “saya mau mengajar penjaskes, mau menerima karena guru penjas saat itu memang tidak ada. Saya juga hobi olahraga dan saya juga tidak tahu latar belakang pendidikan olahraga makanya saya banyak belajar. Saya juga pernah mendapat kesempatan untuk penataran guru penjas khusus pendidikan luar biasa. Oleh sebab itu saya harus menghayati pekerjaan yang diberikan kepada saya, kalau sekarang saya sudah merasa cocok untuk menjadi guru olahraga dan akan tetap menjadi guru olehraga di sekolah ini.” Dengan bermodal hobi itulah bapak AR menerima tugas sebagai guru Penjas di SLB Cendana Rumbai Pekanbaru. Selama menjadi guru Penjas hanya sekali mengikuti penataran guru Penjas untuk Sekolah Luar Biasa di Jakarta. Penataran lainnya hanya untuk olahraga prestasi siswa SLB sebagaimana diungkapkan bapak AR di atas. Prestasi olahraga oleh siswa Cendana Rumbai tidak diragukan lagi mulai dari tingkat kota, Provinsi, Nasional dan Internasional dibawah asuhan bapak AR tidak diragukan lagi dengan banyaknya prestasi yang diukir dan banyaknya medali yang didapatkannya. c. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Guru olahraga di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru adalah bapak TP. Selain guru olahraga bapak TP adalah perintis berdirinya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru dan pernah menjabat Kepala Sekolah di SLB ini, sekarang selain menjadi guru penjaskes bapak TP juga sebagai guru kelas SMALB kelas C (tunagrahita) di sekolah ini. Latar belakang pendidikan bapak TP adalah tamatan D2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
PLB Surakarta dan transfer S1 PLB IKIP Padang. Beliau mengajar olahraga di SLB ini sejak awak berdirinya SLB Pelita Hati Pekanbaru. Tidak jauh berbeda dengan bapak AR, bapak TP juga berbekal hobi berolahraga. Peneliti bertanya kepada bapak TP apa yang membuat bapak tertarik untuk mengajar penjas di sekolah ini pak? “Selain pada saat itu kita kekurangan guru jadi kita semua merangkap menjadi semua tugas, dan kebetulan saya hobi olahraga ya kenapa tidak untuk mengajar penjas, dan sampai sekarang pun saya tetap menjadi guru penjas untuk sekolah ini.” Mulai dari berdirinya sekolah ini bapak TP sudah menjadi guru olahraga, dengan berbekal pengalaman beliau juga berhasil membawa anak dari Sekolah Luar Biasa Pelita Hati mengikuti kejuaraan nasional yakni POPCANAS tahun 2011 dan menjadi juara dicabang olahraga renang. d. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru ada 2 guru yang bertugas sebagai guru olahraga, karena SLB Negeri Pembina memiliki murid yang lebih banyak dibandingkan dengan SLB lainnya di Pekanbaru. Yang mengajar penjas di SLB ini adalah bapak RM dan ibu YE. Bapak RM memiliki latar belakang sebagai guru agama yang menggemari olahraga bulutangkis dan juga pernah menjadi atlet, sedangkan ibu YE berlatar belakang lulusan PLB IKIP Padang yang dulu pernah bersekolah di SGO dan penah menjadi atlet atletik. Berbekal itulah bapak RM dan ibu YE menjadi guru penjas. e. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Guru penjasorkes di SLB Melati Rumbai Pekanbaru adalah bapak DC. Bapak DC merupakan guru kelas yang mengemban tugas sebagai guru penjas, bapak DC berlatar belakang tamatan PGSD tidak berbeda dengan guru penjas di SLB lainnya bapak DC diberi tugas untuk mengajar penjas di SLB ini karena memiliki hobi olahraga. Peneliti bertanya kepada bapak DC sebelum bapak mererima tugas ini bagaimana perasaan atau apa yang bapak pikirkan saat itu? “Yang saya pikirkan saat itu ya buk, awalnya saya rugu karena jujur saya pada saat itu baru diterima di sekolah ini dan pengalaman saya tidak ada di anak-anak berkebutuhan khusus apa lagi untuk olahraga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Tapi saat itu saya mendapat dorongan dari guru-guru yang lain saya pasti bisa. Ya saya dengan optimis menerima tugas ini. Alhamdulillah saya menikmati dan belajar terus cara mengajar olahraga untuk anakanak kita ini” Dengar optimis bapak DC menerima tawaran mengajar penjaskes di sekolah ini dan sampai sekarang bapak DC mengajar dengan baik. f. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Duru penjasorkes di SLB AL-Faqih adalah bapak BF, dengan keterbatasan jumlah guru selain mengajar penjasorkes bapak BF jagu guru kelas dan keterampilan bertukang. Tidak berbeda dengan guru penjas di SLB lain bapak DC menerima tugas ini karena sangat hobi berolahraga, sementara latar belakang pendidikan bapak DC adalah S1 PGSD. 5. Struktur Organisasi KEPALA SEKOLAH Hj. Juminten, S.Sos, M.Pd
KOMITE Drs. Syamsudin
TATA USAHA Windarti, S.Pd
UNIT PERPUSTAKAAN KELOMPOK JABATAN FINGSIONAL /GURU
TKLB/SDLB/SMPL B/SMALB
PENJAGA SEKOLAH
MASYARAKAT SEKITAR
Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014/2015 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
KEPALA SEKOLAH KOMITE
TIM AHLI MUNTALIP, S.Pd
TATA USAHA
WAKIL KEPALA SEKOLAH NORAMAIHANI, S.Pd
KOOR. KURIKULUM & KESISWAAN
KOOR. HUMAS & SARANA PRASARANA
KOORDINATOR SOSIAL
KOORDINATOR KEUANGAN
MAJELIS GURU
SISWA
TKLB
SDLB
SMPLB
SMALB
Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun 2014/2015
commit to user
KEPALA SEKOLAH KRIS SETIADJI, S.Pd
KOMITE SEKOLAH
SEKSI KURIKULUM YULFIDA DESTINI, S.Pd
SEKSI KESISWAAN TEGUH PRIYONO, S.Pd
PRASARANA
SEKSI HUMAS PURYATI
DELFARISDA, S.Pd
KOORDINATOR
TKLB KURNIATI SITOHANG, S.Pd
SDLB JAWATI, S.Ag
SMPLB SURIYADI, S.Pd
SMLAB TEGUH PRIYONO, S.Pd
SISWA
Gambar 6. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/2015 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
KEPALA SEKOLAH H. SAMIJO, S.Sos, M.Pd
WAKIL KEPALA SEKOLAH M. HARIS, S.Pd
KOOR. KURIKULUM M. HARIS, S.Pd
KOOR. KESISWAAN YATMIATI, S.Pd
SARANA & PRASARANA EKO YULIANTO, S.Pd
MAJELIS GURU
TKLB
SDLB
SMPLB
SMALB
Gambar 7. Struktur Organisasi SLB Negeri Pembina Pekanbaru Tahun 2014/2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
KEPALA SEKOLAH ZAMAITUL AZMA, S.Sos
BENDAHARA NURHAMIDAH, S.Psi
MAJELIS GURU
TATA USAHA
KEBERSIHAN
Gambar 8. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
KEPALA SEKOLAH NURFATIMAH, S.Ag
TATA USAHA ILHAM
WAKIL KURIKULUM ELIVITRIA
KESISWAAN WULAN, S.pd
WAKIL SARANA/HUMAS BENNI FATRA, S.pd
MAJELIS GURU
SISWA Gambar 9. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014/2015 6. Keadaan Pegawai Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru: a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru berjumlah 20 orang seperti pada Tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab Pekanbaru No Nama Tempat tanggal Lahir Jabatan Golongan Ijazah Mata Pelajaran 1. Hj.Juminten,S.Sos, M.Pd Sleman, 07-05-1953 Kepsek IV c S2 Bahasa Indonesia 2. Nelita Basni S.Pd Limapuluh Kota.05-08-1967 Guru IV a S1 Guru Kelas 3. Maimunah Z.S.Pd Padang, 15-04-195 Guru IV a S1 Guru Kelas 4. Yasni, S.Pd Tanah Datar,07-06-1968 Guru IV a S2 Guru Kelas 5. Adriningsih, S.Pd P.Ganting, 06-0-1963 Guru IV a S1 Guru Kelas 6. Lendrawati, S.Pd Pekanbaru,17-08-1968 Guru IV a S1 Guru Kelas 7. Asril,S.Ag Lb.Mandian Gajah06-09-1973 Guru Guru bantu S1 Agama Islam 8. Nurlela, S.Pd T.Montong 04-06-193 Guru Guru Bantu S1 Guru Kelas 9. Erni Air Tabik 26-06-1971 Guru Guru Bantu SGPLB Guru Kelas 10. Irwan Sitomul, S.Fil l Huta Tongah 12-04-1975 Guru Guru Bantu S1 Agama Islam 11. Juliarnita Ismet, S.Pd Pekanbaru 10 juli 1982 Guru Guru Honor S1 Guru Kelas 12. Dalmadi,S.Pd Bantul 26-09-1956 Guru IV a S1 Guru Kelas 13. Slamet Hanafi, S.Pd Jogjakarta 29-11-1961 Guru IV a S1 Guru Kelas 14. Suparni, S.Ag Bantul 15-04-1959 Guru IV a S1 Guru Kelas 15. Windarti Sleman 03-07-1987 Guru Guru Bantu Komputer D1 16. Linda Dedek Pekanbaru 08-05-197 Guru Guru Bantu SMA Salon 17. Wahyu Adi Kinali 25-11-1986 Guru Guru Bantu D2 Penjas 18. Juwadi, S.Pd Bantul 15-04-1959 Guru IV a S1 Guru Kelas 19. Kendaryanti Bogor 09-08-1985 Guru III d D2/PLB Guru Kelas 20. Sumiati Pekanbaru 20-08-1985 Guru Guru Honor SMKK Menjahit b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru berjumlah 6 orang seperti pada Tabel di bawah ini: Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai Pekanbaru No Nama Tempat tanggalJabatan Lahir Golongan Ijazah 1. Muntalip, S.Pd Pacitan, 13 Januari 1967 Kepsek III b S1 2. Fatma Yulis, S.Pd Kota Bumi, 24-12-1964 Guru III c S1 3. Adi Romadona, S.Pd Jambi, 22-08-1977 Guru II c S1 4. Fatimah Selfi, S.Pd Janjung Jati, 30-07-1963 Guru III c S1 5. Noramaihani, S.Pd Solok, 09-5-1966 Guru III a S1 6. Meri Delva S, S.Pd Pekanbaru,14-07-1988 Guru II a S1
Mata Pelajaran Bahasa Matematika Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas
c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru berjumlah 12 orang seperti pada Tabel di bawah ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Tabel. 6. Keadaan Pegawai dan guru SLB Pelita Hati Pekanbaru NO.
NAMA
TTL
AGAMA
JABATAN
IJAZAH
1.
Kris Stiadji, S.Pd
Islam
Kepsek
S1
2.
Delfarisda, S.Pd
Islam
Guru
S1
GTT/PTT PROVINSI
3.
YULFIDA DESTINI, S.Pd Teguh Priono, S.Pd
Karanganyar 29-11-1969 Pekanbaru 07-09-1962 Kab.50 Kota 25-08-1965 Purbalingga 07-11-1965 Toboh Apar 21-04-1974 Pekanbaru 10-05-1969 Koto Rajo 1312-1974 L. Sitohang 13-09-1978 Pekanbaru 12-02-1977 Kapau 17-011984 Pulau Sipan 19-05-1989 Batui 03-031989
STATUS KEPEGAWAIAN GTT/PTT PROVINSI
Islam
Guru
S1
GTT/PTT PROVINSI
Islam
Guru
S1
GTT/PTT PROVINSI
Islam
Guru
S1
GTT/PTT PROVINSI
Islam
Guru
S1
GTT/PTT PROVINSI
Islam
Guru
S1
GTT/PTT PROVINSI
Protestan
Guru
S1
GTY/PTY
Islam
Guru
S1
GTY/PTY
Islam
Guru
S1
Guru Honor Sekolah
Islam
Guru
SMA
Guru Honor Sekolah
Islam
Guru
S1
Guru Honor Sekolah
4. 5. 6.
Ernita Sriulan, S.Pd PURYATI, S.Pd
7.
Jawiati, S.Ag
8.
Murniati Sitohang, S.Ag Desni Darwis, S.Pd
9. 10. 11. 12.
Zhedwal Mardizal, S.Pd Nuryadi Jumarel Yerika Tauzia, S.Pd
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina berjumlah 27 orang, 21 diantaranya adalah PNS, 4 guru bantu dan 2 honor komite. Sedangkan pegawai hanya 1 pegawai tata usaha di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Table. 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina Pekanbaru No
Nama
Pendidikan Terakhir
Status
1
MUHAMMAD HARIS, S.Pd
S1. PLS
Jabatan WK DIKDAS
2
JUSNITA NUR, S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
3
RIANTO, S.Pd
S1. PLB
Guru C
PNS
4
KAMALUL AINI. K
S1. PLB
Guru C
PNS
5
NURMAILIS, S.Pd
S1. PLB
Guru D
PNS
6
SUWARNO, S.Pd
S1. PLB
Guru C
PNS
7
SULMA , S.Pd
S1. PLB
Guru C
PNS
8
YATMIATI, S.Pd
Guru A
PNS
9
APRIL NARNI, S.Pd
S1. PLB S1. PLB
Guru C
PNS
10
CHENTRIE NALTY, S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
11
YUSNI, S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
12
SULASTRI WILDA, S.Pd
S1. PLB
Guru C
PNS
13
ELFAYANTI,S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
14
FITRIANI, S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
15
HERLIDA, S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
16
DESWITA, S.Pd
S1. PLB
Guru B
PNS
17
EVA SUSANTI, S.Pd
S1. PLB
Guru AUTIS
PNS
18
SRI RAMAYANI, S.Pd
S1. PLB
Guru AUTIS
19
MISDAYANI, SPd
S1. PLB
Guru AUTIS
PNS PNS
20
EKO YULIANTO, S.Pd
S1. Hukum
Guru B
PNS
21
SRI RAHAYU, S.Pd
S1. PLB
Guru C
PNS
22
YERI EKA YULIUS, S.Pd
S1. PLB
Guru B
Guru Bantu
23
ASNAWATI
SGPLB
Guru A
Guru Bantu
24
DESI ARISANDI, S.Pd
S1. PLB
Guru AUTIS
Guru Bantu
25
DARMAWATI, S.Pd
S1. Agama
Guru Agama
Guru Bantu
26 27
RITA ANGRAINI, S.Ag VONDRA RIZKI, S.Kom
S1. Agama
Guru Agama
Guru Honor
S1. Komputer
Guru TIK
Guru Honor
28
SARI ISTIKHOMAH, S,Sos
S1.Ilmu Sosial
Tata Usaha
PTT
commit to user
Status PNS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
e. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru berjumlah 13 orang dan 3 orang pegawai diantaranya 1 pegawai tata usaha dan 2 kebersihan, 2 pegawai kebersihan ini adalah alumni dari Sekolah Luar Biasa Melati dengan keterbatasan tunarungu dan tunagrahita sedang. Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini: Tabel. 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati Rumbai Pekanbaru NO.
NAMA
1. 2. 3.
Zamiatul Azma, S.Sos Nurhamidah, S.Psi Khadijah, S.Pdi
4.
Roza Umami, S.Pd
TEMPAT TANGGAL LAHIR S.Panjang 25-09-1966 Palembang 03-09-1977 Padang Kamal 17-071975 G.Panjang 23-08-1979
5.
Asmawati, S.Pd
6.
JABATAN
IJAZAH
L/P
Kkepsek Guru Guru
S1 S1 S1
P P P
Islam
Guru
S1
P
P. Baru 10-06-1977
Islam
Guru
S1
P
Salma
P. Baru 24-08-1982
Islam
Guru
SMA
P
7.
Restina Sari, A.Md
Padang 22-12-1982
Islam
Guru
D3
P
8.
Dewi Yuliani, S.Psi
Padang 20-01-1980
Islam
Guru
S1
P
9.
Ribowo, S.Pd
L.Pakem 10-10-1985
Islam
Guru
S1
L
10.
Rafiah
Cotgirek 22-05-1972
Islam
Guru
SMK
P
11.
Doni Candra, S.Pd
Bengkalis 22-10-1985
Islam
Guru
S1
L
12
Bismil Hayati, S.Ag
P.Baru 17-071-976
Islam
Guru
S1
P
13.
RATNA JUITA
Surantih 26-06-1968
Islam
Guru
SGPLB
P
14. 15
ARI AHMAD, S.Kom SAID ABDUL KAMIL MUTIA ZUILDA
P.Baru 27-03-1988 P.Batu 19-04-1990
Islam Islam
Tata Usaha Kebersihan
S1 SMALB
L L
P.Baru 20-02-1989
Islam
Kebersihan
SMALB
P
16
AGAM A Islam Islam Islam
f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru bejumlah 5 termasuk kepala sekolah dan pegawai. SLB AL-Faqih Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Tabel. 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB AL-Faqih Pekanbaru NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
NAMA TTL AGAMA Nurfatimah,S.Ag P.Baru 30-09-1968 Islam Elfitria P.Baru 02-01-1968 Islam Benny Fatra, S.Pd P.Baru 23-11-1986 Islam Sukmaria Kampar 18-11-1989 Islam DRS. AL Mudil K R.Ringan 23-11-1960 Islam Teti Mulyati P.Baru 13-03-1969 Islam Ilham P.Baru 09-02-1985 Islam
P/L P P L P L P L
JABATAN
Kepsek Guru Guru Guru Guru Guru Tata Usaha
IJAZAH S1 Pend.Agama DIPLOMA II S1 PGSD SMA S1 DIPLOMA II SMK
7. Keadaan Seiswa Keadaan siswa pada Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah sebagai berikut: a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Siswa terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dari usia 8 tahun sampai 27 tahun. Kehadiran siswa ke sekolah ada yang diantar oleh orang tua dengan menggunakan mobil, sepeda motor, ada yang datang sendiri ke
sekolah
mempergunakan kenderaan roda dua yang dikenderai sendiri oleh siswa, ada yang jalan kaki dan naik kendaraan umum. Setiap hari Senin siswa Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru melakukan Upacara bendera dengan pelaksana dari siswa dan pembina upacara kepala sekolah dan guru guru secara bergantian. Dari apa yang peneliti amati di lapangan siswa SLB Sri Mujinab melakukan upacara secara hikmat, setiap hari Senin. Sebelum masuk belajar, di aula seluruh siswa dan guru berdoa bersama kemudian mereka masuk ke kelas dan berdoa lagi di kelas dipimpin oleh siswa itu sendiri atau yang di tunjuk sebagai ketua kelas. Setiap pagi Rabu dan Kamis melakukan senam bersama dan sabtu pramuka. b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Siswa-siswa SLB Cendana Rumbai Pekanbaru terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 28 tahun. Kehadiran siswa-siswi ke sekolah ada yang menggunakan mobil antar jemput dari sekolah, ada juga diantar oleh orang tua dan mengunakan kendaraan yang dikendari sendiri oleh siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Setiap hari senin seperti sekolah pada umumnya SLB Cendana Rumbai Pekanbaru juga melakukan kegiatan upacara bendera yang dipimpin oleh siswa dan sebagai pembina upacara adalah kepala sekolah ataupun guru secara bergantian. Dari apa yang peneliti amati upacara berjalan hikmat. Setiap hari Senin-Kamis semua warga SLB Cendana melakukan Sholat Zuhur berjemaan di musholla. Sebelum masuk belajar di kelas siswa-siswa beserta guru melakukan berdoa bersama. Setiap hari Rabu siswasiswi, guru dan pegawai makan siang bersama pada pukul 11.00 WIB yang sudah dimasakan oleh pegawai yang bertugas untuk itu. c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati SLB Pelita Hati Pekanbaru terdiri dari usia 7 tahun sampai dengan 25 tahun mulai dari tingkatan TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan berbagai kebutuhan khusus. Siswa berangkat kesekolah ada yang diantar oleh orang tua menggunakan mobil atau sepeda motor, ada yang datang sendiri menggunakan angkutan umum dan berjalan kaki untuk sampai kesekolah. Setiap hari Senin SLB Pelita Hati melaksanakan upacara bendera, bertindak sebagai pelaksana upacara adalah siswa dan pembina adalah kepala sekolah atau guru secara bergantian. Untuk hari Pabu mulai pagi siswa-siswi dan guru melakukan kegiatan jalan santai di sekitaran komplek sekolah, setelah itu siswa menuju keruang keterampilan
masing-masing
diantaranya
menjahit,
membuat
prakarya,
dan
menggambar. d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru memiliki 268 siswa, merupakan jumlah siswa terbanyak diantara SLB lainnya. mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 30 tahun. Untuk sampai ke sekolah siswa ada yang diantar oleh orang tua menggunakan mobil, sepeda motor, jalan kaki, ada juga yang datang sendiri dan menggunakan angkutan umum dan melanjutkan jalan kaki dari depan jalan sekolah. Setiap hari Senin SLB Negeri Pembina Pekanbaru mengadakan upacara bendera. Sebagai pelaksana adalah siswa dan berindak sebagai pembina adalah kepala sekolah atau pun guru secara bergantian. Setiap Selasa siswa diwajibkan membeli kue atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
makanan yang dibuat oleh tim tata boga. Tim tata boga ini adalah siswa-siswi yang memilih program khusus tata boga yang dibimbing oleh guru yang bertuga ditata boga. e. Sekolah Luar Biasa Melati Siswa SLB Melati terdiri dari TKLB,SDLB, SMPLB, SMALB mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 32 tahun. Kehadiran siswa sekolah ada yang diantar oleh orang tua, datang sendiri mengunakan sepeda motor, dan ada jaga yang berjalan kaki. Setiap hari Senin SLB ini melaksanakan upacara bendera dengan hikmat. Dengan pelaksana adalah siswa dan pembina adalah kepala sekolah atau guru secara bergantian. Setiap Jumat sore beberapa siswa SMALB melaksanakan ekstrakulikuler diantaranya olahraga atletik, renang, dan pelatihan komputer. f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Siswa SLB AL-Faqih Pekanbaru terdiri dari 16 siswa, mulai dari usia 8 tahun sampai dengan usia 26 tahun. Kehadiran siswa ke sekolah ada yang di antar oleh orang tua menggunakan kendaraan roda dua, ada juga yang menggunakan becak, dan berangkat sendiri dari rumah. Setiap hari Senin SLB ini melaksanakan upacara bendera. Dan pada hari Sabtu melaksanakan olahraga bersama seperti senam ataupun peramuka. Setelah itu dilanjutkan dengan ekstrakulikuler. 8. Keberadaan Sekolah Penelitian ini dilakukan di 6 Sekolah Luar Biasa (SLB) Pekanbaru. Yang letaknya berjauhan antara satu dengan lainnya. Berikut keterangan keberadaan sekolahsekolah luar biasa yang peneliti teliti: a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru tidak jauh dari pusat kota Pekanbaru. Posisi Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru berada di Jalan Sutomo yang bersebelahan dengan Panti Sosial Sri Mujinab, kantor Pemerintahan seperti Dispora Provinsi Riau, gedung dokumen dan arsip Provinsi Riau, Sekolah Kejuruan. Untuk akses menuju ke sekolah ini sangat memudahkan orang tua yang tidak membawa kendaraan karena jalur perjalanan dilewati oleh angkutan umum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Sekolah Luar Biasa Sri Munjinab Pekanbaru ini tergolong sekolah yang maju pada saat sekarang ini. Adapun fasilitas yang di miliki SLB ini : 1) Ruangan Kantor Ruang kepala sekolah digabungkan dengan ruangan TU dan ruang tamu. Ruangan ini cukup besar berukuran 4x6 meter yang dilengkapi 2 meja kerja yang 1 meja kepala sekolah dan yang lainnya meja untuk TU yang dilengkapi komputer, laptop selain itu diruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dinding, kalkulator, wireless internet. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi dan bersih. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan tepat di sebelah pintu masuk. Sehingga memudahkan tamu untuk mememui kepala sekolah ataupun staf sekolah. Sedangkan untuk majelis guru terdapat di tengah-tengah bangunan atau di antara kelas-kelas, gunanya untuk mengontrol kelas. Ruang mejelis guru sendiri berukuran 4x7 meter dengan beberapa fasilitas seperti 15 meja dan kursi untuk guru, memiliki almari yang digunakan untuk arsip atau menyimpan tugas anak, di lengkapi 2 kipas angin plafon dan 4 kipas angin dinding, White bord, TV, alat pengeras suara, jam dinding. Tetapi ruangan ini jarang ditempati oleh guru karena guru lebih sering menghabiskan waktu dikelasnya masing-masing. Ruangan ini sangat berfungsi ketika rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah 2) Ruang Kelas Ruang kelas di SLB Sri Mujinab berjumlah 24 kelas untuk TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Ukuran masing-masing kelas adalah 3x4 yang dilengkapi oleh 1 pasang meja guru dan 3-6 pasang meja siswa karena siswa dalam 1 kelas hanya sedikit, kipas angin, papan absen, bingkai-bingkai prakarya ataupun pahlawan, papan tulis (White board), almari untuk menyimpan perangkat pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, mading hasil karya siswa. Kelas-kelas ini terlihat rapi dan bersih. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Untuk kelas tunagrahita terletak digedung yang berbeda tepatnya gedung belakang sekolah, dalam satu gedung terdiri dari 5 kelas, disetiap kelas terdapat 1 set meja guru, dan 3-5 set meja siswa, almari untuk menyimpan perangkat pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, jam dinding, kipás angin. Kelas-kelas ini terlihat bersih tapi agak berantakan karena siswa suka memindah-mindahkan kursi yang paginya sudah tersusun rapi. 3) Ruang P3K / UKS Ruang P3K atau UKS menjadi satu ruang dengan ruang fisiotrapi. Ruangan ini berukuran 4x6 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan 3 tempat tidur yang dibatasi tirai, timbangan berat badan, 2 kursi roda, 2 pasang kruk, kotak P3K, 1 meja ½ biro beserta kurisi, 2 bangku tanpa lengan dan obat-obat ringan. 4) Perpustakaan Ruangan perpustakaan berukuran 4-6 meter yang di lengkapi dengan 2 lemari buku, 4 rak buku, 2 meja berukuran 2 meter, 12 kursi tanpa lengan, kipas angin, 1 unit komputer dan diterangi lampu neon berjumlah 4 bola. 5) Labor Komputer Labor komputer berukuran 4x4 dilengkapi dengan 5 unit komputer, 1 meja guru, pendingin ruangan AC, wireless internet, karpet, jam dinding, di terangi dengan lampu neon berjumlah 4 bola. 6) Ruangan Berkebutuhan Khusus a) Ruang bina bicara yang digabungkan dengan ruang persepsi bunyi. Ruang bina bicara digabungkan dengan ruang persepsi bunyi, ruangan ini digunakan oleh anak-anak dengan keterbatasan tunarungu. Ruangan ini dilengkapi dengan TV, DVD, tape rekorder, kaca pembesar, cermin, 5 meja dan kursi siswa, 1 meja dan kursi guru, lemari jam, dinding. b) Ruang Audio Visual Ruangan audio visual di SLB Sri Mujinab dilengkapi dengan televisi, DVD, LCD, 8 kursi dan meja siswa, 1 kursi dan meja guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
7) Ruangan Praktek Keterampilan Seperti; a) Ruang menjahit Ruang menjahit di SLB Sri Mujinab berukuran 4x6 meter, terdapat 2 mesin jahit elektrik dan 6 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan menjahit, terdapat juga White board yang digunakan untuk membuat gambar atau desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1 mesin obras, 1 set gunting kain, strika, 3 kipas angin, 10 kursi, 1 karpet permadani. Dengan tersedianya alat-alat menjahit yang lengkap, siswa bersemangat mengasah keterlampilan menjahit. Siswa juga membuat pakaian seragam guru, pakaian batik yang diperjualkan kepada orang tua siswa dan pakaian fashionshow untuk anak-anak tunarungu. Dengan adanya perektek menjahit ini diharapkan skill yang sudah mereka miliki akan berguna setelah menamatkan sekolah. b) Ruang salon Ruang salon di SLB Sri Mujinab Pekanbaru berukuran 3x4 yang dilengkapi dengan 2 kaca besar, 4 kursi yang digunakan berukuran rendah yang digunakan untuk yang di salon dan 2 kursi tinggi yang digunakan untuk yang akan menghias, 1 kursi cuci rambut, 2 hair drayer, 2 alat catok, 2 keranjang alat, mesin walk, tas make up, gunting rambut, 2 kipas angin dan poster-poster model rambut. Di ruangan ini siswa-siswi belajar bagaimana cara menghias, memotong dan mencuci rambut. Pada umumnya yang mengambil jurusan salon adalah anak perempuan tetapi ada juga anak-laki-laki yang mengambil jurusan ini. Selain itu di luar jam pelajaran salon siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di ruangan salon. c) Ruang Pertukangan Ruang pertukangan di SLB Sri Mujinab berukuan 4x5 meter, ruangan dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong kayu, pahat, gergaji, paku-paku dengan berbagai ukuran, white board, serpihan-sepihan kayu yang siap untuk diolah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
grinda, 2 meja praktek, rak alat, meja las, las listrik, kompresor, cetakan paving blok, bor listrik, 3 kipas angin. Ruang pertukangan ini biasa digunakan untuk prek membuat keterampilan dari kayu, lempengan ataupun daur ulang dari sampah-sampah plastik yang dapat dimanfaatkan menjadi pajangan, hiasan dinding, vas bunga, hiasan lemari. Hasil prakarya ini biasanya setiap tahun mengikuti pameran dan dijual. 8) Ruangan Pendukung Lainnya a) Musholla Musholla di SLB Sri Mujinab difasilitasi dengan mimbar, 4 sajadah panjang untuk shalat berjamaah, kipas angin, 4 sajadah untuk 1 orang, 4 sarung, 4 pasang mukenah, 1 lemari untuk menyimpan Al-Qur’an, 1 lemari menyimpan buku cerita agama sakaligus mukenah dan sarung. Guru dan siswa biasanya melakukan shalad jemaah setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di mushalla ini. b) Kamar mandi/ WC Terdapat 2 wc siswa purta dan 2 wc untuk siswa putri dan 2 wc untuk guru dan pegawai. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset duduk, didepan wc terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan c) Gudang Gudang di SLB Sri Mujinab digunakan untuk menyimpan alat-alat kebersihan dan perkebunan seperti gerobak sorong, cangkul, gunting rumput, mesin potong rumput, ember dan gayung penyiram bunga, mesin foging dan sabit. Selain itu di dalamnya terdapat kursi dan meja yang tidak digunakan lagi. d) Taman Taman merupakan arena bermain untuk siswa-siswi, dengan fasilitas seperti ayunan, seluncuran, palang tunggal, jembatan penyebrangan, lorong, palang sejajar, tumput yang tertata rapi, tanaman dan bunga-bunga yang menghihasi taman di SLB Sri Mujinab. Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
a) Lapangan outdor masih menggunakan tanah kosong yang berada di sebelah sekolah ataupun lapangan pelajar yang berada disebelah kantor Dispora yang tidak jauh dari SLB Sri Muujinab. Lapangan ini digunakan untuk olahraga atletik dan sepak bola. Sedangan untuk lapangan basket sekolah memiliki lapangan basket dengan ukuran standar dan digunakan juga untuk lapangan voli dan bulutangkis. Untuk kolam berenang menggunakan kolam berenang umum yang letaknya tidak jauh dari sekolah, biasanya pelajaran renang untuk pembinaan prestasi bagi siswa tunagrahita sedang dan tunarungu. Lapangan Bocce menggunakan taman sekolah yang dibatasi oleh papan dengan ukuran yang seadanya. b) Lapangan indoor sekolah menggunakan aula sekolah yang diperuntukan untuk bermain tenis meja. c) Jumlah bola yang di miliki SLB Sri Mujinab 1) Bola kaki berjumlah 3 unit 2) Bola voli berjumlah 2 unit 3) Bola basket berjumlah 2 unit 4) Bola bocce berjumlah 1 set d) Jumlah net 1) Net voli berjumlah 2 unit 2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit 3) Net dan tenis maja berjumlah 4 unit e) Atletik cabang lempar 1) Cakram berjumlah 2 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg 2) Peluru berjumlah 3 utuk 3kg dan 3 unit 5 kg f) Gawang berjumlah 12 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon g) Matras berjumlah 1 unit h) Kun berjumlah 1 set i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas. j) Stopwatch 1 unit k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru yang berjarak 10 km dari pusat kota di Kecamatan Rumbai Pesisir kelurahan Lembah Damai. Posisi Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru berada di dalam areal PT Chevron Rumbai. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumabai ini tergolong sekolah yang maju di antara sekolah luar biasa lain yang ada di Pekanbaru, karena sekolah ini mempunyai fasilitas yang cukup dibandingkan Sekolah Luar Biasa lainnya di kota Pekanbaru karena sekolah ini mendapatkan bantuan dari PT CPI sekarang PT Chevron yang merupakan perusahaan minyak terbesar di Indonesia dan sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Cendana Rumbai yang berada di kawasan PT Chevron. Adapun fasilitas yang ada di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru adalah: 1) Ruangan Kantor Ada dua ruangan kantor di sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru yang berukuran 4x4 meter, satu diantaranya adalah ruangan Kepala Sekolah yang dilengkapi satu set meja kerja, computer, laptop, white board, lemari dokumen dan satu set kursi tamu. Ruangan ini diterangi oleh lampu neon 40 watt sebanyak 6 bola dan alat pendingin (AC) sehingga ruangan ini sangat nyaman rasanya kalau kita berada di dalamnya, karena ruangan ini tertata dengan rapi. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan dari bangunan sekolah ini sehingga orang yang datang atau tamu dapat terlihat jelas ketika memasuki areal sekolah, begitu juga anak yang datang ke sekolah karena kedatangan siswa tidak dapat diatur seperti sekolah-sekolah biasa. Ruangan majelis guru berhadapan dengan ruangan kepala sekolah ukurannya 4x8 meter dapat digunakan untuk 10 orang guru. Fasilitas yang ada di ruangan guru adalah meja ½ biro, lemari file, white board, tv, telepon, kursi tempat duduk guru, almari tempat menyimpan tugas murid dan menyimpan media pengajaran oleh guru, ruangan ini juga dilengkapi dengan alat pendingin (AC) yang dapat digunakan oleh guru-guru untuk pendukung proses belajar mengajar. Di ruangan ini meja guru tersusun dengan rapi sehingga duduk di dalam ruangan guru kita merasa enak dan nyaman. Letak ruangan majelis guru dengan ruangan kepala sekolah berhadapan yang dibatasi oleh gang berukuran 1,5 meter menuju ruang belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Di sebelah ruangan kepala sekolah terletak ruangan tata usaha yang berukuran 3x4 meter, di dalam ruangan tata usaha dilengkapi meja dan kursi untuk pegawai tata usaha. Ruangan tata usaha dilengkapi AC, komputer, printer, mesin fotocopy, lemari tempat penyimpanan arsip guru, murid dan arsip sekolah, papan untuk menyusun kegiatan harian, rak kayu, filling cabinet, alat pengeras suara, tv, dan kebutuhan lain untuk administrasi sekolah seperti membuat laporan, keadaaan siswa, surat-menyurat dan lain-lainnya. 2) Ruangan Belajar Ruangan belajar seluruhnya terdiri dari 8 ruangan yang 6 ruangan berukuran 5x7 meter dan dua ruangan berukuran 4x6 m, ruangan tampak bersih dan rapi hanya diisi satu meja dan kursi untuk guru serta setiap kelas hanya ada lima pasang kursi dan meja saja dan ada karpet tempat duduk berwarna hijau. Setiap kelas tampak rapi tidak ada sampah yang berserakan karena ada petugas yang membersihkan sehingga kelas selalu nyaman untuk belajar dan ruangan dilengkapi dengan papan tulis serta dilengkapi AC seperti kelas; a) Kelas A adalah kelas yang diisi oleh siswa SD dan SMA yang berpotensi untuk menulis dan membaca dan jumlahnya ada 5 orang, kelas ini dilengkapi dengan tape combo polytron, kursi murid, lemari, kursi guru, meja kerja ½ biro, meja computer, meja murid, rak-rak kayu, AC, celling fan, computer, white board, karpet dan papan absen. b) Kelas B adalah kelas anak besar tunarungu tidak bisa baca tulis jumlahnya 5 siswa, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru, kursi murid, kursi putar tanpa tangan, meja ½ biro, lemari besi, celling fan, AC, papan absen, cermin, lampu neon, white board dan karpet. c) Kelas D adalah kelas siswa SD yang tidak berpotensi pandai tulis baca, siswanya 5 orang, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru dan meja guru yang berukuran ½ biro, kursi dan meja untuk murid 5 pasang, komputer, printer, AC, white board, celling fan, papan absen, karpet d) Kelas E adalah kelas yang siswanya hanya 1 orang, anaknya suka usil suka mengganggu temannya yang lain siswanya setingkat SMP, kelas ini dilengkapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
dengan meja guru ½ biro, meja dan kursi murid 5 pasang, lemari peratan, speech traine, tape recorder, white board, papan absen dan karpet. e) Kelas F adalah kelas siswa tunarungu setingkat SMP siswanya 2 orang perempuan, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru, meja guru ½ biro dan kursi putar, 5 pasang meja dan kursi untuk siswa, lemari besi, meja komputer, komputer, celling fan, white board, papan absen dan AC. f) Kelas G adalah kelas tunagrahita, siswnya besar-besar jumlahnya 3 orang (SMP dan SMA) dilengkapi meja guru ½ biro dan kursi putar, 5 pasang meja dan kursi untuk murid, AC, papan absen, white board, celling fan dan karpet. Setiap ruang kelas dilengkapi juga dengan cermin, lampu neon 40 watt dan jam dinding. 3) Ruangan Pustaka / Lab Komputer Dilengkapi dengan satu buah tv, satu buah DVD vitron, 5 buah computer, kursi, meja baca pustaka, meja computer, rak buku, racun api, scanner dan vacuum cleaner, dilengkapi dengan karpet, AC, lampu neon 40 watt 4 buah. 4) Ruangan Pembinaan Bicara Ruangan pembinaan bicara adalah ruangan untuk melatih anak-anak yang kurang jelas bicaranya maka di ruangan ini anak-anak dilatih berbicara sehingga lama-kelamaan anak bisa berbicara dan bicaranya bisa dimengerti. Alat yang terdapat di ruangan ini adalah kaca besar, tape recorder, kursi, meja ½ biro dan aipond. 5) Ruangan Fisioterapi/ UKS Ruangan fisioterapi/ UKS adalah ruangan untuk tempat anak yang kurang sehat sesampainya di sekolah, di ruangan ini terdapat dua buah tempat tidur dan lemari obatobatan ringan. 6) Ruangan Praktik a) Ruang Menjahit Ruangan praktik menjahit bergabung dengan musholah dengan adanya pembatas triplex. Ruangan keterampilan dilengkapi dengan tv, VCD, computer, 5 mesin jahit, 2 mesin jahit portable, 1 mesin jahit singer, mesin obras, mesin necy, lemari pakaian, meja tempat memotong kain, gunting, meja seterika, seterika, white board, lemari peralatan, kursi, bahan kain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
b) Ruangan Pertukangan Ruangan pertukangan dilengkapi dengan lemari alat, meja ketam, meja las, meja praktek, rak alat, ban pres, mesin bubut, bot duduk listrik, bor engkol, cetakan batako, cetakan paving blok, gergaji listrik, kipas angina, kompresor, mesin amplas listrik, genset, ketam lisrtik, masin bor kayu, masin rotter, las listrik. Ruangan sangat lengkap sehingga siswa dapat mengasah keterampilan dalam membuat prakarya baik untuk dipakai sendiri maupun dijual. c) Ruangan Salon Ruangan ini dilengkapi dengan alat-alat salon seperti kursi putar, cermin, meja+cermin, kursi cuci rambut, AC, hair drayer, keranjang alat, tas make up, gunting rambut, gunting zigzag, bed lulur. Ruangan ini digunakan untuk pelatihan salon bagi siswa. Beberapa alumni dari SLB ini sudah membuka salon sendiri dengan keterampilan yang ia dapat ketika bersekolah di SLB Cendana. 7) Ruangan Pendukung Lainnya a)
Musholah bergabung dengan ruangan keterampilan menjahit, siswa dan guru sholat berjamaah setiap hari Senin, Rabu dan Kamis.
b)
Dapur merupakan sarana pendukung lainnya di Sekolah Luar Biasa Cendan Rumbai yang berfungsi sebagai tempat memasak air untuk guru dan murid, pada hari Rabu mereka makan siang di sekolah bersama-sama. Makanan dimasak di dapur berukuran 4x5 meter. Dapur ini dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, lemari peralatan dapur, meja, ampia, blender, cetakan kue, dandang, igloo, kompor hook, kompor listrik, kulkas dan peralatan makan lainnya seperti piring, gelas, tempat cuci tangan, sendok, garpu dan lai-lain.
c)
WC, dua WC siswa putra, dua WC siswa putrid an dua WC untuk guru dan pegawai. WC dilengkapi dengan bak dan shower untuk dipakai mandi, ada yang WC jongkok dan kloset duduk.
d)
Gudang TU, di gudang ini disimpan alat-alat seperti kamera, cas batray, handycam, camera digital, LCD, proyektor, wieless, lemari peralatan, trypot, laminating, impuls sealer, mesin ketik manual, laptop Toshiba, scanner dan juga ada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
gudang penyimpanan alat-alatyang rusak seperti meja, kursi yang tidak layak pakai dan perabotan lainnya. 8) Taman Taman dilengkapi dengan alat-alat bermain seperti ayunan, jembatan penyeberangan, jungkat-jangkit, palang bertingkat, putaran, seluncuran, tangga majemuk, tiang gawang, tiang katrol. Sedangkan untuk fasilitas sarana prasarana pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: a) Lapangan outdor sekolah ini adalah apangan bola kaki berukuran 40x60 meter, lapangan bulutangkis semenisasi, lapangan
voli semenisasi, bak lompat jauh,
lapangan bocce, lapangan basket. Semua lapangan ini terdapat di dalam lingkungan sekolah. b) Lapangan outdor untuk sekolah ini adalah aula terdapat di antara ruangan belajar dan dapur. Di aula terdapat pentas mini dan bangku panjang serta 5 buah meja murid serta kursi tempat duduk. Aula digunakan sebagai tempat berdoa bersam sebelum masuk ke kelas masing-masing dan tempat anak bermain dikala jam istirahat juga tempat senam pada jam olahraga karena senam irama merupakan alternatif kalau cuaca kurang baik atau hujan dan terkadang siswa olahrangnya hanya mau senam saja karena di dinding diletakkan TV 29 inci dan satu buah VCD sehingga anak-anak mengikuti tayangan yang ada di TV. Berikutnya ada ruangan dimana ruangan ini diperuntukan untuk kegiatan olahraga tenis meja. c) Jumlah bola 1) Bola kaki berjumlah 10 unit 2) Bola voli berjumlah 5 unit 3) Bola basket berjumlah 8 unit 4) Bola bocce berjumlah 3 set d) Jumlah net 1) Net voli berjumlah 3 unit 2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit 3) Net dan meja pimpong berjumlah 2 unit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
e) Atletik cabang lempar 1) Cakram berjumlah 3 unit untuk 1kg dan 2 unit untuk 2kg 2) Peluru berjumlah 3 utuk 3kg dan 3 unit 5 kg f) Gawang berjumlah 6 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon g) Matras berjumlah 4 unit h) Kun berjumlah 20 buah i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas. j) Stopwatch 4 unit k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah. c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati SLB Pelita Hati Pekanbaru berjarak 14 km dari pusat kota, terletak di kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Posisi SLB Pelita Hati Pekanbaru terletak berdekatan dengan kampus utama Univesitas Riau, dengan jarak 500 meter dari jalan besar. SLB Pelita Hati berdiri di bawah naungan Yayasan Permata Bunda Provinsi Riau. Adapun fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru sebagai berikut: 1) Ruangan Kantor Ruangan kepala sekolah berada di lantai dua dengan ukuran 4x6 digabung dengan ruangan TU dan ruang tamu. Ruangan ini cukup besar dilengkapi 2 meja kerja yang 1 meja kepala sekolah dan yang lainnya meja untuk TU yang dilengkapi komputer, laptop selain itu di ruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dindin, wireless internet, papan slogan yang ditempel di dinding. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi dan bersih. Sedangkan untuk majelis guru tedapat di tengah-tengah bangunan atau di antara kelas-kelas, gunanya untuk mengontrol kelas. Ruang mejelis guru sendiri berukuran 4x5 meter dengan beberapa fasilitas seperti 9 meja dan kursi untuk guru, memiliki almari yang digunakan untuk arisip atau menyimpan tugas anak, di lengkapi 2 kipas angin plafon dan 1 kipas angin dinding, White bord, alat pengeras commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
suara, jam dinding. Ruangan ini juga digunakan untuk rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah SLB Pelita Hati hanya memiliki 8 kelas yang berukuran 6x8 meter, dengan keterbatasan ruangan maka setiap ruang dapat dibagi lagi menjadi 2 ruang kelas ,dengan sekat ruang memakai triplek non permanen. 2) Perpustakaan Perpustakan dilengkapi dengan buku-buku pelajaran, buku-buku cerita, lemari buku, rak buku, karpet, dan meja bundar ceper. 3) Lab. Komputer Ruangan lab. komputer digabungkan dengan ruangan audio visual dengan fasilitas 5 komputer, TV, DVD, alat pengeras suara, kursi, meja, karpet, kipas angin, jam dinding. 4) Ruang praktek keterampilan seperti; a) Ruang menjahit Ruang menjahit digabungkan dengan kelas VII C, dengan fasilitas 1 mesin jahit portable, 5 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan menjahit, white board yang digunakan untuk membuat gambar atau desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1 mesin obras, 1 set gunting kain, meja strika, strika, 2 kipas angin, 1 karpet permadani. Dengan tersedianya alat-alat menjahit yang lengkap, siswa bersemangat mengasah keterlampilan menjahit. Perektek menjahit ini diharapkan skil yang sudah mereka miliki akan berguna setelah menamatkan sekolah. b) Ruang pertukangan Ruang pertukangan berukuan 4x5 meter, ruangan ini hanya berbataskan triplek dengan kelas XI C. Ruangan dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong kayu, pahat, gergaji, paku-paku dengan berbagai ukuran, white board, serpihan-sepihan kayu, papan yang siap untuk diolah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, grinda, meja praktek, rak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
alat, las listrik, cetakan paving blok, bor listrik, 3 kipas angin, koran yang digulunggulung, papan besar untuk merangkai karangan bunga, alat sablon. Hasil karya dari siswa SLB Pelita Hati pernah menjadi juara umum saat pameran hasil karya Se-Provinsi Riau. 5) Ruangan pendukung lainnya a) Kamar mandi/ WC. Terdapat 1 wc siswa putra dan 1 wc untuk siswa putri dan 1 wc untuk guru dan pegawai. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset jongkok, di depan wc terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan. b) Gudang Gudang digunakan untuk menyimpan alat-alat kebersihan, selain itu di dalamnya terdapat kursi dan meja yang tidak digunakan lagi. 6) Taman SLB Pelita Hati Pekanbaru tidak memiliki taman, hanya halaman yang digunakan untuk lahan bermain, upacara bendera dan berolahraga. Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana olahraga SLB Pelita Hati Pekanbaru adalah sebagai berikut: a) Lapangan outdor masih menggunakan tanah kosong yang berada di sebelah sekolah ataupun lapangan di kawasan Universitas Riau yang tidak jauh dari SLB Pelita Hati Pekanbaru. Lapangan ini digunakan untuk olahraga atletik dan sepak bola. Untuk lapangan basket sekolah juga menggunakan lapangan basket yang ada di lingkungan Universitas Riau, sedangkan voli lapangan yang digunakan adalah lapangan yang komplek sekolah milik dari perumahan. Untuk kolam renang menggunakan kolam renang umum yang letaknya tidak jauh dari sekolah, biasanya pelajaran renang untuk pembinaan prestasi bagi siswa tunagrahita sedang dan tunarungu. Lapangan Bocce menggunakan taman sekolah yang dibatasi mengunakan garis mengunakan kapur atau baru bata dengan ukuran yang seadanya. b) Lapangan indoor sekolah menggunakan aula sekolah yang diperuntukan untuk bermain tenis meja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
c) Jumlah bola yang di miliki SLB Pelita Hati Pekanbaru 1) Bola kaki berjumlah 2 unit 2) Bola voli berjumlah 1 unit 3) Bola basket berjumlah 1 unit 4) Bola bocce berjumlah 1 set d) Jumlah net 1) Net voli berjumlah 1 unit 2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit 3) Net dan tenis meja berjumlah 1 unit e) Atletik cabang lempar 1) Cakram berjumlah 2 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg 2) Peluru berjumlah 1 utuk 3kg dan 1 unit 5 kg f) Gawang berjumlah 2 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon g) Matras berjumlah 1 unit h) Kun merupakan kun modifikasi dari paving blok. i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas. j) Stopwatch 1 unit k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah. d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru berjarak 12 km dari pusat kota dan merupakan SLB negeri satu-satunya di Kota Pekanbaru. Tanah Sekolah sepenuhnya hak milik Dinas Pendidikan Provinsi Riau , luas areal seluruhnya 14.345m2. Posisi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru berada di Jalan Segar No. 46 Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi. Adapun fasilitas yang dimiliki SLB ini : 1) Ruangan Kantor Ruang kepala sekolah digabungkan dengan ruangan ruang tamu. Ruangan ini cukup besar berukuran 4x6 meter yang dilengkapi 1 meja kerja kepala sekolah yang dilengkapi komputer, laptop selain itu di ruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dindin, kalkulator, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
wireless internet. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi dan bersih. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan tepat di sebelah kanan setelah pintu masuk. Sehingga memudahkan tamu untuk mememui kepala sekolah ataupun kepala sekolah memantau siapa saja yang keluar masuk sekolah. Sedangkan ruang majelis guru berukuran 5x7 meter yang difasilitasi meja dan kursi untuk guru, almari yang digunakan untuk arisip atau menyimpan tugas anak, di lengkapi 2 kipas angin plafon dan 4 kipas angin dinding, White bord, TV, alat pengeras suara, jam dinding dan Wc. Tetapi ruangan ini jarang ditempati oleh guru karena guru lebih sering menghabiskan waktu di kelas ataupun diruangan yang ada di daerah itu mengingat jarak dari kelas ke majelis guru cukup jauh. Ruangan ini sangat berfungsi ketika rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah. Di sebelah ruang majelis guru terdapat ruang tata usaha yang berukuran 3x3 meter. Di dalam ruangan tata usaha terdapat meja dan kursi untuk pegawai tata usaha. Selain itu ruang tata usaha juga dilengkapi dengan komputer, printer, lemari tempat menyimpan arsip sekolah, guru dan murid, papan kegiatan tahunan, rak buku kayu, alat-tulis, buku-buku tulis besar, alat pengeras suara dan alat-alat administrasi lainnya. 2) Ruang Kelas Ruang kelas di SLB Negeri Pembina berjumlah 34 kelas dengan ukuran 4x6 meter dilengkapi oleh 1 pasang meja guru dan 3-12 pasang meja siswa karena siswa dalam 1 kelas hanya sedikit, kipas angin, papan absen, bingkai-bingkai prakarya ataupun pahlawan, papan tulis (White board), almari untuk menyimpan perangkat pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, mading hasil karya siswa. Kelas-kelas ini terlihat rapi dan bersih. 3) Ruang P3K / UKS Ruang P3K atau UKS menjadi satu ruang dengan ruang fisiotrapi. Ruangan ini berukuran 6x8 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan 2 tempat tidur yang dibatasi tirai, timbangan berat badan, 2 kursi roda, 2 pasang kruk, kotak P3K, 2 meja ½ biro beserta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
kurisi, 2 bangku tanpa lengan dan obat-obat ringan, gambar dan patung anatomi, gambar petunjuk titik pijat. 4) Perpustakaan Ruangan perpustakaan berukuran 4x6 meter yang di lengkapi dengan 2 lemari buku, 4 rak buku, 2 meja berukuran 2 meter, 12 kursi tanpa lengan, kipas angin, 1 unit komputer dan diterangi lampu neon berjumlah 4 bola. Ruangan ini juga tersedia berbagai buku tentang pembelajaran anak berkebutuhan khusus, buku pelajaran, dan kamus. 5) Labor komputer dan labor multimedia Labor komputer digabungkan dengan labor multimedia berukuran 4x5 dilengkapi dengan 12 unit komputer, 1 meja guru, pendingin ruangan AC, wireless internet, karpet, jam dinding, di terangi dengan lampu neon berjumlah 4 bola. 6) Ruangan berkebutuhan khusus seperti: a) Ruang bina bicara yang digabungkan dengan ruang persepsi bunyi dan labor audiometer. Ruang bina bicara digabungkan dengan ruang persepsi bunyi dan labor audiometer, ruangan ini digunakan oleh anak-anak dengan keterbatasan tunarungu. Ruangan ini dilengkapi dengan TV, DVD, tape rekorder, kaca pembesar, cermin, 5 meja dan kursi siswa, 1 meja dan kursi guru, lemari jam dinding dan alat pengukur suara atau bunyi yang dapat digunakan oleh siswa tunarungu. b) Ruang audio visual Ruangan audio visual di SLB Negeri Pembina Pekanbaru dilengkapi dengan televisi, DVD, LCD, 8 kursi dan meja siswa, 1 kursi dan meja guru. 7) Ruang praktek keterampilan seperti; a)
Ruang menjahit (tata busana) Ruang menjahit di SLB Negeri Pembina berukuran 6x8 meter, terdapat 2 mesin jahit listrik dan 8 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan menjahit, terdapat juga White board yang digunakan untuk membuat gambar atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1 mesin obras, 1 set gunting kain, seterika, meja seterika, meja untuk tempat menggunting kain, 3 kipas angin, kursi, 1 karpet permadani. b) Ruang salon (tata kecantikan) Ruang salon di SLB Negeri Pembina Pekanbaru berukuran 6x8 meter yang dilengkapi dengan 3 kaca+meja, 3 kursi putar yang digunakan berukuran rendah yang digunakan untuk yang akan di salon dan 2 kursi tinggi yang digunakan untuk yang akan menghias, 1 kursi cuci rambut, 2 hair drayer, 2 alat catok, 2 keranjang alat, mesin walk, tas make up, gunting rambut, 2 kipas angin, steamer, 1 meja guru, 3 meja dan kursi siswa dan poster-poster model rambut. Di ruangan ini siswa-siswi belajar bagaimana cara menghias, memotong dan mencuci rambut. Selain itu di luar jam pelajaran salon siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada diruangan salon. c) Ruang Kesenian Ruang kesenian di SLB Negeri Pembina berukuran 6x8 ruangan ini digunakan untuk latihan untuk siswa memilih ekstrakurikuler seni rupa, musik, seni tari, seni lukis dilengkapi dengan alat-alat kesenian seperti rebana, angklung, TV, DVD, pengeras suara, lemari yang pakaian untuk baju-baju tari, organ, microfon, kanvas, cat minyak, karpet. Ruangan ini digunakan untuk latihan untuk siswa memilih ekstrakurikuler kesenian. d) Tuang Tata Boga Ruangan tata boga berukuran 6x8 meter yang dilengkapi dengan 2 oven ukuran besar, 2 westafel pencuci piring, 2 kompor gas, 3 kompor minyak, panci, kuali, baskom, mangkuk, baki, rak piring, meja untuk membuat adonan, bahan-bahan seperti tepung, gula, telur, beras, kulkas, meja, kursi, TV, DVD, lemari, celemek, blender, termos nasi, termos air, mixer, rice cooker, timbangan, dispenser dan kipas angin. Siswa yang mengambil keterampilan tata boga ini setiap hari membuat kue-kue basah yang di jual ke guru-guru dan siswa, semua jenis kue basah terutama kue basah khas melayu dan bisa mereka buat oleh siswa berkebutuhan khusus ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
e) Ruang Otomotif Ruang otomotif berukuran 6x8 meter dengan berbagai perlengkapan perbengkelan seperti berbagai jenis kunci, obeng, dongkrak, tang, gerjagaji, gerinda,kikir, bor, snel dan tap, pahat, kompresor, meja, kursi, baju bengkel. Siswa yang tergabung dalam otomotif ini adalah siswa tunarungu memperbaiki motor miliknya sendiri atau pun motor guru yang mengalami kerusakan. f) Ruang Layang-Layang Ruang layang-layang berukuran 3x3 meter dan dilengkapi oleh bahan-bahan pembuat layang-layang seperti kertas, benang, bambu, lem kertas, gunting, amplas kertas, pisau dan dilengkapi dengan kursi, meja karpet, lemari, rak alat, meja praktek. Biasanya siswa membuat layang-layang dan kemudian layang-layang yang layak diterbangkan dijual ke warung-warung yang ada di lingkungan sekolah ataupun siswa sendiri yang membeli. g)
Ruang hantaran Ruangan hantaran berukuran 6x8 meter dilengkapi dengan peralatan membuat hantaran pernikahan ataupun aksesoris. Ruangan ini dilengkapi dengan keranjangkeranjang, kertas kado, plastik bening, bunga-bunga plastik, lem, gunting, kapas, benang, kain yang belum diolah, pita, manik-manik, kertas karton, meja, kursi, meja praktek. Tidak hanya membuat hantaran tetapi di ruangan ini juga dilaksanakan pelatihan pembuatan aksesoris dan boneka.
h)
Ruang Merangkai Bunga Ruang merangkai bungan berukuran 6x8 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan bunga-bunga pelastik, botol-botol minuman plastik yang nantinya akan dipergunakan untuk membuat vas bunga, pipet, plastik asoi warna warni, benang, lem kertas, gunting, busa, gabus, besi pipih yang akan digunakan untuk tangkai bunga, papan-papan untuk membuat karangan bunga.
i)
Ruang Pertukangan Ruang pertukangan di SLB Negeri Pembina berukuan 6x8 meter, ruangan dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong katu, pahat, gergaji, pakupaku dengan berbagai ukuran, White board, serpihan-sepihan kayu yang siap untuk di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
olah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, gerinda, 2 meja praktek, rak alat, meja las, las listrik, kompresor, cetakan paving blok, bor listrik, kipas angin. Ruang pertukangan ini biasa digunakan untuk praktek membuat keterampilan dari kayu, lempengan ataupun daur ulang dari sampah-sampah pelastik yang dapat dimanfaatkan menjadi pajangan, hiasan dinding, vas bunga, hiasan lemari. Hasil prakarya ini biasanya setiap tahun mengikuti pameran dan di jual. 8)
Ruangan Pendukung Lainnya a) Musholla Mushola di SLB Negeri Pembina Pekanbaru difasilitasi dengan mimbar, 5 sajadah panjang untuk sholad berjamaah, tirai dari stenlis sebagai ijab pembatas sholad antara laki-laki dan perempuan, kipas angin, 4 sajadah perorangan, 4 sarung, 8 pasang mukenah, 1 lemari untuk menyimpan Al-Qur’an, 1 lemari menyimpan buku cerita agama sakaligus mukenah dan sarung. Guru dan siswa biasanya melakukan shalat jemaah setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di mushalla ini.
b) Kamar mandi/ WC. Terdapat 2 wc didalam majelis guru, 2 wc untuk siswa putri dan 2 wc siswa putra. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset duduk, di depan wc yang berada di dalam ruang majelis guru terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan. c)
Gudang Gudang di SLB Negeri Pembina Pekanbaru digunakan untuk menyimpan locker yang tidak digunakan lagi, kursi dan meja yang tidak digunakan lagi, cangkul, mesin pemoting rumput, gerobak sorong.
9) Taman atau Halaman Tidak ada taman di SLB Negeri Pembina ini yang ada hanya halaman yang sudah disemen atau diberi paving blok yang merupakan arena bermain untuk siswasiswi, dengan fasilitas seperti ayunan, seluncuran, tiang bendera dan sepanjang teras berjejer bunga-bunga yang ditanam di dalam pot. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Sedangkan fasilitas sarana dan presarana Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru adalah sebagai berikut: a) Lapangan outdoor menggunakan lapangan upacara yang cukup luas dan juga menggunakan lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Di lapangan sekolah terdapat tiang net yang biasa digunakan untuk net badminton dan voli, memiliki 1 tiang ring basket. Sementara untuk olahraga sepak bola, dan atletik menggunakan lapangan yang berada tidak jauh dari sekolah. Untuk olahraga renang sekolah bekerja sama dengan Aras yakni kolam renang umum yang jaraknya 2 kilometer dari sekolah. Sementara itu untuk olahraga bocce memakai lapangan tanah yang ada di samping ruang tata boga dengan ukuran seadanya. b) Lapangan indoor menggunakan aula yang biasanya digunaka untuk olahraga tenis meja, olahraga tenis meja di SLB ini merupaka ekstrakulikuler dan pembinaan prestasi. c) Jumlah bola 1) Bola kaki berjumlah 3 unit 2) Bola voli berjumlah 4 unit 3) Bola basket berjumlah 2 unit 4) Bola bocce berjumlah 2 set d) Jumlah net 1) Net voli berjumlah 2 unit 2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit 3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit e) Atletik cabang lempar 1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg 2) Peluru berjumlah 2 utuk 3kg dan 2 unit 5 kg f) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon g) Matras berjumlah 4 unit h) Kun berjumlah 1 set i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas. j) Stopwatch 5 unit k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
e. Sekolah Luar Biasa Melati Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru berjarak 12 km dari pusat kota di Kecamatan Rumbai Pesisir. Posisi Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai ini di lingkungan rumah penduduk. SLB Melati Rumbai memiliki dua posisi bangunan yang pertama bangunan inti yang terdapat di halaman rumah kepala sekolah, sedangkan posisi ke dua hanya berjarak dua rumah dari posisi pertama yang digunakan untuk gedung SMPLB dan SMALB. SLB Melati Rumbai berdiri di bawah naungan Yayasan Pendidikan Melati. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru dibangun di halaman rumah penasehat Yayasan Pendidikan Melati yakni suami dari kepala sekolah. SLB Melati Rumbai Pekanbaru adalah sekolah yang sedang berkembang tetapi masih memiliki hambatan dan kebutuhan. Adapun fasilitas yang dimiliki Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru adalah: 1) Ruang Kantor Ruang kepala sekolah berukuran 3x4 meter digabung dengan ruang tata usaha dan ruang tamu. Di dalam ruang kepala sekolah dilengkapi dengan 1 meja kerja untuk kepala sekolah, 1 meja kamputer yang digunakan pegawai tata usaha, printer, 1 kursi tamu panjang, lemari arsip, kipas angin, karpet dan diterangi oleh 2 lampu neon. Walaupun dalam satu ruangan ini merupakan akses dari kegiatan sekolah, ruangan ini tetap tertata rapi dan bersih. Posisi ruangan ini pas di samping rumah ibu kepala sekolah yang dahulu merupakan garasi rumah sebelum didirikannya SLB Melati Rumbai ini. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru belum memiliki ruangan majelis guru. Guru hanya ditempatkan pada kelas tempat ia mengajar. Untuk rapat biasanya memakai aula sekolah yang merupakan ruangan serba guna di sekolah ini. 2) Ruang Kelas Ruangan kelas di Sekolah Luar Biasa Melati rumbai berukuran 4x6 meter. Ruang kelas untuk proses belajar mengajar masih kurang. Untuk mengatasinya selama ini pihak sekolah melakukan: a) Penggabungan dua tingkatan kelas menjadi satu kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
b) Penggunaan dua jenis kelainan dalam satu kelas c) Penyekatan satu ruangan kelas yang cukup besar menjadi dua atau tiga kelas d) Memanfaatkan ruangan lain, seperti aula dan ruang keterampilan menjadi kelas tempat proses belajar mengajar. Walaupun dengan keterbatasan ruangan semua warga sekolah tetap bersemangat dalam semua kegiatan sekolah. 3) Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan digabung dengan ruang komputer didalam ruangan ini dilengkapi dengan 5 unit komputer, 1 meja dan kursi guru, rak buku, lemari buku, pendingin ruangan (AC), diterangi 4 lampu neon, 5 meja baca dan kursi. 4) Ruang Audio visual Ruang audio visual digabungkan dengan ruang musik dan seni. Ruangan ini berukuran 4x6 meter yang dilengkapi dengan Tv, DVD, alat pengeras suara, gitar akustik, orgen, drum, rebana, seruling, kursi dan meja guru, kursi siswa, lemari, pendingin ruangan (AC). Ruangan ini tempat siswa belajar dan berlatih musik dan juga merupakan ruang audio visual bagi asiswa tunanetra. 5) Ruang Keterampilan Ruang keterampilan terletak di samping ruang kepala sekolah dengan ukuran 3x5 meter. Ruangan ini merupakan ruangan berbagai keterampilan seperti menjahit, membuat aksesoris dan merangkai bunga. Ruangan ini dilengkapi dengan 5 mesin jahit manual, 1 mesin jahit portable, 1 mesin orbras, gunting kain, meja memotong kain, meja strika, seterika, lemari, bunga plastik, benang, dasar kain. 6) Ruangan pendukung lainnya a) Wc, di bangunan pertama terdapat 1 wc untuk guru dan 1 wc untuk siswa, sedangkan untuk bangunan kedua terdapat 2 wc untuk siswa dan 1 wc untuk guru. b) Gudang sekolah ini digunakan untuk menyimpan alat-alat yang sudah rusak atau tidak digunakan seperti meja, kursi, lemari, dan ada juga alat-alat seperti cangkul, grobak dorong.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
7) Taman Tidak ada taman di SLB Melati Rmbai ini yang ada hanya halaman yang sudah disemen yang merupakan arena bermain untuk siswa-siswi. Gedung utama memiliki fasilitas seperti ayunan, seluncuran, palang bertingkat, tiang bendera dan sepanjang teras ruangan kepala sekolah berjejer bunga-bunga yang di tanam didalam pot. Untuk gedung kedua selurah halaman disemen dan hanya ada 1 tiang bendera Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan jasmani Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru adalah sebagai berikut: a) Lapangan outdor menggunakan halaman yang berada digedung kedua. Dihalaman terdapat 1 tiang ring basket dan 1 tiang net yang dapat digunakan untuk net voli dan batminton, sementara itu untuk bermain sepak bola ataupun atletik dapat mengunakan lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Lapangan ini jaga digunakan oleh sekolah dasar yang tidak jauh dari SLB. Sementara itu untuk tenis meja, mengunakan halaman sekolah dengan memindahkan tenis meja ke halaman. b) Lapangan indor menggunakan aula yang biasanya digunakan ketika cuaca sedang tidak mendukung melakukan kegiatan penjas dilapangan. c) Jumlah bola 1)
Bola kaki berjumlah 2 unit
2) Bola voli berjumlah 2 unit 3)
Bola basket berjumlah 1 unit
4) Bola bocce berjumlah 1 set d) Jumlah net 1) Net voli berjumlah 1 unit 2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit 3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit e) Atletik cabang lempar 1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2 kg. 2) Peluru berjumlah 2 untuk 3kg dan 1 unit 5 kg. f) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon dan diganti dengan ban motor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
g) Matras berjumlah 1 unit. h) Kun berjumlah 1 set. i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas. j) Stopwatch 1 unit. k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah. f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Sekolah Luar Biasa AL-Faqih berjarak 13 km dari pusat kota di kecamatan Tampan. Posisi SLB AL-Faqih berada di lingkungan perumahan, bagi orang tua yang tidak mengunakan kendaraan pribadi dapat mengunakan becak atau ojek untuk mengantarkan anak ke sekolah. SLB AL-Faqih berdiri dalam naungan Yayasan Pendidikan Al-Faqih. SLB ini masih dalam tahap pengembangan masih banyak hambatan dan dan kebutuhan. Adapun fasilitan yang ada di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru adalah sebagai berikut: 1) Ruangan Kantor Ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, majelis guru dan ruang tamu dijadikan satu ruangan karena hanya ada 5 tenaga pengajar di sekolah ini. Ruangan ini berukuran 6x8 meter dilengkapi dengan 1 meja dan kursi kepala sekolah, 1 meja dan kursi tata usaha, komputer, print, wireless, 6 meja dan kursi guru, lemari arsip, 1 set kursi tamu, kipas angin, dispenser, papan tulis, jam dinding, pengeras suara. 2) Ruang Kelas Ruang kelas di SLB Al-Faqih ada 6 ruangan yang ukurannya 6x8 meter, dengan keterbatasan ruang maka satu ruangan disekat menggunakan triplek untuk dua kelas. Ada 6 ruangan masih dalam tahap pembangunan. Ada pun fasilitas yang ada didalam kelas 1 set kursi dan meja guru, lemari, 8 sampai dengan 12 pasang meja dan kursi siswa, kipas angin. 3) Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan digabung dengan ruang komputer. Ruangan ini difasilitasi dengan 5 komputer, 2 lemari buku, 2 rak buku, karpet dan meja berukuran rendah untuk membaca buku. Terdapat juga buku-buku pelajaran dan buku cerita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
4) Ruangan Berkebutuhan Khusus a)
Ruangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Di ruangan ini digunakan untuk siswa tunarungu, ruangan ini dilengkapi dengan LCD TV, DVD, kursi dan meja siswa, kursi dan meja guru, poster-poster abjad menggunakan tangan, poster bahasa isyarat, pengeras suara, kipas angin.
b) Ruangan Fisiotrapi Ruang fisiotrapi digabungkan dengan ruang UKS, di ruangan ini terdapat 2 tempat bed, bola terapi, kotak P3K, obat-obatan ringan, meja dan kursi, timbangan berat badan dan kipas angin. 5) Ruangan Praktik a) Ruang Salon Ruang salon ini masih sangat sederhana, karena praktek salon merupakan kegiatan baru disekolah ini. Ruangan salon dilengkapi dengan 2 cermin+kaca, tes make up, gunting rambut, beberapa jenis sisir, penjepit rambut, bangku tanpa lengan, lemari kaca, kipas angin dan poster-postem model rambut. b) Ruangan Aksesoris Ruangan aksesoris merupakan ruangan yang digunakan untuk siswa yang belajar membuat aksesoris seperti, bros jilbab, penjepit rambut, boneka, mainan kunci dari manik-manik. Ruangan ini dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan peralatan, kipas angin, karpet, mesin jahit, bahan-bahan membuat aksesoris seperti kain perca, kawat, benang nilon, manik-manik, kapas. 6) Ruangan Pendukung Lainnya a) Dapur merupakan ruangan pendukung di SLB Al-Faqih Pekanbaru yang berfungsi untuk memasak air atau masak bersama untuk acara makan besama di sekolah. Dapur ini dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, meja, rak piring, westafel pencuci piring, meja, kompor, panci, kuali, cetakan kue, oven, sendok, garpu, piring. b) Wc di SLB Al-Faqih terdapat di sebelah ruangan kantor, terdapat 1 wc untuk guru dan 1 wc untuk siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
c) Gudang di SLB ini digunakan untuk menyimpan barang atau peralatan yang tidak terpakai seperti meja, bangku, alat bangunan seperti cat, ember, kuas, karena sekolah ini sedang proses pembangunan. 7) Halaman Halaman di SLB ini cukup luas tetapi tidak ada taman, semua lantai halaman sudah menggunakan paving blok. Hanya ada beberapa bunga didalam pot yang terdapat di teras kantor dan kelas. Halaman ini juga digunakan unruk kegiatan penjasorkes. Selain ini halaman ini dilengkapi dengan ayunan, seluncuran, putaran untuk fasilitas bermain. Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana di Sekolah Luar Biasa Al-Faqih adalah sebagai berikut: a) Lapangan outdoor menggunakan halaman sekolah ini. Di halaman terdapat 1 tiang ring basket dan 1 tiang net yang dapat digunakan untuk net voli dan badminton, sementara itu untuk bermain sepak bola ataupun atletik dapat mengunakan lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Lapangan ini merupakan tanah lapang milik perumahan di sekitar lingkungan sekolah. Sementara itu untuk tenis meja, mengunakan halaman sekolah dengan memindahkan tenis meja ke halaman. b) Jumlah bola 1) Bola kaki berjumlah 2 unit 2) Bola voli berjumlah 2 unit 3) Bola basket berjumlah 1 unit 4) Bola bocce berjumlah 1 set c) Jumlah net 1) Net voli berjumlah 1 unit 2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit 3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit d) Atletik cabang lempar 1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2 kg. 2) Peluru berjumlah 2 utuk 3kg dan 1 unit 5 kg. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
e) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon dan diganti dengan ban motor. f) Matras berjumlah 1 unit. g) Kun berjumlah 1 set. h) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas. i) Stopwatch 1 unit. j) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
9. Tata Tertib Siawa Tata tertib siswa yang berlaku di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut: a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab 1) Ketentuan Waktu Masuk dan Pulang: Waktu masuk sekolah semua murid adalah pagi pukul 07.30 WIB 2) Waktu istirahat: Kelas TKLB s/d SDLB pukul 09.00-09.30 WIB, Kelas SMPLB s/d SMALB istirahat pertama pukul 09.30-09.45 WIB. Istrahat kedua pukul 11.0511.20 WIB 3) Waktu pulang sekolah: Kelas persiapan; TKLB pulang pukul 10.00 WIB, kelas SDLB kelas I-III pulang pukul 10.30 WIB, Kelas dasar SDLB IV s/d VI pulang pukul 11.00 WIB, Kelas dasar; SMPLB s/d SMALB dan kelas lanjutan pulang pukul 13.40 WIB 4) Kebersihan Disiplin dan Sopan Santun: Setiap hari Rabu diadakan pemeriksaan kuku, murid dilarang memelihara kuku, Murid harus menyisir rambutnya dengan rapi, untuk murid putra tidak diperbolehkan berambut panjang atau gondrong. Setiap bulan dilakukan pemeriksaan rambut, Semua murid wajib mengikuti upacara senin dan senam pagi, Semua murid dilarang merokok, Semua murid wajib menghormati orang tua, guru dan sesama teman di sekolah, Semua murid dilarang berkelahi, Semua murid wajib mengikuti semua peraturan dan tata tertib sekolah, Siswa yang berkasus di lingkungan sekolah wali kelas melapor ke piket, orang tua dilarang menangani sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
5) Sangsi Pelanggaran/Penyimpangan: Terlambat satu kali, ditegur/ diberi nasehati secara lisan, Terlambat dua kali, ditegur/diberi nasehat secara lisan dan hukuman fisik secara spontan (semua hukuman yang diberikan bersifat mendidik). a) Terlambat tiga kali berturut selama tiga hari, tidak diizinkan mengikuti pelajaran di kelas dan disuruh pulang. b) Pelanggaran/penyimpangan yang menyangkut disiplin, etika dan sopan santun, akan diambil kebijaksanaan sesuai jenis berat/ringannya. c) Tidak masuk sekolah selama 2 bulan berturut-turut tanpa ada keterangan dianggap mengundurkan diri. 6) Pakaian Seragam SLB Tabel. 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab No. Hari Baju Seragam yang dipakai ke Sekolah 1. Senin-Selasa Baju Osis SD, SMP, SMA 2. Rabu-Kamis Baju biru batik Riau, celana/rok biru dongker 3. 4.
Jum’at Sabtu
5.
Baju melayu Baju Pramuka atau pakaian Olahraga sesuai jadwal pelajaran. Sepatu warna hitam pakai tali dan kaos kaki putih. Semua baju seragam dipakai dengan rapi dan baju dimasukan.
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru 1) Setiap siswa berhak: a) Mendapatkan pelayanan pendidikan dan pengajaran dari sekolah b) Mengikuti kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah. c) Menggunakan alat-alat dan fasilitas sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d) Mendapatkan penghargaan atas prestasi yang dicapai. 2) Setiap Siswa Berkewajiban Untuk: a) Melaksankan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di luar sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
b) Melaksanakan peraturan tata tertib sekolah dengan sebai-baiknya c) Menghormati sesama siswa, guru dan karyawan, orang tua dan pengurus Yayasan Pendidikan Rumbai (YPC) d) Berbahasa Indonesia yang baik dan benar e) Hadir di sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi f) Melaksanakan 6K (keamanan, kebersihan, ketertiban, kekeluargaan, keindahan, kerindangan) g) Menjaga dan merawat sarana dan prasaran sekoalh h) Membayar SPP tepat pada waktunya 3) Pakaian Seragam Sekolah Luar Biasa Cendana Rumabi Tabel 11. Seragam Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai No Hari Baju seragam yang dipakai ke Sekolah Luar Biasa (SLB) 1 Senin Celana/ rok/ topi/ dasi warna biru, kemeja/ blus putih, sepatu hitam dengan kaos kaki putih, ikat pinggang hitam 2 Selasa Celana/ rok warna biru/ kemeja/ blus warna putih, sepatu hitam dengan kaos kaki putih, ikat pinggang hitam 3 Rabu Celana/ rok warna biru/ kemeja/ blus warna putih, sepatu hitam dengan kaos kaki putih, ikat pinggang hitam 4 Kamis Celana/ rok warna biru, kemeja/ blus batik, sepatu berwarna hitam 5 Jumat Baju melayu Sepatu bebas c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Adapun tata tertib yang berlaku di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru adalah sebagai berikut: 1) Tata Tertib Siswa Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru a) Sekolah masuk pukul 07.000 WIB. Siswa sudah harus hadir minimall 5 menit sebelum bel berbunyi. b) Sebelum pelajaran dimulai dan sebelum pulang sekolah berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. c) Siswa harus selalu mengenakan seragam yang ditentukan oleh sekolah dan berpakaian bersih, rapi dan sopan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
d) Siswa harus mengikuti upacara di sekolah dengan tertib. e) Siswa tidak boleh berkuku panjang dan berambut panjang. Bagi siswa perempuan tidak boleh mengenakan perhiasan yang berlebihan di sekolah. f) Siswa harus patuh kepada bapak dan ibu guru. g) Siswa harus hormat kepada tamu yang datang ke sekolah. h) Apabila tidak masuk sekolah, siswa membertahukan secara lisan atau tertulis kepada guru kelas/ sekolah. i) Peliharalah buku pelajaran/ buku perpustakaan dan alat pelengkap lainnya dengan baik, rapi dan bersih. j) Pada waktu istirahat, tidak dibenarkan membeli jajan di luar sekolah. k) Siswa harus ikut membantu menjaga kebersihan sekolah. l) Siswa dilarang mencoret-coret meja, jedela, pintu dan dinding sekolah. m) Buang air harus di tempat yang ditentukan (WC) dan siram kloset sampai bersih setelah digunakan. n) Jagalah dan peliharalah tanaman yang ada di pekarangan sekolah. o) Dilarang keras merokok di lingkungan sekolah. p) Siswa dilarang membawa barang berharga ke sekolah. q) Siswa harus menjaga nama baik sekolah dimanapun berada. r) Dilarang berkelahi di sekolah. s) Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pulang sekolah. t) Siswa dilarang membawa handphone, radio atau maupun mainan dari rumah selama KBM berjalan maupun di lingkungan sekolah. u) Siswa harus taat pada tata terttib yang diterapkan di sekolah.
2) Sanksi-Sanksi a) Bagi siswa yang melanggar tata tertib di atas akan ditindaklanjuti. b) Terlambat mengikuti upacara bendera, tidak diperkenankan masuk lingkungan upacara. c) Tidak memakai seragam sekolah, membuat surat pernyataan. d) Tidak mengikuti senam pagi wajib lapor kepada guru kelas atau wali kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
e) Bagi siswa yang terbukti membawa HP, radio atau mainan dari rumah dalam tiga kali peringatan tidak diindahkan maka barang tersebut menjadi barang milik sekolah. d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Tata tertib siswa di Sekolah Negeri Pembina Pekanbaru adalah sebagai berikut 1) Siswa wajib hadir 15 menit sebelum pelajaran di mulai 2) Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran 3) Berakaian seragam sesuai ketentuan sekolah 4) Siswa wajib mengikuti upacara 5) Siswa wajib mengikuti senam pagi 6) Siswa wajib mengikuti kegiatan Jumat ceria sesuai yang dipilihnya 7) Siswa wajib melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru 8) Siswa wajib membawa peralatan sekolah 9) Apabila berhalangan hadir siswa wajib mohon izin pada guru kelas 10) Selama pembelajaran pintu gerbang ditutup, apabila siswa ada keperluan wajib mohon izin pada guru kelas / guru piket 11) Siswa wajib membiasakan adab sopan santun 12) Siswa wajib menjaga kebersihan diri dan lingkungan 13) Siswa dihimbau untuk jajan di kantin sekolah 14) Siswa dilarang membawa hand phone ke sekolah 15) Siswa dilarang mencuri 16) Siswa dilarang melakukan kekerasan 17) Siswa dilarang mengecat rambut warna-warni 18) Siswa putra dilarang berambut panjang / rambut harus dipotong pendek 19) Siswa putra dilarang memakai perhiasan 20) Siswa putri dilarang memakai perhiasan berlebihan Apabila siswa melanggar peraturan yang telah ditentukan sekolah, maka siswa diberi sanksi sebagai berikut : 1) Teguran lisan 2) Teguran tertulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
3) Hukuman Apabila tiga kali (3 x) melakukan pelanggaran tata tertib yang telah ditentukan sekolah, siswa sanggup mengundurkan diri dari sekolah SLB Negeri Pembina Pekanbaru. e. Sekolah Luar Biasa Melati Adapun tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai PekanBaru adalah sebagai berikut: 1) Pada jam belajar, siswa harus berada di ruangan dan mengikuti pelajaran yang telah ditentukan / disediakan. 2) Berperan serta menjaga kebersihan lingkungan, (ruang belajar, asrama, mushola, ruang makan dsb). 3) Menjalankan pergaulan yang harmonis, saling menghormati, dan tidak merugikan orang lain. 4) Menjalankan ibadah menurut agama masing-masing dan saling menghormati antar umat beragama. 5) Senantiasa berpakaian dan berpenampilan yang bersih, rapi dan sopan. 6) Tidak membawa / menyimpan senjata tajam atau semacamnya yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. 7) Dilarang merokok / memakai Narkoba di dalam maupun di luar panti selama menjadi siswa SLB Melati Rumbai Pekanbaru. 8) Tidak diperkenankan melakukan pergaulan bebas antara siswa pria dan wanita yang melampaui batas norma-norma agama dan kesusilaan. 9) Menjaga kebersihan dan kerapian kelas masing-masing. 10) Menjaga barang milik sendiri dan ikut serta memelihara barang inventaris sekolah, serta dilarang memindah tempatkan tanpa seizin petugas. 11) Menghemat pemakaian dan memelihara fasilitas air dan listrik. 12) Tidak diperkenankan membawa / memakai barang-barang perhiasan yang berlebihlebihan. 13) Tidak diperkenankan pindah kamar tanpa perintah / izin petugas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
14) Siswa putra dilarang masuk ke kamar siswa wanita atau sebaliknya tanpa perintah / seizin pengasuh atau petugas. 15) Siswa makan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dan tdak diperkenankan membawa makan ke ruang asrama, kecuali sakit atau seizin petugas. 16) Tidak membuat gaduh, membunyikan tv,tape atau radio pada jam pelajaran dan istirahat malam. 17) Tidak diperkenankan menerima pasien pijat di dalam kamar asrama. 18) Tidak menerima tamu di dalam kamar, kecuali keluarga , dan harus melaporkan kepada petugas / satpam. 19) Siswa yang akan berpergian meninggalkan panti karena suatu sebab, wajib meminta izin kepada pengasuh atau petugas. Pihak sekolah tidak bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa apabila siswa meninggalkan panti tanpa ijin / sepengetahuan pengasuh / petugas. 20) Tidak diperkenankan memperjualbelikan barang pembagian sekolah/ panti atau inventaris (alat-alat kebersihan, reglet/pen, alat-alat kebersihan sendiri, dsb). 21) Dilarang mengikuti / memasuki suatu organisasi politik yang dilarang pemerintah atau mengadakan kegiatan di luar panti tanpa seizin kepala panti. 22) Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur lebih sesuai dengan keperluan. f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru 1) Kedisiplinan Siswa a) Siswa berpakaian lengkap dan rapi. b) Dilarang makan di dalam kelas. c) Dilarang membeli makanan pada jam pelajaran. d) Membuang sampah pada tempatnya. e) Dilarang memakai gelang, kalung, dan anting bagi pria. f) Dilarang memakai perhiasan yang berlebihan. g) Wajib mengikuti upacara bendera. h) Tidak mengganggu/mengacau kelas lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
i) Bersikap sopan / tidak menentang guru dan pegawai. j) Tidak memalsukan tanda tangan wali, guru ataupun kepala sekolah. k) Dilarang membawa minuman keras. l) Dilarang merusak sarana dan prasarana sekolah m) Tidak mengambil barang milik orang lain n) Dilarang membawa senjata tajam tanpa sepengetahuan sekolah.
10. Jumlah Siswa T.A 2014 / 2015 Jumlah siswa pada tahun 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah sebagai berikut: a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru sebanyak 129 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Sri Mujinab Pekanbaru Menurut Kelainannya. KELAS TKLB
SUB Jumlah SDLB
SUB Jumlah SMPLB
A B C 1 2 3 4 5 6 1 2 3
SUB JUMLAH SMALB 1 2 3 SUB Jumlah Jumlah Total
A -
B -
JURUSAN C C1 -
1 1 1 1 4 0 0 4
4 6 7 5 22 8 7 15 0 37
3 3 2 3 3 18 5 2 4 11 2 7 2 11 40
2 4 2 2 3 9 22 6 5 5 16 2 1 40
D -
AUTIS -
JUMLAH TOTAL -
1 1 2 1 1 6 1 1 1 1 8
0 0 0 0
6 13 13 15 10 17 72 19 15 9 43 4 8 2 14 129
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Cindena Rumbai Pekanbaru sebanyak 24 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13: Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Cendana RumbaiPekanbaru Menurut Kelainannya. JURUSAN JUMLAH KELAS A B C C1 D AUTIS TOTAL TKLB A 1 1 B 1 C SUB JUMLAH 1 1 2 SDLB 1 1 1 2 3 1 1 4 1 2 3 5 2 1 1 4 6 SUB JUMLAH 2 4 2 1 9 SMPLB 1 2 2 1 3 3 1 1 SUB JUMLAH 1 2 1 4 SMALB 1 1 1 2 2 1 2 3 3 2 2 4 SUB JUMLAH 4 4 1 9 Jumlah Total 2 5 8 6 3 24 c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru sebanyak 64 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran Menurut Kelainannya. JURUSAN KELAS A B C C1 TKLB A 4 1 B C SUB JUMLAH 4 1 SDLB 1 1 1 1 2 7 1 3 3 3 2 4 1 1 5 5 1 2 5 6 6 4 SUB JUMLAH 1 19 10 14 SMPLB 1 2 2 2 2 3 SUB JUMLAH 2 4 SMALB 1 1 3 2 2 3 1 SUB JUMLAH 1 4 2 Jumlah Total 1 24 16 21
2014 / 2015 SLB Pelita Hati Pekanbaru
D 1 1 1
AUTIS 1 1 1
JUMLAH TOTAL 6 6 3 11 5 8 8 10 45 4 2 6 6 1 7 64
d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru sebanyak 267 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Negeri Pembina Pekanbaru Menurut Kelainannya. JURUSAN JUMLAH KELAS A B C C1 D AUTIS TOTAL TKLB A B C SUB JUMLAH SDLB 1 3 10 22 1 1 3 40 2 2 15 20 2 1 1 41 3 2 12 8 5 2 3 32 4 2 10 10 4 4 4 34 5 1 8 11 1 1 1 23 6 3 8 8 8 2 6 35 SUB JUMLAH 13 63 79 21 11 18 205 SMPLB 1 2 8 7 3 20 2 5 3 2 1 4 15 3 2 1 1 4 SUB JUMLAH 2 15 11 6 1 4 39 SMALB 1 10 2 12 2 6 3 1 10 3 1 1 1 3 SUB JUMLAH 1 17 6 1 23 Jumlah Total 16 95 96 25 13 22 267 e. Sekolah Luar Biasa Melati Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru sebanyak 81 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Melati Rumbai Pekanbaru Menurut Kelainannya. JUMLAH JURUSAN TOTAL KELAS A B C C1 D E AUTIS TKLB A 1 1 B 1 1 C SUB JUMLAH 2 2 SDLB 1 1 6 7 2 1 2 8 11 3 3 5 3 11 4 2 4 1 7 14 5 3 10 1 1 15 6 1 1 2 SUB JUMLAH 1 11 34 1 1 1 11 60 SMPLB 1 1 2 3 2 1 1 1 1 4 3 3 2 1 1 1 8 SUB JUMLAH 1 6 3 1 2 2 15 SMALB 1 1 1 2 2 1 1 2 3 SUB JUMLAH 2 2 4 Jumlah Total 2 21 39 2 3 3 11 81 f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru sebanyak 30 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 Menurut Kelainannya. JURUSAN KELAS A B C C1 D AUTIS TKLB A B C SUB JUMLAH SDLB 1 2 2 1 2 2 2 3 1 3 4 2 2 5 1 6 1 SUB JUMLAH 8 9 1 1 SMPLB 1 2 1 1 2 1 3 2 1 SUB JUMLAH 4 2 1 1 SMALB 1 1 2 1 3 1 SUB JUMLAH 1 1 1 Jumlah Total 13 12 2 1 2
SLB AL-Faqih Pekanbaru JUMLAH TOTAL 5 4 4 4 1 1 19 4 1 3 8 1 1 1 3 30
B. Hasil Penelitian Dalam mengungkap imlementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Pekanbaru maka teknik yang dilakukan dengan wawancara. Hal ini untuk mengungkap sejauh mana manajemen dalam implementasi kurikulum, keberadaan, pemanfaatan dan pemeriharaan sarana dan prasarana, pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, serta kendala, kesulitan dan usaha dalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru. Dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau menetapkan Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru tetap melanjutkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar. Hal ini seperti di ungkapkan oleh wakil kepala sekolah SLB Negeri Pembina Pekanbaru pada tanggal 01 Desember 2014, pukul 09.00 WIB: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
”Kalau untuk SLB kita tetap menggunakan kurikulum 2013. Pada awalnya tetap timbul pro dan kontra dengan melanjukan kurikulum ini. Tetapi saya yakin bahwa pemerintah memiliki dasar pertimbangan dalam memutuskan ini. Jadi dalam rapat KKG yang lalu dan dihadiri oleh pihak dinas bahwa semua sekolah luar biasa di Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru itu tetap menggunakan kurikulum 2013, berbeda yang di sekolah umum bisa menghentikan kurikulum ini untuk yang baru jalan satu semester” Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh bapak MY selaku pengawas SLB Kota Pekanbaru yang ditemui pada saat kunjungan di SLB Sri Mujinab pada tanggal 02 Desember 2014: ”Dinas sudah memutuskan kalau sekolah luar biasa tetap melanjutkan kurikulum 2013, walaupun saat ini masih banyak kekurangan. Kita berharap tahun 2015 nanti semua SLB sudah secara merata menggunakan kurikulum ini untuk semua mata pelajaran. Untuk sekarang yang SD hanya kelas I dan kelas VI, untuk SMP itu baru kelas VII saja dan SMA untuk semua kelas. Selain itu nanti akan ada sosialisasi yang mendalam terkait dengan implementasi kurikulum 2013 yang akan disesuaikan dengan kurikulum fleksibel yang akan dilakukan beberapa tahap. Untuk yang sekarang kita masih mengharapkan bantuan dari rekan guru untuk bisa mempresentasikan kepada rekan-rekannya terkait dengan hasil pelatihan yang sudah diikutinya selama ini.” Dari kutipan ini menunjukan bahwa pemerintah provinsi khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Riau bidang Pendidikan Luar Biasa akan tetap melanjutkan kurikulum 2013 untuk acuan pembelajaran. Kurikulum 2013 dilaksanakan serentak pada awal tahun ajaran 2014-2015. Banyaknya langkah yang harus disusun ketika menyesuaikan kurikulum ini menjadi kurikulum fleksibel. Perlunya pemahaman yang mendalam terhadap isi dari standar kurikulum 2013 agar dapat diimplementasikan secara baik. Terkait dengan pemahaman terhadap setandar isi dari kurikulum 2013 ini. Hal ini pertama kali peneliti tanyakan kepada bpk MH pada tanggal 01 Desember 2013. Apakah bapak sudah memahami standar isi dari kurikulum 2013? ”Sebenarnya SLB itu sudah paling telat menggunakan kurikulum 2013 ini karena di sekolah umum sudah satu tahun lebih dahulu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
dari kita. Sedangkan di SLB serentak se-Indonesia menggunakan pada tahun 2014. Untuk kurikulum 2013 ini sebenarnya bagus mengunakan tematik jadi pelajaran itu digabungkan dan saling terhubung satu dan lainnya. Jadi kita sekarang ini menggunakan tema itu untuk yang tingkat sekolah dasar, tetapi yang SMP dan SMA menggunakannya permata pelajaran dan ini masih belum semuanya terimplementasikan karena terlalu banyak kendala mulai dari administrasi kelas, bahan ajar dan sarana prasarananya. Karena harus tetap dilanjutkan pemerintah dan sekolah masih dalam tahap penyesuaian jadi sebagian kelas memakai kurikulum KTSP dan sebagiannya lagi beralih ke kurikulum 2013.” Hal senada disampaikan oleh kepala sekolah SLB Si Mujinab Pekanbaru ibu JM pada tanggal 02 Desember 2014 yang ditemui diruangannya: “Kalau untuk SD memang dari dulu kita menggunakan tematik yah karena memang cocok digunakan dengan keterbatasan anak kita untuk usia SD. Sedangkan yang SMP dan SMA saya rasa kurang cocok ya, karena K.13 menuntut peranan anak lebih banyak dan guru hanya fasilitator saja. Sedangkan keadaan anak kita di sini tidak bisa seperti itu guru selain mendidik kita juga mengasuh kalau di SLB. Apalagi untuk tunarungu kalau kita minta kerja kelompok yang ada mereka bukan mengerjakan tugas melainkan hanya ngobrol saja sepanjang hari nah disini kendalanya. Jadi kalau yang ini harus dimodifikasi total penerapannya. Kalau untuk tunagrahita jelas kita belum menggunakan K.13 karena memang itelegensinya yang terbatas tapi nanti kita akan sesuaikan untuk tunagrahita ini. Apalagi tunagrahita sedang dan berat baru saja kita ajarkan misalnya dalam olahraga itu berpindah dari satu kotak ke kotak lain kalau kita instruksikan lagi dalam beberapa menit kemudian sudah tidak ingat dia. Kebijakan yang sudah disepakati juga oleh dinas SLB tetap melanjutkan kurikulum ini. Untuk kurikulum 2013 ini harus dirombak abis-abisan. Beda dengan KTSP karena memang sudah ada penjelasannya untuk implementasinya di SLB. Kalaupun ada penyesuaian itu tidak terlalu banyak seperti yang dilakukan pada kurikulum 2013” Selanjutnya di tempat terpisah pada tanggal 03 desember 2014 kepala sekolah Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru bapak MT mengungkapkan: ”Menurut pemahaman saya konsep untuk kurikulum 2013 secara teori dapat kami laksanakan tapi hambatan di sekolah adalah kelas kami menggunakan sistem rombel. Rombel pertama untuk anak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
tunanetra kelas 2, rombel kedua untuk anak tunarungu kelasnya mulai TK sampai SPM satu rombel, rombel tiga anak SMP dan SMA anak tunagrahita sedang, rombel keempat anak SMP dan SMA tunagrahita ringan. Permasalahannya anak kami yang tahun 2013 kelas VII hanya satu orang, kemudian kelas X itu dua, kondisi sekarang anak yang kelas VII bergabung dengan anak tunarungu, tidak mungkin lima anak menggunakan kurikulum 2006, satu anak menggunakan kurikulum 2013. Permasalahan di lapangan kesulitan untuk melaksanakan kurikulum 2013 karena metode yang berbeda, 2006 masih konvensional dengan EEK, sedangkan 2013 menggunakan 5M. Insha allah pada semester dua akan kami bentuk tim untuk mengkaji mungkin tidak dengan kondisi anak saat ini menggunakan kurikulum 2013. Sehingga sampai saat ini kami belum melaksankan kurikulum 2013. Selanjutnya pada tanggal 06 desember 2014 kepala sekolah luar biasa Pelita Hati yakni bapak KA mengutarakan standar ini dari kurikulum 2013 dari sudut pandang beliau: “Untuk kurikulum 2013 di SLB baru berjalan 1 semester, jadi untuk pelaksanaannya kita masih terbatas karena masih banyak yang belum lengkap seperti buku-buku dan sarana prasarana lainnya. Sementara dari dinas itu menetapkan untuk tetap melanjutkan kurikulum 2013 ya boleh dibilang dengan keadaan yang masih terbatas. Kalau untuk kerikulum 2013 dalam PLB ( Pendidikan Luar Biasa) sepertinya kalau kita liat dari evaluasi seperti penerimaan raport itu dikurikulum 2013 menggunakan narasi, nah kita sudah dari awal juga menggunakan kolom narasi dan kolom nilai, untuk hal ini kurikulum 2013 sesuai dengan PLB yang menjadi kendala dalam implementasinya di SLB untuk kurikulum 2013 ini dituntut anak harus bisa memberikan pendapat, berfikir kritis dengan keadaan anak kita yang seperti ini ya tidak bisa, ada juga anak harus mencari jawaban atas tugas dengan cara berkelompok ini juga tidak bisa diterapkan misalnya dalam pelajaran IPA kita kelompokan anak-anak ini untuk mendiskusikan tentang tumbuhan, untuk tunarungu bisa tidak selesai karena mereka akan ngobrol saja sama teman-temannya. Jadi kita harus merombak kurikulum ini menjadi kurikulum yang sesuai untuk anak kita. Berbeda dengan KTSP yang memang ada panduan khusus untuk Sekolah Luar Biasa. Kalau untuk kurikulum 2013 ini yang umum dan yang PLB itu kurikulumnya sama, jadi kita kewalahan di sini. Dalam rapat penyesuaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
kurikulum misalnya bulan ini, untuk bulan depan sewaktu evaluasi kita rubah lagi karena memang tidak sesuai jadi habis kita disesuaikan saja. Jadi untuk SMP dan SMA yang memang kurikulum ini disusun permata pelajaran saya rasa kurang cocok ini akan memakan waktu untuk menyesuaikannya, sementara kalau untuk di SD dengan tematik ini baru sesuai karena memang kita menggunakan tematik sejak kurikulum KTSP 2006 untuk SD” Ditempat terpisah juga diungkapkan oleh kepala sekolah luar biasa Al-Faqih Pekanbaru ibu Nf: ”Bahwa standar kurikulum 2013, pembelajaran pembelajarannya menggunakan pendekatan sentifik dan juga tematik integratif. Nah sistem tematik integratif ini bagus untuk dilaksanakan di SLB tetapi dalam kurikulum 2013 ini hanya untuk SD, karena karena apa yang kita jelaskan tentang pembelajaran itu terkait antara satu dengan lainnya. berbeda dengan SMP dan SMA yang pembelajarannya permata pelajaran jadi harus benar-benar menyesuaikan kurikulum ini menyeluruh. Anak ini tidak bisa kita samakan dengan anak umumnya mereka harus kita bimbing, sementara kurikulum 2013 menuntut anak belajar sendiri dan guru sebagai fasilitator nah disini kita merombak isi kurikulum agar bisa kita laksanakan di sekolah luar biasa ini. sementara pedoman untuk PLB itu tidak ada, semua isi dan kompinen disamakan dengan sekolah umum, berbeda dengan kurikulum 2006 yang ada untuk PLB nya jadi kita tinggal sesuaikan dengan keadaan, kondisi dan kelainan anak kita. Untuk saat ini dinas tetap menepatkan untuk di SLB yang ada di Pekanbaru ini tetap melanjutkan kurikulum 2013.” Dari apa yang telah diungkapkan oleh kepala sekolah ini menunjukan masih banyaknya kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya kurikulum 2013. Dari segi persiapan dan kesiapan kurikulum 2013 masih jauh dari kata sempurna untuk pelaksanaan kurikulum ini. Selain harus disesuaikan menyeluruh kurikulum 2013 tidak memiliki acuan pelaksanaan untuk sekolah luar biasa, hal ini membuat guru dan kepala sekolah harus bekerja keras dalam menyesuaikan kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel yang akan digunakan di sekolah luar biasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri dari atas mata pelajaran tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian hasil belajar dalam Pendidikan Luar Biasa (PLB) kurikulum yang berlaku mengalami penyesuaian untuk setiap kebutuhan anak. Dalam menyesuaian ini harus memiliki manajemen yang berfungsi sebagai pelaksanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan pengawasan yang dalam hal ini adalah prosedur agar tercipta kurikulum yang dapat menjadikan hasil belajar secara maksimal. Penetiti menjumpai bapak MH wakil kepala sekolah Pembina dan meminta waktu untuk melaksanakan wawancara untuk mengungkap perencanaan dari implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif unruk SMP dan SMA di sekolah ini dan
menanyakan bagaimana perencanaan dalam penyesuaian kurikulum 2013 ke
kurikulum anak berkebutuhan khusus atau kurikulum fleksibel? Dan bagaimana dengan pendidikan jasmani adaptif, seperti apa perencanaan penyesuaian kurikulum tersebut? ”Kalau untuk perencanaan kurikulum ini kita sudah ada patokan terkait hal itu, yang pertama kita memang memiliki pedoman dari Puskur (Pusat Kurikulum) pedoman untuk penyesuaian kurikulum di SLB, selanjutnya kita persiapkan administrasi kelas dan setelah itu kita sesuaikan dengan kemampuan anak didik kita. Jadi kita menyusun kurikulum ini intinya sesuai dengan kondisi anak, keadaan anak, karakter anak. Karena anak kita disini memiliki keanekaragaman karakter jadi disesuaikan saja dan yang terpenting tujuan pendidikan. Berhubung sekarang kita menggunakan kurikulum 2013 untuk sebagian mata pelajaran jadi disini memang harus kerja keras untuk merombaknya karena memang tidak ada acuan untuk PLB tidak seperti yang 2006 memang sudah ada khusus KTSP yang untuk PLB. Kalau untuk penjas sendiri kita tidak memiliki kurikulum, karena memang kita tidak memiliki guru yang membidangi mata pelajaran tersebut. Jadi guru yang mengajar penjas disini adalah guru yang merangkap menjadi guru kelas. Jadi kita tidak melakukan perencanaan penyesuaian kurikulum untuk mata pelajaran penjas. Karena kita memberikan kepercayaan kepada guru yang mengajar olahraga untuk mengatur semua kegiatan pembelajaran olahraga ini.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
Dari kutipan ini menjelaskan tidak adanya perencanaan penyesuaian kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru. Hal ini juga diperjelas oleh guru yang mengajar penjas di sekolah ini yakni bapak RM pada tanggal 06 Januari 2015 pukul 08.12 WIB: ”Kalau untuk olahraga kita tidak memakai kurikulum, karena memang guru untuk olahraganya tidak ada, hanya saya dan satu rekan lagi yang membimbing anak-anak karena memang saya senang diolahraga. Dengan hobi tadilah kami bersedia untuk membimbing anak-anak. Untuk ini kami tidak menggunakan kurikulum seperti pelajaran lain.” Tidak adanya guru yang berlatar belakang pendidikan olahraga menjadi alasan tidak adanya kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif disekolah ini. Pembelajaran penjas hanya berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh guru yang mengemban tugas sebagai guru penjas. Di tempat lain pada tanggal 02 Desember 2014 hal yang serupa diungkapkan oleh kepala sekolah Sri Mujinab Pekanbaru ibu JM yang ditemui diruangannya: “Kalau untuk perencanaan penyesuaiannya, pemerintah atau pusat kurikulum menerbitkan pedoman penyesuaian kurikulum SLB nah setelah itu dengan kurikulum yang berlaku kita sesuaikan dengan keadaan anak kita. Jadi perencanaan ini harus kita kembangkan untuk mendapat hasil yang maksimal. Untuk pendidikan jasmani sendiri di sekolah ini karena guru pendidikan jasmaninya sekarang merangkap sebagai guru kelas karena kita kekurangan guru jadi untuk perencanaan kita serahkan ke beliau saja, sementara itu memang ada sebenarnya kurikulum yang mengatur pendidikan jasmasi atau olahraga ini tetapi karena keterbatasan kita jadi kita serahkan dengan bapak Wahyu Adi saja karena memang tugas beliau. Jadi kita ikut apa kata beliau saja yang penting kita melaksanakan pembelajaran itu.” Selanjutnya bapak WA pengungkapkan pada tanggal 07 Januari 2015 yang dijumpai di ruangannya: “Untuk Kurikulum saat ini yang berlaku adalah kurikulum 2013, tetapi tidak semua pelajaran dan sebenarnya pendidikan jasmani ini ya seharusnya menggunakan kurikulum 2013 juga tetapi dengan keterbatasan saya sebagai guru olahraga yang merangkap juga guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
kelas jadi pihak sekolah memberi kelonggaran karena saya mengajar dari SD sampai SMA dengan kelainan anak yang berbeda-beda. Untuk itu saya merancang sendiri pembelajran itu. Saya tidak menggunakan kurikulum untuk merencanakan ini, saya beracuan kepada buku-buku dimana sewaktu kuliah kita memang memiliki mata kuliah penjas adaptif, nah dari situlah saya berangkat untuk mengajar disini, selain itu saya juga share dengan dosen saya untuk mengajar penjas adaptif ini. Sebenarnya dalam tujuan pendidikan bukan begini prosesnya, tetapi selama masih saya saja yang menjadi guru olahraga dan merangkap menjadi guru kelas maka akan seperti ini yang kita hadapi, selain itu kita mengharapkan dari yayasan atau dinas dapat memperhatikan hal ini agar tercapainya tujuan dari pendidikan.” Dari kutipan ini menunjukan bahwa perencanaan kurikulum pendidikan penjas adaptif tidak terlaksana di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, walaupun memiliki guru olahraga yang memiliki latar belakang pendidikan olahraga, ini dikarenakan merangkap sebagai guru kelas dan mengajar pendidikan jasmani adaptif untuk semua kelas di sekolah tersebut. Hal yang berbeda disampaikan oleh kepala sekolah SLB Cendana rumbai yakni bapak MT yang ditemui di ruangannya pada awal kedatangan peneliti mengantarkan surat penelitiian pada tanggal 03 Desember 2013: “Kalau untuk perencanaan kurikulum itu sendiri di sekolah kami yang jelas kami menyiapkan buku satunya, kemudian nanti mempersiapkan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan RPP, program semester, program tahunan dan rencana minggu efektif, kemudian pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring, kami evaluasi, kami mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau mid semester begitu ju untuk penjaskes semua sama harus ada administrasi kelasnya dan nanti dikumpul ke yayasan dan ini wajib. Hanya untuk sekarang kita belum menggunakan kurikulum 2013 kita masih menggunakan KTSP karena Kurikulum 2013 modelnya mengamati, mencari sendiri. Inisiatif untuk anak tunagrahita agak kurang, itu terus terang yang membuat saya agak gamang. Untuk anak tunarungu dan tunanetra tidak ada masalah. Hanya kebetulan kami tunarungu dan tunanetra tidak ada yang di kelas I, IV dan VII, di kelas VII dan X anak tunagrahita. Insyaallah kita akan serentak penggunaannya pada tahun ajaran baru 2015.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
Hal senada juga diungkapkan oleg guru penjasorkes SLB Cendana Rumbai yang peneliti temui pada tanggal 09 Januari 2015: “Kalau untuk perencanaan kurikulum penjaskes itu sendiri di sekolah kita mempersiapkan buku satunya yakni pedoman penyesuaian kurikulum PLB, kemudian nanti mempersiapkan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan RPP, program semester, program tahunan dan rencana minggu efektif, kemudian pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring, kami evaluasi, kami mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau mid semester setelah itu kita sesuaikan dengan kebutuhan anak. Kalau di Cendana sendiri belum menggunakan kurikulum 2013 karena kelas yang mendapat acuan kurikulum 2013 itu isinya anak tunagrahita, jadi untuk saat ini dalam KKG penyesuaian kurikulum memang tunagrahita itu belum bisa kita terapkan kurikulum 2013 mungkin setelah terjadi perombakan atau penyusunan total kita bisamengaplikasikannya untuk tunagrahita.” Dari kutipan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan guru penjasorkes di Sekolah Luar Biasa Cendana Pekanbaru bahwa SLB ini masih menggunaka kurikulum 2006 yakni KTSP dikarenakan pada kelas yang ditentukan untuk pelaksanaan kurikulum 2013 diisi oleh anak yang berkelainan tunagrahita. Sementara kebijakan yang disepakati oleh dinas dan kelompok kerja guru kurikulum 2013 belum bisa menggunakan kurikulum 2013. Selanjutnya pada tanggal 06 Desember 2014 kepala Sekolah Luar Biasa Pelita Hati bapak KA menyampaikan bahwa: “Kalau untuk kurikulum sekarang kita memang lagi beradaptasi dari KTSP ke kurikulum 2013, tepi memang belum merata karena masih banyak kendala sana-sini dan kemudian ini juga belum semua mata pelajaran. Dalam penyesuaiannya kita berpatokan kepada karakter, kelainan dan kemampuan anak. Setelah itu baru kita bisa bikin perencanaannya. Sebenarnya kurikulum 2013 ini agak rumit yah kalu diterapkan di sekolah luar biasa apalagi SMP dan SMA yang memang permata pelajaran sementara untuk SD baru cocok memang dari dahulu kita menggunakan tematik. Sedangkan untuk penjas sendiri bapak teguh sudah mengadopsi kurikulum 2013 kebetulan beliau selain guru SMA C beliau juga mengajar penjasorkes untuk semua kelas dan baru-baru ini mengikuti sosialisasi untuk penjas, tetapi kita belum menerima RPP dan administrasi kelas lainnya yang beliau buat karena memang saya tidak mewajibkan itu untuk penjas dengan alasan beliau sangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
sibuk memegang guru kelas dan penjas. Sebenarnya saya ingin sekali kita mempunyai guru penjas ini memang dari orang olahraga karena banyak prestasi anak untuk olahraga dan bisa ditangani secara benar oleh orang yang lebih ngerti, tetapi dengan keterbatasan kita ya apa boleh buat, ini saja sangat bersyukur bapak teguh bisa mengajar kalau tidak yah kita benar-benar mengajar penjas dengan apa adanya.” Selanjutnya di rumah kediaman bapak TP menyatakan hal yang senada pada tanggal 08 Januari 2015: “Kalau untuk perencanaan kurikulum KTSP berpindah ke kurikulum 2013 untuk penjaskes itu tidak terlalu rumit dalam pelaksanaannya karena hampir sama jasa perlakukannya yang rumit malah untuk administrasi kelas karena saya selain mengajar penjas untuk semua kelas dan mengajar untuk SMA kelas C selain itu pencapaian yang ditargetkan oleh kurikulum itu sendiri karena kurikulum 2013 ini tidak ada yang khusus untuk PLB semua disamakan dengan yang umum. Jadi untuk merancang atau merencanakan kita harus sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak kita. Kalau saya sudah mulai mengajar dengan acuan kurikulum 2013 tapi belum secara maksimal karena memang ini masih baru dan harus terjadi menyesuaian secara total, tetapi saja tidak membuat perangkat kelas seperti RPP, silabut dan program lainnya secara tertulis karena kepala sekolah memberi pengetian selain saya mengajar olahraga ini untuk semua kelas saya juga mengajar dikelas SMAC. Ini karena kita tidak memiliki guru penjas khusus, mungkin setelah permintaan kita dipenuhui oleh dinas atau yayasan kita bisa memenuhi kubutuhan siswa dalam mata pelajaran penjas yang benar-benar terstruktur dari kurikulum sampai ke evaluasi akhir.” Dalam pelaksanaan mata pelajaran penjasorkes di SLB Pelita Hati sudah menggunakan kurikulum 2013, tetapi dalam hal ini perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan sendiri oleh guru penjasorkes dengan beracuan pada kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 untuk olahraga tidak bisa dilakukan maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang Pendidikan Jasmni Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk mengajar pendidikan jasmani adaptif, seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah luar biasa Melati tumbai pada tanggal 09 Januari 2014: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
“Untuk perencanaan penyesuaian kurikulum ini memang sekarang kita sedang sibuk melakukan KKG membahas tentang penyesuaian kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel yang akan kita gunakan di SLB. Biasanya kita merencanakan program apa yang harus kita buat, menyususun perangkat pembelajaran seperti RPP dan lain-lain pada setiap mata pelajaran dan kita sesuaikan dengan beberapa karakter secara umum dan nanti di sekolah baru kita sesuaikan dengan dengan karakter anak-anak kita yang ada disekolah. Kalau untuk penjas ini biasanya guru menyusun dan menyesuaikan sendiri, kebetulankita memang tidak ada guru khusus untuk penjas karena guru penjas kita merangkap dengan guru kelas. Jadi beliau menyusun sendiri di sesuaikan dengan kemampuan anak dan ini saya tidak tahu beliau mengambil acuan dari mana, yang penting kalau saya liat beliau telaten mengajar anak dilapangan. Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 atau kurikulum apa saja yang nentinya akan berlaku untuk olahraga tidak bisa dilakukan maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang Pendidikan Jasmni Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk mengajar pendidikan jasmani adaptif. Saya berharap semua SLB baik itu di Pekanbaru atau pempat lain pemerintah memperhatikan juga kesediaan guru olahraganya terutama untuk yang status sebagai sekolah swasta. Ini karena banyaknya siswa yang dapat mengembangkan prestasi diolahraga apalagi kalau memanga adanya guru olahraga.” Dengan tidak adanya guru khusus yang mengajar penjas adaptif di sekolah membuat pelaksanaan mata pelajaran di SLB menjadi seperti formalitas. Hal yang hampir serupa diungkapkan oleh bapak DC selaku guru penjaorkes di SLB Melati Rumbai pada tanggal 10 Januari 2015 yang ditemui di ruangan tata usaha: “Sebagai seorang guru saya berusaha memahami kurikulum yang ada termasuk kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013 walau pun memang belum kami pakai, ya semaksimal mungkin sesuai dengan patokan dan perencanaan yang ada di dalam tahapan pembelajaran kurikulum yang sudah kita susun. Sementara untuk penjas saya merancang sendiri dan saya sesuaikan dengan kemampuan siswa. Selain itu memang kita tidak memiliki guru khusus ya, jadi saya susun sesuai dengan kemampuan saya saja dan untungnya kepala sekolah tidak ada memberi paksaan terkalit dengan pembelajaran yang saya berikan, jadi saya lega dengan keadaan ini karena saya mengajar untuk semua kelas. Selain itu saya merasa di SLB ini pendidikan olahraga itu pelaksanaannya seperti formalitas saja. Mengapa saya berkata ini karena kita memang kurang diperhatikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
tetapi pertasi siswa dalam olahraga itu banyak sekali, tetapi dalam pendidikannya kurang diperhatikan, kalau ada yang mengajar ya syukur kalau tidak bagaimana. Saya berharap walaupun anak kita disini memiliki kekurangan sedemikian rupa setidaknya walaupun mereka lemah diakademik seperti tunagrahita setidaknya mereka biasa mengembangkan prestasi olahraganya dan memang harus ada guru khusus untuk ini. kalau saya ya begini aja adanya, pelatihan pun tidak ada untuk penjas adaptif ini walaupun ada itu sebelum saya mengajar disini.” Adapun implementasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan acuan kurikulum yang berlaku di nasional dan diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat bagi diri aktivitas jasmani. Selanjutnya perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di SLB AL-Faqih disampaikan oleh kepala sekolah ibu NF pada tanggal 10 Desember 2014 bahwa: “Untuk perencanaan kurikulum SLB biasanya dilakukan bersamasama yakni dalam bentuk KKG yang dihadiri oleh guru-guru SLM se-Kota Pekanbaru dan kepala sekolah juga membicarakan penyusunan, perencanaan dan penyesuaian kurikulum. Untuk kurikulum 2013 kita setiap bulannya dalam KKG melakuan pernencanaan dan penyesuaian karena memang kurikulum ini baru semester ini dilaksanakan di SLB dan akan tetap dilanjutkan, setelah itu barulah kita sesuaikan lagi di sekolah masing-masing yang akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa kita. Dan untuk penjas sendiri kita serahkan langsung keguru penjas, karena sekolah ini tidak ada guru penjasnya jadi ya kita rencanakan per semester, contohnya pada rapat semester kita langsung menyusun rencana untuk pelajaran penjas apa saja olahraga yang kita lakukan, karena kita disini hanya 5 orang guru termasuk kepala sekolah jadi kita lakukan seperti itu. Nanti coordinator tetap pak Benni. Tidak adanya guru khusus untuk penjas ini memang kita merasa kesulitan untuk mengajar penjas di sekolah, walaupun demikian bagaimana pun mata pelajaran ini harus terlaksana, dengankata lain ya seperti yang saya jelaskan tadilah pelaksanaannya.” Hal yang senada diungkapkan oleh guru pendidikan jasmani SLB AL-Faqih pada tanggal 08 Januari 2015 oleh bapak BF: “Untuk perencanaan kurikulum di sini intinya disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan anak. Seperti yang diketahui tenaga pengajar di sekolah ini sangat terbatas hanya 5 orang dan ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
termasuk kepala sekolah, Tu dan guru penjas. Jadi kita sesuaikan dengan kemampuan kita dan anak pastinya. Untuk perencanaan kurikulum dalam mata pelajaran penjas kita menyusunnya persemester karena keterbatasan kita dalam tenaga pengajar. Jadi setiap minggu kita sudah tahu apa yang harus di ajarkan kepada anak-anak dan ini semua guru terlibat. Dari segi perencanaan kurikulum jelas bahwa menentukan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari hasil wawancara terkait dengan perencanaan kurikulum pada sekolah-sekolah luar biasa Kota Pekanbaru sudah cukup baik karena perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) sekolah luar biasa se-Kota Pekanbaru. Perencanaan kurikulum berpatokan dengan melihat kondisi siswa. Tetapi tidak demikian dengan perencanaan kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perencanaan kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan jauh dari kata baik bahkan beberapa sekolah tidak memiliki acuan kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini dikarenakan tidak ada guru khusus yang mengajar pendidikan jasmani ini, selain itu kepala sekolah tidak mewajibkan kepada guru pendidikan jasmani dalam menyusun kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran. Guru hanya beracuan kepada apa yang mereka pikirkan dan mencari reverensi dibuku atau diinternet. Hanya terdapat satu sekolah yang menyusun perencanaan kurikulum dan masih menggunakan kurikulum KTSP sebagaimana yang berlaku pada yayasan.
2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Untuk mengungkap pengorganisasian kurikulum peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru pendidikan jasmani dan staf sekolah (Pegawai Tata Usaha). Untuk pertama peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Pelaksanaan wawancara tentang pengorganisasian kurukulum dimulai dari SLB Negeri Pembina pada tanggal 08 Desember 2014 peneliti menjumpai bapak MH. Peneliti menanyakan apakah sekolah membentuk tim dalam perencanaan atau implementasi kurikulum, jika ada bagaimana struktur organisasi tim penyusun kurikulum? apakah ada tujuan dari organisasi penyusun kurikulum dan bagaimana fungsinya? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
“Kalau struktur organisasinya tidak ada. Itu dikerjakan bersama. Jadi tujuan diadakan penyusunan kurikulum bersama ini agar menyatukan semua SLB di Pekanbaru ini dan menyatukan visi dan misi kita di dalam penerapan implementasi kurikulum dan sekarang yang sedang berlangsung itu untuk kurikulum 2013, bertujuan agar semua guru pendidikan khusus, khususnya di SLB Pembina memahami dan melaksanakan apa yang di cermati oleh kurikulum 2013 untuk anak-anak berkebutuhan khusus karena kita baru mulai untuk berkebutuhan kusus ini. Kalau anak di sekolah umum ada yang sudah berjalan dua semester untuk kurikulum ini. Tapi kita akan meratakan di tahun 2015 ini. Kalau untuk yang di sekolah sama saja tidak ada struktur organiasi khusus untuk penyesuaian kurikulum ini, tetapi semua warga sekolah terlibat didalamnya” Di tempat terpisah kepala sekolah SLB Sri Mujinab ibu JM mengungkapkan: “Sekolah membentuk tim penyusun dan penyesuaian kurikulum, jadi semua majelis guru tim dalam penyusunan kurikulum tetapi tidak ada struktur organisasinya. Tujuan dari tim ini adalam menyatukan persepsi, tujuan, dan apa yang hendak kita capai. Kalau ada tim penyusun kurikulum ini nanti bisa mendiskusikan kesulitan yang dihadapi terutama anak-anak kita inikan berkelainan jadi lebih mudah kita untuk merancang pembelajaran seperti apa yang akan kita berikan pada anak. Kalau untuk tujuan dari tim ini agar biasa melaksanakan pembelajaran dengan baik yang dituntut oleh kurikulum.” Selanjutnya pada tanggal pada tanggal 09 Desember 2014 bapak MT dari kutipan wawancara nyampaikan bahwa: “Untuk struktur penyusunan penyesuaian kurikulum itu adanya hanya yang dari dinas, itu progresnya melalui KKG. Untuk sekolah sendiri tidak ada strukturnya, jadi kita semua adalah tim di sekolah dan semua majelis guru, kepala sekolah bahkan orang tua pun termasuk tim dalam penyesuaian kurikulum ini baik untuk perencanaan, pelaksanaan sampai dengan hasil akhir kenaikan kelas kitalah timnya. Ini bertujuan agar semua yang kita rancanakan dapat terlaksana dengan baik dan ini berfungsi juga untuk menyatukan antara pihak sekolah dengn orang tua. Jadi tujuan dari pendidikan PLB ini dapat tercapai.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
Strruktur organisasi dalam implementasi kurikulum hanya dimiliki oleh dinas yang dilaksanakan dalam KKG yang meliputi perencanaan, pengembangan dan penyesuaian kurikulum. Hal ini juga diungkapkan oleh bapak KA pada tanggal 10 Desember yang ditemui diruangannya: “Struktur organisasi itu hanya ada pada dinas yang seperti sekolah umum jadi strukturnya dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah. Nah dari dinas pelaksanaan tugasnya dilaksanakan dalam KKG yakni guruguru SLB se-Kota Pekanbaru. Sementara kalau untuk di sekolah tidak ada, kita bekerja ya sesuai dengan jabatan kita disekolah. Sedangkan untuk penyusunan, pengembangan dan penyeseuaian kurikulum itu kita lakukan bersama. Jadi semua warga yang terlibat dalam implementasi kurikulum termasuk dalam tim kurikulum dan tambahan adalah orang tua atau wali murid. Dibentuknya tim ini bertujuan untuk menyatukan pendapat untuk mewujudkan visi dan misi sekolah, agar nantinya proses pembelajaran itu terlaksana dengan baik. Jadi tujuan dari pendidikan itu dapat tercapai.” Hal senada disampaikan oleh ibu ZA pada tanggal 20 Desember 2014 bahwa: “Untuk struktur itu kita ada yang dari dinas nah distruktur ini kita susun kurikulum bersama-sama dengan sekolah lain biasa disebut KKG. Kalau disekolah tidak ada strukturnya yang ada hanya struktur sekolah saja tetapi yah jabatannya tetap yang itu saja. Kalau disekolah semua majelis guru, kepala sekolah dan TU kebetulan TU kita juga merangkap guru, karena TU yang sebelumnya itu sudah berhenti kalau yang dulu beliau tidak masuk kedalam tim. Selanjutnya untuk orang tua yang memang anaknya memiliki kelainan yang berat. Tim ini bertujuan untuk menyatukan pendapat kita agar dapat melaksanakan tujuan dari pendidikan khususnya di PLB ini dengan baik. Selain itu juga dapat menyatukan orang tua dan guru. maka dengan adanya tim penyusun kurikulum diharapkan agar dapat pencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.” Selanjutnya pada tanggal 13 Desember 2014 hal hampir serupa disampaikan oleh ibu NF yakni: “Kalau untuk kurikulum memang harus ada organisasinya karena agar tujuan pendidikan itu dapat percapai. Selain itu di sekolah ini memang tenaganya terbatas jadi tidak ada struktur organisasinya. Semua kita putuskan bersama baik itu untuk kurikulum maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
kegiatan lainnya termasuk pelaksanaan pembelajaran. Disini kan hanya lima orang jadi ya dimusyawarahkan saja secara bersamasama, gimana bagusnya, yang sesuai kita laksanakan disekolah.” Dari apa yang telah disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa tampak bahwa pengorganisasian dalam kurikulum sama dengan yang dilakukan oleh sekolah umum, untuk struktur kepemerintahan dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah dalam hal ini dibentuk lah Kelompok Kerja Guru (KKG) yakni guru Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru untuk perencanaan, penyusunan, pengembangan dan penyusunan Kurikulum yang saat ini sedang berlangsung penyesuaian kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel. Sementara untuk sekolah tidak ada struktur organisasi yang tertulis melainkan dalam bentuk tim. Tim dalam penyusunan, pengembangan dan penyesuaian kurikulum melibatkan kepala sekolah, majelis guru dan orang tua. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh bapak RM guru olahraga SLB Negeri Pembina pada tanggal 06 Januari 2015: “Untuk penyusunan atau pengembangan kurikulum ini kita ada tim yang dari dinas yakni semua kepala sekolah luar biasa di Pekanbaru dan semua guru SLB di Pekanbaru. Sementara untuk di sekolah timnya adalah kepala sekolah, majelis guru, dan otang tua. Dengan adanya tim ini membantu sekali dalam pengembangan kurikulum dan untuk mencapai tujuan kurikulum itu sendiri.” Dengan adanya KKG dapat menyatukan persepsi dan memecahkan kendala yang ada di sekolah. Tetapi ini hanya untuk mata pelajaran umum tidak halnya dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pada KKG tidak ada membahas kurikulum untuk mata pelajaran penjasorkes, untuk mata pelajaran penjasorkes sesuai dengan inisiatif dari guru yang mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pernyataan ini disampaikan oleh guru olahraga bapak WA pada tanggal 07 Januari 2015: “Dalam penyusunan kurikulum dilakukan didinas dengan bentik KKG, jadi semua guru dan kepala sekolah SLB se-Pekanbaru berkumpul membicarakan soal kurikulum dan dihadiri juga oleh dinas. Kalau disekolah ini juga ada timnya yaitu dari kepala sekolah, guru dan orang tua . Tetapi sangat disayangkan karena hanya mata pelajaran penjas yang tidak dibahas dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
penyusunan kurikulum ini. hal ini kerena memang guru olahraga yang latar belakangnya pendidikan olahraga saya sendiri, selain itu dengan keterbatasan guru saya juga mengajar di kalas. Jadi kesepakatan memang kita menggunakan inisiatif sendiri untuk merencanakan dan merancang kurikulum untuk pendidikan olahraga anak berkebutuhan khusus ini.” hal senada juga disampaikan oleh bapak TP dalam kutipan wawancara pada tanggal 08 Januari 2015: “Untuk penyusunan kurikulum ini kita lakukan dua kali yang pertama kita lakukan dalam kelompok kerja guru dan kemudian kita sesuaikan lagi di sekolah. Untuk di sekolah kita memang sudah ada timnya. Jadi semua warga sekolah termasuklah kedalam tim penyesuaian kurikulum. Tetapi kalau untuk pendidikan jasmani itu diserahkan saya sepenuhnya dan tidak dibahas di KKG ataupun di sekolah. Seharusnyakan tidak begitu, tetapi memang kita kekurangan guru dalam pendidikan jasmani. Kalau untuk pendidikan jasmani baru Sri Mujinab yang punya guru penjas tetapi sekarang kedengarannya juga merangkap menjadi guru kelas. Nah disini kita menjadi sulit. Didalam rapat bersama dinas juga sudah dibahas tentang ini tetapi masih belum ada respon” Tidak adanya guru khusus yang membidangi pendidikan jasmani menyebabkan tidak adanya pengorganisasian dalam penyusunan kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini makin dipertegas oleh pernyataan bapak BF guru penjasokes SLB ALFaqih ditempat terpisah: “Kalau untuk pengorganisasian dalam kurikulum ini kita biasanya dari dinas itu ada program KKG yang nantinya akan menyusun, merencanakan, mengembangkan kurikulum secara garis besarnyanya setelah itu baru kita susun lagi disekolah dengan tim yang ada disekolah. Kalau untuk sekolah kita semuanya terlibat didalam tim karena memang jumlah kita hanya sedikit. Untuk olahraga itu sendiri karena kita tidak memiliki guru khusus ya kita hanya menyusun kegiatan pendidikan jasmani pada saat evaluasi semester, kita bicarakan untuk semester depan apa saja olahraga yang akan kita laksanakan. Jadi seperti itu saja pelaksanaannya.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
Dari segi pelaksanaan kurikulum hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Sementara itu bapak AR dalam kutipan wawancaranya menyatakan: “Strukur organisani di Cendana tidak dibuat secara tertulis atau bagan, yang paling penting adalah kita saling membantu dalam penyusunan kurikulum ini. Karena yayasan menuntut kami dalam pelaksanaan kurikulum ini harus benar-benar efektif dan harus jelas apa saja yang harus dikerjakan, kapan kita mengerjakannya, dan apa saja target yang harus kita capai misalnya untuk satu semester. Ini berlaku juga untuk pendidikan jasmani didalam rapat tim kurikulum kita juga membicarakannya walaupun sebenarnya saya bukan dari pendidikan olahraga tetapi saya dan teman-teman majelis juga membantu saya untuk itu. Kalau di KKG kita memang tidak membicarakan tentang penyusunan kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, karena sudah diserahkan keguru masing-masing , jadi kami hanya membicarakan pelajaran masing-masing kelas yang kami pegang karena memang semua guru olahraga di SLB merangkap tugas sebagai guru kelas. Inilah yang terkadang saya pribadi merasa ingin memberikan yang terbaik di olahraga anak-anak berkebutuhan khusus karena mereka bisa kita arahkan melalui pendidikan jasmani, tetapi kita belum dikasih kesempatan untuk memiliki guru yang benar-benar khusus untuk mengajar olahraga saja. Sementara saya memang lebih tertarik mengajar olahraga walaupun saya dari PLB.” Dari apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pengorganisasian dalam kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak sesuai dengan semestinya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara dengan guru pendidikan jasmani enam Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru bahwa di dalam pengorganisasian baik itu dalam kelompok kerja guru sekolah luar biasa Kota Pekanbaru atau pengembangan kurikulum di sekolah tidak menindaklanjuti kurikulum apa yang akan digunakan dalam pendidikan jasmani, melainkan menyerahkan semua yang berkaitan dengan pendidikan jasmani kepada guru yang bertugas. Sementara itu untuk Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai memiliki koorganisasi yang terkoordinir untuk semua kegiatan sekolah baik dalam punyesuaian kurikulum ataupun dalam pelaksanaannya memiliki sistem yang dikontrol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
langsung dari pihak yayasan, termasuk dalam pengorganisasian kurikulum pendidikan jasmani.
3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pengstafan dalam kurikulum merupakan fungsi yang menyediakan orang-orang untuk melaksanakan suatu sistem yang dilaksanakan dan diorganisasikan. Di dalam kurikulum sangatlah penting memilih sumber daya manusia dalam pelaksanaannya untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan. Untuk mengungkap itu semua maka dilakukan wawancara dengan bapak MH wakil kepala sekolah luar biasa Negeri Pembina pada tanggal 11 Desember 2014 diruangannya dan peneliti menyanyakan guru dan admin atau pegawai lulusan apa saja yang ada di sekolah ini? ”Yang pertama tentu kita terima PLB (Pendidikan Luar Biasa) namun karena tenaga dari lulusan PLB itu kurang kita menerima guru-guru dari umum, misalnya kita menerima guru agama, untuk yang akan datang saya mengharapkan guru olahraga nah itu sangat penting agar olahraga di sekolah ini terarah. Sementara untuk pegawai kita sekarang itu dari ilmu sosial.” Dari kutipan ini menunjukan bahwa kurangnya tenaga pendidik yang ada pada sekolah, termasuk didalamnya guru pendidikan jasmani dan olahraga. Hai ini terbukti bahwa dari 6 SLB di Kota Pekanbaru hanya satu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan sekarang merangkap juga menjadi guru kelas untuk SMALB B di Sekolah Laur Biasa Sri Mujinab. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu JM kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab: “Saat ini kita masih kurang sekali tenaga pengajar, untuk PLB dan guru umum seperti agama, bahasa inggris dan olahraga. Sebenarnya kita sudah ada guru yang tepat untuk olahraga karena memang basik nya sebagai guru olahraga, tetapi karena dengan jumlah siswa yang banyak dan tenaga pengajar yang tidak memadai jadi kita memperdayakan guru olahraga merangkap menjadi guru kelas untuk SMALB kelas B. sementara dengan kekurangan itu kita juga masih terima untuk tamatan SMA sebagai TU tetapi sekarang sudah dua tahun ini kita tidak terima tamatan SMA, minimal itu S1.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
Melihat dari kurangnya tenaga pendidik dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan guru mata pelajaran membuat sekolah menerima guru dari lulusan di luar dari lulusan pendidikan bahkan menerima lulusan SMA untuk tenaga kepegawaian seperti yang di ungkapkan oleh ibu ZA kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai pada tanggal 18 Desember 2014: “Dengan kurangnya guru kita yang dari PLB dan pendidikan seperti guru mata pelajaran jadi kita menerima guru juga dari psikologi, hukum, sosial dan ekonomi dan alumni sebagai pegawai kebersihan. Selanjutnya kita berharap bahwa permintaan kita untuk ditempatkan guru yang sesuai di sekolah kita ini, apalagi kita tidak ada guru yang bersatatus PNS semua guru PLB yang PNS ditempatkan di SLB Negeri, jadi semua di sini adalah honor yayasan, jadi untuk menambah guru kita juga harus menghitung-hitung dana sekolah, BOS dan yayasan. Di sini yang membuat kami sulit menerima guru karena keterbatasan dana tadi.” Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa AL-Faqih ibu NF: ”Untuk saat ini kita ada lulusan S1, ada juga yang SMA. Untuk PLB ada 2 orang, sementara ibu sendiri S.Ag, bapak Beni itu S.Pd dari PGSD. Banyak sekali kendala dalam pengstafan di sekolah kami, sekarang saja hanya ada 4 guru yang harapan kita tidak mulukmuluk 6 aja guru di sekolah ini sudah sangat membantu. Kendala juga terletak pada dana, jadi dana dari yayasan tidak membekap untuk menambah guru honor yayasan. Dari dinas juga belum ada respon, ya kami berlima harus lebih keras lagi dalam membagi tuga-tugas ini.” Tidak adanya penempatan guru berstatus pegawai negeri sipil pada sekolah luar biasa swasta di Kota Pekanbaru membuat sekolah luar biasa kekurangan tenaga pendidik dan pegawai. Kejadian ini membuat guru yang mengajar di sekolah merangkap dan bekerja keras dalam pembagian tugas di sekolah. Dari segi pengrekrutan tenaga pengajar dan kepegawaian jalur kepemerintahan tidak dilakukan bersamaan dengan penerimaan guru dan pegawai secara umum, untuk penerimaannya memiliki jadwal sendiri dan ini menbuat informasi terhambat kepada calon guru yang ingin membuat permohonan atau pendaftaran sebagai Calon Pegawai Negeri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
Sipil (CPNS), hai ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah luar biasa Pelita Hati bapak KA pada tanggal 17 Desember 2014: “Untuk sekarang kita memang sangat kekurangan guru dan pegawai, untuk sekarang saja pegawai TU merangkap guru, guru penjasnya juga merangkap, dan ada kelas digabungkan dengan 1 guru yang mengajar. Memang kalau kita disini semua honor yayasan dan komite, sementara yang honor pemprov itu baru saya, bapak teguh dan ibu In. Selanjutnya kita memang belum kebagian guru yang statusnya PNS, sementara yang PNS itu ditempatkan di SLN Negeri Pembina dan Sri Mujinab. Untuk penerimaan guru dan pegawai yang PNS ini tidak dilakukan serentak dengan guru dan pegawai pada umumnya, tidak tahu dengan alasan apa kita dibedakan. Untuk itu banyaknya calon guru dan pegawai ini tidak tahun informasi.” Kebijakan yang dibuat Pemerintah Pekanbaru dalam penerimaan guru dan pegawai untuk sekolah luar biasa membuat tidak meratanya penempatan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru. Berbeda dengan Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai dalam pengrekrutan tenaga pengajar dilakukan oleh yayasan Cendana melalui berbagai macam test seperti yang disampaikan oleh bapak MT selaku kepala sekolah pada tanggal 18 Desember 2014: “Sekarang di sekolah ini delapan yakni satu menejer, 5 guru, 1 kepala sekolah, 1 TU , 1 junitor yakni adalah alumni dan yang satu lagi sudah kami ajukan tapi belum diangkat oleh Cendana. Selanjutnya untuk penerimaan guru dan pegawai bukan kapasitas saya tapi langsung dari SDM di bagian Personalia Cendana dan melalui berbagai test seperti test kemampuan akademik, test bahasa inggris, dan test kekhususan kalau untuk (PLB), setelah melalui test tersebut yang lolos test kita training 3 bulan dan setelah itu baru kita jadikan guru. Untuk dua tahun terakhir ini kita memang tidak ada kontrak jadi kalau seandainya guru ini mau test PNS ya kita izinkan, kalau lulus boleh memilih tetapi kalau tidak kita masih biasa kembali lagi. Untuk sekarang kita merasa tidak kekurangan guru karena memang anak kita juga tidak banyak. Tetapi kalau yayasan bilang ada penambahan guru lagi kita bersyukur kalau biasa guru olahraga dan untuk tunanetra.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
Kebijakan pembatasan atau tidak bolehnya penempatan atau pengangkatan guru PNS disatuan pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh yayasan menjadi permasalahan yang perlu segara diselesaikan atau dicari solusinya. Dari hasil wawancara terkait dengan pengstafan di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat banyaknya guru yang merangkap tugas sebagai pegawai TU dan guru bidang studi seperti pendidikan jasmani dan guru agama. Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan guru dan pegawai, sementara guru dan pegawai PNS hanya mendapat penempatan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina dan sebagian di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berana mengambil resiko untuk menambah tenaga pengajar. Sementara penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum, hal ini membuat informasi tidak merata bahkan tidak sampai kepada calon guru dan pegawai yang akan mengabri di sekolah luar biasa.
4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pengawasan atau pengontrolan kurikulum dapat dipandang sebagai pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum di sekolah atau pengecekan sejauh mana tujuan telah dicapai. Untuk mengungkap sejauh mana pengawasan atau pengontrolan yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru khususnya pada pendidikan jasmani adaptif peneliti mengajukan pertanyaan kepada pengawas sekolah luar biasa bapak MY pada tanggal 03 januari yang peneliti temui pada saat kunjungan di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab apakah bapak mengontrol penyususnan kurikulum di sekolah? ”Untuk di sekolah tidak, sementara saya hanya mengontrol pada saat penyusunan pada saat kelompok kerja guru sekolah luar biasa Kota Pekanbaru. Untuk selanjutnya yang di sekolah seperti penyusunan, penyesuaian, pengembangan sampai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
pelaksanaan kurikulum itu saya serahkan kepada masing-masing sekolah dan setelah itu saya menerima laporan dari kepala sekolah langsun terkait dengan penyusunan, sampai dengan pelaksanaan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus ini, jadi intinya semua kegiatan sekolah saya hanya menerima laporan langsung dari kepala sekolah. Sementara itu untuk keadaan sekolah dan keadaan siswa barulah saya langsung turun untuk mengontrol atau melakukan pengawasan.” Dari segi penyusunan, perencanaan dan penyesuaian dan pelaksanaan kurikulum dan semua kegiatan di sekolah untuk anak bekebutuhan khusus, pengawas tidak mengontrol langsung melainkan menerima laporan dari kepala sekolah. Selain itu pengawasan berlangsung terkait dengan keadaan sekolah dan keadaan anak. Hal ini sesuai dengan kuripan wawancara yang diutarakan oleh kepala sekolah luar biasa Negeri Pembina yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 13 Desember 2014: ”Kalau pengawasan semua kegiatan sekolah harus ada pengontrolan. Baik dari perencanaan sampai terlaksananya kurikulum itu harus dikontrol, ekstrakurikuler dan pembinaan prestasi, penerimaan siswa, dan kegiatan lain di luar sekolah harus dikontrol agar tidak terjadi kesalahan. Kalau untuk pelaksanaan kurikulum sendiri saya langsung memantau semua kegiatan pembelajaran seperti berkeliling dari ke kelas-kelas, kalau untuk olahraga saya langsung kelapangan. Misalnya ada kendala kita langsung bicarakan dengan guru. Sementara untuk pihak dinas sendiri itu hanya melihat keadaan sekolah atau keadaan siswa, kalau untuk pelaksanaannya beliau hanya menerima laporan saja. Kunjunganpun hanya dilakukan tiga bukan sekali.” Hal ini dibenarkan oleh bapak RM guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 12 Januari 2015 bahwa: ”Tentunya ada pengawasan dari kepala sekolah terhadap kegiatan sekolah. Walaupun tidak rutin tetapi pengawasannya itu ada. Kepala sekolah langsung mengawasi di lapangan ataupun di kelas terkait dengan pelaksanaan pembelajaran bagai mana prosesnya itu kepala sekolah mengawasi. Pengawasannya seperti ketika kita berolahraga bersama Kamis pagi, kepala sekolah juga ada di lapangan melihat bagaimana berjalannya kegiatan di lapangan. Untuk pengawas sekolah yang dari dinas sepertinya saya belum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
pernah melihat ya, kalau datang ke sekolah ada itupun hanya menemui kepala sekolah saja, kalau ke guru sepertinya tidak ada” Hal yang senada juga diungkapkan oleh ibu JM kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab pada tanggal 15 Desember 2015: ”Tentunya iya, pengawasan itu harus dilakukan untuk semua kegiatan di sekolah. Tidak hanya kurikulum tetapi semua yang terkait dengan kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kalau untuk pelaksanaan biasanya saya langung ke kelas-kelas atau kelapangan juga untuk memantau kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung. Kalau tidak ada saya, biasanya saya mempercayakan kepada wakil saya untuk melakukan pengawasan terkait semua kegiatan selama saya tidak ada. Saya juga membuka layanan telepon 24 jam untuk guru dan orang tua yang memang ada keperluan mendesak tentang kegiatan sekolah. Sementara itu untuk pengawas tidak ada pengawasan terkait dengan kegiatan sekolah, beliau hanya melihat keadaan sekolah atau keadaan siswa, untuk kegiatan dan sebagainya itu kita yang memberi laporan” Dari apa yang disampaikan oleh kepala sekolah ditegaskan juga oleh bapak WA guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 13 Januari 2015: ”Jelas ada pengawasan oleh kepala sekolah terkait proses pembelajaran, biasanya beliau langsung ke lapangan dan ke kelaskelas mengawasi berjalanan PBM dan untuk semua kegiatan kalau sempat sepertinya beliau ada untuk mengawasi. Tetapi kalau untuk pengawas dinas saya tidak pernah melihat beliau dalam memantau proses belajar mengajar, belaiu datang hanya sekali-sekali sepertinya.” Dari segi pengawasan semua kegiatan sekolah, kepala sekolah melakukan pengawasan langsung baik itu saat perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan kurikulum itu sendiri. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan oleh kepala sekolah luar bias Cendana Rumbai bapak MT pada tanggal 16 Desember 2014 yang peneliti temui diruangannya: ”Saya mengawasi terus-menerus, setiap bulan sebelum mengajar persiapan sudah disahkan oleh saya. Sebelum saya tanda tangani belum bisa dipakai untuk mengajar. Begitu juga dengan kegiatan sekolah saya juga melakukan pengawasan terkait dengan semua kegiatan sekolah. Karena apapun kegiatannya saya juga sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
panitia atau tim di dalamnya karena memang jumlah kita yang sedikit tadi.” Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh bapak KA selaku Kepala Sekolah Laur Biasa Pelita Hati pada tanggal 17 Desember 2014: ”Jelas semua harus dilakukan pengawsan terkait dengan kegiatan sekolah, mulai dari penerimaan siswa, perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaannya harus dikontrol karena akan menjadi bahan evaluasi saya ke depannya. Selain itu untuk pelaksanaan dari kurikulum ini untuk pembelajaran di kelas biasanya saya mengawasi dari luar kelas bahkan kadang saya masuk, kalau untuk di lapangan saya memantau langsung ke lapangan, biasanya kalau terjadi kendala kita membicarakan langsung ataupun pada saat jam pelajaran berakhir” Di tempat terpisah ibu NF Kepala Sekolah Luar Biasa AL-Faqih mengungkapkan hal yang senada: ”Iya, tentunya saya sebagai kepala sekolah memonitoring semua kegiatan sekolah, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan kurikulum, kegiatan ekstra, kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah saya selalu mengawasi. Selain itu saya juga termasuk di dalam tim apaun kegiatan disekolah ini, seperti yang pernah saya sampaikan bahwa memang kita disini hanya lima orang jadi semua kegiatan kita lakukan bersama sekalugus saya melakukan pengawsan terhadap kegiatan tersebut. Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran saya langsung ke kelas atau ke lapangan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran. Untuk pengawasan sendiri saya tidak terjadwal dan dadakan saja baik untuk hari maupun jamnya” Pengawasan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dadakan dan tidak dijadwalkan, agar porses belajar mengajar di kelas maupun di lapangan terjadi dengan apa adanya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu ZA kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai pada tanggal 18 Desember 2014: ”Pengawasan yang saya lakukan tidak terjadwal, melainkan saya langsung melakukan pengawasan ketika saya sempat baik itu pagi maupun pada siang harinya. Kalau untuk olahraga pastinya pagi ya karena saya biasanya ikut olahraga bersama juga sama anak-anak kalau saya lagi tidak sibuk. Selain itu saya juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
mengawasi semua kegiatan sekolah baik untuk di dalam sekolah ataupun yang berada diluar sekolah.” Dari kutipan wawancara menunjukan bahwa pengawasan dilakukan dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah. Selain itu untuk beberapa kegiatan kepala sekolah termasuk di dalamnya karena jumlah guru yang tidak mencukupi. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pengawasan dilakukan secara langsung ke kalas-kelas maupun ke lapangan. Dalam pengawasan tidak ada jadwal khusus melainkan dilakukan dadakan agar proses pembelajaran terjadi apa adanya. Sementara itu untuk pengawas dinas tidak melakukan pengawasan terkait dengan penyusunan sampai dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah melainkah hanya mendapat laporan dari kepala sekolah terkait dengan hal itu. Dalam kunjungannya pengawas hanya datang menemui kepala sekolah dan melihat keadaan sekolah dan siswa.
5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif Sumber daya penunjang merupakan komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk mengungkap kesediaan sumber daya penunjang pendidkan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Luar Biasa Kota Pakanbaru, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah luar biasa yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 15 Desember 2014: ”Seperti yang sudah diketahui untuk guru yang khusus dalam penjas kita tidak ada, kita hanya memiliki guru yang merangkap sebagai guru penjas. Sementara sumber daya penunjang yang lain Tentunya kita membutuhkan lapangan, membutuhkan alat-alat, dan tempat untuk penerapan pendidikan jasmani adaptif ini. Kalau untuk lapangan kita mencoba memodifikasi sepak bola menjadi bila mana kalau diumum namanya futsal kalau bola ukurannya sama sementara untuk bola tunanetra itu ada seperti kerincing di dalamnya jadi ada bunyi-bunyiannya. Jadi kalau untuk olahraga sumber daya kita ya belum mendukung kita masih banya perlu tambahan. Jadi ada gedung yang kita buka pembatasnya untuk membuat beberapa arena, karena sekarang ini untuk indoor kita masih menggunakan aula, jadi besok kalau sudah jadi maka indoor kita sudah ada tempat sendiri. jadi indoor kita masih dalam tahap pembangunan disana nanti kita akan membuat seperti GOR commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
mini yang bisa digunakan untuk basket, bulutangkis, tenis meja. Jadi untuk sekarang kita memang memanfaatkan sarana yang ada.” Dari segi pambangunan sarana dan prasana pendidikan olahraga di sekolah luar biasa Negeri Pembina masih dalam tahap pembangunan lapangan indoor, dan sementara mengunakan aula pertemuan untuk olahraga tenis meja. Mengalihfungsikan lapangan merupakan pemanfaatan terhadap kelancaran proses pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara yang disampaikan oleh ibu JM selaku kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab pada tanggal 16 Desember 2014: “Kalau sumberdaya penunjang untuk penjas itu ada tapi kalau dibilang mendukung pastinya belum, masih banyak kekurangan di sana-sini terkait dengan olahraga, tapi diusahakan ada, misalnya bola, raket, net, meja pimpong itu ada, nah kalau lapangan untuk bola kaki atau lompat jauh itu kita biasa pakai lapangan atau tanah lapang yang berada disamping sekolah itupun rebutan sama SD sebelah, tempat alternatif kita bawa kelapangan pelajar yang disebelah Dispora nah itu juga rebutan sama SMA1, SMP1, SMP4 dan SMP 10 tapi masih bisa berbagi karena lapangan besar, nah kalau untuk voli, basket, badminton itu 1 lapangan yang fungsinya bisa di ganti-ganti multifungsilah maksudnya. Yang membedakan kan garisnya, yang penting pembelajaran pendjas ini tetap berjalan. Selanjutnya untuk indoor kita menggunakan aula dah kalau senam lantai atau tenis meja bisa di aula.” Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai ibu ZA pada tanggal 19 Desember bahwa: “Kalau untuk suber daya penunjang gurunya seperti yang saya pernah sampaikan kita hanya memiliki guru penjas yang merangkap dikelas. Selain itu untuk sarana dan prasarana kita ada berupa lapangan ya memang ini buka standar dari ketentuan yang semestinya tetapi ada atau untuk olahraga seperti lari, sepak bola kita ajak siswa ini kelapangan milik warga yang tidak jauh dari sekolah, selanjutnya kita manfaatkan halaman sekolah yang di gedung dua itu sudah ada tiang untuk net voli, bulutangkis dan kalau tenis meja juga menggunakan halaman itu. Sementara untuk peralatan ada walaupun tidak banyak tetapi kita mengusahakan ada, kalau gurunya bilang kita harus punya bola atau perelatan baru saya pasti mengusahakannya. Selain itu kita baru-baru ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
mendapat bantuan bola bocee untuk tunagrahita dari dinas, itu semua SLB di Pekanbaru dapat. Jadi disini kita memanfaatkan apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran pendidikan jasmani.” Selanjutnya ditempat terpisah pada tanggal 20 Desember 2014 bapak KA selaku kepala sekolah Pelita Hati menyampaikan hal senada: ”Sumber daya penunjang untuk pendidikan jasmani itu ada tetapi masih bisa dibilang belum sesuai dengan semestinya karena keterbatasan ruang terbuka di sekolah ini. Kalau untuk lapangan kita numpang di kampus UNRI atau lapangan milik warga yang tidak jauh dari sekolah, untuk tenis meja kita didalam aula atau halam sekolah. Selanjutnya alat-alat olahraga kita ada walaupun tidak banyak. Biasanya kita memperbanyak dengan cara memodifikasi atau membeli yang sudah jadi. Yang kita modifikasi alat-alat itu sesuai dengan kebutuhan kita.” Lebih lanjut ibu NF kepala sekolah AL-Faqih juga mengatakan: “Untuk olahraga ya, selain guru, kalau lapangan kita pake halaman yang di depan, untuk bola-bola ada, basket, voli, bocce yang olahraga untu tunagrahita juga ada baru-baru ini kita mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Provinsi. Kalau dibilang mendukung ya belum, tetapi kita ada. Walaupun dengan fasilitas olahraga yang seadanya kita tetap melaksanakan pendidikan jasmani ini dengan sungguh-sungguh.” Dari apa yang peneliti amati lapangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa tidak berbeda satu dan lainnya yang terletak di luar sekolah yakni menggunakan lapangan milik warga yang kondisini kurang baik. Apalagi kondisi lapangan setelah hujan dengan tanah tidak rata dan berlubang. Walaupun demikian pembelajaran tetap berlangsung dilapangan tersebut karena memang sudah tidak ada pilihan lain, seburuk-buruknya kondisi lapangan pembelajaran dialihkan di sekolah menggunakan halaman sekolah atau alula sekolah. Sementara untuk peralatan seperti bolah, net, cakram, peliru, bocee dan yang lainnya sudah ada walaupun dalam jumlah yang minim. Selanjutnya hal yang berbeda peneliti temui pada Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, selain memiliki sarana olahraga yang lengkap sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
ini memiliki lapangan yang berada di dalam sekolah dengan tanah yang rata dan rumput tertata dengan rapi, bak lopat dan lapangan bocee permanen yang sangat menunjang proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak MT kepala sekolah luar biasa Cendana Rumabi pada tanggal 16 Desember 2014: “Kalau untuk sumber daya penunjang kita ada, guru yang pastinya pak Adi, lapangan bola, lapangan bocee, dan lompat jauh yang sudah kita buat permanen, lapangan basket juga yang disamping ruang pertukangan, badminton juga sudah ada indoornya, itu sekaligus untuk tenis meja, kalau perlengkapan lain bola-bola saya rasa juga sudah lengkap, matras dan yang lainnya. Kalau untuk saat ini semua sudah ada karena bapak Adi belum menyampaikan kepada saya tentang kekurangan peralatan untuk penjas. Biasanya kalau ada yang kurang kita langsung bikin laporan ke yayasan dan beberapa hari kita sudah menerima apa yang kita sampaikan termasuk untuk fasilitas olahraga di sekolah.” Hal senada juga di utarakan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SLB Cendana Rumbai pada tanggal 15 Januari 2015: “Sarana dan prasarana olahraga di sekolah ini sudah sangat memadai ya, karena kita mendapat bantuan dari yayasan apapun yang kita laporkan terkait fasilitas pembelajaran sangat cepat diresponnya, kalau untuk lapangan sendiri kita sudah ada biasanya kita main bola dan atletik menggunakan lapangan yang dibawah itu, selanjutnya lapangan bocee, basket dan lompat jauh sudah permanen dan sangat nyaman untuk anak-anak, jadi kalau untuk sumber daya penunjang Alhamdulillah kita sudah cukup.” Dengan adanya dukungan fasilitas olahraga yang dimiliki Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai akan dapat membantu kebutuhan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak tersedia di sekolah luar biasa lainnya yang memang memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani adaptif sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
6. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Adaptif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah wujud dari manajemen kurikulum. pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap guru dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini peneliti menanyakan kepada kepala sekolah luar biasa Negeri Pembina yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 15 Desember 2015 dengan pertanyaan apakah setiap guru bidang studi dan guru kelas mempunyai perencanaan untuk melaksanakan proses belajar mengajar? Bagaimana dengan guru mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan? “Nah kalau untuk guru mata pelajaran lain sudah lengkap semuanya, tetapi untuk olahraga ini belum karena kita tidak punya guru olahraga yang benar-benar tamatan dari olahraga jadi disini kita timbul masalah. Jadi untuk olahraga kita memang tidak ada RPP atau pun perencanaan seperti mata pelajaran yang lain.” Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan pada tanggal 12 Januari 2015 oleh bapak RM sebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan: “Karena kita memang bukan dari pendidikan olahraga dan semua merangkap. Jadi kami yang mengajar penjas ini tidak membuat rencana pengajaran sebelumnya seperti yang dibuat oleh mata pelajaran yang yang memang administrasi kelasnya harus lengkap.” Hal senada disampaikan oleh kepala sekolah Sri Mujinab ibu JM pada tanggal 16 Desember 2014 bahwa: ”Kalau guru kelas dan bidang studi ya pastinya ada, kebetulan selain guru penjas, pak adi juga mengajar guru kelas karena memang kita kurang dalam tenaga guru jadi kalau untuk kelas yang dipegang pak Adi memang ada RPP dan perlengkapan administrasi kelas yang lain, tapi kalu untuk penjasnya tidak karena selain bapak adi mengajar penjas untuk semua kelas jadi saya tidak mewajibkan, kalau ada ya saya terima kalau tidak juga tidak apa-apa. Sebenarnya seperti yang kita ketahui bersama sebenarnya ini tidak baik, tetapi karena kita kekurangan guru jadi kita harus menjalankan seperti ini dulu, tetapi kita sudah membicarakan hal ini jauh-jauh hari untuk penambahan guru tertama guru penjas tetapi belum ada respon” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
Dengan keterbatasan tenaga kerja dan tidak adanya guru khusus yang mengajar pendidikan jasmani membuat guru sekolah luar biasa bebas tugas dalam membuat perencanaan pembelajaran. Hal ini juga disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab bapak WA yang ditemui pad asaat jam istirahat sekolah: ”Dulu awal saya mengajar disini saya membuat semua perangkat pembelajaran seperti RPP dan program-pragram lain termasuk program latihan untuk prestasi. Makin kesini apa lagi semenjak saya juga merangkap guru kelas jadi itu mulai sudah tidak kerjakan karena saya fokus ke kelas yang saya pegang. Dan atasan saya memberi toleransi terkait hal itu melihat banyaknya program yang harus saya kerjakan. Jadi untuk tiga tahun tarakhir ini perencanaan seperti RPP dan yang lainnya untuk penjas kalau ada saya serahkan ke kepala sekolah dan kalau tidak juga bukan jadi masalah. Yang penting ialah saya tetap mengajar penjas di sekolah ini kerena memang tidak ada guru lagi. Sebenarnya ini bertolak belakang dengan apa yang seharusnya dan kita semua tahu itu.” Berbeda dengan sekolah luar biasa Cendana Rumbai, semua guru bidang studi, guru kelas dan guru pendidikan jasmani diwajibkan membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan pernyataan bapak MT selaku kepala sekolah luar biasa Cendana Rumbai: ”Di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai ini semua guru wajib membuat perencanaan atau program pengajaran dan tidak ada pengecualian, termasuklah guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Karena kita mesih menggunakan KTSP jadi sesuai dengan yang diperintahkan kurikulum kita membuat program tahunan, program semester, dan rincian minggu efektif.” Senada dengan yang disampaikan oleh bapak AR selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Laur Baisa Cendana Rumbai: ”Kami guru di sini harus membuat program atau perencanaan pengajaran seperti program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, RPP karena semua program yang kami buat ini pada awal tahun sudah ditagih oleh kepala sekolah sebagai administrasi guru disini.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
Dari apa yang ungkapkan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tersebut, bapak AR memberikan program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, RPP. Dari pengamatan peneliti guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru membuat program pengajaran dengan baik yang akan menjadi tuntunan untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sementara itu hal berbeda diungkapkan oleh kepala sekolah luar biasa Pelita Hati bapak KA pada tanggal 20 Desember 2014: ”Mata pelajaran lain itu tetap membuat administrasi kelas sesuai dengan peraturan yang berlaku di kurikulum, sementara untuk penjas sendiri saya tidak mewajibkan karena seperti yang saya katakan sebelumnya kita disini tidak memiliki guru penjas. Selain itu guru yang mendapat tugas mengajar olahraga disini mengajar untuk semua kelas, jadi beliau hanya membuat perencanaan untuk kelas saja sementara untuk olahraga tidak” Hal ini juga disampaikan oleh bapak TP selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa Pelita Hati pada tanggal 14 Januari 2015: ”Untuk mata pelajaran penjas saya tidak membuat perencanaan pembelajaran seperti RPP dan program lainnya, tetapi kalau untuk di kelas yang saya pegang saya membuat semuanya.” Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dilakukan tanpa memiliki perencanaan yang matang sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dengan tidak adanya program pembelajaran dan administrasi kelas lainnya mata pelajaran ini tetap dilaksanakan dengan apa adanya. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan ibu NF selaku kepala Sekolah Luar Biasa AL-Faqih : ”Dengan keterbatasan tenaga pendidik di sekolah kita jadi semua guru merangkap tugas, seperti pak Benni guru kelas menjadi guru penjas juga untuk semua kelas. Dengan kesibukan ini jadi kita tidak mewajibkan untuk membuat RPP dan program lainnya untuk meta pelajaran pendidikan jasmani. Jadi kita melakukan pendidikan jasmani ini dengan apa adanya yang penting mata pelajaran ini tetap terlaksana.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
Hal yang senada juga disampakan bapak BF selaku guru pendidikan jasmani olahrag dan kesehatan di SLB AL-Faqih pada tanggal 17 Januari 2015: ”Untuk penjas kadang-kadang saya buat, tetapi lebih banya tidak karena saya juga merengkap guru kelas. Jadi yang saya lebih fokus ke kelas yang saya pegang. Sementara kita tidak memiliki guru khusus olahraga pembelajaran olahraga akan tetap begini.” Dari apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan kepala sekolah menunjukan dari 6 sekolah luar biasa di Kota Pekanbaru hanya sekolah luar biasa Cendana Rumbai yang membuat program dan perencanaan pembelajaran. Sementara itu 5 di antaranya tidak membuat perencanaan pembelajaran di mana merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras Pasal 1 nenyatakan bahwa: Standar proses pendidikan khusus tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat tuntunan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu dari apa yang peneliti amati pelaksanaan pembelajaran pada penndidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan hanya peraktek saja dan tidak diberikan secara teori ataupun kesehatan di dalam kelas. Tersedianya pendidikan yang berkualitas merupakan kebijakan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Namun tidak bisa dipungkiri hal ini masih belum terlaksana di Pendidikan Luar Biasa (PLB). Dari pengamatan peneliti, guru yang mengajar pendidikan jasmani di sekolah luar biasa tidak seperti di sekolah umum namun guru menghadapi siswanya satu-persatu dan mempraktikkan terlebih dahulu setelah itu siswa mengikuti. Hal ini dilakukan secara sistematis seperti halnya memiliki acuan seperti RPP yang guru adopsi pada internet maupun buku-buku dari sekolah umum sesuai dengan pernyataan bapak RM selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SLB Negeri Pembina yang peneliti jumpai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
pada jam istirahat setelah kegiatan pendidikan jasmani di sekolah pada tanggal 12 Januari 2015: ”Walaupun kita tidak membuat RPP dan perangkat pembelajaran lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya kita sistematis seperti apa yang tertera pada RPP pada umumnya. Untuk saya pribadi saya mengabil acuan dari internet atau buku-buku penjas untuk sekolah umum karena memang kita tidak memiliki buku pegangan khusus untuk pendidikan jasmani adaptif ini, apalagi untuk kurikulum 2013 yang memang kita mengarahnya menggunakan buku yang digunakan oleh sekolah umum jadi untuk saat ini ya seperti ini dulu keadaan pendidikan jasmani kita” Dari segi pelaksanaan pendidikan penjasorkes di lapangan sudah mengacu pada apa yang semestinya, walaupun sekolah tidak membuat perencanaan mulai dari perencana kurikulum sampai dengan pelaksanaan pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Dari apa yang peneliti amati di SLB Sri Mujinab 14 Januari 2015 bapak WA mengajar di dalam aula menyusun kun dan mempraktikan lari zig zag dengan melewati kun kemudian pak WA memberi kesempatan kepada anak untuk melakukannya dengan memanggil nama anak melalui absensi siswa. Siswa ada yang menjawab dan langsung melakukannya dan ada juga yang diam saja. Kepada siswa yang hanya berdiri diam bapak WA langsung mendekati siswanya dan merengkulnya sambil berbisik agar siswa mau melakukan gerakan yang sudah dipraktekan oleh bapak WA. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah ini berjalan sesuai dengan semestinya sesuai dengan apa yang peneliti amati dan kebetulan bapak WA merupakan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan olahraga. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara: ”Kalau untuk pelaksanaan dulu sebelum saya ditugaskan menjadi guru kelas, saya selalu membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum saat itu dan sekarang karena saya megang kelas jadi untuk perangkatnya saya fokus ke kelas saja. Sementara penjas saya masih menggunakan gambaran sewatu saya kuliah dulu dan yang sebelum saya memegang guru kelas. Untuk pelaksanaannya sama seperti apa yang tertera di RPP tetapi tidak tertulis.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
Terkait proses pembelajaran penjas adaptif, dengan tidak adanya perencanaan pembelajaran membuat guru pendidikan jasmani di sekolah luar biasa hanya bermodalkan pada pengalaman saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak TP guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati pada tanggal 13 Januari 2015: ”Jadi karena kita tidak ada guru penjasnya tidak ada membuat rencana pembelajaran maka kita laksanakan saja sesuai dengan pengalaman kita dan pastinya melihat buku-buku penjas yang dari umum setelah itu kta sesuaikan dengan kondisi anak kita. Kebetulan untuk sekarang ini saya beracuan pada kurikulum 2013 maka saya menggunakan bukuk umum yang dikeluarkan kurikulum 2013. Tetapi memang untuk perencanaan pembelajarannya saya tidak membuatnya.” Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh bapak DC selaku guru olahraga: ”Kalau saya membuat perencanaan pembelajaran tetapi tidak secara tertulis biasanya ia, tapi program ini kan tidak wajib. Karena perlu diketahui penjas disini hanya seperti formalitas saja karena memang belum ada guru khusus untuk mata pelajaran ini. jadi kita buat sesuai dengan pengalaman kita diolahraga terkadang saya juga melihat reverensi diinternet atau buku-baku olahraga anak berkebutuhan khusus dan video-vidio. Melalui media itu saya belajar agar kebutuhan pendidikan jasmani anak-anak ini terpenuhi. Bukan hanya tidak membuat perencanaan pembelajaran tetapi pada sekolah luar biasa ALFaqih untuk mata pelajaran penjas adaptif sudah direncanakan pada awal semester. Hal ini dipertegas oleh bapak BF selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 17 Januari 2015: ”Kalau program pembelajaran saya buat tapi untuk kelas, kalau untuk orahraganya itu sudah kita sepakati bersama di awal tahun ajaran. Jadi kita tinggal melaksanakannya saja. Untuk pelaksanaannya kita beracuan pada buku-buku olahraga umum yang sudah disediakan dari sekolah dan pelaksanaannya ini saya belajar dari pengalaman ketika dulu masih sekolah dan kuliah di PGSD kan ada mata kuliah penjas. Jadi saya belajar dari pengalaman saya, kebetulan saja juga hobi berolahraga dan kalau olahraga itukan pada hakikatnya untuk pelaksanaannya itu sama saja yang normal sama yang berkelainan tetapi bedanya hanya kita perlu menyesuaikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
Dari yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pelaksanaan mata pelajaran pendidikan adaptif tidak memiliki program perencanaan pembelajaran hal ini tidak sesuai dengan apa yang menjadi kewajiban guru dalam melengkapi administrasi kelas. Dalam pelaksanaannya guru beracuan pada pengalaman dan membaca reverensi dari internet atau buku pendidikan jasmani untuk di sekolah umum setelah itu disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Sistematis pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sudah mengacu pada apa yang semestinya yakni dengan membariskan siswa, berdoa bersama, persepsi, motivasi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan melakukan pemanasan. Dari apa yang peneliti amati di lapangan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa dilakukan dengan menggabungkan beberapa kelas menjadi satu dengan alasan jumlah siswa pada satu kelas sedikit. Dalam pembelajaran tetap menggunakan materi yang berbeda untuk setiap kelasnya.
7. Kendala atau Kesulitan Serta Usaha Guru Pendidikan Jasmani Adaptif dalam Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa Beragamnya kemampuan dan karakter pada anak berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus memiliki masalah dalam sensoris, gerak, belajar dan tingkah laku. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan yang memang fisiknya terganggu sehingga tidak dapat melakukan gerakan fisik yang terarah. Hal ini perlukanya pendekatan dan usaha guru pendidikan jasmani dalam mengajar pendidikan jasmani atau pun berinteraksi dengan siswa. Untuk mengungkap kendala atau kesulitan serta usaha dalam pembelajaran pendidikan jasamani dan berinteraksi dengan siswa peneliti melakukan wawancara pertama terkait dengan hal ini kepada bapak RM selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 26 Januari 2015 dalam kutipan wawancara bapak RM mengungkapkan: ”Kendala disini memang sesuai dengan kekurangan mereka, seperti anak tunarungu. Siswa kurang memahami apa yang kita bicarakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
Sedangkan anak tunagrahita ketika mereka lagi mood, enjoy dan dengan mudah mengajar mereka tetapi kalau lagi mereka lagi tidak enak hati nah ini yang menjadi hambata yang kami rasakan di sini. Yang jelas kalau anak berkebutuhan khusus ini sebenarnya sama dengan anak-anak kecil pada umumnya. Kita harus melakukan pendekatan dengan kasih sayang, dengan kasih sayang ini mereka bisa melaksanakan instruksi dari kita. Karena kalu kita tidak melakukan mereka seperi itu siswa ini tidak akan mengikuti apa yang kita instruksikan. Sebenarnya kendalanya tidak begitu menjadi masalah berat kalau kita melakukan pendekatan secara individu. Kadang ada juga yang menggelitik hati ketika ada perlombaan, kalau anak tunagrahita ini kadang rasa setia kawannya besar. Nah pernah kejadian dikejuaranaan nasional anak kita itu mengikuti lomba lari dan ketika sudah start dan lari karena lawannya katinggalan malah dia tungguin dan maunya lari sama-sama gitu. Jadi dengan kejadian ini kita yah tidak bisa berbuat apa-apa karena memang begitu adanya anak kita ini” Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Dalam pendekatan dengan anak berkebutuhan khusus ini dilakukan secara individu selain itu dengan kasih sayang, karena guru di sekolah luar biasa tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai teman, orang tua, dan pengasuh. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak WA guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab: ”Tentunya didalam pelaksanaannya pasti ada kendala, tetapi kendala ini tidak berat karena sesuai dengan karakter anak disini yang memang tidak sama dengan anak pada umumnya. Kalau lagi baiknya anak-anak terutama yang tunagrahita itu bisa kita arahkan, tetapi kalau lagi tidak baik ini masalah. Jadi di sini kita harus pandai-pandai membujuk mereka untuk bisa menuruti instruki kita. Yang penting kita sabar karena dengan keterbatasan dan tingkah pola siswa disini tidak sama dengan anak ada umumnya. Tetapi kalau untuk pelajaran penjas mereka selalu bersemangat apalagi kalau udah dibawa berenang jarang yang tidak hadir. Jadi di sini guru olahraga sangat digemari karena memang selain guru yang mendidik siswa kita juga harus menjadi teman, orang tua, pengasuh bahkan siap melayani mereka. Walaupun begitu ada rasa puas tersendiri dekat dan berinteraksi dengan anak-anak ini.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Cendana Rumbai pada tanggal 28 Januari 2015: “Mengajar siswa dengan berbagai macam karakter ini tidak begitu sulit, intinya kita sabar dan tulus dengan mereka. Karena anak berkubutuhan khusus ini sangat peka terhadap karakter seseorang mungkin ini kelebihan mereka apa lagi dengan anak downsyndrome mereka tahu orang-orang yang tulus kepada mereka atau hanya memanfaatkan keadaan. Selain kita melakukan pendekatan secara individu kita juga harus menyesuaikan diri karena tidak hanya sebagai guru, kita disini juga sebagai orang tua dan pengasuh kalau di SLB. Dalam pembelajaran penjas sendiri mereka bersemangat ya, apalagi fikri kata ibunya kalau bisa setiap hari dia maunya pake baju olahraga terus. Jadi kalau untuk mengajar itu tidak ada kesulitan yang berarti melainkan intinya kita harus sabar, tulus dan melakukan pendekatan individu dan tanpa batas sama mereka terkadang anak-anak ini maunya dimanja seperti diusap-usap kepalanya atau pun tiba-tiba memeluk, ini sebagai wujud kalau mereka nyaman dan sayang dengan kita.” Pendekatan yang dilakukan untuk berinteraksi dengan siswa dilakukan dengan cara individu selain itu dalam proses pembelajaran guru harus memiliki kesabaran karena karakter anak yang berbeda satu dan yang lainya. Pada sasarnya pendekatan yang dilakukan dalam berinteraksi dengan siswa bekebutuhan khusus memiliki trik yang sama yakni pendekatan secara individu, sabar, tulus dan ikhlas karena kondisi anak dengan berbagai karakter. Hal ini sesuai dengan kuripan wawacara dengan bapak TP guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati yang peneliti temui dikediamannya pada tanggal 02 Februari 2015: “Tentunya dalam pelaksanaan pendidikan jasamani ini ada kendala, tetapi kendala yang kita hadapi ini tidak begitu menjadi masalah. Karena anak-anak memiliki kelainan jadi itu wajar saja. Kalau untuk olahraga mereka semua bersemangat, yang selalu bermasalah itu anak tunarungu karena mereka selalu banyak alasan untuk tidak melakukan kegiatan olahrag yang pura-pura sakit perut atau kakinya sakit begitu jadi mereka ada aja alasan. Nah seperti kejadian tadi kita lagi belajar atletik jadi ada anak tunarungu yang melumuri kakinya dengan canterpain supaya tidak disuruh hari dengan alasan kakinya sakit, jadi tadi itu saya dekati dan saya lihat kakinya dan saya pegang eh ternyata bau canterpaint itu kan jelas yah kakinya jadi kepanasan gara-gara crem otot. Jadi selalu bikin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
alasan kalau anak tunarungu. Berbeda dengan tunanetra dan tunagrahita mereka bersemangat dalam pelajaran penjas. Ya begitu kendala yang saya hadapi sebenarnya ini bukan kendala melainkan keunikan dari siswa. Untuk solusinya kita melakukan pendekatan secara individu, membicarakan dengan mereka kalau tidak baik bermalas-malasan dalam berolahraga. Yang intinya dalam menghadapi siswa di SLB kita harus sabar, tulus dan ikhlas agar apa yang kita berikan kepada anak menjadi bermanfaat untuk mereka karena mereka memang harus di bimbing dengan baik.” Hai ini sesuai dengan peneliti amati pada saat jam olahraga di sekolah luar biasa Pelitah Hati yang salah satu anak dengan kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot dan mengeluh bahwa kakinya sakit. Kemudian bapak TP mendekati siswa tersebut dan menegur siswa bahwa kelakuannya itu tidak baik tetapi bapak TP melakukan dengan hatihati sehingga siswa tidak merasa dimarahi. Kendala dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa tidak terlepas dari kondisi siswa biasanya ini terjadi pada anak tunarungu yang secara pikirin tidak ada masalah. Hal ini juga dinyatakan oleh bapak BF guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa AL-Faqih pada tanggal 03 Februari 2014: “Kendala dan kesulitan pada awalnya karena saya bukan dari PLB dan mengajar penjas ya sedikit banyaknya saya mengalami kesulitan. Pada awalnya itu saya mengalami kesulitan memahami kondisi anak setelah itu metode seperti apa yang harus saya gunakan untuk olahraga ini. Tetapi makin kesini saya mengerti dan menikmati mengajar anak-anak di olahraga. Sebenarnya kendala justru pada kelainan anak sendiri ya, misalnya begini anak tunagrahita kalau lagi tidak mau ya dia tidak mau kalau kita tidak bisa mengajak dan membujuknya dengan baik itu akan menjadi sulit mengajak mereka tapi pas lagi maunya anak-anak ini belum mulai jam pelajaran sudah ngumpul malah saya yang ditarik-tarik kelapangan, selanjutnya untuk tunarungu ini mereka secara akal pikiran kan tidak ada masalah jadi selalu cari-cari alasan untuk tidak olahraga kadang alasan sesak nafas, sakit perut, kaki sakit, tapi setelah di iyakan yang dia mau malah main sama temantemannya dan tidak terlihat sakit, sedangkan kalau untuk tunanetra dan tunadaksa mereka tidak ada masalah dan malah bersemangat. Begitulah kondisi anak-anak disini, intinya kita harus sabar, ikhlas dan bisa memperlakukan mereka seperti anak sendiri dengan begitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
antara kita dengan anak itu tidak ada batasan dan lebih mudah memahami mereka.” Hal senada disampaikan oleh bapak DC guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 04 Februari 2015 dalam kutipan wawancaranya: “Yang paling besar itu ssaat pertama kali saya mengajar anak, nah mulai saya bukan seorang yang tamatan PLB dan harus mengajar olahraga juga di awal saya banyak menemui kendala-kendala ya seperti kurang memahami kondisi anak, jadi saya memang berjuang keras untuk memahami pembelajaran ini. Selain itu bukan materi yang harus kita pahami dulu tapi kondisi anak nah disini saya merasa berat pada awalnya apalagi tunagrahita berat ditambah agak sedikit autis jadi saya bingung cara mendekatinya. Tetapi seiring berjalanannya waktu dan bimbingan dari guru-guru yang lain saya sudah bisa meminimalisir kendala-kendala tersebut. Dengn kendala dan kesulitan-kesulitan yang saya dialami saya terus belajar memahami kondisi mereka, dan saya masuk ke dunia mereka dan saya mencoba mengarti apa keinginan mereka setelah itu saya sesuaikan dengan materi pembelajaran olahraga yang bersifat olahraga gembira dan Alhamdulillah sekarang mereka itu bisa tercapai ya walaupun masih 70%.” Dari hasil wawancara terkait dengan kendala atau kesulitan serta usaha guru pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti. Kendala yang dihadapi guru terkait dengan kelainan pada siswa misalnya anak tunagrahita yang memiliki pemikiran sesuai yang dia pikiran pada saat itu berbeda dengan siswa dengan kelainan tunarungu yang kebanyakan dari mereka suka membuat alasan untuk tidak melakukan olahraga. Dengan keterbatasan siswa guru menganggap tingkah pola mereka merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi kendala atau masalah. Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dilakukan dengan cara pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa diperlakukan sama antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang dapat membimbing siswa dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
C. Pembahasan 1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Hasil penelitian ini menunjukah bahwa Perencanaan penyesuaian kurikulum di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru berjalan dengan cukup baik. Hal ini tercermin dengan adanya; (a) dukungan dari guru, staf dan dinas, (b) pelatihan atau sosialisasi yang diikuti oleh kepala sekolah dan guru tekait dengan implementasi kurikulum, (c) dukungan dari wali murid, (d) mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah, (e) merumuskan perencanaan kurikulum sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah, (f) mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembelajaran, (g) menyusun rencana dan program peningkatan mutu, (h) melakukan evaluasi pelaksanaan, (i) memutuskan sasaran penyesuaian baru. Didalam perencanaan kurikulum ada yang bersifat kelompok yakni dilakukan bersama dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) Sekolah Luar Biasa se-Kota Pekanbaru dan kelompok kerja kepala sekolah, dan penyesuaian yang dilakukan persekolah. Perencanaan penyesuaian kurikulum untuk sekolah luar biasa memiliki panduan penyesuaian yang disusun oleh pusat kurikulum, selanjutnya dalam perencanaan penyeseuaian kurikulum dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kelainan siswa. Dalam perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan penjas adaptif tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Berdasarkan hasil analisis data dari wawancara yang telah dilakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani dienam sekolah luar biasa Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa dari enam Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru hanya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati yang menggunakan sistematis kurikulum 2013, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai masih mengguanan KTSP untuk acuan mata pelajaran pendidikan jasmani dan 4 diantaranya mengaku bahwa tidak ada perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan jasmani adaptif dengan alasan tidak adanya guru yang khusus untuk mengajar pendidikan jasmani adaptif di sekolah tersebut dan tidak adanya kewajiban dalam memenuhi administrasi kelas. Tidak ada guru yang membidangi mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif membuat sekolah tidak menyusun kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
adaptif. Sementara sekolah dituntut untuk membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang cepat berkembang dan juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian bahkan dituntut agar pesetra didik dapat menguasai berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk dunia pekerjaan. Dalam hal ini pihak sekolah sudah membicarakan kepada dinas terkait untuk memfasilitasi adanya guru penjas yang memang berlatar belakang dari pendidikan olahraga, tetapi hal ini masih belum ditanggapi oleh dinas terkait. Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan menyetarakan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dengan mata pelajaran lain yang merupakan mata pelajaran yang dapat membantu tumbuh kembang anak dan peluang yang sangat besar dalam meningkatkan prestasi diluar bidang akademik, ini tergambar dari hasil prestasi olahraga yang sudah diukir oleh siswa berkebutuhan khusu di Kota Pekanbaru. 2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pengorganisasian Implementasi Kurikulm sengat penting fungsinya karena dalam penyusunan dan implementasi kurikulum harus memiliki tim yang terarah. Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan kurang maksimal. Melihat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Tidak berbeda dengan sekolah umum dalam hal pengoraganisasian pengembangan kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB), jelas ada struktur dalam pengembang kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dispend Provinsi, Dispend Daerah, kepala sekolah dan guru inti. Sementara untuk organisasi pengembangan kurikulum di sekolah organisasi berbentuk tim penyusun kurikulum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak dengan karegori kelainan sedang dan berat. Dalam organisasi penysunan kurikulum Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru tidak memiliki strukrur organisasi, strukur organisasi yang digunakan hanya struktur organisasi sekolah. Walau pun tidak memiliki struktur organisasi dan SK dalam penyusunan penyesuaikan kurikulum ini tetap terlaksana dengan solid sesuai dengan pencapaian tujuan dan visi misi sekolah. 3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pengstafan kurikulum ditemukan bahwa pengstafan di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru masih sangat jauh dari kata baik, karena masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat banyaknya guru yang merangkap tugas sebagai pegawai TU dan guru bidang studi seperti pendidikan jasmani dan guru agama. Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan guru dan pegawai, sementara guru dan pegawai PNS hanya mendapat penempatan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina dan sebagian di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berani mengambil resiko untuk menambah tenaga pengajar. Sementara penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum, hal ini membuat informasi tidak merata bahkan tidak sampai kepada calon guru dan pegawai yang akan mengabdi di sekolah luar biasa. 4. Pengawasan kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pengontrolan kurikulum adalah proses pengawasan performance terhadap standard untuk menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai, dengan kata lain pengontrolan merujuk kepada proses dimana hal-hal yang direncanakan bisa terlaksana sesuai dengan yang telah ditargetkan. Dalam hal ini kontrol dilakukan oleh yang memiliki kebijakan tertinggi terhadap anggotanya. Pengontrolan kurikulum dilakukan dari semua aspek yang menyangkut kegiatan sekolah. Pada Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru pemilik kebijakan tertinggi di sekolah adalah kepala sekolah selanjutnya pengontrolan sekolah dilakukan oleh pihak dinas dengan perpanjang tangan yakni commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
pengawas sekolah pendidikan luar biasa. Perngontrolan kurikulum di sekolah luar biasa Kota pekanbaru sudah berjalan dengan semestinya. Dari apa yang peneliti amati dapat diungkap bahwa pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah ada sebegai berikut: (a) kepala sekolah mengawasi penyusunan sampai dengan terlaksananya dan mengevaluasai kurikulum, (b) kepala sekolah mengontrol semua kegiatan yang dibuat disekolah maupun diluar sekolah, (c) kepala sekolah melakukan pengawasan dikelas maupun dilapangan dengan cara memantau langsung proses belajar mengajar dan tidak memiliki jadwal khusus untuk pengawasan ini, pengawasan dilakukan secara dadakan tanpa diketahui oleh guru, (d) pengawasan ini akan dievaluasi satu bulan sekali atau pun secara langsung jika ada hal yang dianggap mendesak. Selanjutnya pengawasan sekolah yang dilakukan oleh pihak dinas yakni dengan kunjungan satu kali dalam tiga bulan. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Dinas hanya melihat terkait dengan keadaan sekolah dan keadaan anak tanpa mensupervisi proses pembelajaran terutama untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Oleh karena Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pendidikan Provinsi Riau diharapkan dapat memperhatikan pendidikan luar biasa yang ada di Provinsi Riau Terutama terutama pada bidang pendidikan jasmani adaptif. 5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif Sumber daya penunjang pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa Pekanbaru hanya sekolah luar biasa Sri Mujinab yang memiliki guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang berlatar belakang pendidikan olahraga dan dengan kurangnya tenaga pendidik di sekolah bapak WA merangkap menjadi guru kelas. Sementara itu 5 di antaranya tidak memiliki guru yang kusus mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Guru yang mengajar pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa ini hanya bermodal kesenangan pada olahraga hal ini dikarenakan tidak adanya guru khusus yang memang dari pendidikan olahraga yang mengajar di sekolah Sementara itu untuk sumber daya penunjang lainnya seperti lapangan outdoor untuk materi sepak bola dan atletik sekolah luar biasa menggunakan lapangan yang tidak jauh dari sekolah atau lapangan milik warga dengan kondisi yang kurang baik seperti tanah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
yang tidak rata, berlubang dan jika hujan lapangan akan tergenang air dengan kondisi ini akan membahayakan siswa jika melakukan aktifitas fisik dalam jangka waktu lama. Selanjutnya untuk indoor sekolah menggunakan aula atau ruang serba guna yang ada pada lingkungan sekolah untuk olahraga tenis meja, sementara untuk olahraga basket, voli dan badminton menggunakan lapangan yang ada pada sekolah dengan membuat 1 lapangan untuk beberapa cabang olahraga, hal ini dilakukan karena tidak tersedianya ruang yang cukup untuk membuat lapangan. Sementara peralatan olahraga sekolah hanya memiliki seadanya dan tidak mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa. Untuk meminimalisir kekurangan pihak sekolah melakukan modifikasi alat dan memodifikasi peraturan serta permainan olahraga. Berbeda dengan sekolah luar biasa Cendana Rumbai di mana lapangan berada di dalam lingkungan sekolah dengan tanah yang rata dan rerumputan yang tapi. Keadaan ini membuat pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah ini dapat terlaksana dengan nyaman. Memiliki lapangan basket yang biasa beralih fungsi lapangan voli dan ring basket portable yang dapat dipindah-pindahakan. Serta bak lompat jauh dan lapangan bocce yang dibuat permanen dengan ukuran standar. Dengan tersediana sarana dan prasarana yang cukup hal ini sangat menunjang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa Cendana Rumbai. Dari pengamatan yang dilakukan dalam memodifikasi lapangan dan peraturan dilakukan misalnya pada materi voli netnya direndahkan mungkin setinggi net untuk bulu tangkis, untuk tunagrahita berat boleh mendrible bola basket dengan dua tangan, lari dengan jarak 20-30 meter, dan sebagainya yang penting siswa itu bergerak dan mau berolahraga. 6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Peoses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa
Kota
Pekanbaru
tidak
memiliki
perbedaan
yang
signifikan.
Dalam
pelaksanaannya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dilaksanakan dengan cara mengadaptifkan artinya setiap materi pelajaran tidak diberikan seperti memberikan pelajaran pada siswa umum karena siswa yang dihadapi adalah siswa berkelainan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
seperti: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda (memiliki 2 lelainan seperti tunarungu+tunagrahita) oleh karena itu pemblajaran harus dimodifikasi mulai dari peraturan, ukuran lapangan serta peralatan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat lebih banyak memodifikasi alat-alat yang dipergunakan dalam pembelajaran agar menarik siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan proses pembalajaran dapar berjalan dengan baik. Memodifikasi lapangan yang sesuai dengan kemampuan gerak siswa terutama untuk tunadaksa yang memiliki keterbatasan gerak serta anak tunagrahita yang dari pengamatan adalah siswa yang paling capat bosan dan lambat dalam menerima instruksi. Gerakan yang dilakukan tentunya tidak menyulitkan siswa dan membuat siswa bersemangat dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Sementara itu hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam program pembelajaran hanya sekolah luar biasa Cendana Rumbai yang membuat perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus mata pelajaran penjasorkes, Rencana Pembelajaran (RPP) blanko laporan perkembangan kinerja siswa. Perencanan pembelajaran di sekolah luar biasa Cendana Rumbai oleh bapak AR dibuat sebelum tahun ajaran dimulai atau sesudah perencanaan, penyususna dan penyesuaian kurikulum, karena pada awal masuk sekolah akan diserahkan ke kepala sekolah. Program pembelajaran ini akan dievaluasi setiap semesternya oleh kepala sekolah, dan semua guru mata pelajaran dan guru kelas apakah di semester yang akan datang layak dilanjutkan ataukah harus membuat perencanaan ulang. Berbeda dengan sekolah luar biasa lainnya yang tidak memiliki perencanaan pembelajaran karena dari pihak sekolah tidak mewajibkan adanya perencanaan pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena guru yang mengajar penjasorkes merangkap dengan mata pelajaran lain dan tidak ada guru khusus yang mengajar pendidikan jasmani adaptif. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini hanya bermodalkan pengalaman, membaca reverensi dari buku pendidikan jasmani untuk sekolah umum yang dimosifikasi dengan kebutuhan siswa, selanjutnya melihat video yang tersedia di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
internet. Dari apa yang perneliti amati guru penjasorkes ini bersungguh-sungguh dalam memberikan pendidikan jasmani kepada siswa dan membimbing siswa dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dengan pengetahuan pendidikan jasmani yang seadanya. Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dilakukan dengan menggabungkan beberapa kelas dengan kelainan yang berbeda, ini dilakukan karena jumlah siswa pada setiap kelasnya hanya sedikit dan guru pendidikan jasmani yang merangkap dengan mata pelajaran lain membuat pembelajaran pendidikan jasmani harus mengabungkan beberapa kelas menjadi satu. Selain itu walapun siswa melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani dalam satu waktu guru tetap memberikan materi sesuai dengan kelasnya dan metode sesuai dengan kerebatasan siswa. 7. Kendala atau Kesulitan dan Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Misalnya anak tunarungu yang lambat dalam menerima penjelasan. Dari pengamatan guru menginstruksikan atau menjelaskan menggunakan bahasa isyarat.
Sementara
tunagrahita lambat dalam menerima penjelasan guru atau mengerti dalam waktu yang lama setelah dijelaskan berkali-kali. Selanjutnya begitu banyak alasan pada anak tunarungu yang suka membuat alasan untuk tidak ikut pembelajaran pendidikan jasmani. Contohnya dari apa yang peneliti pernah amati salah satu siswa dengan kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot dan mengeluh bahwa kakinya sakit. Tetapi dengan keterbatasan siswa guru menganggap tingkah pola mereka merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi kendala atau masalah. Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dengan cara pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa diperlakukan sama antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang dapat membimbing siswa dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang dapat dijadikan pijakan untuk analisis masalah yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pada SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru maka dapat disimpulkan: 1. Perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Berdasarkan hasil analisis data dari wawancara yang telah dilakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani dienam sekolah luar biasa Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa dari enam Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru hanya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati yang menggunakan sistematis kurikulum 2013, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai masih mengguanan KTSP untuk acuan mata pelajaran pendidikan jasmani dan 4 diantaranya mengaku bahwa tidak ada perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan jasmani adaptif dengan alasan tidak adanya guru yang khusus untuk mengajar pendidikan jasmani adaptif di sekolah tersebut dan tidak adanya kewajiban dalam memenuhi administrasi kelas. Dalam hal ini pihak sekolah sudah membicarakan kepada dinas terkait untuk memfasilitasi adanya guru penjas yang memang berlatar belakang dari pendidikan olahraga, tetapi hal ini masih belum ditanggapi oleh dinas terkait. 2. Pengorganisasi dalam kurikulum pendidikan luar biasa tidak berbeda dengan sekolah umum, di dalam pengorganisasian dari dinas struktur dalam pengembang kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah. Sementara itu untuk penyusunan kurikulum di sekolah tidak memiliki struktur organisasi karena lebih berbentuk tim yang beranggotakan semua majelis guru, kepala sekolah dan orang tua khususnya orang tua yang memiliki anak dengan kelainan berat. Di dalam tim dari penyususnan kurikulum ini tidak memiliki SK (surat keputusan) walaupun ini merupakan kegiatan rutin sekolah. 3. Pengembangan staf dan sumber daya manusia dalam implementasi kurikulum ditemukan bahwa Pengstafan di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai . Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang commit to user 190
perpustakaan.uns.ac.id
191 digilib.uns.ac.id
status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan guru dan pegawai. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berani mengambil resiko untuk menambah tenaga pengajar. Penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum. 4. Pengontrolan kurikulum dilakukan dari semua aspek yang menyangkut kegiatan sekolah. Selain itu untuk beberapa kegiatan kepala sekolah termasuk di dalamnya karena jumlah guru yang tidak mencukupi. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pengawasan dilakukan secara langsung ke kelas-kelas maupun ke lapangan. Dalam pengawasan tidak ada jadwal khusus melainkan dilakukan dadakan agar proses pembelajaran terjadi apa adanya. Untuk pengawas dinas tidak melakukan pengawasan terkait dengan penyusunan sampai dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah melainkah hanya mendapat laporan dari kepala sekolah terkait dengan hal itu. 5. Belum tersedianya sumber daya penunjang yang memadai seperti guru dan fasilitas olahraga di sekolah-sekolah luar biasa membuat pembelajaran dilakukan belum mekasimal. Hanya SLB Cendana yang memiliki fasilitas yang memadai seperti lapangan dan fasilitas olahraga lainnya yang berada di lingkungan sekolah. 6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif dari di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru dilakukan dengan cara adaptif. Untuk dapat dilakukan oleh siswa materi pelajaran harus adaptif sesuai dengan kemampuan anak, guru harus bisa merancang pembelajaran dengan baik dan mempersiapkan alat-alat yang menarik minat siswa untuk belajar. 6 sekolah luar biasa di Kota Pekanbaru hanya sekolah luar biasa Cendana Rumbai yang membuat program dan perencanaan pembelajaran. Sementara itu 5 di antaranya tidak membuat perencanaan pembelajaran dimana merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terjadi karena tidak adanya guru yang membidangi mata pelajaran tersebut . 7. Kendala, kesulitan serta pendekatan guru pendidikan jasmani adaptif berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari implementasi pendidikan penjas adaptif itu sendiri. Tidak ada kendala yang begitu berarti yang dihadapi oleh guru-guru pendidikan commit to user jasmani adaptif di sekolah luar
192 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biasa Kota Pekanbaru, karena dengan keantusiasan siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani guru harus melihat kondisi jiwa dan fisik siswa karena siswa dengan kelainan fisik, mental, dan sosial ini tidak dapat dipaksa sesuai yang diinginkan. Pelayanan pada siswa bersifat individu, walaupun disini anak yang ditangani memiliki kelainan yang sama guru tetap membimbing siswa satu persatu dan sering mengulangi gerakan dan ikut serta dalam kegiatan olahraga, karena anak yang berkelainan ini akan melakukan apa yang dilakukan oleh gurunya. B. Implikasi Implikasi dalam temuan ini adalah dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa
manajemen kurikulum
baik itu perencanaan
kurikulum,
pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan pengontrolah kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru akan telaksana apabila Sekolah Luar Biasa memiliki guru yang memang membidangi mata pelajaran tersebut dan semua pihak baik itu kepala sekolah, dinas, guru mata pelajaran lain dan orang tua saling membahu dan bekerja sama dalam terlaksananya pembelajaran yang baik. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Provinsi Riau dan kepala sekolah menjadi tiang pertama yang dapat merealisasikan pengadaan sumber daya manusia dalam hal ini guru pendidikan jasmani sebagai sumber daya penunjang dan sarana prasarana dalam implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru. Dengan adanya guru pendidikan jasmani dan sarana prasarana yang memadai di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru maka dapat diterapkan manajemen kurikulum yang sesuai dengan semestinya. Dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adaptif tentunya siswa dapat menginali dan mengembangkan bakat dibidang olahraga. Sepertihalnya banyak siswa yang mengikuti iven-iven olahraga yang bergensi mulai dari tingkat daerah, nasional dan internasional yang dinaungi oleh organisasi NationalParalympikCommite (NPC), Persatuan Olahraga Tunarungu Indosesia (PORTURIN), Pesatuan Olahraga Tunanetra Indonesia (PORTUNI) dan Special Olympic Indosesia (SOINA). Dengan mencapai prestasi ini setidaknya berawal dari pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di sekolah-sekolah luar biasa menjasi fasilitator dalam mengenali siswa-siswa yang memiliki potensi dalam bidang olahraga. Selain perlunya dukungan oleh orang tua commit to itu user
193 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa untuk dapat bekerjasama denganpihak sekolah terhadap pembelajaran di sekolah khususnya dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sangat dibutuhkan perhatian, kepedulian dan keterlibatan kepala sekolah terutama Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pendidikan tehadap manajemen pelaksanan kurikulum terutama pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan minimnya perangkat pembelajaran yang meliputi buku dan sarana prasarana serta minimnya sosialisasi kurikulum dan pelatihan terkait dengan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif. Seharusnya ini menjadi catatan penting bagi sekolah dan pemerintah agar tidak memandang sebelah mata terhadap pendidikan jasmani adaptif untuk anak berkebutuhan khusus dan dapat membuat kebijakan untuk memperhatikan pendidikan secara merata baik untuk yang normal ataupun untuk anak berkebutuhan khusus. Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru menghasilkan beberapa temuan dan belum semua komponen ikut berperan dengan sebagaimana mestinya. Contohnya: 1. Pengawas Pendidikan Luar Biasa (PLB) hanya menerima laporan terhadap pelaksanaan pembelajaran hanya dari kepala sekolah saja dan tidak mlakukan observasi langsung kelapangan atau pun kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Sebaiknya selaku pengawas sekolah harus memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan keadaan sekolah, keadaan siswa dan pelaksanaan kurikulum yang diimplementasikan pada proses pembelajaran di sekolah, termasuk kelayakan guru dan sumber daya penunjang lainnya. 2. Kepala Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai dan Sekolah Luar Biasa Al-Faqih tidak mewajibkan kepada guru pendidikan jasmani untuk membuat prangkat pembelajaran dalam pelaksanaanya karena beranggapan tidak adanya guru yang memang membidangi pendidikan jasmani tersebut. Selain itu pengawasan pelaksanaan hanya sebatas meninjau langsung kelapangan tanpa mengsupervisi pembelajaran tersebut. Sementara itu untuk Sekolah Luar Biasa Cendana rumbai kepala sekolah hanya memperhatikan program pengajaran secara administrasi saja commit to user
194 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
namun tidak memberi masukan pada waktu mengajar karena apa yang diajarkan oleh guru dianggap benar. Untuk menaggulangi masalah yang terjadi dilapangan hendaknya kepala sekolah mencarikan jalan keluar dari permasalahan yang ditemui dilapangan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yaitu dengan mengusulkan kepada pemerintah dan yayasan penembahan guru penjasorkes dengan latar belakang pendidikan olahraga. Guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru mengajar lebih banyak menggunakan pengalaman saja. Dari pengakuan guru penjasorkes di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru mengungkapkan untuk penataran pelatihan pendidikan jasmani adaptif hanya dilakukan sekali dalam 10 tahun terakhir dan itu tidak merata kesemua guru pendidikan jasmani di Kota Pekanbaru. Penataran dan pelatihan lebih kebidang prestasi atau kearah perlombaan yang diselenggarakan oleh Dispora Provinsi Riau. Sementara itu untuk menambah pengetahuan dibidang pendidikan jasmani adaptif guru mengaku lebih banyak membaca buku olahraga umum yang dimodifikasi komponennya sesuai dengan kebutuhan dan kelainan siswa, selain itu melihat diinternet. Namun demikian guru-guru pendidikan jasmani adaptif mengajar serius, memahami dan sepenuh hati walaupun bukan dari pendidikan olahraga. Dalam satu kali mengajar guru pendidikan jasmani adaptif menggabungkan beberapa kelas dan kelainan yang berbeda. Walaupun mengajar sendiri untuk semua kelas dari SD, SMP dan SMA guru penjasorkes melayani siswa dengan kasih sayang dan memberikan layanan yang maksimal kepada siswanya.
C. Saran Terlaksananya suatu implementasi dari pendidikan tidak hanya dilihat dari kurikulum yang berlaku pada saat itu, tetapi juga bagaimana manajemen dalam pengembangan kurikulum itu sendiri, sumber daya penunjang, pelaksanaannya, dan meminimalisir kendala dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu dari hasil penelitian disarankan kepada: 1. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan atau KKG bersama guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Luar Biasa yang ada di Kota Pekanbaru sekaligus bisa menyamakan persepsicommit untuk toproses user belajangar mengajar pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
195 digilib.uns.ac.id
jasmani adaptif. Serta membuat program dan administrasi kelas sesuai apa yang diberlakukan oleh kurikulum agar tercapainya maksud dari pembelajaran. Selain itu dapat memodifikasi alat olahraga lebih banyak agar dapat meminimalisir kekurangan sarana dan prasarana di sekolah. 2. Kepala sekolah agar pendidikan jasmani adaptif di sekolah juga diperhatihan, tidak menganggap pendidikan jasmani sebagai fomalitas dalam pembelajaran di sekolah olehkarena tidak ada guru yang membidangi mata pelajaran tersebut. Hendaknya kepala sekolah melakukan supervisi juga pada saat guru mengajar tidak hanya menerima laporan sekilas tentang pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dan mewajibkan guru Penjasorkes dalam pembuatan administrasi kelas seperti silabus, RPP, program mingguan, program semester, dan program tahunan. 3. Dinas Pendidikan Provinsi Riau agar memperhatikan pendidikan jasmani adaptif dan tidak dipandang sebelah mata, jangan hanya melihat dari medali yang disumbangkan oleh siswa bekebutuhan khusus dalam bidang olahraga seperti pertandingan dari tingkat daerah, Nasional maupun internasional saja, karena itu bukan menjadi indikator baiknya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. Maka sudah seharusnya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau memperhatikan dan meningkatkan baik itu SDM dan sumber daya penunjang dalam meningkatkan kualitas dari pendidikan adaptif khususnya pendidikan jasmani adaptif yang ada di Sekolah Luar Biasa Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru. Seperti merekrut guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan latar belakang pendidikan olahraga, memberikan pelatihan pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adaptif. 4. Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau dapat membuka lowongan bagi guru pendidikan olahraga untuk ditempatkan di Sekolah Luar Biasa di Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru secara merata seperti apa yang sudah diajukan oleh pihak sekolah tentang pengadaan guru olahraga untuk Sekolah Luar Biasa. Membuka penerimaan pegawai dan guru untuk Sekolah Luar Biasa dilakukan serentak dengan penerimaan guru dan pegawai diinstansi lainnya. 5. Perlu adanya kerjasama yang baik sesama guru, pegawai TU, kepala sekolah dan orang tua untuk mengetahui perkembangan di sekolah maupun di rumah. commitsiswa to user
196 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Bagi para pembaca penelitian ini sebagai informasi dan menambah pengetahuan terkait dengan implementasi kurikulum pendidikan jasmasi adaptif dan diharapkan setelah membaca ini timbulnya apresiasi untuk memperhatikan anak berkebutuhan khusus terutama dalam bidang olahraga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar. 2009. Cara Mudah Belajar Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI. Ali, H. M. 2004. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru. Agustinus, Hermino. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter. Bandung: Alfabeta Asbar, Khairul. 2010. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Siswa Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai. Tesis. Padang. Program Pascasarjana UNP. Bandhie Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT Reftika Aditama Catheline Clark, Alan Dyson, and Alan Millwark. 1998. Theory Special Education. London: ISBN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Depdikbud. 1989. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara. Depdinas. 2004. Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Bagi Penyandang Tunagrahita. Jakarta: Bagian Proyek Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Olahraga Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Efendi, M. 1999. Aspek Psikologik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara. Efendi, M. 2006. Pengantar Psiko Pedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara. Ega, Trisna. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Ellen, B. 2005. Qualitative Studiesin Special Education. Indiana University: Bwgriffin. Com. Accepted 23 July 2005. Endang, T. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri Surakarta. Surakarta. Tesis: UNS. Erianti, 2008. Buku Ajar Pendidikan Jasmani Adaptif. Padang: UNP. Erianti. 2009. Pendidikan Penjas Adaptif. Malang: Wineka Media. commit 197 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
Flower, Frances C. 2004. Policy Studies for Educational Leaders. An Introduction. 2nd Edition. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall. Fuchs, D. 1993. Inclusive Schools Movement and The Radicalizationof Special Education Reform. Washington, DC: Vanderbilt University. Griner, Derek. 2006. Culturally Adapted Mental Health Intervention. Cambridge: Cambridge University Press. Hallan, D. P. and Kauffman, J. M. 1991. Exceptional Children : Introduction to Special Education. Mexico: Prentice Hall. Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hanson, E. Mark. 2003. Educational Administration and Organizational Behavior. 5thEdition. United States of America: pearson Education, Inc. Hardy, L. 2009. Fundamental Movement Skills Among Australian Preschool Children. Jurnal Science and Medicine in Sport: Elselver. com. accepted 29 May 2009. Hargio, Santoso. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hasibuan. 1990. Manajemen di dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hendrayana, Yudi. 2003. Pembelajaran Permainan Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Henny, S. M. 2013. Memahami dan Pendalaman Kurikulum 2013. Bandung: Sinar Baru. Hosni, Irham, 2003. Pembelajaran Adaptif Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas. Imas, K dan Berlin. 2013. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata Pena. Joseph, P. Winnick. 2010. Adapted Physical Education and Sport. Canada: ISBN. Kirk, A. 1990. Educating Exceptional Children. New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co. Kartono. 2013. Strategi dalam Memahami Implementasi Kurikulum. Jakarta: Salemba Empat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
Kemendikbud. 2014. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan: Buku Guru. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Budaya. Kustawan, Dedy. 2013. Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. Kustawan Dedy dan Yani Maimulyani. 2013. Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. Mahendra, Agus. 2005. Mekanika Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Martinis, Yamin. 2008. Mengenal Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Sinar Baru. Marthin, H. Manser. 1995. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press. Meimulyani, Yani dan Cartoyo. 2013. Media Pembelajaran Adaptif. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. Meimulyani, Yani dan Asep T. 2013. Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. Miller, J. P., and Seller, W. 1985. Curriculum Prespectives and Pratice. New York: Longman Inc. Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muzamiroh. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Gramedia. Nasution. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhasan. 2005. Aktivitas Kebugaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Purwanto. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Puskur. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: sektretariat Negara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
Regina Salma. 2010. Motivasi Anak Terhebat. Yogyakarta: Jogja Greati Publisher. Rusli, Lutan. 2002. Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Saylor, J. Galen et. al. 1981. Curriculum Planning For Better Teaching and Learning. Fourth Edition. New York. Rinehait and Wiaton. Srijono, Sunardi. 1995. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Umum Depdikbud. Sunardi. 2012. Kecendrungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Ditjen Dikti. Sutjihati, Somantri. 2006. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika Aditama. Suyanto, dan Hisyam. 2000. Implementasi dan Perencanaan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang RI No. 3 tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam Pembinaan dan Pengembangan Olahraga.Jakarta : Biro Humas dan Hukum. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam ketentuan umum. Jakarta : Humas dan Hukum. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Cacat. Jakarta : Humas dan Hukum. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun. 1945. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdinas. Undang-Undang No. 20. Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Wahyudi. 2005. Pendidikan Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Wina, Sanjaya. 2008. Manajemen Pendidikan Berkarakter. Yogyakarta: Pedajogja. Yudha, M. 2005. Perkembangan Gerak. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Sri Mujinab
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Cendana
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Pelita Hati
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Negeri Pembina
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Melati
Gambar: Proses wawancara Kepala SLB AL-Faqih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
Proses wawacara Guru Penjas SLB Sri Mujinab
Proses wawacara Guru Penjas SLB Cendana
Proses wawacara Guru Penjas SLB Pelita Hati
Proses wawacara Guru Penjas SLB N Pembina
Proses wawacara Guru Penjas SLB Melati
Proses wawacara Guru Penjas SLB AlFaqih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
Wawancara TU SLB Sri Mujinab
Wawancara TU SLB Pelita Hati
Wawancara TU SLB Melati
Wawancara TU SLB Cendana
Wawancara TU SLB Negeri Pembina
Wawancara TU SLB Al-Faqih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
Dokumentasi Kegiatan Olahraga di Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
Prestasi di Bidang Olahraga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 206
Sarana dan Prasarana Olahraga di Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
Kegiatan di SLB Kota Pekanbaru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
commit to user