PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN SINTANG Studi Kasus Pada Kantor Manggala Agni Daerah Operasi Sintang Oleh: YOTI MEYSELA HARYANI NIM. E21112021 Program Studi Ilmu Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2016. Email:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai pelaksanaan kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang. Permasalahan mengenai pengendalian kebakaran hutan dan lahan di daerah ini cukup menarik untuk diteliti mengingat masih sering terjadi kebakaran hutan dan lahan, sehingga kebijakan tersebut dalam pengimplementasiannya masih belum optimal. Seperti kebiasaan petani dan perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran hutan/lahan dalam membuka lahan disamping biayanya murah dan menghemat tenaga juga lebih cepat yang tidak memakan waktu terlalu banyak; standar dan tujuan kebijakan terkait pengendalian kebakaran hutan/lahan masih belum optimal, masih terdapat pihak yang membakar hutan/lahan dalam membuka lahan pertanian dan perkebunan; belum optimalnya partisipasi dari masyarakat (petani dan perusahaan) dalam mendukung upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang dilihat dari pengkoordinasian kerjasama antara masyarakat dan implementor; ketersediaan sumber daya belum mencukupi dimana sumber daya manusia masih minim dan sarana prasarana pemadaman belum memadai; akses jalan yang belum memadai; penegakan hukum masih belum tegas, karena tidak dapat mencipatakan efek jera bagi pelaku pembakaran. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori implementasi menurut Van Metter dan Van Horn yang meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi, komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan, sikap pelaksana (disposisi), dan lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang masih belum dapat membebaskan Kabupaten Sintang dari kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu, dalam hal ini implementasi kebijakan tidak hanya bergantung pada keenam variabel yang dikemukakan oleh Van Metter dan Van Horn, namun juga diperlukan peran dan dukungan dari masyarakat yang turut mendukung untuk menyukseskan implementasi kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang. Kata-kata kunci: Implementasi, Kebijakan, Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
IMPLEMENTATION OF LAND AND FOREST FIRE CONTROL POLICY IN SINTANG REGENCY: CASE STUDY ON MANGGALA AGNI OFFICE REGIONAL OPERATIONS SINTANG Abstract The aim of this study is to provide an understanding on the implementation of the land and forest fire control policy in Sintang. Problems concerning land and forest fire control in this area is quite interesting considering there are still a lot of occurrences of land and forest fires, so such a policy in its implementation is still not optimal. It is a common practice for farmers and plantation companies to burn forest/land to clear land in addition to cost and saving energy, it is also much faster time-saving; standards and policy objectives related to land/forest fire control are still not optimal. There are those who burn the land/forest to clear farmland and
1 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
plantations; low participation of the society (farmers and companies) in supporting the management of land and forest fires can be seen from coordinating cooperation between the community and the implementor; the availability of resources where the resources are not enough and inadequate infrastructure, inadequate road access, ineffective law enforcement because it cannot create a deterrent effect for the offenders. This study was descriptive research with qualitative approach. The theory used is the implementation theory by Van Metter and Van Horn which includes standard and policy objectives, resources, organizational characteristics, communication between related organizations, as well as implementation activities, implementor’s attitudes (disposition), and social, economic and political environment. The results of this study cc that the implementation of land and forest fires control policy in Sintang still cannot prevent land and forest fires. Therefore, in this case, it not only depends the six variables put forward by Van Metter and Van Horn, but also needs the role and support of the community that also contributed to the success of policy implementation of land and forest fire control in Sintang. Keywords: Implementation, Policy, Land and Forest Fire Control.
hutan yang paling utama dikenal di
A. PENDAHULUAN
Indonesia dan pada umumnya terjadi antara
Latar Belakang Penelitian
bulan
Juli
sampai
dengan
November. Perladangan berpindah yang Kebakaran hutan dan lahan yang
merupakan cara bercocok tanam paling
terjadi akhir-akhir ini di beberapa wilayah
sederhana/awal dalam sejarah pertanian
Indonesia khususnya wilayah Sumatera
yang dilakukan di hutan, menggunakan
dan Kalimantan, termasuk Kalimantan
cara pembakaran hutan untuk persiapan
Barat telah menjadi perhatian serius baik
lahannya.
nasional maupun internasional. Dampak
Kalimantan Barat adalah salah satu
kebakaran tidak hanya dirasakan oleh
provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai
masyarakat Indonesia tapi juga beberapa
daerah yang tidak lepas dari permasalahan
Negara tetangga seperti Singapura dan
kebakaran hutan dan lahan yang cukup
Malaysia. Mengingat pentingnya akan
besar. Kabupatan Sintang adalah salah satu
sumber daya hutan dalam ikut menambah
daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang
devisa
terjadi
kerap terjadi kebakaran hutan dan lahan
perlindungan
terutama pada musim kemarau. Pemerintah
hutan dari gangguan luar terutama dari
daerah khususnya di Kabupaten Sintang
kebakaran perlu diusahakan semaksimal
dituntut untuk dapat meminimalisir dan
mungkin.
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.
negara,
penurunan,
maka
Kebakaran
agar upaya
hutan
tidak
dan
lahan
Dalam hal ini diperlukan upaya
merupakan salah satu unsur kerusakan
sistematisuntuk mencegah kebakaransesuai 2
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
dengan Pasal 20 PP Nomor 45 Tahun 2004
Tabel 1.1
yang telah dirubah menjadi PP Nomor 60
Perkembangan Hotspot Per Tahun di
Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan,
Kabupaten Sintang
bahwa untuk mencegah dan membatasi No.
Tahun
kebakaran sebagaimana dimaksud pada
1
Pasal 6 huruf ayakni melindungi hutan dari
kebakaran hutan yang disebabkan oleh
Jumlah Persentase (titik)
(%)
2012
877
30,22
2
2013
462
15,92
kebakaran yang disebabkan oleh perbuatan
3
2014
815
28,08
manusia, dilakukan kegiatan pengendalian
4
2015
748
25,78
2902
100
yang
meliputi:
(a)
pemadaman;
(c)
kebakaran
(ayat
pencegahan;
(b)
penanganan
pasca
(1)).
Untuk
Total
Berdasarkan
tabel
1.1diatas,
mengimplementasikan peraturan tersebut,
menunjukkan
maka telah ditetapkan Peraturan Menteri
jumlah hotspot di Kabupaten Sintang
Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009
setiap tahunnya masih belum stabil yakni
tentang Pengendalian Kebakaran Hutan
mengalami kenaikan dan penurunan. Dari
yang meliputi pecegahan, pemadaman, dan
sini dapat diketahui bahwa hal ini tidak
penanganan pasca kebakaran, dukungan
menutup kemungkinan terjadi kebakaran
evakuasi dan penyelamatan, dan dukungan
hutan dan lahan apalagi jika dilihat dari
manajemen pengendalian kebakaran hutan
faktor
dan/atau lahan . maksud disusunnya
mempengaruhi
Peraturan
untuk
penggunaan pola petanian yang digunakan
memberikan pedoman dan arahan dalam
(cara membakar). Hal ini tentu saja akan
pengendalian kebakaran hutan sehingga
mengakibatkan penurunan hotspot sulit
dapat berjalan secara efektif dan efesien.
untuk ditangani.
Menteri
ini
adalah
Berdasarkan fenomena yang terjadi di
lapangan menurut
dilakukan
Dengan demikian
yang (musim
melihat
maka
juga
turut
kemarau)
dan
kondisi
yang
pengontrolan
yang
dilakukan oleh implementor perlu untuk
pengendlian kebakaran hutan dan lahan di
ditingkatkan. Selain itu kondisi yang
Kabupaten Sintang masih dikatakn belum
demikian menjadikan kebijakan yang telah
stabil,
data
ditetapkan oleh pemerintah seakan-akan
perkembangan hotspot yang masuk ke
menjadi tumpul. Kegiatan sosialisasi dan
Kantor Manggala Agni Daops Sintang,
penyuluhan oleh pihak terkait dalam
ini
penulis,
yang
cuaca
perkembangan
kebijakann
hal
oleh
observasi
bahwa
terkait
dengan
dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini: 3 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
pengendalian kebakaran hutan dan lahan
jika diterapkan pula kepada para petani,
menjadi sia-sia. Hal ini dapat disebabkan
dimana luas lahan yang dimiliki kurang
karena aktifitas membuka lahan yang
lebih dari 2 hektar.
masih menggunakan cara tradisional yaitu
Berikut ini adalah data pemantauan
cara membakar, selain biaya yang murah
titik apai (hotspot) di Kabupaten Sintang
cara tersebut juga dianggap lebih cepat dan
tahun 2015, dapat dilihat pada tabel 1.2
efektif dimana tidak memakan banyak
dibawah ini:
waktu.Membuka
lahan
dengan
cara
Tabel 1.2 Sebaran titik hotspot Januari s/d 19 Oktober 2015 di Kabupaten Sintang Wilayah Kerja Manggala Agni Daerah Operasi Sintang
membakar hutan merupakan hal yang secara tegas dilarang dalam undangundang, yakni diatur dalam Pasal 69 ayat (1) huruf f UU PPLH yang berbunyi: “setiap
orang
dilarang
melakukan
No
Kabupaten
Kecamatan
Jumlah
Persen
(titik)
(%)
1
Sintang
Ambalau
11
1,47
perbuatan melakukan pembukaan lahan
2
Sintang
Binjai Hulu
45
6,02
dengan cara membakar”. Namun ketentuan
3
Sintang
Dedai
47
6,28
pembukaan lahan dengan cara membakar
4
Sintang
Kayan Hilir
64
8,56
ini
sungguh-
5
Sintang
Kayan Hulu
23
3,07
sungguh kearifan lokal di daerah masing-
6
Sintang
65
8,69
7
Sintang
128
17,11
8
Sintang
24
3,21
9
Sintang
95
12,70
memperhatikan
dengan
masing. Kearifan lokal yang dimaksud adalah
melakukan
pembakaran
lahan
dengan luas lahan maksimal 2 hektar per kepala keluarga untuk ditanami tanaman jenis varietas lokal dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegah penjalaran
Kayan Permai Ketungau Hilir Ketungau Hulu Ketungau Tengah
10
Sintang
Sepauk
65
8,69
api ke wilayah sekelilingnya. Hal ini
11
Sintang
Serawai
10
1,34
artinya, membuka lahan dengan cara
12
Sintang
Sintang
18
2,41
13
Sintang
57
7,62
14
Sintang
96
12,83
748
100
membakar pada dasarnya diperbolehkan dengan persyaatan tertentu. Namun jika melihat di lapangan, kejadian kebakaran
Total
Sungai Tebelian Tempunak
hutan hutan dan lahan yang sering terjadi melebihi ditetapkan
dari dan
ketentuan
yang
telah
disalah
artikan
oleh
beberapa pihak terkait. Disini penulis
Tabel diatas menunjukkan jumlah hotspot secara keseluruhan di Kabupaten Sintang pada tahun 2015 sebanyak 748
menganggap ketentuan tersebut tidak adil 4 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
titik, dengan jumlah terbanyak terdapat di Kecamatan Ketungau Hilir (128 titik), kedua Kecamatan Tempunak (96 titik), dan jumlah
yang
tidak
jauh
berbeda
di
Tabel 1.3 Daftar Hasil Rekapitulasi Kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Status Kawasan di Kabupaten Sintang pad Juni s/d September 2015
Kecamatan Ketungau Tengah (95 titik). Dengan banyak ditemukannya jumlah titik
No
Kab.
hotspot di Kabupaten Sintang, hal ini
1 Sintang
menandakan bahwa daerah ini rawan
2 Sintang
terjadi kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu diperlukan penanganan yang cukup ekstra dalam mengatasi permasalahan ini. Kegiatan pengendalian
kebakaran
SK
JP
Hutan Perusahaan
(PT. ASL BARAT)
3 Sintang
Lahan Masyarakat
Total Keterangan:
Luas (Ha) TB
DP
1
20
2
3
250
35
97
875
376,765
101
1145,25
413,65
hutan dan lahan itu sendiri terdiri atas
Kab = Kabupaten
kegiatan pencegahan, pemadaman, dan
SK = Status Kawasan
penanganan pasca kebakaran. Kesemua
JP = Jumlah Dipadamkan
kegiatan itu dilaksanakan berdasarkan SOP
TB = Terbakar
(Standar Operasional Prosedur) yang telah
DP = Dipadamkan
ditetapkan mulai dari pelaksanaan kegiatan
Dari tabel diatas dapat diketahui
sosialisasi hingga kegiatan penanganan
jumlah pemadaman banyak dilakukan pada
pasca kebakaran. Ini dilakukan guna untuk
kawasan
meminimalisir terjadinya kebakaan hutan
perusahaan
dan
setiap
sedangkan kawasan hutan juga tidak cukup
tahunnya, sehingga jikalau kebakaran tidak
luas. penyebab kebakaran itu sendiri bisa
bisa dicegah akan tetapi paling tidak
dilakukan secara sengaja maupun tidak
kebakaran yang terjadi berkurang sehingga
sengaja, atau adanya api loncat sehingga
tidak menimbulkan dampak kerugian yang
menyebar ke kawasan lain akibatnya
cukup berpengaruh terhadap kehidupan.
kebakaranpun cukup hebat. Hal ini juga
Berikut ini adalah kegiatan pengendalian
dapat dipicu oleh kontrol yang dilakukan
kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
pihak masyarakat itu sendiri yang masih
Sintang, dapat dilihat pada tabel 1.3
minim, dan juga pihak implementor.
lahan
yang
terus
dibawah ini:
terjadi
lahan juga
masyarakat. terlihat
cukup
Pada luas,
Ketersediaan sumber daya dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang masih cukup minim. 5
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Hal ini terlihat dari jumlah sumber daya
Rumusan Permasalahan
manusia yang dimiliki sebanyak 60 orang.
Berdasarkan
pada
indikasi
Jumlah yang demikian tentu saja tidak
permasalahan yang telah dikemukakan di
sebanding dengan luas wilayah Kabupaten
latar belakang diatas, maka rumusan
Sintang dan banyaknya perkebunan juga
permasalahan dalam penelitian yaitu: Apa
lahan milik masyarakat. Selanjutnya terkait
saja
sumber
implementasi
daya
sarana
prasarana
yang
faktor-faktor
yang
menyebabkan
kebijakan
pengendalian
tersedia masih minim. Dikatakan minim
kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
oleh karena terdapat beberapa peralatan
Sintang belum optimal?
pemadaman yang belum optimal untuk digunakan di lapangan dan juga ada
Tujuan Penelitian
beberapa peralatan yang sudah rusak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Selain itu, kondisi peralatan transportasi
mengetahui dan mendeskripsikan faktor-
yang juga belum optimal di lapangan
faktor yang menyebabkan implementasi
dimana
kebijakan kebakaran hutan dan lahan di
jika
melakukan
pemadaman
menghadapai kendala kesulitan dalam
Kabupaten Sintang belum optimal.
melewati akses jalan menuju ke lokasi kebakaran yang terjadi. Penegasan sanksi hukum yang diberikan kepada pelaku pembakaran
juga
belum
B. TINJAUAN PUSTAKA
dapat
menimbulkan efek jera. Standar dan tujuan
Implementasi kebijakan merupakan
kebijakan yang belum efektif, akses jalan
salah satu tahapan dalam proses kebijakan
menuju lokasi yang masih minim dan sulit
publik yang dilaksanakan setelah sebuah
dijangkau, serta partisipasi atau hubungan
kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang
kerjasama antar pihak implementor dan
jelas.
masyarakat (petani dan perusahaan) belum
kebijakan
berjalan efektif.
kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
Fokus
perhatian
menyangkut
implementasi kejadian
dan
pedoman-pedoman kebijakan Negara yang Fokus Penelitian
mencakup,
baik
usaha-usaha
untuk
Adapun fokus penelitian yaitu faktor-
mengadministrasikannya maupun untuk
faktor yang menyebabkan implementasi
menimbulkan akibat dampak nyata pada
kebijakan pengendalian kebakaran hutan
masyarakat atau kejadian-kejadian.
dan lahan di Kabupaten Sintang belum optimal.
Secara garis besar menurut Solichin (dalam Anggara, 2012:538) mengatakan 6
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
bahwa
fungsi
membentuk
implementasi
suatu
memungkinkan
adalah
hubungan
dapat
diimplementasikan
maka
akan
ataupun
menjadi percuma. Dalam derajat lain
aaran kebijakan publik diwujudkan ebagai
Mazmanian dan Sabatier (dalam Agustino,
hasil
yang
2014:139) mendefinisikan implementasi
dilakukan oleh pemerintah. Maka dari itu
kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan
implementasi kebijakan pada prinsipnya
kebijaksanaan
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
bentuk undang-undang, namun dapat pula
mencapai tujuannya, tidak lebih dan
berbentuk
kurang.
keputusan-keputusan
akhir
tujuan-tujuan
yang
sebaik apapun suatu kebijakan jika tidak
(outcome)
Untuk
kegiatan
mengimplementasikan
dasar,
biasanya
dalam
perintah-perintah
atau
eksekutif
yang
kebijakan publik, maka ada dua pilihan
penting atau keputusan badan peradilan.
langkah
Lazimnya,
yang
ad
mengimplementaikan
yaitu
langung
dalam
bentuk
keputusan
mengindentifikasi masalah yang ingin
program-program atau melalui formulasi
diatasi,
kebijakan
menstrukturkan
derivate
atau
turunan
dari
kebijakan tersebut. Kamus
Webster
tersebut
dan
berbagai atau
cara
untuk
mengatur
proses
implementasinya. dalam
Widodo
Menurut Van Meter dan Van Horn
(2012:86) implementasi diartikan sebagai
(dalam Tachjan, 2008:39) mengatakan
“to provide the means for carrying out
bahwa setidaknya ada enam variabel yang
(menyediakan sarana untuk melaksanakan
mempengaruhi kinerja kebijakan publik,
sesuatu); to give practical effects to
antara lain:
(menimbulkan dampak/akibat terhadapa
1. Standar dan sasaran kebijakan
sesuatu)”.
2. Sumber Daya
Implementasi
berarti
menyediakan sarana untuk melaksanakan
3. Karakteristik Organisasi Pelaksana
suatu kebijakan dan dapat menimbulkan
4. Komunikasi antar oganisasi terkait dan
dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu. Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno,
2008:146)
mengemukakan
implementasi kebijakan sebagai tindakantindakan yang dilakukan individu-individu
kegiatan-kegiatan pelaksanaan 5. Sikap pelaksana (disposisi) 6. Lingkungan
sosial,
ekonomi,
dan
penulis
lebih
politik Dalam
penelitian
(kelompok-kelompok) pemerintah swasta
memfokuskan pada teori Van Meter dan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-
Van Horn
tujuan
dalam
standar dan sasaran kebijakan, sumber
keputuan kebijakan sebelumnya. Untu itu
daya, karakteristik organisasi pelaksana,
yang
telah
ditetapkan
(dalam Tachjan, 2008:39):
7 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksana
pelaksanaan,
(disposisi),
dan
C. METODE PENELITIAN
sikap
lingkungan
sosial, ekonomi dan politik. Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/MenhutII/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 1) Kebiasaan petani dan perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran hutan/lahan dalam membuka lahan. 2) Standar dan tujuan kebijakan terkait pengendalian kebakaran hutan dan lahan masih belum optimal. 3) Belum optimalnya partisipasi dari masyarakat (petani dan perusahaan) dalam mendukung upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan. 4) Ketersediaan sumber daya yang masih mencukupi baik sumber daya manusia maupun sumber daya sarana prasarana 5) Akses jalan yang belum memadai 6) Penegakan hukum yang masih belum tegas Van Metter dan Van Horn (dalam Tachjan, 2008:39) a. Standar dan sasaran kebijakan b. Sumber Daya c. Karakteristik Organisasi Pelaksana d. Komunikasi antar oganisasi terkait dan kegiatankegiatan pelaksanaan e. Sikap pelaksana (disposisi) f. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik
Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif. Tempat dan waktu penelitian
dilaksanakan
di
Kantor
Manggala Agni Daerah Operasi Sintang. Alasan penulis mengambil tempat pada Kantor Manggala Daerah Operasi Sintang didasarkan terdapat
pada
pertimbangan,
permasalahan
yang
yaitu
diangkat
terkait pengendalian kebakaran hutan dan lahan di w ilayah Kabupaten Sintangserta informasi
yang
diperlukan
dalam
mendukung penelitian ini.
Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian yang penulis laksanakan yaitu bertempat di Kantor Manggala Agni Daerah Operasi Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan
g. Hasil Yang Diharapkan Kebijakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang dapat berjalan secara efektif dan efisien, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam mendukung dan menyukseskan pelaksanaan kebijakan tersebut dan penegakan hukum yang tegas, sehingga Kabupaten Sintang terbebas dari masalah kebakaran huta dan lahan.
Barat di Jalan Kelam (Akcaya 1) KM 1 Kelurahan Akcaya Kecamatan Sintang Provinsi Kalimantan Barat.
Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek penelitian ini adalah: 1. Kepala Daerah Operasi Kabupaten Sintang 2. Kepala
Regu
Manggala
Agni
Kabupaten Sintang 3. 3 orang masyarakat pemilik lahan di Kabupaten Sintang 8 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Instrumen Penelitian Dalam
penelitian
1. Standar dan Sasaran kebijakan
kualitatif
instrumen
Dalam
mengimplementasikan
penelitian memuat tentang instrumen kunci
kebijakan standar dan sasaran daripada
dan instrumen bantu. Instrumen kunci
suatu kebijakan harus jelas dan terukur
dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri,
sehingga dapat direalisir. Apabila standar
sedangkan yang menjadi instrumen bantu
dan sasaran kebijakan kabur, maka akan
antara lain:
terjadi
a) Pedoman wawancara,
multiinterpretasi
dan
mudah
yaitu sebuah
menimbulkan konflik diantara para agen
kegiatan mewawancari sumber-sumber
implementasi. Seperti halnya juga untuk
yang berkaitan dengan permasalahan
mengimplementasikan
yanhg diangkatndalam penelitian ini
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
serta disusun tidak hanya berdasarkan
Kabupaten Sintang, standar dan sasaran
tujuan
juga
kebijakan menjadi hal yang sangat penting.
berkaitan
Sebuah pemahaman dalam mengendalikan
penelitian,
berdasarkan
teori
tetapi yang
dengan masalah yang diteliti.
kebakaran
hutan
kebijakan
dan
lahan
sangat
b) Pedoman observasi, digunakan agar
didukung oleh seberapa jauh dan besar
penulis dapat melakukan pengamatan
sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh
sesuai
implementor terkait tujuan dan sasaran
dengan
Pedoman
tujuan
observasi
penelitian.
ini
disusun
berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara.
kebijakan itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis
menyimpulkan
bahwa
faktor
standar dan sasaran kebijakan dalam mengimplementasikan
kebijakan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan
D. HASIL
masih belum efektif. Tujuan kebijakan Dalam hal permasalahan faktor-
sudah dipahami oleh beberapa pihak
faktor yang menyebabkan implementasi
terkait, namun untuk sasaran kebijakan
kebijakan pengendalian kebakaran hutan
masih belum tepat. Walaupun kegiatan
dan lahan di Kabupaten Sintang belum
sosialisasi sudah sering dilakukan namun
optimal
kebiasaan
membahas
terdapat
enam
mengenai
poin
yang
faktor-faktor
tersebut, antara lain sebagai berikut:
perusahaan)
masyarakat dalam
(petani
membuka
dan lahan
pertanian dengan cara membakar sulit untuk ditinggalkan. Ditambah lagi solusi atau alternatif yang tepat selain dari 9
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
kegiatan membakar belum dirasakan oleh
yang dilaksanakan oleh Manggala Agni,
masyarakat. Untu itu, terkait hal ini pihak
kebutuhan akan sumber daya masih belum
implementor diharapkan lebih efektif lagi
tercukupi. Hal ini dapat dilihat dari
melakukan sosialisasi dan pengontrolan
ketersediaan personil Manggal Agni di
terkaiat
Kabupaten Sintang sebanyak 60 orang.
aktifitas
masyarakat
dalam
bercocok tanam.
Jumlah
sedemikian
dirasakan
belum
banyaknya
masih
mencukupi
dalam
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan
2. Sumber Daya Syarat berjalannya suatu organisasi
khususnya
pemadaman.
Selain
itu,
baik itu swasta ataupun negeri adalah
diketahui juga bahwa terkait sumber daya
kepemilikan
terhadap
daya
dana ternyata masih belum memadai. Dan
(resources).
Untuk
itu
dalam
dari sumber daya sarana pasarana ternyata
kebijakan
perlu
masih minim, dimana terdapat sejumlah
adanya dukungan sumberd daya baik
peralatan perlengkapan pemadaman yang
sumber daya manusia maupun sumber
rusak dan kurang efektif untuk di lapangan,
daya lainnya yang mendukung, supaya apa
seperti
yang menjadi tujuan kebijakan dapat
perlengkapan komunikasi (HT).
mengimplementasikan
sumber
mesin pemadam, selang,
dan
diwujudkan dan direalisasikan secara baik, efektif, dan efisien. Dalam
3. Karakteristik Organisasi Pelaksana
penelitian
permasalahan
ini
pengendalian
terkait
Dalam
pengimplementasian
kebakaran
kebijakan, karakteristik dari para pelaksana
hutan dan lahan di Kabupaten Sintang
kebijakan harus tegas dan membina pada
tentunya
aturan serta taat pada sanksi yang berlaku.
sanagat
memerlukan
adanya
sumber daya yang mendukung. Seperti
Hal
sumber daya manusia, dana, dan sarana
implementasi
prasarana
dalam
dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta
pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan
cocok dengan para agen pelaksananya,
dan lahan di Kabupaten Sintang agar dapat
sebab berkaitan dengan konteks kebijakan
terlaksana secara efektif dan efisien.
yang akan dilaksanakan dan pada beberapa
yang
menunjang
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan
permasalahan
penting
karena
kebijakan
akan
kinerja sangat
kebijakan dituntut pelaksana kebijakan
tersebut
yang ketat dan disiplin. Berdasarkan hasil
dalam
penelitian dan wawancara yang penulis
kebijakan
lakukan terkait pelaksanaan kebijakan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
diketahui
terkait
ini
bahwa
pengimplementasian
10 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Kabupaten Sintang, penulis melihat kinerja
5. Sikap Pelaksana (Disposisi)
yang dilaksanakan oleh pihak implementor
Salah
satu
faktor
juga
sudah sesuai dengan Standar Operasional
mempengaruhi
Prosedur (SOP) yang ditetapkan. Hal ini
kebijakan
dapat
persiapan
Disposisi adalah aspek ang berkaitan
pencegahan kebakaran hutan hingga pada
dengan bagaimana sikap dan komitmen
tahapan
para pelaksana terhadap program, dimana
dilihat
hutan,
mulai
dari
penanganan selain
itu
pasca juga
kebakaran
dilaksanakan
kinerja
yang
adalah
pelaksana
sikap
kebijakan
implementor implementor.
kadangkala
kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam
bermasalah apabila ang terkait didalamna
rangka
terjadinya
tidak dapat menjalankan kebijakan dengan
kebakaran hutan dan lahan. Kejelasan
baik. Apabila pelaksana memiliki disposisi
dalam
yang baik, maka dia akan melaksanakan
menanggulangi
penyampaian
tujuan
kebijakan
sudah baik dilaksanakan.
kebijakan tersebut dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan,
4. Komunikasi Antar Oganisasi Terkait Dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan Komunikasi keberhasilan
sangat
pencapaian
menentukan tujuan
yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses pelaksanaan suatu program tidak
akan
berjalan
implementasi suatu kebijakan. Berdasarkan
Berdasarakan
hasil
wawancara
hasil penelitian dan wawancara yang
penelitian yang penulis lakukan, bahwa
penulis lakukan, dalam upaya pencapaian
dalam hal ini respon dan pemahaman akan
keberhasilan
keijakan
kebijakan oleh implementor (Manggala
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
Agni) sudah sangat baik dan efektif
Kabupaten Sintang yang dilaksanakan oleh
dilakukan. Hal ini dapat dilihat bagaimana
Manggala
menjadi
kinerja yang dilakukan di lapangan yaitu
sangat penting untuk dilakukan. Terkait
dimana pihak implementor secara langsung
dengan
berbaur
implementasi
Agni
komunikasi
implementasi
dari
sedangka jika pelaksana memiliki sikap
kebijakan
juga
dan
berkomunikasi
efektif. dan
dengan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
masyarakat terkait implementasi kebijakan
Kabupaten Sintang, proses penyampaian
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
informasi
Kabupaten Sintang. Sedangkan terkait
sudah
sesuai
dengan
sebagaimana mestinya sebagaimana yang
kegiatan
pengawasan
dalam
hal
ini
telah ditetapkan.
dilakukan melalui kegiatan patroli dan groundcek lapangan ke daerah/wilayah yang rawan terjadi kebakaran, sehingga 11
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
kebakaran yang mungkin saja bisa terjadi
kegiatan ang dilakukan berada di luar
dapat diminimalisir sedini mungkin.
ruangan.
6. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan
Rekomendasi Terkait permasalahan yang penulis angkat,
Politik Dalam
mengimplementasikan
kebijakan
harus
kekondusifan
meperhatikan
kondisi
lingkungan
berikut terdapat beberapa hal yang penulis rekomendasikan, sebagai berikut: 1. Partisipasi Masyarakat
eksternal. Sebab variabel ini mencakup
Dalam
mengimplementasikan
sumber daya ekonomi lingkungan ang
suatun kebijakan diperlukan adana
dapat
kerjasama antar pihak implementor,
mendukung
implementasi
kebijakan,
keberhasilan sejauh
kelompok-kelompok
mana
kepentingan
instansi
terkait
dan
target
group
(masyarakat). Jika tidak ada kerjasama
memberikan dukungan bagi implementasi
antara
kebijakan, karakteristik para partisipan
tujuan kebijakan ang ingin dicapai akan
yakni mendukung atau menolak, bagaiman
sulit
sifat opini publik yang ada di lingkungan,
halnya dalam pengendalian kebakaran
dan
mendukung
hutan dan lahan di Kabupaten Sintang
implementasi kebijakan. Keadaan ekonomi
diperlukan kerjasama terutama antara
masyarakat adalah salah satu keadaan yang
pihak masyarakat dan implementor.
dapat
dalam
Berdasarakan penelitian yang penulis
pengendalian
lakukan di lapangan, kerjasama antara
kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
pihak implementor dan masyarakat
Sintang. berdasarkan wawancara yang
masih kurang optimal. Hal ini dilihat
penulis
dari
apakah
elite
mendukung
implementasi
politik
keberhasilan
kebijakan
lakukan
diketahui
bahwa
pihak-pihak
tersebut
maka
untuk diwujudkan. Demikian
bagaimana
komunikasi
permasalahan kebakaran hutan dan lahan
dilakukan
sangat mengganggu aktivitas kehidupan,
implementor dalam hal perizinan atau
sebab akibat dari kebakaran tersebut
pelaporan untuk melakukan aktivitas
menimbulkan
peumbakaran
polusi
udara
yang
masyarakat
yang kepada
pembukaanlahan
dikarenakan kepulan asap kebakaran cukup
perkebunan maupun pertanian. Jika
hebat. Selain itu jika dilihat dari segi
kebakaran sudah terjadi dan mulai
ekonomi,
mengakibatkan
meluas hingga melewati kawasannya,
produksi sumber daya alam berkurang dan
barulah mendatangi kantor Manggala
tentu
saja
terhambatnya aktivitas masyarakat dimana 12 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Agni untuk meminta bantuan dalam
dalam pengendalian kebakaran tersebut
melakukan pemadaman.
terutama dalam pemadaman, tentu diperlukan
akses
jalan
yang
mendukung. Berdasarkan penelitian
2. Penegakan Hukum Dalam suatu kebijakan tentu akan
yang penulis lakukan kondisi akses
ada tindakan hukum dan sanksi bagi
jalan dalam pelaksanaan pengendalian
yang melanggar. Demikian halnya
kebakaran
dengan
Kabupaten
kebijakan
kebakaran
hutan
pengendalian lahan
dan
Sintang
lahan
di
terkadang
di
mengalami kendala. Hal ini terlihat
Kabupaten Sintang tentu saja terdapat
ketika melakukan pemadaman, jalan
aturan hukumnya. Kejadian kebakaran
yang
hutan dan lahan yang kerap terjadi di
kendaraan roda empat bahkan juga
Kabupaten Sintang setiap tahunnya
kendaraan roda dua. Selain itu letak
perlu dilakukan penindakan hukum
terjadinya kebakaran yang berada di
yang tegas agar dapat menciptakan
dalam kawasan dalam hutan juga sulit
efek jera bagi si pelaku pembakaran.
diakses tanpa menggunakan kendaraan.
Berdasarkan
dan
hutan
penelitian
dilewati
sulit
diakses
oleh
yang
Untuk itu dalam hal ini akses jalannya
penulis lakukan, penegakan hukum di
masih minim dan kurang mendukung
Kabupaten Sintang terkait larangan
untuk mencapai
membakar hutan dan lahan dalam
kebakaran hutan dan lahan.
tujuan pengendalian
pembukaan lahan masih belum tegas. Hal ini dapat dilihat dimana masih sering terjadi kebakaran hutan dan
E. KESIMPULAN
lahan setiap tahunnya yang berulangulang.
Pelaku
pembakaran
tidak
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
ditindaki secara tegas, sehingga terus melakukan kesalahan yang sama.
Tujuan kebijakan pengendalian kebakaran
hutan
dan
lahan
ang
diterapkan di Kabupaten Sintang sudah
3. Akses Jalan Sebagaimana yang diketahui bahwa
dipahami oleh beberapa, namun terkait
pelaksanaan
yang
kebakaran
kegiatan hutan
sasaran
daripada
kebijakan dirasakan masih belum tepat.
Kabupaten Sintang kerap terjadi di
Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan
lahan
pada
sosialisasi dan penyuluhan dimana
kawasan. Untuk mencapai keberhasilan
masih terkendala oleh permasalahan
dan
lahan
menjadi
di
masyarakat
dan
pengendalian
juga
13 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
waktu dan perencanaan yang kurang efektif.
4. Komunikasi Antar Oganisasi Terkait Dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan Penyampaian
2. Sumber Daya Jika dilihat dari kebutuhan sumber
informasi
terkait
kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan
di
Kabupaten
Sintang
daya terutama kebutuhan sumber daya
dilakukan melalui kegiatan patroli
dalam mengendalikan kebakaran hutan
pencegahan,
dan lahan di Kabupaten Sintang masih
penyuluhan, pendidikan dan pelatihan,
belum mencukupi, namun juga kerap
serta apel siaga. Untuk itu dalam hal ini
kali mendapatkan bantuan dari instansi
komunikasi yang dilakukan oleh pihak
terkait seperti Damkar, BPBD dan
implementor (Manggala Agni) kepada
TNI/POLRI.Demikian halnya terkait
target group dikatakan sudah sangat
sumber daya anggaran juga belum
baik dilakukan. Kejelasan informasi
mencukupi, dan sumber daya sarana
dari pembuat kebijakan kepada pihak
prasarana dimana terdapat beberapa
implementor dan target group juga
prasarana yang belum optimal untuk
sudah jelas. Untuk konsistensi, para
digunakan di lapangan.
pihak pelaksana sudah menjalankan
sosialisasi
dan
tugas dan tanggung jawabnya sesuai 3. Karakteristik Organisasi Pelaksana
dengan informasi yang disampaikan.
Seluruh tahapan dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang sudah
5. Sikap Pelaksana (Disposisi) Secara
respon
pelaksana
dilaksanakan sesuai dengan standar
kebijakan sudah cukup baik dimana
operasional prosedur ang ditetapkan,
dapat
selain itu juga proses penyebaran
dilakukan
dalam
tanggung jawab kepada instansi terkait
permasalahan
terkait
yang juga mendukung dalam rangka
kebakaran hutan dan lahan ang terjadi.
pengendalian kebakaran hutan dan
Disini juga cukup terlihat bagaimana
lahan sudah baik, begitupun kepada
pengontrolan yang dilakukan guna
pihak masyarakat namun partisipasi
meminimalisir terjadinya kebakaran
perlu ditingkatkan.
yaitu melalui kegiatan patroli dan
menentukan
yang
terbaik
menangani pengendalian
grouncek lapangan.
14 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
6. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan
8. Penegakan Hukum Kejadian kebakaran hutan dan
Politik Kondisi sosial dan ekonomi saat
lahan yang kerap terjadi di Kabupaten
terjadi kebakaran hutan dan lahan
Sintang
sangat mempengaruhi kehidupan sosial
dilakukan penindakan hukum yang
masyarakat.
tegas agar dapatmenciptakan efek jera
kebakaran
Dimana tersebut
akibat
dari
menimbulkan
bagi
setiap
pelaku
tahunnya
pembakaran.
penegakan
sehingga
aktivitas
Sintang masih kurang efektif, hal ini
masyarakat lain di luar ruangan. Selain
dapat dilihat dari penindakan kasus
itu juga mengakibatkan sumber daya
kebakaran
alam yang dimiliki semakin berkurang,
menimbulkan
sehingga terjadi penurunan pendapatan
pembakaran.
bagi masyarakat yang memanfaatkan
kebakaran terus menerus terjadi setiap
hasil alam.
tahunnya.
7. Partisipasi Masyarakat
di
Terkait
produksi asap yang cukup banyak menghambat
hukum
perlu
yang
Kabupaten
tidak
dapat
efek jera bagi pelaku Sehingga
kejadian
9. Akses Jalan
Untuk mencapai tujuan dalam
Terkait
pelaksanaan
kebijakan
pelaksanaan suatu kebijakan maka
pengendalian kebakaran hutan dan
diperlukan partisipasi yang mendukung
lahan di Kabupaten Sintang, tentu
dari
dalam pencapaiannya diperlukan akses
sasaran
kebijakan,
masyarakat.Terkait
yaitu
permasalahan
jalan
yang
mendukung.
Hal
ini
kegiatan pengendalian kebakaran hutan
bertujuan untuk mendukung dalam
dan lahan di Kabupaten Sintang, peran
pencapian
dan partisipasi dari masyarakat masih
Kabupaten Sintang akses jalan yang
kurang efektif. Hal ini dilihat dari
dilalui
bagaimana komunikasi yang dilakukan
kendaraan roda dua maupun roda
masyarakat kepada implementor dalam
empat terkadang mengalami kesulitan
hal perizinan atau pelaporan untuk
dalam
melakukan
pembakaran
kebakaran. Disamping jalannya yang
pembukaan lahan perkebunan maupun
penuh semak, juga terdapat jalan yang
pertanian.
memang tidak bias dilewati oleh
aktivitas
tujuan
masih
menuju
kebijakan.
belum
lokasi
Di
mendukung,
terjadinya
kendaraan dan harus berjalan kaki. 15 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
ditingkatkan baik dari sumber daya
F. SARAN
manusia yang dimana perlu diberikan pendidikan dan pelatihan secara efektif
1. Standar dan Sasaran Kebijakan Terkait pernasalahan yang terjadi
dan efisien, kebutuhan akan anggaran
dimana kebakaran hutan dan lahan di
yang perlu dikelola dengan baik, serta
Kabupaten
sarana prasarana yang perlu diperbarui
Sintang
sulit
untuk
dikendalikan maka kinerja dari pihak
pengadaannya
implementor
dalam mencapai tujuan kebijakan.
dalam
penyampaian
agar
lebih
optimal
tujuan kebijakan perlu diefektifkan kepada sasaran kebijakan secara lebih
3. Karakteristik Organisasi Pelaksana
jelas. Hal ini perl dilakukan untuk
Dalam
menaik minat bagi masyarakat untuk
pengendalian
terus
lahan SOP yang dimiliki perlu untuk
bersama-sama
menjaga
pelaksanaan
kegiatan
kebakaran hutan dan
lingkungan kawasan hutan. Selain itu
diefisienkan
lagi,
dan
lebih
juga diharapkan pihak implementor
bertanggung
jawab
lagi
dalam
(Manggala Agni) dapat melakukan
mengemban tugas yang diamanahkan
perencanaan kegiatan dengan baik
demi kepentingan, kenyamanan dan
dalam melakukan kegiatan sosialisasi,
keselamatan bersama
patroli dan kegiatan lainnya terkait pengendalian kebakaran hutan dan
4. Komunikasi Antar Oganisasi Terkait
lahan, sehingga apa yang menjadi
Dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan
tujuan kebijakan dapat direalisasikan dengan baik dan sesuai harapan.
Kegiatan
sosialisasi
perlu
ditingkatkan lagi, kemudian kejelasan informasi perlu disampaikan dengan lebih
2. Sumber Daya Sebagaimana
yang
telah
jelas
dan
efektif
kepada
masyarakat agar lebih dipahami. Selain
dikemukakan sebelumnya pada bagian
itu
pemasangan
pembahasan
diperbanyak
dan
kebutuhanakansumberdayasangatpenti
komunikasi
yang
ngdalampencapaiantujuankebijakan.
masyarakat.
baliho tetap
perlu menjalin
baik
dengan
Untuk itu dalam hal ini kebutuhan akan sumber daya dalam mengendalikan kebakaran Kabupaten
hutan
dan
Sintang
lahan
perlu
di
untuk
5. Sikap Pelaksana (Disposisi) Diharapkan
implementor
untuk
lebih aktif dalam menjalankan tugas 16
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
dan kewajibannya sehingga kebakaran
Terkait permasalahan akses jalan,
hutan dan lahan yang terjadi khususnya
maka dalam pengendalian kebakaran
di
Kabupaten
Sintang
dapat
hutan dan lahan di Kabupaten Sintang,
Kemampuan
yang
akses jalan yang ada perlu untuk
dan
diperhatikan hal ini bertujuan untuk
dipergunakan dengan sebaik mungkin
memudahkan dalam pencapaian tujuan
sehingga mampu bekerjasama dalam
kebijakan sehingga kebakaran hutan
team dengan lebih sportif.
dan lahan dapat diminimalisir. Selain
diminimalisir. dimiliki
terus
dikembangkan
itu diperlukan juga kerjasama dalam 6. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan
membenahkan akses jalan sehingga dapat dilalui oleh kendaraan baik roda
Politik Diharapkan
lebih
peduli
dan
empat dan roda dua.
memperhatikan serta dapat bekerja sama
dan
berpartisipasi
dalam
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan
tanpa
ada
unsur
politik Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
didalamnya.
7. Partisipasi Masyarakat Diharapkan dengan
lebih
mengikuti
optimal
lagi
pendidikan
dan
pelatihan, sosialisasi, dan penyuluhan terkait pengendalian kebakaran hutan sehingga dapat mewujudkan wilayah yang
bersih
G. REFERENSI
asap
dan
mencintai
lingkungan.
Anggara, Sahya. 2012. Ilmu Administrasi Negara: Kajian Konsep, Teori, dan Fakta dalam Upaya Menciptakan Good Governance. Bandung: Pustaka Setia. Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta: Grasindo.
8. Penegakan Hukum Diharapkan penegakan hukum yang ada lebih tegas agar setiap pelaku pembakaran dapat merasa jera dan
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Purbawaseso, Bambang. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan Suatu Pengantar. Banjarbaru: Rineka Cipta.
lebih mencintai lingkungan terutama kawasan hutan. 9. Akses Jalan
Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan Publik: Konsep. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 17
Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Sugiyono. 2-1-. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan.
-----. 2012. Memahami Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Jurnal:
Penelitian
-----. 2013. Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tachjan. 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Truenorth. Suharto, Edi. 2011. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Widodo, Joko. 2012. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.
Peraturan Peraturan: Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: 21& 22/KPTS/DJ-IV/2002 tentang Pedoman Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia dan Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Barat& Kalimantan Tengah.
Ghazali, Al. 2015. Implementasi Kebijakan Perlindungan dan Keamanan Hutan dan Rehabilitas Hutan dan Lahan di Kabupaten Enrekang. http://reposotoru.unhas.ac.id:4001/digilib/g dl.php?mod:browse&op=read&id=-alghazali18986&PHPSESSID=4c66fe2b868481619 19da3e320170. Yuliani, Febri. 2011. Implementasi Kebijakan Pengendalian kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. http://jurnal.unpad.ac.id/ijad/article/view/2 643.
Sumber lainnya: https://kertyawitaradya.wordpress.com/201 0/04/13/implementasi-kebijakan-publikmodel-Van-meter-van-horn-the-policyimplementation-process/ https://alamendah.org/2011/08/27/dampakkebakaran-hutan/\ http://pengertiandefinisi.blogspot.co.id/2012/ 04/pengertian-dan-definisi-kebakaranhutan.html
Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.3/IV-SET/2014 tentang Organisasi Manggala Agni dan ilayah Kerja Daerah Operasi Pengendalian Kebakaran Hutan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan. 18 Yoti Meysela Haryani, NIM. E21112021 Prodi Ilmu Administrasi Fisip UNTAN