II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran. 1. Pengertian belajar dan pembelajaran
Menurut Skiner dalam Dimyati dan Mudjiono (1999:09), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku, pada saat belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun.
Sedangkan belajar menurut Burton dalam Hamalik (2001:28), adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di mana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Menurut pendapat Hamalik (2001:27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).
Menurut beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup. Dengan belajar, melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
9
lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar.
2. Pengembangan Keterampilan Gerak
Menurut Rusli Lutan (1988 : 367), pengembangan keterampilan gerak dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : a. Pendekatan Psikologi Psikologi adalah suatu bidang studi tentang perilaku manusia. Disiplin ilmu ini berupaya untuk mempelajari dan memahami perilaku manusia. Istilah perilaku diartikan dalam pengertian luas yaitu mencakup berbagai kegiatan manusia seperti mengindra, mempersepsi, memperhatikan, belajar, dan berbuat dengan gerak nyata (Sage, 1984) b. Pendekatan Psikologi Behaviors Yaitu memfokuskan perhatiannya pada mekanisme stimulus dan respons. Tekanannya pada komponen perilaku sebagai gejala yang teramati. c. Pendekatan Psikoligi Kognitif Tekanannya pada ikhtiar memanipulasi lingkungan. Tekannya tidak banyak pada proses neurofisiologis, tapi pada proses mental yang lebih tinggi. d. Pendekatan Fisiologis-Psikologis. Mempelajari mekanisme fisiologis yang melandasi perilaku. Yang menjadi fokus perhatiannya adalah peristiwa neurofisiologis yang
10
berkaitan dengan proses psikologis seperti berfikir, belajar, mempersepsi, dan motivasi. e. Pendekatan Fungsional-Integratif Menitikberatkan pada aspek neurofisiologis dan sosial budaya.
Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relative permanen. Pengembangan keterampilan gerak biasanya dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam upaya mengajarkan gerakan dasar, agar anakanak menjadi lebih lincah gerakannya. Perubahan itu bisa bertahan dalam jangka waktu yang relative lama, meski demikian bisa dipersoalkan seberapa lama perubahan waktu relatif lama perubahan itu melekat. Artinya keterampilan itu dapat ditampilkan kapan saja secara otomatis. Menurut Lutan (1988) mendefinisikan, belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah suatu perubahan dalam perilaku terampil.
Dalam hubungannya dengan belajar gerak seperti dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa belajar motorik mengacu kepada perubahan perilaku atau tingkah laku manusia. Dengan kata lain dapat dinyatakan, bahwa objek dari suatu upaya belajar dan mengajar adalah perilaku yang nampak bergerak. kegiatan motorik memiliki derajat ketelitian yang tinggi, tapi tujuannya menampilkan suatu perbuatan khas atau menyelesaikan suatu tujuan tertentu namun memiliki variabilitas yang tinggi.
11
a. Tahap-tahap Belajar Gerak Suatu proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu kewaktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem pusat syaraf, otak, dan ingatan. Dengan kata lain, tugas utama peserta didik dalam proses pembelajaran motorik adalah menerima dan menginterprentasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan. Secara fisiologis, urutan proses belajar keterampilan gerak digambarkan Giriwijoyo(1993) dalam priyono(1999)
Umpan Balik Panca Indera Exteroceptor
Pusat Kesadaran Pusat motorik Pusat koordinasi
Proprioceptor Ergosistema Primer
Koreksi Gambar1. Proses Belajar Keterampilan Gerak (Adaptasi dari Giriwijoyo dalam Priyono 1999)
Dari skema tersebut dapat di ambil kesimpulan, bahwa gerak yang diperoleh secara Visual dan Audio Visual yang akan diterima oleh otak sadar, selanjutnya dilakukan analisis dan identifikasi macam-macam gerak dasarnya dan urutan gerak dasar itu, kemudian disampaikan ke pusat motorik melalui proprioceptor yaitu receptor-receptor yang terdapat dalam otot-otot, urat0urat, dan sendi-sendi, untuk disampaikan
12
kembali ke pusat kesadaran sebagai umpan balik untuk dapat mengetahui besar penyimpangan gerakan yang telah terjadi terhadap pola gerakan yang telah dirumuskan. Akhirnya pusat koordinasi mengadakan koreksi terhadap pelaksanaan gerakan agar tidak menyimpang dari rumus pola gerakan yang telah dibuat. Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik menurut Fritts (1964): Fritts and Dosner (1967) dalam Lutan (1988) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) Tahap Koqnitif, 2) Tahap Fiksasi, 3) Tahap Otomatis.
1. Tahap Koqnitif Merupakan tahap awal dalam belajar motorik. Dalam tahap ini peserta didik harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang akan dilakukan. Ia harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat membuat rencana pelaksanaan secara tepat.
2. Tahap Fiksasi Pada tahap ini, pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik melalui latihan praktik secara teratur agar perubahan perilaku gerak menjadi permanen. Selama latihan, peserta didik membutuhkan semangat dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah. Lebih penting lagi mereka dapat mengkoreksi
13
kesalahannya. Pola gerakan sudah sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan pada tahap koqnitif ke arah gerakan secara keseluruhan dan harus dilakukan secara berulangulang sehingga penguasaan terhadap gerakan akan semakin meningkat.
3. Tahap Otomatis Setelah peserta didik emlakukan latihan dalam jangka waktu yang relatif lama, maka akan memasuki tahap otomatis. Menurut Giriwijoyo dalam Priyono (1999) mengatakan ”Secara fisiologis hal ini dapat diartikan bahwa pada diri peserta didik telah terjadi suatu kondisi refleks bersyarat yaitu terjadi pengerahan tenaga mendekati pola gerak refleks yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan” Pada tahap otomatis, kontrol terhadap gerakan semakin tepat dan penampilan semakin konsisten dan cermat. Dengan umpan balik yang tidak terlalu lama, arah cepat melawan gerakan otomatis walaupun gerakan tersebut tidak dikehendakinya. Secara fisiologis mekanisme umpan balik selalu ada dan merupakan pelengkap standar yang selalu dipantau oleh propioceptor untuk informasi tentang ketepatan gerak yang terjadi. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan tidak lagi memerlukan konsesntrasi penuh, gerakan yang dilakukan hampir tidak terpengaruh oleh kegiatan lain yang simultan.
14
3. Pendekatan Mengajar Keterampilan Bermain Bulutangkis
a. Pengertian Pendekatan Menurut Suharta dalam Priyono (1999), pendekatan adalah cara atau alat yang digunakan untuk mengatur aktivitas peserta didik dalam mencapai tujuan.
Sebagaimana di kemukakan oleh Poerdarminto dalam kamus besar bahasa Indonesia (1996:128) sebagai berikut: Pendekatan bisa disamakan dengan proses, metode, atau cara mencapai tujuan. Metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian, untuk mengadakan hubungan dengan orang yg diteliti. Sedangkan Geralch dalam Suharta (1997:39) mendefinisikan pendekatan sebagai cara atau alat yang digunakan untuk mengatur aktivitas siswa dalam mencapai tujuan.
Dengan membaca beberapa definisi tersebut, maka pendekatan mengajar dapat diartikan sebagai usaha atau cara yang dilakukan dalam rangka aktivitas pelatihan guna mencapai tujuan pelatih. Secara khusus bila dikaitkan dengan pendekatan mengajar keterampilan dasar bermain Bulutangkis, dapat diartikan sebagai usaha atau cara yang dilakukan guru dalam aktivitas pembelajaran teknik dasar bermain bulutangkis, dengan tujuan agar anak dapat mencapai perkembangan dalam keterampilan dasar bermain bulutangkis.
15
b. Pendekatan Taktis Salah satu konsep pembelajaran ketrampilan dasar bermain bulutangkis adalah pendekatan taktis yang di perkenalkan oleh Subarjah (2001:77), mengatakan bahwa pendekatan taktis adalah di mana cara guru mengajar mempergunakan pendekatan latihan yang mirip dengan permainan yang sesungguhnya, minat dan kegembiraan seluruh siswa sebelum pengenalan teknik dan keterampilan teknik yang dibina pada waktu bersamaan. Dalam penelitian ini, pendekatan taktis adalah adaptasi dari subarjah (2001 : 77, yaitu cara mengajarkan teknik dasar bulutangkis dengan menekankan keterkaitan antara taktik dan keterampilan teknik yang di bina pada waktu bersamaan. Dalam pendekatan taktis di bagi 3 tahap antara lain : Tahap pertama adalah pembelajaran difokuskan pada persiapan untuk melakukan serangan dengan menciptakan ruang pada sisi net lapangan lawan dan daerah pertahanan sisi net lapangan sendiri yang terdiri dari 4 model yaitu : 1.
Model 1 Bermain setengah lapangan, berpasangan dengan melakukan pukulan dari bawah dan dari atas untuk mempertahankan kok dalam permainan serta mempertahankan reli selama mungkin hanya dengan menggunakan pukulan dari atas kepala.
16
2.
Model 2 Bermain dengan lapangan berpasangan dengan melakukan pukulan kebelakang lawan (overhead clear), dengan mempertahankan reli dengan menggunakan pukulan dari atas kepala.
3.
Model 3 Bermain setengah lapangan, berpasangan dengan melakukan pukulan ke belakang lawan sebelah kiri (overhead backhand) dengan mempertahankan reli dengan menggunakan overhead backhand.
4.
Model 4 Bermain setengah lapangan, berpasangan dengan melakukan pukulan kedepan lawan (drop shot), dengan berpasangan satu orang mendorong lawan ke belakang, satu orang melakuakn drop shot di lakukan secara bergantian.
Tahap kedua pembelajran adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk membuat dan mempertahankan ruang dengan mempermainkan servis tinggi dan rendah, dan under arm lob, yang terediri dari 2 model, yaitu : 1. Model 1 Bermain setengah lapangan, berpasangan dengan melakukan pukulan underarm clear kebelakang lapangan lawan. Satu orang
17
memberikan cok ke depan lapangan, satu orang memukul dengan underarm clear ke belakang lapangan. Pergantian forehand dan backhand. 2. Model 2 Bermain setengah lapngan, berpasangan dengan melakukan pukulan smash dan membendung smash dengan cara satu orang memberikan pukulan servis tinggi setengah lapangan, pasangannya melakukan smash di lakukan secara bergantian.
Tahap ketiga meliputi bentuk permainan tunggal setengah lapangan untuk lebih meningkatkan kompleksitas taktis permainan ganda, yang terdiri dari 2 model, yaitu: 1. Model 1 Bermain setengah lapangan berpasangan, dengan melakukan pukulan drop shot dan mengembalikan drop shot dari bawah etinggian net. Dengan cara satu orang memberikan drop shot dan pasangannya mengembalikan drop shot dari bawah ketinggian net tanpa memberi kesempatan kepada lawan untuk menyerang kembali, kedua pemain dalam garis servis dilalulan secara rally. 2. Model 2 Bermain lapangan penuh berpasangan, seorang memberikan bola, seorang sebagai pemukul. 2 kok, pertama diberikan
18
kebelakang pemukul, pemukul kembali ke tengah lapangan dengan segera. Kedua kok diberikan kedepan dan kebelakang pemukul. Pemukul kembali ketengah lapangan, rotasi atau bergantian. Kedelapan bentuk latihan di atas dilakukan dengan mengunakan sarana dan prasarana permainan bulutangkis yang standar. Dalam konsep pendekatan taktis pengenalan di mulai dari urutan: tahap I dengan model 1 – 4, tahap II dimulai dengan model 1 – 2, dan tahap III dimulai dari model 1 – 2.
c. Pendekatan shadow Menurut PBSI (2003) dalam Tarigan (2005) pendekatan shadow dalam belajar keterampilan dasar yang sebenarnya. Latihan pembeban, latihan gerak kaki dan lain-lain. Pendekatan shadow adalah latihan untuk meningkatkan kemampuan footwork, kelincahan gerak tangan, kecepatan, daya tahan dalam latihan gerak dasar bulutangkis. Bentuk latihan ini dilaksanakan sebelum anak dilatih gerak teknik. Mengenai pelaksanaan latihan shadow menurut Subarjah (2000 : 42) Dijelaskan sebagai berikut.
1. Latihan Footwork dan pergerakan Dimulai dari bagian tengah lapangan dan posisi siap, sentuhlah empat sudut lapanagn secara berturut-turut, kembali ke posisi pusat
19
setelah masing-masing sentuhan. Putar dan gapaikan tangan dan kaki yang dominant, dan seret langkah anda dengan menggunakan gerakan yang rapat. Silangkan kaki hanya pada sisi backhand, tidak pada sisi forehand. Dapat dilakukan sebanyak 20 kali dalam waktu 30 detik. Lakukan berulang-ulang kali. 2. Latihan maju mundur, depan belakang atau stroke Dimulai dengan berdiri digaris belakang, sikap siap melakukan pukulan atas, kaki kanan dibelakang. Lakukan pukulan overhead seolah-olah sedang memukul kok, selanjutnya maju depan belakang untuk melakukan overheat. Lakukan berulang-ulang kali. 3. Latihan rally dengan dinding Dimulai dengan praktekan forehand atau backhand overhead dengan mengandalkan rally menghadapi dinding yang tinggi dan rata. Berikan tekanan pada pengembalian yang tinggi dan panjang hampir sama dengan pukulan clear agar anda mempunyai banyak waktu untuk bersiap-siap sebelum melakukan setiap pukulan. Awali gerakan dengan siku anda dan pukul bola ke atas, tinggi dan jauh.Putar dan tarik raket anda ke belakang. Dapat dilakukan 5 menit pada forehand dan 5 menit pada backhand. Lakukan berulang-ulang kali. 4. Latihan pukulan clear overhead bayangan Dimulai dengan praktekan gerakan melempar pada clear forehand dan backhand overhead dengan tetap menggunakan penutup raket pada raket
20
anda. Tambahan beban dan daya hambatan udara meningkatkan tenaga dan daya tahan tangan yang melakukan pukulan. Lakukan 30 gerakan ayunan forehand dan 30 ayunan backhand. 5. Latihan memukul kok disamping badan Berdiri di garis tengah kemudian langkahkan kaki kanan ke kiri dan lanjutkan dengan melakukan pukulan backhand drive, selanjutnya melangkah ke asamping kanan dan melakukan pukulan forehand drive. Lakukan berulang-ulang. 6. Latihan memukul kok di atas samping kepala Berdiri di garis tengah kemudian melangkah ke samping kiri dan meloncat sambil melakukan pukulan overhead, selanjutnya melangkah ke samping kanan dan meloncat sambial melakukan pukulan overhead. Perhatikan arah jatuhnya kok, usahakan bisa mengendalikan kok. Lakukan berulang-ulang kali. 7. Latihan berpasanga-pasangan Satu orang berdiri ditangah merapat dengan net sebagai instruktur dan temanya berdiri di tengah lapangan dalam posisi siap. Instruktur menunjuk tempat yang ditunjuk tersebut. Selanjutnya temannya bergerak kea rah yang ditunjukan dan melakukan pukulan kemudian kembali lagi seperti posisi semula. Lakukan berulang-ulang dengan tempo cepat.
21
8. Latihan smash bayangan Dimulai dengan praktekan gerakan smash forehand atau backhand overhead dengan tetap menggunakan penutup raket anda. Penambahan beban dan daya hambatan udara menambah kekuatan dan daya tahan tangan yang melakukan pukulan. Lakukan 30 pukulan smash forehand dan 30 pukulan smash backhand. 9. Membentuk latihan lain Menerapkan kok bebrapa buah pada posisi tertentu misalnya disetiap pojok dan samping lapangan ditaruh 3 kok atau disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya pemain mencoba mengambil kok tersebut dan melemparkan ke depan net melewati net. Kemudian mengambil kok pada posisi yang sama secara langsung. Perhatikan arah jatuhnya kok, usahakan bisa mengendalikan kok. Deangan demikian seterusnya dan lakukan berulang-ulang. Dalam pelaksanaan latihan pendekatan shadow, sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan dasar maka seorang guru berperan serta dalam penerapan konsep pembelajaran ini.
B. HAKIKAT LATIHAN
1. Pengertian Latihan Latihan adalah suatu proses yang amat kompleks yang melibatkan variabel-variabel internal dan eksternal, antara lain motivasi dan ambisi
22
atlet, kuantitas dan kualitas latihan, volume dan intensitas latihan, pengalaman-pengalaman bertanding. Proses latihan harus pula didasarkan pada prediksi (ramalan) kemungkinan prestasi atlet pada setiap tahap latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harre (1982) yaitu bahwa “The training process should be organized with foresight.” Dia juga menganjurkan agar di dalam perencanaan program termasuk pula analisi dari latihan yang telah dilaksanakan, yang tujuannnay ialah agar dapat ditentukan seberapa jauh program yang disusun tersebut telah mencapai sasarannya, baik dalam kepribadian maupun dalam efisiensi performa atlet.
2. Perinsip dan Azaz Latihan Beberapa prinsip dan asas latihan yang penting difahami ialah :
a. Prinsip beban lebih (overload) Perinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara periodic dan progresif ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah ditambah, maka berapa lamapun dan berapa sering pun atlet berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat. Namun demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang untuk istirahat, performanya pun kemungkinan tidak akan meningkat secara progresif. Karena itu, metodologi pelatihannya haruslah dengan menganut “system tangga” (step type-approach), atau sering disebut system ombak (wave-like system). Artinya, hari-hari
23
latihan berat harus senantiasa diselingi dengan latihan ringan guna memungkinkan terjadinya regenerasi organisme tubuh. b. Prinsip Individualisasi Tidak ada dua orang atlit yang serupa serta karakteristik fisiologi dan psikologinya persis sama. Reaksi masing-masing atlet terhadap suatu rangsangan latihan terjadi dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut karena usia dan jenis kelamin. Selalu akan ada perbedaan dalam
kemampuan, potensi, adaptasi, dan karaskteristik belajarnya. Karena itu agar latihan bias menghasilkan hasil yang terbaik bagi setiap individu, prinsip individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan. Artinya, beban latihan harus senantiasa disesuaikan sengan kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik spesifik dari atlet. c. Densitas Latihan Densitas atau kekerapan latihan mengacu kepada hubungan yang dinyatakan antara kerja dan istirahat dalam latihan. Atau dapat pula diartikan sebagai kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu rangkaian (serie) rangsangan per satuan waktu. Densitas latihan yang cukup (jadi istirahat antara dua rangsangan latihan yang cukup) akan bias menjamin efisiensi latihan sehingga bisa menghindarkan atlet dari lelah yang berlebihan. Kalau densitas terlalu padat (dense = padat),artinya istirahat antara dua rangsangan latihan kurang cukup, maka tidak ada cukup waktu untuk tubuh melakuakn regenerasi, sehingga latihannay pun tidak efisien.
24
d. Prinsip Kembali Asal (reversibility) Prinsip ini mengatakan bahwa, kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali ke keadaan semula atau kondisinya tidak akan meningkat. Contoh : menurut astrand, tiga minggu istirahat akan menurunkan VO2max sebesar antara 17-20%. Lalu diperlukan 4-6 minggu untuk merecover 25% dari VO2max yang hilang. Daya tahan otot akan menurun setelah hanya dua minggu tidak aktif. Karena itu atlet duanjurkan untuk berlatih secara teratur dan berkesinambungan serta dengan frekuensi yang cukup tinggi. e. Prinsip Spesifik Prinsip specifity of training ini mengatakan bahwa manfaat maksimal yang bias diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut. Termasuk dalam hal ini metode dan bentuk latihan kondisi fisiknya. f. Perkembangan Multilateral Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu. Pda permulaan dia berlatih olahraga, (olahraga pap pun yang dianutnya), bebaskan dia untuk menjelajahi beragam aktivitas agar dia bisa mengembangkan dirinya secara multilateral (menyeluruh), baik dalam aspek fisik, mental, maupun sosialnya. Hal ini akan bisa mempercepat perkembangan prestasinya dalam olahrag spesialisasinya kelak.
25
g. Prinsip Pulih-Asal (recovery) Perkembangan atlet bergantung pada pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan (training effect) bias dimaksimalkan. Lamanya masa pemulihan tergantung dari kelelahan yang dirasakan atlet akibat stimulus/latihan sebelumnya. h. Variasi Latihan Untuk mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi dalam latihan, miasalnya bentuk latihan dengan bola, berlatih di pegunungan, lari lintas alam, dsb. i. Intensitas Latihan Atlet harus dilatih melalui suatu program yang intensif yang dilandaskan pada prinsip beban lebih (overload principle) yang secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan (repetisi), serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan maksimal atlet tidak akan terasa “training effect-nya” (dampak/manfaat latihannya). j. Volume Latihan Volume latihan mengacu kepada kuantitas atau benyaknya materi dan bentuk latihan yang diberikan kepada atlet.Volume latihan yang tinggi di tahap-tahap permulaan latihan (TPU-TPK) merupakan faktor detrminan bagaimana atlet akan berkiprah kelak di tahap-tahap akhir pertandingan.
26
k. Asas Overkompensasi Asas ini menganjurkan agar atlet pada waktu pertandingan berada pada tahap overkompensasi, karena pda tahap inilah atlet memiliki energi/kinerja yang paling tinggi. Setelah diberi rangsangan latihan, organisme tubuh kita akan mengalami kelelahan. Karena itu perlu istirahat.Selama istirahat ini terjadilah regenerasi dari sumber-sumber tenaga biokemikal dalam tubuh kita. Sumber-sumber energi tersebut bukan saja diisi sampai penuh kembali, namun akan sampai melebihi keadaan normal (homeostatis). Jadi organisme tubuh mengkompensasi secara sempurna, dan disusul oleh apa yang disebut fase rebounding atau overkompensasi. Di fase overkompensasi inilah tenaga/energi/kinerja atlet adalah yang paling tinggi. Jadi artinya di saat itulah waktu yang paling baik baginya untuk bertanding. Overkompensasi (kinerja tertinggi) stimulus
Involus i homeostatis
lelah Kompensa si (Regeneras i)
Gambar 2. Asas Kompensasi (Adaptasi dari William H. Freeman. Peak When It Count 1989)
3. Tujuan Latihan Tujuan program latihan yang direncanakan dan diorganisir secara baik ialah untuk meningkatkan prestasi atlet secara maksimal dengan puncak
27
prestasinya (peak-nya) di pertandingan yang paling penting di tahun itu. Ini berarti bahwa pada Program Latihan Tahunan (PLT) atlet harus berlatih secara kontinu untuk sekitar 9-10 bulan, dengan pertandingan utamanya sekitar permulaan bulan ke-11. Usai pertandingan, atlet memasuki tahap transisi. Di tahap ini (sekitar 6 minggu, bias lebih) atlet diharapkan tetap berlatih namun denga intensitas dan volume yang rendah. Tujuannya ialah guna regenerasi fisiologipsikologis dari pusat system saraf atau central nervous system (CNS) sebelum permulaan musim latihan di tahun berikutnya.
4. Latihan Rally dalam Bulutangkis. a. Model I Melambung-lambungkan bola dengan raket di tempat dan dilanjutkan sambil baerjalan menggunakan teknik pegangan forehand dan backhand. b. Model II Melempar dan menangkap bola berpasangan dan berhadapan dilanjutkan c. Model III Memukul bola dengan menggunakan teknik forehand dan backhand overhead dengan bola dilambungkan teman. d. Model IV Memukul bola menggunakan teknik forehand dan backhand overhead dengan bola dipukul atau disajikan teman dari depan. Latihan
28
dilakukan dalam formasi berpasangan dan dilanjutkan formasi berbanjar. e. Model V Bermain 3 lawan 3, menggunakan teknik pukulan forehand dan backhand overhead, pihak yang banyak mati dianggap kalah (dilakukan ± 8- 10 menit). f. Model VI Bermain 3 lawan 2, menggunakan teknik pukulan forehand dan backhand overhead. Pihak yang bolanya banyak mati dianggap kalah (dilakukan ± 8- 10 menit). g. Model VII Bermain 2 lawan 2, menggunakan teknik pukulan forehand dan backhand overhead. Pihak yang bolanya banyak mati dianggap kalah (dilakukan ± 8- 10 menit). h. Model VIII Latihan rally dengan dinding, Dimulai dengan praktekan forehand atau backhand overhead dengan mengandalkan rally menghadapi dinding yang tinggi dan rata. Berikan tekanan pada pengembalian yang tinggi dan panjang hampir sama dengan pukulan clear agar anda mempunyai banyak waktu untuk bersiap-siap sebelum melakukan setiap pukulan. Awali gerakan dengan siku anda dan pukul bola ke atas, tinggi dan jauh.Putar dan tarik raket anda ke belakang. Dapat dilakukan 5 menit pada forehand dan 5 menit pada backhand. Lakukan berulang-ulang kali.
29
C. Permainan bulutangkis
Pada mulanya permainan bulutangkis adalah permainan Battledore and Shuttlecock yang dimainkan dengan kok dan raket, berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun tetapi juga berkembng di India dan Republik Rakyat Cina. Nenek moyang permainan ini diperkirakan permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya jatuh menyentuh tanah. Ini cukup populer menjadi prmainan harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan permainan ini ke dalam kartun. Penduduk Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka. Olah raga kompetitif bulutangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring/net dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune, maka permainan ini dikenal sebagai Poona pada masa itu. Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game" ("Battledore
30
Bulutangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris. Rancangan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi Bulutangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional di gelar pertama kali pada 1899 dengan nama Kejuaraan All England. Bulutangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara Skandinavia. Bulu tangkis adalah cabang olahraga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan. Permainan bulu tangkis dapat dimainkan di dalam maupun di luar lapangan, di atas permukaan lapangan yang dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu. Lapangan bulu tangkis dibagi menjadi dua bagian sama besar dan dipisahkan oleh net yang tergantung di tiang net yang ditanam di pinggir lapangan. Permainan bulutangkis dapat dimainkan dengan sistim tunggal yang terdiri dari satu orang setiap tim yang bertanding atau ganda yang terdiri dari dua orang setiap tim yang bertanding. Dan sistim tunggal dibagi lagi menjadi dua kategori, murni dan campuran.
D. Ukuran Lapangan dan Perlengkapan Bulutangkis
a. Lapangan Ukuran lapangan bulutagkis yang sesuai dengan peraturan atau ketentuan internasional badminton federation (IBF) adalah sebagai berikut :
31
Gambar 3. Lapangan dan net (Adaptasi dari roji) b. Shuttlecock Kok terdiri dari kepala dan bili kepala, kok terbuat dari gabus berbentuk setengah bulatan dan dilapisi dengan kulit tipis adan kuat. Pada bagian gabus yang rata ditancapkan 14 hingga 16 helai bulu unggas yang berdiri melingkar sepanjang pinggir gabus. Namun saat ini telah di resmikan bahwa jumlah bulu yang digunakan dalam shuttlecock standar adalah 16 helai. Garis tengah atau diameter gabus adalah 25 – 28 mm. diameter ujung atas dari bulu adalah 54 – 56 mm, dan harus diikat dengan benang atau bahan lain yang kuat. Tinggi bulu dari permukaan gabus yang rata hingga ujung atas bulu adalah 64 -74 mm. berat keseluruhan dari kok adalah 4,8 – 5,6 gram. Dalam pertandingan-pertandingan resmi, baik bersekala nasional maupun internasional, pemilihan berat shuttle bulu angsa di dasarkan atas suhu ruang tempat pertandingan itu diselenggarakan. Untuk lapangan dengan suhu ruangan yang relative tinggi, umumnya digunakan shuttle yang beratnya 4,7- 4,9 gram, sedangkan untuk suhu ruangan yang relative rendah, digunakan shuttle yang beratnya 5,2-5,4 gram. Shuttle dari bulu angsa ini harus disimpan
32
dalam ruangan yang agak lembab, untuk menjaga supaya bulu-bulunya tidak kering yang menyebabkan mudah rusak atau patah. Meskipun jarang digunakan dalam pertandingan-pertandingan resmi, shuttle dari bahan nilon masih sering digunakan dalam latihan-latihan para pemain tingkat dasar. Hal ini terutama didasarkan atas kekuatan atau ketahanan shuttle dari bahan nilon dalam menahan pukulan atau benturan dengan tali raket. Di Indonesia, masih ada pertandingan baik tingkat daerah maupun tingkat nasional untuk para pelajar sekolah dasar yang menggunakan shuttle dari bahan nilon (James Pool 2007 : 13-14).
Gambar 4. Kok (Shuttlecock) (Adaptasi dari roji) c. Raket Pada masa awal perkembangannya hingga tahun 1970-an, dikenal raket yang rangkanya terbuat dari kayu. Setelah itu, dikenal raket yang rangkanya terbuat dari aluminium atau logam-logam ringan lainnya. Saat ini, hampir semua rangka raket yang beredar di pasaran (di took-toko olahraga) terbuat dari bahan campuran serat karbon dan beberapa di antaranya campuran titanium. Pemanfaatan bahan campuran serat karbon atau campuran titanium sebagai rangka raket, memiliki beberapa keunggulan dengan bahan kayu, antara lain:
33
1) Bentuknya tidak mudah berubah (tidak mudah melenting), sehingga tidak perlu menjepitnya dengan rangka pengepres pada saat tidak digunakan; 2) Lebih ringan, sehingga lebih mudah untuk diayunkan sesuai dengan jenis dan arah pukulan yang diinginkan pemakainya; 3) Tegangan senarnya lebih tinggi, sehingga mampu menghasilkan laju shuttle yang lebih kencang; 4) Relatif lebih tahan terhadap cuaca, sehingga dapat lebih awet.
Raket merupakan alat pemukul yang sangat ringan dan kuat. Umumnya, panjang raket 65 - 67 cm beratnya 100 - 200 gram (untuk raket dari bahan campuran serat karbon atau titanium). Untuk tali (senar) raket, dewasa ini umumnya terbuat dari bahan nilon kualitas tinggi dengan diameter 0,65 0,70 mm. Pilihlah raket anda berdasarkan ukuran, keseimbangan, macam pegangan, ayunan, dan tegangan tali yang cocok dengan anda (James Pool 2007 : 12-13).
Gambar 5. Raket Bulutangkis (Adaptasi dari roji)
34
d. Sepatu dan pakaian Sepatu biasanya berwarna serba putih terutama untuk untuk pertandinganpertandingan yang resmi. Sepatu yang sangat cocok untuk bermain bulutangkis terbuat dari bahan kain dan tidak bertumit. Celana dan kaos sebaiknya yang cukup longgar sehingga memudahkan gerakan.
E. Teknik Dasar Bermain BuluTangkis
a. Pegangan Raket (Grip) 1) Forehand grip (pegangan untuk pukulan dengan telapak tangan menghadap ke depan). 2) Backhand grip (pegangan untuk pukulan dengan telapak tangan menghadap ke belakang). 3) Frying pan grip (pegangan panci penggoreng) b. Pukulan Pertama atau Servis (Service) Pukulan servis (service) merupakan pukulan pertama yang mengawali suatu permainan bulutangkis. Pululan ini boleh dilakukan baik dengan forehand maupun dengan backhand. 1) Servis Forehand Pendek 2) Servis Forehand Tinggi 3) Servis Backhand c. Pengembalian Servis Teknik pengembalian servis, sangat penting dikuasai dengan benar oleh setiap pemain bulutangkis. Arahkan kok ke daerah sisi kanan dan kiri lapangan lawan atau ke sudut depan atau belakang lapangan lawan.
35
Prinsipnya, dengan penempatan kok yang tepat, lawan akan bergerak untuk memukul kok itu, sehingga terpaksa meninggalkan posisi strategisnya di titik tengah lapangannya. d. Underhand (Pukulan dari Bawah) Jenis pukulan ini dominant digunakan dalam permainan bulutangkis. Seperti halnya teknik dasar "pukulan dari atas kepala", untuk menguasai teknik dasar ini, pertama-tama, harus trampil berlari sambil melakukan langkah lebar, dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri untuk menjangkau jatuhnya kok. Sikap menjangkau ini, hendaknya siku dalam keadaan bengkok dan pertahankan sikap tubuh tetap tegak, sehingga lutut kanan dalam keadaan tertekuk. Pada saat memukul kok, gunakan tenaga kekuatan siku dan pergelangan tangan, hingga gerakan lanjut dari pukulan ini berakhir di atas bahu kiri. Perhatikan, agar telapak kaki kanan tetap kontak dengan lantai sambil menjangkau kok. Jangan sampai gerak langkah terhambat karena kaki kiri tertahan gerakannya. e. Overhead Clear/Lob Pukulan overhead lob adalah bola yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan. 1) Deep lob/Clear, bolanya tinggi ke belakang. 2) Attacking lob/Clear, bolanya tidak terlalu tinggi. f. Round The Head Clear/Lob/Drop/Smash Adalah bola overhead (di atas) yang dipukul di bagian belakang kepala (samping telinga sebelah kih). Dibanding dengan overhead yang biasa,
36
pukulan di belakang kepala ini relatif lebih sulit. Karena untuk bisa melakukan pukulan (teknik) ini diperlukan ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang balk, dan koordinasi. Biasanya pukulan ini dilakukan secara terpaksa karena untuk melakukannya harus dengan pukulan backhand. Pukulan overhead lob adalah bola yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan ke atas belakang lapangan. g. Smash Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan lawan. Pukulan smes adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah; keras, laju jalannya kok cepat menuju Iantai Iapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis. Dalam praktek permainan, pukulan smes dapat dilakukan dalam sikap diam/berdiri atau sambil loncat (King Smash).Oleh karena itu pukulan smes dapat berbentuk: - Pukulan smes penuh - Pukulan smes potong - Pukulan sines backhand Pukulan smes melingkar atas kepala h. Dropshot (Pukulan Potong) Adalah pukulan yang dilakukan seperti smes. Perbedaannya pada posisi raket saat perkenaan dengan kok. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang balk adalah apabila
37
jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan potong ini adalah, kok senantiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang cepat, posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini. i. Footwork Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi balk, seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur. j. Netting Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net. Karakteristik teknik dasar ini adalah kok senantiasa jatuh bergulir sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi raket dan kok saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pukulan ini. k. Backhand Overhead Pukulan ini bisa dikategorikan paling sulit, terutama bagi pemain pemula. Karena secara biomekanik teknik pukulan ini selain menuntut koordinasi anggota badan yang sempurna, juga penguasaan grip dan timing yang tepat. Tanpa ketiga hal tersebut, tenaga besar sekalipun tidak bisa
38
menghasilkan kualitas pukulan yang baik. Selain itu perlu konsentrasi dan visi yang baik. Karena pukulan ini bisa menjadi pukulan yang sulit di antisipasi lawan. l. Drive Adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan dalam permaianan ganda. Tujuannya untuk menghindari lawan menyerang atau sebaliknya memaksa lawan mengangkat bola dan berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut ketrampilan grip, reflek yang sepat dan kekuatan pergelangan tangan. m. Variasi Stroke/Taktik Permainan Setelah seorang atlit berhasil menguasai cara memegang raket, menguasai footwork, dan seluruh tekni dasar (basic stroke) dengan baik, maka selanjutnya dapat membuat variasi pukulan. Dengan kata lain, pada satu jenis posisi yang baik dapat melakukan beberapa pilihan pukulan. Misalnya pukulan overhead, selain lob dengan sedikit mengubah grip dan arah raket/putaran raket, bisa melakukan pada posisi underhand yang baik, selain melalukan netting bisa juga melakukan flick. Penguasaan pukulan dasar dan variasi akan terasa sekali manfaatnya pada saat mulai bermain dalam game (hitungan). Berpikirlah menggunakan taktik apa agar bisa mematikan lawan dan memenangkan pertandingan. n. Teknik Dasar Rally Adalah pukulan yang melayang melalui atau melewati sisi atau atas kepala lawan Sehingga kok menyebrang ke daerah lawan.
39
Gambar 6. Rally Adaptasi dari Roji 2004 : 43
o. Melambung-Lambungkan Kok Adalah pukulan yang mengarahkan kok ke atas berkali-kali, dimana pelaku berusaha menguasi arah laju kok dan tempat dimana kok akan jatuh.
Gambar 7. Melambung-lambungkan kock Adaptasi dari Roji 2004 : 42
p. Teknik Dasar Return Smash (Pengembalian Smash) Adalah pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan. Namun demikian pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik. Serangan balik ini sangat cepat sehingga membuat lawan sulit mengantisipasinya.
40
Jenis-jenis pengembalian smash: 1) Pengembalian pendek, yaitu pengembalian dimana bolanya jatuh dekat net. Banyak terjadi pada permainan tunggal. Tujuannya untuk memaksa lawan berlari jauh. 2) Pengembalian drive (mendatar),lebih banyak dilakukan pada permainan ganda. Tujuannya untuk tidak memberi kesempatan lawan melakukan serangan. 3) Pengembalian panjang, yaitu pengembalian bola ke arah belakang lagi. Pukulan ini biasanya hanya bisa dilakukan oleh pemain yang sudah trampil dan mempunyai pergelangan tangan kuat. Hal yang Perlu Diperhatikan 1) Posisi siap (stand), lihat keterangan dibagian footwork. 2) Untuk pengembalian dari forehand, apabila dekat biasa dilakukan dengan satu langkah kaki kanan, tetapi apabila jauh, mungkin perlu dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kiri. 3) Untuk pengembalian backhand, apabila dekat bisa dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kiri. Tetapi, apabila jauh mungkin perlu dilakukan dulu langkah kecil dari kaki kanan.
F. Kerangka Pemikiran
Tujuan utama belajar keterampilan gerak adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak yaitu perubahan perilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga. Selain perubahan yang bersifat kognitif dan afektif.
41
Maka dapat diketahui bahwa untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik terlebih dahulu menguasai beberapa gerak dasar bulutangkis, keterampilan taktis serta memiliki kebugaran jasmani yang baik Bila siswa-siswi dapat melakukan rally dengan baik maka diharapkan kemampuan tersebut akan berpengaruh di dalam melakukan pengembalian smash. Dengan demikian dapat diduga rally mempunyai pengaruh terhadap pengembalian smash pada siswa kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana. Sebagai variabel bebas adalah rally dan variabel terikatnya ketepatan pengembalian smash.
G. Hipotesis Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu “hypo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori) karena merupakan pernyataan sementara yang masih lemah keberadaanya, hipotesis dapat menjadi penuntun ke arah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 71) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaanya dalam penelitian ilmiah, karena dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
42
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara rally Terhadap Pengembalian Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana GMP;
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara rally Terhadap Pengembalian Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana GMP;