375. 615 1 Ind i
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid III ( untuk kelas III ) Cetakan Pertama Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI
Departemen Kesehatan RI Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusdiknakes 2004
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid III ( untuk kelas III) Cetakan Pertama Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI
Tim Penyusun :
1. Didik Sarudji, M.Sc. 2. Syaiful Anwar, S.KM 3. Drs. Imam Suparni, B.Sc. 4. Drs. Sri Marhaendra Datta
Tim Pembahas / Editor : 1. H.M. Mustamir Ibnu Hajar 2. Drs. Seno Soetopo, Apt. 3. Drs. Moh. Hikmat, Apt. 4. Susanti Sofas, S.Si., Apt.
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan petunjukNya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001. Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur SMF Se Indonesia. Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan dibidang kesehatan umumnya. Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran perbaikan dan kritik dari semua pembaca.
Jakarta, Mei 2002
ii
PENGANTAR DARI SEKBER Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya. Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat III ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis – Garis Besar Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah Menengah Farmasi.. Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan – masukan untuk penyempurnaan buku ini. Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya. Jakarta, Mei 2004
iii
DAFTAR ISI
Halaman BAB I : KOMUNIKASI A. Pengertian dan Definisi B. Unsur – Unsur dan Proses Komunikasi C. Dasar – Dasar Komunikasi D. Jenis – Jenis Komunikasi E. Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi F. Beberapa Hal yang Pentinf Tentang Umpan Balik
1 1 2 5 5 6
BAB II : METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT A. Pengertian B. Macam – Macam Metoda Penyuluhan
8 8
BAB III : ALAT PERAGA A. Pendahuluan B. Jenis dan Ukuran C. Cara Perolehan / Cara Pembuatan D. Cara Menggunakan Alat Peraga E. Manfaat Alat Peraga
16 16 18 18 19
BAB IV : CARA – CARA PENDEKATAN EDUKATIF KEPADA MASYARAKAT A. Pendekatan Massa B. Pendekatan Kelompok C. Pendekatan Perorangan
20 20 25
BAB V : PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT A. Pendahuluan B. Sejarah Perkembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat C. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Masyarakat D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan E. Strategi Dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat F. Rencana Penyuluhan Kesehatan Masyarakat G. Syarat – Syarat Rencana Penyuluhan Yang Baik H. Langkah – Langkah Pencana Penyuluhan
26 27 27 29 31 31 32 32 57
iv
BAB I KOMUNIKASI
A. Pengertian dan Definisi Orang melakukan komunikasi dengan mempergunakan suara, isyarat, tulisan atau lainnya, yang secara umum disebut lambang (Symbol, Code). Pada keadaan tertentu dimana komunikasi tidak dapat dilaksanakan secara langsung, diperlukan adanya perantara atau alat yang disebut sarana / media komunikasi. Tentang Komunikasi terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut : 1. Definisi dari Charles Cooley : Komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan ada dan berkembangnya hubungan antar manusia, melalui semua lambang pikiran, bersama dengan sarana untuk menyebarkan dalam ruang dan menyebarkannya dalam waktu. Ke dalamnya termasuk ekspresi wajah, sikap dan gerakan atau isyarat, nada suara, kata - kata, tulisan, barang cetakan, lalu lintas kereta api, telegraph, telepon dan apa saja yang lain, yang mungkin merupakan penemuan mutakhir dalam rangka menguasai ruang dan waktu. 2. Definisi dari Harold D. Lasswel : Komunikasi adalah siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa. 3. Definisi dari Carl I. Hovland : Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dalam bentuk suatu lambang bahasa atau gerak untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan). Dari ketiga definisi tersebut di muka dapatlah kita simpulkan definisi dan komunikasi sebagai berikut : Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui lambang dan sarana komunikasi, dengan tujuan terjadi -nya kesamaan makna dan timbulnya efek yang berupa perubahan tingkah laku pada komunikan “. B. Unsur – unsur dan Proses Komunikasi Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka proses komunikasi meliputi beberapa unsur, yaitu : 1. Komunikator ( sumber / pengirim ) Adalah sumber / asal informasi yang dikomunikasikan atau orang yang mengambil prakarsa dalam berkomunikasi. 2. Pesan ( buah pikiran / idea / message) Adalah pengertian dari komunikator yang disampaikan dalam bentuk lambang – lambang, misalnya berupa gerakan, sinar, suara, tulisan, gambar dan lain – lain. 3. Sarana (perantara / media) Adalah sarana tempat berlalunya lambang – lambang tersebut. Saluran tersebut berupa indera ; indera pendengaran untuk pesan yang berupa suara, indera penglihatan untuk 1
pesan yang berupa cahaya, indera penciuman untuk pesan yang berupa bau – bauan, indera peraba untuk pesan yang berupa getaran / rabaan. Selain saluran berupa alat indera, terdapat pula saluran fisik yang lain, yaitu : Buku, surat, disket dan bentuk rekaman lainnya yang bertujuan untuk menggandakan pesan. Televisi, telepon, radio yang bertujuan untuk mendekatkan jarak komunikator dengan komunikan. Loud speaker untuk memperkuat intensitas pesan. 4. Komunikan (penerima pesan) Disebut juga reseptor, yaitu orang yang menerima berita atau lambang – lambang pesan. Adapun urutan - urutan proses terjadinya komunikasi adalah sebagai berikut : a) Pada Komunikator : Merumuskan pesan Mengubah pesan menjadi lambang Mengirimkan lambang, melalui media b) Pada komunikan : Menerima lambang Lambang diterjemahkan kembali menjadi isi pesan Pesan dipahami dan dilaksanakan ( Feedback )
( Decoding )
Dalam hal ini komunikator, yang melakukan encoding disebut juga encoder, sedangkan komunikan yang melaksanakan decoding disebut decoder. Komunikasi disebut sukses apabila keseluruhan proses diatas berlangsung dengan baik, makna pesan dapat dipahami dengan benar oleh komunikan, dan feedback yang diberikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator. Untuk lebih jelasnya, proses komunikasi dapat dlihat pada gambar berikut :
Ide
Perumusan
Pesan
Saluran
komunikator
Mene -rima
Penaf -siran
Ide
komunikan umpan balik
C. Dasar – Dasar Komunikasi Agar dapat melaksanakan komunikasi dengan baik dan sukses, ada beberapa dasar yang perlu kita ketahui dan perhatikan, yaitu : 2
1. Intention (niat) Dasar yang pertama apabila kita akan melaksanakan suatu komunikasi adalah niat atau rencana. Niat itu meliputi beberapa hal yaitu : a. Apa yang akan disampaikan : Sebelum melaksanakan komunikasi kita harus terlebih dahulu merumuskan dengan jelas apa materi / isi dari pesan yang akan kita sampaikan, sehingga komunikasi yang kita laksanakan mempunyai arah yang jelas, tidak terombang – ambing kesana – kemari. b. Siapa yang menjadi sasaran (Komunikan) : Sebelum mulai berkomunikasi kita harus mengenal terlebih dahulu siapa saja yang akan menjadi komunikan kita (latar belakang pendidikan, budaya dan sebagainya) sehingga komunikasi berjalan efektif. c. Apa tujuan yang akan dicapai : Tujuan komunikasi harus dijabarkan dengan jelas, agar nantinya dapat diadakan evaluasi, apakah komunikasi yang kita laksanakan itu berhasil atau tidak. d. Bagaimana cara melaksanakannya : Ini berhubungan dengan metoda dan teknik yang akan dipergunakan dalam proses komunikasi itu (wawancara, ceramah, diskusi kelompok, atau melalui media massa). Hal itu disesuaikan dengan jenis sasaran dan tujuan komunikasi yang akan dilaksanakan. Itu. e. Kapan akan dilaksanakan : Maksudnya adalah mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan komunikasi. Contoh : mengumpulkan ibu – ibu sebaiknya pada sore hari, mengumpulkan bapak – bapak pada malam hari dan seterusnya. Dengan “Kapan“ yang dimaksudkan juga mencari kesempatan (timing) yang sebaik – baiknya untuk menyampaikan informasi. Contoh : informasi mengenai cara – cara mencegah dan memberantas suatu penyakit menular akan lebih diperhatikan, apabila diberikan pada saat terjadinya wabah penyakit tersebut. f. Dimana akan dilaksanakan Ini menyangkut pemilihan tempat yang paling baikuntuk melaksanakan komunikasi. Dalam hal ini tempat juga memegang peranan penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi yang diselenggarakan. Contoh : tempat yangsempit / berjejalan, udara yang panas, lingkungan yang ribut, penerangan yang kurang, sudah tentu akan mengurangi efektifitas dari komunikasi yang diselenggarakan itu. 2. Attention (minat) Apa yang kita komunikasikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik komunikan, bila tidak demikian, ada kemungkinan besar apa yang kita sampaikan itu tidak akan diperhatikan. Minat komunikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a) Keadaan komunikator itu sendiri : Komunikator sebaiknya adalah yang memiliki otoritas (kedudukan, jabatan, ataupun keahlian dalam bidangnya). Komunikator yang berpenampilan tidak menarik dan tidak meyakinkan, akan mengurangi minat komunikan untuk memperhatikan dan melaksanakan pesan - pesan yang disampaikan. b) Isi pesan yang disampaikan : 3
Isi pesan yang tidak disukai atau sama sekali tidak menyentuh kebutuhan komunikan, tidak akan menarik perhatiannya. Demikian juga pesan yang sangat sulit untuk dipahami. c) Cara penyampaian : Cara atau teknik penyampaian yang dibawakan oleh komunikator juga berperan penting dalam menarik minat dari Komunikan. Teknik yang paling efektif adalah yang mempergunakan sebanyak mungkin panca indera. d) Keadaan komunikan : Disini yang dimaksud adalah disamping latar belakang komunikan (pekerjaannya, pendidikannya, adat istiadatnya dan sebagainya), juga situasi serta kondisi komunikan yang bersangkutan sewaktu komunikasi dilaksanakan. Contoh : orang yang dalam keadaan lelah, sedih atau kecewa, minatnya tentu akan berbeda dibandingkan dengan orang yang dalam keadaan biasa (normal). 3. Perception (tanggap) Makna dari informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diserap dan dipahami dengan benar atau tidak oleh komunikan, tergantung pada tanggapan dari komunikan yang bersangkutan. Komunikan akan menafsirkan informasi yang diterimanya, sesuai dengan kemampuan, tingkat pendidikan, pengalaman serta kerangka pemikiran mereka. Itulah sebabnya mengapa kita harus mempelajari sebaik - baiknya latar belakang komunikan kita, dan berusaha membantunya sehingga penafsirannya terhadap informasi yang kita sampaikan sama dengan penafsiran kita. 4. Retention (lekat) Sebagai komunikator kita sangat berharap agar pesan yang kita sampaikan sangat melekat, dalam arti diterima dan diingat oleh komunikan, untuk kemudian dipergunakan sewaktu - waktu diperlukan. Pesan yang tidak mudah dilupakan adalah pesan yang menarik. Suatu pesan dapat menjadi tidak menarik dan mudah dilupakan oleh komunikan disebabkan oleh adanya tiga hal, yaitu : a) Alasan yang bersifat psikologis Misalnya komunikan tidak menyukai pesan yang disampaikan atau tidak menyukai orang yang menyampaikan pesan tersebut. b) Karena informasi sudah lama tidak digunakan Adalah wajar apabila suatu pesan yang lama, tidak dipergunakan atau dilaksanakan akan dilupakan. Peristiwa ini disebut fading. Untuk mencegah terjadinya fading tersebut maka penentuan waktu kapan suatu informasi diberikan adalah sangat penting, agar pesan tidak mudah hilang sebelum dipraktekkan. Mencegah terjadinya fading dapat juga dilaksanakan dengan cara memberikan informasi yang berulang - ulang, serta dengan mempergunakan saluran komunikasi yang bermacam - macam. c) Adanya informasi baru Peristiwa ini disebut blocking. Hal itu dapat terjadi apabila pada saat yang bersamaan disampaikan banyak atau bermacam - macam informasi sekaligus. Dalam hal seperti ini ada kecenderungan bahwa informasi yang diberikan pada bagian permulaan dan bagian terakhir lebih mudah diingat, daripada yang ada di tengah. Blocking dapat dicegah dengan jalan membatasi jumlah dan macam pesan yang disampaikan, penyampaian dalam urutan - urutan yang logis sehingga mudah 4
diterima, serta memberikan kesempatan kepada komunikan untuk mengendapkan pesan terdahulu sebelum diberikan pesan berikutnya. 5. Participation (libat ) Sebagai hasil akhir komunikasi yang kita laksanakan, kita mengharapkan timbulnya partisipasi atau keterlibatan dari komunikan yang berupa perubahan perilaku, sesuai yang kita kehendaki. Dengan melihat apa yang dikerjakan oleh komunikan sesudah proses komunikasi dilaksanakan, kita dapat mengevaluasi apakah komunikasi kita itu berhasil atau tidak. Akan tetapi apabila evaluasi itu dilaksanakan hanya pada akhir dari proses komunikasi saja, seringkali sudah sangat terlambat, sehingga sulit untuk mengadakan perbaikan- perbaikan jika diperlukan. Itulah sebabnya evaluasi harus terus menerus dilaksanakan, sejak proses komunikasi itu dimulai serta selama komunikasi berlangsung. D. Jenis – Jenis Komunikasi Jenis komunikasi dapat dibedakan menurut beberapa sudut pandang, yaitu : 1. Dilihat dari cara penyampaiannya : a. Komunikasi langsung (misalnya wawancara) b. Komunikasi tidak langsung (melalui surat, koran, radio) 2. Dilihat dari arahnya : a. Komunikasi satu arah (radio, TV) b. Komunikasi dua arah (wawancara, diskusi) 3. Dilihat dari sifatnya : a. Komunikasi informatif (memberikan informasi, penjelasan) b. Komunikasi persuasif (berisi ajakan, himbauan) c. Komunikasi coersif (berisi perintah dengan sanksi) 4. Dilihat dari jumlah sasarannya : a. Komunikasi perorangan (wawancara) b. Komunikasi kelompok (ceramah) c. Komunikasi massal (koran) 5. Dilihat dari polanya : a. Komunikasi pola lingkaran (komunikasi dalam suatu organisasi) b. Komunikasi pola garis lurus (perintah yang bersifat rahasia) c. Komunikasi pola menyebar (ceramah) d. Komunikasi pola berantai (desas - desus) E. Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi Dalam proses komunikasi terdapat hambatan - hambatan yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif. Hambatan - hambatan itu adalah sebagai berikut : 1. Hambatan yang bersifat obyektif : a. Gangguan yang terjadi pada sistem peralatan, misalnya pengeras suara yang tidak bekerja dengan baik, gangguan cuaca pada siaran radio, dan sebagainya. 5
b. Situasi dan kondisi yang tidak mendukung, misalnya ruangan yang terlalu sempit dan panas, lingkungan yang bising dan sebagainya. 2. Hambatan yang bersifat subyektif : Ini dapat berasal dari komunikator, dapat juga berasal dari komunikan . Yang berasal dari komunikator adalah : a. Tidak mempergunakan lambang kata atau bahasa yang tepat, misalnya mempergunakan bahasa atau istilah - istilah yang kurang dipahami komunikan. b. Lambang telah mengalami banyak perubahan karena melalui banyak “tangan“. Ini dapat terjadi pada komunikasi berantai. c. Teknik penyampaian tidak benar ataupun tidak menarik. Misalnya urutan - urutan materinya tidak logis dan membawakannya monoton, atau sebagainya. d. Penampilan dari komunikator yang tidak mendukung. Ini khusus untuk komunikasi langsung atau tatap muka. Yang berasal dari komunikan : a. Latar belakang komunikan yang tidak mendukung. Misalnya karena pendidikan ataupun pengalamannya yang kurang memadai. b. Kurang atau tidak adanya motivasi. Misalnya karena masalah yang dibicarakan tidak menyentuh kepentingan komunikan. c. Adanya prasangka negatif terhadap komunikator. Misalnya karena adanya kecurigaan, strerotip dan sebagainya. d. Adanya “jarak“ antara komunikan dan komunikator. Misalnya karena keduanya berasal dari strata sosial - budaya yang sangat jauh perbedaannya.
F. Beberapa Hal Yang Penting Tentang umpan Balik (Feed Back) Tujuan dari setiap komunikasi adalah terjadinya umpan balik (feed back) sesuai yang diharapkan. Khusus dalam penyuluhan kesehatan umpan balik yang diharapkan itu berupa perubahan tingkah laku komunikan, dari yang bertentangan menjadi yang sesuai dengan prinsip - prinsip kesehatan. Berhubungan dengan hal diatas, maka perlu sekali bagi seorang penyuluh kesehatan memahami dengan baik umpan balik sasarannya, dengan tujuan agar sewaktu memberikan penyuluhan dapat merasakan komunikasinya berhasil atau tidak. Ditinjau dari sifatnya ada beberapa macam umpan balik, yaitu : 1. Umpan balik verbal ( Verbal Feed Back ) Yaitu umpan balik yang diungkapkan dengan kata - kata, sehingga secara langsung komunikator dapat mendengar dan menilai apakah komunikasinya berhasil atau gagal. 2. Umpan balik nirverbal ( Non Verbal Feed Back ) Umpan balik nirverbal adalah umpan balik yang disampaikan tidak dalam bentuk kata – kata, akan tetapi dalam lambang lain, misalnya tepuk tangan tanda setuju, seruan “ Huuuuu ….. “ tanda mengejek, dsb. Dengan lambang - lambang tersebut komunikator dapat merasakan komunikasinya sukses atau tidak. 3. Umpan balik nol ( ZeroFeed Back ) Umpan balik nol adalah umpan balik yang disampaikan oleh komunikan, akan tetapi maksudnya tidak dimengerti oleh komunikator. Hal ini kemungkinan besar disebabkan komunikator dalam komunikasinya menggunakan kata - kata atau bahasa yang tidak tepat, sehingga menimbulkan salah tafsir dipihak komunikan. 6
4. Umpan balik netral (Natural Feed Back) Umpan balik netral adalah tanggapan yang disampaikan oleh komunikan dimengerti oleh komunikator, akan tetapi yang diungkapkan oleh komunikan tersebut tidak relevan dengan topik pembicaraan. Hal ini belum tentu disebabkan oleh komunikator yang kurang mampu berkomunikasi, besar kemungkinan dikarenakan komunikan yang kurang pengetahuannya mengenai topik yang sedang dibicarakan. Bagi seorang Penyuluh Kesehatan memahami sifat - sifat dari umpan balik tersebut sangat penting, karena dapat dijadikan tolak ukur apakah komunikasi yang dilaksanakannya berhasil atau tidak. Jika berhasil maka gaya komunikasi yang gagal harus dilakukan perubahan, mungkin terhadap gayanya, metodenya, alat peraganya, tempatnya, waktunya dsb.
7
BAB II METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pengertian Dalam proses penyampaian materi pendidikan atau proses belajar mengajar, metoda yang dipergunakan berperan penting terhadap berhasil atau tidaknya proses yang dilaksanakan. Mengenai istilah metode penyuluhan dan teknik penyuluhan seringkali orang mempersamakan, sehingga tak jelas perbedaannya. Menurut Prof. Dr. Sutrisno Hadi, metode adalah cara yang utama untuk mencapai suatu tujuan dengan mempergunakan teknik serta alat - alat tertentu. Robert. L. Wendel, menyatakan bahwa metode adalah kerangka kerja dan dasar pemikiran yang mendasari digunakannya tehnik tehnik khusus dalam menyelenggarakan belajar - mengajar. Berdasarkan batasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : Metode komunikasi adalah suatu cara utama yang digunakan dalam kegiatan komunikasi, misalnya ceramah, diskusi, pameran, dll. Teknik komunikasi dapat diartikan sebagai cara khusus dalam menerapkan suatu metode yang digunakan, misalnya cara menyelenggarakan ceramah, diskusi, pameran, dll.
B. Macam Metode Penyuluhan Ditinjau dari segi jumlah sasaran yang ditangani, dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu : 1)
2)
3)
Metode penyuluhan masa (mass teaching method), yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada masa, misalnya siaran radio, televisi, surat kabar, majalah selebaran, dsb. Metode penyuluhan kelompok (group teaching method) yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan sasaran kelompok, misalnya ceramah, diskusi, brain storming (sumbang saran), round robin (sumbang saran tunjuk), dsb. Metode penyuluhan individual (individual teaching method) yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara individual. Misalnya interview, konsultasi, dsb.
Jangkauan yang dapat dicapai dari masing - masing kelompok metode : Berdasarkan asumsi bahwa proses perubahan perilaku atau adopsi dari suatu ide baru yang mengikuti tahapan - tahapan AIETA (awareness, interest, evalution, trial dan adoption), maka masing - masing metode menurut jumlah individu sasaran tersebut memiliki efektifitas yang berbeda. mass teaching method mencapai tahap awareness, tetapi apabila komunikasi dilakukan berulang - ulang bisa sampai pada tahap interest ( AI ). group teaching method dapat mencapai awareness, interest dan trial dan adoption ( AIETA ) Individual method sampai tahap awareness, interest, evaluation, trial dan adoption ( AIETA ) 8
Ditinjau dari arah penyampaian ide Ditinjau dari arah penyampaian ide atau pesan, metode komunikasi dibagi dalam dua jenis, yaitu : a) Metoda Didaktik (One Way Methode) b) Metoda Sokratik (Two Way Methode a) Metoda Didaktik ( One Way Method ) Pada metoda ini komunikasi yang terjadi bersifat satu arah, maksudnya hanya pendidik saja yang aktif, sedangkan sasarannya / warga belajar tidak. Yang termasuk ke dalam metoda ini adalah : 1. Ceramah, adalah teknik penyajian materi pendidikan secara lisan, disampaikan oleh seorang komunikator (penceramah) kepada sekelompok sasaran / warga belajar. Kelebihan : persiapannya relatif mudah, lebih mudah menguasai medan (sasaran), memerlukan waktu yang relatif singkat, mudah diarahkan, sasaran relatif banyak (kelompok), memungkinkan penyajian materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat Kelemahan : suasana yang monoton/membosankan, peserta relatif lebih pasif, komunikasi satu arah, cenderung bersifat informatif saja. Teknik penerapan Persiapan : rumuskan tujuan dengan jelas, penyusunan materi bahas Pelaksanaan : dalam penyampaian materi diperhatikan hal - hal sebagai berikut : Pendahuluan : tujuan & lingkup bahasan Penyajian : penguasaan materi, kejelasan, sistematika, bahasa & humor Penutup : tanya jawab bila memungkinkan, kesimpulan pembahasan 2. Siaran melalui mass media, seperti radio, televisi, pemutaran slide, film, penyebaran pamflet, booklet, pemasangan spanduk, baliho dan sebagainya. Siaran televisi adalah metode komunikasi searah dengan sasaran masa melalui media elektronik televisi (stasiun pemancar dan televisi penerima). Kelebihan : menjangkau sasaran yang luas / banyak, suasana lebih hidup dan lebih menarik, mengatasi jarak dan tempat. Kelemahan : biaya mahal, komunikasi searah, perlu keahlian khusus. Teknik penerapan : Persiapan : tentukan tujuan dengan jelas, siapkan konsep (materi bahas), susun skenario, pelaksanaan shooting. Pelaksanaan : siarkan melalui pemancar / stasiun tertentu, monitor bila ada tanggapan b) Metoda Sokratik ( Two Way Methode ) Pada metoda ini komunikasi terjadi secara dua arah, yang aktif bukan hanya pendidik saja, melainkan sasaran / warga belajar juga berperan serta. Yang termasuk metoda ini adalah : 1. Wawancara (Interview)
9
Wawancara atau interview adalah komunikasi perorangan (face to face) yang dilaksanakan secara dua arah oleh seorang komunikator (pewawancara = interviewer) dengan satu atau dua orang komunikan (interviewee). Ciri – cirinya adalah : Insiatif dan aktivitas ada pada pihak interviewer (pewawancara) Metoda dua arah, suasana informal Bertujuan untuk menyampaikan ataupun mengoreksi informasi Tidak dihasilkan rumusan hasil wawancara. Dalam melaksanakan interview ada beberapa sikap yang harus diperhatikan oleh interviewer, yaitu : - Seorang interviewer harus bersikap sopan dan menghormati interviewee. - Harus terbuka, jujur dan dapat dipercaya. - Dapat mengandalkan diri dan menunjukkan pengertian terhadap jawaban – jawaban dari interviewee. - Mudah menyesuaikan diri dan bersikap mendidik. Kelebihan : dapat menjangkau semua tahap AIETA (awareness, interest, evaluation, trial, adoption), pemecahan masalah sampai tuntas, mengatasi masalah yang bersifat pribadi atau rahasia Kelemahan : sasarannya relatif kecil (perorangan), perlu waktu dan tenaga yang relatif banyak, perlu keahlian khusus (dalam human relationship) Teknik penerapan : Persiapan : menentukan tujuan wawancara, menentukan isi pesan materi wawancara, menentukan tempat dan waktu. Pelaksanaan wawancara : tumbuhkan suasana yang baik (informal, kekeluargaan, tidak kaku tetapi terarah) ; mulai wawancara dengan menggunakan bahasa sederhana (sesuai dengan sasaran ), mulailah dengan persoalan yang mereka (sasaran) perhatikan, beri kesempatan bicara seluas - luasnya, jadilah pendengar yang baik dan sopan santun. 2. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counselling) Bimbingan dan penyuluhan disebut juga wawancara terapi. Pada konseling terdapat dua pihak yaitu konselor (orang yang dianggap profesional dibidang konseling) dan konseli / klien (orang yang membutuhkan pelayanan konseling). Tujuan konseling adalah untuk membantu konseli mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya sesuai dengan keadaan konseli itu sendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan konseling adalah : a) Tata ruang tempat konseling harus diperhatikan; ruangannya harus nyaman, tidak gaduh dan aman, sehingga konseli dapat mengungkapkan permasalahannya tanpa khawatir rahasianya didengar atau diketahui oleh pihak lain b) Ciptakan keakraban dan hubungan baik dengan konseli. c) Biarkan dia bicara dengan bebas, jangan dibantah ataupun dikritik. d) Dengarkan dengan penuh perhatian dan ingatkan jika ada sesuatu yang dia lupakan ataupun ingin dia bicarakan tetapi tidak dapat mengatakannya. e) Bicarakan atau bertanya hanya pada waktu yang tepat. 10
f) Bantulah dia untuk dapat memahami kebutuhan emosinya. g) Bimbinglah agar dia dapat menentukan rencana pemecahan masalah yang dialaminya tersebut. 3. Curahsaran (Brainstorming) Curahsaran (brain storming) atau sumbang saran tunjuk (round robin) adalah suatu teknik dalam komunikasi kelompok yang bertujuan untuk memperoleh gagasan sebanyak – banyaknya dari para peserta dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Ciri – cirinya : Kelompok terdiri dari 5 – 15 orang, suasana informal. Masing – masing peserta berkaitan erat dengan masalah yang dibahas dan kedudukan mereka tidak jauh berbeda. Duduk melingkar sehingga dapat berkomunikasi face to face. Para peserta mengemukakan pendapatnya. Antara para peserta tidak boleh saling menyanggah. Ada ketua kelompok yang mengatur pembicaraan, memancing pendapat peserta dan menyimpulkan hasil pembicaraan. Dibuat rumusan hasil pembicaraan yang dibacakan di depan sidang akhir pembicaraan. Kelebihan : diperoleh saran pemikiran yang banyak dalam waktu yang singkat untuk satu pemecahan masalah, pemikiran berdasarkan latar belakang keahlian yang berbeda, saling menghargai pendapat setiap pemberi saran (tidak ada sangahan) Kelemahan : pemikiran belum bersifat komprehensif karena ditinjau dari sisi / latar belakang peserta yang berbeda, tidak ada sanggahan, tidak ada komunikasi antar anggota kelompok kecuali mereka yang seprofesi yang membentuk sub kelompok. Teknik penerapan : Persiapan : tentukan tujuan yang akan dicapai, tentukan gambaran latar belakang profesi / keahlian / pengalaman peserta. Pelaksanaan : siarkan materi yang telah direkam, dicek serta disempurnakan, dimonitor apabila ada tanggapan dari pendengar. 4. Diskusi Kelompok (Group Discussion) Adalah suatu komunikasi kelompok yang bertujuan untuk mencari pemecahan suatu masalah dengan menghimpun pendapat para peserta. Ciri – cirinya : Kelompok terdiri dari 5 – 20 orang, suasana informal Masing – masing peserta berkaitan erat dengan masalah yang dibahas, dan kedudukan mereka tidak jauh berbeda Duduk melingkar sehingga dapat berkomunikasi face to face. Aktivitas harus terbagi rata diantara para peserta. Ada ketua kelompok yang mengatur lalu lintas pembicaraan, penulis yang mencatat hasil diskusi dan perumus yang menyusun rumusan akhir hasil diskusi. Rumusan hasil diskusi dibacakan oleh ketua kelompok pada akhir sidang. Kelebihan : mengembangkan inisiatif dan kreatifitas, membina kerjasama dan saling menghargai, motivasi untuk belajar lebih banyak, melatih emosional. 11
Kelemahan : kadang - kadang sulit dikendalikan, waktu yang diperlukan cukup panjang, memerlukan persiapan yang mantap, pengarah harus menguasai materi. 5. Permainan Simulasi Adalah sejenis diskusi kelompok dengan 8 – 15 pemain dan sejumlah penonton . Pemainnya terdiri dari : - satu orang pemimpin diskusi yang disebut fasilitator - satu orang penulis yang bertugas mencacat hasil diskusi dan lain – lainnya. - 1 – 3 orang pemegang peran : sebagai juru penerang (Jupen), penyuluh pertanian, bidan, dokter dan sebagainya, sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas. - 5 – 10 orang anggota yang berdiskusi setelah menjawab / menanggapi masalah – masalah yang ditulis dalam beberan. Kelebihan : peserta terlibat secara aktif, informasi - informasi yang penting perlu penekanan telah disiapkan dalam bentuk pertanyaan, membuka kesempatan untuk setiap peserta berargumentasi. Kelemahan : diperlukan persiapan yang matang, perangkat dan rancangan pertanyaan pertanyaan yang menarik. Teknik penerapan : Persiapan : rumuskan tujuan simulasi secara jelas, siapkan materi yang dibutuhkan (beberan, dadu, perangkat jawaban pertanyaan), siapkan peserta serta peranan masing - masing. Pelaksanaan : undilah untuk mendapatkan suatu pertanyaan, peserta secara berurutan memberi tanggapan / jawaban terhadap pertanyaan yang sesuai dengan nomor undian, memberi kesempatan kepada peserta lain termasuk penonton untuk memberi tanggapan (dilakukan oleh fasilitator) 6. Pameran Pameran adalah penyajian suatu koleksi berupa benda asli, gambar, foto, bacaan, tulisan, skema, diagram, atau bahan - bahan informasi yang lainnya yang disajikan dengan cara tertentu sehingga menarik minat sasaran untuk membantu belajar mereka. Kelebihan : menarik perhatian / minat pengunjung untuk mengetahui lebih banyak, dapat menangkap informasi yang banyak. Kelemahan : biaya mahal, perlu tenaga dan waktu yang banyak untuk persiapan, perlu koordinasi yang baik. Teknik penerapan : Persiapan : tentukan tema dan tujuan pameran secara jelas sesuai dengan sasarannya, siapkan sarana yang dibutuhkan, siapkan tempat yang strategis dan tenaga yang cukup. Pelaksanaan : upaya menarik perhatian dengan suara, warna, gerakan atau hentakan, serasikan pengaturan tata ruang, siapkan selebaran, leaflet, brooklet, dsb, evaluasi, tenaga penjaga & alat peraga yang menarik.
12
7. Demonstrasi Demonstrasi atau peragaan adalah suatu metode penyajian materi pendidikan yang dilaksanakan dengan jalan memperlihatkan bagaimana suatu alat atau bagaimana suatu proses dan prosedur suatu kegiatan dilaksanakan. Kelebihan : menarik minat karena pasti menggunakan alat peraga, dapat memberi keyakinan kepercayaan terhadap ide yang dilontarkan, mendorong untuk belajar dan menggunakan prosedur tertentu. Kelemahan : perlu persiapan matang, biayanya relatif besar, perlu tenaga dan waktu yang lebih banyak Teknik penerapan : Persiapan : menyusun tujuan yang jelas sesuai dengan waktu yang ada dan sasarannya, menyusun urutan kegiatan, menentukan / menyiapkan AVA yang digunakan. Pelaksanaan : tunjukkan proses kegiatan berjalan sesuai dengan prosedur, beri kesempatan pada satu atau dua peserta / sasaran untuk mempraktekkannya (mengulangi). Penilaian : pertanyaan langsung atau dengan kuisioner mengenai materinya, penguasaan metode/ prosedur, suasana/ lingkungan. 8. Widya Wisata (Study Tour, Field Trip) Adalah cara belajar dengan mengunjungi / melihat langsung obyek belajar di lapangan / diluar kelas. Disebut juga karya wisata atau kunjungan lapangan. 9. Studi Kasus (Case Study) Adalah cara belajar dengan membahas dan mencari pemecahan suatu kasus (peristiwa) secara berkelompok, kemudian hasilnya disajukan / dipresentasikan dalam suatu pertemuan. Studi kasus dapat memberikan pengertian yang mendalam kepada peserta, akan tetapi hanya dapat dilakukan oleh orang – orang yang sudah mempunyai dasar pengetahuan tentang kasus yang bersangkutan. 10. Praktek Kerja Lapangan (Field Training) Adalah cara belajar dengan jalan berpartisipasi langsung dalam proses pekerjaan yang sesungguhnya. Disini warga belajar diberi kesempatan untuk mempraktekkan ilmu – ilmu dan teori yang diterima di kelas, dibawah bimbingan petugas yang sudah profesional. 11. Forum Merupakan salah satu bentuk komunikasi kelompok, dimana seorang pakar suatu cabang ilmu pengetahuan membahas suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum di depan sejumlah peserta / audience, yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Ciri – cirinya : Hanya ada seorang pembicara, mengemukakan bahasan di depan audience. Pembahasan terpusat pada pembicara tersebut (tidak didiskusikan). Dilanjutkan dengan tanya jawab dengan audience. Adanya moderator yang mengatur jalannya dialog. Tidak dirumuskan hasil pembahasan.
13
12. Simposium Merupakan diskusi kelompok, dimana beberapa pakar cabang ilmu pengetahuan yang berbeda mendiskusikan suatu pokok bahasan di depan audience. Ciri – cirinya : Pembicara (disebut panelis) terdiri dari 3 – 7 pakar. Diskusi dilaksanakan di depan sejumlah hadirin yang disebut floor. Pembahasan terpusat pada masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Kadang – kadang juga dilanjutkan dengan tanya jawab dengan floor. Ada moderator yang duduk ditengah panelis yang mengatur pembicaraan pada panelis dan floor (jika diadakan tanya jawab). Tidak dibuat rumusan hasil diskusi atau keputusan sidang. 13. Seminar Merupakan diskusi kelompok dalam bentuk jumpa ilmiah yang berusaha memecahkan suatu masalah sosial, diselenggarakan dengan sejumlah cendikiawan (biasanya 10 – 30 orang). Ciri – cirinya : Beberapa pakar menyajikan makalah sesuai keahlian masing – masing, didepan peserta. Kemudian peserta dibagi atas kelompok – kelompok dan mengadakan diskusi kelompok. Hasil kelompok disajikan dalam sidang pleno untuk dibahas. Sidang kelompok dipimpin oleh pimpinan sidang kelompok, dan sidang pleno dipimpin oleh pimpinan sidang pleno. Sumber informasi : perpustakaan. Harus menghasilkan rumusan hasil seminar. Disini para peserta diundang untuk diminta partisipasi pemikirannya, buakn hadir untuk menimba pengetahuan. 14. Lokakarya (Work Shop) Adalah komunikasi kelompok dimana beberapa pakar dari cabang ilmu pengetahuan yang bereda – beda mengemukakan bahasan/ makalah didepan peserta untuk kemudian didiskusikan dalam rangka memecahkan suatu masalah. Ciri – cirinya : Beberapa pakar menyajikan makalah sesuai keahliannya didepan peserta (biasanya terdiri dari 10 – 30 orang). Kemudian peserta dibagi atas kelompok – kelompok dan mengadakan diskusi kelompok. Hasil sidang kelompok disajikan dalam sidang pleno untuk dibahas. Sidang kelompok dipimpin oleh pimpinan kelompok dan sidang pleno dipimpin oleh pimpinan sidang pleno. Sumber informasi adalah nara sumber. Lokakarya menghasilkanb rumusan hasil lokakarya. Berbeda dengan seminar, pada lokakarya para peserta hadir untuk menimba ilmu. 15. Permainan Peran (Role Playing) Permainan peran ( role playing ) adalah semacam sandiwara yang dimainkan oleh 2 - 3 orang pemeran (role), yang biasanya dipilih diantara peserta sendiri atau dimainkan oleh kelompok teater yang profesional, bertujuan untuk menyajikan suatu permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Kelebihan : dapat untuk melatih peserta (sasaran) dalam sikap atau keterampilan tertentu, peserta aktif, pendorong peserta untuk menguasai suatu pengetahuan lebih baik. 14
Kelemahan : memerlukan waktu yang lama, perlu persiapan yang matang, sangat tergantung peserta (pemain). Teknik penerapan : Persiapan : tentukan tujuan dan pokok permasalahan utama yang digunakan untuk tema permainan peran, siapkan pemain - pemainnya dan peranan masing - masing Pelaksanaan : laksanakan permainan sandiwara, mintalah umpan balik kepada peserta yang lain. 16. Sosiodrama Adalah permainan peran denagn alur cerita yang lengkap, menggambarkan keadaan – keadaan atau kejadian – kejadian yang sesungguhnya dalam masyarakat. Contohnya ludruk dan sandiwara. Dalam pertunjukan sosiodrama dapat diselipkan dialog – dialog yang berisi pesan – pesan pendidikan, yang tidak jarang dapat lebih menarik dan mudah diterima oleh penonton / masyarakat, dibandingkan dengan sarana – sarana pendidikan yang lain. 17. Wayang Wayang ada bermacam – macam, misalnya wayang kulit (Jateng, jatim, Bali), wayang gedhog (Jateng, Jatim), wayang golek (Jabar) dan wayang potayhi (Cina). Wayang berarti bayangan atau gambaran . Cerita wayang sarat dengan bermacam – macam pendidikan, misalnya sopan santun, etika, sosiologi, ketatanergaraan, patriotisme sampai pada filsafat. Disamping itu melalui dalangnya kita dapat menitipkan pesan – pesan pendidikan untuk penonton / masyarakat, melalui dialog dari tokoh – tokoh tertentu dari wayang tersebut. Wayang, ludruk, ketoprak dan pertunjukan lainnya merupakan media tradisional yang sering kali sangat efektif untuk menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat luas.
15
B A B III ALAT PERAGA
A. Pendahuluan Dalam proses komunikasi telah disebutkan faktor - faktor yang berperan dalam terselenggaranya suatu komunikasi, yaitu komunikator, komunikan, saluran dan pesan. Namun demikian komunikasi yang efektif juga memerlukan sarana lain untuk memperjelas pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga mudah pemahamannya. Dengan memudahkan pemahaman ini komunikan menjadi lebih mudah menafsirkan pesan yang diterima sehingga akan diperoleh sekecil mungkin terjadinya salah tafsir. Untuk memperjelas pesan sehingga memudahkan komunikan menerima pesan dengan benar dan untuk menghemat waktu yang digunakan untuk uraian - uraian penjelasan mengenai informasi yang disampaikan seringkali lebih efektif menggunakan alat - alat tertentu. Alat - alat tersebut biasa disebut alat bantu pendidikan atau alat peraga. Pada dasarnya alat peraga ini adalah membantu memperjelas pesan dengan prinsip bahwa makin banyak indera yang digunakan makin jelas pesan yang disampaikan. Dengan perkataan lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek sehingga mempermudah persepsi. Alat peraga ini juga membantu komunikan dalam proses pendidikan untuk memperoleh pengalaman/ pengetahuan lebih banyak. Yang dimaksud alat peraga atau alat bantu pendidikan adalah alat - alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan, dengan tujuan untuk mempermudah penerimaan / pemahaman peserta didik B. Jenis dan Ukuran Setiap alat peraga memiliki intensitas yang berbeda dalam membentuk persepsi seseorang. Hal ini tergantung pada berapa banyak indera peserta didik terlibat dalam pemanfaatan alat peraga tersebut. Ukurannya pun berbeda - beda. Alat peraga juga bisa benda aslinya. Tetapi dapat juga tiruan atau hasil imajinasi sesuatu yang sulit untuk ditangkap oleh indera. Benda tiruan tersebut bisa sama ukurannya dengan benda aslinya, lebih kecil atau lebih besar. Alat peraga semacam ini biasa disebut juga dengan model. Kerangka manusia diperagakan dengan membuat tulang tiruan seukuran kerangka manusia dari bahan plastik. Bumi diperagakan dengan sebuah globe. Ikatan molekul molekul kimia diperagakan dalam sebuah ikatan atom - atom yang terdiri atas benda berbentuk bulat dengan warna - warni yang berbeda dsb. Menurut hasil penelitian para ahli, orang umumnya menerima stimulus / rangsangan melalui panca indera dengan intensitas yang berbeda. Intensitas indera perasa menerima 1%, berikutnya 1% melalui indera peraba, 3% melalui indera penciuman, 11% melalui indera pendengar dan 83% melalui indera penglihatan. Berdasarkan intensitasnya, Edgar Dale membagi alat peraga menjadi 11 jenis, yang digambarkannya dengan sebuah kerucut yang dipotong - potong secara horizontal. Pada bagian puncak kerucut diletakkan stimulus berupa kata - kata, sedangkan dibawahnya diletakkan stimulus tulisan, yang berarti bahwa lambang kata - kata atau pembicaraan mempunyai intensitas satu tingkat lebih rendah dibanding yang berupa lambang tulisan yang berada dilapisan bawahnya dan seterusnya. Lapisan yang paling bawah (dasar) adalah berarti benda asli, dan yang paling puncak adalah kata - kata. 16
Ini artinya bahwa dalam proses pendidikan, alat peraga berupa benda aslinya mempunyai intensitas yang paling tinggi dalam membantu mempersepsikan materi pendidikan. Sedangkan penyampaian berupa kata - kata atau omongan saja sangat rendah intensitasnya. 1. kata – kata 2.
tulisan
3.
rekaman, radio
4.
film
5.
televisi
6.
pameran
7.
field trip / kunj.lapangan
8.
demonstrasi
9.
sandiwara
10. benda tiruan 11. benda asli
Gambar : Kerucut Intensitas Penerimaan Stimulus Alat peraga dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan menurut jumlah indera yang terlibat, yaitu : 1. Alat peraga auditif (audio aids) Yaitu alat peraga yang dapat menyampaikan atau meneruskan pesan yang diterima oleh indera pendengar, misalnya pengeras suara, radio, piringan hitam, tape recorder. 2. Alat peraga visual ( visual aids ) Yaitu alat peraga yang menyampaikan atau meneruskan pesan yang diterima melalui indera penglihat. Alat peraga jenis ini dapat dibedakan atas : a) Alat peraga yang tidak di proyeksikan yang terdiri atas dua dimensi : gambar, peta, denah, skema, tulisan. yang terdiri atas tiga dimensi : model, boneka, benda asli. b) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film strip, over head projector. 3. Alat peraga audio - visual ( audio visual aids = AVA ) Yaitu alat peraga yang dapat diterima sekaligus dengan indera pendengar dan penglihat, seperti : televisi, film berbicara, demonstrasi.
17
Beberapa contoh alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi adalah : -
pengeras suara radio tape recorder poster pamflet / leaflet booklet / brosur buku cerita bergambar koran / majalah diagram / grafik gambar foto video cassete recorder wayang diorama sosiodrama permainan simulasi
-
spanduk baliho / billboard papan tulis dan kapur flip chard flash chard flanel graph over head projector slide film strip film cerita televisi case study filed trip / study tour demonstrasi model benda aseli
C. Cara Perolehan / Cara Pembuatan Alat peraga dapat diperoleh dengan membuat sendiri dari bahan - bahan yang didapat disekitar kita, atau dari bahan - bahan yang tersedia di berbagai toko, atau dengan membeli yang sudah jadi yang memang telah diproduksi secara profesional. Tidak semua alat peraga yang canggih dan rumit serta mahal harganya selalu tepat untuk menyampaikan informasi secara efektif. Alat peraga yang sederhanapun seringkali memiliki efektifitas yang cukup baik dalam memperjelas pesan atau informasi. Seorang komunikator yang terampil dalam membuat sket atau gambar, cukup dengan kapur dan papan tulis telah mampu memberikan ilustrasi yang menarik tentang materi yang diberikan. Oleh karena itu seringkali seorang penyampai pesan membawa ahli atau seniman yang terampil membuat sketsa atau gambar cerita ke lapangan untuk membantu membuat cerita gambar yang disesuaikan dengan suasana kehidupan masyarakat sasaran. Alat peraga sederhana dibuat dengan bahan - bahan yang murah dan mudah diperoleh dari daerah setempat. Umumnya dibuat gambar atau ditulis dengan bahasa sederhana tetapi mudah dimengerti, erat dengan suasana yang mencerminkan kehidupan, kebiasaan dan kepercayaan atau adat - istiadat setempat. Alat peraga yang canggih (complicated) memerlukan keterampilan khusus dalam mempergunakannya dan diperlukan pula fasilitas - fasilitas pendukung lainnya seperti tersedianya aliran listrik. D. Cara Menggunakan Alat Peraga Cara menggunakaan alat peraga sangat tergantung pada jenis alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu berbeda dengan menggunakan film strip, dsb. Di samping itu juga dipertimbangkan faktor sasaran yang dihadapi. Untuk masyarakat yang banyak buta huruf akan lebih baik menggunakan alat peraga seperti film atau sosiodrama. Tetapi yang terpenting dalam penggunaan alat peraga harus menarik sehingga menarik minat sasaran. Peranan penyuluh atau komunikator sangat besar untuk memacu sasaran agar lebih tertarik. 18
Pada waktu menggunakan alat peraga, hendaknya diperhatikan hal - hal sebagai berikut : 1. Senyum anda adalah sangat penting dalam rangka menarik simpati warga belajar. 2. Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan atau diperagakan itu adalah penting 3. Pandangan mata hendaknya tertuju ke seluruh pendengar, agar mereka tidak kehilangan kontrol dari pendidik. 4. Suara hendaknya ditukar - tukar agar pendengar tidak bosan atau mengantuk 5. Ikut sertakan peserta, beri kesempatan untuk memegang atau mencoba alat - alat tersebut 6. Sesekali berilah humor guna menghidupkan suasana E. Manfaat Alat Peraga Manfaat alat peraga secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menghindarkan uraian yang terlalu pajang Informasi yang perlu dijelaskan dengan membutuhkan waktu yang lebih banyak dapat dihindari, karena dengan alat peraga tersebut informasi menjadi mudah dimengerti tanpa penjelasan lagi. Hal ini akan mempermudah penyampaian informasi oleh komunikator. 2. Menimbulkan daya tarik sasaran Makin banyak indera yang terlibat, makin banyak unsur emosional yang disentuh sehingga makin menarik, yang akhirnya akan meningkatkan minat untuk lebih memperhatikan. 3. Membantu sasaran untuk dapat memahami dengan lebih cepat dan lebih baik Hal ini akan membantu dalam menegakkan pengertian yang diperoleh. Tafsirannya menjadi lebih tepat sesuai dengan maksud yang disampaikan komunikator. 4. Membantu sasaran untuk mampu mengingat lebih lama Pesan - pesan yang disampaikan dengan menimbulkan kesan yang dalam akan lebih lama diingat atau tidak mudah dilupakan. 5. Beberapa jenis alat peraga mampu menjangkau sasaran yang lebih banyak dan luas Alat peraga seperti pengeras suara, film slide dan juga film bersuara, dan sejenisnya bisa menyajikan informasi yang diterima oleh orang banyak atau massa.
19
BAB IV CARA – CARA PENDEKATAN EDUKATIF KEPADA MASYARAKAT Tujuan pendekatan edukatif adalah termotivasinya massa, kelompok individu melalui proses pendidikan.
maupun
A. Pendekatan Massa Sekumpulan orang dengan jumlah yang tidak bisa dihitung secara pasti disebut massa. Pendekatan edukatif melalui massa memang tidak mengharapkan terjadinya perubahan perilaku, tetapi lebih kepada sosialisasi atau pemekaan terhadap suatu program sehingga masyarakat menyadari kemudian memperhatikan informasi bahwa akan ada tahapan berikutnya, akan terselenggara program yang memerlukan partisipasi masyarakat. Hal – hal yang harus diperhatikan seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan massa adalah apa yang disebut dengan 7 C of Communication , yaitu : 1.
Credibility
:
Komunikator harus terlihat sebagai sosok yang dapat dipercaya.
2.
Context
:
Situasi komunikasi harus relevan dengan keadaan komunikan.
3.
Content
:
Pesan harus berarti bagi komunikan.
4.
Clarity
:
Pesan dan simbol harus dimengerti secara sama oleh komunikan.
5.
Continuity and : Consistency
Pesan harus berkesinambungan.
6.
Channels
Saluran yang sesuai harus digunakan.
7.
Capability audience
: of :
konsisten
dan
Pesan harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman komunikan.
B. Pendekatan Kelompok Pendekatan edukatif melalui kelompok atau pendekatan kelompok dilakukan melalui organisasi yang ada di dalam masyarakat seperti PKK, RT, RW,LKMD, kelompok keagamaan dan kelompok sosial lainnya atau membentuk kelompok yang baru. Secara tidak langsung, strategi pendekatan kelompok adalah dimotivasinya pemenuhan kebutuhan mereka yang kita rasakan (the real needs) menjadi kebutuhan yang mereka rasakan (the felt needs). Menurut Lewin, kelompok adalah suatu kesatuan yang dinamis berdasarkan lebih dari saling ketergantungan dari pada kesamaan. Sedangkan menurut Brodbeck, kelompok adalah sekumpulan orang – oeang yang satu dengan lainnya berada dalam suatu hubungan tertentu. Macam hubungan yang dapat diberikan sebagai contoh sudah tentu 20
tergantung pada atau menentukan macam kelompok yang bersangkutan, apakah kelompok itu kelompok keluarga, kelompok pendengar, kelompok butuh, dan lainnya. Suatu kelompok terbentuk karena keadaan – keadaan berikut: Dibentuk dengan sengaja atau direncanakan oleh seseorang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Terbentuk secara spontan oleh orang – orang yang mau berpartisipasi didalamnya (seperti kelompok arisan, pendengar dan lain – lain). Terbentuk karena mereka diperlakukan sebagai suatu kelompok berdasarkan kesamaannya (seperti kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok tuna wisma, kelompok tuna susila, dan sebagainya). Tujuan pendekatan melalui organisasi – organisasi masyarakat adalah untuk mengajak partisipasi yang sebanyak – banyaknya dari masyarakat. Oleh karena itu mengggunakan organisasi yang tumbuh dari bawah akan lebih besar manfaatnya. Organisasi yang dibentuk dari atas hendaknya berfokus dalam hal koordinasi dan pemberian pelayanan. Pembentukan organisasi yang baru akan lebih efektif bila dilatarbelakangi oleh : 1. Pembentukan kelompok Dibentuk dengan tujuan tertentu. Kelompok yang terdiri dari anggota – anggota yang mungkin baru dikenal akan mengalami proses perkembangan sebagai berikut : a) Fase pengenalan, disini masing – masing anggota saling memperkenalkan diri baik secara formal (mengenai identitas, status, asal, latar belakang pekerjaan, pengalaman, pendidikan terakhir, dll.) maupun secara informal. Pada tahap ini masing – masing anggota akan saling menilai, menemukan ciri khas / sifat masing – masing anggota, berorientasi sampai sejauh mana peranan / pengaruh masing – masing terhadap kelompoknya. Fase ini intinya adalah anggota dapat menerima aktivitas kelompok. b) Fase terbentuknya hubungan, dimana tiap anggota mulai mengenal kemampuan peranan masing – masing dalam kelompoknya. Disini juga terjadi hubungan emosional diantara anggota, misalnya saling mendukung sesama anggota atau mungkin juga bisa terjadi konflik dalam kelompok. Konflik dalam kelompok merupakan tingkat keharusan demi perkembangan kelompok lebih lanjut. Berakhirnya fase ini adalah dengan cara bagaimana konflik tersebut dapat diseleasaikan dan ditemukannya bentuk – bentuk untuk memulihkan keadaan. Fase pengenalan ini bertujuan agar sesama anggota dapat saling menerima. c) Fase saling menerima, terbentuknya sifat keterbukaan diantara sesama anggota (termasuk yang menyangkut masalah pribadi) sehingga diharapkan adanya banyak toleransi terhadap berbagai macam pendapat. Akhirnya akan mudah diperoleh umpan balik terhadap suatu pendapat dari anggota lain sehingga diskusi akan lebih hidup dalam memecahkan suatu masalah secara komprehensif. 2. Dinamika kelompok Menurut Cartwight and Zander, dinamika kelompok adalah cara – cara tertentu yang direncanakan untuk meningkatkan keterampilan di dalam hubungan antar sesama manusia dan pengelolaan pertemuan – pertemuan dan kepanitiaan. Sedangkan menurut Joseph Luft, dinamika kelompok merupakan sarana penyelidikan yang ditujukan untuk memajukan pengetahuan tentang sifat – sifat kelompok, aturan – 21
aturan perkembangan kelompok, hubungan kelompok dengan individu atau kelompok lain dan lembaga yang lebih besar. a) Tujuan dinamika kelompok : Lebih membangkitkan kepekaan diri seorang anggota terhadap anggota lainnya dalam kelompok, sehingga timbul rasa saling menghargai. Menimbulkan rasa solidaritas (sense of belonging) dari para anggota sehingga timbul partisipasi yang spontan dalam mencapai tujuan bersama. b) Metode belajar dalam latihan dinamika kelompok : - Tanggung jawab ada pada masing – masing anggota. Keberhasilan dinamika kelompok sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan anggota dalam menggali sumber pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri. -
Peranan pelatih dinamika kelompok Pelatih atau yang disebut fasilitator berperan dalam memotivasi setiap anggota agar berpartisipasi aktif dalam kelompok, membantu menemukan cara bekerja sama yang baik dalam kelompok, cara – cara bagaimana kelompok memecahkan masalah, dan cara – cara bagaimana berkomunikasi antar sesama anggota yang efektif.
-
Penggabungan konsep dan pengalaman Setiap anggota kelompok didorong agar berani mengkaji pengalaman mereka, membicarakannya untuk kemudian mencoba mengambil kesimpulan dalam konsep – konsep yang dapat berlaku umum.
-
Interaksi sesama anggota Dinamika kelompok sangat mengutamakan interaksi atau hubungan antar sesama anggota sehingga dapat menimbulkan keterbukaan hati untuk mengungkapkan perasaan mereka dan menghilangkan jauh – jauh semua perasaan yang terselubung. Diharapkan juga timbul keterbukaan untuk saling mengkritik teman serta menerima kritik dengan lapang dada, yang berarti saling menunjukkan kekurangan / kesalahan bersama untuk dapat diperbaiki.
c) Teknik pelaksanaan dinamika kelompok : - Bebas tanpa acara (unstructure) Dengan cara ini kelompok yang hendak dilatih didiamkan tanpa diberi pengarahan atau jadwal, tujuannya agar para peserta merasa tidak tahan dan timbul inisiatif untuk mencari topik – topik untuk didiskusikan. Kebaikan cara ini adalah timbulnya inisiatif serta solidaritas dalam waktu yang relatif singkat. -
Acara diberikan sebelumnya (structure) Dengan cara ini kelompok sudah diberi jadwal selama berlangsungnya dinamika kelompok, tanpa menghiraukan proses yang terjadi dalam setiap mata acara. Kebaikan cara ini adalah adanya kejelasan program sehingga menimbulkan kesan kesiapan pelatih. Sedangkan keburukannya ialah kurangnya timbul inisiatif para peserta, karena semuanya sudah diatur sebelumnya.
-
Kombinasi kedua cara di atas Dengan teknik ini pelatih telah menyiapkan beberapa kemungkinan jadwal yang penerapannya disesuaikan dengan perkembangan proses interaksi yang terjadi dari 22
waktu ke waktu. Kebaikan dari program ini ialah terkendalinya program latihan, tanpa mematikan inisiatif peserta. Sedangkan keburukannya adalah persiapannya yang membutuhkan waktu dan energi pelatih, yang harus selalu menganalisis perkembangan dari satu mata acara ke mata acara berikutnya dalam waktu yang kadang – kadang sempit. d) Manfaat dinamika kelompok : - Manfaat bagi perorangan Peserta dapat mengenal dan memperoleh gambaran tentang peserta lainnya serta dapat menarik pelajaran dari pendapat atau pengalaman peserta lainnya. -
Manfaat bagi kelompok Tertama dalam pengalaman bagaimana cara – cara pengambilan keputusan selama program dinamika kelompok, bagaimana norma kelompok, prosedur atau sistematika kerja dalam kelompok dan bagaimana cara mengatasi perselisihan pendapat di dalam kelompok.
-
Manfaat bagi organisasi Pengalaman mengnai cara kerja atau menciptakan kerjasama dalam kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama antar unit dalam suatu organisasi.
3. Diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah suatu percakapan yang terarah pada suatu pertimbangan pemecahan suatu masalah, dibawah koordinasi seorang pemimpin yang terlatih. Diskusi kelompok merupakan suatu arena pertukaran pendapat atau pandangan – pandangan dan pengalaman terhadap suatu masalah, dimana pendapat yang berbeda itu dapat disatukan untuk medapatkan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. a)
Persyaratan menjadi peserta diskusi : Menjadi pendengar yang baik Menjadi pembicara yang baik Tidak berbisik – bisik dengan kawan di sebelah kiri - kanan
b) Manfaat diskusi kelompok : Memberikan kesempatan kepada peserta diskusi kelompok untuk memberanikan diri dalam mengemukakan pendapat didepan orang lain. Mempelajari masalah – masalah yang diminati oleh peserta. Mengembangkan orang – orang yang mempunyai potensi untuk memimpin masyarakat, organisasi, dsb. Sebagai media para peserta untuk mengembangkan diri ke arah pendewasaan yang mantap. Memberi kesempatan para peserta untuk mengenal diri dalam mengenal, menganilisis, memecahkan masalah. Melatih diri para peserta untuk mengambil keputusan Mengembangkan diri untuk menjadi pembicara yang efektif dan pendengar yang baik Sebagai media dalam pengembangan diri untuk berpikir komprehensif dalam mengatasi suatu masalah
23
c) Peranan peserta diskusi Yang dimaksud dengan peserta diskusi kelompok adalah setiap orang yang melibatkan diri secara aktif dalam diskusi kelompok. Mereka terdiri dari pemimpin kelompok, pengamat (observer), pencatat, nara sumber (resource person) dan anggota kelompok. Jumlah peserta diskusi kelompok sebaiknya dibatasi antara 6 – 20 orang. Jika terlalu sedikit, maka diskusi cenderung dikuasai oleh seseorang yang mempunyai kekuatan mendominasi sehingga berpengaruh terhadap kesimpulan . hasil diskusi. Tetapi jika terlalu banyak juga akan menyebabkan tidak semua peserta mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sehingga suasana akan menjadi ribut. Peranan pemimpin diskusi kelompok (moderator) : Mempersatukan peserta dalam mengambil peran masing – masing. Mendorong atau memotivasi para peserta. Mengatur lalu lintas pembicaraan. Meredakan suasana diskusi jika ada peserta diskusi yang bersitegang. Merangkum pendapat sebagai hasil diskusi kelompok. Peranan anggota kelompok : Sumber pemikiran dalam mencapai tujuan. Pembuat keputusan terakhir. Bertanggung jawab atas jalannya diskusi. Nara sumber : Adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu yang dapat memberikan keterangan – keterangan yang dibutuhkan kelompok dalam memecahkan masalah. Nara sumber yang biasanya memberikan nasihat – nasihat untuk kepentingan kelompok disebut juga konsultan. Bila kebetulan pimpinan diskusi memiliki keahlian dalam bidang yang dibahas, maka dia juga dapat bertindak sekaligus sebagai nara sumber. Pencatat (notulen) : Adalah orang yang bertugas mencatat hal – hal penting seperti usul – usul, tindakan atau keputusan yang akan diambil. Keputusan yang telah disepakati kelompok dibacakan oleh notulen atau moderator pada bagian akhir diskusi. Pengamat (observer) : Adalah orang yang mengamati proses yang terjadi dalam diskusi. Dan bila diminta dia dapat mengemukakan pendapatnya. Observer bukanlah anggota kelompok. d) Lingkungan fisik yang dibutuhkan : Lancar tidaknya suatu diskusi kelonpok juga dipengaruhi oleh situasi lingkungan fisik, yang termasuk kedalamnya adalah : - Ruangan Ruangan harus cukup luas, suhunya sejuk, ventilasi yang memadai untuk pertukaran udara, pencahayaan cukup terang, sound sistem yang memadai, peralatan yang cukup tersedia (seperti papan tulis dan perlengkapannya, dll). - Susunan tempat duduk Diatur sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat melihat dengan jelah wajah peserta lain dan mendengar perkataan masing – masing.
24
- Jumlah peserta Jumlah peserta disesuaikan dengan kapasitas ruangan dan tidak terlalu banyak. - Lamanya diskusi Disarankan satu sidang diskusi waktunya antara 45 – 60 menit, kemudian istirahat sebentar untuk menghadapi diskusi berikutnya. e) Proses diskusi - Persiapan Disamping persiapan lingkungan fisik, juga harus dipersiapkan materi bahasan (topik, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam diskusi kelompok). - Penyelenggaraan diskusi kelompok Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah : Pimpinan diskusi menyampaikan topik pada sidang Topik dibahas, diperjelas, dipertajam, akhirnya disetujui untuk dibahas Pembahasan topik untuk memecahkan masalah atau mencapai sasaran Pengkajian kembali kesimpilan sementara hasil diskusi Kesepakatan tercapai - Perumusan hasil diskusi Seringkali karena keterbatasan waktu, perumusan hasil diskusi belum sempurna. Biasanya dibentuk tim perumus yang terdiri dari beberapa orang yang dipercayai untuk menyempurnakan rumusan hasil diskusi. Seringkali juga hasil rumusan tim perumus ini dikaji ulang dalam sidang berikutnya. f) Evaluasi Evaluasi ini berguna bagi penyelenggara diskusi kelompok dan orang – orang yang terlibat didalamnya, agar tidak mengulang kesalahan yang sama dalam acara diskusi selanjutnya.
C. Pendekatan Perorangan Pendekatan perorangan atau individual pada dasarnya adalah sama tujuannya, yaitu untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan kesehatan masyarakat. Bila pendekatan ini tepat sasaran, maka akan membuahkan hasil yang luar biasa. Yang paling besar manfaatnya adalah pendekatan individual kepada tokoh – tokoh kunci dalam masyarakat. Komunikasi yang intens lebih baik dilakukan secara informal. Bila tokoh kunci telah dipengaruhi untuk bersedia berpartisipasi aktif, mereka akan mempengaruhi secara individual pula kepada para pengikut atau kelompok yang ada dibawahnya.
25
BAB V PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pendahuluan H.L. Blum menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu faktor lingkungan (environment), faktor perilaku (behaviour), faktor pelayanan kesehatan (health service) dan faktor keturunan (heredity). Di negara berkembang, faktor lingkungan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan, karena erat kaitannya dengan penyakit – penyakit infeksi. Sedangkan dinegara maju, derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku. Perubahan gaya hidup, penggunaan obat – obat terlarang, konsumsi makanan yang tidak segar seperti makanan instan, makanan dalam kaleng dan sebagainya akan mempengaruhi kesehatan. Gaya hidup masyarakat di kota – kota besar jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan, terutama yang berkaitan dengan pola konsumsi makanan, obat – obatan, pekerjaan dan sebagainya. Oleh karena itu pola perkembangan jenis penyakitpun berbeda antara daerah pedesaan dengan perkotaan. Hal ini terjadi karena perubahan perilaku. Di pedesaan masalah perilaku sangat berkaitan dengan ketidaktahuan. Artinya perilaku yang tidak sesuai dengan konsep – konsep hidup sehat disebabkan karena tidak adanya atau kurangnya pemahaman. Sementara di wilayah perkotaan pada umumnya perilaku yang tidak sesuai dengan konsep – konsep hidup sehat lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup, prestise atau sejenisnya. Dapat disimpulkan bahwa baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, faktor perilaku berpengaruh terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Untuk mengadakan perubahan perilaku agar masyarakat mampu mengubah gaya hidup atau memahami konsep – konsep hidup sehat, salah satu pendekatan edukatif adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Pendekatan melalui aspek pendidikan termasuk kegiatan penyuluhan kesehatan, yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ke arah perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah penunjang semua program – program dan usaha – usaha di bidang kesehatan. Sebagai usaha penunjang, pendidikan kesehatan masyarakat memegang peranan penting, karena pada hakekatnya semau usaha dalam bidang kesehatan masyarakat tidak akan berhasil baik apabila masyarakat tidak diberikan motivasi untuk berperan serta dalam melaksanakan program tersebut. Ini artinya perlu diberikan penyuluhan terlebih dahulu. Sebagai contoh, Pekan Immunisasi Nasional (PIN) merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah tanpa memungut biaya. Tanpa penyuluhan kesehatan melalui siaran radio, televisi, poster, spanduk dan sebagainya, masyarakat tidak tertarik dan belum tentu akan membawa balita atau putra / putrinya ke Pos PIN. Demikian pula program kesehatan lainnya. Terutama program atau usaha kesehatan tersebut masih baru atau belum banyak dikenal oleh masyarakat, maka peranan penyuluhan kesehatan akan nampak dengan jelas. Mengingat setiap usaha kesehatan perlu penyuluhan kesehatan, maka setiap petugas (apapun profesinya) dituntut untuk bertanggung jawab di dalam proses penyuluhan kesehatan masyarakat, sehingga perlu membekali diri di dalam perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasinya. 26
B. Sejarah Perkembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Istilah pendidikan kesehatan masyarakat berasal dari bahasa Inggris, yaitu terjemahan dari Public Health Education. Pada dasarnya pengertian penyuluhan adalah sama dengan pendidikan. Oleh karena itu dalam uraian – uraian berikut kadang – kadang menggunakan istilah pendidikan dan kadang – kadang menggunakan istilah pendidikan. Pendididkan kesehatan masyarakat belum lama berkembang. Dimulai dari Rusia pada tahun 1893, lalu di Amerika Serikat pada tahun 1899 dan Jerman pada tahun 1911. Sedangkan pendidikan kesehatan masyarakat dimulai sejak tahun 1920, dengan disebarkannya poster, pamflet yang dikeluarkan oleh Dinas Pengobatan Sipil yang disebut Medische Hygienische Propaganda. Usaha yang dijalankan adalah memberikan penerangan kepada penderita cacingan. Pada tahun 1945 pendidikan kesehatan masyarakat mulai medapat tempat dalam usaha pemerintah di bidang kesehatan. Pada tahun 1968 dan 1970 diadakan Workshop Nasional pendidikan kesehatan masyarakat . Dan pada tahun 1970 itu juga dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI untuk pembentukan unit – unit pendidikan kesehatan masyarakat di propinsi – propinsi pulau Jawa dan Bali. Tahun 1971 dibentuk Proyek Pengembangan Tenaga Spesialis Penyuluhan Kesehatan yang merupakan spesialis pendidikan kesehatan masyarakat dalam jangka waktu 5 tahun.
C. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian pendidikan kesehatan masyarakat sebagai berikut : Menurut Nyswander, D. : Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam individu seseorang yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan kesehatan baik secara perseorangan maupun masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan dari seseorang kepada orang lain, pendidikan kesehatan bukan suatu rangkaian prosedur yang dilaksanakan atau produk yang akan dicapai ; tetapi adalah suatu proses perubahan yang dinamis dari suatu perkembangan dimana seseorang menerima atau menolak informasi yang baru, sikap yang baru dan tindakan yang baru yang berhubungan dengan tujuan – tujuan dari hidup sehat. Menurut Guy Steuart : Pendidikan kesehatan adalah komponen program – program kesehatan dan kedokteran (medik) yang didalamnya termuat usaha – usaha yang direncanakan untuk mengubah tingkah laku individu, kelompok dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya tujuan – tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan taraf kesehatan. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa : Pendidikan kesehatan tidak hanya diberikan sebagai suatu pelajaran di kelas, tetapi tiap – tiap pengalaman yang menguntungkan kesehatan dengan cara mempengaruhi kebiasaan, sikap dan pengetahuan manusia termasuk di dalam pengertian pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan dari seseorang kepada orang lain, kita tidak mendidik masyarakat dalam arti tidak mengubah masyarakat, tetapi masyarakat mengubah dan mendidik sendiri kebiasaan dan tingkah lakunya. Yang dapat kita lakukan sebagai pendidik adalah 27
mencipatakan suasana untuk masyarakat agar mereka dapat mengubah kebiasaan atau tingkah lakunya. Pendidikan kesehatan baru dapat dikatakan berhasil bila yang dididik sudah merubah tingkah lakunya sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan. Proses Adopsi Di atas telah diuraikan bahwa pendidikan kesehatan masyarakat baru dapat dikatakan berhasil bila yang dididik sudah merubah tingkah lakunya. Sehubungan dengan hal tersebut, Rogers mengemukakan bahwa setiap penerimaan suatu perubahan biasanya melalui proses yang meliputi lima tahap / fase, yaitu fase kesadaran (awareness), perhatian (interest), evaluasi (evaluation), coba – coba (trial) dan fase adopsi (adoption). Proses ini disebut proses penerimaan (adoption process) dalam menyebarluaskan pembaharuan (diffusion of innovation). 1. Fase kesadaran (awareness) Dalam fase ini individu mulai mengetahui adanya suatu gagasan baru tetapi tidak mendalam. 2. Fase perhatian (interest) Dengan adanya gagasan baru tersebut individu mulai tertarik dan menaruh perhatian yang pada mulanya tidak serius. Dengan adanya penerangan yang terus menerus, lalu timbul keinginan untuk tahu lebih banyak tentang persoalan tersebut. 3. Fase evaluasi (evaluation) Dalam fase ini individu mulai membandingkan dan mencari keterangan lebih lanjut mengenai gagasan baru yang akan dicoba. Jika dinilai gagasan ini sesuai dengan tujuan, dan menguntungannya maka ia akan mengadopsi gagasan tersebut dan memasuki fase berikutnya. 4. Fase coba – coba (trial) Dalam tahap ini individu mulai mencoba secara khusus gagasan tersebut. Fase ini adalah fase yang paling kritis, karena pada fase ini akan ditentukan apakah gagasan baru tersebut diterima atau tidak. Gagasan baru diterima kalau dalam fase ini individu mendapat kepuasan. 5. Fase adopsi (adoption) Dalam fase ini individu sepenuhnya menjalankan gagasan baru dan merasa puas. Tidak ada lagi pemikiran atau pemilihan apakah gagasan tersebut baik atau buruk, karena telah merasakan hasilnya. Ia yakin bahwa gagasan baru tersebut memberi keuntungan yang besar baginya dan akan menjalankan terus sebagai suatu bagain dari cara hidupnya. Fase – fase dalam proses pelaksanaan pendidikan kesehatan masyarakat : 1. Fase Pemekaan ( Sensitisasi ) Adalah tahap permulaan dengan tujuan bukan untuk menambah pengetahuan kesehatan atau merubah tingkah laku dan kebiasaan – kebiasaan orang, melainkan hanya untuk menarik perhatian masyarakat terhadap sesuatu. Misalnya adanya usaha keluarga berencana, adanya wabah kolera, adanya wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan lain – lain. Sebagai alat dan media pemekaan sering digunakan radio, televisi, poster, iklan, pameran, slide, bioskop dan lain – lain. Dengan perangsangan ini diharapkan timbul keinginan masyarakat 28
untuk mengetahui lebih banyak informasi, sehingga mereka lebih peka terhadap tindakan – tindakan kesehatan. 2. Fase Penerangan ( Publicity ) Tahap ini ditujukan untuk menambah pengetahuan, sehingga diberi lebih banyak keterangan lebih rinci mengenai hal – hal yang sudah dipekakan kepada masyarakat. Cara ini sering dipakai untuk mempengaruhi public opinion sehingga kebutuhan riel seseorang (real needs) menjadi kebutuhan – kebutuhan dirasakan (felt needs), dan hal ini penting untuk memberi dasar tindakan kepada masyarakat. Misalnya pembuatan kakus, mulanya tidak dirasakan sebagai suatu kebutuhan, tapi karena terbentuknya public opinion maka sekarang kakus dirasakan perlu disediakan oleh masyarakat. 3. Fase Pendidikan ( Education ) Untuk dapat melaksanakan pendidikan perlunya adanya hubungan perorangan langsung antara pendidik dan saran. Supaya komunikasi dapat berlangsung dengan baik, maka pendidikan harus dapat dimengerti oleh yang dididik. Hal lain yang penting adalaha komunikasi antara yang dididik dan pendididik harus didasari oleh cinta kasih, kepercayaan atau keterbukaan, disamping itu isi pendidikan kesehatan harus yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan keadaan sosial. Ekonomi, lingkungan dan dapat diintegrasikan dalam pola kebudayaan. 4. Motivasi Adalah dasar suatu tindakan yang diambil oleh seseorang atau masyarakat untuk merubah perilakunya. Untuk memotivasi masyarakat agar mereka mau menggunakan pengetahuan kesehatan dalam bertindak, mereka harus memiliki motif seperti untuk mempertahankan hidup, untuk melanjutkan keturunan, menyatakan diri, mendapatkan respons emosional, mendapatkan keamanan atau kombinasi dari motif – motif tersebut. Manfaat pendidikan kesehatan masyarakat adalah : 1. Menjadikan kesehatan sebagai modal masyarakat yang amat berharga. 2. Membantu individu, keluarga dan masyarakat agar mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal. 3. Mendorong pemanfaatan dan pengembangan fasilitas kesehatan.
D. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Keberhasilan usaha kesehatan masyarakat ditunjang oleh penyuluhan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu ditinjau dari segi materi penyuluhan, ruang lingkupnya sesuai dengan usaha kesehatan yang dilakukan disuatu wilayah. Ruang lingkup penyuluhan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Kesehatan Ibu dan Anak 2. Keluarga Berencana 3. Gizi 4. Pengobatan 5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Kesehatan Lingkungan Pemukiman 7. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 8. Upaya Kesehatan Sekolah 9. Upaya Kesehatan Lansia 29
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya Kesehatan Jiwa Upaya Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan Upaya Penyuluhan Kesehatan Pembinaan Peran Serta Masyarakat Upaya Kesehatan Olah Raga Laboratorium Sederhana Upaya Kesehatan Lain
Ditinjau dari segi sasaran atau tempat sasarannya, maka ruang lingkup penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di rumah, sekolah, tempat kerja, rumah sakit ataupun masyarakat luas. Di rumah menyangkut hal – hal sebagai berikut : 1. Pemeliharaan kebersihan. 2. Sikap keluarga terhadap usaha – usaha kesehatan. 3. Pengaturan anggaran belanja rumah tangga terutama yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. 4. Penyediaan sarana sanitasi. 5. Kebiasaan rekreasi. 6. Perilaku keagamaan dan kebudayaan keluarga (kesehatan mental). Di sekolah meliputi : 1. Keadaan lingkungan fisik sekolah. 2. Hidangan makanan di sekolah. 3. Olah raga. 4. Perilaku kesehatan siswa. 5. Perilaku kesehatan para guru. 6. Cara – cara mengatasi keadaan darurat kesehatan. Dilingkungan kerja meliputi : 1. Sanitasi lingkungan kerja. 2. Usaha – usaha kesehatan kerja (pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dsb.) 3. Usaha pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. 4. Kebersihan di kafetaria, dll. Di rumah sakit, meliputi : 1. Sanitasi rumah sakit. 2. Hygiene perorangan petugas rumah sakit. Di masyarakat umum menyangkut : 1. Upaya – upaya kesehatan masyarakat (program – program yang sedang diterapkan) 2. Penyuluhan kesehatan di tempat – tempat umum 3. Pembinaan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program – program kesehatan.
30
E. Strategi Dalam Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Strategi adalah langkah – langkah yang diambil untuk mencapai suatu tujuan, dimana langkah – langkah tersebut dapat diartikan sebagai pemikiran – pemikiran atau tindakan – tindakan. Komunikasi selalu dilakukan untuk tujuan – tujuan tertentu, yaitu adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Untuk mencapai tujuan ini komunikasi yang diterapkan dalam pendidikan kesehatan masyarakat dilakukan strategi sebagai berikut : 1. Persuasif ( Persuation Strategy ) Dalam strategi ini data psikologis dan sosiologis masyarakat sangat diperlukan. Ada dua macam pendekatan dalam strategi persuasif, yaitu : - dengan daya tarik positif dalam bentuk insentif atau imbalan - dengan daya tarik negatif yaitu dengan memberikan ancaman hingga masyarakat berusaha menghindari hal – hal yang mengarah kepada yang merugikan dirinya. 2. Kompulsif ( Compulsion Strategy ) Teknik ini dilakukan dengan menciptakan suasana sedemikian rupa hingga orang secara tidak langsung merubah sikapnya. 3. Pervasif ( Pervasion Strategy ) Disini dilakukan pengulangan – pengulangan terhadap sesuatu hal yang diharapkan akan terjadi pada orang lain, dengan harapan usaha tersebut akan mempengaruhi diri sesuai dengan apa yang diulang – ulang tersebut. 4. Koersif ( Coersion Strategy ) Strategi ini termasuk strategi paksaan, yaitu hukuman fisik atau materi diadakan untuk memaksa terjadinya perubahan langsung pada orang lain atau masyarakat.
F. Rencana Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Perencanaan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses untuk merumuskan masalah kesehatan yang akan dipecahkan melalui penyuluhan kesehatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan penyuluhan, menyusun langkah – langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Beberapa hal yang melandasi direncanakannya penyuluhan kesehatan adalah : 1. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari setiap program kesehatan. Ini berarti bahwa perencanaan pebyuluhan juga disusun bersamaan dengan perencanaan program itu sendiri Alasan yang mendasar adalah supaya setiap program kesehatan masyarakat hasrus ditunjang oleh partisipasi masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat tujuan program tidak akan tercapai . 2. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan bersama Kegiatan penyuluhan melibatkan unsur – unsur pimpinan progarm ayng ditunjang, pelaksana program, petugas pelatihan untuk penyuluh, petugas penyuluhan dan jika memungkinkan tokoh – tokoh masyarakat. 31
3. Yang perlu dipahami penyuluh Penyuluhan kesehatan didasari atas pengetahuan yang cukup tentang masalah yang akan ditanggulangi, daerah dan masyarakat yang menjadi sasaran, sarana yang diperlukan dan yang tersedia yang dapat dimanfaatkan, metoda dan teknik penyuluhan. 4. Rencana evaluasi penyuluhan harus dibuat pada waktu penyusunan rencana program Keberhasilan pelaksanaan suatu program dapat diketahui dengan mengevaluasi kegiatan dibandingkan dengan rencana yang telah disusun. Dengan demikian rencana evaluasi pada dasarnya mengacu pada rencana penyuluhan yang disusun. G. Syarat – Syarat Rencana Penyuluhan yang baik Suatu rencana penyuluhan yang baik setidak – tidaknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat Hal ini penting sekali agar penyuluhan yang kita rencanakan mendapat sambutan dan partisipasi dari masyarakat sehingga berhasil dengan baik. Adalah tugas penyuluh kesehatan untuk dapat memotivasi kebutuhan mereka yang kita rasakan menjadi kebutuhan yang mereka rasakan. 2. Sesuai dengan kebutuhan program Penyuluhan yang direncanakan bertujuan agar program yang ditunjang berjalan dengan baik dan berhasil. Untuk itu pelaksanaan penyuluhan harus tidak boleh bertentangan dengan kebutuhan program yang ditunjang. 3. Tersedia biaya untuk melaksanakannya Untuk melaksanakan tugas di lapangan dibutuhkan biaya – biaya seperti biaya transportasi, administrasi, pengadaan alat, biaya untuk petugas dan biaya lainnya. 4. Unit – unit penyuluhan berfungsi dengan baik Yang dimaksud dengan unit – unit penyuluhan adalah kesatuan yang mengkoordinasi tenaga pelaksana maupun sarananya. Semuanya harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hambatan didalam pelaksanaan. H. Langkah – Langkah Perencanaan Penyuluhan Perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat disusun menurut langkah – langkah sebagai berikut : 1. Mengenal masalah dan masyarakat 2. Menentukan prioritas masalah 3. Menentukan tujuan penyuluhan 4. Menentukan sasaran penyuluhan 5. Menentukan isi penyuluhan 6. Menentukan metode penyuluhan 7. Menentukan media penyuluhan 8. Menyusun rencana penilaian / evaluasi 9. Membuat jadwal pelaksanaan 32
1. Mengenal masalah dan masyarakat Sebagaimana telah disinggung bahwa apa yang terjadi di masyarakat ( the real neds atau social needs ) belum tentu menjadi kebutuhan yang mereka rasakan ( the felt needs ). Demikian juga program kesehatan yang dilaksanakan belum tentu yang menjadi kebutuhan masyarakat, padahal program kesehatan harus dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ada ( social needs ). Untuk itu perlu diperhatikan : a) Mengenal program yang akan ditunjang, misalnya program yang akan ditunjang adalah mengenai penertiban pengawasan obat dan makanan. b) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi program, misalnya program diatas dilatarbelakangi oleh terjadinya penyimpangan dalam peredaran / penggunaan obat dan makanan. Karena yang akan menjadi sasaran penyuluhan adalah masyarakat, maka berbagai informasi tentang latar belakang masyarakat tersebut perlu dipahami. Hal yang perlu diketahui antara lain : a) Pengetahuan masyarakat, yaitu pengetahuan mengenai materi yang akan disampaikan kepada mereka. b) Sikap masyarakat, bagaimana kira – kira sikap masyarakat terhadap apa yang akan disampaikan dalam penyuluhan. Apakah hal ini akan bertentangan dengan norma – norma setempat ? c) Penerapan, apakah mereka sudah menerapkan apa yang akan disampaikan dalam penyuluhan ? atau dulu pernah menerapkannya ? lalu bagaimana hasil penerapannya ? Hal ini perlu diketahui agar sasaran jangan sampai merasa bosan mendengarkan materi penyuluhan. d) Karakteristik demografi dan sosial budaya, yaitu yang menyangkut susunan umur, tempat tinggal, jenis kelamin, tingkat sosial, bahasa, tingkat pendidikan, agama, adat istiadat, pekerjaan dan sebagainya.
2. Menentukan prioritas masalah Karena banyak dan beragamnya masalah yang perlu diatasi dalam suatu program, maka perlu dipilih salah satu masalah agar penyuluhan bisa mengena pada sasaran. Dalam memilih masalah perlu disusun urutan prioritas masalah, yang dimulai dari masalah yang mendesak untuk segera ditangani sampai pada masalah yang tidak begitu penting.
3. Menentukan tujuan penyuluhan Tujuan penyuluhan dapat dibagi atas : a) Tujuan umum / tujuan program, misalnya meningkatkan penertiban pengawasan obat dan makanan. b) Tujuan operasional / strategi, yaitu tentang apa yang akan dilakukan dalam penyuluhan. Misalnya memasang poster mengenai bahaya akibat penggunaan narkoba. c) Tujuan khusus / hasil yang akan dicapai, dalam menetapkan tujuan khusus ini hendaknya realistis dan dapat diukur. Melukiskan apa yang diharapkan untuk diketahui atau dikerjakan oleh sasaran setelah mendengar, melihat, berpartisipasi dalam penyuluhan. Misalnya 75 % remaja yang sudah melihat poster yang dipasang bisa mengingat bahaya akibat penyalahgunaan narkoba.
33
4.
Menentukan sasaran penyuluhan Sasaran disini lebih mengarah pada tujuan khusus, yang berarti tidak mencakup sasaran yang diharapkan dalam tujuan umum (program).
5. Menentukan isi penyuluhan Isi penyuluhan tergantung juga pada metode apa yang akan digunakan dalam proses penyuluhan. Bila menggunakan sarana poster, billboard, baliho, spanduk dan sejenisnya, maka isi penyuluhan harus dirumuskan dengan ringkas dan jelas, mudah dibaca dalam waktu yang singkat dan cepat dan memberikan kesan khusus tentang makna isi pesan pada sasaran. Tetapi bila metode yang digunakan dalam bentuk ceramah atau bahasa tulis melalui media, maka isi pesan tersebut harus disusun dengan jelas, bahasa sederhana dan lugas, terorganisasi dalam suatu sistematika yang baik, menarik untuk dapat diterapkan atau dicoba oleh sasaran. Namun secara umum, dalam menentukan isi penyuluhan harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut : a) Isi penyuluhan harus jelas, hal ini dapat ditunjang dengan pemilihan simbol (seperti gambar, gerakan dsb) yang tepat. b) Disampaikan dalam bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh sasaran, karena itu penting bagi penyuluh untuk mengetahui latar belakang bahasa yang digunakan oleh masyarakat sasaran. c) Tersusun dalam suatu sistematika yang baik. d) Isi penyuluhan harus dipertimbangkan dengan waktu yang tersedia, hal ini juga tergantung dari metode yang dipilih. e) Isi penyuluhan dapat dilaksanakan oleh sasaran, hal ini sangat terkait dengan kemampuan sasaran.
6. Menentukan metode penyuluhan Metode yang dipilih tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan seberapa besar sasarannya. a) Apabila tujuan yang diinginkan adalah adanya perubahan atau timbulnya pengertian dan kesadaran, pesan bisa disampaikan melalui media massa (cetak atau elektronik), seperti surat kabat, pamflet, baliho, poster, radio, televisi dsb. Sedangkan yang diberikan kepada kelompok bisa berbentuk ceramah dan sejenisnya. b) Apabila tujuan tersebut adalah untuk menimbulkan perubahan sikap pada sasaran, hal ini berarti sasaran diharapkan mampu menimbang – nimbang mana yang baik dan buruk, mana yang disukai dan yang tidak, atau dalam tahap evaluasi. Bila proses adopsi yang diharapkan seperti itu maka metode yang dipilih menekankan pada pendekatan kelompok, misalnya dengan diskusi kelompok. c) Apabila dikehendaki peningkatan keterampilan atau terjadinya tindakan atau perubahan perilaku, maka metode yang dipilih juga dipertimbangkan agar sasaran diberi kesempatan untuk mencoba melaksanakan sendiri, misalnya demonstrasi, pendekatan individual dan pendekatan kelompok yang intensif.
34
7. Menentukan media penyuluhan Dalam pemilihan media penyuluhan, disamping disesuaikan dengan tujuan dan sasaran penyuluhan, juga harus disesuaikan dengan hasil yang akan dicapai, metode yang dipilih, biaya yang tersedia dan sarana yang dimiliki oleh pihak penyuluh. 8. Menyusun rencana penilaian / evaluasi Evaluasi adalah proses untuk mengetahui keberhasilan suatu usaha, dalam hal ini adalah keberhasilan penyuluhan tersebut. Keberhasilan itu diukur dengan rencana yang telah disusun. Standar keberhasilannya adalah hasil perencanaan. Karena itu evaluasi ini juga termasuk menilai proses yang berlangsung, tidak hanya sekedar membandingkan hasil capaian dan target atau tujuan penyuluhan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evalusi : a) Tujuan penilaian, adalah untuk mengetahui apakah penyuluhan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan, seberapa besar hasilnya. b) Penilaian pada proses, hal ini dilakukan pada setiap tahapan penyuluhan. Penyimpangan yang mungkin terjadi pada setiap tahap harus segera diperbaiki, dan bila ada hambatan harus segera dicarikan jalan keluarnya. c) Cara penilaian, dilaksanakan secara langsung atau observasi langsung ataupun dengan cara tak langsung, yaitu melalui laporan. Cara apapun yang dipilih harus dilengkapi dengan instrumen untuk mengukur / mengetahui penyimpangan yang terjadi atau hasil yang dicapai. d) Indikator penilaian, disusun dalam suatu bentuk instrumen penilaian yang dilandasi atas rumusan – rumusan dalam perencanaan, baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Indikator yang baik adalah yang mencerminkan hasil kegiatan secara kuantitaif. e) Instrumen yang digunakan, disusun berdasarkan tujuan dan materi penyuluhan. f) Petugas penilaian, bertugas untuk menilai proses dan hasil penyuluhan, dilakukan secara berkelanjutan dan memerlukan tenaga khusus untuk menanganinya.
9. Membuat jadwal pelaksanaan Jadwal pelaksanaan kegiatan dimulai dengan persiapan kegiatan sampai kegiatan berakhir yang ditandai dengan selesainya evaluasi kegiatan penyuluhan.
35