KARYA ILMIAH
IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN
OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST NIP : 132 306 867
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 200 7
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Implementasi Jaringan Optik Transparan
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi optik (DWDM) yang didorong oleh kebutuhan akan kapasitas transmisi yang sangat besar telah mengakibatkan perubahan yang cepat dalam penyediaan kapasitas bandwidth yang besar dalam jaringan. Sistem transport kanal dalam domain panjang gelombang ini memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi penyelenggara jaringan dalam memenuhi kebutuhan yang ada baik masa kini maupun masa yang akan datang. Namun berkembangnya teknologi ini juga menyebabkan perubahan dalam sistem switching dan multiplexing dalam jaringan transmisi. Dimana kebutuhan akan konversi sinyal optik ke dalam sinyal elektrik dalam proses switching, multiplexing dan penguatan, kini mulai dipertimbangkan untuk digantikan oleh sistem full optic, karena kebutuhan dan efisiensi. Oleh karena itu, bagaimanakah kesiapan jaringan full optic ini dalam menciptakan suatu jaringan optik yang transparan, jika ditinjau dari kesiapan perangkat. Hal ini menjadi pokok utama dalam tulisan ini. Teknologi jaringan optik (DWDM) saat ini diyakini akan menjadi teknologi yang berperan di masa depan. Dimana banyak kajian dari berbagai lembaga riset menyatakan dan meyakini bahwa perkembangan teknologi di masa depan, yang akan didominasi oleh trafik paket switch, akan ditentukan oleh faktor perkembangan teknologi service node-nya saja (perangkat packet swicth), karena sudah tidak ada keraguan bahwa di sisi jaringan transport hanya DWDM yang merupakan kandidat utama untuk mendudukinya. Dan kemampuan dari service node akan dipengaruhi oleh kemampuan dari teknologi DWDM dalam menyediakan kapasitas besar dalam jaringan. Terbukti teknologi DWDM ini memang memiliki keunggulan dalam hal tersebut. Secara umum ada beberapa alternatif cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan kapasitas akibat perkembangan trafik yang sangat cepat, yaitu : •
Menambah fiber Jika tidak ada core fiber yang tersisa, maka diperlukan upaya penanaman kabel yang berisi sejumlah core fiber, dengan memperhitungkan ketersediaan duct
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
yang ada (terutama untuk kabel jenis conduit). Cara ini selain agak rumit juga relatif mahal. •
Memperbesar kecepatan transmisi Penggantian perangkat/modul eksisting dengan sistem/kapasitas yang baru (Sistem SDH kapasitas STM-64) dengan kapasitas yang lebih besar. Cara ini menemui hambatan dengan keterbatasan kapasitas terbesar sistem SDH (STM-64).
•
Mengimplementasikan WDM Cara lain yang jauh lebih ekonomis dan berorientasi ke masa depan adalah dengan menerapkan sistem WDM. Sistem WDM ini memanfaatkan sistem SDH yang sudah ada (solusi terintegrasi) dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada, pada domain l, pada komponen pasif WDM.
Gambar 1. Sistem DWDM
Dengan pemenuhan
memperhatikan kapasitas
faktor
jaringan
ekonomis,
jangka
fleksibilitas
panjang,
maka
dan
kebutuhan
solusi
untuk
mengimplementasikan DWDM merupakan yang paling cocok, terutama jika dorongan pertumbuhan trafik dan proyeksi kebutuhan trafik masa depan terbukti sangat besar.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Secara umum ada beberapa faktor yang menjadi landasan pemilihan teknologi DWDM ini, yaitu: •
Menurunkan biaya instalasi awal, karena implementasi DWDM berarti kemungkinan besar tidak perlu menggelar fiber baru, cukup menggunakan fiber eksisting (sesuai ITU-T G.652 atau ITU-T G.655) dan mengintegrasikan perangkat SDH eksisting dengan perangkat DWDM
•
Dapat dipakai untuk memenuhi demand yang berkembang, dimana teknologi DWDM mampu untuk melakukan penambahan kapasitas dengan orde n x 2,5 Gbps atau n x 10 Gbps (n= bilangan bulat).
•
Dapat mengakomodasikan layanan baru (memungkinkan proses rekonfigurasi dan transparency). Hal ini dimungkinkan karena sifat dari operasi teknologi DWDM yang terbuka terhadap protokol dan format sinyal (mengakomodasi format frame SDH).
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
B. DWDM
Menurut definisi teknologi DWDM dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4, 8, 16, 32, dan seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Jumlah panjang gelombang yang saat ini sudah distandarkan secara lengkap oleh ITU-T adalah 16 panjang gelombang (rekomendasi ITU-T seri G.692). Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuannya dalam hal ini diyakini banyak orang akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditramsmisikan dalam satu fiber (saat ini ada yang sudah mampu hingga sekitar 400 panjang gelombang). Jumlah panjang gelombang yang dimungkinkan untuk ditransmisikan dalam jaringan ini terus berkembang karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1.
Kemampuan core fiber yang mengacu kepada rekomendasi ITU-T seri G.655 Jenis fiber yang sesuai dengan rekomendasi ITU-T seri G.655 adalah jenis fiber yang memiliki karakteristik umum Non Zero Dispersion Shifted, yaitu jenis fiber yang memiliki perlakuan dispersi tidak nol namun juga tidak lebar. Dispersi adalah peristiwa pembelokan cahaya karena ketidaksempurnaan bahan optik. Dispersi yang terlalu besar akan menyebabkan kesalahan pada pembacaan signal, karena terlalu lebarnya signal. Sedang jika dispersi terlalu kecil juga akan menyebabkan
kesalahan,
karena
"terlalu
rampingnya"
signal.
Untuk
mendapatkan fiber dengan dispersi optimal, dikembangkan jenis fiber NZDF. Disamping itu keunggulan dari jenis fiber ini adalah mengoptimalkan area yang dikenal dengan nama ‘blue band’ sebagai daerah ekspansi untuk pengalokasian jumlah panjang gelombang (berada di area 1560 nm). Secara garis besar keuntungan pemanfaatan fiber NZDS adalah: •
Tidak ada kompensasi yang diperlukan untuk mengeleminasi efek dispersi pada kecepatan 10 Gbs
•
Jarak yang lebih panjang dapat ditempuh pada kecepatan transmisi 10 Gbs
•
Mampu mengakomodasikan perkembangan trafik untuk kecepatan 40 Gb/s
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Area yang dioptimalkan pada sistem DWDM adalah seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Spektrum fiber optik
2.
Sistem DWDM mampu untuk mengakomodasi karakteristik fiber yang mengacu pada rekomendasi ITU-T seri G.652 dan G.653, yang umum digunakan pada jaringan eksisting.
3.
Channel Spacing, pengembangan sistem DWDM oleh masing-masing pabrikan dilakukan dengan mempersempit jarak antar panjang gelombang yang berdekatan, atau yang lebih dikenal dengan istilah channel spacing. Dalam rekomendasi ITU-T seri G.692 telah dinyatakan bahwa channel spacing (Gambar 3) yang mungkin adalah 50 GHz, 100 GHz dan 200 GHz atau lebih.
Gambar 3. Spektrum fiber optik
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
4.
Kemampuan komponen transmitter dan receiver Kemampuan transmitter dan receiver dalam mengirimkan dan menerima panjang gelombang
yang
mungkin
untuk
ditransmisikan
sangat
mempengaruhi
kemampuan dan performansi jaringan secara keseluruhan. Kedua komponen ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam mengalokasikan kanal yang akan ditransmisikan dan diterima dalam bentuk panjang gelombang. Komponen ini sebaiknya mampu untuk meredam efek-efek return loss dan interferensi antar sinyal yang berdekatan yang umum terjadi dalam jaringan optik DWDM. 5.
Kemampuan penguat optik (optical amplifier) Komponen penguat optik besar peranannya dalam perkembangan teknologi DWDM. Perangkat ini digunakan sebagai bagian dari sistem untuk memperbesar kemampuan jarak tempuh sinyal dengan melakukan proses penguatan sinyal dan proses 3R (reshaping, regenerating, dan retiming) dalam rangka menjaga kualitas sinyal di lokasi-lokasi titik antara (intermediate node). Kemampuan DWDM untuk meningkatkan kapasitas dengan menggunakan kabel eksisting (ITU-T G.652) adalah salah satu keunggulan utamanya. Dengan kemampuan tersebut, DWDM akan mengurangi kompleksitas dan biaya yang dibutuhkan dalam penambahan bandwitdh. DWDM memungkinkan penambahan kebutuhan bandwidth, yang dinyatakan dalam satuan panjang gelombang dalam jumlah besar secara cepat.
Gambar 4. Penguat Multi dan Tunggal
Salah satu jenis penguat optik yang diyakini akan memiliki peran yang besar di masa mendatang adalah optical amplifier EDFA (Erbium Dopped Fiber Amplifier). Penguat jenis ini melakukan proses penguatan sinyal optik, tanpa terlebih dahulu
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
melakukan proses konversi sinyal tersebut ke sinyal elektrik. Banyaknya panjang gelombang yang mampu dibawa oleh jaringan optik DWDM, terutama untuk long haul, akan dipengaruhi oleh kemampuan optical amplifier dalam melalukan seluruh panjang gelombang yang melewatinya dan melakukan proses penguatan yang setara untuk seluruh panjang gelombang tersebut. Oleh karena itu, perangkat ini harus memiliki kemampuan mendeteksi sinyal secara presisi dan memiliki tingkat keakuratan dan spacing yang sempit, akan lebih baik jika memiliki sifat tunable range dan tunable spacing. Perangkat ini merupakan salah satu perangkat yang berperan penting dalam rangka membangun jaringan optik transparan. Perkembangan teknologi DWDM selanjutnya akan diarahkan pada realisasi jaringan optik penuh atau jaringan optik transparan pada level jaringan backbone, dimana tidak ada lagi proses konversi sinyal elektrik dalam suatu mekanisme penyaluran sinyal dalam jaringan. Hal ini akan sangat mungkin terealisir jika kebutuhan dorongan pengolahan sinyal dalam kapasitas besar (optical signal) sudah sangat dibutuhkan dalam jaringan backbone. Beberapa keterangan berikut dibawah ini akan menjelaskan tentang jaringan optik transparan.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
C. Pengertian Jaringan Optik Transparan
Pengertian jaringan optik yang memiliki karakteristik transparan adalah suatu jaringan yang secara lengkap melakukan proses dalam domain optik di seluruh jaringan, dimulai dari saat sinyal optik tersebut dibentuk dan ditransformasikan ke dalam bentuk panjang gelombang, melewati jaringan dan tetap dijaga dalam domain optik, termasuk saat mengalami proses penguatan di titik antara (intermediate node), hingga mencapai tujuan akhir di bagian penerima.
Gambar 5. Jaringan Optik Transparan dan Opague
Seluruh proses tersebut dilakukan tanpa melakukan proses konversi sinyal ke dalam sinyal elektrik, diolah, dan kemudian dikonversikan lagi ke dalam sinyal optik (konversi OEO). Untuk jaringan optik yang mengalami proses konversi tersebut umum dikenal dengan nama jaringan optik opague. Diantara dua solusi yang ekstrim ini, terdapat juga solusi yang menggabungkan kedua jenis jaringan optik tersebut. Dimana perangkat jaringan optik yang bersifat transparan dan perangkat jaringan optik opague dipergunakan dalam jaringan yang sama, meskipun dipastikan akan ada beberapa perangkat mediasi untuk memberikan performansi yang terbaik.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
D. Kebutuhan Transparan
Kebutuhan akan jaringan optik transparan dapat diperlihatkan dari kebutuhan jaringan dengan kapasitas besar, terutama di sisi backbone untuk menyalurkan trafik dalam format optik, tanpa melakukan proses konversi OEO. Dengan implementasi jaringan optik transparan ada beberapa hal yang dapat diperoleh dan dipertimbangkan apakah jaringan tersebut memang dibutuhkan, yaitu: •
Jaringan optik transparan lebih murah dari jaringan opague. Pada jaringan opague diperlukan konversi OEO, dimana pada tiap node diperlukan sebuah penerima, sebuah transmitter dan perangkat elektronik yang sesuai seperti untuk kepentingan pass through sinyal. Dan kebutuhan untuk konversi tersebut dalam seluruh jaringan banyak jumlahnya, terutama untuk jaringan dengan jumlah node yang besar. Sedangkan pada jaringan transparan hal ini tidak dibutuhkan, sehingga perangkat yang dibutuhkan akan lebih rendah dari jaringan opague.
•
Jaringan transparan berfungsi bebas dari kecepatan pengiriman data dan format sinyal yang melewati sistem. Jika ada kebutuhan untuk menambah kecepatan pengiriman data atau penambahan jenis format sinyal baru yang akan diintegrasikan, cukup dengan melakukan proses upgrade perangkat yang menjadi sumber atau terminasi sinyal yang baru tersebut. Tidak diperlukan perubahan pada perangkat yang lain untuk membuat sistem ini berjalan dengan baik.
Pertimbangan-pertimbangan diatas dilihat dari sisi yang baik, namun perlu juga diperhatikan hal-hal berikut sebagai sisi lain dari kelemahan sistem jaringan optik transparan. Kelemahan-kelemahan itu antara lain adalah : •
Pada jaringan transparan proses penurunan kualitas sinyal akan terakumulasi dari tiap hop atau span yang dilintasi. Paramater-parameter kualitas sinyal seperti: S/N (optical signal to noise ratio), atau crosstalk sinyal optik akan terakumulasi sepanjang jaringan. Hal ini menunjukkan akan kebutuhan yang pasti dari kualitas sinyal sepanjang jaringan, sehingga perlu dilakukan proses disain dan engineering jaringan secara lengkap, sebelum tahapan implementasi dan penggelaran dimulai. Hal ini berbeda dengan jaringan opague yang dapat dilakukan pada tiap span, tergantung dari perkembangan jaringan. Bagi jaringan
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
transparan, hal diatas menunjukkan kompleksitas dari pengembangan jaringan transparan dan proses ugrade jaringan di masa depan, termasuk lebih mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan hal tersebut dibandingkan dengan jaringan opague. •
Dalam jaringan transparan merupakan hal yang kompleks untuk melakukan pengamatan kualitas dan identifikasi tiap-tiap sinyal. Sehingga manajemen jaringan dan penentuan lokasi fault adalah hal yang kompleks dan mahal jika dibandingkan dalam jaringan opague, termasuk tambahan perangkat seperti perangkat monitor spektrum yang dibutuhkan.
•
Dalam melakukan proses add dan drop merupakan hal yang tidak mudah dalam jaringan transparan dibandingkan dengan jaringan opague. Dalam jaringan transparan proses tersebut harus dilakukan dalam domain optik dan dibutuhkan perangkat tambahan untuk melakukan konversi ke sinyal optik, sedangkan dalam jaringan opague dengan mudah hal itu dilakukan dalam domain elektrik.
Dari penjelasan diatas memang sulit untuk menentukan solusi apa yang harus dipilih antara transparan dan opague. Namun penjelasan yang dilakukan pada tiap perangkat pendukung jaringan transparan akan menunjukkan bagaimana dan di sisi mana implementasi jaringan transparan ini akan menguntungkan.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
E. Perangkat Pendukung Jaringan Optik Transparan
Dalam mengimplementasikan jaringan transparan diperlukan dukungan dari perangkat-perangkat yang mampu untuk melakukan operasi dalam domain optik. Beberapa perangkat yang penting untuk implementasi jaringan optik transparan adalah: •
Penguat (in line amplifier)
•
Add drop Multiplexer
•
Cross Connects
Uraian dibawah ini akan menjelaskan ketiga perangkat diatas yang merupakan komponen pendukung implementasi jaringan optik transparan.
1. Penguat (in line amplifier) Struktur dasar dari suatu perangkat regenerator berjenis opague dan transparan adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 5. Pada regenerator opague, masukan sinyal yang berupa multi panjang gelombang dilalukan pada proses demultiplex untuk menjadi masing-masing sinyal asalnya. Pada tiap kanal dilakukan proses konversi OEO, dalam gambar 5 diindikasikan dengan perangkat Tr (Tranceiver). Dan sinyalsinyal tersebut dilalukan proses multiplex secara bersamaan untuk membentuk suatu sinyal output yang berupa sinyal multi panjang gelombang. Sedangkan
perangkat penguat optik transparan akan melakukan proses
penguatan semua kanal tanpa melakukan proses demultiplex dan multiplex sinyal tersebut untuk melakukan konversi OEO. Biaya untuk suatu pasangan demux/mux adalah setara dengan biaya sebuah perangkat penguat (optical amplifier). Sehingga perbedaan mendasar dari biaya kedua perangkat ini adalah terletak pada komponen transceiver. Hal ini menunjukkan bahwa solusi jaringan transparan akan memiliki biaya yang lebih murah, dengan perbedaan yang sangat significant, dibandingkan dengan solusi jaringan opague. Ditambah lagi adanya kemungkinan penambahan perangkat booster amplifier untuk menekan faktor optical losses pada multiplexer. Penambahan komponen ini akan menambah perbedaan biaya yang dibutuhkan untuk kedua jenis jaringan tersebut. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa dalam jaringan optik transparan perlu dilakukan proses disain dan engineering jaringan secara total dan
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
tepat, sehingga kebutuhan akan level daya SNR pada sisi penerima dapat dijaga kualitas dan performansinya. Dampak dari hal ini adalah diperlukan jenis penguat yang mampu untuk melakukan penguatan spektrum secara merata dan presisi, walaupun untuk ini akan menaikkan biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan jenis penguat yang dimaksud. Selain itu penguat optik memiliki keterbatasan dalam jumlah penguat maksimum yang dapat dioperasikan secara bersama (concatenated). Dalam sistem ini juga tidak dimungkinkan untuk melakukan monitor kualitas dari tiap kanal pada penguat, namun hal ini tidak menjadi masalah, jika faktor kemampuan penguat untuk memberikan penguatan yang sama pada tiap kanal dapat dipenuhi oleh komponen penguat optik. Dari uraian diatas, secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa jenis jaringan optik transparan menjadi solusi yang lebih menarik dari jaringan opague jika dilihat dari kemampuannya menggantikan komponen regenerator dengan penguat optik.
2. Add drop Multiplexer Perangkat selanjutnya yang potensial untuk mendukung konsep jaringan optik transparan adalah Add drop Multiplexer pada level optik. Proses yang akan didukung oleh perangkat ini dalam hal jaringan optik transparan adalah proses pass through trafik yang mungkin terjadi pada tiap node dalam jaringan. Proses pass through trafik dalam jaringan transparan, sekali lagi, dilakukan tanpa terlebih dahulu melalui proses konversi sinyal OEO. Kendala yang dihadapi adalah belum adanya teknik yang memadai untuk melakukan proses engineering dan operasi. Namun kendala ini akan dengan sendirinya berkurang, jika topologi ring diterapkan, karena teknologi ini akan melibatkan jumlah node yang tidak banyak, sehingga kompleksitas dalam proses engineering dan operasi dapat dibatasi. Jika ditinjau dari sisi harga (gambar 6) dapat pula ditunjukkan efisiensi dan lebih murahnya biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan perangkat add/drop multiplexer yang transparan dibandingkan dengan solusi opague. Contoh pada gambar 6 adalah perbandingan dua sistem yaitu sistem 16 kanal dengan 4 kanal add/drop pada tiap node dan sistem 32 kanal dengan 8 kanal add/drop pada tiap node. Dua sistem ini disimulasikan untuk diterapkan pada tiap solusi jaringan (transparan dan opague).
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Untuk solusi yang transparan diperkenalkan dua tipe, yaitu: dengan komponen add/drop yang bersifat fixed dan komponen add/drop bersifat reconfigurable. Hasilnya menunjukkan bahwa jaringan transparan lebih murah dari jaringan opgue dan jaringan transparan yang reconfigurable unit akan lebih mahal 30%-50% dari solusi fixed. Melihat keuntungan yang dapat diperoleh diatas solusi jaringan transparan dengan fixed unit, merupakan solusi yang menarik. Namun perlu menjadi perhatian tentang isu engineering dan isu operasi jaringan optik transparan.
Gambar 6. Biaya perangkat add/drop untuk tiap solusi
3.
Cross Connects Perangkat ketiga yang akan berperan dalam realisasi jaringan optik transparan
adalah Cross Connects. Aplikasi yang umum diterapkan untuk cross connects adalah manage provisioning, protection, dan restorasi pada jaringan dalam skala besar. Karena volume dan nilai trafik yang dilewatkan pada cross connects, merupakan suatu hal yang penting bagi cross connects untuk : •
memiliki suatu sistem pengamatan yang aktif terhadap kualitas sinyal dan identitasnya
•
dapat secara cepat mengidentifikasi, melokalisasi dan memperbaiki faults
•
mencegah terjadinya akumulasi ketidaksempurnaan sinyal.
•
memiliki fungsi add/drop dan continue untuk mendukung protokol restorasi ring.
•
memiliki skalabilitas dalam hal ukuran.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Konfigurasi cross connect dapat dibagi dalam tiga kategori dasar, yaitu: transparan, transceiver dan opague.
Gambar 7. Cross Connect Tipe Transparan
Skema cross connect mempunyai tipe transparan adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Perangkat ini melakukan proses switching sinyal optik tanpa terlebih dahulu melakukan proses konversi OEO. Karena teknologi ini masih dalam tahap pengembangan perlu dicari alternatif lainnya sebagai solusi saat ini. Oleh karena itu dilakukan suatu kombinasi dari optical switch fabric dengan perangkat transceiver pada ujung input dan outputnya. Proses upgrade dilakukan melalui komponen transceiver tanpa melakukan perubahan apapun pada optical switch fabric. Hal ini memungkinkan perangkat cross connect opague (Gambar 9) untuk dikombinasikan dengan perangkat optical switch fabric (Gambar 8).
Gambar 8. Cross Connect dengan Transceivers
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Gambar 9. Cross Connect tipe opague
Salah satu keunggulan dari all optical cross connect (transparan) adalah kemampuannya untuk mengakomodasi berbagai kecepatan pemrosesan data dan format yang berbeda. Namun seperti pada perangkat yang lainnya, masalah pengamatan kualitas sinyal dan identifikasi sinyal menjadi kendala, disamping ketidakmudahan dalam menyediakan fungsi multicast dan drop & continue. Hingga saat ini solusi dengan menggunakan perangkat opague cross connects dengan electronic switch fabrics telah tersedia di pasaran, dan lebih murah. Jika pengembangannya sudah stabil, solusi dengan transceiver akan menjadi solusi yang menarik, terutama dilihat dari tingkat fleksibilitasnya dalam memenuhi kebutuhan kapasitas di masa depan.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Kesimpulan
Jika ditinjau dari kesiapan perangkat-perangkat pendukung jaringan optik transparan, sesuai dengan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. In line Amplifier Untuk perangkat penguat, tidak ada keraguan lagi, sudah siap untuk turut serta mewujudkan jaringan optik yang transparan, dengan segala kemampuannya dalam melalukan sinyal optik tanpa melakukan konver OEO. 2. Add Drop Node Kemampuan perangkat add/drop walaupun secara significant mempunyai harga yang jauh lebih murah, namun masih memiliki berbagai kelemahan di sisi engineering dan operasi pada sinyal optik. Dan jika hal ini sudah terpecahkan maka implementasi perangkat jenis ini dalam jaringa optik transparan merupakan solusi yang menarik. 3. Cross Connect Realisasi full optik cross connect (transparan) tampaknya masih menunggu waktu, karena masih dilakukannya pengembangan proses yang transparan secara internal dalam perangkat cross connect. Jika optical switch dapat diwujudkan, tetap ada masalah yang harus diselesaikan, yaitu mengenai proses engineering dan operasi dalam menjaga kualitas sinyal dan identifikasi sinyal yang lewat di dalam perangkat cross connect. Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, solusi jaringan optik transparan dilihat dari sisi perangkat masih memerlukan waktu untuk dapat direalisasikan, apalagi jika dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan proses operasi antar perangkat dari pabrikan yang berbeda (interoperability). Dengan demikian solusi semi transparan, dimana hanya di sisi penguat proses transparan optik dilakukan, menjadi solusi yang paling mungkin pada saat ini. Di sisi switch dan add/drop dilakukan dengan sistem opague.
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008
Daftar Pustaka
1.
Fiber Optics, Technology and applications, Stewart D. Personicks, Plenum Press, New York and London, 1981.
2. Transparent Optical Networks: where and when?, WJ Tomlinson, Lightwave, 2000 3. The New Economics of Optical Core Networks, CIENA, September 1999
Naemah Mubarakah : Implementasi Jaringan Optik Transparan, 2007 USU Repository © 2008