Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
PEMAHAMAN KERUANGAN DALAM KONTEKS MEMPERKOKOH WAWASAN NUSANTARA Rudiono (Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Pontianak) ABSTRAK Geografi memiliki pendekatan keruangan sebagai cara untuk mengkaji fenomena geosfer. Pendekatan ruang ini dipakai untuk memberikan deskripsi, menjelaskan distribusi dan menganalisis interrelasi antar objek. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam pendekatan geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial process). Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa merdeka, berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Pemahaman ruang untuk memperkokoh Wawasan Nusantara menitikberatkan pada kenyataan bahwa Indonesia sebagai ruang negara agraris yang didominasi oleh penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Kenyataan lain bahwa ruang Indonesia sebagai negara maritim-kepulauan yang memiliki potensi laut dan perbatasan laut dengan negara lain. Batasbatas ruang ini perlu dikenali dan dipahami agar Wawasan Nusantara semakin kokoh dan tujuan pembangunan nasional terwujud. Selanjutnya pendidik memiliki peran dalam upaya peningkatan pemahaman spasial melalui model pembelajaran yang sesuai. Kata Kunci: Geografi, Pendekatan Keruangan, Wawasan Nusantara Pendahuluan Dalam kajian geografi, terdapat satu pendekatan yang khas yaitu pendekatan keruangan. Keruangan (spatial) merupakan pendekatan yang dipakai oleh ilmu geografi dalam mengkaji fenomena geosfer. Fenomena geosfer terdiri dari lapisan atas permukaan bumi (lithosphere), lapisan udara (atmosphere), tumbuhan dan hewan (biosphere), lapisan air (hidrosphere), dan manusia (antroposphere). Untuk memahami suatu aspek geosfer perlu pemahaman tentang pendekatan keruangan sebagai dasar dalam memberikan deskripsi, distribusi dan interrelasi antar objek geografi. Kajian ini berlaku dalam ruang lingkup sebuah negara untuk mengenali objek-objek penting terkait dengan persebarannya. Disamping itu perlu pula dikaitkan dengan adanya hubungan yang terjadi antar objek pada suatu batasan ruang. Hasil kajian kemudian dijabarkan dengan cara memberikan uraian, peta, gambar, tabel maupun grafik agar semua pihak dapat mengetahuinya. Pengetahuan ini penting agar dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap bangsa dan negaranya. Kecintaan terhadap bangsa dan negaranya dapat diperkokoh melalui pandangan yang sama, sehingga tujuan nasional dapat terwujud. Dalam usaha mencapai tujuan nasional masih banyak yang mempunyai pandangan berbeda atau persepsi berbeda. Untuk itu pemerintah Indonesia telah mempunyai rumusan dalam konsep pandangan nasional yang komprehensif dan integral dalam bentuk wawasan nusantara. Wawasan ini akan memberikan konsepsi yang sama pada peserta didik tentang visi ke depan bangsa Indonesia untuk menciptakan kesatuan dan persatuan, sehingga akan menghasilkan integrasi nasional (Sigit Dwi Kusrahmadi, 2009). Disamping masalah lunturnya kepercayaan pada pemerintah, lemahnya wawasan nusantara disinyalir juga karena keengganan mengenali potensi diri dalam ruang lingkup Negara Indonesia. Untuk mendukung penyamaan pandangan tentang ke-Indonesiaan pada seluruh entitas bangsa, sebaiknya perlu memahami konteks keruangan Indonesia sebagai modal
686
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
mengenali potensi yang ada. Pemahaman keruangan diharapkan dapat memperkokoh wawasan nusantara sebagaimana yang dicitakan. Keruangan Sebagai Sebuah Pendekatan dalam Kajian Geografi Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam pendekatan geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial process). Pada pendekatan keruangan terdapat beberapa pendekatan antara lain pendekatan topik yaitu dalam mempelajari suatu masalah geografi di suatu wilayah tertentu dimulai dari suatu topik yang menjadi perhatian utama, pendekatan aktivitas manusia yaitu pendekatan yang diarahkan kepada aktivitas manusianya dan pendekatan regional yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang terletak pada region atau wilayah dimana masalah tersebut tersebar (Nursid Sumaatmadja, 1981). Dijelaskan pula oleh Iwan Hermawan (2009) bahwa pendekatan keruangan (spatial approach) merupakan pendekatan khas geografi. Pada prakteknya, pendekatan keruangan harus tetap berdasarkan pada prinsip geografi yang berlaku, yaitu prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Yang menjadi bagian dari pendekatan keruangan, adalah pendekatan topik, pendekatan aktifitas manusia, dan pendekatan regional. a) Pendekatan topik Melakukan pendekatan pada studi geografi dapat dimulai dari topik utama yang menjadi perhatian kita, misalkan topik yang menjadi perhatian adalah pulau terdepan, maka yang menjadi sorotan utama adalah keberadaan pulau terdepan. Pulau terdepan yang ada di suatu daerah diungkapkan posisi dan letaknya kemudian ditinjau pula interelasinya dengan gejala yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa semua yang berkenaan dengan keberadaan pulau terdepan diungkap secara mendalam, sehingga diperoleh deskripsi geografi mengenai pulau terdepan tersebut. Pengungkapan topik pulau terdepan terutama dilakukan berkenaan penyebaran, interelasi, dan deskripsi diharapkan dapat mengungkap masalah geografi di daerah yang bersangkutan secara jelas. Pedoman yang dipakai dalam melakukan pendekatan topik, adalah tidak boleh dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik yang kita dekati. Keberadaan faktor manusia dan keadaan lingkungan fisik tidak dapat diabaikan. Berdasarkan landasan keruangan, kita akan dapat mengungkapkan karakteristik pulau terdepan di daerah/wilayah yang bersangkutan bila dibandingkan dengan gejala di daerah lain. b)
Pendekatan aktifitas manusia Pada pendekatan keruangan yang kedua, pendekatan utama diarahkan pada aktifitas manusia (human activities). Pertanyaan utama pada jenis pendekatan ini, adalah berkenaan dengan kegiatan manusia atau kegiatan penduduk di suatu daerah atau di suatu wilayah yang bersangkutan. Pengungkapan aktifitas penduduk ditinjau dari penyebaran, interelasi dan deskripsi dengan gejala lainnya yang berkaitan dengan aktifitas manusia. Ditinjau dari persebarannya, jenis aktifitas manusia dibedakan berdasarkan mata pencaharian yang dilakukan penduduk. Aktifitas tersebut berlangsung di daerah pegunungan, dataran rendah, dekat sungai, jauh dari sungai, di daerah pantai, daerah perkotaan, pedesaan dan sebagainya. Berdasarkan persebaran kegiatan penduduk tersebut, kita dapat mengungkapkan interelasinya dengan kondisi kesuburan tanah, hidrografi, komunikasi dan transportasi, tinggi tendah permukaan bumi, dan dengan faktor-faktor geografi lainnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, kita akan dapat memuat suatu deskripsi tentang aktifitas penduduk didasarkan pada persebarannya dalam ruang, dan berdasarkan interelasi keruangannya dengan gejala-gejala lain serta dengan masalah sebagai sistem keruangannya.
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
687
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
c)
Pendekatan regional Tekanan utama pendekatan regional bukan kepada topik atau aktifitas manusia, melainkan kepada region yang merupakan ruang atau wadahnya. Dalam melakukan studi geografi tentang keberadaan pulau terdepan, kita dapat melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan regional berkenaan dengan gejala dan masalah yang ada. Pertanyaan yang dikemukakan berkenaan dengan keberadaan pulau terdepan, adalah berkaitan dengan wilayah tempat pulau terdepan berada. Berdasarkan penyebarannya, kita akan dapat mengungkapkan posisi pulau terdepan di region tersebut. Pada bagian selanjutnya, kita dapat mengungkapkan interelasi dan interaksi gejala dari keberadaan pulau terdepan tersebut dengan gejala-gejala lain pada region atau ruang yang sama. Berdasarkan hasil pendekatan regional dengan didasarkan pada prinsip geografi, kita dapat melakukan deskripsi gejala atau keberadaan pulau terdepan tersebut pada ruang yang bersangkutan. Wawasan Nusantara Kelompok kerja LEMHANAS (1995) mendefinisikan Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Definisi tersebut kemudian disarikan oleh Sigit Dwi Kusrahmadi (2009) bahwa Wawasan Nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa merdeka, berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara berfikir, cara bertindak, cara bertingkah laku, bangsa Indonesia sebagai interaksi prosees psikologis, sosiokultural, dengan aspek ASTAGATRA (Kondisi geografis, kekayaan alam dan kemampuan penduduk serta IPOLEKSOSBUD Hankam). Secara konstitusional, Wawasan Nusantara dikukuhkan dengan Kepres MPR No.IV/MPR/1973, tentang Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub E, Pokok-pokok Wawasan Nusantara dinyatakan sebagai Wawasan dalam mencapai tujuan Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara mencakup: a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik dalam arti: 1) Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan menjadi modal dan milik bersama bangsa. 2) Bahwa Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti seluas-luasnya. 3) Bahwa secara psikologis, bahwa bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad di dalam mencapai cita-cita bangsa. 4) Bahwa Pancasila adalah adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan Negara, yang melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. 5) Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hokum yang mengabdi kepada kepentingan nasional. b. Perwujudan Kepulaun Nusantara sebagai Kesatuanj Sosial dan Budaya dalam arti: 1) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan kaehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.
688
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
2)
c.
d.
Bahwa budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Ekonomi dalam arti : 1) Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air. 2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan cirri khas yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam mengembangkan ekonominya. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Pertahanan dan Keamanan dalam arti: 1) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakekatnya merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dan negara. 2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam pembelaan Negara (Lemhanas, 1995).
Wawasan Nusantara memiliki Pancasila sebagai landasan idiil dan landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945. Adapun Unsur Dasar Wawasan Nusantara seperti dikutip dari Rowland B. F. Pasaribu (2013) adalah: Pertama, unsur wadah (contour) kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infra struktur politik. Kedua, unsur isi (content) adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut diatas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Isi menyangkut dua hal pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional persatuan, kedua persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional. Ketiga, unsur tata laku (conduct) yang merupakan interaksi antara wadah dan isi wasantara kemudian menghasilkan tata laku bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia dan tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia. Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional. Pada hakikatnya Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara/nasional, mencakup cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Dengan demikian idealnya setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara. Negara Agraris Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani di Indonesia masih menempati urutan teratas. Jenis matapencaharian ini merupakan cerminan bahwa negara Indonesia tergolong sebagai negara agraris. Komoditas yang dihasilkan sangat beragam.
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
689
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
Diantaranya tanaman pangan hingga perkebunan yang kesemuanya memiliki nilai ekonomis bagi petani. Tidak dipungkiri bahwa dari segi kepemilikan lahan petani Indonesia masih belum merata, bahkan tergolong sebagai petani kecil yang mengusahakan lahan kurang dari 0,5 hektar. Kenyataan ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan petani yang lambat mengalami perkembangan. Disamping itu keterbatasan lahan pertanian turut menimbulkan berkurangnya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani saat ini. Portal http://www.indonesia.go.id yang diakses 2 Oktober 2013 menyebutkan bahwa pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian lebih kurang 82, 71 % dari seluruh luas lahan. Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk areal persawahan. Penyebaran produksi padi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehubungan dengan tingginya produktivitas dan luas panen dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Produksi pertanian lainnya adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi holtikultura jenis sayur mayur meliputi bawang merah besar, bawang daun, kentang, kubis dan wortel. Sedangkan produksi holtikultura jenis buah-buahan meliputi mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan salak. Tabel 1. Penduduk >15 yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2010-2013
Sumber: http://www/bps.go.id
Berdasarkan usia tanaman, perkebunan di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tanaman semusim (tebu, tembakau, kapas, jarak, sereh wangi, nilam dan rami) dan tanaman tahunan (karet, kelapa, kopi, kelapa sawit, cengkeh, pala, kayu manis, panili, kemiri, pinang, asam jawa, siwalan, nipah, kelapa deres, aren dan sagu). Sebagian besar budidaya perkebunan berupa tanaman tahunan. Sebagai Negara agraris, peran sektor pertanian sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor nonmigas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian (Abdurachman Adimihardja, 2006). Ruang negara agraris ini dapat ditinjau bagaimana persebaran petani dan lahan pertaniannya secara menyeluruh maupun secara parsial. Kegiatan pertanian memiliki hubungan timbal balik bagi pelakunya maupun bagi masyarakat lainnya. Adanya kegiatan pertanian setidaknya telah menyuplai kebutuhan pangan lokal dan nasional. Kenyataan ini membuktikan bahwa ada keterkaitan ruang dari kegiatan pertanian pada suatu tempat. Negara Maritim – Kepulauan Dua per tiga luas Indonesia adalah lautan membentengi ribuan pulau dari Sabang hingga Merauke. Dunia pun mencatat Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sejumlah 17.508 pulau di dalamnya. Lebih jauh, kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "Hindia" dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di
690
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah Pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km² (Begi Hersutanto, 2009). Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagikesejahteraan bangsa dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-ciri negara dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia (Pusjianmar, 2013). Distribusi batas-batas antar negara di Indonesia melingkupi batas pulau terdepan dan batas darat. Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasar ARCHIPELAGO CONCEPT yaitu laut sebagai penghubung daratan sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai Tanah Air dan ini disebut negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India. Menurut Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005, terdapat 92 pulau yang tersebar di 18 provinsi Indonesia yaitu Nangroe Aceh Darussalam (6 pulau), Sumatera Utara (3 pulau), Kepulauan Riau (20 pulau), Sumatera Barat (2 pulau), Bengkulu (2 pulau), Lampung (1 pulau), Banten (1 pulau), Jawa Barat (1 pulau), Jawa Tengah (1 pulau), Jawa Timur (3 pulau), Nusa Tenggara Barat (1 pulau), Nusa Tenggara Timur (5 pulau), Kalimantan Timur (4 pulau), Sulawesi Tengah (3 pulau), Sulawesi Utara (11 pulau), Maluku Utara (1 pulau), Maluku (18 pulau), Papua (6 pulau) dan Papua Barat (3 pulau). Batas-batas ini perlu diawasi setiap saat supaya Indonesia tidak mengalami pengalaman seperti lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan beberapa tahun silam. Uraian sejarah yang disampaikan oleh Begi Hersutanto (2009) mengatakan bahwa sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350 tahun penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat. Peranan Pendidik dalam Meningkatkan Pemahaman Keruangan Lembaga pendidikan memiliki peran dalam upaya peningkatan pemahaman keruangan atau dalam bentuk peningkatan kecerdasan spasial. Kecerdasan spasial menurut Howard Gadner dalam Campbell dkk. (2005: 2-3), mengemukakan bahwa kecerdasan spasial membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik. Kecerdasan spasial kemudian secara visual Menurut Abdurrahman ada lima jenis kemampuan visual spasial yaitu :
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
691
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
a. Hubungan keruangan (spasial relation) Menunjukkan persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau simbol (gambar, huruf, dan angka) hubungan ruangan yang menyatu dengan sekitarnya. b. Diskriminasi visual (visual discrimination) Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek dari objek yang lain. Dalam konteks ini misalnya membedakan antara pegunungan dengan dataran pantai. c. Diskriminasi bentuk latar belakang (figure-ground discrimination) Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilinginya. d. Visual Clouser Menunjukkan pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan. e. Mengenal Objek (object recognition) Menujukkan pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk lahan, dan kenampakan alam lainnya. Pendidikan untuk pemahaman spasial ini memperhatikan kemampuan peserta didik dalam menangkap informasi dengan cara menyesuaikan model pembelajarannya. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk peningkatan pemahaman spasial mengarah pada kegiatan pengenalan bentang lahan melalui media visual dan beberapa deskripsi yang mudah dipahami. Sesekali juga perlu diarahkan untuk mengenali secara langsung objek kajian melalui pengamatan/observasi. Sebelum melakukan observasi, pendidik dapat berdiskusi dengan sesama pendidik lainnya maupun peserta didik untuk menentukan objek pengamatan yang dinilai ideal. Objek pengamatan sebaiknya memiliki fenomena keruangan yang kompleks sehingga dapat memecahkan masalah esensial yang ada pada sebuah ruang tersebut. Obyek keruangan tersebut juga mengacu pada materi pelajaran. Apabila pengamatan tidak bisa dilakukan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan melihat secara cermat foto atau video dengan alat bantu LCD. Dalam pembelajaran geografi, keberadaan peta sangat membantu pembelajaran supaya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penutup
Ruang sebagai wadah beraktivitas tidak lepas dari unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Distribusi unsur-unsur tersebut dapat diuraikan dalam bentuk deskripsi menyeluruh dan mendalam berkenaan dengan karakteristik ruangnya. Dengan memahami karakteristik ruang yang ada di Indonesia, kita dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara lebih baik. Kecintaan terhadap nusantara yang menjadi kewajiban warga negara diharapkan semakin kokoh ditengah arus globalisasi yang sedang terjadi saat ini. Wawasan Nusantara yang telah diprogramkan pemerintah menjadi alat untuk mengenali potensi diri bangsa Indonesia. Dengan Wawasan Nusantara kita dapat melihat Indonesia sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam merupakan landasan dan dasar bagi bangsa Indonesia dalam menyelesaikan segala masalah dan hakikat ancaman yang timbul baik dari luar maupun dari dalam segala aspek kehidupan bangsa. Upaya memperkokoh Wawasan Nusantara yang dapat dilakukan ialah memahami Indonesia sebagai ruang yang memiliki karakteristik tersendiri. Keunikan tempat dan nilai strategis Indonesia merupakan kekayaan negara yang perlu dipertahankan. Kokohnya Wawasan Nusantara juga mempengaruhi kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa sehingga mampu melawan upaya disintegrasi. Pendidik memiliki peran yang penting dalam upaya peningkatan pemahaman keruangan/spasial. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik menggunakan model yang mengarah pada pengenalan objek keruangan berdasarkan pengamatan langsung maupun menggunakan media visual.
692
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI
2013
IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember DAFTAR PUSTAKA Abdurachman Adimihardja. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), 2006 Abdurahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Begi Hersutanto. 2009. Makna Negara Kepulauan. Jakarta: Bakorkamla Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES BPS. 2013. Tabel Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2010-2013. http://www.bps.go.id/tabsub/view. php?kat=1&tabel=1& daftar=1&id_ subyek=06¬ab=2 diakses tanggal 28 September 2013 Iwan Hermawan. 2009. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung: Private Publishing Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2010. Sumber Daya Alam. Portal http://www.indonesia.go.id yang diakses 2 Oktober 2013 Lemhanas. 1995. Wawasan Nusantara. Jakarta: Penerbit Ismujati Linda Campbell, dkk. (2005). Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press Nusid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Penerbit Alumni Pusjianmar. 2013. Konsep Negara Maritim dan Ketahanan Nasional. http://pusjianmar-seskoal. tnial.mil.id/ Portals/0/ Konsep% 20Negara % 20 Maritim%20Dan%20Ketahanan%20 Nasional.pdf. diakses 28 September 2013 Rowland B. F. Pasaribu. 2013. Wawasan Nusantara. Modul Mata Kuliah Kewarganegaraan. http://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/03/bab-07-wawasan-nusantara.pdf diakses 28 September 2013) Sigit Dwi Kusrahmadi. 2009. Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/WAWASAN%20 NUSANTARA%20%20Jurnal%20Penting. pdf diakses 28 September 2013
Geograf Berkarya Membangun Bangsa
693