II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Teori Pendapatan Penerimaan dan pendapatan usaha memiliki arti yang berbeda. Pendapatan
memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari sisi mana untuk meninjau pengertian pendapatan tersebut. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan perusahaan dalam suatu periode. Pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi antara lain penjualan barang, penjualan jasa, penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilan bunga, royalti dan dividen. Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju - mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya. Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan. 2.1.1
Klasifikasi pendapatan Menurut Kusnadi (2000;19) menyatakan bahwa pendapatan dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu 1)
Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan
barang dagangan, produk atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan yang berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan yang bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan dan terjadinya berulang - ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya.
11
12
Pendapatan operasional untuk setiap perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha yang dikelola perusahaan. Salah satu jenis pendapatan operasional perusahaan adalah pendapatan yang bersumber dari penjualan. Penjualan ini berupa penjualan barang dan penjualan jasa yang menjadi objek maupun sasaran utama dari usaha pokok perusahaan. Pendapatan operasional dapat diperoleh dari dua sumber yaitu: (1) Penjualan kotor yaitu merupakan semua hasil atau penjualan barang-barang maupun jasa sebelum dikurangi dengan berbagai potongan-potongan atau pengurangan
lainnya
untuk
dibebankan
kepada
langganan
atau
yang
membutuhkannya. (2) Penjualan bersih yaitu merupakan hasil penjualan yang sudah diperhitungkan atau dikurangkan dengan berbagai potongan-potongan yang menjadi hak pihak pembeli. Jenis pendapatan operasional timbul dari berbagai cara, yaitu: a. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan tersebut. b. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanyahubungan yang telah disetujui, misalnya penjualan konsinyasi. c. Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerjasamadengan para investor. 2)
Pendapatan Non Operasional.
Pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, akan tetapi bukan diperoleh dari kegiatan operasional utama perusahaan. Adapun jenis dari pendapatan ini dapat dibedakan sebagai berikut. (1)
Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi
13
perusahaan oleh pihak lain. Contohnya, pendapatan bunga, sewa, royalti dan lainlain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil produksi. Contohnya, penjualan surat-surat berharga, penjualan aktiva tak berwujud. (2)
Pendapatan bunga, sewa, royalti, keuntungan (laba), penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang dan dividen merupakan pendapatan diluar usaha bagi perusahaan - perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan perdagangan. Pendapatan yang diperoleh dari peningkatan ekuitas dari transaksi - transaksi yang bukan kegiatan utama dari entitas dan dari transaksi - transaksi atau kejadian - kejadian lainnya serta keadaan - keadaan yang mempengaruhi entitas selain yang dihasilkan dari investasi pemilik disebut dengan keuntungan. Secara umum Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR – TC Keterangan: π = Keuntungan Usaha TR = Penerimaan Total (total revenue) TC = Total biaya produksi (total cost)
2.2
Tenaga Kerja Pembangunan ekonomi banyak dipengaruhi oleh hubungan antara manusia
dengan faktor-faktor produksi yang lain dan juga sifat-sifat manusia itu sendiri. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi. Hanya penduduk yang berupa tenaga kerja
14
(man power) yang dapat dianggap sebagai faktor produksi. Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih yang sudah atau yang sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan sedang melaksanakan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. (Simanjutak 1998). Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Di Negara-negara yang sedang berkembang batas umur angkatan kerja lebih rendah (di Indonesia 10 tahun ke atas) daripada di Negara-negara yang telah maju (15 tahun ke atas). Demikian pula kuantitas dan kualitas angkatan kerja lebih rendah di Negara-negara sedang berkembang daripada di Negara-negara maju karena sebagian besar penduduk di Negara sedang berkembang berusia muda. Dalam pembangunan ekonomi ada tenaga-tenaga manusia yang disebut mengganggur dan setengah menganggur. Semua orang yang bersedia dan sanggup untuk bekerja. Golongan ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri, anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa uang (upah) serta mereka yang bekerja untuk gaji dan upah. Golongan tenaga kerja meliputi mereka yang menganggur, tetapi sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja dalam arti mereka mengganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja (Djojohadikusumo,1995). Tenaga kerja yang
15
mengganggur adalah mereka yang ada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 1994). Jumlah tenaga kerja yang menganggur atau yang sedikit sekali digunakan, cukup banyak di Negara-negara yang padat penduduknya. Di Negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu: 1)
Pengangguran yang Kelihatan (Visible Underemployment). Visible underemployment akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang
sungguh-sungguh
digunakan
lebih
sedikit
daripada
waktu
kerja
yang
sanggup/disediakan untuk bekerja. Tegasnya, ini merupakan suatu pengangguran. Meskipun beberapa dari pengangguran itu terdapat di sektor-sektor kerajinan dan industri-industri sedang maupun besar, namun cukup penting bagi Negara-negara sedang berkembang karena adanya sifat-sifat khas kegiatan sektor pertanian. Guna lebih jelasnya visible underemployment ini dibagi dua yaitu pengangguran kronis dan
pengangguran
musiman
(chronic
underemployment
dan
seasonal
underemployment). Pengangguran yang kronis terjadi meskipun pada puncak kegiatan pertanian jumlah waktu kerja potensial yang tersedia melebihi jumlah waktu kerja yang benar-benar dipergunakan. Dengan demikian pengangguran yang kronis ini dapat dikerahkan untuk bekerja di sektor-sektor di luar pertanian tanpa mengurangi tenaga kerja yang sungguh-sungguh diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di sektor pertanian. Sebaliknya tenaga kerja yang tergolong penganggur musiman di sektor pertanian tidak dapat ditarik ke sektor
16
lain tanpa mempengaruhi produksi sektor pertanian itu, kecuali kalau ada tindakan-tindakan yang memperbaiki / mengubah cara produksi. Jelasnya, pengangguran yang kentara (visible underemployment) timbul karena kurangnya kesempatan kerja. 2) Pengangguran Unemployment)
Tak-Kentara
(Invisible
Underemployment/Disguised
Pengangguran tak-kentara terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik (setelah ada perubahan-perubahan sederhana dalam organisasi atau metode produksi tetapi tanpa suatu tambahan yang besar) ke sektor-sektor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output. Sebagai misal kalau pada saat panen atau tanam padi, tetapi caranya lebih diorganisir, maka pengurangan beberapa tenaga kerja pada saat sedang giat-giatnya pekerjaan tersebut tidak akan mengurangi/menurunkan output. Hal ini terjadi juga di daerah pedesaan
di mana tenaga-tenaga yang
menganggur tertarik pada kegiatan-kegiatan jasa perdagangan. Daerah pedesaan dengan tingkat upah yang rendah dan cukup bahan makanan, maka tenaga kerja bekerja dibawah kapasitas normal, sehingga memungkinkan pengurangan tenaga kerja tanpa mengurangi jumlah output, hanya harus disertai dengan perbaikan dalam tingkat kesehatan melalui perbaikan bahan makanan. 3)
Pengangguran Potensial (Potential Underemployment) Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan daripada disguised
unemployment, dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, hanya harus dibarengi dengan perubahan-perubahan
fundamental
dalam
metode-metode
produksi
yang
memerlukan pembentukan kapital yang berarti. Kemungkinan penarikan tenaga
17
kerja yang secara potensial menganggur itu untuk kegiatan-kegiatan yang produktif, terdapat baik di sektor pertanian maupun sektor industri. Kemungkinan penyebarannya di sektor industri terbukti dari tingkat upah atau tingkat produktivitasnya yang rendah. Perubahan-perubahan yang diperlukan mungkin sekali memerlukan penambahan produksi, penggantian tenaga-tenaga manusia dengan mesin. Dengan penarikan tenaga kerja dari sektor industri itu diciptakan lapangan kerja di sektor yang lain. Contoh untuk sektor-sektor di luar industri ialah digantikannya industri-industri rumah tangga atau industri-industri kecil dengan industri-industri sedang maupun industri besar. Tenaga-tenaga yang menganggur merupakan persediaan faktor produksi yang
dapat
dikombinasikan
dengan
faktor-faktor
produksi
lain
untuk
meningkatkan output di Negara-negara sedang berkembang. Persediaan tenaga kerja ini jelas lebih banyak terdapat di daerah-daerah yang padat penduduknya. Masalah pemanfaatkan tenaga menganggur ini menyangkut baik segi penawaran maupun segi permintaan. Untuk memperluas permintaan akan tenaga kerja diperlukan adanya pengorganisasian tenaga kerja seperti halnya dengan kapital. Pembangunan masyarakat desa mungkin merupakan jalan yang baik, karena hanya diperlukan kapital yang relatif tidak besar. Suatu keuntungan penggunaan tenaga-tenaga yang menganggur secara musiman yakni tidak mengurangi tenagatenaga yang diperlukan untuk mengadakan proses produksi maupun pemasaran. Industri-industri kecil juga mungkin sekali akan menyerap tenaga-tenaga yang menganggur karena musim atau memang secara kronis.
2.3
Teori Biaya
18
Biaya (Cost) merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pegurangan terhadap manfaat yang kita terima (Suyanto, 2001). Pembiayaan
merupakan
salah
satu
aspeknpaling
menentukan
dalam
pengembangan usaha. Pembiayaan agribisnis dapat diperoleh dari modal sendiri atau meminjam dari beberapa sumber keuangan, seperti pemodal perorangan, lembaga keuangan dan bank. Macam-macam biaya yang biasanya diperlukan dalam suatu usaha/proyek diantaranya adalah biaya
investasi
(tanah,dan
bangunan) biaya operasional (bahan baku dan tenaga kerja) dan biaya lainnya (pajak, bunga, biaya tak terduga, reinvestasi dan biaya pemeliharaan). Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan investasi dapat digunakan dari modal sendiri atau modal pinjaman atau kombinasi dari keduanya. Sumber pembiayaan untuk usaha kacang garing umumnya berasal dari
modal sendiri seperti
tanah, bangunan, bahan baku,
tenaga kerja dan biaya operasional lainnya. Pengeluaran total usaha sebagai nilai semua masukan yang dikeluarkan dan habis terpakai di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja yang berasal dari keluarga. Pengeluaran total usaha kacang garing terdiri dari pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap. Pengeluaran tidak tetap (variable cost), adalah pengeluaran yang digunakan untuk usaha tertentu yang nilainya berubah-ubah dan sebanding dengan besarnya skala usaha. Pengeluaran tetap (fixed cost) adalah pengeluaran usaha yang tidak bergantung pada besarnya produksi. Pengeluaran usaha mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Konsep biaya relevan sangat berkaitan dengan konsep produk. Menurut Lipsey et. all. (1995), Biaya total (total cost=TC) adalah biaya total untuk
19
menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tetap total (total fixed costs = TFC) dan biaya variabel total (total variable costs= TVC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, biaya ini akan sama besarnya kendati output adalah satu unit atau satu juta unit. Biaya seperti ini sering disebut biaya overhead atau biaya yang tak dapat dihindari (unavoidable cost). Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah. Biaya ini berkaitan langsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi. Biaya variabel juga disebut biaya yang dapat dihindari (avoidable cost). Biaya marjinal (marjinal cost = MC), adalah kenaikan biaya total yang disebabkan oleh meningkatnya laju produksi sebesar satu unit. Karena biaya tetap tidak berubah dengan output, biaya marjinal akan selalu nol. Karena itu, biaya marjinal jelas merupakan biaya variabel marjinal dan berubahnya biaya tetap tidak akan mempengaruhi biaya marjinal.
2.4
Teori Modal Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya, harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
menambah
kekayaan. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan
yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya
20
dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuahusaha sangatdiperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal,
karena
keberadaannya
memang
sangat diperlukan, akan tetapi
bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah, 2005:7). Adapun tiga macam modal yaitu: 1)
Modal Sendiri Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri adalah
modal yang diperleh dari pemilik usahaitu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya. Kelebihan modal sendiri adalah: a) Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban perusahaan. b) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik modal. c) Tidak memerlukan persyaratan yang rumitdan memakan waktu yang relatif lama. d) Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain. Kekurangan modal sendiri adalah: a) Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.
21
b) Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru (calon pemegang saham baru) sulit karena mereka
akan
mempertimbangkan
usaha
yang menggunakan
kinerja dan prospek usahanya. c) Kurang
motivasi
pemilik,
artinya
pemilik
modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing. 2)
Modal Asing Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya
diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya
timbul
motivasi
dari
pihak
manajemen
untuk
mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari: a) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun pemerintah atau perbankan asing. b) Pinjaman dari
lembaga
keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal
ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya. c) Pinjaman dari perusahaan non keuangan. Kelebihan modal pinjaman adalah: a) Jumlahnya tidak terbatas, artinya
perusahaan dapat mengajukan modal
pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang diajukan perusahaan layak,
22
perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak berusaha menawarkan dananya keperusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah. b) Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal asing, motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman. Selain itu, perusahaan juga berusaha menjaga image
dan kepercayaan perusahaan yang memberi pinjaman agar tidak tercemar. Kekurangan modal pinjaman adalah: a) Dikenakan berbagai biaya seperti
bunga dan biaya administrasi. Pinjaman
yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi, materai dan asuransi. b) Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan yang sedang mengalami likuiditas merupakan beban yang harus ditanggung. c) Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang mengakibatkan kerugian akan berdampak terhadap pinjaman sehingga akan menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir, 2007) 3)
Modal Patungan Selain modal sendiri atau pinjaman,
juga bisa menggunakan
modal
usaha dengan caraberbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan
menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang
teman atau beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha).
23
2.5
Tahapan Pembuatan Kacang Garing Makanan ringan kacang garing sudah menjadi makanan ringan terfavorit
bagi kalangan dewasa, baik daerah pedesaan dan pegunungan maupun daerah kawasan perkotaan juga sangat menggemari makanan ringan ini. Selain itu kacang garing juga menjadi favorit kaum tua karena salah satu manfaat kacang kulit adalah dapat membantu mencegah penyakit jantung. Dilihat dari segi manfaat dan kesukaan, bisnis makanan ringan kacang kulit garing sangatlah terbuka dan menjanjikan. Permintaan pasar sangat tinggi dan stok bahan dasar (kacang) sangat melimpah di Indonesia, dapat dibeli dipasar dan pasar grosir.Untuk cara memasak kacang kulit garing sangatlah mudah dan sederhana, yaitu: 1)
Rendam kacang kulit dalam bak selama tiga jam. Setelah cukup kacang untuk direndam, bersihkan kacang dengan cara disikat atau dengan cara lain sampai kacang kulit memang benar-benar bersih dan putih.
2)
Setelah kacang benar-benar bersih, rendam kacang dengan air panas yang sudah dicampuri garam dalam bak selama dua hari. Jika air mendingin, hanya perlu untuk mengawali perendaman saja agar pori-pori kulit kacang dapat terbuka. Ini dilakukan agar rasa asin dapat masuk kedalam biji kacang.
3)
Jika ingin mendapatkan rasa bawang pada kacang, hanya perlu mencampurkan siung bawang yang sudah digerus saat awal perendaman, sebelum air turun suhu menjadi dingin.
4)
Setelah selesai dua hari, tiriskan kacang kemudian jemur selama tiga hari sampai kacang benar-benar kering. Penjemuran bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kacang garing sehingga tidak cepat busuk.
24
5)
Setelah kacang kering, lakukan pengovenan kacang selama 60 menit. Pengovenan dilakukan dengan suhu yang tidak terlalu panas untuk menjaga kualitas kacang dan matang kacang merata.
6)
Jika proses pengovenan telah selesai, tunggu suhu kacang garing dingin kemudian dilanjutkan dengan pengemasan kacang garing.
2.6
Penelitian Terdahulu Pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya sangat perlu dilakukan mengingat pentingnya bagi peneliti untuk menelaah masalah yang dihadapi peneliti dalam penelitiannya. Adapun penelitian yang sudah dilakukanoleh peneliti terdahulu yaitu: Apollonaris Ratu Daton ( 2008 ) dalam penelitiannya yang berjudul analisis pendapatan usahatani jambu mente (kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, kabupaten Flores Timur , Provinsi Nusa Tenggara Timur). Hasil analisis pendapatan usahatani jambu mente per luas lahan di daerah penelitian
untuk
musim
panen
tahun
2007
menguntungkan.
Rata - rata total penerimaan yang diperoleh petani adalah Rp 1.937.600,00, pendapatan atas biaya
tunai
sebesar
sebesar
Rp 1.723.175,00,
pendapatan atas biaya total sebesar Rp 407.475,00, dan rata-rata pendapatan tunai yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.723.175,00. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata penerimaan yang diperoleh petani pada musim panen tahun 2007 dapat menutup seluruh biaya usahatani dan selebihnya merupakan keuntungan yang dapat menunjang peningkatan pendapatan petani. Dalam analisis efisiensi dengan menggunakan analisis R/C rasio, menunjukan bahwa Petani memperoleh
25
R/C rasio atas biaya tunai sebesar 9,04 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 1,27.Perbedaan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total sangat besar disebabkan karena total biaya tunai yang dikeluarkan petani jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan total biaya usahatani. Nilai R/C rasio yang diperoleh > 1, menunjukan bahwa usahatani jambu mente yang dijalankan petani di Desa Ratulodong pada musim panen tahun 2007 tergolong efisien dan menguntungkan. Nilai R/C Rasio atas biaya total yang diperoleh tergolong kecil. Nilai R/C rasio yang kecil ini menunjukan bahwa keuntungan yang diperoleh petani jambu mente di Desa Ratulodong pada musim panen tahun 2007 sangat kecil. Sudana, G (2012) dengan penelitiannya yang berjudul analisa pendapatan usaha tempe di Kota Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan usaha tempe setiap dua hari adalah sebesar Rp 1.080.000,00 dan biaya produksi totalnya adalah mencapai Rp 724.950,00 sehingga nilai pendapatannya adalah Rp 3.555.050,00. Hasil perhitungan juga menunjukan rasio penerimaan dengan biaya adalah sebesar 1,49. Nilai R/C rasio yang diperoleh >1, menunjukan bahwa usaha tempe di Kota Denpasar tergolong efisien dan menguntungkan. Kusuma (2013) dalam penelitiannya yang berjudul analisis efisiensi dan pendapatan usahatani kedelai di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada usahatani kedelai di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat menggunakan metode deskriftif kuantitatif, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu Tenaga kerja pria, Tenaga kerja wanita, benih dan luas lahan yang berpengaruh nyata pada taraf = 0.01. Tenaga kerja pria, benih dan luas lahan memiliki pengaruh positif dengan nilai 0.360, 0.534, 0.817.
26
Sedangkan tenaga kerja wanita memiliki pengaruh yang negatif dengan nilai 0.416. Variabel luas lahan memiliki nilai elastisitas yang terbesar yaitu 0.817 yang berarti luas lahan memiliki kontribusi terbesar dalam produksi
kedelai
di
Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Pendapatan petani atas biaya tunai yaitu Rp 2.027.455.92,00 masih lebih besar Rp 1 .058 981.51,00 dibandingkan dengan pendapatan petani atas biaya total yaitu Rp 9.684.7441,00 Nilai R/C rasio atas biaya total lebih kecil yaitu 1.14 bila dibandingkan dengan nilai R/C rasio atas biaya tunai yaitu 1.35.
Secara
keseluruhan
nilai
R/C
rasio
menunjukkan bahwa usahatani kedelai di Kabupaten Garut masih layak dan menguntungkan apabila diusahakan. Penggunaan input-input produksi pada usahatani kedelai di Kabupaten Garut belum efisien. Input-input produksi seperti tenaga kerja pria dan pupuk kandang penggunaannnya harus dikurangi dari 89.76 HOK dan 591.04 Kg menjadi 80.67HOK dan 115.52 Kg. Sedangkan tenaga kerja wanita dan pupuk kimia sebaiknya petani tidak menggunakan kedua input tersebut karena petani akan mengalami kerugian akibat penggunaan input tersebut. Untuk input pestisida, benih dan luas lahan penggunaannya harus ditambah dari709.70 ml, 77.27 Kg, 0.35 Ha menjadi 1 241.98ml, 297.43 Kg, 9.77 Ha. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis efisiensi
usaha dengan metode analisis pendapatan. Sedangkan
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian, waktu penelitian dan pada penelitian ini membahas produk olahan dari usahatani.
27
2.7
Kerangka Pemikiran Kacang garing menjadi salah satu camilan yang paling digemari masyarakat
Bali. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha pengolahan kacang kulit garing di Desa Carangsari. Dalam menjalankan usahanya pengusaha sangat berperan penting, dimana pengusaha memegang peranan dalam megelola dan pengambil keputusan dalam menjalankan usaha agar sesuai rencana dan memperoleh keuntungan yang maksimal. Kendala yang sering dihadapi dalam mejalankan usaha kacang garing seperti pada musim – musim tertentu kekurangan bahan baku kacang tanah sehingga mendatangkan bahan baku kacang tanah dari Pulau Jawa. Hal tersebut membuat harga kacang garing berfluktuasi di pasaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dan deskriftif kualitatif untuk mengetahui keuntungan usaha kacang garing di serta kendala – kendala yang dihadapi UD Sari Murni. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan kelayakan usaha kacang garing yang sudah dijalankan yang ditinjau dari sektor produksi, pemasaran, penerimaan dan keuntungan. Metode deskriftif kualitatif digunakan untuk menjabarkan karakteristik perusahaan serta kendala – kendala yang dihadapi UD Sari Murni dalam memproduksi kacang garing. Alur kerangka pemikiran di tunjukan pada Gambar 2.1.
28
Usaha Kacang Garing
Teknik pengolahan
Pendapatan
Metode Analisis Data
Metode Deskriptif Kualitatif
Kendala
Metode Kuantitatif
Karakteristik
Keuntungan
Kesimpulan
Rekomendasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usaha Kacang Garing.
29