II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Pengetahuan (Kognitif)
2.1.1 Pengertian pengetahuan Pada dasarnya pengetahuan adalah kemampuan intelektual seseorang dalam berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penciuman, perarasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Bloom, 1964 (dalam Mardikanto, 1993) membagi tingkat pengetahuan sebagai berikut.
7
8
1. Mengetahui Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan disebut sebagai proses berpikir yang paling rendah. Seperti mendefinisikan, menyusun daftar, menamai, menyatakan, dan mengidentifikasikan. 2. Pemahaman Kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seperti menerangkan, menjelaskan , menguraikan, membedakan, menginterpretasikan, dan merumuskan. 3. Menggunakan Kemampuan
seseorang
untuk
menggunakan
pengetahuan
dalam
memecahkan atau menjawab persoalan. Seperti menerapkan, mengubah, menghitung,
melengkapi,
menemukan.
membuktikan,
menggunakan,
mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, dan menyesuaikan. 4. Analisis Kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Seperti menganalisa, membedakan, dan membandingkan.
9
5. Sintesis (Synthesis) Memadukan kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan atau mensintesa menjadi sesuatu barang atau ide baru. Seperti mengkategorikan mengkombinasikan, mengatur memodifikasi,
mendisain, mengintegrasikan,
mengorganisir, mengkompilasi, mengarang, menciptakan, dan menyusun kembali. 2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) sebagai berikut. 1. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal – hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal – hal baru tersebut. 2. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. 3. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi – informasi baru akan disaring kira – kira sesuai tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. 4. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua).
10
5. Sosial Ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga. 2.2
Konsep Penerapan (Psikomotorik)
2.2.1 Pengertian penerapan Dalam rangkaian kategorisasi taksonomi pendidikan Bloom sebenarnya bukanlah utuh pemikiran Bloom semua. Akan tetapi adanya sumbangan pemikiran dan gagasan cemerlang lain dari para pemikir dan para ahli pendidikan lainnya. Begitu juga dengan karakteristik yang dimunculkan pada konsep penerapan (psikomotorik), di sana Bloom hanya sebagai peletak dasar taksonomi akan tetapi selanjutnya dikembangkan lagi oleh Simpson. Lebih lanjut dikemukakan oleh Simpson (1959) penerapan adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk memecahkan atau menjawab persoalan. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, baik itu keterampilan intelektual atau keterampilan sosial. Rincian penerapan (psikomotorik) yang dikembangkan oleh Simpson sebagai berikut. 1. Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dala keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk
11
kesiapan jasmani dan rohani. Seperti memulai, mengawali, memprakarsai, membantu, dan memperlihatkan. 2. Respon Terpimpin (Guided Response) Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Seperti meniru, mentrasir, mengikuti, mencoba, mempraktekkan, mengerjakan, dan membuat. 3. Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipeljari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancer karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerakgerik
yang
teratur.
Seperti
mengoperasikan,
membangun,
memasang,
membongkar, memperbaiki, dan melaksanakan sesuai standar. 4. Penyesuaian (Adaption) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahn dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. Seperti mengubah, mengadaptasikan, memvariasi, mengatur kembali, dan memodifikasi. 5. Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan atau kreativitas adalah mencakup kemampuan
12
untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Seperti merancang, membangun, menciptakan, mendisain, dan mengkombinasikan. 2.2.2 Cara penilaian penerapan Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja; (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan; (3) kecepatan mengerjakan tugas; (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol; (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian penerapan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta. 2.3
Wanita Tani
2.3.1 Peranan wanita tani Pengertian Peranan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu yang mewujudkan bagian yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa (Poerwadarminta, 1976). Peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang diharapkan dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Dengan kata lain, peranan ialah jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi.
13
Kedudukan seseorang dalam masyarakat selain ditentukan oleh jabatan resminya berdasarkan hukum, ditentukan pula oleh adat, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, serta juga oleh kemampuan dan peranannya dalam masyarakat. Contohnya kedudukannya sebagai istri tugas yang melekat dalam dirinya atau peranannya adalah mengatur rumah tangga; kedudukannya sebagai lurah/kepala desa, peranannya mengatur desanya supaya sejahtera; kedudukannya kepala adat, peranannya menyelenggarakan upacara adat dan bertanggung jawab dalam membina kepercayaan/pengikutnya. Wanita tani adalah sosok wanita pedesaan baik yang dewasa maupun muda. mereka adalah istri petani atau anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kesibukan lainnya berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga tani dipedesaan. Wanita tani sehubungan dengan peranan dan kedudukannya dalam rumah tangga perlu diberikan perhatian khusus yang secara bersama dikaitkan dengan kepentingan keluarga tani. Padahal banyak orang percaya kalau wanita selayaknya berada dilingkungan rumah tangga dengan tugas-tugas seperti melahirkan dan membesarkan anak, serta mengurus suami, agar keluarga tentram dan sejahtera. Karena itu, kemajuan yang dicapai perempuan zaman sekarang dapat dijumpai pada banyak kaum hawa ini sebagai motor penggerak pembangunan dibidang pertanian, seperti kelompok tani, dalam kegiatan program peningkatan produksi pertanian, dalam kegiatan pasca panen produksi pertanian. Selain itu melakukan beban kerja dirumah tangga seperti mengambil air, mencari kayu bakar,
14
memasak, menjual hasil panen, mendidik anak-anaknya, sebagai ibu rumah tangga dan mengabdi kepada suaminya. Di bidang pertanian, sejak semula dalam memenuhi kebutuhan untuk menambah tenaga kerja yang ada yaitu tenaga kerja laki-laki dalam mengerjakan ladangnya atau sawah, tegalan atau kebun. Dalam pekerjaan yang menghasilkan pendapatan, pemilikan tanah pertanian dari warga desa menyebabkan berkurangnya kesempatan atau peluang kerja. Bagi mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan itu, waktu yang dicurahkan oleh wanita lebih banyak dengan hasil yang lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki dari golongan sosial ekonomi yang sama. Karena itu, salah satu jalan untuk meningkatkan kesejahteranan hidup masyarakat tani yang dapat dilaksanakan adalah mengikutsertakan wanita tani dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan. Namun dalam peningkatan produksi usaha tani perlu pula adanya peningkatan efesiensi tenaga kerja keluarga tani. Salah satu alternatifnya adalah melibatkan wanita dalam berbagai kegiatan usaha tani. Kemajuan usaha tani bukan saja berguna bagi dirinya sendiri, tetapi melalui perannya tersebut, wanita tani telah turut menentukan berhasilnya suatu usaha, termasuk tenaga kerja lainnya, merupakan keharusan dalam melaksanakan kegiatan baik dibidang rumah tangga maupun usaha tani. Pendapatan sangat diperlukan bagi petani sebab dengan mengetahui jumlah pendapatan yang diperoleh maka dapat menentukan berapa upah usaha tani dalam setahun. Pendapatan petani adalah hasil yang diperoleh dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Karena itu, salah satu upaya untuk menambah tingkat pendapatan
15
keluarga tani adalah dengan memberi kesempatan berusaha bagi wanita-wanita tani yang merupakan sumber tenaga kerja yang potensial. 2.3.2 Kelompok dan kelompok wanita tani Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2006:104). Menurut Departemen Pertanian (1997), Kelompok Wanita Tani adalah kumpulan istri petani atau wanita tani yang bersepakat membentuk suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan yang sama dalam membantu kegiatan usaha pertanian,
perikanan
dan
kehutanan
untuk
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan keluarganya. Kelompok Wanita Tani atau yang sering disingkat KWT, merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang mana para anggotanya terdiri dari para wanita-wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Menurut Surat Edaran Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian Nomor. K/LP.620/147/X/92k, tanggal 8 Oktober 1992 tentang Pedoman Umum Pembinaan Wanita tani-Nelayan adalah kaum wanita yang berstatus selaku petaninelayan yang wanita (ibu, anak, mertua, kemenakan, dan lain-lain). Yang mempunyai
16
ciri-ciri sebagai berikut: wanita tani adalah istri atau keluarga lain yang hidup dan mencukupi nafkahnya dari berusahatani. Wanita tani masih memiliki peranan penting dalam pengelolaan usaha tani termasuk dalam hal ini usaha pengolahan hasil pertanian. Usaha yang dilakukan disela-sela menunggu musim panen serta untuk menambah penghasilan bagi keluarga dilakukan olehnya. Tohir (1983) mengatakan bahwa kerjasama antara petani dan wanita tani ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berkembangnya koperasi kredit khususnya adalah berkat keaktifan kaum wanita petani, karena merekalah yang menentukan akan keperluan kredit untuk tata rumah tangga keluarga maupun tata rumah tangga usaha tani. Eksistensi Kelompok Wanita Tani dalam analisis kelembagaan menurut Wahyuni (2003) penekanannya terletak pada proses interaksi antara dua individu atau lebih yang mencakup tiga kategori yaitu (1) aturan-aturan/kesepakatan; (2) kinerja dinamika; dan (3) hasil akhir. Eksistensi KWT akan terjaga apabila organisasi berjalan efektif. Menurut Muhyadi (1989) organisasi dikatakan efektif apabila memenuhi dua kriteria berupa mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan lingkungan dan mampu mengelola siklus input-proses output efisien. Adapun karakteristik dari kelompok wanita tani (KWT) bahwa salah satu dari kekuatan kunci KWT adalah kemampuannya untuk memberikan dampak positif pada kehidupan sosial anggotanya, dan manfaat lanjutan bagi komunitas desa. Anggota KWT merasakan bagaimana keikutsertaan dalam KWT telah meningkatkan kualitas hidup mereka, dan banyak yang merasa bahwa dampak sosial proyek tersebut merupakan hasilnya yang paling penting. Anggota KWT menghargai kesempatan
17
untuk berbagi waktu dengan perempuan lain secara rutin. Mereka juga menjelaskan bahwa fokus untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama adalah faktor yang menentukan kesuksesan kegiatan yang mereka lakukan (Strempel, 2011). Food and Fertiliser Technology Centre (FFTC, 2007) menekankan pentingnya
mengembangkan
kelompok
wanita
sebagai
strategi
untuk
mengembangkan akses wanita terhadap informasi, meningkatkan kemampuan mereka untuk ikut mengambil keputusan dan menciptakan kesempatan untuk membentuk kegiatan bersama dalam usaha mengakses masukan ekonomi. Menurut Mosher (1966), salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak hasil dan manfaat yang diperoleh dengan dibentuknya kelompok tani yaitu semakin cepatnya perembesan inovasi atau teknologi baru, semakin meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan dengan input maupun produk yang dihasilkannya, serta dapat memanfaatkan secara lebih optimal semua sumberdaya yang tersedia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memudahkan koordinasi dan pembinaan wanita tani maka dibentuklah suatu Kelompok Wanita Tani (KWT). Kelembagaan KWT ini dibentuk sebagai wadah para wanita tani agar dapat berhimpun, berusaha dan bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui usaha bersama dalam kelompok. 2.4
Konsep Pemberdayaan Definisi pemberdayaan yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain
dikemukakan dalam Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata “empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power of
18
authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Sedangkan proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik. Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalahmasalah yang dihadapi (Teguh, 2004:80-81). 2.5
Industri Rempeyek Menurut Kartasapoetra (2000), pengertian industri adalah kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Haryoto (2009) dalam bukunya Membuat Rempeyek Kacang Tanah ada beberapa ketentuan dalam pengolahan rempeyek. Bahan utama dari rempeyek adalah kacang tanah, tepung, minyak goreng, bumbu dapur (kencur, kunyit, bawang putih, cabai merah, garam), dan air. Syarat bahan baku tersebut sebagai berikut.
19
1. Bahan baku kacang tanah tidak berlubang. 2. Tepung yang yang berkualitas baik, berwarna putih bersih dan apabila diraba akan terasa lembut dan halus. 3. Minyak goreng dengan kadar air yang rendah. 4. Bumbu masak dengan kualitas baik, tidak busuk, dan terhindar dari hama. 5. Air layak pakai dan bebas dari kotoran. Dalam proses pembuatan rempeyek diperlukan beberapa alat pendukung agar proses pembuatan rempeyek berjalan secara efektif dan efisien, adapun alat tersebut yaitu (1) pengorengan; (2) kompor; (3) sendok takar untuk menuangkan adonan; (4) baskom, sebagai tempat adonan rempeyek; (5) kukusan, sebagai tempat untuk meniriskan rempeyek yang selesai digoreng; (6) lesung kecil, untuk menumbuk bumbu masak yang digunakan Bahan baku dan alat-alat yang diperlukan sudah lengkap, proses pembuatan rempeyek bisa dilaksanakan. Pertama-tama bumbu dapur (kencur, kunyit, bawang putih, cabai merah, dan garam) ditumbuk menjadi satu sampai halus. Kemudian tepung dicampur dengan bumbu yang sudah ditumbuk tadi, masukan kacang dan air. Setelah tercampur dalam satu adonan, masukkan kedalam baskom yang sudah disediakan. Minyak yang sebelumnya sudah dipanaskan dipengorengan, siap untuk dituangkan adonan rempeyek menggunakan sendok takar. Setelah itu, proses pengorengan dimulai, ketika sudah setengah matang, rempeyek diangkat, ditiriskan, diletakkan pada kukusan agar minyaknya turun, kemudian siap dikemas. Rempeyek yang sudah selesai dibuat perlu dikemas agar terhindar dari kotoran maupun debu ketika dipasarkan. Rempeyek dapat dikemas dalam kantong
20
plastik sesuai jumlah yang dikehendaki. Setelah terisi penuh, kantong plastik dirapatkan. Penutupan kantong plastik dapat dilakukan menggunakan plastic sealer. Produk rempeyek yang sudah dikemas dengan baik, siap untuk dipasarkan kepada masyarakat. Dalam pemasaran perlu memperhatikan konsep 4P yaitu produk (product) ,harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). McCharty (1960) dalam bukunya Basic Marketing: A Managerial Approach menjelaskan konsep 4P sebagai berikut. 1. Product mengacu pada bagaimana produk tersebut memenuhi kebutuhan konsumen, serta penanganan kualitasnya. 2. Price mengacu pada harga produk tersebut agar konsumen rela mengorbankan uangnya untuk membeli produk tersebut. Hal ini juga mencakup strategi penentuan harga produk tersebut agar bisa bersaing dengan produk kompetitor. 3. Place mengacu pada tempat produk tersebut dipasarkan, bagaimana agar tempatnya bisa dijangkau oleh konsumen. 4. Promotion mengacu pada cara mempromosikan produk tersebut agar diterima konsumen dan melakukan pembelian. Memperhatikan konsep 4P dapat memberikan manfaat berupa pemikiran awal bagi seorang wirausaha sehingga memiliki perhitungan yang matang sebelum menanamkan investasinya. Menurut Yazid (2003:19) dengan sejumlah penyesuaian, keempat elemen bauran pemasaran juga penting dalam pemasaran jasa pelayanan. Akan tetapi, dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang dapat dikontrol dan
21
dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan jasa. Elemen-elemen tersebut sebagai berikut. 1. Partisipan atau orang (people) Semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli 2. Bukti fisik (physical evidence) Lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi. 3. Proses (process) Semua prosedur actual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa. Dengan demikian 4P yang pada mulanya menjadi bauran pemasaran, bisa diperluas lagi menjadi 7P, jika ingin digunakan dalam pemasaran jasa layanan. Dalam proses pembuatan rempeyek keberadaan limbah atau hasil sisa dari produk rempeyek tidak dapat dihindarkan. Limbah rempeyek masih bisa dimanfaatkan untuk dijual dalam bentuk kiloan baik itu untuk dikonsumsi sendiri maupun digunakan sebagai pakan ternak. Kualitas yang baik akan mendapatkan respon yang baik pula dari masyarakat. Penyebab kualitas rempeyek menjadi rendah apabila salah dalam pemilihan tepung, hal ini membuat rempeyek akan berminyak ketika selesai digoreng. Selain itu faktor salah pengaturan besar kecilnya api pada saat menggoreng, akan membuat rempeyek menjadi gosong, dan tentunya hal ini perlu dihindari.
22
2.6
Kerangka Pemikiran Pembinaan wanita tani yang ada di pedesaan melalui suatu wadah kelompok
yang disebut Kelompok Wanita Tani (KWT) perlu ditingkatkan sehingga potensinya yang besar dapat dimanfaatkan serta peranannya sebagai mitra kerja laki-laki secara serasi, selaras baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat lebih meningkat. KWT Mekar Sari terkenal akan produk rempeyeknya dan menjadi produk unggulan. Pemasaran rempeyek produksi KWT Mekar Sari ini sudah berlangsung sejak tahun 2007, akan tetapi belum memiliki izin produksi dari dinas kesehatan terkait. Selain itu dari segi pengemasan masih digunakannya jepretan yang mengurangi daya tarik produk rempeyek tersebut. Melihat kondisi KWT Mekar Sari yang sudah berdiri sejak tahun 2007 dengan produk utama rempeyek dan sudah menjadi mata pencaharian anggotanya, menarik untuk dikaji bagaimana kegiatan KWT ini dalam mensejahterakan anggotanya dengan produk rempeyek yang tetap bertahan eksistensinya selama tujuh tahun. Maka dari itu dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan penerapan anggota KWT Mekar Sari tentang industri rempeyek. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang akan diteliti yaitu tingkat penerapan dan pengetahuan anggota KWT Mekar Sari tentang industri rempeyek di Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Selanjutnya hasil dari penelitian ini dapat direkomendasikan kepada KWT Mekar Sari untuk meningkatkan peran wanita tani dalam pengolahan hasil pertanian, eksistensi dan konsumsi pangan lokal, dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
23
Kerangka pemikiran dalam penelitian kelompok wanita tani ini disajikan pada Gambar 1. KWT Mekar Sari di Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar
Industri Rempeyek
Tingkat Pengetahuan Anggota KWT 1. 2. 3. 4. 5.
Bahan baku rempeyek Syarat bahan baku rempeyek Alat-alat pembuatan rempeyek Cara membuat rempeyek Penyebab baik tidaknya kualitas rempeyek 6. Cara pengemasan rempeyek 7. Pemasaran rempeyek 8. Cara penanganan limbah rempeyek
Tingkat Penerapan Anggota KWT 1. Penggunaan jenis bahan baku rempeyek 2. Penggunaan bahan baku yang berkualitas 3. Penggunaan alat-alat pembuatan rempeyek 4. Pembuatan rempeyek 5. Efektifitas waktu dan volume produksi rempeyek 6. Pengemasan rempeyek 7. Pelaksanaan pemasaran rempeyek sesuai dengan prinsip 4P 8. Penanganan limbah rempeyek
Analisis Deskriptif Kualitatif Hasil Penelitian/Simpulan Rekomendasi Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Penelitian Tingkat Penerapan dan Pengetahuan KWT Mekar Sari Tentang Industri Rempeyek Tahun 2015