Pengaruh Variabel-variabel Mikro Variabel-variabel Makro terhadap Financial Distress pada Perusallaan Industri FoodAnd Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta I/
.
Djumahir
Abstract: The purpose offinancial management is to give profit and prosperity to stockholders. Therefore, the firm managers in running their business try to yield in maximum profit. To reach such goal, the company is frequently faced with any obstacles probably emerged from the business activities, in relation with internal affair like financial condition, management capacity or the external one, such as the macro economy condition liks inflation, rate of interest, currency value, gross national income and the others, that make the company in position offinancial distress. This study used micro variables (consisting of Equity, Handed profit, operational profit, working capital), and such macro variables as (Interest, Inflation, and Currencies) as independent variable andfinancial distress as the dependent ones. The population was all Food and Beverages industries that already go public at Jakarta Stock Exchange according to Indonesian Capital Market Directory (ICMD) in 2005 in amount of 20 coinpanies. Samples determined in purposively so that the samples were I9 industries. The analysis tool applied was Logit Regression (logistic regression) in order to know the predictive strength on the variables: equib handed profit, operation profit, working capital, rate of interest, currencies value and inflation toward the probability offinancial distress emergence of certain industry. The result indicated that these variables, except for working capital, didn P give effect on the emergence offinancial distress. On the basis ofthe result, industry should give attention to working capital in order for getting more and more profits, so that it can get rid offinancial distress. Ileywords: equity, handed profit, working capital, interest, currencies and inflation, financial distress
Tujuan manajemen keuangan yaitu memberikan usaha yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan kemakmuran kepada peinegang saham. Oleh karena . keuangan (Bringham and Ehrhard, 2005:814). Finanitu, manajer perusahaan di dalam menjalankan perusa- cial distress adalah keadaan dimana arus kas operasi haan berusaha untuk menghasilkan maksimum suatu perusahaan tidak mampu untuk memenuhi keuntungan (laba). Untuk mencapai tujuan tersebut kewajiban-kewajiban jangka pendek, misalnya kewatidak jarang perusahaan dihadapkan pada kendala- jiban dagang dan biaya bunga (Ayabei, 2002). kendala yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut, Financial distress mendorong perusahaan untuk baik yang menyangkut internal perusahaan yaitu membatalkan semua kontraknya atau melakukan kondisi keuangan perusahaan, kemampuan manaje- rekonstruksi keuangannnya baik kepada kreditor maumen maupun kondisi ekternal perusahaan yaitu keada- pun para pemegang sahamnya. Keadaan Financial an makro ekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga, distress dapat dihindari oleh perusahaan apabila nilai tukar mata uang asing, pendapatan bruto nasional perusahaan memiliki arus kan yang memadai. dan sebagainya yang menyebabkan perusahaan berFinancial distress merupakan tahap penurunan ada pada keadaan kesulitan keuangan financial dis- kondisi keuangan perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya likuidasi atau kebangkrutan (Pl3tt dan Platt, tress). Fi~lancialdistress adaiah suatu keadaan di mana 2002). Kondisi tersebut biasanya ditandai dengan perusahaan tidak mampu menanggulangi kegagalan penundaan pengiriman, penurunan kualitas produk, Djumahir, Fakultaf Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, Jl. MT Hatyono Malang
j
1 i
1
1
I
penundaan pembayaran tagihan pada kreditor. Kondisi tersebut apabila diketahui lebih dini maka perusahaan tidak akan sampai pada keadaan likuidasi atau kebangkrutan. Kecepatan dampak risis moneter akan menimbulkan masalah dalam ekonomi. Permasalah tersebut memunculkan beberapa pertanyaan: yaitu (1) mengapa krisis tersebut mempunyai dampak terhadap kondisi ekonomi khususnya pada perusahaan, (2) apa yang menyebabkan terjadinya kegiatan spekulasi dalam kegiatan ekonomi. Ini merupakan pemikiran tersendiri oleh pada ahli ekonomi. Beberapa penyebab krisis telah diusulkan berkisar antara financil distress (Rachel dan Sachs (1998)). Krisis tentunya akan memberikan peluang bagi yang berminat daliun penelitian dibidang lainnya. Krisis pada akhir tahun 1997 yang terjadi di Asia termasuk Indonesia mempunyai dampak terhadap semua sector, terutama pada sektor industri (manufaktur). Kondisi makro ekonomi seperti suku bunga, tingkat inflasi serta fluktuasi nilai tukar mata uang asing sangat berpengaruh terhadap operasi perusahaan. Kh~lsusuntuk perusahaan Food and Beverages merupakar, perusa'haan industri yang bersifat non sycle, artinya perusahaan dalam sektor ini lebih stabil dibandingkan dengan industri yang lain. Walaupun terjadi krisis ekonomi kelancaran produksi industri Food and Berages masih terjamin, karena hasil produk perusshaan tersebut merupakan kebutuhan pokok (makanan dan minuman). Oleh karena itu, banyak' perusahaan yang ingin memasuki sektor ini, sehingga persaingan semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi sehingga kondisi keuangan perusahaan lebih baik dan agar tidak mengarah pada kondisi financial distress. Berdasarkan latar belakang di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah Variabel-variabel mikro yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan Variabelvariabel makro yang terdiri dari suku bunga, nilai tukar dan inflasi secara simultan dapat memprediksifinancia1 distress perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta; dan (2) Apakah Variabel-variabel mikro yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan variabel-variabel makro yang terdiri dari suku bunga, nilai tukar dan inflasi secara parsial dapat memprediksi financial distress perusahaan industri focd a n d beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk menguji Variabel-varirbel keuangan yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan Variabel-variabel makro yang terdiri dari suku bunga, nilai tukar dan inflasi secara simultan dalam memprediksifinancial distress perusahaan industrifood and beverages yang tefdaftar di Bursa Efek Jakarta; dan (2) Untuk menguji Variabel-variabel keuangan yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan Variabel-variabel makro yang terdiri dari suku bunga, nilai tukar dan inflasi secara pcrsial dalam memprediksi financial distress perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Modei prediksi kebangkrutan yang dipelopori oleah Beaver's (1996) dengan univariate test dan Altman (1983) dengan multivariate discriminant analysis. Dua artikel tersebut menyatakan bahwa variabel keuangan dapat digunakan u k memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sejak itulah m ka prediksi terhadap kebangkrutan perusahan menjadi topik dan banyak diminati dan dikembangkan oleh para peneliti yang meliputi tiga ha1 yaitu: eknik statistik, definisi kebangkutan dan pengembangan dari variabel-variabel yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Seperti misalnya, Ohlson (1980) dengan menggunakan analisis logit dan probit untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Pada sisi lain pengembangan defisini dari kebangkrutan. Sebagai contoh dalam sebuah modal perusahaan digolongkan dalam dua kategori yaitu perusahaan yang masih eksis (survive) dan perusahaan mengalami kebangkrutan. Gilbert, Krishnagopal dan Schwartz (1990) menemukan perbedaan variabel keuangan yang membedakan perusahaan dalam dua kategori yaitu bankcupt dan non banckrupt dan probabilitas klasifikasi dapat digunakan dengan teknik multinominal logit. Misalnya Harmon, dan Gramlich (1994) membagi perusahaan kedalam tiga kategori yaitu dalam kondisi: turnarounds, businessfailures, dan survivors.
"B
PREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK Peneliti lain melakukan penelitian untuk memprediksi bank yang mengalami krisis. Demirguc-Kuntdan Detragiache (1 997), Eichengrees dan Rose (1 998), melakukan penelitian pada saat krisis di Eropa (Finlandia, Swedia), Arnerika Latin (Meksiko, Argentina) dan Asia (Thailan dan Indonesia). Kaminsky dan Reinhart
(1996), dengan sampel analisis 20 perusahaan, hasil laporan pentingadalah a d a n ~faktor a ekonomi dalam sebagai penyebab krisis tersebut. Yang didapat adalah harga pasar, perubahan nilai tukar sebagai penentu dalam kebangkrutan bank.
Kel-angkaPikir Penclitian Berdasarkan kajian teori dan penelilian terdahulu dapat dibangun kerangka pikir penelitian sebagai berikut (Gambar
Kegiatan Operasional Perusahaan lndustri Food and Beverage
Masalah Keuangan
Faktor Internal (Variabel Mikro) 1 .Ekuitas(X1) 2.LabaDitahan(X2) 3.Laba Operasi(X3) 4.Modal Kerja(X4)
-
Probabilitas Mengalami Kesulitan Keuangan dan probabilitas Tidak Mengalami Kesulitan Keuangan (Y)
Faktor Eksternal (Variabel Makro) 1 .Suku Bunga(X5) 2.Nilai Tukar(X6) 3.1nflasi(X7).. .
I
v
.c
Logistik Regresi : Y(l -p)= a +blX1 + b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ e
+
+
Financial Disress
Non Financial Distress
I
I
I Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Kesimpulan
Berdasarkan peruinusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka serta penelitian terdahulu maka dapat dikembangkan model hipotesis penelitian sebagai berikut (Gambar 2).
Perusahaan industri Food and Beverage terdaftar pada Bursa Efek Jakrta sejak tahun 2002. Mempunyai laporan tahunan lengkap dari tahun 2003-2005.
I
1
I
Faktor Internal (Variabel Mikro) 1 .Ekuitas(X,) 2.LabaDitahan(X2) 3.Laba Operasi(X3) 4.Modal Kerja(X4)
I
I
H1
,I
I I
1 I
'I
I
I I
II
H2
I
1
Financial Distress (Y)
1
Faktor Eksternal (Variabel Makro)
1 .Suku Birnga(X5) 2.Nilai Tukar(X6) 3.1nflasi(X7)
I
II
II I I I I
I
I
I
! Gambar 2 Model Hipotesis
Dari model hipotesis tersebut di atas dapst dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis Pertama Variabel mikro yang terdiri dari Ekuitas, Laba Ditahan, Laba Operasi, Modal kerja, dan variabel makro yang terdki dari Suku Runga, Inflasi, Nilai Tukar secara simultan dapat memprediksi Financial Distress pada perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Hipotesis Kedua Variabel mikro yang terdiri dari Ekuitas, Laba Ditahan, Laba Operasi, Modal kerja, dan variabel makro yang terdiri dari Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar secara parsial dapat memprediksi Financial Distress pada perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan industri Food and Beverage yang go public di Bursa Efek Jakarta sesuai dengan Indones i a ~Capital Market Directory (ICMD) tahun 2005 sebanyak 20 perusahaan. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling, yaitu sampel diambil sesuai dengan syarat yang diajukan dalam penelitian yaitu:
Berdasarkan syarat tersebut diatas, perusahaan yang menjadi sampel sebanyak 19 perusahaan. . . . Data d a l ~ mpene!itian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan tahun yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun tahun 20032005 sesuai dengan Indonesian Capital Market Directory. Dan dari laporan Bank Indonesia untuk faktor eksternal seperti suku bunga, nilai tukar dan inflasi.
Alat Analisis Penelitian ini menggunakan alat analisis Logit Regression (regresi logistik) untuk mengetahui kekuatan prediksi dari variabel-variabel: ekuitas, laba ditahan, laba opernsi, modal kerja, suku bunga, nilai tukar dan inflasi terhadap probabilitas (kemungikinan) terjadinyajtiancial distress suatu perusahaan. Model logit regression (Gujarati, 2003): YI= a +pXi +pi Dimana: Y, = Financial Distress XI= Variabel babas p = Kesalahan. Model regresi logistik dalam penelitian ini adalah: Y(1-p)= a +b,X, + b2X2+ b3X3+ b,X, + b,X, + b,X, + b,X, + e
Selanjutnya, analisis data dilakukan dengan model regresi logistik, dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menilai Model Fit Analisis data untuk menilai model fit adalah: H,: Model yang dihipotesiskan fit dengan data. H, : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data. Hosmer and Lemeshow 's Goodness of Fit Test menguji hipotesis no1 bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Dengan ketentuan: - Jika nilai Hosmer and Lemeshow 's Goodness of Fit Test statistik <0,05 maka H, ditoiak. Berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness ofFit model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. - Jika nilai Hosmer and Lemeshow 's Goodness of Fit Test statistik >0,05 maka H, diterima. Berarti tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit model dapat memprediksi nilai observasinya. . .. Analisis Nilai Nagel Karke's R Square. Nagel R square adalah modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Nilai Nagel Kaker R square diinterpretasikan seperti R pada regresi berganda, yang berarti semakin besar Nagel kaker R square semakin besar variabilitas variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel bebas. Pengujian Hipotesis. ~enguj;anhipotesis dilakukan baik secarasimultan maupun secara parsial. Pada regresi logistik, pengusaha secara simultan adalah dengan melihat nilai Chi square model dibandingkan dengan Chisquare tabel dan juga melihat tingkat signifi kansi atap-value-nya. Sedangkan untuk melakukan pengujian secara parsial yaitu melihat nilai waldstatistic dan tingkat signifikansinya. Estimasi Parameter cian ~nter~reiasi. Estimasi dilakukan dengan menggunakan MLE (Maximum Likelihood Estimation), MLE memaksimumkan nilai log Likelihood. Log Likelihood mencerminkan bagaimana sebenarnya probabilitas (odds) nilai variabel terikat yang
diobservasi dapat diprediksi dari nilai variabel bebas yang diobservasi. Interpretasinya ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas dan nilai koefisien regresi serta nilai exp(B)nya yang disebut juga nilai Oddsa Ratio. Interpretasi dilihat dari probabilitasterjadinya kondisi variabel terikat. Probabilitas dihitung dengan rumus: P= ((Odds Ratio/(l-Odds Ratio) Garson, 2005) Di mana: P = Probabilitas terjadinya kondisi variabel terikat. Odds Ratio =Antilog koefisien regresi logistik Probabilitas terjadinya kondisi variabel terikatjuga digunakan untuk menentukan kekuatan model regresi logistik untuk mernprediksi sampel berada pada kelompok yang mana. Pilihannya adalah dengan range probabilitas no1 sampai dengan satu, maka posisi sampel bisa berada pada Y=P, atau Y =I -PI. (Gujarati, 2002).
HASIL Analisis Deskriptif Analisis deskriptifdalarn penelitian ini membahas tentang variabel-variabel mikro (ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja) dan sensitivitas variabelvariabel makro (suku bunga, nilai tukar dan inflasi) .
Variabel-variabel Mikro Variabel-variabel mikro per~sahaanpada penelitian ini terdiri dari variabel ekuitas, laba ditahan, laba operasi dan modal kerja. Rata-rata nilai variabel tersebut selama periode 2003-2005 dapat dilihat padaTabel 1.
Tabel 1 Rata-rata Nilai Variabel-variabel Mikro Tahun 2003 Ekui tas 0.240 Laba Ditahan -0.424 Laba Operasi 0.068 Modal Kerja 0.150 (Sumber: Data diolah) Variabel
2004 0.55 1 0.087 -0.220 0.050
2005 0.440 0.056 0.028 0.151
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perkembangan masing-masing variabel, yaitu ekuitas mengalami kecenderungan perkembangan sebagai akibat dari adanya tambahan emisi saham. Labaditahan mengalami kecenderungan penurunan yang terdapat sebagian perusahaan yang mempunyai laba usaha negatif (rugi). Laba Operasi mengalami penurunan, penurunan
tersebut karena adanya terdapat peningkatan biaya. Dan modal kerja pada tahun 2004 mengamali penurunan, karena kenaikan utang lancar lebih tinggi dibandingkan kenaikan aktiva lacar. Variabel-variabel makro perusahaan pada penel itian ini terdiri dari variabel sensitivitas suku bunga, inflasi dan nilai tukar. Rata-rata nilai variabel tersebut selama periode 2003-2005 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata Nilai Variabel-variabel Makro Tahun Variabel Suku bunga
2003 -.006 -.015 0.042
lnflasi Nilai tukar (Sumber: Data diolah)
2004 .0053 0.000 -.006 1
dihipotesiskan fit dengan data. Hal ini dilakukan untuk menentukan nilai hosmer and lemeshow S. goodness of fit. Hasil analsisis model $t menunjukkan nilai hosmer and lemeshow 's goodness of fit sebesar 2,354. Dengan tingkat signifikansi 0,968. Nilai signifikansi tersebut di atas 0,05 sehingga hipotesis no1 yang menyatakan bahwa m o d e l j t dengan data diterima. Oleh karena itu, maka model ini mampu memprediksi nilai observasinya dan dapat dilakukan untuk analisis selanjutnya.
2005 -0.0 16 0.000 -0.065
Analisis Variabilitas Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat Hasil analisis variabel bebas yang dapat menjelaskan variabilitas variabel terikat ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R square (RZ) sebesar 0,444. Artinya, variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 44,4% sedangkan sisanya 55,6% dijelaskan oleh variabel di luir model.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat perkembangan masing-masing variabel, yaitu suku bungs mengalami kecenderungan pel-kernbangan. ha1 tersebut berdampak pads naiknya beban bungs perusahaan yang pada akhirnya akan menurunkan laba, namun pada tahun 2005 suku bunga mengalami penurunan yang memberikan angin segar pada perusahaan untuk memperoleh laba. Inflasi, mengalami perkembangan relatif stabil karena adanya peran pemerintah untuk menekan inflasi untuk mempertahankan daya beli masyarakat agar produk yang dihasilkan oieh perusahaan dapat terjangkau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan nilai tukar mengalami penurunan, penurunan tersebut karena adanya stabilitas dari suku bunga dan inflasi.
Pengujian hipetesis pertama dan kedua dengan menggunakan alat analisis regrssi logistic. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil regresi logistik, persamaan model logistik dapat dirumuskan sebagai berikut: Financial Distress = -1.306+1.501 X, -0.494X2 4.348X3 -3.858X4+2.231X5 +24.322X6-0.879X,
Analisis Penilaian Model Fit
PEMBAHASAN
Pengujian analisis model fit dilakukan untuk menguji hipotesis no1 yang rnenyatakan bahwa model
Dari hasil analisis logistik dapat dinyatakan bahwa hipotesis pirtama yang berbunyi bahwa variabel-
Analisis Pengujian Hipotesis
Tabe! 3 Hasil Analisis Regresi Logistik Variabel Konstanta Ekuitas(X1 ) Laba Ditahan(X2) Laba Operssi(X3) Modal Kerja (X4) Suku bunga (X5) Inflasi (X6) Nilai tukar (X7)
Koefiien Regresi -1.306 1 S O1 -0.494 -4.348 -3.858 2.23 1 24.322 -0.879
(Sumber: Data diolah.) Keterangan: *) Signijikan pada level 10%
Standard Error 0.922 1.824 0.499 6.130 2.175 3.439 20.44 1 2.579
wald
2.009 0.678 0.981 0.503 3.147 0.421 1.416 0.1 16
Sig
0.156 0.410 0.322 0.478 0.076 0.517 0.234 0.733
ExP(B)
0.271 4.4.87 0.61 0 0.0 13 '0.021 9.306 36564566929 0.415
Keterangan Non Signifikan Non Signifikan Non Signifikan Signifikan *) Non Signifikan Non Signifikan Non Signifikan
490
JURhlAL APLIKASI MANAJEAJEN,VOLUME 5, NOMOR 3, DESEMBER 2007 4
variabel mikro yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan variabel-variabel ~nakro yang terdiri dari suku bunga, inflasi dzn nilai tukar secara simultan dapat memprediksifinancial distress perusahaan industrifood and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, diterima artinya variabelvariabel mikro yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerjadan variabel-variabel makro yang terdiri dari suku bunga, inflasi dan nilai tukar secara simultan dapat memprediksifinancial distress perusahaan industri food a n d beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hipotesis kedua menyatakan bahwa variabelvariabel mikro yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan variabel-variabel mzkro yang terdiri dari suku bunga, inflasi dan nilai rukar secara parsial dapat memprediksifinancial distress perusahaan industrifood and beverages yang tel-daftar di Bursa Efek Jakarta. Jika digunakan tingkat signifikansi 10% atau 0,lO. Untuk masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: Variabel Ekuitas (XI). Variabel ekuitas dengan koefisien regresi sebesar 1,s10 dan signifikansi pada tingkat 0,410 artinya variabel ekuitas secara nyata tidak dapat memprediksi finarzcial distress perusahaan industri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, artinya menolak hipotesis kedua. Variabel Laba Ditahan (X2) Variabel laba ditahan dengan koefisien regresi sebesar -0,494 dan signifikansi pada tingkat 0,322 artinya variabel laba ditahan secara nyata tidak dapat rnemprediksifinancial distress perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, artinya menolak hipotesis kedua. Variabel Laba Operasi (X3) Variabel laba operasi dengan koefisien regresi sebesar -4,348 dan signifikansi pada tingkat 0,478 artinya variabel laba operasi secara nyata tidak dapat memprediksi financial distress perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, artinya menolak hipotesis kedua. Variabel Modal kerja (X4). Variabel modal kerja dengan koefisien regresi sebesar -3,858 dan signifikansi pada tingkat 0,076 artinya variabel modal kerja secara nyata dapat memprediksi financial distress perusahaan
industri food and beverages yang terdafiar di Bursa Efek Jakarta, artinya menerima hipotesis kedua. Variabel Suku Bunga (X5) Variabel suku bunga dengan koefisien regresi sebesar 2,231 dan signifikansi pada tingkat 0,s17 artinya variabel suku bunga secara nyata tidak dapat memprediksi financial distress perusahaan industri foodand beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, artinya menolak hipotesis kedua. Variabel Inflasi (X6) Variabel inflasi dengan koefisien regresi sebesar 24,322 dan signifikansi pada tingkat 0,234 artinya variabel inflasi secara nyata tidak dapat memprediksi financial distress perusahaan industri food a n d beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, artinya menolak hipotesis kedua. Variabel Nilai Tukar (X7) Variabel nilai tukar dengan koefisien regresi sebesar -0,879 dan signifikansi pada tingkat 0,733 artinya variabel nilai tukar secara nyata tidakdapat memprediksifinancial distress perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, artinya menolak hipotesis kedua Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, maka pembahasan hasil penelitian adeiah sebagai berikut: Variabel ekuitas secara nyata tidak dapat memprediksifinancial distress, tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat (1999). Hasil penelitian menunjukkan nilai buku akuitas tidak mengalami kenaikan yang cukup berarti (tidak ada emisis saham baru), sedangkan kenaikan aktiva relatif kecil sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap financial distress perusahaan. Variabel laba ditahan secara nyata tidak dapat n~emprediksifinancialdistress, tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat (1999). Rata-rata laba ditahan dibandingkan dengan total aset sebesar -9% dan perubahan laba ditahan relative kecil sehingga tidak mempunyai pengaruli'terhadap financial distress perusahaan. Variabel laba operasi secara nyata tidak dapat memprediksi kesulitanfinancial distress, tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat (1999). Rata-rata laba operasi dibandingkan dengan net sales sebesar -4% dan perubahan laba operasi
1' I
I 1
i
!
Djumahir, Perzgaruh Varinbel-variabel Mikro Variabel-variabel Makro terhadap Financial Distress
relatif kecil sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap financial distress perusahaan. Variabel modal kerja secara nyata dapat memprediksi financial distress, sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat ( I 999). Modal kerja bersih merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Modal kerja merupakan modal yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan laba. Walaupun modal kerja pada tahun 2004 mengalami penurunan sedangkan penjualan tetap mengalami peningkatan ha1 ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengelola modal kerja cukup efisien oleh karena itu, maka modal kerja secara nyata mempunyai pengaruh terhadap financial distress perusahaan. Variabel suku bunga yang dipraxi dari sensitivitas suku bunga terhadap pendapatan saham perusahaail secara nyata tidak dapat memprediksifinancial distress, tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat (1999). Suku bunga merupakan variabel yang secara tidak langsung berpengaruh terhadapfinancial distress dan suku bunga akan berpengaruh terhadap utang sebagai akibat dari pinjaman dengan beban bunga tetap yang akhirnya akan mengu. rangi keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan ratarata sensitivitas suku bunga sebesar 0,O 1 dan perubahan suku bunga relatif kecil setiingga tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan. Variabel inflasi yang diproxi dari sensitivitas inflasi terhadap pendapatan saham perusahaan secara nyata tidak dapat memprediksi kesulitanfinancial distress, tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat (1999). Inflasi akan berpengaruh terhadap harga barang dan akan bepengaruh terhadap kemampuan konsumen untuk men~belibarang dan selanjutnya akan menurunkan omset penjualan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sensitivitas suku bunga sebesar -0,005 ha1 ini menunjukkan tidak terdapat perubahan inflasi yang cukup berarti sehingga tidak berpengaruh terhadapfinancial distress perusahdan. Variabel nilai tukar yang diproxi dari sensitivitas nilai tukar terhadap pendapatan saham perusahaan secara nyata tidak dapat memprediksi kesulitanfinancia1 distress, tidak sesuai dengan hasil penelitian Tirapat & Nittayagasetwat (1999). Nilai tukar akan berpengaruh hanya pada perusahaan yang menggunakan utang dalam mata uang asing dan perusahaan
491
yang menggunakan bahan baku impor. Hasil penelitian tidak terlalu banyak perusahaan yang menggunakan pinjaman dalam bentuk mata uang asing dan menggunakan bahan baku impor. Rata-rata sensitivitas nilai sebesar -0,028 karena pada periode penelitian tidak terjadi perubahan nilai yang cukup berarti sehingga tidak berpengaruh terhadapfinancial distress perusahaan. Dari uraian tersebut di atas maka perusahaan seharusnya memperhatikan modal kerja sebagai modal untuk membiayai operasi perusahaan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan penjualan perusahaan. Perbandingan Penjualan dengan modal kerja merupakan ukuran aktivitas perusahaan dalam mengelola modal kerja (tingkat perputaran modal kerja), makin tinggi tingkat perputaran modal kerja makin baik bagi perusahaan artinya perusahaan dalam mengelola modal kerja lebih efisien. Sesuai dengan fungsinya bahwa modal kerja merupakan modal yang digunakan membiayai usaha untuk mendapatkan keuntungan(1aba). Oleh karena itu, hendaknya perusahaan memperhatikan modal kerja agar dapat diperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga perusahaan tersebut akan terhindar darifinancial distress.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Variabel mikro yang terdiri dari ekuitas, laba ditahan, laba operasi, modal kerja dan variabel-variabel makro yang terdiri dari suku bunga, inflasi dan nilai tukar secara simultan dapat memprediksi financial distress perusahaan. Secara pasial variabel ekuitas, laba ditahan, laba operasi, suku bunga, inflasi dan nilai tukar masingmasing tidak berpengaruh terhadapfinancial distress perusahaan dan hanya variabel modal yang mempunyai pengaruh terhadap financial distress perusahaan.
Saran Perusahaan hendaknya meinperhatikan terhadap pengelolaan modal kerja, untuWagar bagi peneliti selanjutnya hendaknya menambah variabel lain dan melakukan penelitian dalarn kurung waktu yang lebih panjang dalam memprediksi financial distress perusahaan.
492
JURNAL APLIKASI MANAJEMEN, VOLUME 5, NOMOR 3, DESEMBER 200/
DAFTAR RUJUKAN Altman, E.I. 1983. Multidimensional Graphics and Bankruptcy Prediction: A Comment. Journal ofAccounting Research 21 (Spring):297-299. Ayabei, J. 2002. Financial Distress: Theory, Measurement & Consequence, The Eastern Africa Journal of Humanities andsciences. Vol, l No. 1. Beaver, W.H. 1996. Financial Ratios as Predictors of Failure. Empirical Research in Accounting: Selected Studies. Journal ofAccounting Research 4 (Supplement). Bringham, F.E., and Ehrhard, C.M. 2005. FinancialManagement . Theory and Practice. International Student Edition. 11" edition. Printed in the United States of America. Demirkuc-Kunt, A., and Detragiache, E. 1997. The determinant of banking crises: Evidence fi-omdeveloping dan developed countries. International Monetary Fund Working Paper. Eichengreen, B., Rose, A.K. 1998. StayingAfloatwhen the wind shifts: external factors and emerging-market banking crises. NBER woring paper ~ 0 . 6 3 % .
Garson, G.D. 2005. Binary Logistic Regression. PA 765 Statnotes: An Online Texbook, Available on www.
[email protected] Gilbert, L.R., Krishnagopal, M., and Schwartz, K.B. 1990. Predicting bankruptcy for firms in financial distress. Journal of Business Finance and Accounting 17 (Spring):161-171. Gijarati, D.N. 2003. Basic Aconometrics. Mc. Graw Hill. Singapore. Kaminsky, G., and Reinhart, C.M. 1996. The Twin crises: The causes ofbanking and balance-of-payment problems. Federal reserve board and international monetary hnd. Unpublished Manuscript. Ohlson, J.A. 1980. Financial ratios and the probabilistic prediction of bankruptcy. Journal ofAccounting Research 18 (Spring):109-1 30. Tirapat, and Nittayagasetwat. 1999. An Investigation of Thai Listed Firms'. Finanancial Distress Using Macro and Micro Variables. Multinational Finance Journal. 1999, Vo. 3.No.2,pp. 103-125.