II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dalain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya (Christpher Pass dan Bryan Lowes, 1994:287.). Senada dengan definisi di atas, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepadasektor produksi (Boediono, 1996:170).
Biro Pusat Statistik, pengertian pendapatan dibedakan menjadi 2 jenis : 1. Pendapatan faktor yang didistribusikan Pendapatan faktor golongan ini dapat dibagi lagi menurut sumbernya menjadi : a. Penghasilan sebagai upah b. Penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan c. Penghasilan dari kepemilikan harta 2. Transfer yang bersifat redistribusif Golongan ini, terutama terdiri dari transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat biasanya merupakan imbalan atas barang/jasa/hak milik.
13
Kemudian Biro Pusat Statistik membedakan pengertian pendapatan berupa uang dan barang. Hal ini dapat dilihat dari uraian sebagai berikut : a. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan dari gaji/upah yang diperoleh dari pekerja pokok, kerja lembur, kerja sampingan, dan kerja kadang-kadang. b. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang berupa pengobatan, transportasi, perumahan, barang produksi dan konsumsi.
Secara umum pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang (atau lebih) anggota keluarga dari jerih payahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (A.G Pringgodigdo, 1982:817). Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa pendapatan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup, dimana pendapatan merupakan ukuran yang dipakai untuk melihat apakah kehidupan seseorang itu layak atau tidak layak. Dengan pendapatan yang tinggi, setidaknya semua kebutuhan pokok terpenuhi sehingga dapat mencapai suatu tingkat kehidupan yang layak.
2. Tingkat Pendapatan Para perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yait kaum pekerja (dan petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para tuan tanah (T. Bilarso, 1994:78). Menurut Valerie J. Hull yang dikutip oleh Masri Singarimbun, bahwa jumlah seluruh pendapatan dan
14
kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan peliharaan dipakai untuk membagi keluarga ke dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah (Masri Singarimbun, 1985:24). Golongan berpenghasilan rendah adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kebutuhan pokok (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter-Evers,1982:80-81).
Dilihat dari ekonomi dalam masyarakat terdiri dari tiga lapis yiatu: 1) Lapisan ekonomi mampu atau kaya, terdiri dari para pejabat, pemerintah setempat, para dokter, insinyur dan kelompok profesional lainnya. 2) Lapisan ekonomi menengah, yang terdiri dari alim ulama dan pegawai. 3) Lapisan ekonomi miskin, yang terdiri dari buruh, para petani, buruh bangunan, buruh pabrik, dan buruh-buruh sejenis yang tidak tetap (Soleman B. Toneko:99-101).
B. Tinjauan Tentang Pendidikan a). Pengertian Pendidikan Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbulah, 2009:15). Harimurti Kridalaksana (1995:232) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui
upaya
pengajaran
dan
pelatihan.
Proses
pengubahan
15
tersebutdilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang lebih muda, karena proses mendewasakan tersebut tidak mungkin dilakukan oleh orang yang belum dewasa.
Ahmadi (1992:69) menyatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya yaitu suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus.
Uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan yang sangat terkait dengan masa atau keadaan suatu zaman, dari abad ke abad yang dilakukan
lingkungan
sekolah,
lembaga-lembaga
pendidikan,
dan
sebagainya sebagai suatu system usaha pelatihan dan pengajaran yang dilakukan tersebut, terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan dan teratur. Setiap komponen yang ada hendaknya dapat berkaitan antara satu dan yang lainnya guna menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam proses pendidikan. b). Jenis-Jenis Pendidikan Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 (2003:73) yang dimaksud dengan jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Dalam hal ini proses pendidikan mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, formal, maupun nonformal baik yang berlangsung dikeluarga, sekolah, pekerjaan, ataupun dalam kehidupan masyarakat. Jenis-jenis pendidikan menurut beberapa ahli
16
didasarkan pada tempat berlangsungnya pendidikan dan didasarkan pada bentuknya atau sifatnya. 1) Menurut tempat berlangsungnya pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dalam (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:96) membagi pendidikan menjadi tiga macam yang disebut Tri Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan masyarakat. a) Pendidikan Keluarga Pendidikankeluarga merupakan pendidikan yang berlangsung di dalam lingkungan keluarga sebagai pendidikan yang utama dan pertama. Disebut sebagai pendidikan yang utama karena di dalam keluarga seluruh potensi yang dimiliki anak terbentuk dan sebagian dikembangkan. Disebut sebagai pendidikan yang pertama karena melalui keluarga pertama kalinya anak mengenal norma-norma dan pengetahuan yang ada dalam masyarakat. Pendidikan keluarga sangat penting bagi anak dan sebagai pondasi yang paling dasar untuk melanjutkan pendidikan lain. Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Orang tua atau orang dewasa dalam keluarga memegang peranan sebagai pendidik untuk mengenalkan nilai-nilai religius, moral, nilai adat, dan nilai estetis kepada anak. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk mental pribadi yang kuat.
b) Pendidikan Sekolah
17
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah oleh lembaga formal, melalui kegiatan belajar-mengajar yang diprogramkan secara teratur, berjenjang, dan berkesinambungan. Guru bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dalam mengembangkan potensi anak supaya dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Pada dasarnya sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus sebagai lanjutan dari pendidikan keluarga. Hal ini dikarenakan sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga dan bertugas membantu orang tua untuk melengkapi serta menyempurnakan pendidikan yang telah dibentuk orang tua dalam keluarga.
c) Pendidikan Masyarakat Pendidikan masyarakat merupakan pusat pendidikan yang ketiga dari Tri PusatPendidikan setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat sebagai lembaga pendidikan akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan sikap, kesusilaan, kemasyarakatan, dan keagamaan anak. Pendidikan ini dilakukan oleh paratokoh masyarakat dan orang yang berpengaruh dalam masyarkat, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga dan organisasi masyarakat. Di masyarakat seseorang melakukan pergaulan yang berlangsung secara informal baik dari para tokoh masyarakat, pejabat, pemimpin agama dan sebagainya.
18
Berdasakan uraian di atas, maka pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya dituntut untuk melakukan kerjasama yang baik serta saling mendukung sehingga tujuan pendidikan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai dengan baik. Pendidikan yang diperoleh dalam keluarga akan dilanjutkan dan diperkuat di sekolah yang kemudian dikontrol oleh masyarkat sebagai lingkungan sosial anak.
2) Menurut sifatnya a) Pendidikan Informal Pendidikan informal menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati ( 2001:97 ) adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman seharihari dengan sadar atau tidak sadar epanjang hayat. Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 “ pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”. Pendidikan informal adalah pendidikan yang dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan sehari-hari, pekerjaan, masyarakat, atau organisasi yang tidak mempunyai jenjang atau tingkatan dan berlangsung sepanjang hayat.
b) Pendidikan Formal Berdasarkan UU No 20 tahun2003 “ pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tertsruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:97) mengemukakan pendidikan formal adalah
19
pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat”.
Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah
atau
swasta
dengan
jenjangpendidikan yang jelas dari tingkat bawah, menengah sampai atas yang berlangsung di sekolah dengan materi pembelajaran yang bersifat akdemis sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
c) Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal berdasarkan UU RI No 20 tahun 2003 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Menurut Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati
(2001:97), “ pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat”.
Dapat dijelaskan bahwa pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan memberi pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesinal. Satuan pendidikan nonformal terdiri dari lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, serta pendidikan yang sejenis.
20
c). Hakekat Pendidikan Hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal dan non formal (H.M. Arifin, 1987:14).
Menurut T. Raka Soni, hakekat pendidikan adalah: 1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik. 2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. 3) Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi yang semakin pesat. 4) Pendidikan berlangsung seumur hidup. 5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip IPTEK bagi pembentukan manusia seutuhnya (H. Zahara Idris dan H. Lisma Jamal, 1995:1). Jadi, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan yaitu pembentukan kepribadian dan kedewasaan yang berlangsung seumur hidup.
21
d). Fungsi Pendidikan Berbicara tentang fungsi pendidikan memang banyak pendapat yang berbeda dalam merumuskannya, di antaranya adalah Achmadi, yang merumuskan fungsi pendidikan sebagai berikut: 1) Mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya sehingga dengannya akan timbul kreatifitasnya. 2) Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannnya sehingga keberadaannya baik secara individual maupun sosial lebih bermakna. 3) Membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan hidup individual maupun sosial (Achmadi, 1992 23). Selain itu, seorang ahli sosiologi pendidikan, Ballantine menekankan bahwa fungsi pendidikan adalah identik dan sejalan dengan proses perubahan melalui proses sosialisasi, seleksi, latihan, penempatan individu dalam posisi tertentu dalam masyarakat, inovasi serta pengembangan personal dan sosial (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000:212).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan disamping dapat memberikan wawasan tentang pengetahuan kepada peserta didik juga dapat menentukan atau meningkatkan status sosial ekonomi peserta didik. Artinya, bahwa seseorang yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi, akan lebih tinggi pula status sosial ekonominya dalam kehidupan masyarakat. Karena dengan bekal yang telah diperoleh seseorang dari
22
lembaga pendidikan yang pernah dimasuki secara tidak langsung dapat membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup individual maupun sosial.
e). Peranan Pendidikan Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golngan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseotrang sukar ditembus karena sistem golongan yang ketat.
Memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batasbatas antara golongan-golongan sosial. Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi setiap anak untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Diwajibkan belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan atau keterampilan yang sama bagi semua anak dari semua golongan sosial. Pendidikan diperoleh dari keluarga,
sekolah
dan
lingkungan
sekitar.
Pendidikan
disekolah
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang dapat menjadi pedoman hidup seorang anak untuk mencapai kesuksesan.
23
Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu, oleh sebab itu banyak daya-daya diluar sekolah yang memilihara atau mempertajamnya. Sehingga pendidikan luar sekolah juga mepengaruhi keberhasilan seorang anak.
C. Tinjauan Tentang Visi Pendidikan Dalam pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi pendidikan nasional, penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (2010:28-29) dalam buku sosiologi pendidikan oleh Abdullah Idi. Visi pendidikan adalah: Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Atas visi pendidikan tersebut, pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, mandiri serta demokratis dan bertanggung jawab. Visi tersebut menjadikan penyempuranaan dan perbaikan pendidikan harus terus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman disetiap tingkat satuan pendidikan.
24
D. Tinjauan Tentang Motivasi Menyekolahkan Anak a. Pengertian motivasi Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dicapai. Motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan, dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Hal ini dibenarkan oleh Hidayat (dalam Sinollah 2010:138) adalah suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan atas perbuatan tersebut. Pendapat yang sama oleh Bernard Berendoom dan Gary A Stainer dalam Sedarmayanti (2000:20), mendifinisikan motivasi adalah kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga elemen penting tentang motivasi yaitu: (1) Motivasi mengawali terjadinya suatu perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi seseorang, (3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dari beberapa pendapat pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang bersifat positif untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan.Jika seseorang mempunyai tujuan tertentu, maka orang itu cenderung berusaha
25
keras agar tujuan yang ia inginkan dapat tercapai. Jika orang tua mempunyai motivasi menyekolahkan anak ke pendidikan yang lebih tinggi biasanya mereka melaksanakan aktivitas
yang dapat mendorong
tercapainya tujuan tersebut.
E. Hubungan Pendapatan menyekolahkan Anak
dan
Visi
Pendidikan
Dengan
Motivasi
Terdapat beberapa jurnal penelitianyang juga membahas tentang hubungan pendapatan dan pendidikan berikut ini hasil-hasil jurnal penelitian tersebut sehingga dapat kita dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu, yaitu : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak dipemukiman kumuh kota Makasar oleh : St. Hasmiah Mustamin (2013). Adapun hasil penelitiannya adalah tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah anak masih tergolong rendah, sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan keluarga dan jumlah anak merupakan tiga variabel yang pentinguntuk diperhatikan daalam peningkatan pendidikan anak.
2. Hubungan antara pendidikan dan pendapatan orang tua dengan kesadaran menyekolahkan anak pada pedagang kaki lima di belakang THR Sriwedasari Surakarta oleh : Abdul Aziz Priyo Utomo (2013) adapun hasil penelitiannya adalah dari perhitungan analisis yang dilakukan, terdapat hubungan signifikan positif antara variabel pendidikan dengan variabel kesadaran menyekolahkan anak. Semakin baik pendidikan orangtua maka akan tinggi
26
kesadaran menyekolahkan anak. Dari perhitungan analisis yang dilakukan, terdapat hubungan signifikan positif antara variabel pendapatan dengan variabel kesadaran menyekolahkan anak. Semakin tinggi pendapatan orangtua maka akan tinggi kesadaran menyekolahkan anak.Dari perhitungan analisis yang dilakukan, terdapat hubungan signifikan positif antara variabel pendidikan dan pendapatan dengan variabel kesadaran menyekolahkan anak. Semakin baik tingkat pendidikan orangtua dan ditambah dengan pendapatan yang tinggi akan meningkatkan kesadaran dalam menyekolahkan anak.
3. Pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak keluarga nelayandi Kelurahan Sugiwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang tahun 2013 oleh: Reddy Zaki Oktama (2013) adapun hasil penelitiannya adalahterdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial keluarga terhadap tingkat pendidikan anak nelayan sebesar 5,8%, artinya variasi kondisi sosial mampu menjelaskan variasi tingkat pendidikan anak sebesar 5,8%. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga terhadap tingkat pendidikan anak nelayan sebesar 12,1%. Kondisi sosial ekonomi berpengaruh sebesar 23,2% artinya kondisi sosial ekonomi secara bersama-sama berpengaruh sebesar 23,2% terhadap tingkat pendidikan anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang.
4. Pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajarpelajaran ekonomi siswa kelas 11 SMUN I Sutojayan Blitar oleh: Esti Mufidatul Chusna (2009) adapun hasil penelitiannya adalahtidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan orang tua dengan
27
prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI SMUN 1 Sutojayan Blitar. Kedua, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara dorongan orang tua terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI SMUN 1 Sutojayan Blitar.
F. Kerangka Pikir Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing anak dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang setinggi-tingginya. Menurut Crow and Crow dalam kutipan H. Zahara Idris dan H. Lisma Jamal (1995:2), mendefinisikan pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan dan kebudayaan, serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Hal ini dibenarkan oleh Ahmad D. Marimba (1985:20) mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama atau insan kamil. Berkaitan tentang visi pendidikan menjadikan penyempurnaan dan perbaikan pendidikan harus terus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman disetiap tingkat satuan pendidikan. Oleh sebab itu nilai pendidikan menjadi tolak ukur bagi setiap individu untuk meningkatkan status sosialnya. Pendidikan menjadi motivasi utama setiap keluarga. Meningkatnya status sosial seseorang bisa dipengaruhi oleh tingginya tingkat pendidikan dan juga dapat dipengaruhi dari pendapatan keluarga yang tinggi.Pendidikan yang dimiliki anak di Desa Tirta Makmur umumnya masih
28
tergolong sangat rendah, hal ini tergambar dari data pada tahun 2012/2013 dalam data demografi di Desa Tirta Makmur hanya ada 269 tamat SD SLTP, tidak tamat SD 77, tamat SMA 33, dan yang tamat perguruan tinggi sebesar 8.
Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Tirta Makmur ini tentunya dipengaruhi dari rendahnya pendidikan dan rendahnya persepsi orang tua mereka terhadap pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin baik persepsi mereka tentang pendidikan anaknya, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin rendah pula persepsi mereka tentang pendidikan anaknya.
Orang tua dalam hal ini mempunyai tanggung jawab penuh didalam pendidikan anaknya, akan tetapi tidak sedikit dari orang tua yang dalam hal ini bermata pancaharian sebagai petani, pengusaha besar/sedang, industri kecil, buruh industri, dan buruh bangunan, dan karyawan kurang memperhatikan pendidikan anaknya, waktu mereka hanya dihabiskan untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup mereka, rendahnya perekonomian keluarga juga turut memberikan pengaruh bagi mereka untukmotivasi menyekolahkan anaknya.
Pendapatan (X1)
Motivasi menyekolahkan anak (Y)
Visi Pendidikan (X2)
Gambar 1. Kerangka Pikir
29
H. Hipotesis Hipotesis
merupakan
proposisi
yang
akan
diuji
keberlakuannya,
atau
merupakansalah satu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho: Tidak ada hubungan pendapatan dengan motivasi menyekolahkan anak H1: Ada hubungan pendapatan dengan motivasi menyekolahkan anak Ho: Tidak ada hubungan visi pendidikan dengan motivasi menyekolahkan anak H1: Ada hubungan visi pendidikan dengan motivasi menyekolahkan anak