IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh : Hajiah Nurdiani 1110053000015 MANAJEMEN ZAKAT INFAK SEDEKAH DAN WAKAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Hajiah Nurdiani 1110053000015
Pembimbing
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. NIP. 196606051994031005
MANAJEMEN ZAKAT INFAK SEDEKAH DAN WAKAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LABOTATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD) Oleh : Hajiah Nurdiani 1110053000015 Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah. Jakarta, 30 Juni 2016 Sidang Munaqasah Ketua,
Sekretaris,
Drs. Cecep Castrawijaya, MA. NIP. 19630701 199803 1 003
Drs. Sugiharto, MA. NIP. 19660806 199603 1 001 Anggota,
Penguji I
Penguji II
Drs. Study Rizal, LK., MA. NIP. 19640428 199303 1 002
Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA. Pembimbing
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. NIP. 196606051994031005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Juni 2016
Hajiah Nurdiani
ABSTRAK Hajiah Nurdiani, NIM 1110053000015, Implementasi Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter Pada Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah (Lazis) Manajemen Dakwah, Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Di bawah bimbingan Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA. Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah (Lazis) Manejemen Dakwah awalnya bernama Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah), merupakan organisasi amil zakat yang tengah merintis untuk menjadi organisasi pengelola ZIS yang amanah dan profesional. Oleh karena itu, Lazis Manajemen Dakwah perlu membentuk fungsi manajemen untuk mencapai tujuan, agar mampu memecahkan konflik yang terjadi, meningkatkan kinerja manajerial dan nonmanajerial, dan menimbulkan berbagai kesempatan untuk tumbuh bersama. Peneliti memperhatikan pentingnya implementasi fungsi manajemen pada Lazis Manajemen Dakwah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah adalah: Bagaimana implementasi fungsi manajemen dengan teori Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pendekatan kualitatif. Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dengan ketua umum dan memanfaatkan dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu Lazis Manajemen Dakwah telah menerapkan fungsi manajemen seperti teori yang diungkapkan Stephen P. Robbins dan Mary Coulter sebagai acuan pustaka yang digunakan untuk melakukan penelitian ini. Meskipun demikian, masih ada beberapa catatan untuk dipertimbangkan agar Lazis Manajemen Dakwah menjalankan fungsi manajemen agar dapat meningkatkan kinerjanya dan mampu membentuk para anggotanya menjadi amil zakat yang amanah dan profesional. Kata Kunci: Fungsi, Manajemen, Laboratorium, Amil Zakat
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah SWT., atas segala kuasa-Nya, atas segala pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “Implementasi Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter Pada Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD)”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada qudwah hasanah, idola sepanjang masa, pejuang paling heroik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beserta para sahabatnya dan semoga kita senantiasa menjalankan sunnah-sunnahnya sehingga di yaumil akhir kelak berhak mendapatkan syafaatnya. Dengan selesainya skripsi ini, peneliti sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku wakil dekan I, Ibu Dr. Roudhonah, MA., selaku wakil dekan II, Bapak Dr. Suhaemi, MA., selaku wakil dekan III. 2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah dan Bapak Drs. Sugiharto, MA., selaku sekretaris jurusan Manajemen Dakwah. 3. Bapak Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA., selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini, yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog mengarahkan, mengoreksi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyampaikan ilmunya kepada peneliti dengan segala keterbatasan yang ada pada diri saya sehingga sedikit banyak penulis telah memahami dinamika pengetahuan yang ada. 5. Bapak Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA., selaku ketua umum Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah (Lazis) Manajemen Dakwah yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak informasi mengenai penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
vi
6. Kepada kakanda Jayadin, suami tercinta yang rajin mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi dan melanjutkan studi. Kepada orang tua tercinta, Bapak Muhammad Nuh dan Ibu Mardiyah, yang tak pernah putus mendoakan juga memotivasi penulis untuk terus belajar. Kepada ibu mertua dan kakak ipar yang menjaga anak-anak tercinta ketika peneliti menyusun skripsi. Kepada dua malaikat kecil, Ayeesha dan Uwais yang menjadi penyejuk mata ketika peneliti mulai lelah dan kehilangan semangat, terima kasih guru kecilku. 7. Kepada teman-teman Manajemen Dakwah 2010, yang lebih dulu menyelesaikan studinya, yang tak bosan menanyakan kabar penelitian ini. Teman-teman
seperjuangan
LDK
Syahid,
Pabrik
Peradaban,
#IndonesiaTanpaJIL, Yayasan Rumah Iqro Insani, semoga Allah menjaga kalian selalu dalam kebaikan dan ketaatan. 8. Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, namun semoga Allah memberikan balasan kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat keilmuan terkhusus bagi penulis dan semoga pun bermanfaat bagi pembaca yang berkenan membaca penelitian ini. Dan semoga karya tulis ini menjadi bagian ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah bagi penulis, amin yaa rabbal ‘alamiin.
Jakarta, 24 Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................4 D. Metodologi Penelitian..............................................................5 E. Tinjauan Pustaka Penelitian ................................................13 F. Sistematika Penulisan ...........................................................16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS FUNGSI MANAJEMEN (MENURUT ROBBINS DAN COULTER) DAN LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH A. Fungsi Manajemen 1. Pengertian Fungsi Manajemen ........................................17 2. Ruang Lingkup Fungsi Manajemen ...............................18 a. Perencanaan 1) Definisi Perencanaan ..........................................18 2) Dasar-Dasar Perencanaan .................................19 3) Alat dan Teknik Perencanaan ...........................22 b. Pengorganisasian 1) Definisi Pengorganisasian ..................................24 2) Keputusan Desain Organisasi ...........................26 3) Desain Organisasi Yang Umum ........................28 4) Sumber Daya Manusia .......................................29 5) Mengelola Perubahan dan Inovasi ....................32 c. Kepemimpinan
viii
1) Definisi Kepemimpinan ......................................33 2) Gaya Kepemimpinan ..........................................35 3) Dasar Perilaku Organisasi .................................37 4) Manajemen Konflik dan Pengambilan Keputusan ...........................................................38 5) Mengembangkan Kelompok Menjadi Tim Yang Efektif ..................................................................40 6) Motivasi Kerja ....................................................42 d. Pengendalian 1) Definisi Pengendalian .........................................43 2) Tahap Pengendalian ...........................................43 3) Jenis Pengendalian .............................................43 4) Ciri Pengendalian Efektif ..................................44 5) Pengendalian Kinerja Organisasi .....................44 B. Laboratorium Amil Zakat Infak dan Sedekah 1. Pengertian Laboratorium Amil Zakat ...........................46 2. Kedudukan Amil Zakat ...................................................49 3. Tugas dan Fungsi Laboratorium Amil Zakat ...............50
BAB
III
GAMBARAN UMUM LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH A. Sejarah Singkat......................................................................53 B. Visi, Misi dan Tujuan ............................................................54 C. Struktur Organisasi ..............................................................55 D. Fungsi Manajemen ................................................................57 E. Sistem Keuangan ...................................................................66 F. Muzaki dan Mustahik Lazis Manajemen Dakwah ............66 G. Program Kegiatan Lazis Manajemen Dakwah ..................70 H. Hasil Karya Lazis Manajemen Dakwah .............................73
ix
BAB
IV
IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LAZIS MANAJEMEN DAKWAH A. Fungsi Perencanaan ..............................................................75 B. Fungsi Pengorganisasian ......................................................79 C. Fungsi Kepemimpinan ..........................................................82 D. Fungsi Pengendalian .............................................................84
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................86 B. Saran .......................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Ramainya pertumbuhan lembaga pengelola zakat di Indonesia memang patut diapresiasi, tetapi perlu juga dikritisi agar lembaga-lembaga tersebut mampu menjalankan perannya dalam pengelolaan zakat. Bukan sebatas menghimpun dan menyalurkan zakat, lembaga zakat juga diharapkan menjadi pionir umat dalam rangka mengeksplorasi potensi zakat untuk kemaslahatan yang lebih luas. Jika kita melakukan pengelolaan zakat dengan kondisi lembaga yang memiliki integritas, rekan kerja yang solid dan bersemangat, manajer yang bersedia memotivasi dan menerima kritik dari bawahan, tiap orang memahami deskripsi perkerjaannya dan hal-hal lain yang membuat suasana organisasi atau perusahaan menjadi tempat yang menyenangkan dan membanggakan. Situasi yang menyenangkan, dimana terjalin kerja sama yang apik, komunikasi yang harmonis, penyelesaian masalah yang dinamis dengan ketetapan standar kerja dengan kualitas terbaik tentu membutuhkan peran serta dari berbagai pihak terkait dalam sebuah organisasi. Mengelola sebuah organisasi memang bukan pekerjaan yang mudah, sehingga banyak orang yang menganggap bahwa keberlangsungan organisasi bisa berjalan seperti air yang mengalir. Sama sekali tidak. Sebab, di lingkungan organisasi ada banyak kepala yang memiliki berbagai pemikiran dan gagasan yang perlu disatukan menjadi bagian yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajer, adalah pihak yang punya peranan krusial dalam sebuah organisasi. Manajer harus berperan aktif dan fleksibel untuk menjamin keberlangsungan dan perkembangan organisasi yang ia pimpin. Peranan manajer dalam sebuah organisasi dapat menjadi penentu produktivitas kinerja bawahannya, sehingga penting bagi seorang manajer untuk memiliki perspektif bahwa segala bentuk nilai minus dari bawahan bukan untuk
1
2
dicaci atau dipermalukan melainkan untuk dimotivasi, diarahkan agar dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Manajer dan pekerja perlu saling mempelajari satu sama lain sehingga dapat menciptakan budaya kerja yang terbuka. Manajer yang bijaksana memiliki keyakinan bahwa keterbukaan, integritas, pemberian kesempatan bagi para pekerjanya merupakan bentuk dukungan terhadap pertumbuhan dan perkembagan organisasi. Karena tujuan organisasi tidak akan mampu dicapai oleh seorang manajer, ia memerlukan pekerja lain untuk bekerja sama mewujudkan tujuan organisasi. Di Indonesia sejarah kelahiran amil zakat telah digagas sejak Islam mulai masuk ke bumi nusantara. Sejak itu cahaya Islam menerangi tanah air yang membentang dari Aceh hingga Papua. Setahap demi setahap masyarakat di berbagai daerah mulai mengenal, memahami dan akhirnya mempraktekkan Islam. Namun dalam perjalanan yang telah melewati masa berabad-abad tersebut, praktek pengelolaan zakat masih dilakukan dengan sangat sederhana dan alamiah. Setelah melewati fase pengelolaan zakat secara individual, sebagai kaum muslimin di Indonesia menyadari perlunya peningkatan kualitas pengelolaan zakat. Masyarakat mulai merasakan perlunya lembaga pengelola zakat, infak dan sedekah.1 Setiap organisasi membentuk fungsi manajemen untuk mencapai tujuan, agar mampu memecahkan konflik yang terjadi, meningkatkan kinerja manajerial dan non-manajerial, dan menimbulkan berbagai kesempatan untuk tumbuh bersama. Dalam istilah manajerial, keberhasilan menghadapi berbagai elemen dari manajemen akan menghasilkan kepuasan kerja, tingginya moral dan komitmen, luar biasanya kualitas pekerjaan, bijak dalam penentuan keputusan, dan berbagai manfaat yang didapat. Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD), sebagai organisasi pengelola ZIS (Zakat Infak Sedekah) yang
1
Adiwarman A. Karim, Fenomena Unik Di Balik Menjamurnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) Di Indonesia, (Jakarta:Jurnal Pemikiran dan Gagasan IMZ, 2009), Vol. I, hlm. 2.
3
masih merintis, dibentuk dan dikembangkan dengan manajemen yang bersifat umum. Lazis Manajemen Dakwah memulai kiprahnya pada tanggal 14 Maret 2012 di Ciputat, dimana lembaga ini dinaungi oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai lembaga amil zakat berdasarkan SK no. 14 tahun 2012. Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzaki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya. Sehingga pada tanggal 3 juni 2012 Lazis MD menyukseskan acara pertamanya melalui program BAZAR SHODAQOH, dimana melalui acara tersebut Lembaga ini berhasil memberikan tunjangan kepada 15 orang anak yatim piatu, serta menyumbang 243 buku untuk Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pos Solidaritas Umat di daerah Ciputat dan sekitarnya.2 Pada saat tahun 2013, Lazis MD telah menyalurkan dana kepada 150 mustahik di bebeberapa daerah sekitar uin yang membutuhkan. Diantaranya dhuafa, pemulung, anak yatim, janda dan lain sebagainya yang berlokasi di sekitar kampus UIN.3 Fungsi manajemen memegang peranan penting dalam cara masyarakat bekerja. Di dunia industri, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, tak terkecuali dalam pengelolaan zakat, manajemen telah menciptakan peningkatan standar hidup manusia. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk membuat penelitian di Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD) dengan judul Implementasi Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter Pada Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD).
2 3
Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah bahwa Lazis Manajenen Dakwah dengan teori fungsi manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter. Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan output yang sarat manfaat sehingga dapat diimplementasikan dalam Lazis Manajemen Dakwah. Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan pada Lazis Manajemen Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Data yang diambil adalah dari tahun 2012-2015. 3. Pembahasan mengenai implementasi fungsi manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah. 4. Materi fungsi manajemen yang dibahas adalah teori dari Stephen P. Robbins dan Mary Coulter. Skripsi ini terkait dengan fungsi manajemen, dalam hal ini adalah Lazis Manajemen Dakwah, sebagai lembaga ZIS yang tergolong baru dan memerlukan perbaikan yang kontinyu. Agar penelitian terfokus, maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana implementasi fungsi manajemen dengan teori Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang hendak penulis capai adalah: a. Mengetahui implementasi fungsi manajemen Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
5
a. Secara akademis, menambah cakrawala pengetahuan tentang fungsi manajemen pada lembaga amil zakat, infak, dan sedekah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Secara praktis, menganalisa implementasi fungsi manajemen pada Lazis Manajemen Dakwah dengan teori Stephen P. Robbins dan Mary Coulter.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta keterkaitan hal-hal tersebut dengan fenomena yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5), ‘Metodologi Kualitatif’ adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4 Selain itu, metode penelitian kualitatif juga dapat didefinisikan sebagai cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Syaodih Nana, 2007). Penelitian
ini
dilakukan
untuk
menganalisis
dan
mengungkapkan implementasi fungsi manajemen di Lazis Manajemen Dakwah. Dalam pengumpulan dan pengungkapan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai makan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa 4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 3.
6
penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian berdasarkan pada filsafat post positivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Adapun penelitian deskriptif menurut Nawawi dan Martini (1994:73) mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut. Metode kualitatif dengan pendekatan studi analisis dekriptif yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono, (2013:3) adalah metode kualitatif untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Metode kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi substansi penelitian, artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan, objek dan subjek penelitian. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang hendaknya menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian, sebagaimana yang digagas oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-29) bahwa karakteristik tersebut di antaranya adalah: 1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi langsung sumber data 2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung kepada kata-kata daripada angka 3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata kepada hasil 4. Melalui analisis deskriptif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang terjadi 5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif
7
Dari karakteristik tersebut di atas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian ini, penulis berlaku sebagai instrumen utama yang melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif mewawancarai, mengumpulkan berbagai bahan yang berkaitan dengan implementasi fungsi manajemen di Lazis Manajemen Dakwah. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah perorangan atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi representatif, mereka terdiri dari pengurus dan pembina Lazis Manajemen Dakwah. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah fungsi manajemen dari teori Stephen P. Robbins dan Mary Coulter di Lazis Manajemen Dakwah. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan jenis penelitian, di antaranya field research (penelitian lapangan), penulis melakukan penelitian dengan mendatangi langsung ke lapangan, yaitu di Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah. Dan data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data ini merupakan data primer dalam penelitian.
Penulis
juga
menggunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.5 Merupakan
metode
pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan yang penulis lakukan bersifat langsung, dengan menganalisa objek yang diteliti, yaitu
5
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Peneliitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-4, hlm. 53.
8
terkait implementasi fungsi manajemen Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah. Observasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana disebutkan oleh Sanapiah Faisal (2003:65) bahwa metode observasi menjadi amat penting dalam penelitian kualitatif karena melalui observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang berpola dari hari ke hari di tengah masyarakat. Terkait dengan penelitian tentang manajemen organisasi Lazis Manajemen Dakwah, maka observasi yang dilakukan terhadap pengurus, dan pembina Lazis Manajemen Dakwah secara
menyeluruh
guna
mengetahui
deskripsi
fungsi
manajemen. Observasi yang peneliti gunakan adalah obsevasi non sistematis yaitu tidak menggunakan pedoman baku, akan tetapi pengamatan dilakukan secara spontan dengan mengamati bagaimana fungsi manajemen di Lazis Manajemen Dakwah. b. Wawancara Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan
secara
langsung.
Penelitian
kualitatif
sangat
memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara, hal ini sebagaimana diungkapkan Nasution (2009:69) bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif, observasi saja belum memadai, oleh sebab itu, observasi harus dilengkapi dengan wawancara. Wawancara atau interview, adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak responden yang sekiranya mampu memberikan informasi bagi penelitian ini, untuk kemudian dilakukan pencatatan jawaban.6 6
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial:Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 67.
9
Untuk
itu,
wawancara
sangat
diperlukan
guna
mendapatkan data valid terkait dengan fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah.
Adapun teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara semistruktur, yaitu percampuran antara wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan, akan tetapi tetap mengarah kepada masalah yang telah dirumuskan. Peneliti melakukan proses wawancara kepada pengurus dan pembina Lazis Manajemen Dakwah. Wawancara kepada pengurus
dimaksudkan
untuk
mengetahui
bagaimana
implementasi fungsi manajemen yang diterapkan untuk melaksanakan berbagai fungsi manajemen dan wawancara kepada pembina dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peran para pengurus dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. c. Dokumentasi Studi
dokumentasi
(library
research),
adalah
pengumpulan data dokumentasi terkait penerapan manajemen organisasi. Dokumentasi merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.7 Hal ini merupakan metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan, mencari berbagai informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sejalan dengan itu, menurut Arikunto bahwa studi dokumentasi merupakan suatu teknik yang digunakan dan mencari data mengenai hal-hal atau catatan-catatan, buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian kurikulum dan sebagainya.8 7 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial:Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya., hlm. 73. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 236
10
Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan pelengkap observasi dan wawancara yang dilakukan. Proses pengumpulan dan pengambilan data yang berdasarkan tulisan berbentuk catatan, buku, dokumentasi ataupun arsip-arsip milik Lazis Manajemen Dakwah, ataupun sumber-sumber lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan fungsi manajemen. Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang ditulis
dengan
memahami
secara
seksama,
kemudian
memberikan interpretasi sesuai kecenderungan dan rumusan masalah. Dalam teknik penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.9 4. Waktu dan Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian pada bulan Maret sampai dengan Juni 2016. Adapun tempat penelitian adalah Sekretariat Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD), di ruang jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Teknis Analisis Data Dalam
penelitian
kualitatif,
proses
analisis
data
berlangsung sebelum peneliti ke lapangan, ketika di lapangan dan setelah meneliti di lapangan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono (2008:90) bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian.
9
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, CeQDA, 2007), Cet. Ke-1, hlm. 34.
11
Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan dan menyusun secara teratur data-data yang sudah didapatkan melalui proses observasi, wawancara dan studi dokumentasi serta berbagai bahan lain yang berkaitan dengan fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah. Untuk
mempermudah
proses
analisis
data,
peneliti
menggunakan pendekatan sebagai berikut: a. Analisis sebelum di lapangan Dalam
penelitian
kualitatif
sebagaimana
telah
diungkapkan oleh Sugiono di atas, bahwa penelitian ini sudah dimulai sebelum peneliti terjun ke lapangan. Peneliti melakukan analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah, seperti misalnya buletin, majalah dan sebagainya yang menyangkut Lazis Manajemen Dakwah. Selain itu, juga menganalisis fenomena yang terjadi dalam kepengurusan Lazis Manajemen Dakwah. Agar didapat makna yang relevan maka proses analisis data dilakukan secara terus-menerus, hal ini dimaksudkan untuk mencari hal-hal penting untuk memudahkan penelitian. Namun, analisis ini tentu masih bersifat sementara, hingga nantinya dikembangkan dan disesuaikan dengan hasil analisis ketika terjun ke lapangan penelitian. b. Analisis selama di lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman Miles dan Huberman (Burhan Bungin, 2003:69) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus
sampai
tuntas.
Aktivitas
analisis
data
sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi tiga unsur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 1) Reduksi Data
12
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data dalam penelitian, hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengklasifikasikannya sesuai rumusan
masalah
dalam
penelitian.
Proses
reduksi
merupakan bagian dari analisis data untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan data sehingga kesimpulan akhir yang didapat nantinya dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi adalah hasil observasi maupun wawancara terkait fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah. Pemenuhan aspekaspek tersebut diharapkan dapat memudahkan penyajian data dan penarikan kesimpulan akhir dari penelitian ini. 2) Penyajian Data Penyajian data merupakan tahapan kedua dari tiga unsur analisis data interaktif. Dalam proses penyajian data, peneliti
menyajikan
secara
jelas
dan
rinci
untuk
memudahkan dalam memahami rumusan masalah yang diteliti. Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidak terpisah dari analisis data. Hal ini dilakukan untuk memberikan deskripsi secara umum hasil penelitian fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah, serta bagaimana mengimplementasikan fungsi manajemen
dalam
melaksanakan
berbagai
kegiatan
manajerial di Lazis Manajemen Dakwah. 3) Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah bagian akhir dari rangkaian analisis data interaktif dalam penelitian kualitatif. Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat
13
berbagai fenomena yang terjadi dalam lingkungan Lazis Manajemen Dakwah, mencari penjelasan terhadap berbagai peristiwa yang muncul di Lazis Manajemen Dakwah, melihat sebab-akibat yang terjadi sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Dari berbagai aktivitas tersebut, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data-data awal yang ditemukan, yang masih bersifat sementara. Untuk kemudian diolah menjadi kesimpulan akhir yang akurat, relevan dan kredibel karena proses pengumpulan data berdasarkan bukti-bukti yang valid dan mendukung penelitian. Kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini berupa pemikiran ulang yang melintas selama masa penyusunan dan pengolahan data, tinjauan ulang pada catatan-catatan selama masa penelitian di lapangan, peninjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran dengan
para
mengembangkan
ahli
(dosen
pembimbing)
untuk
kesepakatan
intersubjektif,
serta
membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang berkaitan dengan fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah. Dengan demikian, proses reduksi dan penyajian data serta penarikan kesimpulan merupakan rangkaian yang dapat dilakukan untuk menganalisa penelitian kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini merupakan proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan mengolah data lebih jelas sehingga kesimpulan dengan mudah dipaham
E. Tinjauan Pustaka Penelitian
14
Setelah penulis melakukan penelusuran untuk mengetahui berbagai hasil kajian dan penelitian terdahulu, memang sudah ada penelitian serupa dengan objek penelitian yang berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Akan tetapi, penulis menggunakan beberapa referensi sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Impelementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis Ta’lim Majelis Rasulullah SAW Pancoran Jakarta Selatan, skripsi oleh Dwi Satia (2011, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan Majelis Rasulullah SAW Pancoran Jakarta Selatan mengimplementasikan fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah tentang fungsi manajemen dan yang membedakan keduanya adalah objek penelitian dimana penulis menjadikan teori Robbins dan Coulter pada Lazis Manajemen Dakwah. 2. Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah Janna, skripsi oleh Dessy Eka Driani (2013, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa objek penelitian (manajemen redaksi Majalah Janna) menerapkan fungsi manajemen dalam prinsip prencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengawasan,
pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan.
Ada
kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu berkenaan dengan fungsi manajemen. Sedangkan yang membedakan antara keduanya terletak pada fungsi-fungsi manajemen yang diimplementasikan. 3. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Perpustakaan Dan Arsip Kota Adminitrasi Jakarta Barat, skripsi oleh Riko (2015, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil
15
penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan pada
Kasubdid Pengadaan dan Pengolahan
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Barat melaksanakan fungsi organizing, staffing, actuating, budgeting, dan controlling. Memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu tentang penerapan fungsi manajemen. Akan tetapi adapun hal yang membedakan keduanya, yaitu terletak pada fungsi manajemen yang diterapkan pada objek penelitian. 4. Manajemen Bimbingan Manasik Haji Pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Multazam Tangerang, skripsi oleh Tuti Yuliyati (2012, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa penerapan fungsi manajemen pada KBIH Multazam Tangerang melalui prinsip perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Penelitian ini memiliki hasil mengenai penerapan fungsi manajemen secara umum, sedangkan penelitian yang penulis lakukan berfokus pada fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter. 5. Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi Pada Republika Online, skripsi oleh Ina Salmah Febriani (2010, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa fungsi manajemen yang diterapkan di Redaksi Republika Online adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan. Dengan penelitian ini, penulis menemukan kesamaan pada pembahasan fungsi manajemen. Adapun perbedaannya terletak pada fokus pembahasan fungsi manajemen yang dijadikan objek penelitian. Dari tinjauan pustaka tersebut, terdapat persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu berkenaan dengan fungsi manajemen. Jika pada penelitian-penelitian sebelumnya pembahasan yang dilakukan ada pada penerapan fungsi manajemen secara umum, maka objek penelitian
16
yang penulis ambil difokuskan pada implemenasi fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter berupa perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian pada Lazis Manajemen Dakwah. Dengan demikian, diharapkan dapat membantu penulis melakukan penelitian dan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
F. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI, penulis menguraikan teori dasar yang melandasi penyusunan skripsi ini, yaitu meliputi pengertian manajemen, fungsi manajemen, ruang lingkup fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian), pengertian laboratorium amil zakat, kedudukan dan fungsi laboratorium amil zakat. BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI, terdiri dari sejarah terbentuknya Lazis Manajemen Dakwah, visi, misi,
struktur
organisasi, fungsi manajemen Lazis Manajemen Dakwah, sistem keuangan, muzaki dan mustahik Lazis Manajemen Dakwah, program kegiatan Lazis Manajemen Dakwah, dan hasil karya Lazis Manajemen Dakwah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN, berisi tentang pembahasan implementasi fungsi manajemen teori Robbins dan Coulter di Lazis Manajemen Dakwah dari hasil penelitian yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG FUNGSI MANAJEMEN MENURUT STEPHEN P. ROBBINS DAN MARY COULTER DAN TENTANG LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH
A. Fungsi Manajemen 1. Pengertian Fungsi Manajemen Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi untuk mencapai sasaran secara efektif dengan efisiensi pemanfaatan sumber daya.1 George Terry (1972) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, perngorganisasian, pengaktifan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.2 Henry Fayol menurutnya,
memberikan definisi yang hampir senada,
manajemen
adalah
proses
menginterpretasikan,
mengkoordinasikan, sumber daya, sumber dana, dan sumber-sumber lainnya
untuk
mencapai
tujuan
dan
sasaran
melalui
tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerak, pengawasan, dan penilaian.3 Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran.4
1
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, Alih Bahasa T. Hermaya, (Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 6. 2 Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hlm. 3. 3 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 15. 4 Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 59.
17
18
Dari pengertian tersebut di atas, manajemen dapat dianggap sebagai proses karena di dalamnya terjadi berbagai upaya perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian untuk mencapai efektivitas yang diharapkan dengan efisiensi sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini, efisiensi dan efektivitas seringkali disebutkan karena keduanya merupakan upaya manajemen yang saling berkaitan. Dalam organisasi yang sukses, efektivitas yang tinggi dapat dicapai dengan efisiensi sumber daya yang tinggi pula. 2. Ruang Lingkup Fungsi Manajemen Di awal abad ke-20, Henry Fayol (seorang industriawan asal Prancis) membuat gagasan bahwa semua manajer melaksanakan lima fungsi manajemen; mereka merancang, mengorganisasi, memerintah, mengkoordinasi, dan mengendalikan. Di berbagai literatur manajemen, disusun berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, akan tetapi dalam teori yang dikemukakan Robbins dan Coulter,5 diringkas menjadi empat fungsi dasar dan dianggap paling penting, yaitu sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Definisi Perencanaan Perencanaan diartikan sebagai proses yang mencakup pendefinisian
sasaran
organisasi,
menetapkan
strategi
menyeluruh untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan organisasi. Perencanaan dilakukan untuk menentukan arah, mengurangi
dampak
perubahan, meminimalisir pemborosan dan kegiatan ganda, dan menjadi standar yang digunakan dalam melaksanakan fungsifungsi manajemen yang lain. Perencanaan menghasilkan usaha yang terkoordinasi karena menentukan arah yang akan dituju organisasi. Dengan mengetahui kemana arah tujuan organisasi, para manajer dan 5
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 7.
19
pegawai lainnya dapat mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan dapat mengurangi ketidakpastian dengan mendorong para manajer untuk berpirkir visioner, mengantisipasi berbagai hal yang akan terjadi,
mempertimbangkan
berbagai
kemungkinan
dan
menyusun berbagai tanggapan yang tepat. Perencanaan juga memperjelas akibat dari berbagai tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena berbagai uraian tersebut, perencanaan digunakan sebagai standar untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. 2) Dasar-Dasar Perencanaan a) Menentukan Sasaran/Tujuan Organisasi Sasaran adalah hasil yang diharapkan organisasi, dapat juga disebut sebagai tujuan, dan kedua istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Sasaran menjadi arah bagi semua keputusan manajemen dan membentuk kriteria yang digunakan untuk mengukur hasil pencapaian kerja.6 Secara sekilas, organisasi hanya memiliki sasaran tunggal, bagi organisasi bisnis maka sasarannya adalah memperoleh laba dan jika organisasi tersebut adalah organisasi nirlaba maka yang menjadi sasarannya adalah memenuhi kebutuhan sejumlah kelompok yang dilayani. Akan tetapi dalam prakteknya, organisasi memiliki lebih dari satu sasaran. Langkah dalam penetapan sasaran merupakan upaya yang harus dilalui oleh manajer dalam menetapkan sasaran, yaitu sebagai berikut: (1) Mengkaji misi organisasi, yang menjadi alasan untuk mencapai tujuan organisasi. Pernyataan yang luas 6
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 176.
20
tentang apa tujuan organisasi dan apa yang diharapkan untuk dicapai tersebut menjadi pedoman menyeluruh mengenai apa yang dianggap penting oleh anggota organisasi. (2) Mengevaluasi sumber daya yang tersedia. Sasaran yang ditetapkan harus realistis, sehingga ketersediaan sumber daya menjadi hal yang harus ditentukan agar sasaran yang sudah ditetapkan bisa tercapai. (3) Tentukan sasaran secara individu atau dengan masukan dari orang lain. Sasaran itu mencerminkan hasil yang diharapkan dan harus sejalan dengan misi organisasi. Sasaran harus dapat diukur, rinci dan meliputi kerangka waktu pencapaiannya. (4) Tulislah sasaran dan komunikasikan kepada semua pihak yang perlu mengetahuinya untuk menyadarkan pihak-pihak terkait tentang sasaran yang menjamin mereka ada di lingkungan yang sama dan bekerja dengan cara yang mampu menjamin pencapaian sasaran organisasi. (5) Kajilah hasil untuk melihat apakah sasaran telah tercapai, ubahlah jika diperlukan. b) Menyusun Rencana Rencana adalah dokumen yang merangkum cara pencapaian sasaran yang mencakup alokasi sumber daya, penyusunan jadwal, dan tindakan yang diperlukan lainnya untuk mencapai sasaran itu.7 Dari pengertian tersebut, tentu dapat dengan mudah kita menentukan bahwa dalam proses perencanaan, seorang manajer perlu menentukan sasaran organisasi untuk kemudian menyusun rencana agar sasaran
7
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm..176.
21
yang sudah ditentukan dapat tercapai. Berikut adalah jenisjenis rencana: (1) Rencana strategis, adalah rencana yang berlaku bagi organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran umum organisasi,
dan
berusaha
menetapkan
organisasi
tersebut ke dalam lingkungannya. (2) Rencana operasional, adalah rencana yang menjelaskan secara detail cara mencapai sasaran yang telah ditentukan secara menyeluruh. Rencana operasional mendefinisikan berbagai cara untuk mencapai sasaran dengan kerangka waktu yang lebih singkat, diperinci dengan alokasi waktu harian, mingguan, dan bulanan. (3) Rencana jangka panjang, rencana dengan kerangka waktu lebih dari tiga tahun. (4) Rencana jangka pendek, rencana yang mencakup satu tahun atau kurang. (5) Rencana pemerinci, rencana yang didefinisikan dengan jelas dan tidak memberi ruang untuk penafsiran. Rencana ini memiliki tujuan yang dinyatakan secara detail, tidak ambigu. (6) Rencana pengarah, rencana yang fleksibel dan menjadi pedoman umum. Rencana ini digunakan apabila ketidakpastian tinggi dan manajemen harus fleksibel agar dapat menanggapi perubahan yang tidak terduga. (7) Rencana sekali pakai, sesuai namanya, rencana ini digunakan satu kali saja secara khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan situasi yang unik. (8) Rencana
terus-menerus,
rencana
yang
berkesinambunganyang dilakukan secara berulang yang mencakup kebijakan, peraturan, dan prosedur yang telah disusun.
22
Penyusunan
rencana
dipengaruhi
oleh
faktor
sebagai berikut:8 (1) Faktor kontingensi dalam perencanaan. Setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi kontingensi dalam perencanaan, yaitu tingkatan dalam organisasi, derajat ketidakpastian lingkungan dan lamanya komitmen masa yang akan datang. Ketida ketidakpastian tinggi, rencana haruslah rinci tetapi tetap fleksibel agar para manajer memiliki kesiapan untuk mengulang rencana yang telah dilakukan atau mengubah dengan rencana yang lebih relevan dan aplikatif untuk menyiasati peristiwa yang terjadi dalam lingkungan organisasi. (2) Pendekatan terhadap perencanaan. Faktor lain yang mempengaruhi dalam proses perencanaan adalah pendekatan yang dilakukan terhadap perencanaan, yaitu pendekatan tradisional dimana perencanaan sepenuhnya disusun
oleh
para
manajer
dan
pendekatan
perencanaan yang melibatkan anggota organisasi ke dalam proses perencanaan. Dalam pendekatan kedua, rencana dibuat oleh anggota organisasi pada berbagai tingkatan dan dalam berbagai unit kerja. Perencanaan yang efektif dalam lingkungan yang dinamis berarti membuat rencana yang
khusus tetapi fleksibel, bersedia
mengubah arah jika kondisi lingkungan menjadi alasan untuk berubah, senantiasa waspada terhadap perubahan
teknologi yang
dapat berdampak pada efektivitas implementasi rencana dan membuat perubahan jika diperlukan. 3) Alat dan Teknik Perencanaan Dalam pembahasan ini, perlu diperhatikan teknik untuk menilai lingkungan untuk kemudian mengkaji teknik mengalokasikan 8
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 184.
23
sumber daya dan pada akhirnya akan diuraikan beberapa teknik perencanaan kontemporer yang mencakup manajemen proyek dan skenarionya.9 a) Teknik Menilai Lingkungan (1) Pengamatan lingkungan, adalah penyaringan banyak informasi
untuk
mengantisipasi
dan
menafsirkan
perubahan lingkungan (2) Benchmarking,
pencarian
praktek-praktek
terbaik
sejumlah pesaing atau bukan pesaing yang menghasilkan keunggulan kinerja mereka atau dapat dikatakan sebagai penilaian lingkungan organisasi sendiri berdasarkan standar pihak lain. Ide dasar dari benchmarking adalah bahwa para manajer dapat memperbaiki mutu dengan menganalisis
dan
kemudian
meniru
metode
para
pemimpin di berbagai bidang. Benchmarking lazimnya mengikuti empat langkah: (a) Organisasi menyusun tim perencanaan benchmarking, dengan tugas awal untuk mengidentifikasi apa yang akan
dijadikan
standar
dari
pihak
lain,
mengidentifikasi organisasi yang sebanding, dan menentukan cara pengumpulan data. (b) Tim yang sudah dibentuk mengumpulkan data internal mengenai metode kerja sendiri dan data eksternal dari organisasi lain. (c) Data
tersebut
perbedaan
dianalisis untuk mengidentifikasi
kinerja
dan
menentukan
penyebab
perbedaan tersebut. (d) Rencana
tindakan
dalam
rangka
menghasilkan
terpenuhinya atau terlampauinya standar pihak lain tersebut disusun dan diimplementasikan. 9
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 222-227
24
b) Teknik Pengalokasian Sumber Daya Sumber daya adalah aset organisasi dan mencakup keuangan, fisik, manusia, tak berwujud, dan struktural/budaya. Bagaimana sumber daya itu dialokasikan dengan efektif dan efisien sehingga sasaran organisasi dapat tercapai? Berikut adalah teknik yang dapat dilakukan:10 (1) Penganggaran, anggaran adalah rencana numerik untuk mengalokasikan sumber daya dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Anggaran merupakan salah satu alat perencanaan bagi kebanyakan manajer. Bagaimana cara membuat anggaran yang baik? Berikut yang dapat dilakukan: (a) Bertindak fleksibel. (b) Sasaran harus mendorong anggaran, bukan anggaran yang menentukan sasaran. (c) Koordinasikan
pengganggaran
di
organisasi
secara
keseluruhan. (d) Gunakan software pengganggaran ketika diperlukan. (2) Penjadwalan, menjelaskan secara rinci kegiatan-kegiatan mana yang harus dilakukan, urutan penyelesaian kegiatan, siapa yang harus mengerjakan dan kapan kegiatan tersebut harus selesai dikerjakan. b. Pengorganisasian 1) Definisi Pengorganisasian Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses penciptaan struktur organisasi yang mendukung dan memudahkan anggota organisasi melakukan pekerjaannya dengan memiliki fleksibelitas yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan di lingkungan yang dinamis. Lalu, apakah stuktur organisasi? Stuktur organisasi adalah kerangka kerja formal yang dengan kerangka kerja itu, tugas-tugas pekerjaan dibagi, dikelompokan, dan dikoordinasikan. Ketika para 10
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 229-230.
25
manajer menyusun struktur organisasi, mereka terlibat dalam desain organisasi, yaitu proses penyusunan dan pengubahan struktur organisasi. Desain organisasi melibatkan enam unsur penting dalam proses penyusunannya, yaitu sebagai berikut:11 a) Spesialisasi Kerja Spesialisasi kerja adalah sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi menjadi sejumlah pekerjaan tersendiri, atau disebut juga dengan pembagian kerja. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas seluruh pegawai. b) Departementalisasi Departementalisasi
menggambarkan
cara
pengelompokan pekerjaan untuk mencapai sasaran organisasi. Setiap
organisasi
akan
memiliki
cara
khas
untuk
mengklasifikasikan berbagai kegiatan kerja. Departementalisasi dilakukan setelah sejumlah pekerjaan dibagi melalui spesialisasi kerja untuk kemudian dikelompokan lagi menjadi satu kelompok. c) Rantai Komando Rantai komando adalah garis wewenang yang tidak terputus, terbentang dari tingkatan atas organisasi hingga tingkatan paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. Dalam rantai komando terdapat tiga konsep lain yaitu: (1) Wewenang, mengacu kepada hak-hak yang melekat pada posisi
manajerial
tertentu
yang
memberitahukan
bawahannya untuk melakukan apa yang diperintahkan. (2) Tanggung jawab, kewajiban untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Berlaku bagi seluruh pimpinan maupun bawahan dalam organisasi untuk memenuhi tugasnya, yang
11
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 254.
26
membedakan adalah ketika melakukan pelaporan hasil kerja. (3) Kesatuan komando, prinsip manajemen yang menyatakan bahwa tiap-tiap anggota harus melapor ke satu manajer saja. d) Rentang Kendali Rentang kendali menentukan jumlah tingkatan pegawai dan manajer yang dimiliki organisasi. Pandangan kontemporer mengenai rentang kendali mengakui bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pegawai yang memadai untuk dapat dikelola seorang manajer secara efisien dan efektif. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi keahlian dan kemampuan manajer serta pegawai dan juga sifat pekerjaan yang dilakukan. e) Sentralisasi dan Desentralisasi Sentralisasi memperlihatkan sejauh mana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik dalam organisasi. Apabila manajemen puncak mengambil keputusan penting, organisasi tersebut dengan sedikit atau tanpa masukan dari para pegawai tingkat bawah, maka itu tersentralisasi. Sebaliknya, desentralisasi menjelaskan bahwa pegawai tingkat bawah dilibatkan untuk menentukan pengambilan keputusan. Perlu dipahami bahwa kedua konsep tersebut bersifat relatif, bukan absolut. f) Formalisasi Formalisasi mengacu ke sejauh mana pekerjaan di dalam organisasi memiliki standar dan sejauh mana perilaku pegawai dibimbing oleh peraturan dan prosedur. 2) Keputusan Desain Organisasi Bagaimana cara manajer memutuskan desain organisasi yang akan digunakan? Dalam bagian ini, akan diuraikan dua
27
model desain organisasi generik dan faktor-faktor kontingensi yang mendukung model desain tersebut.12 a) Organisasi Mekanistik dan Organisasi Organik Organisasi mekanistik adalah struktur organisasi yang dikendalikan secara kaku dan ketat. Struktur model ini dicirikan dengan tingkat spesialisasi kerja yang tinggi, departementalisasi yang kaku, rentang kendali yang sempit, formalisasi yang tinggi, terbatas jaringan informasi dan sedikit partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh pegawai tingkat bawah. Dan sebaliknya, organisasi organis adalah desain organisasi yang sangat fleksibel, mengikuti pergerakan organisasi yang dinamis. b) Faktor Kontingensi Manajer puncak pada umumnya banyak memikirkan desain struktur organisasi yang memadai dengan empat variabel kontingensi: (1) Strategi dan struktur, struktur organisasi yang disusun harus membantu pencapaian sasaran, artinya struktur yang menyesuaikan dengan strategi untuk mencapai sasaran organisasi. Dalam kerangka kerja strategi berfokus pada tiga elemen yaitu inovasi yang mencerminkan usaha organisasi untuk melahirkan ide-ide yang berarti dan unik, minimalisasi biaya yang mencerminkan usaha organisasi untuk
pengendalian
biaya,
dan
imitasi
yang
mendeskripsikan upaya organisasi untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan peluang. (2) Ukuran dan struktur, hubungan keduanya tidak bersifat linear karena ukuran struktur mempengaruhi stuktur dengan laju yang semakin menurun, yaitu dampak ukuran 12
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 261.
28
menjadi semakin kecil ketika organisasi berkembang. Mengapa demikian? Pada hakikatnya, dengan jumlah pegawai yang banyak, organisasi sudah cukup mekanistis. Penambahan pegawai tidak akan berpengaruh banyak. Sebaliknya,
perampingan
struktur
cenderung
menimbulkan pergeseran ke arah struktur yang lebih mekanistis. (3) Teknologi dan struktur. Studi-studi mengenai hubungan teknologi dan struktur memperlihatkan bahwa organisasi menyesuaikan diri dengan teknologi. Proses metode yang mengubah input organisasi menjadi output berbeda menurut tingkat rutinitasnya. Pada umumnya, semakin rutin teknologi, semakin terstandarisasi dan mekanistis struktur tersebut. Organisasi dengan teknologi yang jarang akan cenderung mempunyai struktur yang organis. 3) Desain Organisasi Yang Umum Dalam menyusun desain organisasi, para manajer mempunyai sejumlah desain struktural umum yang dapat dipilih. Ada desain organisasi tradisional dan desain organisasi kontemporer. a) Desain Organisasi Tradisional (1) Struktur
sederhana,
departementalisasi
desain
rendah,
organisasi
rentang
kendali
dengan luas,
pengambilan keputusan sentralisasi serta formalisasi rendah. Desain model ini memiliki kekuatan yang cepat dalam penyusunannya, fleksibel dalam pelaksanaannya, murah
biaya
pemeliharaannya
dan
jelas
pertanggungjawabannya karena sentralisasi wewenang. (2) Struktur fungsional, adalah desain organisasi yang mengelompokan spesialisasi pekerjaan yang serupa atau terkait ke dalam satu kelompok. Keunggulan desain ini
29
terletak pada penghematan biaya dari spesialisasi dan pegawai yang dikelompokan dengan yang lain memiliki tugas serupa. (3) Struktur divisional, merupakan struktur organisasi yang terdiri atas sejumlah unit atau divisi yang terpisah. Dengan kekuatan yang berfokus pada hasil, para manajer bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada produk dan jasa yang dihasilkan. b) Desain Organisasi Kontemporer Salah satu dilema seorang manajer adalah ketika desain organisasi tradisional sudah tidak memadai karena lingkungan organisasi terus berubah, oleh karena itu mereka menemukan cara untuk menyusun struktur organisasi yang lebih sesuai kebutuhan dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan. Berikut adalah konsep desain struktur organisasi kontemporer:13 (1) Struktur berbasis tim, dimana keseluruhan organisasi tersusun oleh sejumlah kelompok kerja atau tim. Dalam desain ini pemberdayaan pegawai sangat menentukan keberhasilan karena tidak ada garis wewenang manajerial yang kaku. ` (2) Organisasi tanpa batas, organisasi yang desainnya tidak didefinisikan oleh manajer atau terbatas pada batas-batas horizontal, vertikal atau eksternal yang dipaksakan oleh struktur yang telah ditentukan sebelumnya. (3) Organisasi pembelajar, merupakan organisasi yang telah mengembangkan
kemampuan
untuk
terus-menerus
beradaptasi dan berubah karena para anggota berperan aktif dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terkait dengan pekerjaan. 4) Sumber Daya Manusia 13
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 266.
30
Mutu organisasi, sebagian besar, hanyalah penjumlahan mutu
orang-orang
yang
dipekerjakan
dan
dipertahankan.
Memperoleh dan mempertahankan pegawai yang kompeten menjadi penentu keberhasilan setiap organisasi. Oleh karena itu, dalam proses pengorganisasian pun mencakup perihal manajemen sumber daya manusia. a) Proses Manajemen Sumber Daya Manusia Perencanaan sumber daya manusia, proses yang dilakukan untuk menjamin bahwa mereka memiliki jumlah dan jenis orang yang tepat untuk menyelesaikan sejumlah tugas yang dibebankan secara efektif dan efisien. Proses manajemen sumber manusia terdiri dari enam kegiatan, dapat diuraikan sebagai berikut:14 (1) Perencanaan sumber daya manusia dilakukan dengan tiga langkah berikut: (a) Menilai sumber daya manusia yang ada di organisasi. (b) Menilai kebutuhan sumber daya manusia di masa depan. (c) Menyusun program untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. (2) Perekrutan dan pelepasan Setelah para manajer mengetahui status sumber daya manusia yang dimiliki dan melihat kebutuhan di masa yang akan datang, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu: (a) Perekrutan, yakni proses mencari, mengidentifikasi, dan menarik calon yang berkemampuan. (b) Pengurangan, merupakan upaya untuk mengurangi jumlah pegawai dengan beberapa pertimbangan. (3) Seleksi. 14
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 305-322.
31
Seleksi adalah proses penyaringan calon pegawai untuk memastikan bahwa kandidat yang paling layak adalah yang akan dipekerjakan. Perangkat seleksi terdiri dari beberapa hal yaitu validitas dan keandalan. Validitas adalah hubungan yang dapat dibuktikan yang muncul antara perangkat seleksi dan sejumlah kriteria kerja yang relevan. Keandalan adalah kemampuan perangkat seleksi mengukur hal yang sama secara konsisten. (4) Orientasi Orientasi adalah perkenalan pegawai baru dengan pekerjaan dan organisasinya. Ada dua jenis orientasi, orientasi unit kerja mengakrabkan pegawai dengan sasaran unit kerja tersebut untuk memperjelas bagaimana tugas dan mencakup perkenalan dengan rekan kerja yang ada
di
unit
tersebut.
Kedua,
orientasi
organisasi
memberikan perkenalan pegawai baru mengenai tujuan organisasi, sejarah, filosofi, prosedur, dan peraturan yang berlaku di organisasi tersebut. (5) Pelatihan Para
manajer
bertanggung
jawab
untuk
memutuskan jenis pelatihan apakah yang dibutuhkan pegawainya, kapan mereka membutuhkannya, dan bentuk pelatihan apakah yang akan diambil. Keterampilan pegawai dapat dikelompokan menjadi tiga kategori: keterampilan teknis, keterampilan antar pribadi, dan keterampilan penyelesaian masalah. (6) Kompenasai dan Tunjangan Para manajer harus menyusun sistem kompensasi yang mencerminkan sifat pekerjaan dan tempat kerja yang dinamis
sehingga
mampu
memotivasi
pegawainya.
Pengupahan dapat dilakukan berdasarkan keterampilan,
32
dimana pengupahan diberikan sebagai imbalan kepada pegawai berdasarkan keterampilan kerja yang mereka kerjakan. 5) Mengelola Perubahan dan Inovasi Perubahan organisasi merupakan perubahan apa saja yang terkait dengan pekerja, struktur, atau teknologi dalam sebuah organisasi.
Perubahan
merupakan
realita
organisasi
yang
merupakan bagian integral pekerjaan setiap manajer. Berikut akan diuraikan kekuatan-kekuatan yang mendorong perubahan: a) Kekuatan Ekternal Kekuatan eksternal yang menciptakan kebutuhan akan perubahan
berasal
dari
berbagai
sumber,
misalnya
perkembangan teknologi. Perkembangan dalam peralatan yang canggih mampu meningkatkan efisiensi sumber daya dan efektivitas sasaran organisasi. b) Kekuatan Internal Selain kekuatan eksternal seperti yang disebutkan di atas, kekuatan internal juga berpengaruh terhadap perubahan. Kekuatan internal cenderung berasal dari operasi internal organisasi atau dampak dari perubahan eksternal. Hal yang biasanya dilakukan melalui kekuatan internal adalah dengan merumuskan kembali atau memodifikasi strategi organisasi. Perubahan-perubahan
di
dalam
organisasi
membutuhkan katalisator, orang yang berperan sebagai katalisator dan memikul tanggung jawab bagi pengelolaan proses perubahan itu disebut sebagai agen perubahan yang tidak lain adalah seorang manajer. Namun, agen perubahan juga dapat pula bukan seorang manajer. Bagi perubahan besasr yang mencakup seluruh sistem, sering organisasi jasa konsultan untuk memberikan nasehat dan bantuan gagasan. c) Budaya Organisasi
33
Pembentukan
budaya
organisasi
membutuhkan
waktu lama dan setelah terbentuk, budaya tersebut cenderung mengakar dalam organisasi sehingga akan sangat sulit ketika harus mengalami perubahan. Berikut akan diuraikan sebagai upaya menuju perubahan budaya organisasi:15 (1) Melakukan analisis budaya untuk mengenali unsur budaya yang mengalami perubahan. (2) Menjelaskan kepada para seluruh anggota organisasi bahwa keberlangsungan hidup organisasi akan menjadi lebih baik. (3) Mengubah proses pemilihan dan sosialisasi serta sistem evaluasi dan pemberian imbalan untuk mendukung nilainilai baru. Menumbuhkan dan mengembangkan inovasi, adalah proses mencari ide kreatif dan mengubahnya menjadi produk, jasa, atau metode kerja yang bermanfaat. Untuk mendapatkan output yang diharapkan, kita harus melihat input dan modifikasi input yang sudah diterima. Input tersebut dapat berasal dari kalangan internal. Tetapi, sekadar orang-orang kreatif di dalam organisasi tidaklah cukup. Dibutuhkan lingkungan yang memadai agar proses inovasi terus tumbuh.16 c. Kepemimpinan 1) Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain. Ada yang menarik ketika istilah pemimpin disamakan dengan manajer, padahal ada hal 15 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, Alih Bahasa T. Hermaya, (Jakarta:PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 14. 16 R.W. Woodman, et al., Toward a Theory of Organizational Creativity, (Academy Of Management Review, 1993), hlm. 309.
34
mendasar yang membedakan keduanya. Manajer posisinya didasarkan pada wewenang formal yang melekat sedangkan pemimpin dapat dimunculkan dalam kelompok dan mampu mempengaruhi orang lain untuk bekerja meskipun tanpa posisi dan wewenang formal. Pendekatan teori perilaku tidak hanya memberikan jawaban yang lebih pasti tentang sifat kepemimpinan tetapi juga mempunyai implikasi nyata yang berbeda dari pendekatan ciri. Ciri yang terkait dengan kepemimpinan yaitu: a) Motivasi, pemimpin menunjukan tingkat usaha yang tinggi. Mereka relatif memiliki kehendak yang tinggi terhadap pencapaian prestasi dan menunjukan inisiatif yang tinggi. b) Kehendak untuk memimpin, hal ini berkaitan dengan kehendak untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain serta mampu mengemban tanggung jawab. c) Kejujuran dan integritas. Pemimpin membangun hubungan saling
mempercayai
antara
mereka
sendiri
dan
kelompoknya dengan berlaku jujur dan menunjukan konsistensi tinggi antara perkataan dan perbuatan. d) Kepercayaan diri. Pemimpin harus memiliki kepercayaan diri untuk meyakinkan bawahannya tentang kebenaran sasaran dan keputusannya. e) Kecerdasan. Untuk mengklasifikasi, menganalisa dan menafsirkan banyak informasi, pemimpin harus cukup cerdas agar mampu mentiptakan visi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang tepat. f) Pengetahuan terkait pekerjaan. Pemimpin yang efektif memiliki
tingkat
pengetahuan
yang
tinggi
tentang
organisasi dan hal-hal teknis yang berkenaan dengan organisasi.
Pengetahuan
yang
mendalam
akan
35
memudahkannya untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Gaya Kepemimpinan Dalam bagian ini, akan dibahas empat teori tentang gaya kepemimpinan, masing-masing memperlihatkan pendefinisian gaya kepemimpinan dan situasi serta usaha untuk menjawab kontingensi jika-maka.17 a) Model Fiedler Model kontingensi ini disusun oleh Fred Fiedler, mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya interaksi pemimpin dengan bawahannya dan situasi yang memungkinkan
pemimpin
mengendalikan
dan
mempengaruhi. Fiedler mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang ada dua tipe: berorientasi pada tugas atau berorientasi pada hubungan pemimpin dengan anggotanya. Riset Fiedler menyingkap tiga dimensi yang menentukan efektivitas pemimpin, yaitu: (1) Hubungan pemimpin – anggota: tingkat kepercayaan, keyakinan, dan rasa hormat bawahan terhadap pemimpin mereka dengan ketentuan baik atau buruk. (2) Struktur tugas: tingkat formalisasi dan prosedural tugastugas kerja dengan ketentuan tinggi atau rendah. (3) Kekuasaan posisi: tingkat pengaruh pemimpin terhadap kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada kekuasaan seperti mempekerjakan, memecat, mutasi kerja dengan ketentuan
kuat
atau
lemah
kedudukan
manajerialnya. b) Model Hershey – Blanchard 17
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 133.
posisi
36
Paul Hershey dan Ken Blanchard telah menyusun teori kepemimpinan yang juga disebut sebagai teori kepemimpinan situasional. Mengapa demikian? Karena gaya kepemimpinan ini berfokus pada kesiapan anggotanya. Fokus pada anggota mencerminkan bahwa para anggotalah yang nantinya akan menerima atau menolak pemimpinnya.
Hal
lain
yang
menjadi
fokus
gaya
kepemimpinan ini adalah tentang kesiapan yang didefinisikan oleh Hershey dan Blanchard mengacu pada sejauh mana orang mampu dan bersedia melaksanakan tugas tertentu. c) Model Partisipasi Pemimpin Model partisipasi pemimpin dikembangkan oleh Victor Vroom dan Philip Yetton, yang menghubungkan perilaku pemimpin dan partisipasi dalam pembuatan keputusan. Gaya kepemimpinan ini menyatakan bahwa perilaku pemimpin harus disesuaikan supaya dapat mencerminkan struktur tugasnya. Model kepemimpinan ini disebut juga model normatif karena menyajikan serangkaian aturan tersusun yang harus diikuti oleh pemimpin untuk menentukan bentuk dan jumlah keterlibatannya
dalam
pengambilan
keputusan
yang
ditentukan oleh situasi yang berbeda-beda.18 d) Model Alur – Sasaran Teori
alur-sasasran,
menyatakan
bahwa
tugas
pemimpin adalah membantu para anggotanya mencapai sasaran organisasi dan memberikan arahan serta dukungan guna menjamin sasaran mereka sesuai dengan sasaran organisasi yang telah ditentukan.
18
Victor Vroom, Leadership and The Decision-Making Process, (Organizational Dynamics, 2000), Vol. 28 No. 4, hlm. 84.
37
Teori kepemimpinan ini dikembangkan oleh Robert House yang mengambil unsur teori pengharapan tentang motivasi. Istilah alur-sasaran diambil dengan keyakinan bahwa pemimpin yang efektif memperjelas alur untuk membantu anggotanya melaksanakan tugas untuk sasaran organisasi dan meminimalkan hambatan selama pelaksanaan tugas kerja tersebut. 3) Dasar Perilaku Organisasi Perilaku organisasi yaitu tindakan sumber daya manusia sewaktu bekerja dalam organisasi. Perilaku berfokus pada dua bidang utama, perilaku individu dan perilaku kelompok. a) Perilaku Individu Dalam pembahasan ini, mencakup topik tentang sikap, kepribadian, persepsi, pembelajaran, dan motivasi. (1) Sikap, merupakan pernyataan evaluasi mengenai benda, orang atau peristiwa. Sikap terdiri dari tiga komponen: pemikiran, perasaanj, dan perilaku.19 (2) Kepribadian, gabungan unik ciri-ciri psikologis yang menggambarkan seseorang. Ciri-ciri kepribadian yang dapat mengidentifikasi kepribadian seseorang, yaitu: interaksi sosial, intuitif mengumpulkan data, pikiran mengambil keputusan, dan gaya menentukan keputusan. (3) Persepsi, proses yang dilalui individu guna mendapatkan arti atas lingkungan dengan cara mengorganisasi dan menafsirkan kesan inderawi mereka. (4) Pembelajaran, perubahan perilaku yang perubahannya relatif
permanen
yang
terjadi
sebagai
pengalaman. b) Perilaku Kelompok
19
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 37.
hasil
dari
38
Perilaku organisasi dalam pembahasan ini berkenaan tentang norma, peran, pembentukan tim dan konflik. Kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling ketergantungan yang berkumpul untuk mencapai sasaran tertentu. Kelompok dapat bersifat formal dan informal. Kelompok formal dibentuk oleh organisasi dengan penugasan kerja tersusun dan spesifik, sedangkan kelompok informal bersifat sosial, terbentuk alamiah di tempat kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kepentingan bersama. Oleh karena itu, perilaku kelompok bukan sekadar kalkulasi perilaku individu, melainkan proses dinamis yang berkembang melalui lima tahapan sebagai berikut: (1) Pembentukan, tahap pertama
pada pengembangan
kelompok dimana individu masuk ke kelompok dan kemudian
mendefinisikan
maksud,
struktur
dan
kepemimpinan dalam kelompok tersebut. (2) Pergolakan, identik dengan konflik di dalam kelompok yang merupakan tahap kedua dalam pengembangan kelompok. (3) Penormaan, tahap pertumbuhan hubungan erat antar identitas dalam kelompok. (4) Pelaksanaan, sepenuhnya
pada
tahap
berfungsi
ini
struktur
kelompok
dan
dapat
diterima,
memperlihatkan kinerja tugas. (5) Pembubaran, tahap akhir pada pengembangan kelompok temporer, yang pada tahap ini para anggota kelompok lebih memperlihatkan penutupan kegiatan daripada kinerja tugas. 4) Manajemen Konflik
39
Konflik merupakan perbedaan mendasar yang terjadi yang menghasilkan gangguan atau perlawanan.20 Konflik cenderung kepada kejadian yang sifatnya dianggap mengganggu keberlangsungan organisasi. a) Teknik Penyelesaian Konflik Ketika terjadi konflik, seorang manajer dapat memilih dari lima hal penyelesaian konflik sebagai berikut: penghindaran, pengakomodasian, negosiasi, pemaksaan, negosiasi, dan bekerja sama.21 (1) Penghindaran,meminimalkan pemicu konflik. (2) Pengakomodasian,
memecahkan
konflik
dengan
menempatkan kebutuhan dan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu. (3) Pemaksaan, memecahkan konflik dengan menarik atau mengurangi sumber pemicu konflik, cenderung hanya memuaskan satu pihak sedangkan pihak lain rugi. (4) Negosiasi, memecahkan konflik dengan tiap pihak untuk memberikan sesuatu yang bernilai. (5) Kerja sama, pemecahan konflik dengan mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. b) Pengambilan Keputusan Kelompok Untuk membuat keputusan kelompok yang kreatif, Robbins dan Coulter mendeskripsikannya dengan gambar sebagai berikut:22
20
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 71. L. M. Hough, Handbook of Industrial and Organizational Psychology Vol. 3, Palo Alto: Consulting Psychologysts Press, 1992, h. 668. 22 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 75. 21
40
Gambar 2.1 Teknik untuk membuat keputusan kelompok 5) Mengembangkan Kelompok Menjadi Tim Yang Efektif Tim kerja adalah kelompok formal yang terdisi dari individu-individu yang saling-tergantung dan bertanggung jawab atas tercapainya sasaran. Tim bukanlah alat pendorong produktivitas otomatis, oleh karenanya perlu dikembangkan dan dikelola agar menjadi lebih efektif. Ciri-ciri tim yang efektif dapat dijelaskan pada uraian berikut: a) Sasaran Jelas Tim memahami secara jelas sasaran yang harus dicapai dan juga keyakinan bahwa sasaran itu mengandung hasil yang penting. Para anggota setia pada sasaran tim dan bekerja sama mencapai sasaran yang telah ditetapkan. b) Keterampilan Relevan Tiap individu dalam tim memiliki keterampilan teknis dan keterampilan antar-pribadi yang kompeten. Keterampilan teknis seringkali tidak disertakan dengan keterampilan
antar-pribadi
yang
baik,
maka
untuk
membentuk tim yang efektif diperlukan kedua hal tersebut. c) Saling Percaya Kepercayaan timbal-balik yang tinggi antar sesama individu dalam tim. Setiap individu memahami dengan baik
41
akan integritas, watak dan kemampuan satu sama lain. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh iklim kepercayaan di organisasi yang bersangkutan dan budaya organisasi yang berlaku. d) Komitmen Disatukan Setiap individu dalam tim menunjukan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap timnya untuk mewujudkan tim yang efektif. Komitmen yang disatukan dapat ditentukan oleh dedikasi pada sasaran dan kerelaan untuk memberikan kinerja terbaik untuk mencapainya. e) Komunikasi Yang Baik Para anggota mampu menyampaikan pesan satu sama lain dengan mudah dan dapat dimengerti mencakup pesan verbal maupun non verbal dan komunikasi tersebut terjadi umpan balik positif sehingga komunikasi efektif dapat tercapai. f) Keterampilan Negosiasi Salah satu kecenderungan dalam tim yang efektif adalah fleksibilitas yang menuntut tiap anggota memiliki keterampilan negosiasi yang memadai. Dengan demikian, diharapkan dapat terjalin kerja sama yang solid antara satu anggota dengan anggota yang lain. g) Kepemimpinan Yang Memadai Pemimpin memotivasi para anggotanya untuk melalui sisuasi tersulit sekalipun, meningkatkan rasa percaya diri para anggota dan menjadi perantara jika terjadi konflik dalam tim. Dalam ciri ini, pemimpin berperan sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga lebih disenangi para anggotanya dan diharapkan mampu memicu semangat dan meningkatkan kinerja para anggotanya. h) Dukungan Internal Dan Eksternal
42
Secara internal, tim diberikan infrastruktur yang mendukung pelaksanaan tugas kerja. Dalam hal ini, mencakup juga pelatihan dan sistem pengukuran kinerja yang dapat dipahami setiap anggotanya. Secara eksternal, manajemen
harus
memberikan
sumber
daya
yang
dibutuhkan untuk merampungkan tugas tersebut. 6) Motivasi Kerja Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha
tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu.
Kebutuhan tersebut mengacu pada keadaan batin yang membuat hasil-hasil tertentu tampak menarik. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk memotivasi kerja dari seorang pimpinan kepada bawahannya:23 a) Mengakui perbedaan individu, setiap anggota memiliki kebutuhan, sikap, kepribadian individu yang berbeda satu dengan yang lainnya. b) Mencocokan orang dengan pekerjaannya, sesuaikan individu dengan kemampuan personalnya, misalnya dengan melihat seberapa besar harapannya untuk menuntaskan kerja dalam upaya pencapaian sasaran. c) Gunakan sasaran dan pastikan bahwa sasaran dapat dicapai, para anggota harus memiliki sasaran spesifik serta umpan balik mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan untuk mencapai sasaran tersebut. d) Kaitkan imbalan dengan kinerja, para pimpinan membuat imbalan yang bergantung pada kinerja anggotanya, dikaitkan atas pencapaian sasaran yang telah dilakukan oleh setiap anggota. d. Pengendalian 23
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 119.
43
1) Definisi Pengendalian Pengendalian adalah proses memantau kegiatan untuk menjamin kegiatan tersebut dilaksanakan seperti rencana dan mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti.24 Sistem pengendalian yang efektif menjamin kegiatan diselesaikan dengan cara-cara yang membawa pada tercapainya sasaran organisasi. 2) Tahap Pengendalian Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah sebagai berikut: a) Mengukur Kinerja Sumber informasi yang biasa digunakan para manajer adalah pengamatan pribadi, laporan statistik, laporan lisan dan tulisan dari anggota. Gabungan sumber informasi tersebut memberikan berbagai pengukuran kinerja yang dapat dilakukan pimpinan atas kinerja anggotanya. b) Membandingkan Kinerja Langkah perbandingan
yang dilakukan untuk
menentukan derajat variasi antara kinerja di lapangan dengan standar yang telah ditentukan organisasi. c) Melakukan Tindakan Manajerial Langkah
terakhir
dalam
pengendalian
adalah
mengambil tindakan manajerial. Dalam tahap ini, pimpinan dapat
melakukan
beberapa
tindakan
seperti;
tidak
melakukan apa-apa atas penyimpangan yang terjadi, mengoreksi kinerja, atau merevisi standar yang dianggap perlu perubahan. 3) Jenis Pengendalian a) Pengendalian Umpan Depan
24
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 168.
44
Jenis pengendalian umpan depan merupakan jenis pengendalian yang paling didambakan, jenis pengendalian ini
berfokus
pada
pencegahan
masalah
untuk
meminimalkan konflik yang terjadi. b) Pengendalian Sejalan Pengendalian sejalan merupakan jenis pengendalian yang terjadi sewaktu kegiatan kerja berlangsung. Pada pengendalian ini, pimpinan secara langsung mengawasi tindakan bawahan sekaligus mengoreksi ketika masalah muncul. c) Pengendalian Umpan Balik Jenis pengendalian yang terjadi setelah kegiatan kerja dilakukan disebut pengendalian umpan balik. Pengendalian ini berlangsung setelah kegiatan kerja terlaksana, oleh karena itu dalam pengendalian ini biasanya bersifat otentik karena dapat berupa laporan kerja lisan maupun tulisan sehingga pimpinan dan bawahan dapat saling memberikan tanggapan atas hasil kerja. 4) Ciri Sistem Pengendalian Efektif Sistem pengendalian yang efektif menurut Robbins dan Coulter memiliki ciri sebagai berikut: a) Keakuratan, dapat diandalkan dan menghasilkan data yang valid. b) Ketepatan waktu, sesuai dengan waktu yang ditentukan. c) Fleksibel, dapat disesuaikan dengan perubahan dan peluang yang ada di organisasi. d) Tindakan prefentif dan solutif, upaya pencegahan dan penyelesaian jika terjadi konflik dalam pelaksanaan kegiatan kerja. 5) Pengendalian Kinerja Organisasi
45
Kinerja organisasi adalah akumulasi hasil akhir semua proses dan kegiatan kerja organisasi. Pengendalian kinerja organisasi
akan
menghasilkan
aset
yang
lebih
baik,
meningkatkan kemampuan penyediaan nilai pelanggan dan memperbaiki ukuran pengetahuan organisasi. a) Menghasilkan aset yang lebih baik, aset organisasi menjadi lebih bernilai jika dikelola dengan cara yang dapat menangkap nilainya. Nilai yang diciptakan berasal dari berbagai sumber daya yang ada di organisasi. Dengan pemberdayaan
segala
sumber
daya
tersebut,
dapat
memaksimalkan kinerja organisasi untuk mencapai sasaran yang diharapkan. b) Meningkatkan kemampuan penyediaan nilai pelanggan, pimpinan memantau
seberapa
baik pelayanan
yang
diberikan organisasi kepada pelannggannya. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan serta mengukur kemampuan organisasi memberikan nilai pelanggan. c) Memperbaiki ukuran pengetahuan organisasi, salah satu keberhasilan organisasi adalah mampu mempelajari dan merespon dengan cepat. Artinya, setiap organisasi harus memahami bahwa pembelajaran adalah hal yang penting diperhatikan agar organisasi dapat terus tumbuh dan berkembang. Para manajer memegang peranan penting dalam proses pengendalian untuk mencapai kinerja terbaik, sehingga mereka dituntut untuk memiliki kemampuan mengenali tanggung jawab untuk mencapat tingkat kinerja yang dapat diteladani:25 a) Membantu anggota organisasi menentukan pilihan yang tepat 25
selama
perubahan
organisasi.
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid II, hlm. 240.
Perubahan
46
merupakan hal yang sulit dihindari, oleh karena itu manajer harus mampu memberikan arahan kepada anggotanya tentang banyak hal yang mencakup perubahan. Dengan memberikan
arahan
dan
dorongan
selama
periode
perubahan, para manajer mampu mempengaruhi anggotanya untuk menentukan pilihan tentang kegiatan kerja yang akan mereka lakukan untuk mencapai kinerja yang tinggi. b) Merancang sistem manajemen kinerja yang sesuai dengan sumber daya yang ada di organisasi. Hal ini dilakukan
untuk
memperkenalkan
kepada
anggotan
mengenai ukuran kinerja yang sesua dan mampu menjadi solusi atas masalah-masalah pengendalian kinerja. Para manajer dapat memecahkan masalah tersebut dengan berfokus pada fakta-fakta yang mendukung pencapaian sasaran organisasi dan melaporkannya dengan jelas, khusus dan tepat waktu. c) Membantu anggota merealisasikan ide dalam bentuk tindakan
nyata.
Para
manajer
harus
mendorong
anggotanya untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan menjadikan ide tersebut menjadi sesuatu yang dilakukan. Setiap SDM di dalamnya mampu memetakan keseluruhan proses penerapan ide dari penyusunan sampai kepada penyampaian hasil gagasan tersebut.
B. Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah 1. Pengertian Laboratorium Amil Zakat Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, diperlukan laboratorium sebagai tempat berlatih dan mengadakan berbagai kegiatan pembelajaran dari teori ke praktek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, laboratorium diartikan sebagai tempat atau ruang tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan. Amin Soejitmo dalam
47
Dentje Borman (1988: 90-91) menyebutkan bahwa laboratorium memiliki arti dan fungsi sebagai berikut: a. Laboratorium dapat merupakan wadah, yaitu tempat, gedung, ruang dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. b. Laboratorium dapat merupakan sarana dimana terjadi kegiatan pembelajaran. c. Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat informasi dengan sarana dan prasarana yang ada di dalamnya untuk melakukan berbagai eksperimen pembelajaran. d. Laboratorium merupakan tempat dimana dosen, mahasiswa, guru, siswa dan orang lain melaksanakan kegiatan ilmiah dalam rangka pembelajaran. e. Laboratorium merupakan tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. f. Laboratorium dengan segala sarana dan prasarana di dalamnya dapat dijadikan sumber pembelajaran. Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa laboratorium adalah tempat yang dilengkapi sarana dan prasarana untuk melakukan pembelajaran agar dapat lebih memahami konsep dan pelaksanaan teori dalam bentuk praktek kerja nyata. Kata Amil berasal dari kata ََ ًَالم مَ مَ َ م مِ مyang biasa diterjemahkan dengan “yang berbuat, melakukan, pelayan”.26 Amil juga bisa diartikan sebagai orang yang mengumpulkan dan mengupayakan zakat, 27 juru tulisnya, dan yang membagi-bagikannya.28
26
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pondok Pesantren AlMunawwir, 1984), hlm. 1045. 27 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 622. 28 Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul, (Bandung: Sinar Baru, 1990), hlm. 786.
48
Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infak/sedekah.29 Muhammadiyah Ja’far memberi peringatan lebih singkat lagi, yaitu orang-orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dari orang yang berzakat, dan membagikannya kepada orang-orang yang berhak.30 Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para penghimpun zakat sampai kepada bendahara dan para penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk dana zakat dan membagikannya kepada para mustahik.31 Dalam Ensiklopedi Islam, yang dimaksud dengan amil adalah orang atau badan yang mengurus soal zakat dan sedekah dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan menyalurkan atau membagikannya kepada mereka yang berhak menurut ketentuan ajaran Islam.32 Sejalan dengan berbagai definisi amil tersebut di atas, dapat dipahami bahwa amil adalah orang atau badan yang mengurus serangkaian kegiatan terkait zakat mulai dari penghimpunan, pencatatan, sampai kepada penyaluran atau pembagian zakat kepada para penerima zakat yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Dari uraian mengenai laboratorium dan amil zakat tersebut di atas dapat dipahami bahwa laboratorium amil zakat adalah ruang praktek bagi dosen, mahasiswa, dan orang-orang terkait pembelajaran mengenai
29
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah 30 Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadah Zakat, Puasa, dan Haji, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm. 71. 31 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, terj. Salman Harun, dkk., , (Bogor: PT. Pustaka Litera Inter Nusa, 2004), Cet. Ke-5, hlm. 545. 32 M. Quraish Shihab (Ed), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1992), Jilid I, Cet. I, hlm. 134.
49
manajemen zakat mulai dari kegiatan penghimpunan, pencatatan sampai kepada kegiatan penyaluran dana zakat kepada para mustahik. 2. Kedudukan Amil Zakat Amil dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat termasuk kategori ketiga mustahik seperti yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 60: Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, mualaf (yang dilembutkan hatinya), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”. Ayat tersebut di atas menjadi dalil yang mendasari hukum amil. Yang menjadi penegasan di sini adalah “al-‘amilina ‘alaiha” atau para petugas yang diangkat oleh yang berwenang untuk memungut zakat atau pengurus lembaga dan organisasi pengelola zakat.33 Dalil lain yang menegaskan kedudukan amil untuk mengelola zakat dikuatkan dengan surat At-Taubah ayat 103:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) Teuku M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Masjid An-Nuur, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid 2, hlm. 1686. 33
50
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” Yang menjadi subjek dalil tersebut di atas adalah kalimat “khudz min amwaalikum” yaitu bentuk perintah: “Ambillah (zakat) dari harta mereka”. Makna perintah di sini pada prinsipnya bermakna keharusan atau kewajiban. Oleh karenanya, zakat harus dikelola oleh amil yang diangkat atau diberikan amanah oleh pihak yang berwenang yaitu pemimpin.34 Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa hendaknya amil memenuhi beberapa syarat, yaitu:35 a. Hendaklah ia seorang muslim karena itu urusan kaum muslimin, maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka kecuali tugas yang tidak berkaitan dengan soal penghimpunan dan pembagian zakat seperti penjaga gudang dan atau supir. b. Hendaklah seorang mukalaf yaitu orang dewasa yang sehat akal dan pikirannya. c. Hendaklah ia seorang yang jujur karena diberi amanah untuk mengelola harta kaum muslimin. d. Memahami hukum-hukum zakat agar mampu melaksanakan tugas sebagai amil. e. Sebaiknya amil adalah seorang laki-laki. f. Sebagian ulama mensyaratkan amil adalah seorang yang merdeka bukan hamba sahaya. 3. Tugas dan Fungsi Laboratorium Amil Zakat Pada garis besarnya, amil dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu penghimpun dan penyalur atau yang membagikan dana zakat. Para penghimpun bertugas mengamati dan menetapkan muzaki (orang yang mengeluarkan zakat), menetapkan jenis-jenis harta yang wajib 34 Abdul Bari Shoim, Zakat Kita, (Kendal: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal, 1978), hlm. 82. 35 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, terj. Salman Harun, dkk.., hlm. 551-555.
51
dizakati, dan jumlah yang harus dikeluarkan. Kemudian mengambil dan menyimpannya untuk diserahkan kepada para penyalur zakat. Dengan demikian, para penghimpun zakat harus memahami tentang hukumhukum zakat, misalnya yang berkaitan dengan kadar nishab, haul, dan sebagainya. Para penyalur atau yang membagikan zakat bertugas mengamati dan menetapkan mustahik (orang yang berhak menerima zakat), hal ini mencakup perkiraan kebutuhan mereka dan mempertimbangkan jumlah zakat yang diterima.36 Sedangkan fungsi amil zakat adalah berperan serta memberantas kemiskinan dan kefakiran umat Islam. Namun dengan situasi kehidupan masyarakat yang semakin rumit maka fungi amil zakat perlu dikembangkan menjadi lembaga atau organisasi pengelola zakat agar manajemen pelaksanaan zakat lebih terjamin mulai dari kegiatan penghimpunan sampai kepada penyaluran dana zakat. Dengan adanya laboratorium, para mahasiswa diharapkan dapat mengaktualisasikan pemahaman dari ruang kelas ke wilayah kerja nyata yang tentunya akan memberikan mereka tambahan ilmu pengetahuan yang tidak bisa didapatkan di ruang kelas. Ditambah dengan adanya ketersediaan arahan dan bimbingan dari dosen mata kuliah juga dari pihak-pihak lain yang lebih berpengalaman memberikan mahasiswa tambahan pembelajaran. Fungsi laboratorium seperti yang disebutkan Mohammad Amien (1988: 54) bahwa laboratorium sebagai sarana penunjang untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam suatu bidang studi dan mempersiapkan
sarana
penunjang
lainnya
untuk
melaksanakan
penelitian. Selanjutnya, Depdikbud (1979: 7) menambahkan penjelasan bahwa laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk memecahkan M. Quraish Shibah, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 328. 36
52
masalah, mendalami suatu fakta, melatih keterampilan dan berpikir ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, menentukan masalah baru, dan lain sebagainya. Dengan demikian, diharapkan dosen, guru, mahasiswa dan orangorang yang terlibat dalam pengelolaan laboratorium harus memahami bahwa
pembelajaran
di
laboratorium
mampu
mencapai
tujuan
pembelajaran, yakni:37 a. Mengembangkan keterampilan (pengamatan dan pencatatan data dan kemampuan menggunakan sarana yang tersedia. b. Melatih peserta didik agar dapat bekerja cermat. c. Melatih ketelitian mencatan dan kejelasan melaporkan hasil percobaan peserta didik. d. Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab peserta didik. e. Melatih peserta didik merencanakan dan melaksanakan percobaan lebih lanjut.
37
hlm. 8.
Depdikbud, Petunjuk Pengelolaan Laboratorium IPA, (Bandung: CV. Rosda, 1979),
BAB III GAMBARAN UMUM LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)
A. Sejarah Singkat Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manejemen Dakwah (Lazis MD) -awalnya bernama Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah), merupakan organisasi sosial yang bertujuan untuk menyejahterakan umat, melalui penyaluran zakat, infak dan sedekah. Lazis Manajemen Dakwah, merupakan organisasi amil zakat yang tengah merintis untuk menjadi lebih profesional dan memberikan penyaluran-penyaluran dalam program pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan. Lazis Manajemen Dakwah memulai kiprahnya pada tanggal 14 Maret 2012 di Ciputat, dimana lembaga ini dinaungi oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai lembaga amil zakat berdasarkan SK No. 14 tahun 2012.1 Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzaki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya. Sehingga pada tanggal 3 juni 2012 Lazis MD
menyukseskan
acara
pertamanya
melalui
program
BAZAR
SHODAQOH, dimana melalui acara tersebut Lembaga ini berhasil memberikan tunjangan kepada 15 orang anak yatim piatu, serta menyumbang 243 buku untuk Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pos Solidaritas Umat di daerah Ciputat dan sekitarnya. Pada saat tahun 2013, Lazis MD
1
Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012
53
54
telah menyalurkan dana kepada 150 mustahik di bebeberapa daerah sekitar uin yang membutuhkan. Diantaranya dhuafa, pemulung, anak yatim, janda dan lain sebagainya yang berlokasi di sekitar kampus UIN.2 Lazis Manajemen Dakwah merupakan organisasi yang bermula dari laboratorium yang disediakan untuk mahasiswa konsentrasi Manajemen Zakat Infak Sedekah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di masa pertumbuhannya, yaitu tahun 2014 Lazis Manajemen Dakwah mengalami pergantian nama dari yang sebelumnya Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah dengan dikuatkan SK No. 12 tahun 2012, diubah menjadi Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah setelah mendapat arahan dan bimbingan dari pihak Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang diwakili oleh Teten Kustiawan (Direktur Pelaksana Baznas) dan dari pihak Dompet Dhuafa yang diwakili oleh Ahmad Juwaini (Presiden Direktur Dompet Dhuafa) pada studium general yang diadakan Jurusan Manajemen Dakwah sekaligus penandatanganan MoU dengan pihak Baznas dan Dompet Dhuafa.3
B. Visi, Misi dan Tujuan 1. Visi4 Menjadi organisasi amil zakat yang terpercaya dan memberdayakan umat. 2. Misi a. Mencetak amil yang profesional b. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian bagi mahasiswa c. Mengembangkan zakat sebagai instrumen pengurangan kemiskinan d. Meningkatkan kemandirian mahasiswa melalui sumber daya 3. Tujuan
2
Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB 4 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012 3
55
a. Meningkatkan
kepedulian
sosial
dan
solidaritas
terhadap
masyarakat b. Meningkatkan kualitas hubungan baik secara vertikal maupun
horizontal c. Mengamalkan sebagian ilmu yang diperoleh pada mata kuliah
Manajemen Fundrising ZIS
C. Struktur Organisasi
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Sumber: Laporan Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012) Dari
gambar
struktur
organisasi
tersebut
di
atas,
dapat
dideskripsikan pada uraian sebagai berikut:5 1. Lazis Manajemen Dakwah dipimpin oleh seorang ketua umum yang berkoordinasi dengan penanggung jawab dan penasehat dalam menentukan kebijakan yang akan diberlakukan pada Lazis Manajemen 5
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB
56
Dakwah. Ketua umum memiliki kewenangan untuk melakukan perannya sebagai pimpinan tertinggi di Lazis Manajemen Dakwah serta melakukan pengendalian jika terjadi hal-hal yang menyimpang atau tidak sesuai harapan selama proses pencapaian sasaran organisasi. 2. Ketua pelaksana harian diemban oleh seorang mahasiswa yang ditentukan secara musyawarah seluruh anggota didampingi oleh ketua umum. Ketua pelaksana harian bertugas sebagai penentu kebijakan yang berkenaan dengan pelaksanaan yang dilakukan organisasi, terutama yang menyangkut kegiatan yang dilakukan para amil zakat di Lazis Manajemen Dakwah (semua anggota harian termasuk amil zakat karena terlibat dalam kegiatan pengelolaan zakat). 3. Divisi penghimpunan, bagian yang melakukan pengumpulan dana zakat, infak, sedekah (ZIS), melakukan pendataan muzaki dan menyimpannya dalam database muzaki, melakukan koordinasi dengan divisi pendayagunaan, serta meyelenggarakan beragam kegiatan untuk menghimpun dana ZIS dari calon muzaki. Akan tetapi, setiap anggota dan ketua pelaksana harian diharuskan menghimpun dana untuk mencapai target yang telah disepakati bersama atas arahan dari ketua umum. 4. Divisi
pendayagunaan,
pendistribusian dana
ZIS
yang telah
dikumpulkan divisi penghimpunan diteruskan kepada para mustahik oleh tim divisi pendayagunaan dengan membuat program kerja distribusi ZIS, melakukan pendataan mustahik dan menyimpannya dalam database mustahik, melaksanakan pendistribusian ZIS. Sama halnya dengan divisi penghimpunan, dalam divisi pendayagunaan pun setiap anggota dan ketua pelaksana harian terlibat langsung ketika pelaksanaan
distribusi
dana
ZIS
kepada
mustahik.
Target
pendayagunaan Lazis Manajemen Dakwah mencakup bantuan di bidang pendidikan, bantuan sosial kepada dhuafa, bantuan dana usaha, dan beberapa program lain yang nanti akan dijelaskan lebih rinci pada program kegiatan Lazis Manajemen Dakwah.
57
5. Divisi hubungan masyarakat (humas), melakukan kegiatan promosi, sosialisasi dan marketing untuk menjaring muzaki baru, membuat ragam instrumen publikasi mengenai Lazis Manajemen Dakwah dan menyusun buletin di akhir kepengurusan. Dalam penentuan susunan organisasi Lazis Manajemen Dakwah, ketua umum memberikan kewenangan kepada para mahasiswa yang akan menjalankan serangkaian fungsi manajemen sebagai pengurus. Masa kepengurusan sangat singkat karena menyesuaikan dengan masa aktif perkuliahan selama dua semester ketika para mahasiswa duduk di semester 6 sebagai masa praktikum mata kuliah Manajemen Fundrising ZIS dan Wakaf.6
D. Fungsi Manajemen Lazis Manajemen Dakwah 1. Perencanaan a. Menentukan Sasaran Lazis Manajemen Dakwah Penentuan sasaran yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah didasarkan pada hal yang mencakup penghimpunan dana ZIS. Perencanaan terkait target penghimpunan dana ditentukan berdasarkan hasil musyawarah ketua umum dan seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah yang menjabat sebagai pengurus aktif, yaitu mahasiswa di semester 6 yang mengikuti perkuliahan dengan mata kuliah Manajemen Fundrising ZIS dan wakaf. Setelah ditentukan target penghimpunan dana, langkah selanjutnya dalam tahap perencanaan adalah menentukan jangka waktu dan strategi marketing yang dilakukan oleh seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah didampingi arahan dari ketua umum. Dikarenakan masa jabatan yang sebentar, maka jangka waktu untuk
6
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB
58
penghimpunan sangat terbatas, yaitu sekitar satu bulan untuk mencapai target nominal yang telah ditentukan. 7 Strategi marketing dikemas dengan penyusunan programprogram kegiatan penghimpunan dana dengan beragam cara. Seperti yang paling sering dilakukan adalah menyusun proposal organisasi yang disebar ke berbagai organisasi lain seperti lembaga pemerintahan, ada juga proposal yang diajukan ke sesama lembaga pengelola zakat yang lebih besar skalanya, pengajuan proposal ke perusahaan swasta pun pernah dilakukan oleh pengurus di tahun 2015, di bawah kepemimpinan Musyfiq dan mendapat total penghimpunan dana sebesar Rp 36.467.500 (tiga puluh enam juta empat ratus enam puluh tujuh ribu lima ratus rupiah).8 Berikut adalah grafik peningkatan dana ZIS yang dihimpun Lazis Manajemen Dakwah dari tahun 2012 –2015:9 Penghimpunan Dana ZIS 40000000 35000000 30000000
5000000
2012
2013
36.467.500
10000000
22.149.500
15000000
2.152.350
20000000
27.221.200
25000000
0
2014
2015
Gambar 3.2 Grafik Pencapaian Dana ZIS Dari Tahun 2012-2015
7 Wawancara pribadi dengan M. Musyfiq Hidayat, Ketua Pelaksana Harian Lazis Manajemen Dakwah Periode 2015, Tangerang Selatan, 23 Oktober 2015 8 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2015 9 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012-2015
59
Dari gambar tersebut di atas, dapat diuraikan tentang penghimpunan dana ZIS yang diperoleh Lazis Manajemen Dakwah dari periode 2012 sampai 2015. Pada tahun 2012, kegiatan penghimpunan masih berbentuk tim, sehingga target dana penghimpunan bukan berdasarkan masing-masing anggota tetapi berdasarkan kelompok yang telah dibentuk. Dana yang didapatkan sebesar Rp 2.152.350. Pada tahun 2013, kegiatan penghimpunan ditentukan targetnya atas setiap anggota sehingga setiap orang memiliki semangat kerja yang tinggi untuk mencapai nominal yang ditentukan, yaitu sebesar Rp 600.000/orang. Akan tetapi, ada sebagian anggota yang mendapatkan dana lebih besar dari yang ditargetkan sehingga total penghimpunan dana pada tahun 2013 sebesar Rp 22.149.500. Berlanjut ke tahun 2014, masih memakai cara penghimpunan dana seperti yang dilakukan pada tahun 2013 dan mendapatkan total penghimpunan dana Rp 27.221.200 yang kemudian didistribusikan kepada 250 mustahik di sekitar kampus UIN Jakarta. Dan pada tahun 2015, peningkatan jumlah penghimpunan dana cukup signifikan dan mencapai angka Rp 36.467.500 yang didistribusikan kepada 278 mustahik. b. Menyusun Rencana Lazis Manajemen Dakwah Seperti yang telah disebutkan di atas mengenai masa jabatan di Lazis Manajemen Dakwah yang terbatas pada masa perkuliahan yang hanya dua semester, maka dalam menyusun rencana, Lazis Manajemen Dakwah mengandalkan rencana operasional untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Rencana operasional yang dimaksud adalah dengan membuat kerangka waktu (time line) dilengkapi dengan hal-hal apa saja yang dilakukan dalam rentang waktu tersebut. c. Teknik Perencanaan Lazis Manajemen Dakwah Teknik perencanaan yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah adalah dengan melakukan pengamatan lingkungan,
60
menyaring sebanyak mungkin informasi untuk memberikan ruang praktek bagi para mahasiswa konsentrasi Manajemen Ziswaf di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat memahami teori dan praktek menjadi amil serta terlibat langsung di organisasi pengelola ZIS. Keberadaan sumber daya di Lazis Manajemen Dakwah juga menjadi upaya dalam pelaksanaan teknik perencanaan dengan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah hingga saat ini terbatas pada anggaran warisan dari kepengurusan sebelumsebelumnya dan sumber daya manusia yang ditentukan dengan jumlah mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf. 2. Pengorganisasian a. Desain Organisasi Lazis Manajemen Dakwah, melakukan kegiatan yang dinamis dengan fleksibel untuk menyesuaikan kebutuhan organisasi untuk mencapai sasaran. Dengan perpaduan desain organisasi tradisional dan kontemporer, yang merupakan desain organisasi yang sangat fleksibel mengikuti pergerakan organisasi yang dinamis. Desain organisasi tradisional yang dilaksanakan Lazis Manajemen Dakwah memiliki kekuatan yang cepat dalam penyusunan struktur organisasi, fleksibel dalam pelaksanaan deskripsi jabatan, jelas pertanggungjawabannya karena sentralisasi wewenang. Selain itu, desain organisasi kontemporer berbasis tim dan pembelajaran bagi para anggota yang terus mengembangkan kemampuannya untuk beradaptasi dan berperan aktif dalam melaksanakan tugas kerjanya. 10 b. Manajemen Sumber Daya Manusia 10
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB
61
Memperoleh dan mempertahankan anggota yang kompeten menjadi salah satu penentu keberhasilan organisasi, oleh karena itu, dalam proses pengorganisasian pun mencakup manajemen sumber daya manusia. Dan hal itu pun dilakukan Lazis Manajemen Dakwah, hal tersebut dilakukan untuk menjamin bahwa organisasi ini memiliki jumlah dan jenis orang yang tepat untuk menyelesaikan sejumlah tugas kerja yang diberikan untuk mencapai sasaran organisasi. Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah adalah sebagai berikut: 1) Menilai sumber daya manusia yang ada di organisasi, yaitu mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf di semester 6. Proses ini akan memudahkan ketua umum untuk lebih objektif memberikan arahan kepada ketua pelaksana harian dan atau seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah mengenai tugas kerja yang akan mereka laksanakan. Penilaian yang dilakukan ketua umum berdasarkan track record anggota sebagai mahasiwa jurusan Manajemen Dakwah, dari penilaian awal yang dilakukan adalah dengan memberikan rekomendasi nama-nama yang memungkinkan untuk menempati jabatan sebagai ketua pelaksana harian dan koordinator divisi.11 2) Orientasi Manajemen
dan
pelatihan,
Dakwah
yaitu
kepada
mengenalkan
seluruh
anggota
Lazis dan
memberikan pelatihan untuk menunjang kegiatan mereka selama kepengurusan. Orientasi yang diberikan ketua umum disampaikan melalui pertemuan di kelas dengan memberikan gambaran umum dan pencapaian-pencapaian yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah untuk menjelaskan kepada para 11
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB
62
anggota terkait berbagai hal yang menyangkut organisasi. Sedangkan pelatihan diberikan dalam bentuk arahan selama menjadi pengurus, yang disampaikan dua kali dalam satu pekan pertemuan. Pelatihan tersebut diberikan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan setiap anggota untuk melaksanakan tugas kerjanya dengan efektif dan efisien. c. Budaya Organisasi Pembentukan budaya organisasi relatif membutuhkan waktu yang cukup lama, akan tetapi dari kemunculannya hingga saat penelitian ini dilakukan, Lazis Manajemen Dakwah telah melakukan dinamika budaya organisasi yang bersifat kekeluargaan dan terus mengembangkan kemampuan kerja sama antar pengurus. Diakui memang, ketika tahun 2012, kepengurusan dan tugas kerja saling mengandalkan satu dengan yang lain sehingga terjadi ketimpangan job description yang dikerjakan oleh sebagian orang saja. Menginjak kepengurusan kedua di tahun 2013, ketua umum yaitu Muhammad Zen mengubah budaya tersebut sehingga job description lebih jelas dan detail. Hal ini tentu saja menjadi nafas baru pergerakan Lazis Manajemen Dakwah dan menjadi core value yang dimiliki yaitu kerja sama yang solid. 12 Hal yang juga menjadi daya tarik dari Lazis Manajemen Dakwah bagi peneliti adalah pertumbuhan dan pengembangan inovasi yang selalu dikemas kreatif para pengurusnya untuk mencapai sasaran organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari beragam
nama
menyalurkan
program
hasil
dana
kegiatan ZIS
yang
pendayagunaan didapat
dari
untuk proses
penghimpunan yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Kepemimpinan 12
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB
63
Kepemimpinan yang berlangsung di Lazis Manajemen Dakwah tergolong unik karena ketua umum dan ketua pelaksana harian berkolaborasi untuk memotivasi dan mempengaruhi para anggotanya. Ada pun yang menjadi ciri kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah, adalah sebagai berikut: a. Motivasi dan apresiasi, ketua umum memberikan dukungan penuh terhadap kemampuan yang dimiliki para anggotanya dan mengapresiasi setiap upaya mereka dalam melaksanakan tugas kerja untuk mencapai sasaran organisasi. Mengapa demikian? Karena
para
anggota
memiliki
semangat
belajar
dan
mengembangkan kemampuan yang tinggi serta menunjukan dedikasi yang tinggi meskipun pada mulanya semangat dan dedikasi tersebut hanya dikarenakan nilai pada mata kuliah Manajemen Ziswaf. Akan tetapi, di akhir kepengurusan para anggota cenderung memahami bahwa ada nilai-nilai lain yang mereka dapatkan dengan menjadi bagian dari pengurus Lazis Manajemen Dakwah, yaitu pengalaman menjadi amil dan pembelajaran untuk kehidupan di masa yang akan datang serta diharapkan mampu menjadi nilai tambah bagi mereka yang akan melanjutkan terjun menjadi amil di organisasi lembaga zakat dengan skala yang lebih besar.13 Dalam hal ini, pemimpin berperan sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga lebih disenangi para anggotanya dan diharapkan mampu memicu semangat dan meningkatkan kinerja para anggotanya. b. Kejujuran dan integritas. Ketua umum membangun hubungan saling mempercayai antar anggotanya dengan berlaku jujur dan menunjukan konsistensi tinggi antara perkataan dan perbuatan. c. Untuk mengklasifikasi, menganalisa dan menafsirkan banyak informasi, ketua umum berkoordinasi dengan pengasuh, yaitu 13
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Umum Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 9 Oktober 2015 pukul 09.30 WIB
64
Drs. Cecep Castrawijaya, MA., agar mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan selama pelaksanaan manajemen sasaran Lazis Manajemen Dakwah. d. Gaya kepemimpinan yang dilakukan ketua umum memadukan interaksi langsung pimpinan dengan bawahan dan situasi yang memungkinkan ketua umum mempengaruhi para anggotanya. Dengan hal tersebut, gaya kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah berorientasi pada hubungan pimpinan dengan anggotanya, yang mencakup sikap saling percaya dan menghormati pimpinan sebagai pihak yang berwenang untuk menentukan arah kebijakan organisasi dengan mengedepankan musyawarah seluruh anggota. Pada waktu tertentu, ketua umum bekerja sebatas memberikan arahan dan motivasi kerja untuk menjamin tercapainya sasaran organisasi. Hal ini dilakukan untuk memperjelas alur kerja yang sesuai dengan job description masing-masing anggota selama melaksanakan tugasnya dan meminimalkan terjadinya konflik selama proses pelaksanaan tugas kerja tersebut. e. Manajemen konflik, ketika terjadi konflik, ketua umum cenderung bekerja sama dengan seluruh anggota untuk menyelesaikan masalah bersama. Namun ada kalanya ketua umum juga berkoordinasi dengan pengasuh untuk mendapat masukan dan arahan dalam menentukan arah kebijakan dan keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah. Ketua umum memotivasi para anggotanya untuk melalui sisuasi tersulit sekalipun, meningkatkan rasa percaya diri para anggota dan menjadi perantara jika terjadi konflik dalam tim. f. Pengambilan keputusan, ketua umum mengarahkan para anggotanya untuk terlibat dalam penentuan keputusan bersama. Jika terjadi permasalahan selama proses manajemen, ketua
65
umum memberikan kebebasan untuk terlibat langsung memberikan solusi berdasarkan persepsi masing-masing untuk kemudian didiskusikan bersama dengan anggota organisasi yang lain. Dalam hal ini, setiap orang berhak menyampaikan gagasannya dan menyajikan gagasan tersebut di hadapan ketua umum dan anggota kelompok yang lain. Di sini, mahasiswa dilatih untuk mengasah kemampuannya sebagai problem solver sehingga terbiasa menghadapi dan siap jika terjadi masalah dalam melaksanakan tugas kerja. Selain itu, mahasiswa terlatih agar mampu berkomunikasi baik verbal maupun non verbal untuk menyampaikan gagasannya. 4. Pengendalian Pengendalian yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah dilakukan dengan rincian sebagai berikut:14 a. Mengukur Kinerja Pengukuran kinerja perlu dilakukan sebagai bagian awal bagi seorang pimpinan untuk melakukan pengendalian pada organisasi yang dipimpinnya, begitu pula dengan yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah. Penilaian atas setiap kinerja anggota berdasarkan pengamatan pribadi dan laporan lisan maupun tertulis dari setiap anggota. Dikarenakan laboratorium amil zakat ini bermula dari mata kuliah Manajemen Fundrising Ziswaf, maka nantinya penilaian kinerja selama menjadi pengurus Lazis Manajemen Dakwah akan berpengaruh pada nilai yang didapatkan pada mata kuliah tersebut. b. Melakukan Tindakan Manajerial Langkah lain dalam pengendalian yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah adalah mengambil tindakan manajerial. Dalam tahap ini, ketua umum berwenang melakukan 14
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB
66
tindakan jika terjadi penyimpangan yang dilakukan anggotanya, biasanya berupa teguran secara langsung tanpa memberikan surat peringatan. Hal lain yang menjadi wewenang ketua umum dalam tahap ini adalah mengoreksi kinerja dan atau memperbaiki attitude anggota yang tidak sesuai dengan standar etika profesi amil, yang mengacu pada sifat kepemimpinan Rasulullah, yaitu jujur (shiddiq), amanah, cerdas (fathonah), dan menyampaikan (tabligh). Shiddiq bekerja secara lurus dan benar, amanah bekerja secara jujur, cerdas bekerja dengan profesional dan menyampaikan suatu hak yang memang harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
E. Sistem Keuangan Dari hasil pengumpulan dan analisis data, diperoleh data yang menunjukkan bahwa Lazis Manajemen Dakwah sudah menerapkan akuntansi ZIS yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 109 tentang akuntansi ZIS.15 Hal ini dapat dilihat dari lampiran laporan keuangan Lazis Manajemen Dakwah yang disusun pada akhir masa kepengurusan.16 Prosedur akuntansi yang diterapkan pada Lazis Manajemen Dakwah adalah sebagai berikut: 1. Prosedur keuangan penerimaan ZIS 2. Prosedur keuangan penyaluran ZIS 3. Prosedur keuangan selain kas
F. Muzaki dan Mustahik Lazis Manajemen Dakwah Kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan menjadi kegiatan inti dari Lazis Manajemen Dakwah, dimana terjadi keterlibatan secara langsung menjadi amil ZIS yang menerima dari muzaki dan mendistribusikannya
15
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB 16 Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012
67
kepada para mustahik. Untuk melihat seberapa luas sumber dana dan sebaran ZIS kepada mustahik pada Lazis Manajemen Dakwah, dapat diperhatikan pada tabel berikut: Pendistribusian kepada
Periode
Penghimpunan dari Muzaki
2012
Rp
2013
Rp 22.149.500
120 orang
2014
Rp 27.221.200
250 orang
2015
Rp 36.467.500
278 orang
Tabel 3.1
2.152.350
Mustahik 60 orang
Pencapaian Penghimpunan dan Pendistribusian ZIS Tahun 2012-2015
Database Muzaki No.
Nama
No.
Nama
1.
Bapak Sulaeman
51.
Dompet Dhuafa
2.
Kel. Rasidi
52.
ZIS Indosat
3.
Bapak Fajar
53.
Ramadani Irawan
4.
Ibu Sugiati
54.
Yudi Yulfansyah
5.
PT. Standard Pen
55.
H. Suryo – Hj. Suharyati
6.
Ririn Dyah Wati
56.
Ibu Yuni
7.
Lika Ruhma Hanifa
57.
Bapak Jayadin
8.
Zulkarnaen
58.
Devi Ria
9.
Futuh Ihsan Salsabil
59.
Ibrahim Putera Agustian
10.
Asep Saepudin
60.
Nurhandayani
11.
Bambang
61.
Hj. Darni Pandi
12.
Hilmi Hidayat
62.
Bapak Amung
13.
Indah Nurwasilah
63.
Bapak Budi
14.
Tami Chairunnisa
64.
Bapak Ridwan
15.
Abdurrahman Wahid
65.
Bapak Haris
16.
Amrina Rosyada
66.
Pak Herizal
68
17.
Nourmalinda
67.
Ibu Astuti
18.
Dedi Warman
68.
Ibu Herawati
19.
Mulyani
69.
Uday Baydoi
20.
Tirsan Maulana
70.
Bapak Marjuki
21.
Wasiat Jakarta
71.
Bapak Sudianto
22.
H. Hasbullah
72.
Ibu Nina
23.
H. Syafei
73.
Bapak Hulaefi
24.
Hj. Neneng Kamalia
74.
Pak Muhaimin
25.
Rahmania
75.
Hj. Maspupah
26.
Hj. Rukoyah
76.
H. Ilyas
27.
Hutami
77.
Hj. Tonah
28.
Mawardi
78.
Rifai Ahmad
29.
Dwina Aura
79.
Sofia
30.
Eka Safitri
80.
Drs. H. Riduan Syahrani
31.
Rispa Fauziah
81.
H. Yusrizal
32.
Faizal Kamandan
82.
H. Khairuzzaman
33.
Mirdat
83.
Dede Slamet Riyadi
34.
Mayang Sari
84.
Eriyansyah
35.
Lukmanul Hakim
85.
Musthafa Kamal
36.
Ai Hernawati
86.
Ibu Sopiah
37.
M. Syarief
87.
Direktur Bimbel Tridaya
38.
Putri Jamilah Mardiyah
88.
Travel Pulau Seribu
39.
Sri Haryani
89.
Hafidz Maulana
40.
Melly Haryani
90.
Susi Sofiatul Farida
41.
PSM UIN Jakarta
91.
Abdul Rosyid
42.
Mega Rosalita
92.
Ibu Khaerani
93.
Siti Rohimah
43.
Panitia BICF The Project
44.
Mia Nur Fauziah
94.
Bapak Rohendi
45.
Ikna Qanita
95.
Abdul Rohman
69
46.
Panitia Olimpiade Al Qur’an
96.
Rohendi
47.
Muhammad Syafe’i
97.
Uswatun
48.
Chaidir Ali
98.
Ahmad Nirwan
49.
Ust. Ahmad Romdhoni
99.
Hasanah Hilmiyatul
50
Ust. Hakim Hanafi
100. Aminatuzzuhriyyah
101. Handoyo
102. Eka Nur Fitriana
103. Lathifah
104. Siti Wardah
105. Hj. Kandi
106. Hj. Ija
107. Ma Haji
108. Daroh
109.
110. Alit
Bendi
111. Dewi Batang
112. Ajat Pamanukan
113. Kamal Mustafa
114. Masni Rengat
115. Fitri Mustafa
116. Ahmad Nurdin
117. Ratu Hassanah
118. Hasan
119. Hamdi Assidqi
120. Ayu Nurul Fitriana
121. Suci Lestari
122. Rizky Amalia
123. Benny Kus
124. Abdul Wahid
125. Isa benuh
126. Anis Mardianis
127. Nurul Aliyah
128. Khairul Umam
129. Lalu Heri
130. Harsin Hamid
131. Bu Indah
132. Satria
133. Fauziah
134. Khairul Arifin
135. Ibu Suwarni
136. Ibu Susan
137. Hj. Eva Suciati
138. Ibu Dedeh
139. Fatihatul Izzah
140. Ahmad Nizar
141. Suradianto
142. Samayanti P.
143. Muhammad Fikry
144. Suroyuddin
145. Lilianti Sukami
146. Warsito
147. Noval Kurniadi
148. Yuni Kartika
70
149. Nita Listiana
150. Rizki Rangga
151. Husain
152. Bintaris
153. Umi Masadiah
154. Ibrahim
155. M. Hafidz A.
156. M. Fadhil
157. Ema Fatimah
158. A. R. Marzuki
159. Ilmawan
160. Pa Andi dan Bu Yuyun
161
Nasiroh
Tabel 3.2
Database Muzaki Tahun 2014-2015
G. Program Kegiatan Lazis Manajemen Dakwah Program kegiatan yang dimaksudkan disini adalah tentang pendayagunaan, kegiatan pendistribusian yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah untuk menyampaikan dana ZIS dari para muzaki agar dapat dimanfaatkan para mustahik. Setiap tahunnya, selalu terjadi peningkatan seperti yang telah disebutkan dalam tabel 3.1 di atas. Berlatar atas kepedulian warga kampus terhadap warga sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana masih ada orang-orang yang memerlukan bantuan dan kepedulian dari pihak yang lebih berkecukupan, maka program Lazis Manajemen Dakwah diperuntukan bagi mereka yang berada di kategori fakir, miskin (yatim dan dhuafa). Berikut adalah deskripsi program Lazis Manajemen Dakwah dari tahun 2012 sampai tahun 2015.17
17
Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2012-2015
71
Periode
Nama Program
Deskripsi Program Donasi buku yang
Gerakan 1000
disumbangkan kepada anak-anak
Buku Untuk Anak
jalanan dalam upaya
Jalanan
pencerdasan anak bangsa melalui zakat Penyaluran dana ZIS yang
2012
Sepatu (Seribu Untuk Yatim Piatu)
diberikan kepada anak yatim di sekitar kampus UIN dari donasi Rp 1000/orang dalam penghimpunan dananya
Sepeda (Sembako
Bingkisa sembako yang
untuk Pedagang
diberikan kepada pedagang dan
dan Dhuafa)
dhuafa
Bantal (Bantuan Anak Jalanan)
2013
jalanan yang tinggal di daerah Pisangan, Ciputat
Konami (Koin
Donasi yang diberikan kepada
Untuk Anak
anak-anak dari keluarga faqir
Miskin)
dan miskin
Sajada (Santunan Janda dan Dhuafa)
Santunan berupa bantuan bahanbahan pokok kepada sejumlah janda dan dhuafa
Bulan (Bingkisan
Bingkisan yang diberikan
Untuk Lansia
kepada orang lanjut usia
Galaksi (Gebyar Lomba Anak Islami)
2014
Bantuan kepada anak-anak
Berkah Yatim
Bantuan berupa alat tulis dan perlengkapan sekolah dengan mengadakan lomba tingkat anak di TPA Jl. Semanggi, Ciputat Bantuan yang diberikan kepada anak Yatim tingkat SD dan
72
SLTP yang tergolong masyarakat miskin Pendistribusian dana ZIS berupa bingkisan sembako dan sejumlah Sofa UIN
uang untuk mahasiswa dan karyawan (office boy) dan petugas kebersihan UIN Jakarta
Sapa Lansia
Penyaluran dana ZIS diperuntukan bagi para lansia Pendayagunaan pertama yang tergolong upaya pemanfaatan
PemDa (Pemberian
dana ZIS untuk kegiatan
Modal Dagang)
produktif yaitu memberikan bantuan modal dagang kepada 50 mustahik
Gibran (Gerakan
Pemberian bingkisan dan uang
Infak Bagi Anak
santunan kepada 50 anak jalanan
Jalanan)
di sekitar kampus UIN Jakarta
Bingkay
Bingkisan yang diberikan untuk
(Bingkisan Untuk
pegawai di gedung kampus UIN
Karyawan)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemuda Alim
2015
(Pemberian Modal
Pemberian modal usaha dagang
Usaha Dagang
kepada dhuafa di majlis ta’lim
pada Majlis
sekitar kampus
Ta’lim) Senja (Senyuman Anak Jalanan)
Penyaluran dana ZIS kepada anak-anak jalanan di sekitar kampus UIN Jakarta
73
Bunaya (Bantuan
Bantuan berupa sembako kepada
Anak Yatim dan
anak yatim dan dhuafa di
Dhuafa)
kampung pemulung, Ciputat
Berbahasa (Berbagi Santunan yang diberikan kepada Bahagia Bersama
para lansia di sekitar kampus
Lansia)
UIN Jakarta
Tabel 3.3
Program Kegiatan Tahun 2012-2015
H. Hasil Karya Lazis Manajemen Dakwah 1. Buletin Lazis Manajemen Dakwah Buletin merupakan bentuk sederhana laporan kegiatan Lazis Manajemen Dakwah sebagai amil zakat, berisi profil, susunan kepengurusan dan program kegiatan pendayagunaan ZIS di setiap masa kepengurusannya. Di dalam buletin pun terdapat artikel yang berkenaan dengan ZIS, foto kegiatan dan laporan keuangan sederhana.
Gambar 3.3
Buletin Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013
(Sumber: Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013)
74
2. Buku Laporan Pertanggungjawaban Sebagai bentuk pertanggungjawaban di setiap kepengurusan Lazis Manajemen Dakwah, maka diterbitkanlah Buku Laporan sebagai bukti otentik yang tersusun dengan rinci mengenai kegiatan Lazis Manajemen dakwah dalam satu tahun kepengurusan. Adapun cakupan poin-poin dalam buku laporan tersebut meliputi profil Lazis Manajemen Dakwah, struktur kepengurusan, database muzaki dan mustahik, profil para amil, laporan keuangan dan uraian program pendayagunaan dilengkapi dengan foto kegiatan tersebut.
3. Video Dokumenter Beragam kegiatan Lazis Manajemen Dakwah ada juga yang dirangkum dalam bentuk video dokumenter, dan dijadikan sebagai salah satu aspek pengendalian bersama dengan buku laporan dan buletin. Video dokumenter ini ditayangkan pengurus kepada sivitas akademika UIN Jakarta seperti ketika penandatanganan MoU jurusan Manajemen Dakwah dengan Dompet Dhuafa dan Baznas pada tahun 2014.
BAB IV IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN MENURUT ROBBINS DAN COULTER PADA LABORATORIUM AMIL ZAKAT INFAK SEDEKAH MANAJEMEN DAKWAH (LAZIS MD)
Implementasi Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter Pada Lazis Manajemen Dakwah
A. Fungsi Perencanaan Perencanaan menghasilkan usaha yang terkoordinasi karena menentukan arah yang akan dituju organisasi. Dengan mengetahui kemana arah tujuan organisasi, para manajer dan pegawai lainnya dapat mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan
dapat
mengurangi
ketidakpastian
dengan
mendorong para manajer untuk berpirkir visioner, mengantisipasi berbagai hal yang akan terjadi, mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan menyusun berbagai tanggapan yang tepat. Perencanaan juga memperjelas akibat dari berbagai tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena berbagai uraian tersebut, perencanaan digunakan sebagai standar untuk melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan yang efektif dalam lingkungan yang dinamis berarti membuat rencana yang khusus tetapi fleksibel, bersedia mengubah arah jika kondisi lingkungan menjadi alasan untuk berubah, senantiasa waspada terhadap perubahan
teknologi yang dapat berdampak pada efektivitas
implementasi rencana dan membuat perubahan jika diperlukan. Penentuan sasaran yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah didasarkan pada hal yang mencakup penghimpunan dana ZIS. Perencanaan terkait target penghimpunan dana ditentukan berdasarkan hasil musyawarah ketua umum dan seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah yang menjabat
75
76
sebagai pengurus aktif, yaitu mahasiswa di semester 6 yang mengikuti perkuliahan dengan mata kuliah Manajemen Fundrising ZIS dan wakaf. Setelah ditentukan target penghimpunan dana, langkah selanjutnya dalam tahap perencanaan adalah menentukan jangka waktu dan strategi marketing yang dilakukan oleh seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah didampingi arahan dari ketua umum. Dikarenakan masa jabatan yang sebentar, maka jangka waktu untuk penghimpunan sangat terbatas, yaitu sekitar satu bulan untuk mencapai target nominal yang telah ditentukan. 1 Seperti yang telah disebutkan di atas mengenai masa jabatan di Lazis Manajemen Dakwah yang terbatas pada masa perkuliahan yang hanya dua semester, maka dalam menyusun rencana, Lazis Manajemen Dakwah mengandalkan rencana operasional untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Rencana operasional yang dimaksud adalah dengan membuat kerangka waktu (time line) dilengkapi dengan hal-hal apa saja yang dilakukan dalam rentang waktu tersebut. Untuk lebih jelas mengenai rencana operasional ini, dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut: Deskripsi Kegiatan
Alokasi Penanggung Waktu
Jawab
Keterangan Setiap anggota diberikan
Menentukan target organisasi
1
Seluruh
minggu
anggota
sejumlah target nominal penghimpunan yang harus dicapai
Membuat susunan pengurus
1
1 minggu
Ketua
Ketua Umum
Pelaksana
memberikan
Harian
arahan
Wawancara dengan M. Musyfiq Hidayat, Ketua Pelaksana Harian Lazis Manajemen Dakwah Periode 2015, Tangerang Selatan, 23 Oktober 2015
77
Menyusun program kegiatan untuk penghimpunan dana, mencari dan
2-3 minggu
menyusun database
Ketua
Didampingi dan
Pelaksana
diarahkan ketua
Harian
umum
muzaki Melakukan penghimpunan dana dari program-program yang sudah
4-6 minggu
Setiap anggota
Dipantau ketua umum dua kali dalam sepekan
direncanakan Menyusun program kegiatan untuk pendayagunaan dana, mencari dan
2-3 minggu
menyusun database
Ketua
Didampingi dan
Pelaksana
diarahkan ketua
Harian
umum
mustahik Melaksanakan
4
program kegiatan
minggu
pendayagunaan
Ketua Pelaksana Harian
Setiap anggota terlibat dalam kegiatan pendayagunaan Laporan kegiatan berbentuk laporan, buletin
Menyusun laporan kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan
4-6
Ketua
minggu
umum
dan slide show yang berisi dokumentasi selama proses kegiatan berlangsung
Tabel 4.1
Rencana Operasional Selama Satu Tahun Kepengurusan
78
Teknik perencanaan yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah adalah dengan melakukan pengamatan lingkungan, menyaring sebanyak mungkin informasi untuk memberikan ruang praktek bagi para mahasiswa konsentrasi Manajemen Ziswaf di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat memahami teori dan praktek menjadi amil serta terlibat langsung di organisasi pengelola ZIS. Keberadaan sumber daya di Lazis Manajemen Dakwah juga menjadi upaya dalam pelaksanaan teknik perencanaan dengan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah hingga saat ini terbatas pada anggaran warisan dari kepengurusan sebelum-sebelumnya dan sumber daya manusia yang ditentukan dengan jumlah mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf. Dalam tinjauan teori halaman 16, Robbins dan Coulter menyatakan bahwa
pengertian
manajemen
adalah
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi untuk mencapai sasaran secara efektif dengan efisiensi pemanfaatan sumber daya. 2 Ada beberapa fungsi manajemen yang disebutkan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang diterapkan pada sebuah organisasi baik yang berorientasi pada profit maupun organisasi nirlaba. Pada dasarnya, setiap organisasi bebas menentukan fungsi manajemen manakah yang akan diterapkan. Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah (Lazis) Manajemen Dakwah yang baru berusia 4 (empat) tahun, menerapkan fungsi manajemen yang disesuaikan dengan beragam hal seperti lingkungan organisasi, sasaran, ketersediaan sumber daya hingga kepada output yang dihasilkan dari organisasi nirlaba ini.
2
Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid I, hlm. 6.
79
Lazis Manajemen Dakwah dalam perkembangannya sampai penelitian ini dilakukan terus meningkatkan produktivitas dengan proses manajemen
yang
mencakup
pada
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditentukan3.
B. Fungsi Pengorganisasian Lazis Manajemen Dakwah merupakan organisasi yang bermula dari laboratorium mata kuliah Manajemen Fundrising Ziswaf yang disediakan untuk mahasiswa konsentrasi Manajemen Zakat Infak Sedekah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di masa pertumbuhannya, yaitu tahun 2014 Lazis Manajemen Dakwah mengalami pergantian nama dari yang sebelumnya Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah dengan dikuatkan SK No. 12 tahun 2012, diubah menjadi Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah setelah mendapat arahan dan bimbingan dari pihak Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang diwakili oleh Teten Kustiawan (Direktur Pelaksana Baznas) dan dari pihak Dompet Dhuafa yang diwakili oleh Ahmad Juwaini (Presiden Direktur Dompet Dhuafa) pada studium general yang diadakan Jurusan Manajemen Dakwah sekaligus penandatanganan MoU dengan pihak Baznas dan Dompet Dhuafa. Struktur organisasi yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah termasuk perpaduan desain organisasi tradisional dan kontemporer berbasis tim, dimana terdapat rentang kendali yang dipegang oleh ketua umum, membawahi ketua pelaksana harian dan anggota lainnya. Selain itu, juga ada garis koordinasi antara ketua umum dengan penanggung jawab dan pengasuh serta garis koordinasi antara anggota Lazis Manajemen Dakwah. Terkait dengan pembagian jabatan diakui memang sudah memenuhi standar desain organisasi akan tetapi belum adanya uraian job description 3
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB
80
menjadikan setiap anggota berperan dan memegang tugas sebagai bagian dari divisi penghimpunan dan pendayagunaan. Hal ini pun dikarenakan keharusan para mahasiswa untuk mencapai target penghimpunan dana yang akan mempengaruhi nilai mata kuliah Manajemen Fundrising Ziswaf yang mereka ikuti di semester 6. Lazis Manajemen Dakwah, melakukan kegiatan yang dinamis dengan fleksibel untuk menyesuaikan kebutuhan organisasi untuk mencapai sasaran. Dengan perpaduan desain organisasi tradisional dan kontemporer, yang merupakan desain organisasi yang sangat fleksibel mengikuti pergerakan organisasi yang dinamis. Desain organisasi tradisional yang dilaksanakan Lazis Manajemen Dakwah memiliki kekuatan yang cepat dalam penyusunan struktur organisasi, fleksibel dalam pelaksanaan deskripsi jabatan, jelas pertanggungjawabannya karena sentralisasi wewenang. Selain itu, desain organisasi kontemporer berbasis tim dan pembelajaran
bagi
para
anggota
yang
terus
mengembangkan
kemampuannya untuk beradaptasi dan berperan aktif dalam melaksanakan tugas kerjanya. Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan Lazis Manajemen Dakwah adalah sebagai berikut: 1. Menilai sumber daya manusia yang ada di organisasi, yaitu mahasiswa yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf di semester 6. Proses ini akan memudahkan ketua umum untuk lebih objektif memberikan arahan kepada ketua pelaksana harian dan atau seluruh anggota Lazis Manajemen Dakwah mengenai tugas kerja yang akan mereka laksanakan. Penilaian yang dilakukan ketua umum berdasarkan track record anggota sebagai mahasiwa jurusan Manajemen Dakwah, dari penilaian awal yang dilakukan adalah dengan memberikan rekomendasi nama-nama yang memungkinkan untuk menempati jabatan sebagai ketua pelaksana harian dan koordinator divisi.
81
2. Orientasi dan pelatihan, yaitu mengenalkan Lazis Manajemen Dakwah kepada seluruh anggota dan memberikan pelatihan untuk menunjang kegiatan mereka selama kepengurusan. Orientasi yang diberikan ketua umum disampaikan melalui pertemuan di kelas dengan memberikan gambaran umum dan pencapaian-pencapaian yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah untuk menjelaskan kepada para anggota terkait berbagai hal yang menyangkut organisasi. Sedangkan pelatihan diberikan dalam bentuk arahan selama menjadi pengurus, yang disampaikan dua kali dalam satu pekan pertemuan. Pelatihan tersebut diberikan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan setiap anggota untuk melaksanakan tugas kerjanya dengan efektif dan efisien. Pembentukan budaya organisasi relatif membutuhkan waktu yang cukup lama, akan tetapi dari kemunculannya hingga saat penelitian ini dilakukan, Lazis Manajemen Dakwah telah melakukan dinamika budaya organisasi yang bersifat kekeluargaan dan terus mengembangkan kemampuan kerja sama antar pengurus. Diakui memang, ketika tahun 2012, kepengurusan dan tugas kerja saling mengandalkan satu dengan yang lain sehingga terjadi ketimpangan job description yang dikerjakan oleh sebagian orang saja. Menginjak kepengurusan kedua di tahun 2013, ketua umum yaitu Muhammad Zen mengubah budaya tersebut sehingga job description lebih jelas dan detail. Hal ini tentu saja menjadi nafas baru pergerakan Lazis Manajemen Dakwah dan menjadi core value yang dimiliki yaitu kerja sama yang solid.4 Hal yang juga menjadi daya tarik dari Lazis Manajemen Dakwah bagi peneliti adalah pertumbuhan dan pengembangan inovasi yang selalu dikemas kreatif para pengurusnya untuk mencapai sasaran organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari beragam nama program kegiatan pendayagunaan
4
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB
82
untuk menyalurkan hasil dana ZIS yang didapat dari proses penghimpunan yang telah dilakukan sebelumnya. Manajemen SDM yang dilaksanakan Lazis Manajemen Dakwah berorientasi pada pembelajaran disesuaikan dengan fungsinya sebagai laboratorium bagi para mahasiswa sehingga tidak ada istilah perekrutan, seleksi dan atau sebagainya. SDM yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah adalah para mahasiswa yang termasuk mahasiswa aktif di jurusan Manajemen Dakwah yang memilih konsentrasi Manajemen Ziswaf. Adapun orientasi dan pelatihan yang diberikan kepada para anggota sebatas penjabaran bagaimana kepengurusan Lazis Manajemen Dakwah pada periode-periode sebelumnya sehingga dapat dijadikan rujukan untuk kepengurusan yang akan berlangsung. Budaya organisasi cenderung solid karena berbasis tim dan kerja sama antar satu anggota dengan anggota lainnya.
C. Fungsi Kepemimpinan Kepemimpinan yang berlangsung di Lazis Manajemen Dakwah tergolong unik karena ketua umum dan ketua pelaksana harian berkolaborasi untuk memotivasi dan mempengaruhi para anggotanya. Ada pun yang menjadi ciri kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah, adalah sebagai berikut: 1. Motivasi dan apresiasi, ketua umum memberikan dukungan penuh terhadap kemampuan yang dimiliki para anggotanya
dan
mengapresiasi setiap upaya mereka dalam melaksanakan tugas kerja untuk mencapai sasaran organisasi. Mengapa demikian? Karena para anggota
memiliki
semangat
belajar
dan
mengembangkan
kemampuan yang tinggi serta menunjukan dedikasi yang tinggi meskipun pada mulanya semangat dan dedikasi tersebut hanya dikarenakan nilai pada mata kuliah Manajemen Ziswaf. Akan tetapi, di akhir kepengurusan para anggota cenderung memahami bahwa ada nilai-nilai lain yang mereka dapatkan dengan menjadi bagian
83
dari pengurus Lazis Manajemen Dakwah, yaitu pengalaman menjadi amil dan pembelajaran untuk kehidupan di masa yang akan datang serta diharapkan mampu menjadi nilai tambah bagi mereka yang akan melanjutkan terjun menjadi amil di organisasi lembaga zakat dengan skala yang lebih besar.5 Dalam hal ini, pemimpin berperan sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga lebih disenangi para anggotanya dan diharapkan mampu memicu semangat dan meningkatkan kinerja para anggotanya. 2. Kejujuran dan integritas. Ketua umum membangun hubungan saling mempercayai
antar anggotanya
dengan berlaku jujur dan
menunjukan konsistensi tinggi antara perkataan dan perbuatan. 3. Untuk mengklasifikasi, menganalisa dan menafsirkan banyak informasi, ketua umum berkoordinasi dengan pengasuh, yaitu Drs. Cecep Castrawijaya, MA., agar mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan
selama
pelaksanaan
manajemen
sasaran
Lazis
Manajemen Dakwah. 4. Gaya kepemimpinan yang dilakukan ketua umum memadukan interaksi langsung pimpinan dengan bawahan dan situasi yang memungkinkan ketua umum mempengaruhi para anggotanya. Dengan hal tersebut, gaya kepemimpinan Lazis Manajemen Dakwah berorientasi pada hubungan pimpinan dengan anggotanya, yang mencakup sikap saling percaya dan menghormati pimpinan sebagai pihak yang berwenang untuk menentukan arah kebijakan organisasi dengan mengedepankan musyawarah seluruh anggota. Pada waktu tertentu, ketua umum bekerja sebatas memberikan arahan dan motivasi kerja untuk menjamin tercapainya sasaran organisasi. Hal ini dilakukan untuk memperjelas alur kerja yang sesuai dengan job description masing-masing anggota selama melaksanakan tugasnya 5
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 9 Oktober 2015 pukul 09.30 WIB
84
dan meminimalkan terjadinya konflik selama proses pelaksanaan tugas kerja tersebut. 5. Manajemen konflik, ketika terjadi konflik, ketua umum cenderung bekerja sama dengan seluruh anggota untuk menyelesaikan masalah bersama. Namun ada kalanya ketua umum juga berkoordinasi dengan pengasuh untuk mendapat masukan dan arahan dalam menentukan arah kebijakan dan keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah.6 Ketua umum memotivasi para anggotanya untuk melalui sisuasi tersulit sekalipun, meningkatkan rasa percaya diri para anggota dan menjadi perantara jika terjadi konflik dalam tim. 6. Pengambilan keputusan, ketua umum mengarahkan para anggotanya untuk terlibat dalam penentuan keputusan bersama. Jika terjadi permasalahan selama proses manajemen, ketua umum memberikan kebebasan untuk terlibat langsung memberikan solusi berdasarkan persepsi masing-masing untuk kemudian didiskusikan bersama dengan anggota organisasi yang lain. Dalam hal ini, setiap orang berhak menyampaikan gagasannya dan menyajikan gagasan tersebut di hadapan ketua umum dan anggota kelompok yang lain. Di sini, mahasiswa dilatih untuk mengasah kemampuannya sebagai problem solver sehingga terbiasa menghadapi dan siap jika terjadi masalah dalam melaksanakan tugas kerja. Selain itu, mahasiswa terlatih agar mampu berkomunikasi baik verbal maupun non verbal untuk menyampaikan gagasannya.
D. Fungsi Pengendalian Dalam pengendalian, Lazis Manajemen Dakwah belum memiliki indikator dan standar untuk mengukur keberhasilan setiap aktivitas sebagai organisasi pengelola ZIS. Pemantauan yang dilakukan ketua umum 6
Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB
85
berorientasi pada penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS yang dilakukan setiap dua kali dalam sepekan, di waktu pertemuan jadwal kuliah Manajemen Fundrising dan Praktikum Manajemen Ziswaf.7 Pengendalian yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah dilakukan dengan rincian sebagai berikut:8 Pengukuran kinerja perlu dilakukan sebagai bagian awal bagi seorang pimpinan untuk melakukan pengendalian pada organisasi yang dipimpinnya, begitu pula dengan yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah. Penilaian atas setiap kinerja anggota berdasarkan pengamatan pribadi dan laporan lisan maupun tertulis dari setiap anggota. Dikarenakan laboratorium amil zakat ini bermula dari mata kuliah Manajemen Fundrising Ziswaf, maka nantinya penilaian kinerja selama menjadi pengurus Lazis Manajemen Dakwah akan berpengaruh pada nilai yang didapatkan pada mata kuliah tersebut. Langkah lain dalam pengendalian yang dilakukan ketua umum Lazis Manajemen Dakwah adalah mengambil tindakan manajerial. Dalam tahap ini, ketua umum berwenang melakukan tindakan jika terjadi penyimpangan yang dilakukan anggotanya, biasanya berupa teguran secara langsung tanpa memberikan surat peringatan. Hal lain yang menjadi wewenang ketua umum dalam tahap ini adalah mengoreksi kinerja dan atau memperbaiki attitude anggota yang tidak sesuai dengan standar etika profesi amil, yang mengacu pada sifat kepemimpinan Rasulullah, yaitu jujur (shiddiq), amanah, cerdas (fathonah), dan menyampaikan (tabligh). Shiddiq bekerja secara lurus dan benar, amanah bekerja secara jujur, cerdas bekerja dengan profesional dan menyampaikan suatu hak yang memang harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya.
7 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Juni 2016 pukul 09.55 WIB 8 Wawancara pribadi dengan Muhammad Zen, MA, Ketua Lazis Manajemen Dakwah, Tangerang Selatan, 16 Mei 2016 pukul 09.55 WIB
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan implementasi fungsi manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter pada Laboratorium Amil Zakat Manajemen Dakwah, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Penerapan fungsi manajemen pada Laboratorium Amil Zakat Manajemen Dakwah yang dimulai dari perencanaan terlaksana dengan adanya visi, misi dan tujuan organisasi sehingga Lazis Manajemen Dakwah dapat melaksanakan berbagai fungsi manajemen lainnya untuk mewujudkan sasaran organisasi yang telah ditentukan. Dengan adanya perencanaan yang dijalankan, Lazis Manajemen dakwah mengacu pada visi, misi, dan tujuan dan fokus kepada sasaran organisasi yang hendak dicapai. Kemudian dalam pengorganisasian, Lazis Manajemen Dakwah memiliki struktur organisasi yang terdiri atas ketua umum yang membawahi ketua pelaksana harian, divisi penghimpunan, divisi pendayagunaan, dan divisi hubungan masyarakat dengan desain organisasi tradisional yang dikombinasikan dengan desain organisasi kontemporer berbasis tim. Dari struktur organisasi yang dimiliki Lazis Manajemen Dakwah, ketua umum melakukan koordinasi dengan penanggung jawab dan pengasuh organisasi untuk menentukan kebijakan dan memberikan ruang kepada ketua pelaksana harian untuk memotivasi anggota lainnya dengan harapan dapat terwujud kerja sama tim yang solid sehingga membentuk budaya organisasi yang nyaman karena laboratorium amil zakat ini adalah replika lembaga amil zakat setelah mahasiswa menyelesaikan studinya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pengendalian, Lazis Manajemen Dakwah belum memiliki indikator dan standar untuk mengukur keberhasilan setiap aktivitas sebagai organisasi pengelola ZIS. Pemantauan yang dilakukan ketua
86
87
umum berorientasi pada penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS yang dilakukan setiap dua kali dalam sepekan, di waktu pertemuan jadwal kuliah Manajemen Fundrising dan Praktikum Manajemen Ziswaf. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah (Lazis MD) telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen menurut Robbin dan Coulter secara umum meskipun masih terdapat teori-teori yang belum diimplementasikan ke dalam manajemen yang berlaku pada Lazis Manajemen Dakwah.
2. Saran 1. Sebagai laboratorium amil zakat, Lazis Manajemen Dakwah harus lebih percaya diri untuk menunjukan hasil kerjanya dan mengenalkan kepada khalayak ramai (khususnya civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) tentang keberadaan dan kinerja Lazis Manajemen Dakwah selama 4 (empat) tahun yang merupakan bekal perjalanan untuk kepengurusan berikutnya. 2. Memberikan perhatian lebih kepada setiap anggotanya untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya tentang profesi sebagai amil zakat sehingga melahirkan mahasiswa yang siap guna dan bangga dengan profesi sebagai amil zakat setelah menyelesaikan masa studinya. 3. Lazis Manajemen Dakwah harus memiliki keyakinan bahwa setiap tahun kepengurusannya dapat meningkatkan kinerja pada penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS. 4. Lazis Manajemen Dakwah menyusun standar operasional prosedur untuk menjadi acuan kerja, dan perlu untuk menyusun indikator untuk mengukur standar keberhasilan setiap aktivitas di organisasi, serta melakukan evaluasi secara berkala agar dapat terus meningkatkan produktivitas dalam rangka menciptakan mahasiswa yang memiliki kompetensi sebagai amil zakat yang amanah dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Mohammad. 1988. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Depdikbud Republik Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bogdan, R. C. dan Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Bungin, H. M. Burhan. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Group. Depdikbud. 1979. Petunjuk Pengelolaan Laboratorium IPA. Bandung: CV. Rosda. Faisal, Sanapiah. 2003. Dasar dan Teknik Menyusun Angket dan Observasi. Surabaya: Usaha Nasional. Hough, L. M. 1992. Handbook of Industrial and Organizational Psychology. Palo Alto: Consulting Psychologists Press. Ja’far, Muhammadiyah. 2003. Tuntunan Ibadah Zakat, Puasa, dan Haji, Jakarta: Kalam Mulia. Mahalliy, Imam Jalaluddin. dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul, Bandung: Sinar Baru. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir. Nasuhi, Hamid, dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Jakarta: UIN Jakarta Press, CeQDA. Nasution, S. 2009. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, dan Martini Hadari, 1991. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Qardhawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, terj. Salman Harun, dkk., Cet. 5, Bogor: PT. Pustaka Litera Inter Nusa. Rifa’i, Muhammad Nasib, Ar. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press. Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2004. Manajemen Jilid I. Alih Bahasa T. Hermaya. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. . 2004. Manajemen Jilid II. Alih Bahasa T. Hermaya. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Shiddieqy, Teuku M. Hasbi, Ash. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Masjid An-Nuur. Jilid 2, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. Shihab, M. Quraish. Ensiklopedi Islam Jilid I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve. . 1992. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. Shoim, Abdul Bari. 1978. Zakat Kita, Kendal: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal. Soehartono, Irwan. 2004. Metodologi Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soejitno, Amin. 1983. Laboratorium dan Workshop. Jakarta: Depdikbud. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Usman, Husaini. 2003. Metodologi penellitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Vroom, Victor. 2000. Leadership and The Decision Making Process. Atlanta: George State University. Woodman, R., Sawyer, J. and Griffin, R. 1993. Toward a Theory of Organization Creatifity. Academy of Manajement Review.
Skripsi Satia, Dwi. 2011. Analisis Deskriptif Impelementasi Fungsi Manajemen Pada Majlis Ta’lim Majelis Rasulullah SAW Pancoran Jakarta Selatan. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Driani, Dessy Eka. 2013. Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah Janna. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Riko. 2015. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Perpustakaan Dan Arsip Kota Adminitrasi Jakarta Barat. Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yulianti, Tuti. 2012. Manajemen Bimbingan Manasik Haji Pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Multazam Tangerang. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Febriani, Ina Salmah. 2010. Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi Pada Republika Online. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dokumentasi Lazis Manajemen Dakwah Buku Laporan Tahun 2012 – 2015, Laboratorium Amil Zakat Infak Sedekah Manajemen Dakwah. Buletin Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2013 – 2015. Video Dokumenter Lazis Manajemen Dakwah Tahun 2014 – 2015. Wawancara Pribadi dengan Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA., selaku ketua umum Lazis Manajemen Dakwah. Wawancara Pribadi dengan M. Musyfiq Hidayat, Ketua Pelaksana Harian Lazis Manajemen Dakwah Periode 2015.
Daftar pertanyaan wawancara Lazis Manajemen Dakwah
Nama Responden
: Muhammad Zen, S.Ag., Lc., MA.
Jabatan
: Ketua Umum
Hari/tanggal
: Kamis, 16 Juni 2016
1. Bagaimana proses manajemen di Lazis Manajemen Dakwah?
Perencanaan 2. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Lazis Manajemen Dakwah? 3. Apakah sasaran dan rencana yang ditetapkan oleh Lazis Manajemen Dakwah? 4. Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh Lazis Manajemen Dakwah dalam menentukan sasaran yang diharapkan? 5. Bagaimana proses pengambilan keputusan di Lazis Manajemen Dakwah?
Pengorganisasian 6. Bagaimana struktur dan desain organisasi Lazis Manajemen Dakwah? 7. Bagaimana manajemen sumber daya manusia di Lazis Manajemen Dakwah? 8. Bagaimana Lazis Manajemen Dakwah mengelola kreativitas dan inovasi terhadap dinamika organisasi Lazis di sekitar Lazis Manajemen Dakwah? 9. Bagaimana budaya organisasi yang terjadi di Lazis Manajemen Dakwah?
Kepemimpinan 10. Bagaimana peran ketua Lazis Manajemen Dakwah memahami dan memotivasi perilaku individu di dalam kepengurusan Lazis MD? 11. Bagaimana langkah ketua Lazis Manajemen Dakwah membentuk tim kerja yang efektif? 12. Bagaimana tantangan sebagai ketua Lazis Manajemen Dakwah?
13. Bagaimana manajemen konflik yang dilakukan pada Lazis Manajemen Dakwah?
Pengendalian 14. Bagaimana proses pengendalian di Lazis Manajemen Dakwah? 15. Bagaimana Lazis Manajemen Dakwah mengendalikan kualitas sebagai organisasi nirlaba? 16. Bagaimana pengendalian kinerja organisasi yang dilakukan di Lazis Manajemen Dakwah? 17. Bagaimana Lazis Manajemen Dakwah mampu meningkatkan produktivitas?
Dokumentasi Wawancara dengan Ketua Umum Lazis Manajemen Dakwah
Dokumentasi Wawancara dengan pengurus harian Lazis Manajemen Dakwah 2015
Penghimpunan Dana ZIS 40000000 35000000 30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 2012
2013
2014
2015
Pendistribusian kepada
Periode
Penghimpunan dari Muzaki
2012
Rp
2013
Rp 22.149.500
120 orang
2014
Rp 27.221.200
250 orang
2015
Rp 36.467.500
278 orang
2.152.350
Mustahik 60 orang
Database Muzaki Tahun 2014-2015 No.
Nama
No.
Nama
1.
Bapak Sulaeman
51.
Dompet Dhuafa
2.
Kel. Rasidi
52.
ZIS Indosat
3.
Bapak Fajar
53.
Ramadani Irawan
4.
Ibu Sugiati
54.
Yudi Yulfansyah
5.
PT. Standard Pen
55.
H. Suryo – Hj. Suharyati
6.
Ririn Dyah Wati
56.
Ibu Yuni
7.
Lika Ruhma Hanifa
57.
Bapak Jayadin
8.
Zulkarnaen
58.
Devi Ria
9.
Futuh Ihsan Salsabil
59.
Ibrahim Putera Agustian
10.
Asep Saepudin
60.
Nurhandayani
11.
Bambang
61.
Hj. Darni Pandi
12.
Hilmi Hidayat
62.
Bapak Amung
13.
Indah Nurwasilah
63.
Bapak Budi
14.
Tami Chairunnisa
64.
Bapak Ridwan
15.
Abdurrahman Wahid
65.
Bapak Haris
16.
Amrina Rosyada
66.
Pak Herizal
17.
Nourmalinda
67.
Ibu Astuti
18.
Dedi Warman
68.
Ibu Herawati
19.
Mulyani
69.
Uday Baydoi
20.
Tirsan Maulana
70.
Bapak Marjuki
21.
Wasiat Jakarta
71.
Bapak Sudianto
22.
H. Hasbullah
72.
Ibu Nina
23.
H. Syafei
73.
Bapak Hulaefi
24.
Hj. Neneng Kamalia
74.
Pak Muhaimin
25.
Rahmania
75.
Hj. Maspupah
26.
Hj. Rukoyah
76.
H. Ilyas
27.
Hutami
77.
Hj. Tonah
28.
Mawardi
78.
Rifai Ahmad
29.
Dwina Aura
79.
Sofia
30.
Eka Safitri
80.
Drs. H. Riduan Syahrani
31.
Rispa Fauziah
81.
H. Yusrizal
32.
Faizal Kamandan
82.
H. Khairuzzaman
33.
Mirdat
83.
Dede Slamet Riyadi
34.
Mayang Sari
84.
Eriyansyah
35.
Lukmanul Hakim
85.
Musthafa Kamal
36.
Ai Hernawati
86.
Ibu Sopiah
37.
M. Syarief
87.
Direktur Bimbel Tridaya
38.
Putri Jamilah Mardiyah
88.
Travel Pulau Seribu
39.
Sri Haryani
89.
Hafidz Maulana
40.
Melly Haryani
90.
Susi Sofiatul Farida
41.
PSM UIN Jakarta
91.
Abdul Rosyid
42.
Mega Rosalita
92.
Ibu Khaerani
93.
Siti Rohimah
43.
Panitia BICF The Project
44.
Mia Nur Fauziah
94.
Bapak Rohendi
45.
Ikna Qanita
95.
Abdul Rohman
96.
Rohendi
46.
Panitia Olimpiade Al Qur’an
47.
Muhammad Syafe’i
97.
Uswatun
48.
Chaidir Ali
98.
Ahmad Nirwan
49.
Ust. Ahmad Romdhoni
99.
Hasanah Hilmiyatul
50
Ust. Hakim Hanafi
100. Aminatuzzuhriyyah
101. Handoyo
102. Eka Nur Fitriana
103. Lathifah
104. Siti Wardah
105. Hj. Kandi
106. Hj. Ija
107. Ma Haji
108. Daroh
109.
110. Alit
Bendi
111. Dewi Batang
112. Ajat Pamanukan
113. Kamal Mustafa
114. Masni Rengat
115. Fitri Mustafa
116. Ahmad Nurdin
117. Ratu Hassanah
118. Hasan
119. Hamdi Assidqi
120. Ayu Nurul Fitriana
121. Suci Lestari
122. Rizky Amalia
123. Benny Kus
124. Abdul Wahid
125. Isa benuh
126. Anis Mardianis
127. Nurul Aliyah
128. Khairul Umam
129. Lalu Heri
130. Harsin Hamid
131. Bu Indah
132. Satria
133. Fauziah
134. Khairul Arifin
135. Ibu Suwarni
136. Ibu Susan
137. Hj. Eva Suciati
138. Ibu Dedeh
139. Fatihatul Izzah
140. Ahmad Nizar
141. Suradianto
142. Samayanti P.
143. Muhammad Fikry
144. Suroyuddin
145. Lilianti Sukami
146. Warsito
147. Noval Kurniadi
148. Yuni Kartika
149. Nita Listiana
150. Rizki Rangga
151. Husain
152. Bintaris
153. Umi Masadiah
154. Ibrahim
155. M. Hafidz A.
156. M. Fadhil
157. Ema Fatimah
158. A. R. Marzuki
159. Ilmawan
160. Pa Andi dan Bu Yuyun
161
Nasiroh
Periode
Nama Program
Deskripsi Program Donasi buku yang
Gerakan 1000
disumbangkan kepada anak-anak
Buku Untuk Anak
jalanan dalam upaya
Jalanan
pencerdasan anak bangsa melalui zakat Penyaluran dana ZIS yang
2012
Sepatu (Seribu Untuk Yatim Piatu)
diberikan kepada anak yatim di sekitar kampus UIN dari donasi Rp 1000/orang dalam penghimpunan dananya
Sepeda (Sembako
Bingkisa sembako yang
untuk Pedagang
diberikan kepada pedagang dan
dan Dhuafa)
dhuafa
Bantal (Bantuan Anak Jalanan)
2013
Bantuan kepada anak-anak jalanan yang tinggal di daerah Pisangan, Ciputat
Konami (Koin
Donasi yang diberikan kepada
Untuk Anak
anak-anak dari keluarga faqir
Miskin)
dan miskin
Sajada (Santunan Janda dan Dhuafa)
Santunan berupa bantuan bahanbahan pokok kepada sejumlah janda dan dhuafa
Bulan (Bingkisan
Bingkisan yang diberikan
Untuk Lansia
kepada orang lanjut usia
Galaksi (Gebyar Lomba Anak Islami)
Bantuan berupa alat tulis dan perlengkapan sekolah dengan mengadakan lomba tingkat anak di TPA Jl. Semanggi, Ciputat Bantuan yang diberikan kepada
2014
Berkah Yatim
anak Yatim tingkat SD dan SLTP yang tergolong masyarakat miskin
Pendistribusian dana ZIS berupa bingkisan sembako dan sejumlah Sofa UIN
uang untuk mahasiswa dan karyawan (office boy) dan petugas kebersihan UIN Jakarta
Sapa Lansia
Penyaluran dana ZIS diperuntukan bagi para lansia Pendayagunaan pertama yang tergolong upaya pemanfaatan
PemDa (Pemberian
dana ZIS untuk kegiatan
Modal Dagang)
produktif yaitu memberikan bantuan modal dagang kepada 50 mustahik
Gibran (Gerakan
Pemberian bingkisan dan uang
Infak Bagi Anak
santunan kepada 50 anak jalanan
Jalanan)
di sekitar kampus UIN Jakarta
Bingkay
Bingkisan yang diberikan untuk
(Bingkisan Untuk
pegawai di gedung kampus UIN
Karyawan)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pemuda Alim (Pemberian Modal
Pemberian modal usaha dagang
Usaha Dagang
kepada dhuafa di majlis ta’lim
pada Majlis
sekitar kampus
Ta’lim) 2015
Senja (Senyuman Anak Jalanan)
Penyaluran dana ZIS kepada anak-anak jalanan di sekitar kampus UIN Jakarta
Bunaya (Bantuan
Bantuan berupa sembako kepada
Anak Yatim dan
anak yatim dan dhuafa di
Dhuafa)
kampung pemulung, Ciputat
Berbahasa (Berbagi Santunan yang diberikan kepada Bahagia Bersama
para lansia di sekitar kampus
Lansia)
UIN Jakarta
Pamflet
Spanduk
Buletin
Laporan Selama Satu Tahun Kepengurusan