IMPLEMENTASI GOOGLE CLASSROOM SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)Tingkat Nasional pada acara Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan dalam rangka HUT Guru yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2015
disusun oleh ANDRI HARDIYANA, M.Pd.
SMA NEGERI 1 LOSARI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT 2015
18
IMPLEMENTASI GOOGLE CLASSROOM SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH oleh Andri Hardiyana Abstrak Pendidikan yang bermutu sejatinya dimulai dari proses pembelajaran yang bermutu pula. Hal ini memberi arti bahwa pembelajaran yang bermutu menjadi faktor utama dalam keberhasilan pendidikan di sekolah. Mutu dalam pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pengelolaan kelas yang memadai dengan mengedepankan prinsipprinsip dan pendekatan yang humanis bagi peserta didik. Pembelajaran saat ini, lebih diarahkan pada aktivitas modernisasi dengan bantuan teknologi canggih dengan harapan dapat membantu siswa dalam mencerna materi pelajaran secara interaktif, produktif, efektif, inspiratif, konstruktif, dan menyenangkan. Selain itu, siswa juga diharapkan memiliki life skill dari aplikasi teknologi tersebut. Salah satu hal yang bisa dimanfaatkan oleh dunia pendidikan terutama guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu dengan cara memanfaatkan aplikasi google classroom. Aplikasi ini masih jarang bahkan belum diketahui oleh sebagian besar guru di Indonesia. Layanan aplikasi ini diasumsikan menjadi salah satu alternatif dalam menjawab persoalan dan tantangan pembelajaran di kelas. Seperti terbatasnya waktu yang tersedia di dalam kelas, kurangnya waktu untuk berdiskusi dalam mengkaji materi pelajaran, dan sempitnya waktu untuk megoreksi tugas siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran, Mutu Pembelajaran, google classroom.
19 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti lomba karya tulis ilmiah pada acara simposium guru dan tenaga kependidikan tingkat nasional. Karya tulis ilmiah ini dengan mengambil judul “Implementasi Google Classroom dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah” Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah dalam rangka Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015. Penulis menyampaikan gagasan konkrit dalam memecahkan isu-isu strategis dalam pembelajaran yang di laksanakan di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengimplementasikan google classroom dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan penerapan aplikasi google classroom ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran secara efektif inspiratif, produktif, dan menyenangkan. Namun demikian, tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan karya tulis ilmiah ini. Penulis sangat menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, masukan dan sumbangsih pikiran yang kooperatif akan sangat bermanfaat untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya lingkungan sekolah sehingga mampu merealisasikan dalam pembelajaran di kelas.
Cirebon ,06 November 2015
Penulis
iv 22
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii SURAT PERNYATAAN.............................................................................................iii KATA PENGANTAR..................................................................................................iv DAFTAR ISI................................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
BAB II KAJIAN TEORETIK..................................................................................3 2.1 Hakikat Google Classroom………...............................................................3 2.1.1 Pengertian Google Classroom…………………………………............3 2.1.2 Langkah-langkah mengaplikasikan google classroom.........................5 2.2 Hakikat Mutu Pembelajaran........................................................................6 2.2.1 Pengertian Mutu..................................................................................6 2.2.2 Pengertian Pembelajaran.....................................................................6 2.2.3 Pengertian Mutu Pembelajaran...........................................................8 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL....................................................................10 3.1 Sesi 1 (Proses Pembelajaran Kelas “Nyata”)……………………................11 3.2 Sesi 2 Pendalaman Materi (Proses Pembelajaran Dengan mengaplikasikan google Classroom……………………………………............12 BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI………………………………..........12 4.1 Simpulan……………………………………………………………............13 4.2 Rekomendasi………………………………………………………….........14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................16
v 23
IMPLEMENTASI GOOGLE CLASSROOM SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
oleh Andri Hardiyana
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21 bangsa Indonesia mengalami kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan adanya informasi dan komunikasi yang menyebar secara cepat dalam setiap lini kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan hal tersebut, dunia pendidikan juga mengalami dampak yang signifikan. Dampak tersebut bersifat positif dan negatif dalam setiap aktivitas proses pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran sesungguhnya memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga pembelajaran yang diselenggarakan dengan mengedepankan kebermaknaan dan kemanfaatan bagi pembelajar. Hal tersebut diharapkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan peserta didik dalam mengeksplorasi dan menggali potensinya secara optimal dengan kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Secara yuridis, berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Pasal 19, menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu, diharapkan melalui proses pembelajaran lebih memberi kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan dan mendongkrak kemampuannya secara optimal. Pendidikan yang bermutu sejatinya dimulai dari proses pembelajaran yang bermutu pula. Hal ini memberi arti bahwa pembelajaran yang bermutu menjadi faktor
1
utama dalam keberhasilan pendidikan di sekolah. Mutu dalam pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pengelolaan kelas yang memadai dengan mengedepankan prinsipprinsip dan pendekatan yang humanis bagi peserta didik. Namun demikian, pada umumnya pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah masih terdapat banyak kendala, hambatan, dan tantangan. Dahulu, pembelajaran lebih bersifat tradisionalis, manual, dogmatis, penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang belum variatif. Selain itu, pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru sehingga tidak memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat mengeksplorasi pengetahuannya secara bebas dan bertanggungjawab. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kualitas guru dalam mengelola pembelajaran. Selain itu, belum optimalnya kemampuan guru dalam mengenal dunia teknologi yang bisa diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah. Terkait dengan hal yang telah terurai di atas, (Wati, 2012) memaparkan bahwa di tahun 2012 secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51% berpendidikan S1 atau lebih sedangkan sisanya belum berpendidikan S1(Wati, 2012). Rendahnya kualitas guru tersebut, menyebabkan dilaksanakan di kelas menjadi monoton, kurang variatif
pembelajaran yang dan tidak menantang.
Sesungguhnya hal ini dapat menyebabkan peserta didik cenderung merasa bosan dan menjenuhkan dalam pembelajaran di kelas. Selain itu, pembelajaran di sekolah juga masih belum memanfaatkan dan melibatkan penggunaan teknologi secara memadai, sehingga hal tersebut menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kurang efektif, inspiratif, dan produktif. Berdasarkan penelitian Programme for International Study Assesment (PISA) 2012 menempatkan bahwa Indonesia berada pada posisi terbawah kedua dari 65 negara yang diteliti dalam hal pencapaian mutu pendidikan, (Puspitarini,2014). Dalam rangka mensinergikan proses modernisasi dan mutu pendidikan, maka perlu adanya perubahan paradigma yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Kini guru harus mampu menguasai dan mengoperasikan teknologi infomasi serta diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas.
2
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lulusan (output) yang mamapu bersaing di era modern ini. Pembelajaran saat ini, lebih diarahkan pada aktivitas modernisasi dengan bantuan teknologi canggih dengan harapan dapat membantu siswa dalam mencerna materi pelajaran
secara
interaktif, produktif, efektif, inspiratif, konstruktif, dan
menyenangkan. Selain itu, siswa juga diharapkan memiliki life skill dari aplikasi teknologi tersebut. Sesungguhnya,
pembelajaran
dengan
menggunakan
teknologi
memberi
kesempatan dan peluang bagi guru untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya terutama kompetensi paedagogik dan profesional. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran diasumsikan dan diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh kurang optimalnya peran guru dalam memanfaatkan penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan. Salah satu hal yang bisa dimanfaatkan oleh dunia pendidikan terutama guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu dengan cara memanfaatkan aplikasi google classroom. Aplikasi ini masih jarang bahkan belum diketahui oleh sebagian besar guru di Indonesia. Layanan aplikasi ini diasumsikan menjadi salah satu alternatif dalam menjawab persoalan dan tantangan pembelajaran di kelas. Seperti terbatasnya waktu yang tersedia di dalam kelas, kurangnya waktu untuk berdiskusi dalam mengkaji materi pelajaran, dan sempitnya waktu untuk megoreksi tugas siswa. II. KAJIAN TEORETIK
2.1. Hakikat Google Classroom 2.1.1 Pengertian Google Classroom Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan terciptanya ruang kelas di dunia maya. Selain itu, google classroom bisa menjadi sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas yang dikumpulkan (Herman, 2014). Dengan demikian, aplikasi ini dapat membantu memudahkan guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar dengan lebih mendalam. Hal ini disebabkan karena baik siswa maupun guru dapat mengumpulkan tugas, mendistribusikan tugas, menilai tugas di rumah atau dimanapun tanpa terikat batas waktu atau jam pelajaran.
3
Google classroom sesungguhnya dirancang untuk mempermudah interaksi guru dan siswa dalam dunia maya. Aplikasi ini memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengeksplorasi gagasan keilmuan yang dimilikinya kepada siswa. Guru memliki keleluasaan waktu untuk membagikan kajian keilmuan dan memberikan tugas mandiri kepada siswa.selain itu, guru juga dapat membuka ruang diskusi bagi para siswa secara online. Namun demikian, terdapat syarat mutlak dalam mengaplikasikan
google
classroom yaitu membutuhkan akses internet yang mumpuni. Aplikasi google classroom dapat digunakan oleh siapa saja yang tergabung dengan kelas tersebut. Kelas tersebut adalah kelas yang didesain oleh guru yang sesuai dengan kelas sesungguhnya atau kelas nyata di sekolah. Misalnya kelas XI pada jenjang SMA pada mata pelajaran PKn. Terkait dengan anggota kelas dalam google classroom Herma (2014) menjelaskan bahwa google classroom menggunakan kelas tersedia bagi siapa saja yang memiliki Google Apps for Education, serangkaian alat produktivitas gratis
termasuk
gmail,
dokumen,
dan
drive.
(https://support.google.com/edu/classroom/answer/6020279?hl=id). Rancangan kelas yang mengaplikasikan google classroom sesungguhnya ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan siswa tidak menggunakan kertas dalam mengumpulkan tuganya. Hal ini sejalan dengan pendapat Herma (2014) yang memaparkan bahwa dalam google classroom kelas dirancang untuk membantu guru membuat dan mengumpulkan tugas tanpa kertas, termasuk fitur yang menghemat waktu seperti kemampuan untuk membuat salinan google dokumen secara otomatis bagi setiap siswa. Kelas juga dapat membuat folder drive untuk setiap tugas dan setiap siswa, agar semuanya tetap teratur, Herma (2014). Untuk mencoba Google Classroom bisa kunjungi situsnya di : https://www.google.com/intl/en-US/edu/classroom/
tampilan awal Google Classroom 4
2.1.2 Langkah-langkah Mengaplikasikan Google Classroom Mengaplikasikan google clasroom tentunya bukan hal mudah bagi guru yang tidak memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi. Namun, sesungguhnya mengaplikasikan google classroom dapat dipelajari dengan memperhatikan langkahlangkah berikut ini. 1. Buka website google kemudian masuk pada laman google classroom 2. Pastikan
Anda
memiliki
akun
Google
Apps
for
Education.
Kunjungi
classroom.google.com dan masuk. Pilih apakah Anda seorang guru atau siswa, lalu buat kelas atau gabung ke kelas. 3. Jika Anda administrator Google Apps, Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang cara mengaktifkan dan menonaktifkan layanan di Akses ke Kelas. 4. Guru dapat menambahkan siswa secara langsung atau berbagi kode dengan kelasnya untuk bergabung. Hal ini berarti sebelumnya guru di dalam kelas nyata (di sekolah) sudah memberitahukan kepada siswa bahwa guru akan menerapkan google clasroom dengan syarat setiap siswa harus memiliki email pribadi dengan menggunakan
nama
lengkap
pemiliknya
(tidak
menggunakan
nama
panggilan/samaran). 5. Guru memberikan tugas mandiri atau melemparkan forum diskusi melalui laman tugas atau laman diskusi kemudian semua materi kelas disimpan secara otomatis ke dalam folder di google drive. 6. Selain memberikan tugas, guru juga dapat menyampaikan penguman atau informasi terkait dengan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa di kelas nyata pada laman tersebut. 7. Siswa dapat bertanya kepada guru ataupun kepada siswa lain dalam kelas tersebut terkait dengan informasi yang disampaikan oleh guru. 8. Siswa dapat melacak setiap tugas yang hampir mendekati batas waktu pengumpulan di laman Tugas, dan mulai mengerjakannya cukup dengan sekali klik. Guru dapat melihat dengan cepat siapa saja yang belum menyelesaikan tugas, serta memberikan masukan dan nilai langsung di Kelas.
5
2.2. Hakikat Mutu Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Mutu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mutu diartikan sebagai ukuran baik atau buruk suatu benda, taraf atau derajat. Hal tersebut memberi pemahaman bahwa mutu selalu berkaitan dengan kualitas barang atau jasa. Sementara itu, Sallis (2006:33) memaparkan bahwa mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Berdasarkan pemaparan tersebut berarti mutu juga terkait dengan landasan yang dapat merencanakan sesuatu dengan tepat dan teratur. Terkait dengan konsep mutu, Engkoswara (2010:304) mengemukakan bahwa mutu bukanlah konsep yang mudah untuk didefinisikan apalagi untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara beragam. Mutu dapat didefinisikan beragam berdasarkan kriterianya sendiri seperti: 1) Melebihi dari yang dibayangkan dan diinginkan; 2) Kesesuaian antara keinginan dan kenyataan; 3) Sangat cocok dengan pemakaian; 4) Selalu ada perbaikan dan penyempurnaan; 5) Dari awal tidak ada kesalahan; 6) Membahagiaan pelanggan; 7) tidak ada cacat atau rusak. Dengan demikian, mutu dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan pelayanan yang memadai dalam hal barang dan jasa. Namun jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka mutu berarti sesuatu yang dapat meningkatkan produktifitas, sehingga pembelajar dapat menikmati layanan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.2.2 Pengertian Pembelajaran Proses memperoleh perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang biasanya pada umumnya dikatakan sebagai proses pembelajaran. Terkait dengan hal ini, Surya (2004:7) memaparkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu, menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah
6
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam lingkungan belajar adalah sebuah proses yang tidak bisa diindahkan dalam konteks pengelolaan pembelajaran. Terkait dengan hal ini, Sagala (2003:61) menjelaskan pembelajaran sebagai suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran mengarahkan pada proses menuju adanya perubahan tingkah laku ke arah yang positif. Selain itu, pembelajaran dapat dikelola dengan teratur, sistematis, dan mengedepankan seluruh aspek pendidikan. Oleh karena itu, dalam proses ini dapat memberikan stimulasi dengan melibatkan unsur-unsur pedagogis sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Selain itu, Sa’ud (2010:124) memaparkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam hal ini, pembelajaran mengarahkan adanya interaksi yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik. Lingkungan belajar juga menjadi hal yang penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat memberikan manfaat dalam proses komunikasi dan interaksi pembelajar. Dengan demikian, pembelajaran diarahkan pada proses yang saling membutuhkan dalam memperoleh ilmu pengetahuan secara komprehensif. Melalui pembelajaran ini, siswa dapat melakukan kegiatan sesuai dengan potensi yang tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan tepat sasaran. Maka pembelajaran ini menjadi hal penting sehingga dapat membangkitkan siswa untuk dapat mengetahui lebih dalam pengetahuan yang diinginkannya. Disisi lain, Sudjana (Mariyana,dkk 2013: 6) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyiapan suatu kondisi agar terjadinya belajar. Hal ini memberikan pemahaman bahwa pembelajaran hendaknya didesain untuk dapat terciptanya belajar yang melibatkan seluruh elemen atau komponen pembelajaran. Elemen tersebut saling bersinergi untuk dapat menumbuhkan suasana pembelajaran secara kondusif dan produktif.
7
Sekait dengan hal itu, (Ahmadi, dkk: 2011:19)
menguraikan bahwa
pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut, mengatakan bahwa pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi.
2.2.3 Pengertian Mutu Pembelajaran Mutu pembelajaran merupakan salah satu elemen yang sangat krusial dalam sebuah pendidikan. Berkenaan dengan ini Suhardan (2010:67) mengemukakan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses ini merupakan sebuah tindakan professional yang bertumpu padakaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar (Suhardan, 2010:67) Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Muljono (2006:29) dalam http://www.sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: 1) Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam pendidikan. 2) Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.
8
3) Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah). 4) Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan. 5) Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan dan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah, Muljono (2006:29).
9
III. PEMBAHASAN DAN HASIL Pembelajaran dengan menggunakan aplikasi google classroom merupakan pembelajaran berbasis ICT. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan pengelolaan kelas secara majemuk. Melalui aplikasi ini diasumsikan tujuan pembelajaran akan lebih mudah direalisasikan dan sarat kebermaknaan. Oleh karena itu, pembelajaran melalui penggunaan aplikasi google classroom
ini sesungguhnya
mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran dan menyampaikan informasi secara tepat dan akurat kepada siswa. Google classroom dapat digunakan oleh seluruh guru dalam setiap mata pelajaran dan di setiap jenjang pendidikan. Hanya terdapat syarat utama untuk menerapkan aplikasi ini yaitu semua anggota kelas harus memiliki email pribadi. Pada karya tulis ini penulis akan mengimplementasikan google classroom pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada jenjang SMA kelas XII. Hal ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis terhadap fenomena-fenomena kekinian dan mampu menyampaikan gagasan, mencari solusi atas permasalahan yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pembelajaran dengan menerapkan aplikasi google classroom yang penulis tawarkan dalam karya tulis ini terbagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama, pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas di sekolah atau penulis menyebutnya dengan istilah kelas “nyata”. Sementara itu, sesi kedua dilaksanakan pada kelas dunia maya dengan mengaplikasikan google classroom. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah pembelajaran PKn dengan menerapkan aplikasi google classroom
pada jenjang pendidikan SMA Kelas XII
semester 1 (satu) pada standar kompetensi nomor 1 dan kompetensi dasar nomor 1-3 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Standar Kompetensi : Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai Kompetensi Dasar
ideologi terbuka
:
1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka, 2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan 10
3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka. Indikator
:
Siswa mampu menguraikan fungsi pokok pancasila bagi
bangsa dan negara
Indonesia
Siswa mampu mendeskripsikan makna ideologi terbuka.
Siswa mampu menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai ideologi terbuka.
Siswa mampu menganalisis dimensi yang terkandung dalam ideologi pancasila.
Siswa mampu menunjukkan beberapa hambatan, pengamalan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Siswa mampu menunjukkan pengamalan pancasila sebagai ideologi terbuka.
3.1 Sesi 1(Proses Pembelajaran di Kelas “Nyata”) Pendahuluan Tahap pendahuluan, guru melakukan kegiatan mengucapkan salam, membaca do’a, menanyakan kabar kepada siswa, mengecek kehadiran siswa, dan memberikan apersepsi terhadap materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan dengan menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan hari ini yaitu pancasila sebagai ideologi terbuka. Dalam materi ini guru menyampaikan materi berdasarkan skenario dan rencana pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pada pertemuan kali ini guru menyampaikan materi tentang pancasila sebagai idiologi terbuka. Hal ini bertujuan untuk menstimulasi siswa agar mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan”. Setelah siswa diberikan pemahaman awal tentang idiologi negara, kemudian siswa diberi tayangan berupa video kerusuhan 1998, dan tragedi era reformasi 1998”. Hal ini bertujuan untuk membuka cakrawala siswa atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh negara Indonesia. Langkah pembelajaran selanjutnya adalah siswa diminta untuk membentuk kelompok secara berpasangan terdiri dari dua orang untuk menganalisis dan mendiskusikan video yang telah ditayangkan dan dikaitkan dengan konsep pancasila 11
sebagai idiologi terbuka. Pada saat salah satu kelompok memaparkan hasil diskusinya di depan kelas, satu atau dua orang siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau menyanggah pernyataan yang telah disampaikan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Setelah beberapa siswa (hanya sebagai sampel) menyampaikan argumentasi, guru menjelaskan tentang pengertian idiologi, ciri-ciri idiologi terbuka, serta nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan dikaitkan dengan video yang telah ditayangkan. Kegiatan ini bertujuan untuk mensinergikan teori dengan kenyataan yang terjadi di negara Indonesia. Kegiatan Penutup Siswa bersama guru merefleksi
atas materi pembelajaran yang telah
berlangsung dengan cara menyanyakan ulang kepada siswa tentang manfaat dari menonton dan menganalisis video dan dikaitkan dengan konsep pancasila sebagai idiologi terbuka. Setelah kegiatan refleksi dilaksanakan gurumenyampaikan bahwa pendalaman materi, tugas, dan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dapat diakses melalui google classroom. Proses pembelajaran diakhiri dengan membaca do’a dan mengucap salam. 3.2. Sesi 2 Pendalaman Materi (Proses Pembelajaran dengan Mengaplikasikan Google Classroom ) Proses pembelajaran pada dunia maya, dapat dilaksanakan setelah guru menyampaikan informasi melalui laman tugas berupa petunjuk atau kegiatan yang ditawarkan kepada siswa. Tawaran tersebut berupa petunjuk bahwa siswa diperkenankan untuk mengunggah video yang terkait dengan konsep idiologi secara terbuka. Dengan ketentuan bahwa dua siswa yang tercepat merespons dan mengunggah video, maka video tersebutlah yang berhak dijadikan materi bahan diskusi kelas dan siswa tersebut berhak mendapatka satu buah bintang tanda keberhasilan pembelajaran. Bintang tersebut dapat ditukar dengan pion untuk menambah nilai mata pelajaran PKn. Siswa lain tidak mendapatkan kesempatan lagi untuk mengunggah video. Setelah video terunggah, guru memberikan kesempatan kepadda seluruh siswa untuk dapat berdiskusi pada laman tugas, kemudian guru menjadi fasilitator untuk menanggapi hasil diskusi tersebut dengan mengaitkannya pada teori dan konsep 12
pancasila sebagai idiologi terbuka. Forum diskusi ini ditentukan pada batas waktu hingga tiga hari. Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan penilaian kepada siswa berupa skor atas diskusi yang telah dilaksanakan secara terbuka dan siswa dapat melihat secara langsung penilaian yang diberikan oleh guru. Siswa juga berhak memberikan penilaian kepada siswa lain dengan capa membuat poling lima komentar terbaik dalam diskusi tersebut. Kemudian guru memvalidasi hasil poling tersebut dan membuat pengumuman lima komentar terbaik kepada siswa. Dan siswa yang tidak berpartisipasi dalam kelas dunia maya, maka ia tidak berhak mendapatkan nilai mandiri. Aktivitas berikutnya adalah guru menyampaikan pesan kepada siswa tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya.
IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1 Simpulan Implementasi google classroom sesungguhnya dapat diaplikasikan di seluruh mata pelajaran pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama, menengah atas, dan perguruan tinggi. Google classroom merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh penulis untuk menjembatani permasalahan yang terjadi di dalam kelas dengan mensinergikan kemajuan teknologi informasi. Pembelajaran berbasis IT dengan menerapkan google classroom sangat membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan akademis kepada para siswa. siswa dapat melaporkan hasil tugasnya di laman yang telah disediakan oleh guru dan bisa dikerjakan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Selain tugas, guru juga dapat melemparkan sebuah gagasan berupa ide kekinian untuk didiskusikan di dalam kelas google classroom dan jika dalam pembelajaran di kelas nyata (di sekolah) terdapat pembahasan materi yang belum terselesaikan, maka dapat diselesaikan dan dilanjutkan pada forum diskusi google classroom. Aplikasi google classroom menjadi hal baru yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam meningkatkan kompetensinya. Kompetensi yang ditinggatkan dalam hal ini adalah kompetensi guru dan siswa. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki ruang
13
akademis yang lebih luas. Melalui pemberian tugas-tugas secara mandiri sampai pada pengumuman terutama terkait informasi pelaksanaan ulangan harian dan tengah semester. Melalui penggunaan aplikasi ini, diharapkan guru dapat mengelola pembejaran secara efektif, kreatif, inspiratif dan menyenangkan bagi para siswa. Selain itu, guru juga dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga diharapkan mampu mendongkrak mutu pembelajaran di sekolah secara terpadu. Namun demikian, ada beberapa kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mengaplikasikan google classroom antara lain kesiapan sumber daya manusia terutama guru dan siswa di dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam hal ini guru dan siswa harus sama-sama memiliki keterampilan di bidang IT yang mumpuni. Selain hal yang telah terurai di atas, kendala lain yang menjadi tantangan dalam menerapkan google classroom adalah harus tersedianya jaringan internet yang memadai.
4.2 Rekomendasi Melalui karya tulis ini, penulis memberikan saran untuk direkomendasikan kepada: a. Pemerintah Penulis merekomendasi hasil penelitian ini kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan c.q Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan untuk aktif memfasilitasi tersedianya akses internet bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan layanan internet melalui penyediaan dana yang optimal bagi kebutuhan pendanaan bantuan teknologi informasi. Selain itu, kementerian juga diharapkan secara continue untuk mengadalan kegiatan diklat berbasis ICT sehingga guru mampu dan menguasai penggunaan aplikasi google classroom ini secara sistematis.
b. Guru/ Praktisi Pendidikan Aplikasi google classroom dapat diimplementasikan di sekolah pada setiap mata pelajaran dan seluruh jenjang pendidikan. Aplikasi inipun dapat membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan guru dan siswa di dalam kelas. Oleh karena itu, hendaknya para guru berani mengaplikasikan model pembelajaran yang inovatif dan “menantang” seperti google classroom untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
14
c. Peserta Didik/Siswa Peserta didik atau siswa hendaknya meningkatkan motivasi belajar untuk dapat memujudkan cita-cita pendidikan. Di samping itu, siswa juga disarankan terus berlatih, belajar dengan memanfaatkan aplikasi teknologi agar mampu bersaing dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) .
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Engkoswara. 2010. Adminsitrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Herma, Widya. 2014. Google Classroom Ruang Kelas di Dunia Maya. [online] tersedia: http://www.widyaherma.com/2014/10/google-classroom-ruang-kelasdi-dunia.html. (diunduh, Minggu, 8 Novenber 2015) Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Mariyana, dkk. 2013. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group. Muljono, Pudji. 2006. Kualitas Proses Pembelajaran. [online] tersedia: http://www.sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html (diunduh, Minggu, 8 Novenber 2015) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Puspitarini, Margaret, 2014. Guru RI nyaris terbawah di dunia, [online] tersedia: www.m.okezone/read/2014 (diunduh, Senin, 9 November 2015). Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Sallis (Tim Dosen). 2010. Manajemen Pendidikan. Bandung; Alfabeta Sa’ud, U.S. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sofan, dkk. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Suhardan, Dadang. 2010. Supervise Profesional: Layanan dalam meningkatkan Mutu pembelajran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta Surya, M. 2003. Psikologi Pembelajran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional.
16
Wati, Ika Akbar, 2012. Kualitas Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Indonesia Masih Rendah.[online] tersedia: https://www.selasarbudaya.com. (diunduh, Minggu, 8 November 2015). Wiranataputra, U. 2008. Teori dan pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
17