9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Discovery Learning Model discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru (Tim Penyusun, 2013).
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya ingat siswa yang aktif dalam proses pembelajaran agar dapat
10
menemukan konsep, menemukan informasi, menyelidiki sendiri dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Cara belajar yang seperti ini, dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yaitu: dalam penemuan siswa berkesempatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak serta dapat meramalkan informasi tambahan yang diberikan, siswa dapat merumuskan strategi tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentukkerjasama yang efektif, saling membagi informasi, mendengar danmenggunakan ide-ide orang lain. Keterampilan yang dipelajari dalam pembelajaran lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru (Bell, 1978) Menurut Munandar (Fathur dkk, 2012) memberikan pendapatnya bahwa mengajar dengan discovery selain berkaitan dengan penemuan juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Model pembelajaran discovery merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, memberanalitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Adapun menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
11
1.
Pemberian rangsangan
Langkah awal dari tahap stimulasi ini adalah siswa dihadapkan pada sesuatu yang dapat menimbulkan kebingungannya, setelah itu dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, hal ini dimaksudkan agar timbul keinginan siswa untuk menyelediki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan. Pada tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dengan melakukan kegiatan mengamati data tentang fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Dengan adanya kegiatan ini, peserta didik dapat melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca hal yang penting dari suatu benda atau objek. 2.
Pernyataan/ identifikasi masalah
Setelah melalui tahap pemberian rangsangan, tahap selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah yang telah diberikan oleh guru, kemudian siswa dapat merumuskan masalah serta hipotesisnya atas pertanyaan dari permasalahan yang diberikan (Syah, 2004). Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan tentang apa yang telah mereka amati pada kegiatan stimulasi. Melalui kegiatan mengidentifiksi masalah ini dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik dan keterbiasaan siswa untuk menemukan suatu masalah akan semakin terlatih. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
12
3.
Pengumpulan data
Ketika proses pembelajaran berlangsung guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang relevan, agar dapat membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang mereka buat pada tahap identifikasi masalah (Syah, 2004). Tahapan ini salah satunya dilakukan agar peserta didik dapat menggali dan mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Melalui kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu pengolahan data.
4.
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu kegiatan mengolah data dan informasi yang telah didapatkan oleh siswa. Informasi yang siswa peroleh dapat dijadikan bahan dalam pengolahan data. Sumber informasi berupa hasil bacaan, wawancara, observasi, eksperimen dan sebagainya. Setelah itu semua data diolah, diacak, ditafsirkan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2006). Dalam kegiatan ini, peserta didik melakukan pemrosesan data atau informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. 5.
Pembuktian
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara teliti, pemeriksaan itu didapatkan dengan cara melakukan suatu percobaan atau eksperimen guna untuk
13
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat pada tahap identifikasi masalah. Kemudian temuan yang telah didapat pada saat melakukan percobaan dapat dihubungkan dengan hasil pengumpulan data dan pengolahan data (Syah, 2004).
6.
Menarik Kesimpulan
Tahap akhir dari model discovery learning ini adalah menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pengetahuan yang telah diperolehnya selama proses pembelajaran dan dapat dipertanggung jawabkan. Tahap menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan secara keseluruhan yang didapatkan dari tahap-tahap sebelumnya untuk kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004).
B. Keterampilan Berpikir Kreatif Kreativitas berpikir ataupun berpikir kreatif adalah kreativitas sebagai proses dan berpikir dilakukan secara terarah. Dalam berpikir kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas juga dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibandingkan kebanyakan orang lain (Purwanto, 2005). Menurut Munandar (1992), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin
14
kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai dengan masa-lahnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu jawabannya. Menurut Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif Perilaku 1. Berpikir lancar 2. Berpikir luwes (fleksibel) 3. Berpikir orisinil
a. b. a. b. c. a.
Arti menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan arus pemikiran lancar menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam mampu mengubah cara atau pendekatan; arah pemikiran yang berbeda; memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang;
4. Berpikir terperinci a. mengembangkan, menambah, memperkaya suatu (elaborasi) gagasan; b. memperinci detail-detail; c. memperluas suatu gagasan Sedangkan menurut Guilford (Herdian 2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu: 1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah 2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan 3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah 4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang 5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata. Munandar (1992) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2 berikut ini.
15
Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif Definisi Berpikir Lancar (Fluency) 1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. 2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
Berpikir Luwes (Flexibility) 1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. 3. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda. 4. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. 2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
Memperinci (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. 2. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Perilaku Siswa a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya. e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari anak-anak lain. f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbedabeda. c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk menyelesaikannya. a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain. b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. c. Mencoba atau menguji detaildetail untuk melihat arah yang akan ditempuh d. Menambah garis-garis, warnawarna, dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain.
16
Definisi Menilai (Evaluation) 1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah. 2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka. 3. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.
Perilaku Siswa a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri. b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal. c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
Menurut Munandar dalam Putri (2014) bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan siswa untuk memecahkan berbagai masalah yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir luwes yaitu kemampuan berpikir kreatif untuk memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, masalah, mencari berbagai alternatif atau arah yang berbeda. Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir luwes. C. Analisis Konsep Laju Reaksi Herron dkk. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Lebih lanjut lagi, Herron dkk. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau
17
label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan noncontoh. Analisis konsep laju reaksi dapat dilihat pada Tabel 3.
18
Tabel 3 . Analisis Konsep Laju Reaksi No 1 1.
Label Konsep 2 Teori tumbukan
Definisi Konsep 3 Interaksi antara molekul-molekul pereaksi atau terjadi tumbukan antara molekul-molekul pereaksi
Jenis Konsep 4 Konsep abstrak
2.
Tumbukan antar molekul
Menghasilkan sebuah reaksi dengan adanya tumbukan efektif
Konsep abstrak
Atribut Konsep Kritis Variabel 5 6 Tumbukan antar molekul Tumbukan efektif Reaksi kimia Energy aktivasi
Tumbukan efektif Reaksi kimia
-
Superordinat 7 Laju reaksi
Tumbukan efektif
Konsep Koordinat 8 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
-
Contoh Subordinat 9 Tumbukan efektif Tumbukan yang tidak efektif
Molekul unsur Molekul senyawa
10 Minyak tanah yang tidak terbakar pada suhu kamar
Tumbukan antara dua molekul etena CH2=CH2 dan hydrogen klor (HCl) menghasilkan kloroeten
Non Contoh 11 Banyaknya massa KNO3 yang terlarut dalam 200 mL larutan KNO30,3 M
-
19
Tabel 3. (Lanjutan) 1 3.
4.
.5.
2 Tumbukan efektif
Reaksi kimia
Energi Aktivasi
3 Tumbukan yang mempunyai energy yang cukup untuk memutuskan ikatanikatan kimia pada zat yang bereaksi dan menghasilkan energy
4 Konsep abstrak
Hasil dari tumbukan antar partikel yang bereaksi dapat menghasilkan senyawa baru
Konsep abstrak
Energi kinetik minimum yang harus
Konsep abstrak
5 Tumbukan Ikatan kimia Zat yang bereaksi
Reaktan Produk
6 Frekuensi tumbukan Energy partikel pereaksi Arah tumbukan
Mol pereaksi
7 Partikelpartikel pereaksi dalam suatu reaksi
8 Tumbukan tidak efektif
-
Persamaan reaksi
9 Tahap transisi
-
10 Tumbukan antara molekulmolekul gas N2O dan NO menghasilkan gas N2 dan NO2
11 Semakin besar konsentrasi, semakin besar kemungkina n partikel saling bertumbukan
A2 (g) + B2 (g) → 2AB(g)
Katalis mempercepa t reaksi karena dapat menurunkan energy aktivasi
Molekul A2 dan B2 atau dianggap ikatan A-A dan B-B putus dan terbentuk ikatan A-B
Pertikel perekasi
Jumlah energy
Energi
Energi ionisasi
Energy kinetic
Agar NO2 dan N2O bereaksi
Peningkatan suhu
20 Tabel 3. (Lanjutan) 1
6..
7.
8.
2
Laju reaksi
Faktorfaktor yang mempengaru hi laju reaksi
Luas permukaan
3 dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga mengahasilkan tumbukan efektif
4
5 Tumbukan efektif Energy kinetik minimum
6 yang tersedia
Laju reaksi Perubahan konsentrasi pereaksi atau produk dalam satuan waktu Dinyatakan dalam persamaan laju reaksi
Konsentra si zat komponen reaksi
Mengendalikan laju reaksi Mempercepat reaksi dan memperlambat reaksi
Komposisi
Laju reaksi adalah laju bertambahnya produk atau berkurangnya pereaksi per satuan waktu, dinyatakan dalam suatu persamaan laju reaksi dan dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi, luas bidang sentuh, suhu, serta katalis
Konsep abstrak
Semua factor yang dapat mengendalikan laju reaksi baik melambatkan reaksi maupun mempercepat laju reaksi yang terdiri atas luas permukaan, konsentrasi, suhu dan katalis Semakin besar luas permukaan suatu zat, maka laju reaksinya
Konsep abstrak
7
Reaksi kimia
Pengaruh perubahan reaksi
8
9
Faktor-faktor Konsentrasi yang Suhu mempengaruh Luas i laju reaksi permukaan Katalis
Kecepatan reaksi Waktu perubahan
Luas permukaan Konsentrasi pereaksi Suhu Katalis
10 dibutuhkan energy minimum sebanyak 209 kJ
11 memperbesa r fraksi molekul yang mencapai energy aktivasi
Reaksi yang berlangsung lambat seperti perkaratan besi, apel teroksidasi. Reaksi yang berlangsung cepat seperti pembakaran kertas, meledaknya bom. Laju meluruhnya batu pualam dalam larutan HCl
Kebakara n hutan Membusu knya nasi
0,3 g CaCO3 yang bentuknya
Bahan mkanan yang dipotong – potong lebih cepat matang
Konkrit
Luas permukaan besar laju
Besar kecilnya luas
Faktor yang Konsentrasi mempengaru Suhu hi laju reaksi Katalis
Laju berlangsun g cepat
Mengun yah makanan
21 Tabel.3 (Lanjutan) 1
9.
10.
2
Konsentrasi pereaksi
Suhu
3 semakin lambat dan sebaliknya, makin luas permukaan suatu zat lajunya semakin cepat
4
Semakin besar konsentrasi pereaksi, maka laju reaksinya semakin cepat dan sebaliknya makin kecil konsentrasi pereaksi, lajunya semakin lambat
Konkrit
Makin tinggi suhu makin cepat laju reaksi, sebaliknya makin rendah suhu makin lambat laju
Konkrit
5 reaksi lambat Luas permukaan kecil laju reaksi cepat
6 permukaan
Konsentrasi makin besarlaju reaksi makin cepat Konsentrasi makin kecil laju reaksi semakin lambat
Komposisi konsentrasi
Faktor yang Luas mempengaru permukaan hi laju reaksi Suhu Katalis
Laju berlangsu ng cepat Laju berlangsu ng lambat
Perubahan suhu
Faktor yang Luas mempengaru permukaan hi laju reaksi Konsentrasi Katalis
Laju berlangsu ng cepat Laju berlangsu
Suhu tinggi,aju reaksi cepat Suhu rendah aju reaksi
7
8
9 Laju berlangsun g lambat
10 11 serbuk ketika Sayur direaksikan yang dengan larutan dipotong HCl 0,1M kecillebih cepat kecil habis bereaksi lebih menghasilkan cepat gas CO2 matang dibandingkan dengan 0,3 g CaCO3 kepingan ketika direaksikan dengan larutan HCl 0,1M 0,06 g Mg Alkohol dalam HCl 1M yang lebih cepat berkonsentr meluruh asi 25% dibandingkan lebih cepat dengan 0,06 g memabukka Mg dalm 0,5 n M larutan HCl dibandingka n dengan yang konsentrasin ya 5%
Reaksi antara Na2S2O3 dengan HCl akan lebih cepat
Air yang direbus lebih cepat mendidih pada suhu
22 Tabel. 3 (Lanjutan) 1
2
3
4
reaksinya
5 lambat
6
7
8
11.
Katalis
Penambahan katalis dapat mempercepat laju reaksi
Konsep abstrak
Katalis ditambahkan, laju reaksi makin cepat
Zat yang ditambahk an dalam pereaksi
Faktor yang Luas mempengaru permukaan hi laju reaksi Konsentrasi Suhu
12.
Persamaan laju reaksi
Persamaan laju reaksi menyatakan hasil kali suatu tetapan laju reaksi dengan konsentrasi reaktan dipangkatkan orde reaksi
Konsep abstrak
Persamaan laju reaksi Tetapan laju reaksi Orde reaksi
Konsentras i zat komponen reaksi
Laju reaksi
Tetapan laju reaksi Orde reaksi
9 ng lambat
10 beraeaksi menghasilkan endapan belerang pada suhu tinggi dibandingkan dengan pada suhu rendah
Laju berlangsu ng cepat Laju berlangsu ng lambat
Reaksi H 2O 2 H 2O + O2 berlangsung sangat lambat pada suhu kamar hingga sulit teramati sehingga dimbahkan FeCl3 sebagai katalis
-
Amonia dapat dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut persamaan berikut: N2(g) +
11 tinggi dibandingka n dengan suhu rendah Makanan yang dimasak pada suhu tinggi akan lebih cepat matang dibandingka n dengan suhu rendah Untuk memanjat pagar yang tinggi harus menggunaka n tangga untuk mempercepa t memanjat, tangga disnggap sebagai katalis. Amonia dapat dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut persamaan berikut:
23 Tabel.3 (Lanjutan) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 3H2(g) 2NH3(g) Persamaan laju nya adalah v=k [N2]x[H2]y
13.
14.
Tetapan laju reaksi
Orde reaksi
Tetapan laju reaksi adalah tetapan yang harganya bergantung pada jenis pereaksi, suhu dan katalis
Konsep abstrak
Orde reaksi menyatakan derajat pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi
Konsep abstrak
Tetapan laju reaksi Dipengaruhi jenis pereaksi, suhu, dan katalis Derajat laju reaksi
Jenis pereaksi Suhu Katalis
Laju reaksi
Konsentr asi reaktan Jenis pereaksi
Laju reaksi
11 N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) Persamaan laju nya adalah v=k [N2][H2]3
Orde reaksi Persamaan laju reaksi
-
Konstanta laju suatu reaksi ialah 3,46 x 102 detik-1 pada 298 K.
-
Tetapan laju reaksi Persamaan laju reaksi
-
-
-
24
D. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran menggunakan model discovery learning terutama dalam membelajarkan materi laju reaksi merupakan pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif dan kreatif kepada siswa. Pembelajaran ini melibatkan siswa secara langsung untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap pembelajaran, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan melatihkan keterampilan dalam memecahkan masalah berdasarkan pemikiran kreatif siswa. Model pembelajaran ini memiliki enam langkah sederhana meliputi pemberian rangsangan, pernyataan/ identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan/ generalisasi. Pada tahap awal pembelajaran discovery learning pada materi laju reaksi adalah pemberian rangsangan kepada siswa berupa permasalahan atau fenomena yang telah disediakan dalam bentuk narasi, visualisasi gambar sub mikroskopis dan grafik yang dapat diamati menggunakan inderanya. Pada tahap ini sis-wa diminta mengamati dan mengidentifikasi suatu permasalahan dan fenomena teori tumbukan berdasarkan gambar sub mikroskopis dan fenomena laju reaksi seperti data hasil percobaan yang tertera pada tabel pengamatan, dan grafik laju reaksi. Dengan hal itu diharapkan akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan memotifasi siswa untuk menemukan masalah serta aktif berpikir dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian siswa diminta menuliskan hasil identifikasi tersebut dalam LKS yang telah disediakan. Tahap ini bertujuan untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian, keterampilan berfikir luwes siswa yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi serta dapat
25
melihat susuatu masalah dari sudut pandang yang berbeda pada tahap pemberian rangsangan. Tahap kedua adalah identifikasi masalah. Pada tahap ini guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa kemudian siswa diminta un-tuk mengidentifikasi masalah tersebut, agar siswa terpacu berfikir kreatif untuk mengungkapkan gagasan gagasan tentang permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan. Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan, kemudian siswa diminta untuk membuat hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dengan demikian, diiharapkan keterampilan berfikir luwes dapat berkembang pada langkah identifikasi masalah tersebut. Tahap ketiga adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan data-data atau berbagai informasi tentang permasalahan atau feno-mena yang relevan guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan informasi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah dengan cara mengidentifikasi gambar sub mikroskopis, merancang percobaan, mengidentifikasi data hasil percobaan laju reaksi, dan mengerjakan perhitungan berdasarkan data hasil percobaan. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, jika ditinjau dari segi pengeta-huan (siswa akan terpacu untuk berpikir dan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi), dan jika ditinjau dari segi sikap (siswa dapat memberikan bermacammacam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah). Dengan demikian, diharapkan keterampilan berfikir luwes menghasilkan gagasan atau jawaban yang bervariasi.
26
Selanjutnya, tahap pengolahan data. Pada tahap ini, data yang telah diperoleh kemudian dioleh guna untuk menemukan informasi atau pengetahuan baru untuk mendapatkan pembuktian secara benar. Pada tahap ini, guru membimbing siswa dalam mengolah data yang telah didapatkan. Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Melalui diskusi ini, keterampilan berpikir kreatif khususnya pada indikator keterampilan berpikir luwes terlatih dengan diberikannya kebebasan siswa dalam menghasilkan gagasannya lebih bervariasi atau berbeda dari orang lain.
Tahap selanjutnya adalah tahap pembuktian. Pada tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan dengan cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Dengan kebebasan dalam mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, sehingga proses ini membawa siswa mengembangkan keterampilan berpikirnya terutama keterampilan berpikir luwes siswa.
Tahap yang terakhir adalah tahap menarik kesimpulan. Tahap ini dilakukan setelah hipotesis diuji kebenarannya. Siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan dan dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan yang konkrit.
Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran materi teori tumbukan dan laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada keterampilan berpikir luwes siswa.
27
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1.
Siswa-siswi kelas XI MIA semester ganjil SMA Negeri 5 Metro tahun pelajaran 2014/2015 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.
2.
Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir kreatif siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.
3.
Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam pembelajaran materi laju reaksi menggunakan model pembelajaran discovery learningefektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.