iii
PENURUNAN TINGKAT KEBISINGAN JALAN RAYA DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PAGAR
RIANDY SURYA IRAWAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014
Riandy Surya Irawan NIM F44100026
vi
ABSTRAK RIANDY SURYA IRAWAN. Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar. Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO. Pencemaran lingkungan telah menjadi perhatian global yang salah satunya adalah polusi suara. Oleh karena itu, diperlukan peredam kebisingan sebagai kontrol untuk mengurangi kebisingan dari lalu lintas di jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas serta menentukan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok yang paling efektif sebagai peredam kebisingan. Metode pengukuran kebisingan dilakukan secara langsung dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM). Jenis pagar vegetasi yang diuji adalah Acalypha siamensis, Oleina syzygium dan Nothopanax scutellarium, sedangkan tembok yang diuji adalah yang terbuat dari batako dan bata merah. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas ratarata sebesar 76 dB(A). Berdasarkan standar baku mutu yang berlaku, tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas melebihi baku mutu yang diijinkan. Jenis pagar yang paling efektif untuk mengurangi kebisingan adalah pagar dengan vegetasi berjenis Acalypha siamensis dan dinding batako. Kata Kunci: dinding, jalan, pagar vegetasi , peredam kebisingan, polusi suara ABSTRACT RIANDY SURYA IRAWAN. Reducing Road Noise Level Using Barrier. Supervised by ARIEF SABDO YUWONO. Environment pollution, including noise pollution has become a global concern. Thus, it is necesarry to find noise barrier to reduce noise that come from the street. The objectives of this research were to measure noise level at Raya Ciomas street and to determine the best vegetation fences and wall to reduce noise from the street. Measurement of the noise was done using Sound Level Meter (SLM). This research analyzed Acalypha siamensis, Oleina Syzgium and Nothopanax Scutellarium as vegetated fences and walls made of brick and red brick. The result showed that noise on Raya Ciomas street was higher than determinded noise standard. These result had shown that Acalypha siamensis vegetated fences and wall made of brick was the best noise barrier on Raya Ciomas street Keywords: noise barrier, noise pollution, street, vegetated fences, wall
iv
vii
PENURUNAN TINGKAT KEBISINGAN JALAN RAYA DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PAGAR
RIANDY SURYA IRAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ix
Judul Penelitian Nama NIM
: Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar : Riandy Surya Irawan : F44100026
Disetujui oleh
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
x
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar” ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, Bapak Bambang Irawan dan Ibu Heny Djuaningsih serta kedua kakak yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi, dan doa. Di samping itu disampaikan juga ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Bambang Irawan, Bapak Sutisna sebagai Kepala Kecamatan di Kantor Kecamatan Ciomas, Bapak Tedi sebagai satpam di SMP PGRI 3, dan Bapak Farid Santosa sebagai satpam di Pasar Ciomas yang telah memberikan izin penelitian. 2. Teman-teman satu bimbingan Age, Aci, Diah, Agit, dan Dipta yang telah memberikan motivasi dan bantuan. 3. Lia, Cindhy, Dodi, Hendi, Isti, Chandra, Angga, Miro, Ikhsan, Nadi, Adam, Maya, Panji, Tami, Yoni, Rima, Riza, Agi, Dimas, Isti, Eko, Masrun, Asep, Rizal, Akbar dan seluruh teman-teman SIL 47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, bantuan dan motivasinya. 4. Teman-teman SMP Firman, Sari, Ayu, Wijdan, Irma, Irsyad, dan Ainul yang turut membantu dan memberi semangat. Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Riandy Surya Irawan
xi
DAFTAR ISI PRAKATA
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE PENELITIAN
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3
Prosedur Penelitian
3
Teknik Pengukuran
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Pengukuran dan Analisis Kebisingan di Lapangan
7
Pengukuran Efektivitas Penghalang dalam Mereduksi Kebisingan
8
Rancangan Teknis Sebagai Pengendali Kebisingan SIMPULAN DAN SARAN
13 17
Simpulan
17
Saran
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
30
xii
DAFTAR TABEL 1 Tingkat kebisingan pada hari Senin 7 Juni 2014 pukul 06.00 – 06.10 WIB, jarak 1m 2 Jenis-jenis vegetasi sebagai peredam kebisingan 3 Material batako dan bata merah sebagai peredam kebisingan 4 Reduksi penghalang terhadap ketinggian efektif dan jarak penerima 100 meter
7 9 11 13
DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi penelitian 2 Diagram alir penelitian 3 Pengukuran tingkat kebisingan terhadap variasi jarak
3 4 5
DAFTAR LAMPIRAN Baku Tingkat Kebisingan Tingkat Kebisingan di Kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor 3 Tingkat Kebisingan di Sekolah PGRI 3 Ciomas, Kabupaten Bogor 4 Tingkat Kebisingan di pasar Ciomas, Kabupaten Bogor 5 Tingkat Kebisingan di Kantor Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 6 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di kawasan kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas 7 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di sekolah PGRI 3 Jalan Raya Ciomas 8 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Pasar Ciomas Jalan Raya Ciomas 9 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Kantor Kecamatan Ciomas Jalan Raya Ciomas 10 Hasil pengukuran persentase reduksi kebisingan dengan berbagai jenis penghalang 1 2
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan telah menjadi perhatian global yang terus meningkat dalam tiga dekade terakhir, salah satunya adalah polusi suara (Monazzam et al. 2014). Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas transportasi dan lalu lintas. Hal ini diiringi dengan peningkatan tingkat kebisingan di sepanjang jalan raya. Kebisingan yang berlebihan juga dapat mengakibatkan masalah-masalah mental dan kesehatan fisik. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di dekat jalan-jalan dan lalu lintas yang sibuk atau dekat dengan bandara, mendapatkan gangguan pendengaran akibat bising secara perlahan. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya, sehingga penderita mulai mengeluh kurang pendengaran (Bluhm et al. 2004). Kebisingan Menurut KEP-48/MENLH/11/1996 adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber kebisingan berasal dari kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang dan lingkungan industri. Ahmed dan Zulquernai (2009) menyatakan Kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan maupun kesehatan seperti gangguan psikologis, gangguan pendengaran dan efek negatif terhadap seseorang. Dampak buruk yang ditimbulkan dengan bertambahnya jumlah kendaaran adalah terjadi kemacetan yang tidak diharapkan. Sumber kebisingan yang diakibatkan oleh kemacetan ini berasal dari suara knalpot, kecepatan berkendara, dan mesin kendaraan. Subrani et al. (2012) menyatakan bahwa kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan dengan kecepatan normal dan konstan akan menghasilkan suara knalpot yang lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan yang berkecepatan tinggi. Sumber kebisingan tersebut sangat tidak diharapkan pada daerah-daerah sekolah, rumah sakit, instansi pemerintah, kawasan pemukiman, dan lainnya yang membutuhkan ketenangan. Goyal et al. (2010) menyatakan bahwa kebisingan merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan yang sering ditemukan dalam lingkungan sekitar khususnya bagi kawasan pemukiman yang berada di dekat jalan raya. Wang et al. (2005) menyatakan bahwa berbagai studi pemantauan kebisingan dan survei sosiologi dalam beberapa tahun terakhir mengindikasikan dibutuhkannya suatu pengendalian untuk mengurangi kebisingan di berbagai daerah. Salah satu upaya untuk mengurangi kebisingan yaitu dengan membuat penghalang (barrier), baik dengan beton (konstruksi) maupun dengan vegetasi tertentu (green belt). Peredam kebisingan sebagai kontrol kebisingan lingkungan digunakan untuk mengurangi kebisingan lalu lintas. Jenis penghalang (barrier) dapat berfungsi untuk mencegah kebisingan yang berasal dari suara kendaraan maupun aktivitas pabrik yang merambat melalui udara terhadap penerima (Monazzam dan Fard 2012). Oleh karena itu dilakukanlah penelitian ini sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kebisingan di Ciomas dan untuk mengetahui jenis barrier yang paling efektif digunakan.
2
Perumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengukur penurunan tingkat kebisingan jalan raya dengan menggunakan beberapa jenis pagar. Ide penelitian muncul karena tingkat kebisingan yang berada di Kabupaten Bogor khususnya di daerah Jalan Raya Ciomas tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Kuantitas tingkat kebisingan akibat lalu lintas pada peruntukan kawasan lingkungan kegiatan di Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor. 2. Membandingkan tingkat kebisingan lalu lintas di daerah Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor yang mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996. 3. Menentukan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok yang paling efektif sebagai dinding penghalang kebisingan, serta membuat rancangan tembok penghalang kebisingan (noise barrier). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengukur tingkat kebisingan akibat lalu lintas pada peruntukan kawasan lingkungan kegiatan di Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor, serta membandingkannya dengan standar baku kebisingan yang berlaku. 2. Menentukan jenis pagar (vegetasi) dan dinding tembok yang paling efektif sebagai struktur peredam kebisingan, serta membuat rancangan tembok peredam kebisingan (noise barrier) sesuai Pedoman Teknik dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 076/KPTS/Db/1999. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai metode pengendalian kebisingan yang baik dan efektif dalam meredam kebisingan di jalan raya. 2. Penggunaan pagar bervegetasi dan tembok yang tepat dapat mengurangi gangguan fisiologis dan psikologis yang ditimbulkan oleh kebisingan. 3. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor bahwa dengan adanya simulasi ini dapat mengurangi tingkat kebisingan di jalan raya secara baik dan efektif dengan menggunakan beberapa jenis pagar tanaman dan tembok. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan di daerah Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor. 2. Penelitian ini hanya membahas mengenai pengukuran, analisis tingkat kebisingan, simulasi sebagai peredam kebisingan di jalan raya, dan membuat rancangan tembok noise barrier.
3
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2014. Pengukuran dilakukan pada empat titik lokasi di Jalan Raya Ciomas Kabupaten Bogor yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi penelitian Sumber: Google Earth Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan, yaitu: 1. Digital Sound Level Meter [Model MS6700 dan Krisbow KW06-290] 2. Global Positioning System (GPS) 3. Digital Camera [DSLR Nikon D5100] dan Tripod [Model Slik SDV-20] 4. Stopwatch 5. Counter [Model Tally] 6. Camcorder [Model JVC Everio] 7. Microsoft Excel 2011 8. AutoCad 2011 9. Google SketchUp 10. Laptop 11. Pagar denngan tanaman mangkokan (Nothopanax scutellarium), teh-tehan (Acalypha siamensis) dan pucuk merah (Oleina syzygium) 12. Pagar Tembok yang terbuat dari bata dan batako Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer sesuai dengan KEP-48/MNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir yang disajikan pada Gambar 2.
4
Mulai
Ide penelitian Perumusan masalah Studi literatur
Pengambilan data
Pengukuran kebisingan di Jalan Raya Ciomas
Pengukuran dimensi penghalang (barrier)
Simulasi peredam kebisingan
Pengukuran kebisingan yang melewati peredam
Pengukuran selama 1 menit, 10 menit, siang hari, malam hari dan 1 hari (24 jam)
Pengolahan data
Hasil dan pembahasan
Simpulan dan saran
Selesai Gambar 2 Diagram alir penelitian
5
Teknik Pengukuran Pengukuran Tingkat Kebisingan di Jalan Raya Ciomas Sebelum penelitian dimulai, dilakukan survei lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Terdapat empat titik lokasi yaitu kawasan pemukiman, sekolah, perkantoran, dan pasar. Kemudian tingkat kebisingan lingkungan mulai diukur dengan menggunakan Sound Level Meter dengan mengukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996, waktu pengukuran dilakukan selama 24 jam (LSM) dengan aktivitas pada siang hari selama 16 jam (LS) pada selang waktu antara pukul 06.00-22.00 (4 waktu pengukuran) dan aktivitas pada malam hari selama 8 jam (LM) pada selang waktu antara pukul 22.00-06.00 (3 waktu pengukuran). Pengukuran pada satu lokasi dilakukan dengan berbagai jenis variasi jarak yang berbeda yaitu 1 m, 2 m, dan 3 m yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Pengukuran tingkat kebisingan terhadap variasi jarak Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: ( (
)
[ )
] [
]
(
)
(
) (
(1)
(
(2) (3) (4)
)
)
(5)
6
Keterangan : Leq
: Equivalent Continuous Noise Level, merupakan nilai tingkat kebisingan yang berfluktuatif selama waktu tertentu dan setara dengan tingkat kebisingan pada selang waktu yang sama [dB(A)] LpAi : Tingkat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam interval 5 detik [dB(A)] LS : selama siang hari [dB(A)] T1,.. T4 : Rentang waktu pengukuran di siang hari (jam) L1,.., L4 : (10 menit) pada rentang waktu jam ke-n di siang hari [dB(A)] LM : selama malam hari [dB(A)] T5, T6, T7 : Rentang waktu pengukuran di malam hari ( jam ) LSM : selama siang dan malam hari [dB(A)] Pengukuran Simulasi Penghalang Kebisingan (Noise Barrier) Pengukuran simulasi sumber kebisingan sebagai pengendali kebisingan berupa penghalang (barrier) dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan agar didapatkan nilai rata-rata. Sumber kebisingan atau suara yang digunakan adalah menggunakan suara musik yang berasal dari handphone. Sumber suara tersebut diletakan pada ketinggian 70-120 cm dengan mengasumsikan bahwa ketinggian dan sumber suara sama dengan kendaraan. Pada dasarnya, konsep simulasi yang dilakukan adalah sama dengan pengukuran di Jalan Raya Ciomas, yang membedakan adalah sumber suaranya. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan metode pengukuran langsung dengan Sound Level Meter dengan jarak 1 m, 2 m, dan 3 m seperti yang disajikan pada Gambar 4. Simulasi dilakukan dengan penghalang berupa dinding, vegetasi dan tanpa penghalang. 1
Gambar 4 Pengukuran tingkat kebisingan dengan terdapat penghalang
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan Analisis Kebisingan di Lapangan Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan sejak tanggal 17 Mei hingga 9 Juni 2014. Waktu pengukuran dalam satu hari dilakukan sebanyak 7 kali pengukuran yang terbagi atas 4 kali waktu pengambilan pada siang hari (LS) dan 3 kali waktu pengambilan pada malam hari (LM). Dalam satu minggu, pengukuran hanya dilakukan tiga hari yaitu pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin dengan asumsi jumlah kendaraan pada ketiga hari tersebut cenderung lebih banyak dibanding hari biasa. Pengukuran dilakukan pada empat lokasi yang dianggap sensitif dengan kebisingan lalu lintas, yaitu kawasan pemukiman, Sekolah PGRI 3, Kantor Kecamatan Ciomas, dan Pasar Ciomas. Teknik pengambilan data dilakukan dengan memperhatikan berbagai jarak tertentu agar diperoleh hasil perbandingan dari nilai Leq yang berbeda dari setiap jarak. Jarak yang diuji dalam penelitian ini yaitu 1 m, 2 m, dan 3 m. Pengukuran tingkat kebisingan dengan jarak 1 m disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Leq 10 menit yang diperoleh sebesar 76 dB(A). Tabel 1 Tingkat kebisingan pada hari Senin 7 Juni 2014 pukul 06.00 – 06.10 WIB, jarak 1m Menit-ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Leq 10 menit
Leq 1 menit dB(A) 73 72 75 76 74 80 76 71 76 79 76
Tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas dapat dilihat pada Lampiran 2. Menurut KEP-48/MNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, secara keseluruhan tingkat kebisingan yang terjadi di Jalan Raya Ciomas melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena Jalan Raya Ciomas merupakan jalan alternatif, sehingga terjadi peningkatan jumlah kendaraan sehingga mengakibatkan kemacetan yang dapat memacu suara klakson. Hassan dan Alam (2013) menyatakan bahwa penyebab bising yang cukup keras di atas sekitar 70 dB(A) dapat menyebabkan kegelisahan (nervousness), kurang enak
8
badan, kejenuhan dalam mendengar, tidak dapat berkonsentrasi, dan masalah peredaran darah. Variasi jarak yang berbeda menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari sumber bising maka tingkat kebisingan akan semakin kecil ( Leq 1 m > Leq 2 m > Leq 3 m). Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa semua titik lokasi pengukuran tingkat kebisingan LSM yang terjadi melebihi baku mutu yang ditetapkan. Nilai LSM pada hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014 menunjukkan nilai yang tinggi dibandingkan dengan yang lain yaitu memiliki nilai LSM untuk setiap jarak sebesar 81 dB(A), 78 dB(A), dan 74 dB(A). Hal tersebut disebabkan karena banyaknya aktivitas yang terjadi pada hari libur dan menyebabkan peningkatan jumlah kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan. Hubungan antara jumlah kendaraan dan tingkat kebisingan dapat dilihat pada Lampiran 6-9. Kemacetan tersebut menyebabkan peningkatan intensitas bunyi klakson yang dapat memicu kebisingan. Subrani et al. (2012) menyatakan bahwa kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan dengan kecepatan normal dan konstan akan menghasilkan suara yang lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan yang berkecepatan tinggi. Jarak 1m
Jarak 2m
Jarak 3m
Pemukiman dan Sekolah [55 dB(A)]
Perdagangan [ 65dB(A)]
Perkantoran [70dB(A)]
70 60 50 40 30
Pemukiman
Sekolah
Perdagangan Waktu Pengukuran
Perkantoran
Gambar 5 Tingkat kebisingan siang-malam (LSM) di Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor Pengukuran Efektivitas Penghalang dalam Mereduksi Kebisingan Secara umum, bangunan penghalang merupakan salah satu solusi yang digunakan dalam mereduksi kebisingan. Pengukuran efektivitas penghalang
9 Juni 2014
8 Juni 2014
7 Juni 2014
2 Juni 2014
1 Juni 2014
31 Mei 2014
26 Mei 2014
25 Mei 2014
24 Mei 2014
19 Mei 2014
10
18 Mei 2014
20 17 Mei 2014
Tingkat Kebisingan dB(A)
80
9
dilakukan agar diketahui nilai persentase beberapa jenis penghalang yang baik dalam meredam kebisingan. Mehravaran et al. (2010) menyatakan bahwa penghalang dapat terbuat secara alami maupun buatan, contohnya dinding, pagar yang kokoh, bangunan, pohon, dan semak. Beberapa jenis penghalang vegetasi yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Sagitawaty (2001), Joshi dan Chauhan (2008) menyatakan bahwa selain memiliki nilai estetika yang tinggi, vegetasi juga dapat berfungsi dalam mereduksi kebisingan, memodifikasi iklim dan dapat menyerap partikel–partikel debu dari udara. Selain itu, morfologi daun mempengaruhi kemampuan daun menahan debu jatuh dan membelokkan rambatan bunyi. Tabel 2 Jenis-jenis vegetasi sebagai peredam kebisingan Gambar
Jenis Vegetasi Teh-tehan (Acalypha siamensis)
Pucuk merah(Olea syzygium)
Dimensi (p x l x t) cm
Lokasi
974 x 62.5 x 254
Jalan Skip RT 04/RW 11 No. 123 Kelurahan Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan
856 x 170.6 x 101.2
Jalan Tangkuban Perahu No. 10 Taman Kencana, Kota Bogor
556 x 1.5 x 120 Mangkokan (Nothopanx scutellarim)
Seafast IPB
10
Simulasi menggunakan sumber suara yang berasal dari musik handphone dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan, sehingga diperoleh nilai rata-rata dari setiap jarak. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa vegetasi mangkokan (Nothopanax scutellarium) memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak yang lebih baik dibandingkan jenis vegetasi teh-tehan (Acalypha siamensis) dan pucuk merah (Oleina syzygium). Tingkat kebisingan yang terukur setelah adanya pagar tanaman mangkokan, teh-tehan dan pucuk merah adalah sebesar 55 dB(A), 52 dB(A), dan 49 dB(A).
Teh-tehan
Mangkokan
Pucuk merah
Tingkat Kebisingan dB(A)
60 58 56 54 52 50 48 0
1
2
3
Jarak (m)
Gambar 6 Hubungan antara penurunan tingkat kebisingan dan jarak penghalang (vegetasi) Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dengan semakin tinggi, lebar, dan tingkat kerapatan tanaman, maka akan menghasilkan nilai reduksi kebisingan yang tinggi. Selain itu jika dibandingkan dengan vegetasi lain, vegetasi mangkokan memiliki bentuk daun yang lebar dan keras. Vegetasi tehtehan (Acalypha siamensis) dan pucuk merah (Oleina syzygium) mempunyai tajuk yang relatif tebal, berdaun relatif kecil dan tidak terlalu lebar, dan memiliki kerapatan yang tergolong rendah. Hal tersebut mengakibatkan suara dapat memasuki melalui ruang–ruang yang kosong (Sagitawaty 2001). Selanjutnya, jenis bangunan peredam bising yang digunakan berupa dinding (pagar tembok) yang disajikan pada Tabel 3. Batu bata adalah bahan bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain. Batako merupakan bahan bangunan berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air (Zhang 2013).
11
Tabel 3 Material batako dan bata merah sebagai peredam kebisingan Gambar
Jenis Penghalang
Dimensi (p x l x t) cm
Batako
560.2 x 12 x 160
Bata merah
Lokasi Asrama putra (Astra) IPB
491.2 x 9.1 x 165
Jalan Skip RT 04/RW 11 no 26B Kelurahan Lawang Gintung, Kecamatan Bogor Selatan
Bata merah dan batako merupakan salah satu material utama dalam proses mendirikan suatu bangunan. Kedua material ini berfungsi sebagai komponen untuk membuat dinding (Supriadi 2014). Penggunaan bata merah dan batako sebagai bahan pengisi dinding bangunan merupakan salah satu material utama dalam proses mendirikan suatu bangunan. Tidak hanya dipakai pada dinding bangunan rumah tetapi material tersebut dapat dijadikan sebagai penghalang tembok pagar. Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa penghalang tembok berjenis batako memiliki nilai reduksi kebisingan yang baik dibandingkan dengan jenis tembok bata merah.
Tingkat Kebisingan dB(A)
Batako
Bata Merah
51
49
47 0
1
2
Jarak (m)
Gambar 7 Hubungan antara penurunan tingkat kebisingan dan jarak penghalang (batako dan bata merah)
3
12
Nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak berturut-turut pada batako, yaitu sebesar 51 dB(A), 49 dB(A) dan 48 dB(A). Tembok bata merah memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak berturut-turut sebesar 51 dB(A), 50 dB(A), dan 49 dB(A). Berdasarkan analisis, tembok batako lebih tinggi dalam mereduksi kebisingan jika dibandingkan dengan bata merah. Hal tersebut karena dimensi tebal batako lebih besar jika dibandingkan dengan bata merah sehingga pantulan yang berasal dari sumber lebih banyak dipantulkan oleh batako. Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai reduksi kebisingan untuk vegetasi berjenis mangkokan (Nothopanax scutellarium) berturut–turut sama, yaitu sebesar 7 dB(A). Dinding tembok yang terbuat dari batako memiliki nilai reduksi kebisingan dengan setiap jarak berturut-turut sebesar 12 dB(A), 10 dB(A) dan 9 dB(A). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa penghalang vegetasi berjenis mangkokan (Nothopanax scutellarium) dan tembok batako memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak yang lebih baik. Jika dibandingkan, kemampuan vegetasi dalam mereduksi kebisingan masih relatif rendah jika dibandingkan dengan penghalang dinding tembok. Hal tersebut karena tembok memiliki kerapatan lebih tinggi sehingga suara yang dikeluarkan oleh sumber dapat dipantulkan kembali (Sagitawaty 2001). Berbeda dengan vegetasi yang memiliki kerapatan rendah, hal tersebut dapat mengakibatkan suara dapat masuk melalui ruang-ruang kosong sehingga gelombang suara tersebut tidak semua dipantulkan (Sagitawaty 2001).
Tingkat Kebisingan dB(A)
Teh-tehan
Mangkokan
Pucuk Merah
Batako
Bata Merah
12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
Jarak (m) Gambar 8 Reduksi tingkat kebisingan dengan berbagai penghalang
13
Rancangan Teknis Sebagai Pengendali Kebisingan Dalam pengendalian bising, yang akan dikendalikan adalah suara. Kementerian Lingkungan Hidup (2009) menyatakan bahwa pada saat berhubungan dengan hal–hal yang berkaitan dengan suara, maka jalan terbaik adalah memperhatikan unsur–unsur suara yaitu sumber suara, medium perambatan, dan penerima. Penerapan rancangan teknis sebagai upaya pengendalian kebisingan di Jalan Raya Ciomas menggunakan sebuah bangunan penghalang. Bangunan penghalang efektif sebagai peredam kebisingan. Berdasarkan analisis di lapangan, sumber kebisingan yang terdapat di lokasi yaitu sumber bergerak. Reduksi penghalang terhadap ketinggian efektif dan jarak penerima 100 meter menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2009), disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Reduksi penghalang terhadap ketinggian efektif dan jarak penerima 100 meter Tinggi efektif penghalang (m) 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Jarak sumber ke penghalang (m) 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0
Reduksi Kebisingan dB(A) 25-27 31-33 34-36 37-39 39-40
Sumber: (Kementerian Lingkungan Hidup 2009) Departemen Pekerjaan Umum (1999) menyatakan bahwa bangunan peredam bising (BPB) adalah bangunan berupa dinding atau tembok yang dibuat dengan bentuk dan bahan tertentu sebagai alat untuk mengurangi dan meredam kebisingan yang diakibatkan kendaraan lalu lintas. Rancangan teknis yang digunakan yaitu sesuai dengan contoh penghalang yang telah diukur sebelumnya dan mengikuti ketentuan menurut Departemen Pekerjaan Umum yang disajikan pada Gambar 9. Departemen Pekerjaan Umum (1999) menyatakan bahwa bangunan peredam yang mempunyai kemampuan mereduksi sumber kebisingan yang efektif adalah bangunan penghalang beratap. Oleh karena itu, rancangan teknis untuk empat titik peruntukan kawasan di Jalan Raya Ciomas menggunakan desain penghalang jenis beratap. Dimensi, bentuk, serta bahan penyusun bangunan penghalang disesuaikan dengan jenis penghalang yang sudah diukur berdasarkan lokasi pada saat melakukan simulasi kebisingan. Hanya saja untuk panjang bangunan penghalang disesuaikan dengan kondisi di lokasi rencana pembangunan. Penghalang yang digunakan yaitu penghalang dengan persentase reduksi kebisingan tertinggi. Jenis vegetasi mangkokan (Nothopanax scutellarium) memiliki persentase sebesar (12%) sedangkan tembok batako sebesar (19%). Persentase reduksi kebisingan untuk semua jenis penghalang dapat dilihat pada lampiran 10. Rancangan teknis mengupayakan sebagai reduksi kebisingan yang baik serta memperlihatkan keindahan dari tata letak tanaman yang digunakan.
14
Gambar 9 Jenis-jenis bangunan peredam bising Sumber: (Departemen Pekerjaan Umum 2009) Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2009) menyatakan bahwa rekomendasi dan saran dalam pengendalian bising adalah untuk menghasilkan design barrier yang efektif harus dilakukan tidak hanya disiplin akustis, tetapi harus dilakukan dengan berbagai disiplin ilmu seperti landscape, design, sipil. Keefektifan suatu barrier ditentukan oleh letak geografis dan faktor lingkungan. Langkah yang penting pada rancangan barrier adalah inventarisasi, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan geografisnya dan keadaan atau prediksi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Rancangan dinding tembok penghalang sebagai peredam kebisingan tersaji pada Gambar 10 dan 11.
15
Tampak samping
Tampak depan
Tampak atas Gambar 10 Dimensi tembok batako
16
Tampak 3D depan
Tampak 3D samping Gambar 11 Rancangan dinding tembok batako dan vegetasi
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari studi ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil rata-rata nilai LSM di kawasan pemukiman, Sekolah PGRI 3, Pasar Ciomas, dan Kantor Kecamatan Ciomas adalah 76 dB(A), dan nilai ini melebihi baku mutu yang ditetapkan menurut KEP-48/MENLH/11/1996. 2. Jenis pagar (vegetasi) yang paling efektif sebagai dinding penghalang kebisingan adalah pagar dengan tanaman mangkokan (Nothopanax scutellarium), sedangkan untuk tembok adalah yang terbuat dari batako. Saran Saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Perlu adanya penegakan aturan terhadap pengendara kendaraan khususnya motor tentang penggunaan knalpot yang dimodifikasi yang menyebabkan peningkatan kebisingan. 2. Perlu adanya penelitian dengan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok yang lebih beragam. 3. Perlu adanya penelitian dengan variasi jarak yang lebih beragam.
18
DAFTAR PUSTAKA Ahmed HK, Zulquernai M. 2009. Expert System to Predict Effect of Noise Pollution on Operators of Power Plant Using Neuro-Fuzzy Approach. Journal Of Noise And Health. 11(45): 206-216 Bluhm, G, Nordling, E, dan Berglind, N. (2004): Road Traffic Noise and Annoyance – An Increasing Environmental Health Problem. Journal of Noise and Health. 6(24):43-49 Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Peredam Bising, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta] ; [diunduh 21 Juni 2014]. Tersedia pada: http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/pedoman_teknik246.pdf Goyal S, Gupta V, Walia L. 2010. Effect of Noise Stress on Autonomic Function Test. Journal of Noise and Health. 12(48): 182-186 Hassan A, Alam JB. 2013. Traffic Noise Levels at Different Location in Dhika City and Noise Modelling for Construction Equipments. Journal of Engineering Research Application. 3(1):1032-1040 Joshi PC, Chauhan A. 2008. Performance of Locally Grown Rice Plants (Oryza sativa L) Exposed to Air Pollutants in a Rapidly Growing Industrial Area of District Hardiwar, Uttarakhand, India. Life Science Journal. 5(3):41-45 Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Gangguan Kebisingan dari Sumber Bergerak. [e-book] http://www.menlh.go.id/Peraturan/PEDTEK/Pedtek-PencemaranUdara.pdf. [21 Juni 2014] Mehravaran H, Zabani S, Nabi Bidhendi GhR, Ghousi R, Keshavarzi Shirazi H. 2010. Noise Pollution Evaluation Method for Identification of the Critical Zones in Tehran. Journal of Environmental Research 5(1):233-240 Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta. Monazzam MR, Fard SMB. 2012. An Investigation on the Noise Reduction Performance of Profiled Rigid Median Barrier at Highway. Journal of Noise and Health. 14(58):106-112 Monazzam MR, Sekhavatjou MS, Chabi AZ. 2014. Designing a Traffic Noise Prediction Model for Highway in Iranian Megacities (Case Study: Ahvaz City). Journal of Environmental Research. 8(2): 427-434 Sagitawaty LA. 2001. Peranan Vegetasi dalam Mereduksi Kebisingan Jalan Raya [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Subrani T, Kavitha M, Sivaraj SP. 2012. Modelling of Traffic Noise Pollution. Journal of Engineering Research and Applications. 2(3): 3175-3182. Supriadi A. 2014. Implementasi LCA (Life Cycle Analysis) pada Batako dan Bata Merah [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wang LK, Pereira NC, Hung YT. 2005. Advance Air and Noise Pollution Control. New Jersey: Humana Press. Zhang L. 2013. Production of Bricks from Waste Materials–A review. Construction and Building Material. 47(2013):643–655. doi:10.1016/ j.conbuildmat.2013.05.043
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1 Baku Tingkat Kebisingan Peruntukan Kawasan/Pelayanan Kesehatan a. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan Pemukiman 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Terbuka Hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi 8. Khusus : Bandar Udara * Stasiun Kereta Api * Pelabuhan Laut Cagar Budaya b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit dan sejenisnya 2. Sekolah dan Sejenisnya 3. Tempat Ibadah dan sejenisnya Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Tingkat Kebisingan dB(A)
55 70 65 50 70 60 70
70 60 55 55 55
21
90 80 70 60
55 dB(A)
50 40 30 20
17 Mei 2014
18 Mei 2014 Waktu
Jarak 2 m
Jarak 3 m
Baku mutu
24.00
22.00
18.30
19 Mei 2014
Pemukiman
Jarak 1 m
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
0
09.00
10 06.00
Tingkat Kebisingan dB(A)
Lampiran 2 Tingkat Kebisingan di kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas
22
Lampiran 3 Tingkat Kebisingan di Sekolah PGRI 3 Jalan Raya Ciomas
80 70 60 55 dB(A)
50 40 30 20
24 Mei 2014
25 Mei 2014
Waktu Jarak 2 m
Jarak 3 m
Baku mutu
24.00
22.00
18.30
15.30
26 Mei 2014
Sekolah
Jarak 1 m
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
0
09.00
10
06.00
Tingkat Kebisingan dB(A)
90
23
Lampiran 4 Tingkat Kebisingan di Pasar Jalan Raya Ciomas 90
70
50 40 30 20
31 Mei 2014
1 Juni 2014
Waktu Jarak 2 m
Jarak 3 m
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
2 Juni 2014
Perdagangan
Jarak 1 m
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
0
06.00
10
65 dB(A)
60
55 dB(A)
Tingkat Kebisingan dB(A)
80
24
Lampiran 5 Tingkat Kebisingan di Kantor Kecamatan Ciomas Jalan Raya Ciomas 90
60 50 40 30 20
7 Juni 2014
8 Juni 2014
Waktu Jarak 2 m
Jarak 3 m
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
9 Juni 2014
Perkantoran
Jarak 1 m
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
0
06.00
10
70 dB(A)
70
70 dB(A)
Tingkat Kebisingan dB(A)
80
25
900
80
800
70
700
60
600
50
500
17 Mei 2014
18 Mei 2014
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
0
06.00
100 24.00
10 22.00
200
18.30
20
15.30
300
11.00
30
09.00
400
06.00
40
19 Mei 2014
Pemukiman Waktu
Jarak 1 m
Jarak 2 m
Jarak 3 m
Baku mutu
Jumlah Kendaraan
0
Jumlah Kendaraan (Unit)
90
55 dB (A)
Tingkat Kebisingan dB(A)
Lampiran 6 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas
26
90
900
80
800
70
700
60
600
50 40
500 400
24 Mei 2014
25 Mei 2014
26 Mei 2014
Sekolah
Waktu Jarak 1 m
Jarak 2 m
Jarak 3 m
Baku mutu
Jumlah Kendaraan
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
0
22.00
100 18.30
10 15.30
200
11.00
20
09.00
300
06.00
30
0
Jumlah Kendaraan (Unit)
55 dB(A)
Tingkat Kebisingan dB(A)
Lampiran 7 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di sekolah PGRI 3 Jalan Raya Ciomas
27
1000
80
900
70
800
60 50 40
700 600 500 400
30
300
31 Mei 2014
1 Juni 2014
2 Juni 2014
Perdagangan
Waktu Jarak 1 m
Jarak 2 m
Jarak 3 m
Jumlah Kendaraan
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
0
15.30
100 11.00
10 09.00
200
06.00
20
0
Jumlah Kendaraan (Unit)
90
55 dB(A) 65 dB(A)
Tingkat Kebisingan dB(A)
Lampiran 8 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Pasar Ciomas Jalan Raya Ciomas
28
90
1000
80
900
60
800 700 600
50
500 40
400
30
300
20
200
10
7 Juni 2014
8 Juni 2014
9 Juni 2014
Perkantoran
Waktu Jarak 1 m
Jarak 2 m
Jarak 3 m
Jumlah Kendaraan
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
24.00
22.00
18.30
15.30
11.00
09.00
06.00
0
100 0
Jumlah Kendaraan (Unit)
70
70 dB(A)
Tingkat Kebisingan dB(A)
Lampiran 9 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Kantor Kecamatan Ciomas Jalan Raya Ciomas
29
Lampiran 10 Hasil pengukuran persentase reduksi kebisingan dengan berbagai jenis penghalang Jenis Penghalang (Vegetasi) Teh-tehan (Acalypha siamensis)
Jarak (m) 1 2 3
Tanpa Penghalang dB(A) 64 59 55
Terdapat Penghalang dB(A) 58 53 50
Reduksi Kebisingan dB(A) 6 6 5
Persentase Reduksi (%) 9 10 10
Pucuk merah (Olea syzygium)
1 2 3
62 58 56
56 52 51
6 6 6
10 10 10
Mangkokan (Nothopanx scutellarim)
1 2 3
62 59 56
55 52 49
7 7 7
11 12 12
Jenis Penghalang (Tembok) Batako
Jarak (m) 1 2 3
Tanpa Penghalang dB(A) 62 59 56
Terdapat Penghalang dB(A) 51 49 48
Reduksi Kebisingan dB(A) 12 10 9
Persentase Reduksi (%) 19 17 15
Bata Merah
1 2 3
62 58 54
51 50 49
11 8 5
18 14 9
30
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 November 1991 dari Bapak Bambang Irawan dan Ibu Heny Djuaningsih. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Polisi 4 Bogor pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bogor pada tahun 2007. Penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis berhasil melewati seleksi masuk Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis sangat aktif mengikuti kepanitiaan dan berbagai organisasi kemahasiswaan. Beberapa diantaranya, anggota divisi Riset dan Teknologi (RISTEK (2011-2012), anggota divisi Humas pada acara Indonesia Civil and Environment Festival (2011), dan pernah menjabat sebagai Ketua pada acara Let’s Think Smart (2011-2012). Pada Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Perusahaan Umum Jasa Tirta 2, Purwakarta dengan judul Mempelajari Sistem Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.