II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jambu Mete Menurut Baker (2009), jambu mete (Anacardium occidentale L) termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna kuning kemerah-merahan biasa disebut buah semu. Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu mete yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan bijinya yang berkeping dua dan terbungkus oleh kulit keras yang mengandung getah. Gambar buah mete dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Gambar Buah Mete
5
6
Menurut Hidayat dan Estiti (1995), dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tanaman, jambu mete diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Anacardiaceae
Genus
: Anacardium
Spesies
: Annacardium occodentale L
Secara taksonomi, jambu mete ini sama sekali bukan anggota jambujambuan (Myrtaceae) maupun kacang-kacangan (Fabaceae), melainkan malah lebih dekat kekerabatannya dengan mangga (suku Anacardiaceae).
2.2 Proses Pengolahan Mete Menurut Haryadi et al, (1994), pengolahan gelondong menjadi mete siap konsumsi dimulai dengan pemilihan gelondong, penjemuran, pengupasan (pengacipan), penyangraian, pelepasan kulit ari (testa), sortasi dan grading, dan diakhiri dengan pengemasan. 1. Pemilihan mete gelondongan Pemilihan mete gelondongan untuk memisahkan mete yang bermutu dapat dilakukan sebelum atau sesudah penjemuran. Mete gelondongan yang berkecambah, rusak, tidak sempurna bentuknya, dan kerusakan lainnya dipisahkan dengan mete yang sehat.
7
2. Penjemuran mete gelondongan Untuk mengurangi kadar air maka pelaku industri mete menjemur untuk menurunkan kadar air. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengolahan pada saat pengacipan mete gelondongan. Mete gelondongan dengan kadar air yang tinggi menyebabkan hasil olahan banyak yang tidak utuh dan mete olahan tercemari minyak kulit mete yang mengganggu tenggorokan saat mengkonsumsi mete nantinya. Pada proses penjemuran pelaku industri hanya menggunakan tenaga sinar matahari. Mete gelondongan dijemur dipanas terik selama kira-kira dua hari dan diperkirakan kadar air 8-6%. Mete gelondongan tidak bisa dikeringkan melebihi batas yang ditentukan antara 8-6% karena mete gelondongan yang terlalu kering akan menyebabkan mete akan mudah patah pada saat pengacipan sehingga banyak hasil olahan yang tidak utuh. 3. Pengupasan (pengacipan) Masalah utama dalam pengolahan mete adalah pengupasan kulit gelondong. Bentuk gelondong umumnya memiliki bentuk tidak teratur serta kulitnya licin. Selama pengolahan mete tidak boleh terkontaminasi minyak kulit mete yang akan mengakibatkan biji mete kecoklatan dan menurunkan kualitas mete yang dihasilkan. Selama ini pengupasan gelondong masih dilakukan secara manual dengan menggunakan kacip sederhana. Kacip merupakan alat pengupas gelondong mete yang dirancang untuk mengatasi berbagai masalah dalam pengupasan gelondong. Kacip mudah dioperasikan dilengkapi dengan dua buah pisau berpasangan sehingga mampu mengatasi masalah keragaman bentuk dan ukuran gelondong. Kapasitas olah alat tersebut sekitar 32 kg gelondong/hari (8 jam kerja) dengan tingkat keutuhan biji yang diperoleh 85-90%. Kapasitas olah
8
masih dapat ditingkatkan seiring dengan meningkatnya keterampilan dalam mengoperasikan alat tersebut. 4. Penyangraian Pengeringan dilakukan setelah mete dikupas, tujuannya mengurangi kadar air hingga 3% dan untuk mempermudah pengupasan kulit ari biji mete (testa). Pengeringan bisa dengan matahari atau dengan cara mekanis. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan hingga kulit arinya dapat dikelupas dengan tangan. Keuntungan dari pengeringan dengan matahari adalah biji mete tidak gosong dan kualitas yang baik. Kelemahannya, biji mete dengan kadar air lebih dari 3% menjadi sangat rapuh (hancur), sedangkan dengan cara mekanis dapat dilakukan pada suhu optimum 70°C selama 4 - 8 jam. Hasilnya, kualitas baik dengan kadar air ± 3 %. 5. Pelepasan kulit ari (testa) Pengupasan kulit ari dilakukan segera setelah dikeringkan. Pengupasan dapat secara manual dan cara lain yang dapat dilakukan petani, yaitu proses gabungan antara penggorengan bersama-sama dengan pengupasan. 6. Sortasi dan grading Dasar sortasi dan grading adalah keadaan, ukuran dan warna. Berdasarkan keadaan biji mete dapat dibedakan 6 golongan, yaitu : (1). biji mete utuh (whole kernels) yaitu biji mete utuh seluruhnya, tanpa cacat, (2). biji mete sedikit utuh (butts kernels) yaitu biji mete yang sebagian kecil sudah pecah, (3). biji mete belahan (split kernels) yaitu biji mete setengah utuh atau merupakan belahan biji mete yang utuh, (4). Biji mete remukan besar (large pieces kernels) yaitu biji mete yang pecah lebih dari dua bagian dengan ukuran di atas 0,6 cm, (5). Biji
9
mete remukan kecil (small pieces kernels), yaitu biji mete yang pecah/remuk dengan ukuran 0,4 - 0,5 cm, dan (6). Biji mete remukan halus (baby bits kernels) yaitu biji mete yang pecah/remuk halus (Haryadi et al., 1994) Biji mete yang didapat berdasarkan warna, yaitu : (1). Biji mete putih (white kernels) yaitu biji mete berwarna putih bersih, tidak terdapat bercak berwarna coklat atau hitam, (2). Biji mete agak putih (fancy kernels) yaitu biji mete berwarna agak putih atau agak gosong, (3). Biji mete setengah gosong (desserts kernels) yaitu biji mete setengah gosong atau bercak-bercak hitam, dan (4). Biji mete gosong (scorched kernels) yaitu biji mete yang gosong berwarna coklat muda sampai coklat akibat pemanasan yang berlebihan (Haryadi et al., 1994). 7. Pengemasan Pengemasan perlu segera dilakukan karena biji mete mudah sekali rusak. Kemasan dapat berupa peti, kaleng, dan plastik kemas dalam keadaan tanpa udara. Pengemasan tidak dapat meningkatkan atau memperbaiki mutu, tetapi hanya mempertahankan atau melindungi mutu produk yang dikemas. Oleh karena itu, hanya produk yang baik yang perlu dikemas. Produk yang rusak atau busuk yang ada dalam kemasan akan menjadi kontaminasi dan infeksi bagi produk yang masih sehat, akibatnya produk tidak laku di pasaran.
2.3 Rencana Bisnis Menurut Umar (2005), perencanaan bisnis (business plan) merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan. Tujuan perencanaan bisnis adalah agar kegiatan yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berjalan tetap berada di jalur yang benar sesuai
10
dengan yang direncanakan. Perencanaan bisnis juga merupakan pedoman untuk mempertajam rencana-rencana yang diharapkan, karena di dalam perencanaan bisnis kita dapat mengetahui posisi perusahaan kita saat ini, arah tujuan perusahaan dan cara mencapai sasaran yang ingin kita capai. Perencanaan bisnis yang baik harus memuat langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memaksimalkan peluang keberhasilan. Menurut Rangkuti (2003), Perencanaan bisnis harus dapat menangkap faktor-faktor apa saja yang dimiliki oleh perusahaan tersebut sehingga penggunaannya dapat dioptimalkan. Perencanaan bisnis dapat membuat kerangka pengendalian faktor-faktor keberhasilan, sehingga kinerja aktual perusahaan dapat dievaluasi secara terus menerus untuk menuju kearah yang lebih baik.
2.4 Manfaat Rencana Bisnis Menurut Umar (2005), rencana bisnis sangat bermanfaat baik bagi internal maupun eksternal perusahaan. Dalam internal perusahaan, rencana bisnis dapat menetapkan dan memusatkan tujuan yang direncanakan oleh pebisnis dengan memanfaatkan keterangan dan analisis yang sesuai. Pebisnis juga dapat menggarap informasi yang berharga dari orang-orang yang telah berkecimpung dalam bisnis tersebut yang telah meraih kesuksesan. Rencana bisnis juga dapat mencegah
perusahaan
untuk
melakukan
kelalaian
dan
menyelesaikan
permasalahan di masa yang akan datang dengan pengetahuan dan pengalaman yang didapat dalam merancang rencana bisnis tersebut. Hal ini tentu akan sangat bermanfaat bagi pebisnis dalam memulai usahanya, karena melalui informasi tersebut pebisnis pemula dapat mengetahui rencana strategi apa saja yang telah
11
membawa kesuksesan pebisnis yang sukses dan mengetahui apa saja yang perlu dihindari dalam menjalankan bisnis tersebut. Rencana bisnis membantu pengusaha untuk benar-benar memiliki sebuah strategi bisnis yang handal secara resmi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain, baik di dalam maupun diluar organisasi. Rencana bisnis juga bermanfaat jika digunakan kepada pihak eksternal perusahaan, seperti investor dan pihak bank. Rencana bisnis yang besar biasanya membutuhkan modal usaha yang besar juga. Dalam hal ini, pebisnis dapat melakukan pendanaannya melalui investor dengan mengeluarkan saham atau mendapatkan pinjaman dari pihak bank.
2.5 Analisis SWOT Menurut Kurtz (2008), analisis SWOT adalah suatu alat perencanaan strategi yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external. Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT perlu dilakukan karena analisa SWOT untuk mencocokkan “fit” antara sumber daya internal dan situasi eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses. Menurut Thompson (2008), analisa SWOT adalah simpel tetapi merupakan alat bantu yang sangat kuat untuk memperbesar kapabilitas serta mengetahui ketidakefisienan sumber daya perusahaan, kesempatan dari pasar dan ancaman eksternal untuk masa depan agar lebih baik lagi. Menganalisa lingkungan internal
12
dan eksternal merupakan hal penting dalam proses perencanaan strategi. Faktorfaktor lingkungan internal di dalam perusahaan biasanya dapat digolongkan sebagai Strength (S) atau Weakness (W), dan lingkungan eksternal perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai Opportunities (O) atau Threat (T). Analisis lingkungan strategi ini disebut sebagai analisis SWOT.
2.6 Analisis Rencana Bisnis Menurut Rangkuti (2003), setiap industri bisnis memiliki perbedaan dalam merancang rencana bisnisnya, akan tetapi rencana bisnis yang baik harus memuat hal-hal berikut: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek menejemen dan sumber daya manusia, dan aspek finansial.
2.6.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Menurut Subagyo (2007), yang dimaksud dengan pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran jenis produk dan jasa sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi, sehingga pasar bukan saja diartikan sebagai tempat pertemuan secara fisik antara penjual dan pembeli, tetapi terjadinya kesepakatan ketika pembeli menyetujui dan sepakat untuk menerima harga yang ditawarkan penjual baik yang dilakukan secara fisik maupun melalui tulisan dan catatan. Sedangkan pemasaran merupakan salah satu kunci dari keberhasilan usaha. Usaha yang mampu menguasai pasar dan pemasaran berarti akan memperoleh laba yang akan menjamin keberlanjutan usahanya.
13
2.6.2 Aspek Teknis dan Teknologi Menurut
Umar
(2005),
studi
aspek
teknis
dan
teknologi
akan
mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Untuk bisnis industri manufaktur misalnya, perlu dikaji mengenai kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi pabrik, dan tata letak pabrik yang paling menguntungkan. Dari kajian teknologi, perlu dipahami bahwa perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hendaknya antisipasi perkembangan teknologi perlu dikaji agar teknologi yang akan digunakan nantinya dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi dan ekonomi, sehingga akhirnya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar.
2.6.3 Aspek Manejemen dan Sumber Daya Manusia Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis untuk rencana bisnis suatu usaha. Walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Dinilai dari aspek ini adalah para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengendalikannya apabila terjadi penyimpangan. Struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.
14
Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen.
2.6.4 Aspek Finansial Dari sisi keuangan proyek bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 2005). Kegiatan pada aspek keuangan (finansial) ini antara lain adalah penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek. Menentukan struktur pembiayaan berupa berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan.
Bebepara keriteria aspek finansial yang digunakan adalah
analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C R), Break Even Point (BEP), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas. (1). Net Present Value (NPV) Pengertian Net Present Value menurut James dan Horne (2004), adalah nilai sekarang dari arus kas bersih proyek investasi dikurangi arus keluar kas awal. Pengertian NPV menurut Martono (2005), merupakan metode untuk mencari selisih antara nilai sekarang kas netto (proceeds) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (outlays). Metode ini merupakan salah satu metode pendiskontoan aliran
15
kas, untuk menerapkan metode ini diperlukan terlebih dahulu discount faktor yang akan digunakan. Pada prinsipnya discount faktor yang relevan adalah menggunakan biaya modal rata-rata tertimbang dengan catatan tingkat risiko investasi yang sama dengan risiko bisnis perusahan secara keseluruhan. Faktor nilai sekarang yang sesuai kemudian diterapkan pada arus masuk dan arus keluar kas selama umur ekonomis dari usulan investasi. Setelah itu nilai sekarang dari semua arus masuk kas dijumlahkan dengan arus keluar kas, dimana selisihnya merupakan nilai sekarang. Kebaikan dari metode Net Present Value adalah: (a) memperhitungkan semua arus kas, (b) semua arus kas didiskontokan pada biaya modal untuk menentukan nilai sekarang, (c) memperhatikan nilai waktu uang. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama sumber pembiyaannya. (2). Internal Rate Of Return (IRR) Menurut James dan Horne (2004), IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan dari proyek investasi dengan arus keluar kas awal, atau IRR sering diartikan sebagai tingkat pengembalian internal dicari dengan cara trial and error atau interpolasi, dengan kata lain IRR adalah discount faktor yang membuat Net Present Value sama dengan nol. Kelemahan metode IRR adalah: (a) tingkat bunga yang dihitung merupakan angka yang sama untuk setiap tahun umur ekonomis, (b) dapat diperoleh tingkat bunga yang lebih dari satu.
16
(3). Benefit Cost Ratio (B/C R) Menurut James dan Horne (2004), Benefit Cost Ratio ini merupakan rasio nilai sekarang arus kas bersih proyek di masa depan terhadap arus keluar kas awal. Metode Benefit Cost Ratio sering disebut dengan Cost Benefit Analysis Method. Apabila metode NPV mencari selisih antara NPV aliran kas bersih dengan present value investasi, maka metode Benefit Cost Ratio merupakan pembagian antau rasio antara present value aliran kas bersih dengan present value investasi. Benefit Cost Ratio atau Profitability Index merupakan metode yang memiliki hasil keputusan sama dengan metode NPV. Artinya, apabila suatu proyek investasi diterima dengan menggunakan metode NPV maka akan diterima pula jika dihitung menggunakan metode Benefit Cost Ratio ini. (4). Break Even Point (BEP) Menurut Soeharto (1999), Break Even point (BEP) adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Pujawan (2004), titik impas adalah titik yang menyatakan variabel output, dimana total pengeluaran sama dengan total pemasukan. (5). Payback Period (PBP) Menurut Soeharto (1999), periode pengembalian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap
17
pengeluaran (expenses) per tahun. Periode pengembalian biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Dalam menganalisis periode pengembalian dapat juga dimasukkan faktorfaktor seperti modal kerja, depresiasi, dan pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih realistis. Metode ini masih digunakan secara luas karena mempunyai keuntungan sebagai berikut : o
Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberi pengertian yang mudah tentang waktu pengembalian modal (capital recovery).
o
Bagi proyek yang memiliki risiko makin lama makin tinggi, atau perusahaan yang peka terhadap masalah likuiditas pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan pengendalian modal selesai, akan amat membantu untuk memutuskan disetujui tidaknya proyek tersebut, jadi berlaku seperti indeks risiko bagi investor.
o
Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau usang, perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian.
Adapun keterbatasannya adalah : o
Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah periode pengembalian selesai.
o
Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dasar analisis aspek ekonomi – finansial dalam mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi).
o
Tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek. Meskipun mempunyai banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya
periode pengembalian masih digunakan secara luas, terutama disebabkan oleh
18
perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi perihal risiko yang kebanyakan pengusaha ingin segera mendapatkan jawabannya untuk memperbaiki beberapa kelemahan di atas dilakukan beberapa modifikasi dengan memasukkan unsur biaya modal. (6). Analisis Sensitivitas Analisa sensitivitas adalah suatu metode dimana kita bisa mengetahui seberapa besar pengaruh asumsi-asumsi yang dipertimbangkan terhadap kelayakan suatu proyek. Dengan mengambil sampel dari asumsi yang sangat sensitive terhadap nilai NPV maka kita dapat membuat analisis skenario melalui tiga kemungkinan yaitu : optimistic, most likely dan pessimistic Melalui skenario analisis kita bisa mendapatkan expected NPV. Proyek yang memberikan expected NPV labih besar dari pada nol dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan.