PERBANDINGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF, HASIL BELAJAR KOGNITIF, DAN RETENSI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI STRATEGI PBMP DAN PBMP DIPADU TPS DI KALANGAN SISWA BERKEMAMPUAN AKADEMIK RENDAH Ika Sukmawati, Aloysius Duran Corebima, dan Susriyati Mahanal Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRACT: The objectives of this research were to know the differences and gain score differences of metacognitive skills, cognitive learning outcomes, and retention between low academic ability students in Biology learning applying Thinking Empowerment by Questioning (TEQ) and TEQ combined with Think Pair Share (TPS) strategy. The data had been collected from pre test, post test, and retention test. The result of this research showed that there were no significant differences between metacognitive skills, cognitive learning outcomes, metacognitive skill retention, and cognitive learning outcomes retention of low academic ability students in Biology learning applying TEQ and TEQ combined with TPS strategy. The gain score of metacognitive skills and cognitive learning outcomes of TEQ combined with TPS strategy were higher than those of TEQ strategy. The gain score of metacognitive skill retention wasn’t significantly different in the two strategies, meanwhile the gain score of cognitive learning outcomes retention of TEQ strategy was higher than those of TEQ combined with TPS strategy. Keywords: metacognitive skills, cognitive learning outcomes, retention, TEQ, TPS
Penerimaan siswa baru di SMA saat ini telah menggunakan sistem berbasis Minimal Passing Level (MPL). Akibat dari penerapan sistem ini adalah terciptanya polarisasi sekolah berkemampuan akademik tinggi dan rendah. Kondisi pendidikan Indonesia yang terpolarisasi tampaknya masih akan berlangsung lama. Untuk itu, perlu dicari strategi pembelajaran yang dapat menolong siswa berkemampuan akademik rendah. Hal ini sangat diperlukan di tengah kenyataan rendahnya keterampilan metakognitif, hasil belajar, dan pembelajaran yang tidak memperhatikan retensi di sekolah berkemampuan akademik rendah. Rendahnya kualitas pendidikan di sekolah berkemampuan akademik rendah bertentangan dengan harapan. Pembelajaran yang ideal akan tercapai jika siswa memiliki keterampilan metakognitif yang baik karena metakognisi memainkan peran utama dalam perkembangan kognitif, pemahaman, serta retensi (Gama,2000). Salah satu cara meningkatkan keterampilan metakognitif siswa adalah melalui pertanyaan. Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) merupakan sebuah pola pembelajaran yang dilaksanakan dengan tidak adanya proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif, seluruhnya dilakukan melalui rangkaian pertanyaan yang telah dirancang secara tertulis (Corebima, 2004). PBMP dapat diterapkan dengan strategi Think Pair Share (TPS) menjadi strategi PBMP dipadu TPS. Dengan demikian, kegiatan berpikir didorong secara lebih maksimal. Siswa juga dapat berinteraksi dengan siswa lain sehingga dapat memperkaya konsep yang dipelajari dan meningkatkan ingatan jangka panjang terhadap materi melalui proses belajar yang bermakna.
1
2 Dengan adanya perpaduan antara PBMP dan TPS, dapat dilakukan kajian perbandingan keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif Biologi, dan retensi antara siswa berkemampuan akademik rendah dengan penerapan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS. Melalui kajian perbandingan yang tersebut, potensi kedua strategi yang diperbandingkan dalam menolong siswa berkemampuan akademik rendah juga akan diketahui. METODE Penelitian dengan desain eksperimen semu (quasi experimental design) berpola pretest-posttest nonequivalent control group design ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 di SMA Islam Al Ma’arif Singosari dan SMA PGRI Kepanjen. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa berkemampuan akademik rendah kelas X SMA di Malang, sedangkan sampel penelitian adalah kelas X2 SMA Islam Al Ma’arif Singosari dan kelas X SMA PGRI Kepanjen. Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen berupa pembelajaran melalui strategi PBMP dipadu TPS, sedangkan pada kelompok kontrol berupa pembelajaran melalui strategi PBMP. Kedua kelompok penelitian telah diuji kesetaraannya. Instrumen penelitian dikelompokkan menjadi instrumen perlakuan yang meliputi silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Lembar Observasi Ketelaksanaan Sintaks; serta instrumen pengukuran yang terdiri dari tes uraian dan rubrik keterampilan metakognitif. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi, pelaksanaan pre test, penerapan pembelajaran melalui kedua strategi pada masing-masing kelompok, pelaksanaan post test, dan tes retensi. Data yang telah terkumpul diuji prasyarat dengan uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov) dan uji homogenitas (uji Levene’s). Uji hipotesis perbedaan keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi dilakukan dengan Anakova, sedangkan uji hipotesis perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi dilakukan dengan Anava atas data gain score. HASIL Hasil Uji Konsistensi Pelaksanaan Pembelajaran Konsistensi pelaksanaan sintaks diuji dengan analisis Regresi dua jalur antara skor keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif dari pre test dan post test. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa pada pembelajaran melalui strategi PBMP, nilai signifikansi tingkat paralel data sebesar 0,017 dan tingkat koinsiden data 0,018 sehingga dapat dikatakan sintaks PBMP belum dilaksanakan secara konsisten pada pembelajaran. Sementara itu, pembelajaran dengan strategi PBMP dipadu TPS memiliki nilai signifikansi tingkat paralel data 0,070 dan tingkat koinsiden sebesar 0,120 sehingga dapat dikatakan sintaks PBMP dipadu TPS telah dilaksanakan secara konsisten pada pembelajaran. Selanjutnya, konsistensi pembelajaran dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS masing-masing ditunjukkan pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
3
Gambar 1.1. Grafik Konsistensi Pembelajaran dengan Strategi PBMP
Gambar 1.2. Grafik Konsistensi Pembelajaran dengan Strategi PBMP dipadu TPS
Perbedaan dan Peningkatan Keterampilan Metakognitif Siswa Berkemampuan Akademik Rendah pada Strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS Keterampilan metakognitif siswa dengan strategi PBMP mengalami peningkatan sebesar 130,26% dengan rata-rata terkoreksi 29,12 sedangkan pada strategi PBMP dipadu TPS peningkatan keterampilan metakognitif siswa terjadi sebesar 281,32% dengan rata-rata terkoreksi 23,95. Hasil analisis dengan Anakova menunjukkan nilai probabilitas strategi pembelajaran adalah 0,063. Sehingga, dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan keterampilan metakognitif antara siswa berkemampuan akademik rendah pada pembelajaran Biologi dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS. Perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dianalisis dengan Anava atas data gain score keterampilan metakognitif. Hasil analisis data lengkap menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS dengan nilai signifikansi 0,014. Peningkatan terbesar dialami oleh siswa dengan strategi PBMP dipadu TPS dengan rata-rata peningkatan 21,13. Pada jumlah data 14 untuk masing-masing strategi, uji Anava juga menun jukkan perbedaan peningkatan skor keterampilan metakognitif yang signifikan dengan nilai 0,009. Peningkatan terbesar juga dialami oleh siswa dengan strategi PBMP dipadu TPS dengan rata-rata peningkatan 30,87. Perbedaan dan peningkatan skor keterampilan metakognitif siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan dan Peningkatan Skor Keterampilan Metakognitif Siswa Rata-rata peningkatan Strategi Rata-rata Rata-rata Rata-rata Data pre test Post Test terkoreksi 14 Data Lengkap PBMP 10,72 24,69 23,95 13,96 19,03 PBMP+TPS 7,51 28,65 29,12 21,13 30,87
Notasi BNT 5% a b
4 Perbedaan dan Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Berkemampuan Akademik Rendah pada Strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS Hasil belajar kognitif siswa dengan strategi PBMP mengalami peningkatan sebesar 200,57% dengan rata-rata terkoreksi 26,98 sedangkan pada strategi PBMP dipadu TPS peningkatan hasil belajar kognitif siswa terjadi sebesar 348,74% dengan rata-rata terkoreksi 33,39. Hasil analisis dengan Anakova menunjukkan nilai probabilitas strategi pembelajaran adalah 0,100. Sehingga, dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa berkemampuan akademik rendah pada pembelajaran Biologi dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS. Perbedaan peningkatan hasil belajar kognitif dianalisis dengan Anava atas data gain score hasil belajar kognitif. Hasil analisis data lengkap menunjukkan tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS dengan nilai signifikansi 0,100. Namun, pada jumlah data 14 untuk masing-masing strategi, uji Anava juga menun jukkan perbedaan peningkatan skor hasil belajar kognitif yang signifikan dengan nilai 0,003. Peningkatan terbesar dialami oleh siswa dengan strategi PBMP dipadu TPS dengan rata-rata peningkatan 23,20. Perbedaan dan peningkatan skor hasil belajar kognitif siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan dan Peningkatan Skor Hasil Belajar Kognitif Siswa Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Strategi peningkatan pre test Post Test terkoreksi (14 Data) PBMP 9,49 28,52 26,98 13,96 PBMP+TPS 7,22 32,41 33,39 23,20
Notasi BNT 5% (14 data) a B
Perbedaan dan Peningkatan Retensi Keterampilan Metakognitif Siswa Berkemampuan Akademik Rendah pada Strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS Retensi keterampilan metakognitif siswa dengan strategi PBMP mengalami peningkatan sebesar 4,24% dengan rata-rata terkoreksi 27,26 sedangkan pada strategi PBMP dipadu TPS peningkatan keterampilan metakognitif siswa terjadi sebesar dengan rata-rata terkoreksi 28,38. Hasil analisis dengan Anakova menunjukkan nilai probabilitas strategi pembelajaran adalah 0,637. Sehingga, dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan keterampilan metakognitif antara siswa berkemampuan akademik rendah pada pembelajaran Biologi dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS. Perbedaan peningkatan retensi keterampilan metakognitif dianalisis dengan Anava atas data gain score retensi keterampilan metakognitif. Hasil analisis data lengkap menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS dengan nilai signifikansi 0,887. Demikian pula pada jumlah data 14 untuk masing-masing strategi, uji Anava juga menun jukkan tidak terdapat perbedaan peningkatan skor retensi keterampilan metakognitif yang signifikan dengan nilai 0,186. Perbedaan dan peningkatan skor retensi keterampilan kognitif siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS ditampilkan pada Tabel 3.
5 Tabel 3. Perbedaan dan Peningkatan Skor Retensi Keterampilan Metakognitif Siswa Strategi Persentase Rata-rata Rata-rata Rata-rata Selisih peningkatan pre test post test terkoreksi PBMP 10,72 24,69 1,05 23,95 2,44% PBMP+TPS 7,51 28,65 0,70 29,12 4,24%
Perbedaan dan Peningkatan Retensi Hasil Belajar Kognitif Siswa Berkemampuan Akademik Rendah pada Strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS Retensi hasil belajar kognitif siswa dengan strategi PBMP mengalami peningkatan sebesar 19,73% dengan rata-rata terkoreksi 36,25 sedangkan pada strategi PBMP dipadu TPS peningkatan hasil belajar kognitif siswa terjadi sebesar 4,81%. dengan rata-rata terkoreksi 32,63. Hasil analisis dengan Anakova menunjukkan nilai probabilitas strategi pembelajaran adalah 0,111. Sehingga, dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan retensi hasil belajar kognitif antara siswa berkemampuan akademik rendah pada pembelajaran Biologi dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS. Perbedaan peningkatan retensi hasil belajar kognitif dianalisis dengan Anava atas data gain score hasil belajar kognitif. Hasil analisis data lengkap menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara siswa yang belajar melalui strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS dengan nilai signifikansi 0,073. Namun, pada jumlah data 14 untuk masing-masing strategi, uji Anava menun jukkan adanya perbedaan peningkatan skor hasil belajar kognitif yang signifikan dengan nilai 0,000. Peningkatan terbesar dialami oleh siswa dengan strategi PBMP dengan rata-rata peningkatan 5,62. Perbedaan dan peningkatan skor hasil belajar kognitif siswa dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Perbedaan dan Peningkatan Skor Retensi Hasil Belajar Kognitif Siswa Rata-rata Notasi BNT 5% Rata-rata Rata-rata Rata-rata Strategi peningkatan (14 data) pre test Post Test terkoreksi (14 Data) PBMP+TPS 32,41 33,97 32,63 -2,38 a PBMP 28,52 34,15 36,25 5,62 b
PEMBAHASAN Konsistensi pelaksanaan sintaks pembelajaran perlu diketahui karena dapat mempengaruhi hasil penelitian. Langkah-langkah strategi pembelajaran berpola PBMP mengikuti langkah-langkah terstruktur yaitu: Sediakan, Lakukan (meliputi kegiatan, penulisan hasil pengamatan dan Renungkan), Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi, dan Arahan (Corebima, 2004). Sedangkan pada strategi PBMP dipadu TPS, langkah-langkah PBMP dilakukan dengan tahap pembelajaran TPS yang meliputi think, pair, dan share. Berdasarkan analisis data, terungkap bahwa sintaks strategi PBMP dipadu TPS telah dilaksanakan secara konsisten dalam pembelajaran. Di lain pihak, sintaks strategi PBMP belum dilaksanakan secara konsisten. Tidak konsistennya pembelajaran dengan strategi PBMP dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari guru dan siswa. Faktor guru yang menyebabkan tidak konsistennya pembelajaran antara lain kurangnya pengalaman dalam menerapkan strategi PBMP. Guru membutuhkan banyak pengalaman untuk benar-benar menguasai langkah-langkah pembelajaran PBMP, terampil mengalokasikan waktu, dan mempertahankan konsistensi agar tidak ada penyampaian informasi
6 berupa kalimat informatif. Faktor dari siswa meliputi kurangnya ketertarikan terhadap pembelajaran serta kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Gall dan Rhody (1987) dalam Bernadowski (2006) telah menyatakan bahwa pertanyaan bersifat memotivasi siswa, sehingga menjaga siswa pada tugas. Siswa berkemampuan akademik rendah tidak terbiasa belajar melalui aktivitas menjawab pertanyaan sehingga ketertarikannya terhadap tugas rendah dan tanggung jawab yang dimiliki rendah. Akibatnya, pembelajaran tidak dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan dan tahap PBMP tidak terselesaikan secara penuh. Terkait pemberdayaan keterampilan metakognitif, strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS sama-sama dapat memberdayakan keterampilan metakognitif siswa berkemampuan akademik rendah. Sintaks PBMP seluruhnya diterapkan melalui jalinan pertanyaan dalam bentuk Lembar PBMP. D’Avanzo (2003) menyatakan bahwa pertanyaan berkualitas tinggi dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan metakognitif. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Gall dan Rhody (1987) dalam Bernadowski (2006) menyebutkan bahwa salah satu manfaat pertanyaan adalah untuk mengaktifkan proses metakognitif dan pertanyaan yang bagus dapat memancing proses berpikir. Karakteristik pertanyaan yang sangat diperhatikan dalam lembar PBMP juga mendorong kegiatan berpikir siswa secara maksimal. Pertanyaan di bagian Lakukan, Renungkan, dan Pikirkan yang saling berkaitan melatih keterampilan metakognitif siswa untuk memonitor proses berpikir diri sendiri. Pada bagian Evaluasi, siswa melakukan self evaluation tentang materi yang dipelajari, dan pada bagian Arahan, siswa mengatur dan memilah arahan-arahan yang dapat digunakan untuk perbaikan proses berpikir pada tugas selanjutnya. Dengan demikian, melalui penerapan strategi PBMP keterampilan metakognitif siswa dapat meningkat. Peningkatan keterampilan metakognitif siswa juga terjadi pada strategi PBMP dipadu TPS. D’Avanzo (2003) menyatakan bahwa kerja kelompok adalah cara yang efektif untuk belajar dan dapat membantu siswa mengasah keterampilan metakognitif. Tahap pertama (think) dalam pembelajaran berstrategi PBMP dipadu TPS memungkinkan proses berpikir secara individual bisa terjadi secara maksimal. Tahap pair dan share meningkatkan keterampilan metakognitif siswa melalui peningkatan pengetahuan metakognitif. Menurut D’Avanzo (2003), siswa akan menjadi lebih sadar akan pemikirannya sendiri ketika mereka berbicara dengan siswa lain untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa yang telah memiliki pengetahuan metakognitif dapat proses menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengarahkan dan mengatur proses belajarnya, yang disebut keterampilan metakognitif (Hammond dkk., 2003). Hasil analisis perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif siswa menunjukkan bahwa strategi PBMP dipadu TPS lebih tinggi dalam meningkatkan keterampilan metakognitif siswa berkemampuan akademik rendah. Hal ini dapat dipahami karena pada strategi PBMP dipadu TPS terdapat aktivitas yang mengembangkan keterampilan metakognitif yaitu melalui aktivitas belajar kooperatif. Namun demikian, perbedaan yang ada tersebut tidak signifikan. Hasil perbandingan yang tidak signifikan bertentangan dengan Jamaluddin (2009) dan Haerullah (2012). Tidak sesuainya hasil penelitian dengan kajian teoritik dan empirik dimungkinkan karena sintaks PBMP yang belum dilaksanakan secara konsisten. Namun
7 demikian, peneliti juga masih belum mengetahui secara pasti alasan yang dapat menjelaskan ketidaksesuaian hasil penelitian tersebut. Terkait dengan hasil belajar kognitif, antara strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam memberdayakan hasil belajar kognitif siswa berkemampuan akademik rendah. PBMP dapat memberdayakan hasil belajar kognitif melalui karakteristik pembelajaran PBMP yang seluruhnya diterapkan melalui pertanyaan. Bernadowski (2006) atas dasar berbagai penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan adalah alat instruksional utama yang dapat digunakan oleh guru dalam mendorong pencapaian belajar siswa. Pola pertanyaan yang baik dari guru akan meningkatkan hasil belajar siswa. Bagian-bagian lembar PBMP yang digunakan juga berperan penting dalam menimbulkan kedalaman pengolahan materi yang dipelajari siswa, khususnya pada bagian Renungkan dan Pikirkan. Hasil analisis perbedaan peningkatan hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa pada strategi PBMP dipadu TPS peningkatan hasil belajar kognitif siswa lebih tinggi. Pencapaian hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan melalui tahap pair dan share. Pada kedua tahap tersebut, siswa dapat berdiskusi serta memperkaya ide dan konsep menggunakan bahasa yang lebih komunikatif sehingga pemahaman terhadap konsep yang dipelajari menjadi lebih maksimal (Prasetyawati, 2009). Sekalipun lebih tinggi pada strategi PBMP dipadu TPS, perbedaan kedua strategi (PBMP dan PBMP dipadu TPS) dalam memberdayakan hasil belajar kognitif siswa tidak berbeda signifikan. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rambitan (2012). Tidak sesuainya hasil penelitian juga dimungkinkan akibat pelaksanaan sintaks yang tidak konsisten pada strategi PBMP. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa sejalan dengan peningkatan keterampilan metakognitifnya. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Howard (2004) bahwa keterampilan metakognitif memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian, ingatan, dan pemecahan masalah. Penelitian oleh Atunasikha (2010) juga membuktikan adanya hubungan antara keterampilan metakognitif dengan pemahaman konsep pada strategi PBMP dipadu TPS. Terkait retensi keterampilan metakognitif, hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara retensi keterampilan metakognitif maupun peningkatan retensi keterampilan metakognitif pada pembelajaran Biologi melalui strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS pada siswa berkemampuan akademik rendah. Menurut Dahar (1988), retensi adalah bertahannya materi yang dipelajari dalam memori dan tidak dilupakan. Keterampilan metakognitif yang telah dipelajari siswa melalui pembiasaan strategi belajar yang memberdayakan keterampilan metakognitif (yaitu PBMP dan PBMP dipadu TPS) tersimpan dalam ingatan jangka panjang dan tidak terlupakan karena pembelajaran dengan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS diterapkan dan diulang-ulang dalam waktu yang lama. Dahar (1988) menyatakan bahwa pemindahan informasi ke memori jangka panjang dapat dilakukan melalui pengulangan kembali (rehearsal). Perbedaan yang tidak signifikan antara retensi keterampilan metakognitif pada strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS juga berkaitan dengan pelaksanaan sintaks yang tidak konsisten pada salah satu strategi. Tidak konsistennya pelaksanaan pembelajaran pada strategi PBMP sangat berpotensi mempengaruhi data retensi
8 keterampilan metakognitifnya sehingga hasil perbandingan menjadi tidak signifikan. Namun peneliti sendiri belum mengetahui pasti tentang kebenaran penjelasan tersebut. Terkait retensi hasil belajar kognitif, hasil analisis data mengungkap bahwa antara siswa berkemampuan akademik rendah yang belajar melalui strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat diartikan baik strategi PBMP maupun PBMP dipadu TPS sama-sama dapat memberdayakan retensi hasil belajar kognitif siswa. Hasil perbandingan ini sejalan dengan hasil penelitian Jamaluddin (2009). Proses pembelajaran memegang peran penting terhadap retensi siswa. Menurut Witherington (1986), hal-hal yang tidak bermakna seperti hal-hal yang bersifat hafalan paling mudah dilupakan dibandingkan hal yang didapatkan dari proses mental yang lebih tinggi atau pengalaman praktik yang bermakna. Pada pembelajaran PBMP, retensi hasil belajar siswa diberdayakan melalui langkah-langkah pembelajaran berpola PBMP yang tidak bersifat informatif serta melalui peran siswa sebagai partisipan aktif dalam pembelajaran mulai dari tahap Sediakan, Lakukan, hingga menjawab pertanyaan di bagian Renungkan, Pikirkan, dan Evaluasi. Retensi juga diberdayakan melalui karakteristik pertanyaan pada Lembar PBMP, yaitu pertanyaan tentang hal yang sama diulang dan dirumuskan dari sudut pandang yang berbeda-beda (Corebima, 2005). Menurut Dahar (1988), retensi dapat diusahakan oleh guru dan para siswa itu sendiri dengan cara banyak kali mengulangi pelajaran itu. Retensi hasil belajar kognitif pada siswa yang belajar dengan strategi PBMP dipadu TPS juga meningkat berkat langkah-langkah pembelajaran berpola PBMP yang diterapkan dengan sintaks strategi kooperatif TPS. Kemampuan retensi dapat diberdayakan dengan pembelajaran kooperatif. PBMP dengan karakteristik pertanyaannya yang tidak bersifat informatif, disusun secara sistematis dan memuat konsep yang dikaji sebanyak-banyaknya jika diterapkan dengan aktivitas think, pair, dan share semestinya akan semakin meningkatkan retensi hasil belajar kognitif siswa. Hasil analisis perbedaan peningkatan retensi hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa strategi PBMP dapat lebih tinggi dalam meningkatkan retensi hasil belajar kognitif siswa berkemampuan akademik rendah meskipun perbedaan antara kedua strategi dalam memberdayaakan retensi hasil belajar tidak signifikan. Tidak signifikannya hasil perbandingan retensi hasil belajar kognitif pada strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS tidak sejalan dengan penelitian Rambitan (2012). Ketidaksesuaian ini diduga juga berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada kedua strategi. Pelaksanaan sintaks PBMP yang tidak konsisten sangat dimungkinkan mempengaruhi hasil penelitian sehingga hasil perbandingan menjadi tidak signifikan. Namun demikian, peneliti juga masih belum dapat memastikan alasan apa yang dapat menjelaskan ketidaksesuaian tersebut. Tidak signifikannya retensi hasil belajar kognitif sejalan dengan retensi keterampilan metakognitif. Secara teoritik, memang hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa sejalan dengan penguasaan keterampilan metakognitifnya. Gama (2000) menyatakan bahwa metakognisi memainkan peran utama dalam perkembangan kognitif dan berpengaruh terhadap akuisisi, pemahaman, retensi, dan penerapan terhadap hal yang telah dipelajari. Penelitian yang dilakukan
9 oleh Iin dan Sugiarto (2012) juga menunjukkan bahwa peningkatan skor keterampilan metakognitif juga diikuti oleh peningkatan skor hasil belajar. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, retensi keterampilan metakognitif, dan retensi hasil belajar kognitif siswa berkemampuan akademik rendah pada pembelajaran Biologi melalui strategi PBMP dipadu TPS. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa berkemampuan akademik rendah pada pembelajaran Biologi melalui strategi PBMP dipadu TPS. Peningkatan retensi keterampilan metakognitif siswa berkemampuan akademik rendah pada strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS tidak berbeda secara signifikan sedangkan retensi hasil belajar kognitif berbeda signifikan pada kedua strategi yang dibandingkan. Saran Berdasarkan simpulan penelitian, saran yang dapat dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut. Guru disarankan menerapkan strategi PBMP dan PBMP dipadu TPS secara konsisten dalam pembelajaran Biologi di kelas terkait potensinya dalam memberdayakan keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi siswa berkemampuan akademik rendah. Dalam kaitannya dengan pencarian model pembelajaran yang dapat menolong siswa berkemampuan akademik rendah, perlu dilakukan penelitian tentang strategi lain yang dapat memberdayakan keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi di kalangan siswa berkemampuan akademik rendah. DAFTAR RUJUKAN Atunasikha, L. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep Siswa Laki-Laki dan Perempuan Kelas IV SDN Penanggungan Malang pada Pembelajaran Sains dengan Strategi Pembelajaran PBMP dan Think Pair Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM. Bernadowski, C. C. 2006. The Effects of Middle School Social Studies Teacher’s Questioning Patterns on Learner’s Outcomes. Disertasi dipublikasikan pada http://dscholarship.pitt.edu/9493/1/CapalongoBernadowskiCarianne2006.pdf. Diakses tanggal 20 April 2013. Corebima, A. D. 2004. Pengembangan Lembar PBMP (TEQ) dalam Pembelajaran IPA – Biologi. Makalah disampaikan pada Pelatihan PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) pada Pembelajaran Bagi Para Guru Sains Biologi dalam Rangka RUKK VA. 9-10 Juli 2004. Corebima, A. D. 2005. Pola Pengembangan Lembar PBMP (TEQ) dalam Pembelajaran IPA – Biologi. Makalah disampaikan dalam pelatihan mahasiswa dan guru dalam rangka penelitian RUKK yang diselenggarakan Tim RUKK pada 25 Juni 2005. D’Avanzo, C. 2003. Application of Research on Learning to College Teaching: Ecological Examples. (Online).
10 http://www.hampshire.edu/ns/files/BioScience_Nov2003.pdf. Diakses tanggal 20 April 2013. Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Gama, C. 2000. The Role of Metacognition in Interactive Learning Environment. Paper presented at International Conference on Intelligent Tutoring Systems – Young Researchers’ Track Proceedings, Montreal, Canada: June 2000. Haerullah, H. A. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berpola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dan Think Pair Share (TPS) serta Pengaruh Penerapannya Terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, dan Sikap Sosial Siswa SD Multietnis di Kota Ternate. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM. Hammond, L. D. dkk. 2003. Session 9, Thinking About Thinking. (Online). http://www.learner.org/courses/learningclassroom/support/09_metacog.p df. Diakses tanggal 9 Januari 2013. Howard, J. B. 2004. Metacognitive Inquiry. (Online). http://org.elon.edu/t2project/pdf_docs/sp_metacognitive.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2013. Iin, Y. N. I. S., dan Sugiarto, B. 2012. Korelasi Antara Keterampilan Metakognitif dengan Hasil Belajar Siswa di SMA Dawarblandong, Mojokerto. Unesa Journal of Chemical Education. Vol. 1 (2): 78-83. Jamaluddin. 2009. Pengaruh Pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan Dipadukan Strategi Kooperatif dan Kemampuan Akademik Terhadap Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA-biologi, dan Retensi Siswa SD di Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM. Prasetyawati, F. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) dan TPS (Think Pair Share) terhadap Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Malang pada Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM. Rambitan, V. M. M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berpola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dengan Think Pair Share (TPS) terhadap Sikap Sosial, Keterampilan Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Biologi Siswa Multietnis di SMP Kota Samarinda. Tesis tidak Diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM. Witherington, H. C. 1986. Educational Psychology. Jakarta: Penerbitan Universitas.