HUBUNGAN SELF EFFICACY MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PENERAPAN MODEL STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK (IK) DI POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
Ika Yuniwati Politeknik Negeri Banyuwangi Email:
[email protected] Abstract: Higher education quality control efforts can be done by monitoring the process and student’s learning outcomes. Effective learning depends on the ability of teachers to determine the exact learning model. The purpose of this research was to determine the relationship of self-efficacy with student’s learning outcomes in two model application, STAD and Group Investigations (GI). The result of this research is self-efficacy have relationship with student’s learning outcome on the application of STAD and GI. Average of student’s learning outcome on the application of STAD is 79.17. While average of student’s learning outcome on the application of GI is 76,60, so it can be concluded GI is more effective than STAD that was done to students who have positive and negative self-efficacy. Keywords: Self Efficacy, student’s learning outcome, STAD, GI
Misi Politeknik Negeri Banyuwangi adalah menyelenggarakan pendidikan yang bermutu untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan profesional. Upaya pengendalian mutu dapat dilakukan dengan memantau proses dan hasil belajar dari mahasiswa. Pembelajaran yang efektif bergantung pada pengetahuan pengajar mengenai materi yang diajarkannya dan cara pembelajaran atau model pembelajaran yang digunakan. Hasil pembelajaran yang dicapai dengan berbagai model pembelajaran juga harus mempertimbangkan aspek kognitif dan aspek afektif. Salah satu aspek afektif yang dipertimbangkan yaitu self efficacy. Bandura (2009) mengemukakan bahwa self efficacy adalah penilaian individu terhadap dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang diinginkan yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Oleh karena itu dosen seharusnya mempersiapkan perkuliahan
dengan memperhatikan self efficacy dari mahasiswa sehingga dosen dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran inovatif menurut Hobri (2009) diantaranya pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis masalah. Jenis-jenis pembelajaran kooperatif antara lain Students Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK), dan Teams Games Tournament (TGT). Pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan jenis STAD dan IK. Pemilihan tipe ini dikarenakan STAD memberikan fokus penyajian materi oleh dosen dan pengerjaan tugas-tugas secara kelompok, sedangkan model IK memberikan fokus pemahaman materi dan pengerjaan tugas oleh mahasiswa. Dari kedua model tersebut dibutuhkan self efficacy yang positif dari mahasiswa untuk
192
193, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
penyelesaian tugas dan tes tersebut. Penggunaan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan self efficacy mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Menurut Maria Ulfah (2012) dalam penelitiannya, agar self efficacy berkembang baik dalam pembelajaran matematika guru hendaknya mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran. matematika merupakan mata kuliah yang dianggap cukup sulit oleh mahasiswa di Politeknik Negeri Banyuwangi sehingga cukup banyak mahasiswa memiliki self efficacy negatif terhadap matematika. Adanya penelitian ini diharapkan dosen mata kuliah matematika dapat mengetahui hubungan self efficacy dengan hasil belajar matematika dengan menerapkan model STAD dan model IK, serta mengetahui model pembelajaran mana yang lebih efektif bagi mahasiswa yang memiliki self efficacy positif dan self efficacy negatif. SELF EFFICACY Menurut Bandura (2009) Self Efficacy adalah penilaian individu terhadap dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang diinginkan yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Ada 4 (empat) komponen faktor yang mempengaruhi self efficacy dari yaitu Personal Accomplishments (pencapaian diri), Vicarious Learning Experience (pengalaman orang lain), Verbal Persuasion (persuasi verbal), dan Physiological State (keadaan dan reaksi fisik). Personal Accomplishments (pencapaian diri) merupakan faktor yang paling berpengaruh, karena dari pengalaman masa lalu baik keberhasilan/kegagalan akan menjadi pelajaran bagi seseorang untuk meraih keberhasilan. Kegagalan yang dialami dapat memicu self efficacy menjadi lebih baik karena membuat seseorang mampu mengatasi rintangan-rintangan yang serupa auatu bahkan lebih sulit di
masa datang. Kegagalan yang terjadi pada awal tindakan seseorang tidak dapat dikaitkan dengan kurangnya upaya atau pengaruh lingkungan eksternal. Vicarious Learning Experience (pengalaman orang lain) yaitu self efficacy yang terbentuk dengan melihat pengalaman keberhasilan yang ditunjukkan oleh orang lain. Jika seseorang melihat orang lain dengan kemampuan yang sama dengan dirinya bisa berhasil dalam suatu hal melalui usaha yang gigih, maka seseorang itu akan merasa percaya dan yakin akan dirinya juga akan berhasil dalam hal tersebut dengan usaha yang sama. Begitu juga sebaliknya self efficacy akan menurun jika melihat kegagalan orang lain yang telah berusaha dengan tekun. Faktor ini memberikan pengaruh terhadap seseorang, jika orang tersebut memandang model memiliki kemiripan dengan dirinya. Verbal Persuasion (persuasi verbal) yaitu self efficacy yang dibentuk dari keyakinan seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan mencapai tujuan yang ditetapkan. Seseorang yang mendapat pengaruh dari orang lain maka dia akan mengerahkan usaha yang lebih besar dalam menyelesaikan tugas-tugas. Oleh karena itu persuasi yang diberikan kepada seseorang haruslah sesuatu yang positif. Sebab persuasi yang negatif dari orang lain dapat berakibat buruk terutama terhadap mereka yang kehilangan kepercayaan diri dan keyakinan akan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu hal. Physiological State (keadaan dan reaksi fisik) merupakan tanda-tanda seperti status emosi mempengaruhi seseorang dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dapat dilihat sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Status emosi seseorang ketika menghadapi tugas, apakah cemas atau khawatir atau tertarik dapat member
Yuniwati, Hubungan Self Efficacy Mahasiswa, 194
informasi self efficacy orang itu. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya. Situasi emosi yang tidak stabil, seperti kecemasan dan kekhawatiran akan menentukan keyakinan dan kepercayaan diri seseorang dalam menilai kemampuannya. Seseorang dalam kondisi marah, tegang, dan depresi dapat menjadi indikator kecenderungan terjadi kegagalan. Dalam penelitian keempat faktor yang dikemukakan Bandura di atas akan dijadikan dasar atau acuan dalam membentuk pernyataan-pernyataan kuesioner yang digunakan untuk mengukur kepositifan self efficacy mahasiswa. HASIL BELAJAR Hasil Belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005 : 22). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dalam penelitian ini hasil belajar mahasiswa merupakan rata-rata akumulasi nilai pada materi Deret, Pengantar Aljabar dan Trigonometri pada mata kuliah Matematika 1. Nilai tersebut didapatkan setelah penerapan model pembelajaran STAD dan IK yang terdiri dari nilai pengerjaan soal tugas kelompok, presentasi, pre test dan post test untuk model pembelajaran STAD sedangkan untuk penerapan model nilai tugas kelompok (investigasi materi dan pengerjaan soal), presentasi, dan test individu.
PEMBELAJARAN MODEL STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Students Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan koleganya di Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 orang dari berbagai kemampuan, gender, dan etnis. Menurut Slavin dalam Hobri (2009:52) dalam prakteknya, guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja kelompok untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi. Selanjutnya, siswa menghadapi tes individual. STAD mempunyai 5 komponen yaitu presentasi kelas, kelompok, kuis, skor individual, dan penghargaan kelompok. PEMBELAJARN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK (IK) Herbert Thelen dalam Hobri (2009:53), ahli pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan model Investigasi Kelompok (IK) mengemukakan belajar akan sangat efektif jika melibatkan pencarian jawaban atau selesaian terhadap suatu pertanyaan atau permasalahan. Menurut Sharon & Sharon dalam Hobri (2009:54) Investigasi Kelompok dapat menjadi efektif dalam membantu siswa dari latar belakang yang berbeda untuk belajar bekerja sama dan menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenal dirinya sendiri dan orang lain. Menurut Hobri (2009:54) guru yang menggunakan Investigasi Kelompok mempunyai tiga tujuan yang saling berkaitan yaitu membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik, pemahaman yang mendalam terhadap topik yang diberikan, dan siswa belajar secara kooperatif dalam memecahkan masalah. SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa D3
195, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Politeknik Negeri Banyuwangi yang menempuh mata kuliah Matematika 1 Program Studi Teknik Informatika. Terdapat 2 (dua) kelas yang dipilih untuk dijadikan subyek yaitu 1 (satu) kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD dan 1 (satu) kelas yang menggunakan model pembelajaran IK. Dalam pengambilan sampel digunakan sampel acak dimana sampel yang diambil memiliki jumlah mahasiswa yang sama perkelas yaitu 30 orang. MATERI MATEMATIKA 1 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Materi Matematika 1 terdiri dari materi Aritmetika, Deret, Pengantar Aljabar, Trigonometri, Vektor, Bilangan Kompleks, Matriks dan Determinan, Diferensial dan Aplikasi Diferensial (Yuniwati,2011). Materi tersebut diajarkan dalam 18 pertemuan. Pertemuan ke 9 (sembilan) dilakukan evaluasi dengan Ujian Tengah Semester dan pada pertemuan ke 18 (delapan belas) dilakukan evaluasi Ujian Akhir Semester. Untuk evaluasi quiz dilakukan pada pertemuan ke 5 (lima) dan ke 13 (tiga belas). Materi Aritmatika, Deret, dan Pengantar Aljabar digunakan dalam penelitian ini dengan penerapan model pembelajaran STAD pada kelas 1D Program Studi Teknik Informatika dan dengan penerapan model pembelajaran IK pada kelas IA Program Studi Teknik Informatika. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan maka dapat diajukan hipotesis penelitian yaitu Hipotesis Pertama H0 : tidak hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan hasil belajar matematika dengan penerapan model STAD
Ha : ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan hasil belajar matematika dengan penerapan model STAD Hipotesis Kedua H0 : tidak ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan hasil belajar matematika dengan penerapan model IK Ha : ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dengan hasil belajar matematika dengan penerapan model IK. KUISIONER SELF EFFICACY Untuk pengukuran self efficacy pada penelitian ini digunakan kuisioner. Kuisioner self efficacy disusun berdasarkan 4 (empat) komponen faktor yang mempengaruhi self efficacy dari Bandura yang kemudian dibentuk dalam pernyataan-pernyataan yaitu Personal Accomplishments (pencapaian diri), Vicarious Learning Experience (pengalaman orang lain), Verbal Persuasion (persuasi verbal), dan Physiological State (keadaan dan reaksi fisik). Kuisioner self efficacy ini terdiri dari 24 item yang tersebar ke dalam 4 faktor tersebut. Untuk Personal Accomplishments (pencapaian diri) terdiri dari 6 item yaitu nomor 1, 5, 9, 13, 17, 21; untuk Vicarious Learning Experience (pengalaman orang lain) terdiri dari 6 item yaitu nomor 2, 6, 10, 14, 18, 22; untuk Verbal Persuasion (persuasi verbal) terdiri dari 6 item yaitu nomor 3, 7, 11, 15, 19, 23; dan untuk Physiological State (keadaan dan reaksi fisik) terdiri dari 5 item yaitu nomor 4, 8, 12, 16, 20, 24. Masing-masing jawaban tersebut memiliki rentang nilai 1 sampai 4. Angka 1 mewakili jawaban selalu, angka 2 mewakili jawaban kadangkadang, angka 3 mewakili jawaban pernah, dan angka 4 mewakili jawaban tidak pernah. Dalam kuisioner ini juga terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Untuk pemberian skor pernyataan positif jawaban 4 diberi skor 4, jawaban 3 diberi skor 3,
Yuniwati, Hubungan Self Efficacy Mahasiswa, 196
jawaban 2 diberi skor 2, jawaban 1 diberi skor 1. Sedangkan untuk pemberian skor pernyataan negatif jawaban 4 diberi skor 1, jawaban 3 diberi skor 2, jawaban 2 diberi skor 3, jawaban 1 diberi skor 4. Masing-masing skor pada setiap item dijumlahkan untuk mendapatkan skor total self efficacy. Subyek yang memiliki skor total 24 – 60 digolongkan pada subyek yang memiliki self efficacy negatif. Sedangkan subyek yang memiliki skor total 61 – 96 digolongkan pada subyek yang memiliki self efficacy positif. Penelitian ini menggunakan angket langsung. Angket atau kuesioner langsung yaitu angket yang diberikan secara langsung tanpa perantara dan pengisiannya bersamaan dengan pemberian angket (Sudijono, 1998:84). ANALISIS DATA Terdapat tiga analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis hasil kuisioner self efficacy mahasiswa, hasil belajar mahasiswa tiap materi dengan penerapan model pembelajaran STAD dan model pembelajaran IK serta hasil belajar ratarata mahasiswa dengan penerapan model pembelajaran STAD dan penerapan model pembelajaran IK untuk menentukan efektifitas model pembelajaran. Kuisioner self efficacy terdiri dari 24 pertanyaan dimana 12 pernyataan positif dan 12 pernyataan negative. Pernyataan positif dan negatif memiliki 4 pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Kadang-Kadang (KD), P (Pernah), dan TP (Tidak Pernah). Untuk pernyataan positif SL diberi skor 4, KD diberi skor 3, P diberi skor 2, dan TP diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif SL diberi skor 1, KD diberi skor 2, P diberi skor 3, dan TP diberi skor 4. Perhitungan Total Nilai Angket (TNA) sebagai berikut Skor Terendah x 24 = 1 x 24 = 24 Skor Tertinggi x 24 = 4 x 24 = 96
Mahasiswa yang mendapat Total Nilai 24 – 60 tergolong mahasiswa yang memiliki self efficacy negatif sedangkan yang mendapat Total Nilai angket 61 – 96 tergolong mahasiswa yang memiliki self efficacy positif. Analisis hasil belajar masing-masing mahasiswa pada penerapan model STAD pada tiap materi
Keterangan : HB i = Hasil Belajar Materi ke i, i = 1, 2, 3 PRE = Presentasi PS = Pengerjaan Soal PRS = Pre Test PST = Post Test Hasil Belajar Pada Penerapan Model STAD per mahasiswa
Keterangan : HB = Hasil Belajar HB1 = Hasil Belajar Materi Deret dengan Model STAD HB2 = Hasil Belajar Materi Pengantar Aljabar dengan Model STAD HB3 = Hasil Belajar Materi Trigonometri dengan Model STAD Analisis hasil belajar masing-masing mahasiswa pada penerapan model IK pada tiap materi
Keterangan : HL i = Hasil Belajar Materi ke i,i =1,2,3 PRE = Presentasi IM = Investigasi Materi
197, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
PS = Pengerjaan Soal T = Test Hasil Belajar Pada Penerapan Model IK per mahasiswa
Analisis hubungan self efficacy dengan hasil pembelajaran pembelajaran model STAD dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Korelasi Self Efficacy dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Model STAD Correlations
Keterangan : HL = Hasil Belajar HL1 = Hasil Belajar Materi Deret dengan model IK HL2 = Hasil Belajar Materi Pengantar Aljabar dengan model IK HL3 = Hasil Belajar Materi Trigonometri dengan model IK Dalam analisis hubungan antara TNA dengan HB; TNA dengan HL menggunakan program SPSS Product Moment Pearson. Sedangkan untuk efektivitas model pembelajaran mahasiswa dikelompokkan menjadi mahasiswa yang memiliki self efficacy positif, self efficacy negatif pada masing-masing HB dan HL. Kemudian dibandingkan rata-ratanya. Jika HB lebih besar dari HL, maka model STAD lebih efektif dibandingkan model IK, begitupun sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kuisioner self efficacy yang terdiri dari 24 pernyataan disebarkan kepada 60 orang siswa, 30 orang mahasiswa pada kelas 1A dan 30 orang mahasiswa kelas 1D Program Studi Teknik Informatika Politeknik Negeri Banyuwangi. Hasil dari pengisian kuisioner tersebut untuk kelas 1A didapatkan 11 mahasiswa memiliki self efficacy negatif dan 19 mahasiswa memiliki self efficacy positif. Sedangkan untuk kelas 1D didapatkan 15 mahasiswa memiliki self efficacy negatif dan 15 mahasiswa memiliki self efficacy positif.
NILAI KUISIONE R SELF HASIL EFFICACY BELAJAR NILAI Pearson KUISIONE Correla R SELF -tion EFFICACY Sig. (2tailed) N HASIL BELAJAR
1
.652** .000
30
30
Pearson Correla -tion
.652**
1
Sig. (2tailed)
.000
N
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari tabel 1 diketahui nilai Sig < 0, 005 sehingga H0 ditolak sehingga ada hubungan antara self efficacy dengan hasil belajar pada pembelajaran model STAD. Analisis hubungan self efficacy dengan hasil pembelajaran pembelajaran model IK dapat dilihat pada Tabel 2.
Yuniwati, Hubungan Self Efficacy Mahasiswa, 198
Tabel 2. Korelasi Self Efficacy dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Model STAD Correlations NILAI KUISIONE HASIL R SELF BELAJA EFFICACY R NILAI Pearson KUISIONE Correla R SELF -tion EFFICACY Sig. (2tailed)
1
.000
N HASIL BELAJAR
.655**
30
30
Pearson Correla -tion
.655**
1
Sig. (2tailed)
.000
N
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari tabel 2 diketahui nilai Sig < 0, 005 sehingga H0 ditolak sehingga ada hubungan antara self efficacy dengan hasil belajar pada pembelajaran model IK. Analisis deskripsi dari pembelajaran model STAD dapat dilihat pada Tabel 3. Descriptive Statistic Pembelajaran Model STAD Tabel 3. Descriptive Statistic Pembelajaran Model STAD Std. Mean Deviation NILAI KUISIONER SELF EFFICACY HASIL BELAJAR
62.433 3 76.600 0
10.02990 3.77469
Dari tabel tersebut diketahui rata-rata nilai questioner self efficacy mahasiswa kelas 1D sebesar 62, 43 dan simpangan bakunya sebesar 10,03. Sedangkan HB (Hasil Belajar) pembelajaran model STAD mahasiswa rata-rata mendapatkan nilai 76,6 dan simpangan bakunya 3,77.
Analisis deskripsi dari pembelajaran model IK dapat dilihat pada Tabel 4. Descriptive Statistic Pembelajaran Model IK Tabel 4. Descriptive Statistic Pembelajaran Model IK Std. Mean Deviation NILAI KUISIONER SELF EFFICACY HASIL BELAJAR
62.333 3 79.166 7
9.94583 2.79264
Dari tabel tersebut diketahui rata-rata nilai questioner self efficacy mahasiswa kelas 1A sebesar 62, 33 dan simpangan bakunya sebesar 9,94. Sedangkan HL (Hasil Belajar) pembelajaran model IK mahasiswa rata-rata mendapatkan nilai 79,17 dan simpangan bakunya 2,79. Dari tabel 3 dan tabel 4 dapat diketahui Pembelajaran Model IK lebih efektif dibandingkan Pembelajaran Model STAD baik untuk mahasiswa yang memiliki self efficacy positif maupun mahasiswa yang memiliki self efficacy negatif. PENUTUP Kesimpulan dan saran Dari penelitian dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan self efficacy mahasiswa dengan hasil belajar mahasiswa baik pada penerapan model pembelajaran STAD maupun pembelajaran model IK. Sedangkan untuk efektivitas dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar pada penerapan model STAD dan penerapan model IK. Rata-rata hasil belajar mahasiswa untuk mahasiswa yang memiliki self efficacy positif dan negatif , pembelajaran model Investigasi Kelompok (IK) lebih tinggi dibandingkan pembelajaran model IK sehingga dapat dikatakan model IK lebih efektif daripada model STAD.
199, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Sehingga kami dapat memberikan saran bagi tenaga pendidik yang akan melakukan pemilihan model pembelajaran hendaknya mempertimbangkan self effi-
cacy peserta didiknya sehingga dapat memilih model secara tepat.
DAFTAR RUJUKAN Bandura. 2009. Self Efficacy : The Exercise of Control, New York: W.H. Freeman and Company. Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember : Center For Society Studies (CSS). Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana.1996. Metoda Statistik. Bandung: PT.Tarsito
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya. Yamin, Sofyan & Kurniawan, Heri. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta: Salemba Infotek. Yuniwati, Ika. 2011. Modul Ajar Matematika 1. Banyuwangi: Politeknik Banyuwangi.