375. 615 1 Ind i
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid II ( untuk kelas II ) Cetakan Kedua Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI
Departemen Kesehatan RI Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusdiknakes 2004
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid II ( untuk kelas II) Cetakan Kedua
Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI
Tim Penyusun :
1. Didik Sarudji, M.Sc. 2. Syaiful Anwar, S.KM 3. Drs. Imam Suparni, B.Sc. 4. Drs. Sri Marhaendra Datta
Tim Pembahas / Editor : 1. H.M. Mustamir Ibnu Hajar 2. Drs. Seno Soetopo, Apt. 3. Drs. Moh. Hikmat, Apt. 4. Susanti Sofas, S.Si., Apt. i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan petunjukNya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001. Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur SMF Se Indonesia. Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan dibidang kesehatan umumnya. Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran perbaikan dan kritik dari semua pembaca.
Jakarta, Mei 2002
ii
PENGANTAR DARI SEKBER Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya. Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat II ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis – Garis Besar Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah Menengah Farmasi.. Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan – masukan untuk penyempurnaan buku ini. Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya. Jakarta, Mei 2004
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Pengantar Dari Sekber Daftar Isi BAB I : EPIDEMIOLOGI A. Pengertian B. Manfaat Epidemiologi C. Riwayat Perjalanan Penyakit D. Rantai Penularan Penyakit
Hal. ii iii iv 1 2 2 5
BAB II : PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR A. Pendahuluan 16 B. Pembagian Penyakit Menular 17 C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 18 D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan 20 Penyakit menular E. Penyakit Menular yang Dilaporkan 21 F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan 22 Penyakit Menular G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya 23 H. Beberapa Jenis Parasit dan penyakit Yang 31 Ditimbulkannya BAB III : PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES A. Tujuan dan Sasaran 39 B. Masalah Yang Dihadapi 40 C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan 41
iv
BAB IV : HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES) A. Pengertian 43 B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan 43 C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya 43 BAB V : KEPENDUDUKAN, KIA DAN KB A. Kependudukan B. Permasalahan Kependudukan di Indonesia C. Kesehatan Ibu dan Anak D. Keluarga Berencana
46 57 60 62
BAB VI : STATISTIKA KESEHATAN A. Pendahuluan B. Kegunaan Statistik C. Jenis Statistik D. Langkah – Langkah Penyusunan Statistik E. Vital Statistik
70 71 71 73 77
BAB VII : MASYARAKAT A. Pendahuluan B. Strata Kemasyarakatan dan Mobilitas Sosial C. Tata Nilai Masyarakat / Pranata Sosial D. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
80 81 85 88
BAB VIII : KEBUTUHAN KELOMPOK A. Kelompok – Kelompok Sosial B. Ciri – Ciri Kelompok Sosial C. Bentuk – Bentuk Kelompok Sosial D. Dinamika Kelompok Sosial E. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Individu F. Interaksi Sosial
91 95 96 97 100 101
v
BAB I EPIDEMIOLOGI
A.
Pengertian
Epidemiologi berasal dari bahasa latin , epos atau epi yang berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau masyarakat. Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular, epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu bukan merupakan satu – satunya masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh sekelompok manusia atau masyarakat, dalam pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada masalah penyakit menular saja melainkan meliputi juga penyakit tidak menular serta masalah – masalah kesehatan lainnya. Akan tetapi meskipun demikian , titik berat perhatian epidemiologi tetap ditujukan pada masalah – masalah penyakit, karena berbagai masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya mempunyai arti bila ada hubungannya dengan penyakit.
1
B.
Manfaat Epidemiologi
Dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan khususnya penyakit menular, secara umum manfaat epidemiologi adalah : 1. Dapat menerangkan sebab – sebab timbulnya peristiwa penyakit serta perkembangan alamiahnya. Sebagai contoh, dari penyelidikan epidemiologis yang dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ledakan penyakit DHF terjadi akibat meningkatnya populasi nyamuk Aides aegypti sebagai vektornya, yang terjadi pada setiap permulaan musim hujan. 2. Dapat memberikan data yang diperlukan untuk menyusun rencana – rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Contoh, dengan diketahuinya pola penyebaran penyakit DHF seperti tersebut di atas, maka dapat disusun program yang sebaik – baiknya untuk melaksanakan pencegahan dan pemberantasannya. 3. Dapat memberikan data untuk menilai / mengevaluasi kegiatan – kegiatan yang sedang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari penyelidikan epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk mengadakan evaluasi apakah kegiatan–kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit itu sudah benar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. C.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Ada tiga faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit, yaitu : 1. Manusia sebagai tuan rumah ( host ) 2. Penyebab / hama penyakit ( agent ) 3. Lingkungan yang mempengaruhi ( enviroment ) Ketiga faktor itu mempunyai hubungan yang bersifat majemuk dan kompleks, karena ketiga – tiganya mempunyai sifat yang sewaktu –
2
waktu dapat berubah dan juga karena hubungan ini bersifat timbal balik. Dalam gambaran yang sederhana, hubungan antara ketiga faktor tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Orang berada dalam keadaan sehat, berarti ketiga faktor itu dalam keadaan seimbang. 2. Orang menderita sakit apabila daya tahannya sebagai host menurun. 3. Orang menderita sakit apabila kemampuan hama penyakit meningkat. 4. Orang menderita sakit karena lingkungan berubah ke arah yang merugikan host (negatif).
1 TT
HH
Sehat : ketiga faktor dalam keadaan seimbang
LL 2
Sakit : daya tahan host menurun
T HH LL 3 TT HHH
Sakit : kemampuan hama penyakit meningkat
LL 4 TT HH
Sakit : lingkungan berubah menjadi negatif
L
3
Serangan penyakit akan menimbulkan sejumlah gejala pada tubuh host. Dengan mengikuti proses timbul dan naik-turunnya gejala – gejala itu dapat kita peroleh gambaran dari riwayat alamiah perjalan penyakit (natural history of disease), dari penyakit yang bersangkutan. Riwayat alamiah perjalan penyakit dapat dibedakan atas 4 tahap, yaitu : 1. Tahap infeksi, adalah suatu tahapan dimana hama penyakit (agent) sudah masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) tetapi gejala – gejala penyakit ini belum tampak. Tahap inkubasi yang disebut juga masa tunas, untuk beberapa jenis penyakit, lamanya berbeda – beda. Sebagai contoh, penyakit kolera mempunyai masa tunas beberapa jam sampai lima hari. 2. Tahap penyakit dini, yaitu tahap dimana gejala – gejala penyakit mulai tampak. Disini tuan rumah sudah sakit tetapi sifatnya masih ringan sehingga masih dapat menjalankan aktifitas sehari – hari dan apabila berobat juga cukup dengan berobat jalan. 3. Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit bertambah hebat, sehingga tuan rumah tidak dapat lagi beraktifitas secara normal, dan jika berobat juga sudah memerlukan perawatan. 4. Tahap akhir penyakit, yaitu tahapan dimana perjalanan penyakit ini dapat berupa 5 macam keadaan, yaitu : a. Sembuh sempurna, artinya penyakit berakhir dan bentuk maupun fungsi tubuh tuan rumah kembali seperti keadaan sebelum sakit. b. Sembuh dengan cacat, disini penyakit berakhir tetapi tuan rumah mengalami cacat. Cacat ini dapat berbentuk cacat mikroskopik, cacat fisik, cacat fungsional, cacat mental ataupun cacat sosial. c. Karier / carrier, berati perjalanan penyakit berhenti, tetapi tubuh tuan rumah tetap mengandung hama penyakit yang 4
bersangkutan, yang sewaktu – waktu dapat menimbulkan sakit lagi serta dapat menulari orang – orang yang ada disekitarnya. d. Kronis, disini perjalanan penyakit tampaknya berhenti tetapi sebetulnya tuan rumah tersebut belum sembuh. Gejala – gejala penyakitnya tidak bertambah berat juga tidak bertambah ringan, disebut juga menahun. e. Meninggal dunia, perjalanan penyakit terhenti, tetapi keadaan ini merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh setiap tindakan kedokteran.
D.
Rantai Penularan Penyakit
Bagian terbesar penyakit adalah penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 1. Penyakit infeksi yang menular 2. Penyakit infeksi yang tidak menular Penyakit menular adalah penyakit yang secara alamiah dapat berpindah dari seeorang kepada orang lain. Penularan terjadi akibat pindahnya hama penyakit dari satu penderita kepada calon penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penyakit juga dapat menular dari hewan kepada manusia, seperti misalnya rabies (dari anjing), anthrax (dari ternak), dan pes (dari tikus). Penyakit yang mempunyai sifat demikian disebut zoonosa. Penularan suatu penyakit tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan adanya hal –hal atau syarat – syarat tertentu yang biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.
5
Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu : 1. Adanya sumber penularan 2. Adanya hama penyakit 3. Adanya pintu keluar 4. Adanya cara penularan 5. Adanya pintu masuk 6. Adanya kerentanan 1. Sumber Penularan Sumber penularan atau sumber infeksi adalah tempat dimana hama penyakit hidup dan berkembang biak secara alamiah. Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular kepada orang lain. Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu : a. Manusia ( Human Reservoir ) Human reservoir dapat berupa : 1. Orang sakit dengan gejala – gejala yang jelas (kasus klinis) 2. Orang sakit dengan gejala – gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis) 3. Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan mengeluarkan hama penyakit. Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada berbagai bagian tubuhnya, misalnya dalam darah, paru – paru, hati dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum), urine, faeces, nanah , cairan luka dan lain – lain, yang sewaktu – waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada orang lain.
6
b. Hewan ( Animal Reservoir ) Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan beberapa macam penyakit, seperti misalnya lembu dan biribiri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus (penyakit pes) dan babi (cacing pita). c. Lain – Lain Sumber Penularan Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing – cacing (cacing ankylostoma, ascaris dan lain – lain), yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di uadar bebas berterbangan bermacam – macam mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakit – penyakit seperti streptococcus, staphylococcus dan lain – lain. 2. Hama Penyakit Yang dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme yang merupakan penyebab penyakit pada tuan rumah. Hama penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu a. Golongan hewan 1. Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma gambiense, Plasmodium malariae 2. Cacing – cacing, misalnya Filaria bancrofti, Ancylostoma duodenale, Taenia solium. 3. Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab penyakit scabies. b. Golongan tumbuh – tumbuhan. 1. Bakteri, misalnya bermacam – macam coccus, basil dan spirillium. 2. Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit panu. c. Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS dan Campak. 7
d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab penyakit thypus bercak wabahi. Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai parasit. Mereka menimbulkan kerusakan pada sel – sel jaringan tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui toksin (racun) yang dihasilkannya. Disamping yang berisfat patogen sejati (obligat parasit), terdapat juga hama penyakit yang bersifat patogen fakultatif (fakultatif parasit oportunis) seperti misalnya Clostridium tetani dan Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya banyak terdapat di tanah, debu dan benda – benda yang kotor hanya akan menimbulkan penyakit tetanus apabila secara kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus aure s yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan menimbulkan penyakit (radang) apa bila secara kebetulan sampai pada luka kulit.
3. Pintu Keluar Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa jenis penyakit infeksi memiliki pintu keluar yang berbeda – beda. Pintu keluar dapat berupa : a. Alat Pernafasan Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas, berbicara, batuk, bersin, mengesang dan atau mendahak. Ini terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan difteria.
8
b. Alat Pencernaan Makanan Dalam hal ini adalah mulut dan anus pada waktu penderita muntah dan atau berak, misalnya pada penyakit kolera. Pada penyakit dysentri dan thypus perut yang tidak memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera hama penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita. c. Alat Kencing dan Kelamin Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya gonorhoea, syphilis, AIDS dan lain – lainnya. d. Luka pada Kulit Luka pada kulit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu: 1. Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit (misalnya luka pada penyakit syphylis). 2. Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk, kutu atau pinjal). 3. Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas suntikan). Pada luka (ulcus) akibat penyakit syphilis atau penyakit framboesia hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka (exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu dan pinjal dapat terisap keluar hama penyakit yang ada dalam darah penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak pes. Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya pada penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS. 4. Cara – Cara Penularan Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses – proses yang dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing – masing
9
penyakit menular mempunyai cara penularan yang khas, yang satu berbeda dengan yang lain. Cara – cara penularan tersebut adalah sebagai berikut : a.
Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact) Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu : (1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis melalui hubungan seksual. (2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi misalnya pada penyakit kolera, seseorang yang tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita, kemudian makan tanpa terlebih dahulu membersihkan tangannya. (3) Melalui benda – benda yang terkontaminasi . Benda – benda bekas dipergunakan oleh penderita dapat menjadi sarana penularan , seperti misalnya saputangan, handuk, piring, sendok, gelas dan sebagainya, karena benda – benda tersebut telah terkontaminasi dengan produk dari penderita yang sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit. (4) Melalui titik ludah (Droplet Infection) Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru dan Influensa. Pada saat penderita bersin, batuk atau berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan butir – butir yang amat halus dariludah dan ingusnya ke udara. Penularan akan terjadi apabila butir – butir ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu terisap oleh orang lain pada saat bernafas. (5) Melalui udara (Air Borne Infection) Butir – butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas mempunyai ukuran / diameter bermacam – macama. 10
Butir – butir yang sangat halus akan terus melayang – layang di udara, sedangkan butir – butir yang cukup besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir – butir yang melayang di udara apabila mengering akan meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang disebut droplet nuclei, sedangkan butir – butir yang jatuh di tanah apabila mengering akan membentuk debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan perantaraan udara / angin baik itu droplet nuclei maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan penularan pada orang banyak melalui pernafasan. b. Melaui Air ( Water Borne Infection ) Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam penyakit, misalnya kolera, typhus, parathyphus, dysentri, radang hati menular,lumpuh kanak – kanak dan penyabit karena cacing. Penularan umumnya terjadi akibat orang mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu (faecal-oral infection). c. Melalui Makanan (Food Borne Infection) Penyakit – penyakit seperti yang telah disebutkan di atas juga dapat menular dengan perantara makanan. Penularan dapat terjadi karena : Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat diproses oleh orang yang sedang menderita sakit atupun carrier dari penyakit tersebut. Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan perantaraan lalat. Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci terlebih dahulu dengan sempurna sebelum dikonsumsi, padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan sebagainya.
11
Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit – penyakit tersebut, misalnya karena diproses oleh karyawan yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit – penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi dapat juga ditularkan penyakit dari sapi yang bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan Brucellosis. Itulah sebabnya maka susu sapi harus terlebih dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi. d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod Borne Infection) Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit seperti di bawah ini :
Jenis Serangga Lalat rumah
Nama Penyakit Kolera Typhus perut Dysentri basili Dysentri amoeba Hepatitis infectiosa Poliomyelitis ant. acuta
Nyamuk
Malaria
Nyamuk Aides aegypti
Dengue Haemorrhagic Fever Demam kuning Elephantiasis
Nyamuk Culex fatigan Kutu manusia Pinjal tikus
Relapsing fever Pes
Penyebab Penyakit Vibrio cholerae Salmonella typhosa Shigella dysentriae Entamoeba hystolytica Virus Hepatitis Infectio Virus Poliomyelitis ant. act. Plasmodium malariae sp. Virus DHF Virus demam kuning Cacing Filaria sp. Spirochaeta Pasterella pestis
12
e. Melalui Alat – Alat Kedokteran Yang Tidak Steril Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, jarum tranfusi, jarum vaksinasi dan sebagainya dapat juga menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit. Penularan terjadi misalnya karena jarum bekas menyuntik orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan. Penyakit – penyakit yang dapat menular dengan cara demikian misalnya penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS. Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit dengan cara demikian, dewasa ini telah banyak digunakan disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum suntik dan pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang.
5. Pintu Masuk Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian – bagian badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Disebut juga pintu infeksi. Pintu masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ; a.
Alat Pernafasan Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan difteria.
b.
Alat Pencernaan Makanan Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan thypus perut
c.
Alat Kencing dan Kelamin Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan AIDS
d.
Luka pada Kulit Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga, misalnya pada penularan penyakit malaria, DHF dan pes.
13
Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada penularan penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.
6. Kerentanan Kerentana adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk menjadi sakit. Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan rumah tersebut akanb tetap sehat meskipun mendapat penularan hama penyakit. Dalam kenyataan hidup sehari – hari meskipun kita dikelilingi dan diserang oleh hama penyakit yang tidak terhitung jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan tubuh yang dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu : pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh khusus yang pembagian selengkapnya adalah sebagai berikut : Pertahanan Tubuh Umum : 1. Pertahanan tingkat pertama : - kulit yang utuh - mukosa yang utuh - kuku - rambut - bulu hidung - ekskresi tubuh 2. Pertahanan tingkat kedua : - tonsil - hati - limpa - kelenjar lymphe Pertahanan Tubuh Khusus : 1. Yang bersifat seluler : - antibodi - leukositosis - pagositosis 14
2. Yang berifat hormonal : (a) Bawaan yaitu konstitusi tubuh dan genetik tubuh (b) Didapat : 1. Bersifat aktif Buatan : immunisasi Alamiah : sembuh dari sakit 2. Bersifat pasif : Buatan : pemberian serum Alamiah : diperoleh dari ibu Seseorang yang memiliki sistem pertahanan tubuh sempurna, baik yang umum maupun yang khusus, akan sehat karena tubuhnya mampu mengalahkan semua hama penyakit yang menyerangnya.
15
BAB II PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
A.
Pendahuluan
Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik tersendiri, karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi. Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam menanggulangi wabah atau KLB. Karena itu dibutuhkan satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan dan tindakan dapat segera diambil. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Kriteria KLB : Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi criteria sebagai berikut : 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada / tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya. 3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya.
16
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya. 6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS : - Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) -
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita, seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.
B.
Pembagian Penyakit Menular
Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Penyakit yang bersifat kronis endemis 2. Penyakit yang bersifat akut epidemis 1.
Penyakit kronis endemis Adalah penyakit menular yang gejala – gejalanya datang secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta, trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat Indonesia.
17
2.
Penyakit akut epidemis Adalah penyakit menular yang gejala –gejalanya datang secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit wabah.
C.
Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984
Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah : 1.
Penyakit Karantina, yang terdiri dari : a. Pes (Plague) b. Kolera (Cholera) c. cacar (Smallpox) d. Demam Kuning (Yellow Fever) e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever) f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika)
2.
Penyakit Non Karantina : a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis) b. Para Typhus A, B dan C c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris) d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa) e. Para Cholera Eltor f. Diphteria g. Kejang Tengkuk (Meningitis Cerebrospinalis Epidemica) h. Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta)
18
3.
Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax.
Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional. Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan. Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah : Pes : 6 hari Kolera : 5 hari Cacar : 14 hari Demam Kuning : 6 hari Demam Balik – Balik : 8 hari Typhus Bercak Wabahi : 14 hari Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk : 1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di negara masing – masing. 2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara, kereta api, bus dan lain – lain. 19
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang – undang yaitu : 1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut. 2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara. Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit karantina di kapal / pesawatnya. UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya. Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah maka penyakit – penyakit yang termasuk dalam Kelompok Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang wajib dilaporkan ). D.
Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit Menular
1.
Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.
2.
Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif tetap dalam waktu yang lama.
3.
Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam
20
waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat menimbulkan malapetaka. 4.
Pandemi, adalah keadaan dimana suatu penyakit menular frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi, sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.
E.
Penyakit Menular Yang Dilaporkan
Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit – penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit – penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit – penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut : 1.
Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain Pes, Cholera dan Tetanus
2.
Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis, rabies dan poliomyelitis.
3.
Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia, influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis dan tetanus.
4.
Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut 21
meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe, filariasis dan AIDS.
F.
Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit Menular
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu : 1.
Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan : a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara aktif maupun pasif. b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit menular tertentu. c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus, d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih. e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
2.
Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) : a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit ) b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini. c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang – barang yang dapat menjadi sarana penularan. d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa di laboratorium. e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah ( perawatan, pengangkutan dan pemakamannya ) f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal / sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan sebagainya )
22
g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan carrier. h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit karantina. 3.
Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi. b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan berbentuk : (1) Laporan berkala mingguan (2) Laporan berkala bulanan (3) Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa atau wabah (4) Laporan khusus apabila ada kematian akibat penyakit wabah c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk grafik untuk memudahkan pemantauan.
G.
Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya
1.
Kolera ( Cholera ) Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.
Penyebab
:
Cholera asiatica oleh Vibrio cholera (= Vibrio comma) sedangkan Paracholera eltor oleh Vibrio eltor
Masa inkubasi
:
Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut undang – undang karantina ditetapkan 5 hari.
Cara penularan
:
Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal 23
oral infection ) Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak, berupa muntah – muntah dan berak – berak (diare) yang sangat sering. Biasanya gejala muntah – muntah datangnya lebih belakangan darai pada diare. Faecesnya cair keputihan dengan sedikit lendir yang mengambang (seperti air cucian beras). Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya. Besarnya angka kematian 5 % - 75 %. Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang lebih 6 bulan. Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea terdapat endemis di India Kolrea di Indonesia Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang dengan sendirinya apabila hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju. Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang memenuhi sasaran. Pencegahan dan pemberantasan : (a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan secepat – cepatnya . (b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan. 24
(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar. (d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan. (e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan carrier, untuk diobati sampai sembuh. (f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang meliputi : - Penyediaan air bersih yang baik - Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan limbah. - Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan minuman,pasar, rumah makan, rumah potong ternak,perusahaan susu dan lain – lain. - Upaya pemberantasan lalat. (g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. (h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.
2.
Malaria
Penyebab
:
Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu 1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika 2. Plsamodium vivax, penyebab malaria tertiana 3. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana 4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale
Masa inkubasi
:
Antara 12 hari sampai dengan 30 hari
Cara penularan
:
Dengan perantaraan gigitan nyamuk anopheles sp. Betina, dan di Indonesia dikenal ada lebih kurang 93 spesies Anopheles yang merupakan vektor malaria 25
dan yang terpenting diantaranya adalah : 1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus 2. Di sawah : Anopheles aconicus 3. Di pegunungan : Anopheles maculates 4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus 5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti demam tinggi, seringkali disertai mengigau dan menggigil diakhiri dengan berkeringat banyak. Plasmodium dapat pula menyerang otak, yang menyebabkan malaria cerebralis dengan gejala – gejala radang otak yang lainnya.
Malaria di Indonesia : Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan menyebabkan : Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit lain Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat menghambat kepariwisataan. Usaha pencegahan dan pemberantasan : (a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan kesehatan dan pengobatan sampai sembuh. (b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka pencegahan dan pemberantasannya dengan menggunakan obat anti malaria seperti Quinine, Nivaquine, Primaquine dan sebagainya. (c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan 26
memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan insektisida.
3. Tuberculosis Penyebab :
BasilMycobacterium tuberculosis (yang ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882).
Masa inkubasi
:
Antara 4 – 6 minggu
Cara penularan
:
1. Melalui pernapasan dengan ludah penderota yang dibuang sembarang tempat dan debu yang mengandung basil TBC. 2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk TBC bovinum )
Gejala – gejalanya : TBC adalah penyakit kronis. Sering kali dimulai dengan gejala yang ringan seperti badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Bila penyakit semakin berat maka penderita akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat lemah dan batuk darah. Kecuali paru – paru, TBC dapat pula menyerang organ – organ badan yang lain seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat kandungan. Jika menyerang otak, TBC menimbulkan gejala seperti pada penyakit radang otak lainnya. Pada bayi dan anak – anak dapat menyebabkan infeksi milier (military tuberculosis) 27
Pemberantasan penyakit : Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota – kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan. Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan sebagainya. Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak. Pencegahannya : (a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak. (b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum (c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik, istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya. (d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat kesehatan. (e) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya agar tidak biasa meludah disembarang tempat.
4.
Framboesia (patek = puru = jaws)
Penyebab
:
Troponema partenue (golongan Spirochaeta)
Masa inkubasi
:
Antara 3 minggu sampai 6 bulan
Cara penularan
:
Melalui kontak langsung dengan penderita atau secara tidak langsung melalui pakaian atau dengan perantaraan lalat. 28
Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu, tidak enak badan, demam. Dalam stadium erupsi (masa awal gejala) timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama di malam hari,resa tak enak dan nyeri di tempat timbulnya erupsi
Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak), bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah framboesia. Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws = initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha. Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi. Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri. Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan nampak pesek. Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut Himopharingitis Mutilans.
29
Cara pencegahan dan pemberantasannya : a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan menjaga kebersihan. b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di masyarakat. 5.
Penyakit Kelamin (veneral diseases)
Pendahuluan Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat. Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial, agama dan kepolisian. Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh : a. Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat lainnya. b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila. Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah : (a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe (b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum (c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl (d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus Lymphogranuloma venerum (e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania granulomatis
30
Cara penularan Penularan melalui kontak langsung dengan penderita ( Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda - benda terkontaminasi Usaha pencegahan dan pemberantasannya (a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa saja ia telah berhubungan intim dan telah menularkannya. (b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat penghapusan sama sekali WTS. (c) Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat.
H.
Beberapa Jenis Ditimbulkannya
parasit
dan
1.
Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides )
Penyakit
Yang
Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak anak yang mempunyai kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan paru - paru. Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai
31
oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil. Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam saluran pencernaan makanan. Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk tuan rumahnya. Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang kadang timbul rasa mulas Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris juga keluar melalui dubur karena mati disebabkan umurnya sudah lanjut. Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu. Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja. Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita, maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan dan pengobatan harus diberikan secepatnya. Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat diberikan sebelum anak tidur.
32
2.
Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis )
Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya adalah anak anak. Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan, masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \. Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut, maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang sehat melalui makanan itu. Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan, kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya. Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin. 33
3.
Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina )
Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah kebersihan. Cacing ini mempunyai ukuran panjang sekitar 2-3 cm dengan warna merah muda atau kelabu. Penularan dapat berlangsung karena telurnya terbawa dari tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab. Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk adalah usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis, usus buntu dan usus besar. Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut. Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare. Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti. Obat yang dapat diberikan adalah Mebendazol atao Vermox sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet @ 100mg.
4.
Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale )
Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani atau karyawan perkebunan yang mempunyai kebiasaan bekerja tanpa alas kaki. Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir saluran pencernaan. Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan 34
lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru paru. Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut. Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ). Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit kepala. Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin. Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg, dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur. Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi.
5.
Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata )
Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi, ikan air tawar, ternak lainnya. Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak, sedangkan Diphilobotrium latum adalah cacing pita yang berasal dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek. Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas
35
- ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur. Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada jaringan otot. Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk ke dalam tubuh seseorang karena makan daging binatang yang mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan tuan rumahnya. Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak. Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya tengah menderita penyakit cacing pita, karena di celana dalamnya terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang sampai mengalami kematian. Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan 36
kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya. Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek sampingan karena tidak di serap oleh saluran cerna.
6.
Trichinella Spiralis
Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir tidak pernah terlihat dalam tinja. Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam karena peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis dapat berlangsung 3 - 4 minggu. Pencegahan penyakit ini adalah dengan menghindari makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain adalah Thiabendazole.
37
7.
Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah )
Penyebab
:
Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti
Cara penularan
:
dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans
Gejala penyakit : Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan kelenjar getah bening (jaringan limpa). Karena itu gejala penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak dan berulang - ulang. Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung) sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar), di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” ) Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus ) akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu karena mengandung lemak dari limfe. Filariasis di Indonesia : Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau Jawa, Sumatera, Timor, dll Usaha pencegahan dan pemberantasannya : a. Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati semua penderita. b. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit Filariasis, misalnya tentang : Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu ) Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini dan pengobatan segera. Agar setiap anggota masyarakat turut aktif dalam usaha pemberantasan penyakit ini. c. Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex Fatigans.
38
BAB III PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES Pengawasan obat dan makanan dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dengan tugas pokok melakukan pengawasan obat, makanan, minuman, kosmetik dan alat kesehatan. Pengawasan obat disini termasuk pada pengawasan obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya. Fungsi Badan POM adalah merumuskan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan dibidang pengawasan obat dan makanan, melaksanakan pengawasan obat dan makanan serta pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok Badan POM sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan dan berdasarkan kepada peraturan perundang – undangan yang berlaku. Unit pelaksana teknis di daerah tingkat I adalah Balai Besar POM atau Balai Kecil POM yang terdapat di setiap propinsi. Balai Besar POM hanya terdapat kota – kota / propinsi yang besar, misalnya Jakarta, Bandung dan Surabaya, dimana pada daerah tersebutbanyak terdapat industri obat maupun industri makanan / minuman.
A.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan program pengawasan obat, makanan dan alkes adalah : tersedianya obat dan alat kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat meningkatrnya penggunaan obat tradisional yang bermanfaat terlindunginya masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan yang tidak memenuhi ketentuan
39
terlindunginya masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya.
Sasaran program pengawasan obat, makanan dan alkes adalah : pertumbuhan industri farmasi, alat kesehatan, makanan pengingkatan penggunaan obat generik berlogo budidaya tanaman obat tradisional penilaian / skrining mutu obat – obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, makanan dan minuman pengembangan kesehatan, kemampuan pengujian sumber daya manusia pusat pengendalian keracunan (poison centre)
B.
Masalah Yang Dihadapi
Dewasa ini hampir semua kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri. Namun demikian harga obat – obatan masih saja mahal, hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan baku obat masih diimpor.
Jumlah produsen maupun produksi obat tradisional cenderung meningkat dan memerlukan bahan baku / simplisia yang lebih banyak, sehingga perlu pembinaan bagi masyarakat sebagai sumber penghasil bahan – bahan obat tradisional / pembinaan bagi budidaya tanaman obat.
Penggunaan pestisida, antibiotika dan hormon dibidang pertanian dan peternakan makin meningkat, menyebabkan timbulnya masalah residu bahan kimia tersebut pada makanan.
Demikian juga penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) juga makin meningkat sejalan dengan makin 40
berkembangnya industri makanan dan masih ditemukannya penggunaan bahan – bahan yang dilarang seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil untuk makanan.
C.
Penerapan cara produksi makanan yang baik masih perlu ditingkatkan.
Dalam hal alat kesehatan yang cenderung makin kompleks dan alat kesehatan impor umumnya menggunakan tekhnologi tinggi, sedangkan sumber daya / kualitas petugas pengawas masih terbatas.
Meningkatnya produksi dan penggunaan bahan – bahan kimia untuk perbekalan kesehatan rumah tangga.
Meningkatnya kasus – kasus penyahagunaan obat dan bahan berbahaya di kalangan masyarakat terutama generasi muda saat ini.
Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan : 1. Meningkatkan produksi obat generik berlogo dan memperluas distribusi serta pengadaan obat essensial generik. 2. Membina indutri farmasi, kosmetik , alat kesehatan, obat tradisional dan makanan untuk dikembangkan ke arah usaha ekspor. 3. Menerapkan cara produksi yang baik. 4. Meningkatkan pengawasan, pengujian, penilaian mutu, keamanan, khasiat / manfaat sediaan farmasi dan makanan. 5. Menyusun standar obat, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, makanan / minuman kepada produsen dan masyarakat. 41
6. Mengembangkan kemampuan laboratorium pengujian, sumber daya manusia dan pengadaan peralatannya. 7. Menanggulangi penyalahgunaan obat, narkotika, zat aditif dan bahan berbahaya, termasuk disini adalah memberikan hukuman yang berat bagi pengedar narkotik dan bahan berbahaya lainnya.
42
BAB IV HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES) A.
Pengertian
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen hasil produksi.
B.
Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan
Tujuan hyperkes adalah untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi - tingginya sehingga dapat meningkatkan produksi. Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas antara lain : 1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja 3. Perawatan dan peningkatan daya produktivitas tenaga manusia 4. Perlindungan masyarakat luas ( konsumen ) dari bahaya yang mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan
C.
Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya
Adalah penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada waktu melakukan pekerjaan, termasuk kecelakaan akibat kerja yang faktor penyebabnya faktor mekanis.
43
Faktor penyebab penyakit akibat kerja : 1.
Golongan fisik : a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli b. Suhu tinggi menyebabkan hyperpyrexia, sedang suhu rendah menyebabkan frosthite c. Penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan pengelihatan terganggu d. Radiasi sinar X atau radiasi sinar radio aktif menyebabkan penyakit darah, kemandulan, dan sebagainya.
2.
Golongan kimiawi : 1. Gas yang bersifat racun seperti CO, H2S, HCN, SO2, dll 2. Uap dari cairan atau benda padat seperti Hg, Pb, insektisida 3. Larutan atau cairan seperti H2SO4, HCl dan lain - lain 4. Debu - debu seperti silika, kapas, asbes, dan debu logam berat
3.
Golongan penyakit infeksi : Penyakit anthrax oleh Bacillus anthracis pada penyamak kulit / pengumpul wol dan penyakit lain pada pekerja mikrobiologi
4.
Golongan fisiologi : Sebagai akibat kursi yang kurang cocok atau konstruksi mesin tidak cocok menyebabkan sikap badan sewaktu bekerja tidak baik.
5.
Golongan mental / psychologi : Disebabkan hubungan kerja yang kurang baik antara pekerja dengan pimpinan, sesama pekerja atau karena pekerjaan kurang sesuai.
Usaha pemberantasan dan cara pencegahannya : 44
1.
Subtitusi yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
2.
Ventilasi umum yang mengalirkan udara bersih sesuai dengan ruangan kerja agar bahan berbahaya lebih rendah dari nilai ambang batas. Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar dari suatu zat di mana pada kadar tersebut bila orang menghirupnya selama 8 jam sehari atau 5 hari seminggu tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan
3.
Ventilasi keluar setempat, yaitu menghisap keluar udara dari suatu ruangan kerja agar bahan berbahaya dihisap dan dikeluarkan.
4.
Isolasi yaitu dengan mengisolasi proses berbahaya.
5.
Pekerja menggunakan pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya seperti masker, tutup kepala, sarung tangan, kacamata, sepatu dan sebagainya.
6.
Pemeriksaan kesehatan, pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja serta penerangan sebelum kerja kepada para pekerja.
45
BAB V KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN IBU - ANAK & KELUARGA BERENCANA
A.
Kependudukan
Ilmu yang mempelajari jumlah, komposisi, susunan dan sebagainya dari penduduk disebut demografi. Menurut Hauser dan Duncan demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk, perubahan perubahan yang terjadi terhadapnya, serta komponen - komponen yang menyebabkan terjadinya perubahan itu, yaitu natalitas, mortalitas, migrasi dan mobilitas sosial. Jadi demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur tersebut meliputi jumlah, persebaran (distribusi) dan komposisi penduduk yang selalu berubah - ubah. Perubahan - perubahan itu terjadi karena proses demografi, yaitu kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta perubahan kelas sosial. Dalam masa pembangunan ini data demografi sangat dibutuhkan untuk berbagai jenis perencanaan pembangunan. Misalnya proyeksi penduduk usia sekolah penting untuk perencanaan pembangunan dalam sektor pendidikan, data fertilitas, natalitas, morbiditas dan mortilitas penting untuk perencanaan pembangunan dalam sektor kesehatan dan seterusnya.
1.
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut karakteristik - karakteristik yang sama. Bermacam - macam komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi penduduk 46
menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan seterusnya. Akan tetapi diantaranya yang terpenting dalam demografi adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk menurut umur biasanya dibagi menjadi beberapa kelompok umur, dan antara kelompok umur yang satu dengan yang berikutnya berjenjang 5 tahun. Misalnya kelompok umur 0 - 4, 5 - 9, 10 - 14 ……… 65 - 69, 70 - 74, 75 +. Struktur umur penduduk antara negara yang satu dengan yang lain, antara negara sedang berkembang dengan negara maju, demikian juga antara daerah pedesaan dan perkotaan adalah tidak sama. Struktur itu dipengaruhi oleh tiga variabel demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi (perpindahan penduduk). Ketiga variable itu saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila variabel yang satu berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah. Satu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya besar (lebih dari 35%), dan besarnya kelompok penduduk yang berumur 65 tahun lebih, kurang dari 3%. Sebaliknya suatu negara dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35%) dan persentase kelompok penduduk yang berumur 65 tahun lebih, sekitar 15%. Umumnya negara - negara sedang berkembang mempunyai struktur penduduk muda, seperti misalnya India, Burma dan Indonesia. Sedangkan negara - negara maju seperti Jerman, Perancis dan Jepang mempunyai struktur penduduk tua. Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Secara ekonomis penduduk di bedakan atas dua golongan. Golongan yang pertama yakni yang berumur 15 - 64 tahun yang disebut golongan penduduk produktif, dan golongan yang kedua yang disebut golongan penduduk tidak produktif, yang terdiri atas 2 kelompok umur, yaitu yang berumur 0 - 14 tahun dan yang berumur 65 tahun ke atas. 47
Golongan penduduk tidak produktif yang disebut juga golongan independent dibedakan atas dua kelompok : yang berumur 0 - 14 tahun di sebut golongan independent I dan yang berumur 65 tahun ke atas golongan independent II. Dalam golongan independent I terdapat kelompok umur 0 - 1 tahun (bayi) yang disebut golongan pure independent, karena mereka sama sekali tergantung dan memerlukan perlindungan orang lain, mereka juga terancam oleh berbagai bahaya dan penyakit, memerlukan makanan yang baik dan khusus, dari segi pelayanan kesehatan memerlukan biaya yang relatif lebih besar dan jika mereka meninggal negara dan masyarakat mengalami kerugian lipat dua (negara sudah mengeluarkan biaya tetapi yang bersangkutan belum sempat menyumbangkan dharma baktinya). Dengan mengetahui besarnya golongan penduduk tidak produktif dan yang produktif, akan dapat dihitung besarnya Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Rasio Beban Tanggungan adalah perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif , dengan banyaknya penduduk yang produduk . Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut : RBT =
Jumlah penduduk kurang 15 th + penduduk 65 th keatas Jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun
Tingginya Rasio Beban Tanggungan merupakan faktor penghambat dalam pembangunan ekonomi, karena sebagian besar dari pendapatan yang diperoleh golongan yang produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan dari mereka yang tidak produktif. Negara - negara sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi mempunyai RBT yang tinggi pula, disebabkan besarnya proporsi anak - anak dalam struktur penduduknya. 48
2.
Kepadatan Penduduk
Yang dimaksud dengan kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk persatuan luas wilayah. Kepadatan penduduk dapat dibedakan atas Kepadatan Penduduk Kasar, Kepadatan Penduduk Fisiologis dan Kepadatan Penduduk Agraris, yang dapat dituliskan dengan rumus - rumus sebagai berikut : Kepadatan Penduduk Kasar =
Jumlah penduduk suatu wilayah Luas Wilayah (km2)
Dalam Kepadatan Penduduk Kasar, yang dijadikan penyebut adalah luas seluruh daratan dari wilayah yang bersangkutan tanpa dibedakan daerah yang tandus dan yang subur. Kepadatan Penduduk Fisiologis =
Jumlah penduduk suatu wilayah Luas tanah pertanian (km2)
Kepadatan Penduduk Agraris =
Jumlah petani di suatu wilayah Luas tanah pertanian (km2)
Pada kepadatan Penduduk Fisiologis dan Agraris yang dijadikan penyebut adalah bagian dari daratan yang berupa tanah pertanian.
3.
Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk di suatu daerah di pengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada yang lahir (B) dan ada yang datang (I), dan akan berkurang jumlahnya kalau ada yang mati (D) dan yang meninggalkan daerah tersebut (O), sehingga pada tahun tertentu keadaan penduduk dapat di hitung dengan persamaan di bawah ini : 49
Pt = Po + B - D + 1 – O
Persamaan di atas di sebut balancing, di mana didapatkan : B - D = pertumbuhan penduduk alamiah ( natural increase) I - O = migrasi netto Di Indonesia peranan migrasi terhadap pertumbuhan penduduk dapat di abaikan, karena jumlah penduduk yang berimigrasi dan beremigrasi sangat kecil, sehingga dengan demikian hanya kematian dan kelahiran saja yang berperan penting terhadap pertumbuhan penduduk di Indonesia. Kecepatan perkembangan penduduk dapat dihambat dengan cara menurunkan besarnya Rasio Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR), yaitu rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita selama masa subur (umur 15 - 49 tahun). Melalui program Keluarga Berencana, Pemerintah Indonesia berusaha menurunkan besarnya TFR sehingga pada suatu saat akan dicapai suatu keadaan yang disebut Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP). a. Fertilitas Penduduk Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang arti dari fertilitas (fertility) dan fekunditas (fecundity), yang dua duanya biasanya diterjemahkan dengan “kesuburan”. Fertilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup, sedangkan fekunditas adalah kemampuan biologis seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan anak yang lahir hidup. Jadi fertilitas dihubungkan dengan jumlah kelahiran hidup, sedangkan fekunditas dihubungkan dengan kemampuan 50
untuk hamil dan melahirkan anak yang hidup. Seorang wanita yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak, misalnya karena tidak menikah ataupun menikah lagi tetapi menggunakan kontrasepsi, sehingga fertilitasnya nol. Ahli demografi hanya mengadakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth). Suatu kelahiran disebut lahir hidup apabila pada waktu lahir terdapat tanda - tanda kehidupan, misalnya denyut jantung, bernafas, bergerak, menangis dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda - tanda kehidupan disebut dengan mati lahir (still birth), yang dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Ukuran dari fertititas ada bermacam - macam. Dua diantaranya yang dicontohkan di sini adalah Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) dan Angka Kelahiran Umum (General Birth Rate), yang rumusnya adalah sebagai berikut : CBR =
B Pm
x K
Dimana : CBR = Crude Birth Rate B = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tertentu Pm = Jumlah kelahiran pada pertengahan tahun tertentu K = Bilangan Konstanta (1000 0/00 ) GBR =
B Pf ( 15 – 49 )
GBR B
= =
Pf (15-49)
=
x K
General Birth Rate Jumlah Kelahiran Hidup pada tahun tertentu Jumlah penduduk wanita pada usia subur 51
(umur 15 - 49 tahun) pada pertengahan tahun tersebut. Tinggi rendahnya fertilitas penduduk dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor demografi dan non demografi. Faktor demografi di antaranya struktur umur penduduk, umur kawin pertama, disrupsi perkawinan dan proporsi penduduk wanita yang kawin. Sedangkan faktor non demografi diantaranya tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai hasil dari Program Keluarga Berencana, di Indonesia Angka Fertilitas Total (TFR) berangsur - angsur telah dapat diturunkan.
b. Mortalitas Penduduk Mortalitas penduduk merupakan salah satu variabel demografi yang penting. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga nerupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat daerah tersebut. Yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa hilangnya semua tanda - tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat sesudah kelahiran hidup. Khusus untuk bayi, kematian dapat dibedakan atas dua hal., yaitu : 1. Lahir Mati (still birth), yakni kematian bayi yang cukup masanya (40 minggu) pada waktu keluar rahim tidak ada tanda - tanda kehidupan. 2. Kematian Baru Lahir ( Neo Natal Death), yaitu kematian bayi sebelum berumur satu bulan (28 hari). 3. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death), adalah kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.
52
Ada beberapa macam pengukuran kematian penduduk, diantaranya ada tiga yang dianggap penting, yaitu Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate), Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) dan Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate), yang masing - masing ditulis dengan rumus sebagai berikut : CDR =
D Pm
CDR D Pm
= = =
K
=
MMR =
MMR Dm
= =
B1 K
= =
IMR =
IMR Do B1 K
Crude Birth Rate Jumlah seluruh kematian dalam tahun tertentu Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tersebut Bilangan Konstanta (1000 0/00) Dm B1
x K
Maternal Mortality Rate Jumlah Kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas pada tahun tertentu Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tersebut Bilangan Konstanta (1000 0/00) Do B1
= = = =
x K
x K
Infant Mortality Rate Jumlah kelahiran bayi selama satu tahun Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tersebut Bilangan Konstanta (1000 0/00)
53
Tinggi rendahnya CDR merupakan indikator keadaan kesehatan masyarakat pada umumnya. CDR yang tinggi menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat yang buruk. MMR dapat dijadikan ukuran kesejahteraan kaum wanita di samping kualitas pelayanan KIA. Sampai tahun 1992 dilihat dari besarnya MMR, Indonesia masih menempati rangking terburuk diantara negara - negara ASEAN. Pada tahun tersebut Indonesia mempunyai MMR sebesar 400 - 450 setiap 100.000 kelahiran. Terdapat variasi IMR antara negara - negara sedang berkembang dengan negara - negara maju. Di negara berkembang besarnya IMR dapat mencapai 200 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di negara maju angka tersebut umumnya di bawah 15 per 1000 kelahiran hidup. IMR merupakan indikator yang sangat peka untuk menilai status kesehatan, sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan hidup penduduk suatu daerah / negara. Baik dinegara maju maupun di negara sedang berkembang, terdapat hubungan terbalik antara IMR dengan status kesehatan, sosial-ekonomi dan kesehatan lingkungan hidup.
c. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup dan suatu umur didefinisikan sebagia rata - rata tahun hidup yang masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tersebut, dalam situasi mortalitas yang berlaku dilingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata - rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. AHH pada suatu umur merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Angka tersebut besarnya berkisar antara kurang dari 40 tahun pada 54
negara berkembang sampai lebih dari 70 tahun pada negara maju. Besarnya AHH waktu lahir di Indonesia adalah 52,41 tahun pada tahun 1980, naik menjadi 55,30 tahun pada tahun 1985, dan diharapkan akan naik lagi menjadi 64,05 tahun pada tahun 2000. Angka kematian bayi untuk kelompok perempuan lebih rendah dari kelompok laki - laki, sehingga AAHH pada waktu lahir bayi perempuan lebih tinggi dari bayi laki - laki.
d. Mobilitas Penduduk Peranan mobilitas penduduk terhadap laju pertumbuhan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda beda. Untuk Indonesia secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduknya lebih dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat fertilitas dan mortalitas, karena migrasi netto hampir dikatakan nol. Tidak banyak orang Indonesia yang pindah ke luar negri, begitu juga orang - orang luar negri yang pindah ke Indonesia. Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas sirkuler ialah gerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Secara garis besar migrasi dapat dibagi dua, yaitu migrasi internal yang disebut juga transmigrasi, dan migrasi internasional yang dapat dibedakan atas migrasi masuk (= imigrasi) dan migrasi keluar (= emigrasi). 55
Migrasi penduduk terjadi karena adanya beberapa faktor yang dapat dibedakan atas faktor pendorong dan faktor penarik, sebagai berikut : Faktor pendorong : makin berkurangnya sumber alam, menyempitnya lapangan pekerjaan, adanya tekanan politik ataupun masalah yang menyangkut SARA, adanya masalah budaya dan kepercayaan, karena ada bencana alam Faktor penarik : tersedianya lapangan pekerjaan, adanya kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi, adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, lingkungan hidup yang lebih menyenangkan, adanya pusat kegiatan industri, perdagangan, kebudayaan dan hiburan Di Indonesia migrasi antar pulau (transmigrasi) khususnya dari pulau Jawa ke pulau - pulau lainnya dapat dibedakan atas yang diselenggarakan oleh pemerintah dan transamigrasi spontan (atas kemauan sendiri). Di daerah penerima atau atau daerah tujuan pengaruh demografis akibat transmigrasi itu cukup terasa, karena sebelumnya jumlah penduduk setempat relatif masih sedikit / jarang. Hingga sekarang, migrasi penduduk yang tetap menimbulkan keprihatinan karena menimbulkan banyak masalah kesehatan dan lain – lain adalah migrasi penduduk dari desa ke kota besar (urbanisasi), seperti misalnya yang terjadi di Jakarta dan kota - kota besar lainnya
56
B.
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
Secara umum terdapat tujuh masalah kependudukkan di Indonesia, yaitu : 1. Jumlah penduduk yang sangat besar Dari hasil sensus penduduk yang dilaksanakan pada tahun 1990 tercatat jumlah penduduk Indonesia adalah 179,3 juta. Ini berarti Indonesia menempati urutan keempat dalam hal besarnya jumlah penduduk, sesudah RRC, India dan USA. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut sudah barang tentu sangat banyak pula masalah yang dihadapi oleh pemerintah seperti penyediaan pangan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. 2.
Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi Di Indonesia besarnya Angka Kelahiran Kasar (CBR) adalah 35,90/00 dan Angka Kematian Kasar(CDR) 12,50/00, sehingga dengan demikian besarnya Angka Pertumbuhan Penduduk 23,40/00. Dengan Angka Pertumbuhan Penduduk sebesar ini diperkirakan penduduk Indonesia akan menjadi berlipat dua setiap kira - kira 28 tahun.
3.
Persebaran penduduk tidak merata
4.
Penduduk Indonesia berstruktur umur muda
5.
Penduduk Indonesia mempunyai pola perekonomian agrari. Bagian terbesar penduduk Indonesia hidup dari pertanian dan perkebunan yang menghasilkan hanya bahan mentah ataupun setengah jadi. Oleh karena pertanian dan perkebunan itu sangat tergantung pada alam (musim, hama, bencana alam dan lain - lain), maka akibatnya Pendapatan Nasional Bruto (GNP) sulit ditingkatkan.
57
6.
Mobilitas penduduk Indonesia rendah Secara umum peranan wanita dalam keluarga masih belum memadai. Tingginya TFR dan MMR menandakan bahwa perhatian terhadap kesejahteraan wanita masih belum seperti yang diharapkan.
Sebenarnya keprihatinan terhadap pesatnya pertumbuhan penduduk dengan segala permasalahannya itu sudah lama menjadi pembicaraan pada ahli, yaitu sejak Robert Thomas Maltus mengemukakan teorinya dalam tahun 1798. Dalam bukunya “ The Principle of Population “ Malthus menyatakan, bahwa apabila pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan, pada suatu masa dunia akan dilanda krisis kependudukkan (population crisis), disebabkan perkembangan penduduk berjalan mengikuti deret ukur, sedangkan perkembangan produksi pangan hanya mengikuti deret hitung. Meskipun akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknik ternyata teori Malthus tersebut tidak selamanya benar, akan tetapi akhirnya orang menyadari, bahwa demi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan negara, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan, karena penduduk yang perkembangannya tidak terkendali akan menimbulkan berbagai masalah. Hal inilah yang mendorong negara - negara di dunia termasuk Indonesia untuk memasukkan program Keluarga Berencana sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Pembangunan Nasional.
58
Upaya - upaya untuk mengatasi masalah kependudukkan di Indonesia Untuk mengatasi masalah - masalah kependudukkan sebagaimana tersebut di atas, upaya - upaya yang dapat dilaksanakan di Indonesia adalah sebagai berikut : 1.
Melaksanakan Program Keluarga Berencana Dengan program KB maka TFR akan dapat diturunkan, sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Disamping itu juga dengan program KB tersebut diharapkan struktur penduduk Indonesia akan berubah dari struktur muda menjadi struktur umur tua, sehingga Rasio Beban Tanggungan dapat di turunkan.
2.
Melaksanakan Trasmigrasi Dengan meningkatkan migrasi penduduk khususnya dari pulau Jawa ke pulau - pulau lainya yang kepadatan penduduknya rendah, lambat laun persebaran penduduk Indonesia akan merata. Di samping itu juga kawasan kawasan yang belum dimanfaatkan, khususnya di luar pulau Jawa, Maudra dan Bali dapat dimanfaatkan secara optimal.
3.
Industrialisasi Bagi Indonesia, industrialisasi sangat penting karena disamping dapat meningkatkan GNP dengan cepat, berarti juga mendapatkan lapangan pekerjaan bagi penduduk. Industrialisasi juga merupakan sarana mengejar ketinggalan kita dari bangsa - bangsa lain yang sudah maju.
4.
Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pertanian dan Perkebunan Intensifikasi (khususnya untuk pulau - pulau Jawa, Madura dan Bali) serta ekstensifikasi (untuk pulau - pulau lainnya) bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian (bahan pangan) maupun hasil perkebunan (bahan ekspor non migas). 59
Disamping itu ekstensifikasi lahan pertanian dan perkebunan bertujuan juga menciptakan lapangan pekerjaan. 5.
Pemerataan Pembangunan dan Hasil - Hasilnya Azas pemerataan dilaksanakan dengan tujuan agar seluruh rakyat Indonesia secara merata dapat menikmati hasil - hasil Pembangunan Nasional. Di samping itu dengan membangun proyek - proyek secara merata khususnya di luar Jawa, akan dapat mengurangi daya tarik penduduk luar Jawa migrasi ke Jawa.
6.
Peningkatan Peranan dan Kesejahteraan Wanita Dewasa ini Pemerintah menaruh perhatian yang besar terhadap peningkatan peranan wanita. Kepada wanita diberikan berbagai latihan dan tambahan pengetahuan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dalam berbagai bidang, sehingga dapat lebih maju dan mandiri. Di samping itu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu khususnya dan kesejahteraan keluarga umumnya dilaksanakan beberapa kegiatan, antara lain Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS), Kampanye Keluarga Kecil Mandiri (KKM) dan perluasan serta peningkatan pelayanan kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA).
C.
Kesehatan Ibu dan Anak
Usaha kesehatan ibu dan anak yang bergerak dalam pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan penting sekali untuk meningkatkan kesehatan umum masyarakat. Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) melayani pemeliharaan ibu, bayi dan anak sampai umur 5 tahun. Sekarang ini pada umumnya BKIA sudah diintegrasikan ke dalam Puskesmas. Maksud dan tujuan BKIA : 60
a.
b. c.
d.
Usaha Kesehatan Ibu dan Anak mempunyai tujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu - ibu secara teratur dan terus menerus pada saat sakit, sehat, masa ante partum, post partum, masa menyusui pemeliharaan anak dari lahir sampai pra sekolah. Keluarga berencana bagi suami / istri yang membutuhkannya. Mengadakan integrasi ke dalam General Public Health Services dan mengadakan kerja sama dan koordinasi dengan dinas kesehatan lain. Mencari dan mengumpulkan masalah dalam masyarakat dan mencoba memecahkannya.
Kegiatan - kegiatan yang dijalankan dalam BKIA : 1.
Yang ditujukan kepada ibu hamil, melahirkan dan menyusui : a. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui b. Pertolongan persalinan di luar rumah sakit c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan anak d. Imunisasi dasar dan revaksinasi e. Pengobatan sederhana. Hal ini besar sekali pengaruhnya terhadap gagasan Keluarga Berencana untuk diterima dan dilaksanakan oleh para keluarga dengan penuh kesadaran. Semua agama yang ada di Indonesia pada prinsipnya menerima gagasan Keluarga Berencana (melahirkan) meliputi perawatan masa nifas, pemeriksaan jumlah air susu ibu, nasehat cara memelihara bayi, menyusui makan yang sehat.
2.
Usaha yang ditujukan kepada bayi : Meliputi pengawasan pertumbuhan dan perkembangannya, makanan yang sehat, pemberian vaksinasi dasar yaitu BCG (sebelum satu bulan), DPT dan Polio (umur 3,4 dan 5 bulan), Campak (9-14 bulan)
61
3.
Usaha yang ditujukan kepada anak prasekolah Meliputi pengawasan terhadap pertumbuhan perkembangan, revaksinasi, pendidikan kesehatan.
dan
4.
Kursus dukun Tujuannya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang meliputi cara kerja yang bersih seperti cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun, memotong tali pusar dengan gunting yang telah dimasak / disterilkan dan pengetahuan mengenai hal - hal yang memerlukan pertolongan bidan dan dokter.
5.
Keluarga berencana Bertujuan meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak serta keluarga secara keseluruhan dengan sasaran ibu - ibu dari pasangan usia subur (PUS).
D.
Keluarga Berencana
1.
Sejarah & Organisasi Program Kependudukkan / Keluarga Berencana di Indonesia.
Sesuai undang - undang RI Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukkan dan pembangunan keluarga sejahtera yang dimaksud dengan : a. Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peranserta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. b. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) adalah suatu nilai yang sesuai dengan nilai - nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera 62
dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Prakarsa untuk melaksanakan kegiatan KB di Indonesia dimulai pada tahun 1953 oleh sekelompok kecil masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, khususnya dari kalangan kesehatan, di Jakarta. Kelompok itu berkembang dan pada tahun 1957 berdirilah perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Dalam kegiatan PKBI ditunjang oleh Departemen Kesehatan dengan menyediakan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) serta tenaga kesehatan sebagai sarana pelayanan KB. Pada tahun 1967 Presiden Suharto bersama dengan pimpinan - pimpinan dunia lainnya, menanda tangani Deklarasi Kependudukkan Dunia. Sebagai tindak lanjut penandatanganan ini maka pada tahun 1968 dibentuk sebuah lembaga semi pemerintah yang dinamakan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi sebuah badan pemerintah penuh, bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya badan inilah yang diserahi dan bertanggung jawab mengelola program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia. BKKBN adalah suatu badan yang non Departemental, dan langsung bertanggung jawab kepada presiden.
2.
Tujuan dan Kegiatan Program Keluarga Berencana Program keluarga berencana di Indonesia mempunyai dua tujuan yaitu : a. Tercapainya kondisi Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP). Untuk mencapai tujuan tersebut maka Total Fertility Rate (TFR) harus diturunkan menjadi sekitar 2,0 yang berarti bahwa rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita usia subur di Indonesia adalah sekitar 2,0.
63
b.
Membudayakan Norma Keluarga Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) Untuk itu berbagai upaya dilaksanakan agar supaya NKKBS menjadi pola hidup bangsa Indonesia, dalam rangka mendukung keberhasilan program pembangunan manusia seutuhnya serta pengendalian laju pertumbuhan penduduk.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan kegiatan - kegiatan sebagai berikut : a.
Perluasan jangkauan Yaitu usaha untuk mengajak peserta KB baru sebanyak banyaknya, serta mengembangkan lembaga ilmu baru yang diharapkan dapat turut serta mengelola program. Di sini tercermin juga usaha untuk memperluas dan meratakan program KB ke seluruh pelosok tanah air.
b.
Pembinaan Yaitu usaha untuk lebih memantapkan penerimaan gagasan Keluarga Berencana secara lestari, baik dalam keikutsertaan sebagai akseptor KB maupun dalam keikutsertaan mengelola program.
c.
Pelembagaan - pembudayaan Yaitu usaha untuk meningkatkan diterimanya NKKBS yang membudaya. Di sini termasuk pula usaha untuk meningkatkan peranan masyarakat dan aparatur pemerintah dalam berperan serta mengelola program kependudukkan / Keluarga Berencana secara mantap.
3.
Hubungan Keluarga Berencana dengan Masalah lainnya. Hubungan antara pelaksanaan program Keluarga Berencana dengan masalah - masalah lainnya di Indonesia adalah sebagai berikut :
64
a.
Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga Kesehatan ibu sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Dilain pihak kesehatan ibu dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain umur ibu waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki serta jarak antara tiap kelahiran. Dengan melaksanakan KB semua hal yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu tersebut dapat diprogram, karena kontrasepsi dapat dipergunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan bahkan menghentikan sama sekali kesuburan. Dengan melaksanakan KB, resiko kematian bagi kelompok ibu dengan resiko tinggi (high risk group) dapat dihindari. Yang termasuk kelompok ibu dengan resiko tinggi adalah ibu yang hamil pada usia dibawah 20 ataupun diatas 35 tahun, ibu hamil yang pernah melahirkan lebih dari 3 kali, dan ibu hamil yang menderita penyakit menahun, misalnya penyakit paru, jantung dan ginjal. Dalam hal ini, yang dianjurkan adalah kehamilan terjadi pada usia ibu antara 20 - 30 tahun, jarak kelahiran sekitar 3 tahun dan paling banyak hanya 2 anak. Dengan pola keluarga kecil maka kesejahteraan keluarga akan lebih dapat ditingkatkan sehingga seluruh keluarga mengalami kebahagian.
b.
Keluarga Berencana dan Pembangunan Nasional Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan penduduk. Karenanya pembangunan nasional harus disertai perencanaan penduduk yang terjadi serasi dengan penyediaan pangan, sandang, perumahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, lapangan kerja dan segala kebutuhan penduduk lainnya.
65
c.
Keluarga Berencana dan Derajat Kaum Wanita Pandangan kuno yang terdapat dalam masyarakat Indonesia menyatakan bahwa fungsi utama wanita adalah melahirkan dan mengurus anak serta seluruh anggota keluarga. Demikian juga wanita tidak mempuyai hak untuk menentukan kapan dia mau hamil dan berapa jumlah anak yang dia lahirkan. Dalam hal seperti tersebut di atas, Keluarga Berencana merupakan jalan utama untuk meningkatkan derajat kaum wanita. Dengan pengaturan kehamilan, seorang ibu dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mempertahankan kemudaannya serta membina karier dalam pekerjaannya, sehingga dengan demikian emansipasi seperti yang dicita - citakan oleh Ibu Kartini dapat benar - benar diwujudkan.
d.
Keluarga Berencana dan Agama. Agama memegang peranan penting dalam menentukan sikap hidup manusia. Karena itu juga besar sekali pengaruhnya terhadap gagasan Keluarga Berencana untuk dapat diterima dan dilaksanakan oleh keluarga - keluarga dengan penuh rasa kesadaran. Semua agama yang ada di Indonesia (Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha) pada prinsipnya menerima gagasan Keluarga Berencana, meskipun terdapat perbedaan pandangan tentang metode pelaksanaan ataupun alat - alat yang boleh dan yang tidak boleh dalam Keluarga Berencana tersebut.
4.
Metoda - Metoda Keluarga Berencana Metoda dan alat - alat yang dapat dipergunakan dalam melaksanakan keluarga Berencana adalah sebagai berikut :
66
a.
Pantang Berkala Di sebut juga Istibra berkala ataupun Sistem Kalender, yaitu tidak melakukan hubungan seksual pada saat ibu dalam keadaan subur.
b.
Metoda Sederhana Metoda Sederhana adalah mencegah terjadinya pertemuan antara sel jantan dan sel telur (pembuahan) dengan menggunakan penghalang. Penghalang itu dapat berupa penghalang mekanis seperti misalnya kondom dan diafragma, dapat juga berupa penghalang kimiawi (spermacida) yaitu : vagina tablet, jelly, tissue KB dan cairan berbusa (foam).
c.
Membuat Seorang Ibu Seakan - akan Dalam Keadaan Hamil Ke dalam tubuh ibu dimasukkan hormon yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur. Bentuknya dapat berupa pil KB (diminum tiap hari), Suntikkan KB (diulang tiap tiga bulan) dan Implant Norplant/ Susuk KB (diulang tiap lima tahun).
d.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Alat kontrasepsi dalam rahim yang disebut juga Intra Uterine Device (IUD), adalah alat kontrasepsi yang diletakkan di dalam rahim untuk mencegah terjadinya pembuahan dan nidasi (penempelan sel telur yang sudah di buahi pada dinding rahim). Alat kontrasepsi dalam rahim, yang biasanya disebut spiral, merupakan suatu alat yang dibuat dari plastik halus berukuran kecil. Ada yang berbentuk spiral (Lippes Loop), seperti huruf T (Coper T) dan seperti kipas (Multi Load).
e.
Metode Sterilisasi Metoda sterilisasi bersifat permanen, karenanya disebut juga Kontrasepsi Mantap. Pada wanita disebut juga Kontrasepsi Mantap Wanita, Medis Operatif Wanita / MOW atau 67
Tubectomi, dan pada laki - laki disebut Kontrasepsi Mantap Pria / MOP atau vasectomi, keduanya dilaksanakan dengan cara operasi. Pada Tubectomi kedua saluran telur (Tuba Fallopi) dipotong kemudian kedua ujung - ujungnya diikat, sehingga telur dari ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim dan dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan. Vasectomi dilaksanakan dengan memotong saluran sperma (Vas Deferens), sehingga dengan demikian mani tidak mengandung sperma dan tidak dapat terjadi pembuahan.
5.
Keluarga Berencana Mandiri Sasaran dari program KB adalah pasangan usia subur (PUS). Pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi (alat atau obat untuk mencegah terjadinya pembuahan) disebut Akseptor. Dalam program KB diadakan kegiatan pembinaan terhadap akseptor yang bertujuan agar para akseptor setelah pertama kali memakai alat kontrasepsi akan terus memakainya sampai habis masa usia suburnya. Seorang akseptor yang aktif secara terus menerus dalam jangka waktu minimal 5 tahun, disebut akseptor Lestari. Di samping itu terdapat juga yang disebut Akseptor Mental, yaitu orang - orang yang mendukung pelaksanaan NKKBS, khususnya generasi muda yang menunda pernikahan. Dengan telah membudayanya perencanaan keluarga dalam masyarakat, dewasa ini sedang dikembangkan gerakan yang disebut KB Mandiri, yaitu pelaksanaan KB dimana kebutuhan akan alat alat dan pelayanan sepenuhnya menjadi tanggungan akseptor dengan subsidi pemerintah, khususnya dalam pengadaan alat dan obat kontrasepsi. Untuk itu dalam tahun 1987 dicanangkan pelayanan KB Mandiri dengan logo Lingkaran Biru (LIBI), dimana dipasarkan 68
4 jenis kontrasepsi (AKDR), Pil KB, Suntikan KB dan Kondom), melalui Dokter dan Bidan Praktek swasta serta Apotik. Dalam tahun 1992 pelayanan LIBI diperluas dengan memperkenalkan LIMAS (Lingkaran Emas, di mana dipasarkan 6 jenis kontrasepsi (AKDR, Pil KB, Suntikan KB, Kondom, Implant Norplant dan Tissue KB), yang penjualannya dilakukan oleh pihak swasta.
6.
Peranan Tenaga Farmasi Dalam Program KB Bersama - sama dengan petugas - petugas lainnya yang menangani pelaksanaan program KB, petugas - petugas farmasi mempunyai peranan sebagai berikut : a.
Berperan serta aktif dalam penyediaan pengedaran alat - alat dan obat - obat kontrasepsi. Peran serta ini diperlukan terutama dalam menunjang pelaksanaan KB Mandiri Lingkaran Biru (LIBI) dan Lingkaran Emas (LIMAS).
b.
Berperan serta secara aktif dalam penyuluhan Penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh semua petugas kesehatan secara terpadu / terintegrasi dalam tugasnya masing - masing. Dalam hal ini petugas - petugas farmasi juga berkewajiban memberikan penyuluhan, khususnya dalam rangka membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
69
BAB VI STATISTIKA KESEHATAN
A.
Pendahuluan
Dalam laporan suatu instansi seringkali dicantumkan angka – angka atau diagram dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang kemajuan atau hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Angka yang dicantumkan adalah angka – angak akhir yang merupakan hasil pengolahan dari angka – angka hasil kerja yang dihimpun dari hari kehari, bulan kebulan bahkan dari tahun ke tahun. Itulah yang dinamakan statistik Statistik dalam pengertian umum adalah kumpulan fakta, umumnya berbentuk angka – angka dan atau diagram yang menggambarkan suatu persoalan atau keadaan. Sedangkan statistik dalam pengertian sempit adalah ukuran, ebagai wakil dari kumpulan fakta mengenai sesuatu hal. Dalam suatu penelitian statistik, agar angka – angka yang disajikan dan kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan, maka pemrosesan data mulai dari pengumpulan angka – angka, pengolahan, penyajian sampai pada analisis dan pengambilan kesimpulan harus dilaksanakan dengan cara – cara yang benar. Ini merupakan ilmu pengetahuan tersendiri yang disebut dengan Statistika. Jadi statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara – cara pengumpulan fakta, pengolahan, penyajian dan analisis serta penarikan kesimpulannya.
70
B.
Kegunaan Statistik
Statistik diberi nama sesuai dengan jenis persoalan yang diliputinya. Sebagai contoh, yang membicarakan masalah - masalah kesehatan disebut Statistik Kesehatan, yang membahas masalah masalah pertanian disebut Statistik Pertanian dan seterusnya. Dalam pelaksanaan tugas - tugas kesehatan, secara umum kegunaan statistik ada dua, yaitu : 1. Merupakan sarana untuk melakukan evaluasi. Yaitu untuk menilai pekerjaan – pekerjaan, baik yang sedang maupun yang telah selesai dilaksanakan, apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang direncanakan atau belum. Contohnya program imunisasi dikatakan berhasil apabila jumlah penderita penyakit menular yang bersangkutan menurun atau nol. 2.
Merupakan bahan untuk membuat perencanaan Dengan menggunakan statisik yang sudah kita miliki, kita dapat membuat rencana yang realitis, artinya sesuai dengan kebutuhan dan kenyataan yang ada di lapangan. Contohnya penambahan fasilitas kesehatan yang didasarkan pada peningkatan jumlah penduduk.
C.
Jenis Statistik
Hal, keadaan atau peristiwa - peristiwa yang dicatat, dikumpulkan untuk kemudian disusun menjadi statistik, disebut data statistik. Sebagai contoh, apabila kita akan menyusun statistik tentang tinggi dan berat badan sejumlah balita, maka angka - angka yang menunjukkan tinggi dan berat badan dari masing - masing balita tersebut adalah data statistik. Data statistik yang baru dikumpulkan dan belum diolah disebut data mentah.
71
Data statistik ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan, harganya dapat berubah - ubah atau bersifat variabel. Dari nilainya dikenal dua golongan data kuantitatif, yaitu data diskrit (merupakan hasil menghitung, selalu dalam bentuk angka yang utuh), dan data kontinyu (merupakan hasil mengukur atau menimbang, dapat berupa angka pecahan). Data kuantitatif adalah data yang tidak dilukiskan dengan bilangan melainkan dengan lukisan kualitatif yang dikenal dengan nama kategoti dan atribut, misalnya baik, rusak, gagal, berhasil dan sebagainya. Apabila kita ingin mengetahui berat badan rata - rata dari murid SD di kota K, maka seluruh murid dari semua SD yang ada dalam kota K yang menjadi sasaran penelitian kita disebut populasi atau universe. Populasi terdiri dari individu - individu yang dalam hal ini adalah masing - masing murid SD, yang satu persatu akan ditimbang berat badannya. Dengan demikian dikatakan bahwa populasi atau universe adalah kumpulan besar dari individu dapat berupa manusia, hewan, atau benda yang dijadikan sasaran penelitian statistik “. Dalam praktek penelitian, untuk menghimpun data dapat dipergunakan dua metode yaitu : 1. Metode Sensus Di sini kita meneliti keseluruhan individu yang ada dalam populasi. 2.
Metode Sampling Dalam hal ini kita tidak meneliti keseluruhan populasi, tetapi halnya sebagian saja yang disebut sample. Metode sampling sering dipergunakan dalam penelitian - penelitian karena alasan efisiensi.
72
Memilih sejumlah individu untuk dijadikan sample dari suatu populasi tidak dapat dilakukan sembarangan, karena individu individu yang kita pilih itu harus merupakan sample yang representatif. Yaitu mempunyai karakteristik yang sama atau semaksimal mungkin mendekati karakteristik dari populasinya. Untuk memperoleh sample yang demikian kita mempergunakan metode acak (random). Dengan memanfaatkan lotere, buah dadu ataupun Daftar Angka - angka Random.
D.
Langkah – Langkah Penyusunan Statistik
Untuk membuat statistik tentang sesuatu persoalan ada 5 tahapan kegiatan yang harus dilakukan, yaitu : 1. Perencanaan 2. Pengumpulan data 3. Pengolahan data 4. Penyajian data 5. Pembuatan analisis dan pengambilan kesimpulan
1.
Perencanaan Dalam setiap kegiatan, peran perencanaan sangat penting, karena disamping sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan, rencana juga merupakan pedoman untuk melaksanakan evaluasi. Dalam perencanaan ini ditentukan tujuan penelitian, sasaran penelitian, cara - cara yang dipergunakan, pelaksananya siapa saja, kapan penelitian dilaksanakan dan seterusnya.
73
2.
Pengumpulan data : Mengumpulkan data statistik dapat dilakukan baik dengan sensus atau sampling. Untuk ini ada 3 macam teknik yang dapat dijalankan, yaitu :
Observasi Yaitu melaksanakan penelitian dengan terjun langsung dilapangan untuk menemui dan wawancara dengan individu - individu sasaran, sehingga diperoleh data yang akurat. Untuk persoalan tertentu dapat juga dilakukan penelitian di laboratorium. Dalam hal ini data yang diperoleh disebut data intern.
Registrasi Ini dilakukan dengan mengambil dan mempergunakan data yang telah terhimpun dan dilaporkan oleh pihak lain, misalnya dengan memanfaatkan kepustakaan. Dengan cara ini data dapat dihimpun dengan lebih mudah dan murah. Di sini data yang diperoleh disebut data ekstern. Data ekstern dibagi menjadi data ekstern primer dan data ektern sekunder. Jika data itu dikeluarkan dan dikumpulkan oleh badan yang sama, maka di disebut data ekstern primer. Dalam hal lainnya merupakan data sekunder.
Dengan mempergunakan Angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan atau isian tertulis yang dikirimkan kepada individu - individu (disebut responden) untuk dijawab atau diisi, dan dikirimkan kembali kepada pihak peneliti. Angket dapat berisi pertanyaan - pertanyaan terbuka di mana responden dapat menjawab dengan bebas, ataupun pertanyaan tertutup dimana responden tinggal menandai kotak - kotak jawaban yang sudah disediakan. Ada kemungkinan tidak 74
semua angket yang dikirim diterima kembali, dan jawabannya seringkali juga tidak akurat.
3.
Pengolahan data : Data mentah yang terkumpul diolah, dikelompokkan, disusun menjadi array, dihitung karakteristik - karakteristiknya dan seterusnya.
4.
Penyajian data : Penyajian data bertujuan agar hasil penelitian itu dapat dibaca dengan mudah dan dipahami oleh orang lain. Juga agar dapat dianalisis dan disimpulkan. Ada beberapa cara penyajian data yang dapat dilakukan, yaitu : Penyajian secara naratif Hasil penelitian di sajikan dalam bentuk cerita (teks). Cara ini jarang dipergunakan karena dengan cerita seringkali persoalan kurang dapat digambarkan dengan jelas, misalnya dalam mengemukakan perbandingan antara beberapa angka dan sebagainya.
5.
Dalam bentuk daftar atau tabel Ada dua macam diagram atau tabel yaitu Daftar Baris Kolom dan Daftar Disrtibusi Frekuensi
Dalam bentuk diagram atau grafik Ada 6 macam diagram, yaitu Diagram Garis, Diagram Batang, Diagram Lambang / Simbol, Diagram Lingkaran / Pastel dan Diagram Titik / Pencar
Pembuatan analisis dan pengambilan kesimpulan.
75
Analisis dan kesimpulan merupakan hasil akhir dari pembuatan statistik. Yang dapat dihimpun dan dibuat statistiknya adalah antara lain :
E.
Data Demografi Yaitu data tentang jumlah penduduk, pembagiannya menurut jenis kelamin, umur, pendidikkan, pekerjaan, besarnya angka perkembangan dan sebagainya.
Data Kesehatan Lingkungan Misalnya jumlah rumah dan keadaannya, jumlah sumber air minum, jumlah jamban, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan sebagainya.
Data Fasilitas Kesehatan Jumlah rumah sakit, puskesmas, posyandu, apotik, toko obat, pptical, jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan seterusnya.
Data Tentang Penyakit Jenis penyakit yang sering timbul, Incidence Rate, Prevalence Rate, KLB ( Kejadian Luar Biasa ), Wabah, dan sebagainya.
Data Vital Statistik Angka kesuburan, angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan dan sebagainya.
Vital Statistik
76
Vital statistik adalah statistik yang berhubungan dengan peristiwa - peristiwa penting dalam kehidupan manusia, mulai sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Oleh karena peristiwa peristiwa yang demikian itu sangat banyak jumlahnya, biasanya yang dibuat oleh instansi kesehatan hanya yang berhubungan erat dengan indikator - indikator kesehatan saja, sedangkan data yang lain apabila diperlukan dapat diminta dari instansi - instansi lain yang menanganinya, misalnya Pemerintah Daerah tingkat II, Pemerintah Daerah Tingkat I, Kantor Statistik dan lain - lainnya. Angka - angka Vital statistik tersebut umumnya dinyatakan sebagai perbandingan (Rate) dan satuan promil ( ‰ ) dan dengan jangka waktu satu tahun. Beberapa angka vital statistik yang penting adalah sebagai berikut :
Yang berhubungan dengan Kelahiran dan Kesuburan : 1. Angka Kelahiran Umum (Crude Birth Rate = CBR) Yaitu angka antara jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut ( tanggal 1 Juli ). CBR =
B Pm
x K
Dimana : CBR = Crude Birth Rate B = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tertentu Pm = Jumlah kelahiran pada pertengahan tahun tertentu K = Bilangan Konstanta (0/00 )
2.
Angka Kesuburan Umum (General Fertility Rate = GFR)
77
Yaitu perbandingan antara jumlah kelahiran hidup dalam suatu tahun dengan jumlah penduduk wanita umur 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun tersebut. GFR =
B Pr (15 – 49)
x K
Yang berhubungan dengan kesakitan : 1.
Attack Rate (AR) Perbandingan antara jumlah kasus baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat, dengan jumlah population at risk pada saat itu.
2.
Angka Insidensi (Incidence Rate = IR) Perbandingan antara jumlah kasus baru suatu penyakit dalam satu tahun, dengan jumlah population at risk pada pertengahan tahun tersebut.
3.
Angka Prevalensi (Prevalensi Rate = PR) Perbandingan antara jumlah kasus baru dan kasus lama suatu penyakit selama suatu tahun, dengan jumlah population at risk pada pertengahan tahun tersebut.
Yang berhubungan dengan kematian 1.
Angka Kematian Umum (Crude Death Rate = CDR) Perbandingan antara jumlah seluruh kematian dalam suatu tahun, dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut.
2.
Angka Kematian Khusus (Case Fatality Rate = CFR) 78
Misalnya akibat penyakit DHF : Perbandingan antara jumlah kematian akibat penyakit DHF selama suatu tahun, dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit DHF selama tahun tersebut. 3.
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate = MMR) Perbandingan antara jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas selama suatu tahun dengan jumlah kelahiran ( hidup dan mati ) selama tahun tersebut.
4.
Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR) Perbandingan antara jumlah bayi yang meninggal selama suatu tahun, dengan jumlah kelahiran hidup selama tahun tersebut. IMR sering dipergunakan sebagai indikator keadaan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan lingkungan, sedangkan MMR sebagai indikator keadaan sosial ekonomi masyarakat serta kualitas pelayanan KIA.
79
BAB VII MASYARAKAT
A. A. Pendahuluan Ilmu kemasyarakatan disebut juga Sosiologi, yang berasal dari bahasa latin Socius yang berarti kawan dan logos yang berarti berbicara. Jadi arti harfiah dari Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat. Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar tentang sosiologi. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan Sosiologi atau Ilmu Masyarakat ialah Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses - proses sosial, termasuk perubahan - perubahan sosial. Dalam definisi ini, yang dimaksud dengan struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur - unsur sosial yang pokok, yaitu kelompok - kelompok sosial, norma - norma sosial, pranata - pranata sosial serta lapisan - lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan hukum, segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan politik dan seterusnya. Jadi sasaran dari sosiologi adalah masyarakat. Apakah masyarakat itu? Tentang masyarakat, Ralph Linton mengemukakan bahwa Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial, dengan batas - batas yang dirumuskan dengan jelas “.
80
Sesuai definisi Linton, maka masyarakat itu meliputi beberapa unsur :
1.
Sejumlah manusia yang hidup bersama Dalam Ilmu Sosial, tidak ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Secara teoritis angka minimalnya adalah dua orang.
2.
Bercampur untuk waktu yang lama Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda benda mati seperti meja, kursi dan sebagainya. Manusia yang berkumpul sesamanya akan berorientasi sehingga timbul sistem komunikasi, peraturan - peraturan dan seterusnya yang mengatur hubungan antara manusia tersebut.
3.
Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan Antara anggota satu dengan anggota yang lain terdapat rasa keterikatan dan solidaritas.
4.
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama Mereka dalam kehidupan sehari - hari saling membutuhkan, bahwa mungkin juga terdapat saling ketergantungan di antara mereka.
B.
Strata Kemasyarakatan dan Mobilitas Sosial
Setiap masyarakat selalu mempunyai penghargaan yang bersifat khusus terhadap hal - hal tertentu yang ada dalam masyarakat bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi tehadap hal - hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal - hal lainnya.
81
Kalau suatu masyarakat misalnya lebih menghargai kekayaan materiil dari pada lainnya, maka mereka yang lebih banyak mempunyai harta benda akan menempati kedudukan yang lebih tingi dibandingkan dengan orang lain, dan sebaliknya mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga, dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah. Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan Stratifikasi Sosial ( sratum = lapisan ). Bentuk - bentuk lapisan masyarakat itu banyak dan berbeda - beda, dan tetap ada sekalipun dalam masyarakat yang kapitalis, demokratis, komunis ataupun lainnya, karena dalam pembedaan atas lapisan - lapisan tersebut merupakan gejala universal, yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.
1.
Sifat – Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Sifat dari sistem lapisan yang ada di dalam suatu masyarakat ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Yang bersifat tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas ataupun bawah. Dalam sistem yang demikian satu - satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Contoh : masyarakat India yang terbagi atas kasta - kasta, yaitu kasta Brahmana (pendeta), Ksatria (bangsawan dan tentara), Waisya (pedagang), Sudra (rakyat jelata), serta mereka yang tidak berkasta yang disebut golongan Paria. Sistem lapisan yang tertutup, dalam batas - batas tertentu, juga dapat kita jumpai masyarakat Bali. Berbeda dengan sistem tertutup, pada sistem terbuka setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh ke lapisan bawah. Pada umumnya sistem terbuka memberi
82
perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat, dari pada sistem tertutup.
2.
Dasar – Dasar Lapisan Masyarakat
Di antara lapisan teratas dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Akan tetapi pembagian yang umumnya dipergunakan adalah lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah. Lapisan atas biasanya tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat, tetapi kedudukkannya yang tinggi itu bersifat kumulatif, yaitu mereka yang mempunyai harta benda banyak akan mudah untuk mendapatkan tanah, kehormatan dan mungkin juga kekuasaan. Dasar atau kriteria yang biasa dipergunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan (di sebut juga kelas ), adalah : Ukuran kekayaan Mereka yang memiliki kekayaan yang paling banyak, masuk ke dalam lapisan teratas.
Ukuran kekuasaan Yang memiliki kekuasaan atau wewenang atau terbesar, menempati lapisan teratas.
Ukuran kehormatan Ukuran ini terlepas dari ukuran - ukuran kekayaan ataupun kekuasaan. Mereka yang paling dihormati dan paling disegani mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Di sini yang paling dihormati atau disegani tersebut adalah golongan orang tua - tua dan mereka yang pernah berjasa.
83
Ukuran ilmu pengetahuan Ukuran ini dipergunakan oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Kadang - kadang dapat menimbulkan akibat yang negatif, karena orang yang berkeinginan besar untuk dapat masuk ke lapisan atas, yang dipentingkan bukan mutu ilmu pengetahuannya tetapi kesarjanaannya, yang kemudian diusahakannya dengan segala cara, termasuk cara - cara yang tidak wajar.
3.
Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial (= Gerak sosial = Social Mobility) adalah suatu gerak yang terjadi dalam struktur sosial. Apabila seorang petani beralih pekerjaan menjadi pemilik toko, maka dia melakukan mobilitas sosial. Tipe - tipe dari mobilitas / gerak sosial yang pokok ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan yang vertikal.
Gerak sosial horizontal Merupakan peralihan individu atau obyek - obyek sosial lainnya, dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lain yang sederajat, atau mungkin juga peralihan atau gerak dari obyek - obyek sosial seperti misalnya mode pakaian, ideologi dan sebagainya. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu obyek sosial.
Gerak sosial vertikal Yang dimaksud adalah perpindahan individu atau obyek sosial, dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social climbing) dan yang turun (social sinking). Contohnya seorang petani yang diangkat menjadi kepala desa adalah social climbing, sedangkan seorang 84
pegawai kantor yang dipecat dari jabatannya merupakan social sinking. Social climbing dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok melalui beberapa macam saluran, misalnya lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, organisasi politik dan sebagainya.
C.
Tata Nilai Masyarakat / Pranata Sosial (Social Institution)
Pranata sosial adalah himpunan norma - norma dari segala tingkatan yang mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat, sehingga kehidupan bersama itu berlangsung dengan tertib. Di sebut juga dengan Lembaga Sosial atau Lembaga Kemasyarakatan. Pranata Sosial terdapat dalam semua masyarakat, baik yang mempunyai taraf kebudayaan yang masih bersahaja maupun yang sudah modern. Dalam kehidupan bersama, Pranata Sosial berfungsi sebagai berikut : 1. Memberikan pedoman kepada para anggota masyarakat tentang bagaimana mereka harus bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah - masalah yang ada dalam masyarakat itu. 2. Memberikan pegangan kepada masyarakat dalam hal pengendalian sosial (Social Control), yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota - anggotanya. 3. Menjaga keutuhan dan ketentraman masyarakat. Beberapa fungsi tersebut di atas mengharuskan seseorang yang hendak memasuki ataupun mempelajari suatu masyarakat tertentu memperhatikan dengan teliti pranata sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Norma - norma itu umumnya tidak tertulis, wajib ditaati dan dilaksanakan baik oleh individu maupun kelompok dalam masyarakat, 85
karena memang diciptakan demi tercapainya ketertiban dan kesejahteraan dari masyarakat tersebut. Beberapa macam norma mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda – beda, ada yang lemah dan ada yang sangat kuat. Untuk membedakan kekuatan mengikat dari norma - norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu : 1. Cara ( Usage ) 2. Kebiasaan ( Folkways ) 3. Tata kelakuan ( Mores ) 4. adat Istiadat ( Custom ) Masing - masing pengertian di atas mempunyai dasar yang sama, yaitu merupakan petunjuk ataupun larangan yang merupakan pedoman dari perilaku seseorang yang hidup dalam masyarakat itu, dengan penjelasan sebagai berikut : 1.
Cara ( Usage ) Cara, menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, khususnya dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, mungkin hanya sekedar celaan dari individu yang dihadapi saja. Contohnya, orang mempunyai cara masing - masing untuk minum, ada yang minum tanpa mengeluarkan bunyi, ada pula yang mengeluarkan bunyi sebagai pertanda kepuasannya. Cara yang terakhir biasanya dalam pertemuan dianggap sebagai perbuatan yang tidak sopan, dan apabila dijalankan mungkin orang yang minum bersamanya akan merasa tersinggung dan mencelanya.
2.
Kebiasaan ( Folkways ) 86
Kebiasaan mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada cara. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang - ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan itu. Dapat dikatakan bahwa kebiasaan adalah perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat. Contohnya kebiasaan memberi hormat kepada orang lain yang lebih tua, apabila hal itu tidak dilakukan, maka akan dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap kebiasaan umum yang berlaku dalam masyarakat tersebut, dan setiap orang akan mencela pelakunya. 3.
Tata - kelakuan ( Mores ) Tata kelakuan adalah kebiasaan yang tidak hanya dianggap sebagai cara perilaku saja, akan tetapi sudah diterima sebagai norma pengatur. Tata kelakuan di suatu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarangnya, sehingga secara langsung merupakan alat agar semua anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan - perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya hubungan antara pria dengan wanita yang berlaku bagi semua orang. Penyimpangan yang dilakukan terhadap tata kelakuan akan berakibat pelakunya dikenakan sanksi untuk menyesuaikan tindakan - tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku.
4.
Adat istiadat (Custom) Adat istiadat adalah tata kelakuan yang sudah bersifat kekal dan kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggarnya akan mendapat sanksi yang keras dan kadang - kadang sampai berdampak luas. Contohnya, di daerah Lampung terdapat suatu hukum adat yang melarang terjadinya perceraian antara suami - istri, karena perkawinan dinilai sebagai kehidupan bersama yang dinilai abadi dan hanya dapat terputus apabila salah satunya meninggal dunia. Apabila sampai terjadi perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan saja yang tercemar
87
namanya, tetapi seluruh keluarganya akan dikeluarkan dari masyarakat itu.
Dalam masyarakat tradisional (pedesaan), tradisi itu berlaku sangat kuat. Di sini norma - norma itu berlaku secara turun - temurun tanpa mengalami perubahan. Masyarakat di kota berlainan keadaannya. Dalam masyarakat kota, anggota masyarakat selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan - perubahan yang terjadi, karena kota memang merupakan pintu gerbang masuknya pengaruh - pengaruh dari luar. Berbagai peralatan modern dalam bidang komunikasi, khususnya komunikasi masa (koran, majalah, radio, televisi) memungkinkan orang kota mengikuti perubahan - perubahan yang terjadi di luar batas daerahnya, sehingga norma - norma dalam masyarakat kota juga selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Di kota juga selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Di kota besar bahkan ketaatan terhadap norma - norma dan tata nilai masyarakat seringkali dianggap sebagai hambatan terhadap kemajuan dan perkembangan zaman.
D.
Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Dalam masyarakat yang modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan (rural community dan urban community). Pembedaan itu pada hakikatnya hanya bersifat gradual. Agak sulit untuk memberikan batasan apa yang dimaksudkan dengan perkotaan, karena adanya hubungan antara konsentrasi penduduk dengan gejala - gejala sosial yang dinamakan urbanisme. Orang boleh saja berpendapat, bahwa semua tempat dengan kepadatan penduduk yang tinggi merupakan masyarakat perkotaan. Hal itu kurang benar, karena
88
banyak pula daerah yang berpenduduk padat tidak dapat digolongkan ke dalam masyarakat perkotaan. Yang dimaksud dengan masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota“ terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan . Perbedaan - perbedaan tersebut apabila kita bandingkan adalah seperti yang tercantum di bawah ini :
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Perkotaan
1
Hubungan antar warga bersifat kekeluargaan, erat, mendalam, saling mengenal, dan saling memerlukan.
Hubungan antar warga atas dasar kepentingan pribadi, bersifat individualistis.
2
Umumnya hidup dari pertanian /perkebunan, sifat kerjanya serabutan.
Jenis pekerjaannya sangat bervariasi dan bersifat spesialistis.
3.
Sangat terikat pada tanah garapan dan tidak mudah berpindah tempat tinggal
Mudah pindah - pindah, baik tempat tinggal maupun pekerjaan.
4.
Barang – barang, makanan dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Selain untuk kebutuhan hidup juga untuk kebutuhan sosial ( gengsi ).
89
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Perkotaan
5
Komunikasi umumnya hanya berlangsung secara informal, dari mulut ke mulut.
Umumnya berlangsung secara formal dan dengan sarana komunikasi yang modern.
6
Lapangan pekerjaan sempit.
Lapangan pekerjaan luas dan beragam.
7
Pembagian waktu tidak penting.
Pembagian penting.
8
Kepemimpinan tradisional, orang tua menjadi panutan
Kepemimpinan formal dan rasional.
9
Kehidupan beragama menonjol juga peranan pemuka agama.
Kurang menonjol
10 Perubahan sosial jarang dan tidak mudah terjadi
waktu
sangat
Sering dan mudah terjadi.
90
BAB VIII KEBUTUHAN KELOMPOK
A.
Kelompok – Kelompok Sosial
Manusia adalah mahluk sosial, yang hanya dapat hidup normal bila berada diantara manusia - manusia lainnya. Manusia yang hidup terpisah sama sekali dari orang lain akan tumbuh menjadi tidak wajar, baik jiwa maupun raganya. Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua keinginan pokok, yaitu : Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (masyarakat). Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Dua keinginan tersebut di atas, ditambah dengan adanya kesadaran bahwa dengan bekerja sendiri - sendiri mereka tidak akan mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, menyebabkan manusia itu bekerja sama saling membantu yang satu dengan yang lain. Maka terbentuklah himpunan - himpunan atau kesatuan - kesatuan manusia yang hidup bersama, yang disebut kelompok – kelompok sosial (Social Groups). Tidak semua himpunan dapat di samakan kelompok sosial, melainkan hanya yang memenuhi syarat - syarat tertentu, yaitu : Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran, bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
91
Antara anggota yang satu dengan anggota yang lain terdapat hubungan timbal balik. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama yang menyebabkan hubungan sesama anggota menjadi erat. Mempunyai struktur, kaidah dan pola perilaku. Bersistem dan berproses.
1.
Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder Menurut Charles H. Cooley, kelompok sosial dapat dibagi menjadi dua, yaitu Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder. Kelompok primer Adalah kelompok sosial yang umumnya kecil, bersifat agak permanen dan di antara anggotanya terdapat kenal mengenal serta kerja sama erat yang bersifat pribadi, seperti misalnya keluarga, kelompok penggemar sesuatu ( hobby ), kelompok RT.
Kelompok Sekunder Adalah kelompok sosial yang besar, terdiri dari berbagai macam individu yang saling berhubungan dengan tujuan masing - masing (tidak bersifat pribadi) dan tidak begitu permanen. Contohnya organisasi para pedagang, organisasi buruh suatu perusahaan, partai politik.
2.
Paguyuban dan Patembayan Ferdinand Tonnies membedakan kelompok - kelompok sosial atau 2 jenis, yang disebutnya Gemeineschaft (Paguyuban) dan Gesellchaf (Patembayan). Paguyuban Adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan 92
bersifat alamiah serta bersifat kekal seperti misalnya keluarga, kerabat, kelompok rukun tetangga.
Patembayan Pada Patembayan hubungan yang ada antara anggota anggota hanya ikatan dalam bentuk lahiriah, bersifat buatan (bukan alamiah), juga tidak bersifat kekal karena orang menjadi anggotanya disebabkan mempunyai kepentingan yang rasional. Contohnya organisasi para pedagang, organisasi buruh, partai politik. Konsep Tonnies pada dasarnya sama dengan konsep Cooley.
3.
Kelompok Formal dan Kelompok Informal Kelompok Formal (Formal Group) adalah kelompok yang mempunyai peraturan - peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota - anggotanya. Contohnya partai politik, perkumpulan koperasi, oraganisasi buruh. Kelompok Informal (Informal Group) adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok ini biasanya terbentuk karena pertemuan - pertemuan yang berulangkali, yang menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan kepentingan dan pengalaman yang sama, misalnya kelompok arisan, kelompok gemar kesenian dan sebagainya.
4.
Kerumunan (Crowd) dan Publik (Public) Berbeda dengan semua yang telah disebutkan dimuka, kerumunan dan publik tergolong dalam kelompok sosial yang tidak teratur. Kerumunan adalah sejumlah orang yang secara kebetulan berkumpul disuatu tempat, bersifat sementara dan tidak terorganisasi, seperti misalnya penonton pertandingan sepakbola, pengunjung supermarket dan sebagainya.
93
Sifat yang khas dari kerumunan adalah jika mereka sudah beraksi, mempunyai kecenderungan merusak. Ini disebabkan dalam kerumunan interaksi terjadi secara spontan dan tidak terduga. Identitas sosial seseorang biasanya tenggelam apabila orang tersebut ikut serta dalam suatu kerumunan. Bebeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Pada publik interaksi terjadi secara tidak langsung melalui media komunikasi yang bersifat massal, misalnya surat kabar, radio, televisi, desas desus dan sebagainya, yang memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut yang amat luas. Tingkah laku publik didasarkan pada tingkah laku individu - individu yang menjadi anggota anggotanya, karena dalam publik masing - masing individu masih memiliki kesadaran akan kedudukan sosialnya.
5.
In Group dan Out Group In group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasi dirinya. Sikap In group pada umumnya didasarkan pada adanya rasa simpati dan perasaan dekat dengan anggota anggota kelompoknya. Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan In groupnya. Sikap Out group selalu ditandai dengan suatu pandangan yang berwujud antagonisme atau antipati, yang dapat menjadi dasar suatu sikap yang disebut etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang menilai unsur - unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran - ukuran kebudayaan sendiri. Dilain pihak sikap etnosentrisme seringkali juga di dasari oleh stereotip, yakni gambaran ataupun tanggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu obyek tertentu. Contoh stereotip : sebagai orang kulit putih selalu beranggapan bahwa orang kulit hitam (Negro) itu pemalas, bodoh dan seterusnya.
94
6.
Membership Group dan Reference Group Membership group adalah kelompok sosial di mana seseorang secara fisik menjadi anggotanya. Sedangkan reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok itu) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
B.
Ciri – Ciri Kelompok Sosial
Kelompok Sosial merupakan organisme terkecil dari struktur sosial masyarakat. Selaku unit terkecil dari struktur sosial, kelompok sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut : 1. Adanya dorongan / keinginan yang sama pada setiap individu untuk berkelompok. Dorongan yang sama itu yang merupakan terjadinya kelompok, terlepas dari adanya motivasi - motivasi yang mungkin berbeda pada masing - masing individu tersebut.
2.
Ada struktur kelompok yang jelas. Struktur kelompok yang dimaksud adalah sistem pengaturan peranan dan kedudukan dari masing - masing individu yang menjadi anggota kelompok, yang diperlukan dalam rangka bersama - sama mencapai tujuan kelompok. Contoh : ketua yang berperan sebagai pemimpin, anggota - anggota yang berperan sebagai pelaksanaan dan seterusnya.
3.
Ada norma - norma kelompok. Norma adalah peraturan yang telah disetujui oleh anggota kelompok dan perilaku yang diharapkan dari seseorang sebagai anggota suatu kelompok, yang disertai dengan sanksi - sanksi bagi pelanggarnya. Bagian terbesar norma
95
sosial kita temui dalam bentuk lisan yang berupa pepatah, kiasan, cerita rakyat, kesenian tradisional dan sebagainya.
4.
Ada reaksi dan kecakapan yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Perbedaan reaksi dan kecakapan diantara para anggota kelompok merupakan hal yang alamiah dan wajar. Dalam banyak hal justru perbedaan itulah yang menyebabkan kelompok itu hidup dinamis.
C.
Bentuk – Bentuk Kelompok Sosial
Dilihat dari karakteristik masing - masing, bentuk kelompok sosial ada bermacam - macam. Akan tetapi secara garis besar dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu : 1.
Kelompok Formal dan Informal. Kelompok Formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu, diberi wewenang tertentu dan anggota - anggotanya ditetapkan serta diangkat oleh suatu badan atau organisasi tertentu pula. Contoh : unit organisasi dari suatu instansi pemerintah, panitia yang dibentuk oleh kepala kelurahan dan sebagainya. Kelompok Formal ditandai dengan adanya komunikasi formal dan hierarki (susunan fungsi - fungsi yang berdasarkan jabatandan wewenang). Sedangkan Kelompok Informal adalah kelompok yang tumbuh dari proses interaksi dan daya ikat (cohesiveness) serta kebutuhan individu yang menjadi anggotanya. Dalam kelompok jenis ini anggota kelompok tidak diangkat dan diberi wewenang secara formal, melainkan lebih ditentukan oleh Kelompok Informal berlangsung secara bebas, dari mulut ke mulut dan dekat (face to face).
96
5.
Kelompok Terbuka dan Kelompok Tertutup Kelompok Terbuka adalah kelompok yang selalu tanggap terhadap perubahan dan pembaharuan, sehingga secara terus menerus mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi disekelilingnya. Sikap terbuka ini juga terlihat pada kebijaksanaannya sewaktu menerima anggota baru, semua golongan dan aliran diterima dengan baik. Contoh : Organisasi Pemuda KNPI. Sedang kelompok Tertutup adalah sebaliknya, sulit menerima perubahan dan pembaharuan dan selektif dalam menerima anggota. Kelompok ini biasanya mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan kemapanan yang sudah ada, sehingga sangat selektif dalam menerima ide - ide baru. Contoh : beberapa organisasi yang berlatar keagamaan.
D.
Dinamika Kelompok Sosial
Dinamika mempunyai arti kekuatan, gerak atau semangat, di samping itu berarti juga pengetahuan yang mempelajari gerak atau tenaga yang menyebabkan gerak itu sendiri. Sedangkan tentang kelompok (kelompok sosial), banyak definisi yang dibuat oleh para pakar. Salah satunya adalah yang dikemukakan olehW.J Duncan, bahwa kelompok sosial adalah kumpulan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi tersebut bersifat tetap dan memiliki struktur tertentu. Selanjutnya tentang Dinamika Kelompok, F.D Ruch menyatakan bahwa Dinamika kelompok adalah analisis hubungan hubungan Kelompok Sosial yang berdasarkan prinsip, bahwa tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu dalam stuasi sosial . Dinamika kelompok mempelajari kehidupan kelompok dengan merinci sejumlah konsep yang berhubungan dengan terbentuknya, 97
berfungsi serta integrasinya kelompok. Dengan konsep - konsep tersebut kemudian dapat diambil langkah - langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kelompok.
Kelompok Sosial Sebagai Wahana Kehidupan Manusia Sebagai mahluk sosial, manusia mempunyai naluri ingin selalu berkumpul dengan manusia lain. Disamping itu dalam perjalanan kehidupannya manusia memiliki ketergantungan yang besar pada manusia lain. Bahkan dia akan mengalami kelainan baik fisik maupun mental, apabila hidup sama sekali terpisah dari orang lain. Semua hal tersebut merupakan sebab utama terjadinya kelompok - kelompok manusia dalam kehidupan ini, yang disebut Kelompok Sosial. Kelompok - kelompok Sosial tersebut merupakan himpunan - himpunan atau kesatuan - kesatuan manusia yang hidup bersama. Akan tetapi tidak semua himpunan manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial. Sesuai dengan definisi dari Duncan yang telah disebutkan di muka, suatu himpunan manusia baru dapat disebut kelompok sosial apabila terpenuhi unsur - unsurnya yaitu : Ada dua orang atau lebih. Ada interaksi yang teratur diantara mereka. Ada tujuan yang telah disepakati bersama. Ada kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok. Ada struktur tertentu yang mengatur masing - masing anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Kelompok Sosial mempunyai bentuk, jenis dan sifat bermacam macam, banyak diantaranya yang tumpang tindih (over lapping), karena dalam kehidupan bermasyarakat umumnya seorang individu merupakan anggota dari beberapa kelompok sosial sekaligus. Sebagai contoh, seorang warga suatu RT sekaligus juga merupakan
98
anggota dari RW, kelurahan, masyarakat setempat ( community ), masyarakat luas ( society dan juga warga suatu bangsa ( nation ). Kelompok sosial bukan merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil dari pada kelompok sosial lainnya, atau dengan perkataan lain strukturnya tidak mengalami perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok sosial yang mengalami perubahan secara cepat, walaupun tidak mengalami pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya kelompok sosial mengalami perubahan, baik karena sebab - sebab yang berasal dari dalam kelompok itu sendiri maupun karena adanya pengaruh dari luar. Keadaan tidak stabil dalam kelompok dapat terjadi karena adanya konflik antar individu dalam kelompok atau antar bagian dari kelompok tersebut, sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan - kekuatan di dalam kelompok itu sendiri. Misalnya ada individu atau bagian dari kelompok yang ingin berebut kekuasaan, ada perbedaan paham tentang cara - cara mencapai tujuan kelompok dan sebagainya, yang kesemuanya dapat mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok dan terjadinya perubahan struktur kelompok. Di samping sebab - sebab yang berasal dari dalam kelompok sendiri, perubahan kelompok sosial dipengaruhi juga oleh sebab sebab yang berasal dari luar, misalnya berubahnya faktor - faktor sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat. Konflik dalam kelompok dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan karena adanya kepemimpinan yang baik, atau bila kelompok tersebut menghadapi musuh dari luar.
99
E.
Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Individu
Tentang besarnya pengaruh kelompok sosial terhadap individu / anggotanya dapat kita lihat dari hasil percobaan yang dilakukan oleh Solomon E. Asch sebagai berikut : Suatu kelompok yang terdiri dari 7 - 9 orang mahasiswa dibagi menjadi dua bagian, yang merupakan kelompok mayoritas (terdiri dari sebagian besar individu) dan kelompok minoritas (terdiri dari 1 - 2 individu). Tanpa sepengetahuan kelompok minoritas, kepada kelompok mayoritas diberitahukan tentang maksud dari percobaan ini, dan juga dipesan agar nanti apabila ditanya supaya memberikan jawaban yang keliru. Kepada kedua kelompok diperlihatkan 3 buah garis A, B dan C dengan ukuran sebagai berikut : garis A berukuran standart, garis B lebih panjang dari garis A dan garis C berukuran sama dengan garis A Kemudian pada mereka diajukan pertanyaan : garis manakah, B atau C, yang sama panjangnya dengan garis standart (A) dan kepada kelompok mayoritas diberikan kesempatan menjawab lebih dahulu baru kemudian kelompok minoritas. Setelah percobaan ini diulang - ulang dengan berbagai gambar tetapi dengan prosedur yang sama, maka didapati hasil sebagai berikut : Mula - mula perbedaan pendapat antara mayoritas dan minoritas itu tidak menimbulkan pengaruh apa - apa pada kelompok minoritas. Lambat laun nampak adanya keragu - raguan pada kelompok minoritas terhadap persepsinya sendiri. Akhirnya ada kecenderungan pada kelompok minoritas untuk menyesuaikan jawabannya dengan kelompok mayoritas, sehingga dengan demikian kesalahan jawaban dari kelompok minoritas itu makin lama makin besar.
100
Dari percobaan ini dapat diambil kesimpulan, bahwa kelompok itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap individu individu yang menjadi anggotanya.
F.
Interaksi Sosial
Apabila pada suatu saat ada dua orang yang saling memandang, kemudian tersenyum dan bersalaman, dikatakan bahwa dua orang tersebut telah mengadakan kontak sosial. Kontak sosial terjadi apabila action dari individu yang satu mendapat response. Inilah yang menyebabkan sekumpulan orang itu tidak sama dengan meja kursi atau setumpuk batu. Pada sekumpulan meja kursi atau setumpuk batu tersebut yang terdapat adalah kontak fisik, bukan suatu kontak sosial. Selanjutnya apabila kedua orang yang disebutkan di atas saling berbicara, saling tertawa atau bahkan saling memukul, yang menandakan bahwa individu yang satu memahami individu yang lain, dikatakan bahwa kedua orang tersebut telah mengadakan interaksi sosial. Jadi interaksi sosial itu terjadi apabila ada poses kontak sosial yang berlanjut dengan proses komunikasi. Dalam semua bentuk kehidupan bersama (masyarakat) selalu terjadi yang disebut proses sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh - mempengaruhi antara segi ekonomi dan sosial, sosial dan politik dan sebagainya. Bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan - hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok - kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, berbicara atau bahkan
101
bertengkar. Aktivitas - aktivitas semacam itu merupakan bentuk bentuk interaksi sosial. Meskipun orang - orang yang bertemu muka tersebut tidak saling bicara atau tidak saling menukar tanda - tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing - masing akan sadar adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, bau parfumnya, suara jalannya dan sebagainya Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Interaksi dengan demikian hanya berlangsung antara pihak pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Apabila seseorang memukul sebuah kursi misalnya, tidak terjadi suatu interaksi sosial, oleh karena interaksi tersebut tidak akan beraksi dan mempengaruhi orang yang telah memukulnya. Sehingga untuk terjadinya suatu interaksi diperlukan adanya dua syarat, yaitu ada kontak sosial dan ada komunikasi Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara fisik belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang - perorangan ataupun kelompok - kelompok manusia bekerja sama, mengadakan persaingan, pertikaian, dst. Salah satu bentuk dari interaksi sosial adalah proses sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma - norma dan nilai - nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. Contohnya seorang anak kecil yang mempelajari, kemudian menjalankan kebiasaan kebiasaan yang terjadi dalam keluarga. Juga seorang transmigran yang mempelajari kemudian menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk setempat atau sebaliknya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan
102
bersama. Interaksi sosial tersebut dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
Interaksi antara individu dengan individu Contohnya dua orang yang sedang berbicara, berunding atau berdiskusi.
Interaksi antara individu dengan kelompok Contohnya seorang anggota yang menyampaikan usul kepada perkumpulannya.
Interaksi antara kelompok dengan kelompok Contohnya perundingan antara suatu instansi dengan instansi lain, perang antara dua negara dan sebagainya.
Dasar – Dasar Interaksi Sosial Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasari oleh beberapa faktor, yaitu Imitasi, Sugesti, Indentifikasi dan Simpati. 1.
Imitasi Imitasi adalah proses dimana suatu individu menirukan / mencontoh prilaku individu lain. Proses peniruan ini dapat terjadi tanpa sengaja ataupun disengaja, misalnya karena mempunyai suatu maksud dan tujuan tertentu. Contohnya anak kecil yang meniru prilaku orang tua atau saudara - saudaranya. Keuntungan dari proses imitasi adalah : Dengan meniru dapat diperoleh kecakapan dengan cepat. Dapat mendorong individu atau kelompok untuk mengerjakan sesuatu dan tidak tinggal diam berpangku tangan.
103
Kerugian adalah : Dapat menghambat cara berfikir kritis, menghilangkan kreatifitas. Jika yang diimitasi itu hal yang salah, akan terjadi kesalahan yang berlarut - larut ataupun kesalahan massal.
Sugesti Sugesti adalah suatu proses dimana suatu individu atau kelompok mengimbaskan pandangan atau sikapnya, yang kemudian diterima begitu saja tanpa dipikirkan, oleh individu yang lain. Contohnya seseorang yang ada di tengah massa yang sedang panik. Dalam proses sugesti berlaku hukum - hukum sebagai berikut : Bertambahnya sugesti sebanding dengan bertambahnya perpecahan kesadaran seseorang individu. Contohnya semakin panik / bingung seseorang, semakin mudah dia terkena terkena sugesti / terbawa oleh massa. Pada individu dalam keadaan normal (sehat, berpikiran jernih), bertambahnya sugesti berjalan secara tidak langsung. Pada individu dalam keadaan tidak normal (sakit, lelah, bingung ) bertambahnya sugesti berjalan secara langsung. Proses sugesti mudah terjadi apabila yang mengimbaskan pandangan atau sikap itu mempunyai otoritas, lebih tua, mempunyai jabatan tinggi atau keahlian lebih, ataupun mayoritas, merupakan bagian terbesar dari kelompok itu.
104
Pada kerumunan (crowd) tidak jarang timbul sugesti yang cenderung brutal dan berkeinginan merusak, akibat hilangnyaidentitas diri maisng - masing yang terlibat di dalamnya.
Identifikasi Indentifikasi adalah proses dimana seseorang individu berkeinginan untuk menjadi sama dengan individu lain. Hal ini terjadi karena seringkali seseorang memerlukan tipe - tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Contohnya anak laki - laki yang berindifikasi kepada bapaknya, atau anak yang berindifikasi kepada ibunya. Proses indentifikasi tersebut dapat berlangsung tanpa disadari ataupun disengaja. Biasanya proses Indentifikasi terjadi apabila seseorang yang berindentifikasi itu benar benar mengenal individu yang menjadi idolanya, sehingga pandangan, sikap dan perilaku dari idolanya tersebut dapat menjiwainya.
Simpati Simpati adalah suatu proses dimana seseorang individu tertarik kepada individu lain dalam situasi sosial. Dalam proses simpati perasaan memegang peranan penting, karena proses simpati hanya dapat berkembang apabila terdapat suasana saling mengerti. Pada proses simpati dorongan utamanya berupa keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan pihak lain, sedangkan pada proses identifikasi dorongan itu berupa keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap mempunyai kelebihan tertentu, sehingga patut dijadikan contoh.
105
Simpati dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : Simpati yang menimbulkan respons yang cepat, hampir seperti refleks.b Contohnya rasa nyeri saat melihat orang yang memanjat sampai tinggi sekali. Simpati yang bersifat intelektual. Contohnya keinginan mengucapkan selamat kepada seseorang yang mengalami keberhasilan. Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial Bentuk - bentuk interaksi sosial ada empat, yaitu kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict), dan akomodasi (accomodation) 2.
Kerjasama (Co-operation) Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana dua orang atau lebih melaksanakan usaha terkoodinir, untuk mencapai tujuan bersama. Umumnya kerjasama terjadi apabila suatu tujuan tidak dapat dicapai melalui usaha orang seorang (individual). Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, dan dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Contohnya kegiatan gotong royong dan sebagainya.
Persaingan (Competition) Persaingan adalah bentuk interaksi sosial dimana keberhasilan individu yang satu dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan keberhasilan individu yang lain. Dalam hal ini masing - masing individu atau kelompok yang bersaing disebut rival. Beberapa contoh dari persaingan misalnya persaingan dalam bidang ekonomi (persaingan dagang), dalam bidang sosial (rebutan kedudukan / jabatan), dalam 106
bidang kebudayaan (saringan masuk perguruan tinggi) dan sebagainya.
Pertentangan (Conflict) Pertentangan adalah interaksi sosial dimana keberhasilan individu atau kelompok yang satu diperoleh dengan menghancurkan individu yang berselisih, antar kelas sosial, antar suku bangsa sampai antar negara (perang).
Persesuaian (Accomodation) Persesuaian adalah bentuk interaksi sosial simana kedua belah pihak mengadakan kompromi untuk menghentikan pertentangan, walaupun seringkali hanya bersifat sementara. Langkah persesuaian diambil dengan tujuan untuk mencegah meledaknya pertentangan, dan memungkinkan timbulnya kerjasama. Untuk tercapainya persesuaian tidak jarang diperlukan jasa dari pihak ketiga. Persesuaian yang demikian disebut arbitrasi. Contohnya penyelesaian pertengkaran antara dua warga suatu RT dengan ketua RT sebagai arbiter ( pihak ke tiga ).
107