II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR
2.1.
Pendahuluan Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai
Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar (Structure, Conduct and PerformanceSCP) yang telah dibukukan dalam puluhan tahun hingga sekarang. Ada beberapa kerangka dan perspektif
yang dikemukakan yaitu; ”Harvard
Tradition”, "Chicago-UCLA School ", "Contestable Market", "Game Theory", ”New-Harvard Tradition” dan Perspektif "Strategic Behavior ".
2.2. Model Perspektif ”Harvard Tradition” atau Aliran Strukturalis Menurut Bain (1954), untuk mengukur struktur pasar digunakan aspek strategis sebagai berikut : 1.
Derajat
konsentrasi
penjual,
digambarkan
dengan
jumlah dan
distribusi penjual dalam pasar 2. Derajat konsentrasi pembeli, digambarkan dengan jumlah dan distribusi pembeli dalam pasar 3. Derajat diferensiasi produk, jumlah output dari berbagai penjual yang sulit dibedakan oleh pembeli 4. Kondisi masuk pasar yang dapat dijelaskan dengan mudah atau sulitnya masuk pasar terutama bagi pendatang baru. Sedangkan untuk mengukur kinerja (performance), digunakan indikator sebagai berikut : 1.
Ketinggian harga jual dengan biaya rata-rata produksi
15
2.
Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha perusahaan seperti kesesuaian produksi dengan kapasitas produksi
3.
Jumlah biaya promosi per biaya produksi
4.
Karakter produk termasuk rancangan, kualitas produk dan macammacam produk dalam pasar
5.
Tingkat progresif perusahaan dan industri dalam mengembangkan produk dan teknik produksi dan perbandingan biaya. Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen
dari lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di dalam pasar (Koch, 2000). Struktur pasar merupakan bahasan penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur pasar merupakan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration) dan hambatan masuk (barriers to entry). Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi hambatan masuk dalam suatu industri. Konsentrasi industri CR4),
(Concentration Ratio-
dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat
perusahaan terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan. Ditinjau dari sisi deskripsi perilaku pasar (conduct), berbagai ukuran bisa dipakai sesuai perkembangan teori seperti; teori harga, diskriminasi harga, potongan harga, jaminan kualitas, strategis menghadapi pesaing dengan bekerja sama (cooperative strategy) dan strategi tidak bekerjasama (noncooperative strategy), integrasi vertikal, dan restriksi vertikal.
16
Sementara itu, kinerja pasar (performance) biasanya diukur dengan dua cara yaitu;
pertama,
dengan tingkat pengembalian modal (rate of
return-ROR), yaitu keuntungan dari uang yang diinvestasikan. Kedua, harga dikurangi biaya marginal (price-cost margin),
namun ada juga harga
dikurangi biaya rata-rata (price-cost average). Menurut Tirole (1989), pada mulanya pokok pembahasan dalam Organisasi Industri adalah bahasan tentang ekonomi industri yang menekankan
perilaku
perusahaan
dan
industri,
terutama
dalam
pengendalian keseluruhan pasarnya. Studi organisasi industri adalah studi tentang fungsi pasar yang menjadi konsep penelitian diperkuat dengan teori Ekonomi Mikro. Pegembangan Teori Organisasi dilakukan oleh Bain dan Mason (1959), yang terkenal dengan "Harvard Tradition"nya telah mengembangkan paradigma yang terkenal dengan (Structure-ConductPerformance-SCP). Sedangkan menurut Koeh, (1980), Konsep dasar yang penting dalam paradigma SCP adalah perusahaan selalu berusaha untuk mencari keuntungan dengan berupaya menguasai pangsa pasar (market share) sebesar-besarnya. Oleh karenanya, Bain dan Mason berhipotesis bahwa terdapat hubungan langsung antara struktur, perilaku dan kinerja pasar. Paradigma SCP adalah mengupayakan model tradisional yang dibutuhkan untuk merumuskan jawaban atas sejumlah pertanyaan substantif terutama perilaku perusahaan yang terdapat di pasar dan kondisi dasar dari pasar menentukan Struktur, Struktur menentukan perilaku, perilaku menentukan
17
kinerja, dan paradigma SCP memperluas bahasannya dalam hubungan struktur pasar, perilaku dan kinerja ke Oligopoli. Paradigma ini menjelaskan adanya hubungan struktur dengan kinerja pasar yang dihasilkan melalui perilaku-perilaku tertentu dari perusahaan yang ada. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kinerja suatu industri merupakan fungsi dari struktur yang terjadi. Hal ini dapat dilihat melalui persamaan berikut :
P = f (S) ;
di mana : P
= Performance (kinerja)
S
= Structure (struktur)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa elemen dari struktur pasar adalah tingkat konsentrasi dan hambatan masuk atau entry barriers. Oleh sebab itu, variabel-variabel yang membentuk struktur pasar tersebut juga akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh pasar tersebut melalui perilaku tertentu dari perusahaan yang ada di pasar. Persamaan tadi dapat diubah menjadi : P = f (CR, EB)
di mana : CR = Variabel pengukur tingkat konsentrasi EB = Entry Barriers atau hambatan masuk Dalam pandangan tradisional, konsentrasi yang tinggi dalam suatu industri akan mendorong terciptanya tingkat kolusi yang tinggi diantara
18
perusahaan yang ada di dalamnya, sehingga membuat industri tersebut cenderung memiliki struktur pasar monopoli. Hal ini akan berdampak pada pembentukan harga yang tinggi, apalagi jika didukung dengan biaya produksi yang tetap, maka keuntungan yang diperoleh dari perusahaanperusahaan tersebut akan meningkat. Tingkat keuntungan ini dapat dijadikan proksi penilaian kinerja suatu perusahan atau suatu industri. Para penganut aliran strukturalis percaya bahwa dalam mencapai kinerja industri yang baik, perlu campur tangan pemerintah untuk menjaga kestabilan iklim kompetisi. Dengan kata lain, aliran ini mengatakan bahwa kinerja yang dianggap baik adalah kinerja yang dihasilkan oleh struktur pasar persaingan sempurna. Selanjutnya studi yang dikembangkan Assauri, (2002), melihat
bertujuan
dinamika industri dan pengaruhnya terhadap pembentukan
organisasi manufaktur Indonesia. Studi ini menggabungkan model analisis struktur, perilaku dan kenerja (SCP) dengan model ekonometrika, namun dalam menjelaskan model pengembangan pasar, banyak hal yang masih perlu
dipertanyakan
terutama
penggunaan
variabel-variabel
dalam
konstruksi model ekonometrika yang menentukan struktur, perilaku dan kinerja pasar manufaktur Indonesia dan masih terlalu sederhana untuk dipakai untuk menjelaskan perkembangan pasar dari industri sawit Malaysia.
19
2.3. Model Perspektif "Chicago- UCLA School" Menurut Shepherd (1997), paradigma SCP memberikan satu pendekatan yang penting dalam pengkajian pasar pada dunia nyata "Real World" tetapi tidak hanya satu pendekatan dalam pengkajian organisasi industri. Perspektif "Chicago- UCLA School " mempunyai model tentang teori harga yang digunakan sebagai peralatan analisis pasar. Menurut pandangan "Chicago- UCLA School " arah pengaruh atau penyebab dari diagram SCP adalah berkebalikan, dimana kinerja pasarlah yang mempengaruhi perilaku pasar, dan perilaku pasar yang mempengaruhi struktur pasar. Setiap perusahaan mempunyai tingkat efisiensi relatif yang menjadi penentu yang nyata bagi posisi perusahaan dalam struktur dan perilaku pasar. Pandangan ini dipelopori oleh Stigler, (1980), sebagai reaksi dari pandangan yang diberikan kaum strukturalis yang diperoleh Bain. Menurut pandangan
ini,
Kinerja
Perusahaan
akan
mempengaruhi
perilaku
perusahaan dalam strategi harga, strategi produksi, dan strategi promosi. Perilaku inilah yang akan mempengaruhi struktur pasar. Sehingga persamaan yang diciptakan menurut pandangan ini adalah sebagai berikut.
Struktur = f (kinerja)
Berbeda dengan kaum strukturalis, pengikut pandangan “ChicagoUCLA School” ini mengatakan bahwa campur tangan pemerintahlah yang menyebabkan perilaku anti kompetisi. Oleh sebab itu, pandangan ini lebih meyakini bahwa dengan lepas tangannya pemerintah dan membiarkan
20
perekonomian menurut mekanisme pasar, akan lebih bisa mengatasi distorsi yang terdapat dalam pasar tersebut. Perusahaan yang efisien atau yang inovatif dapat menarik konsumen melalui harga yang lebih murah dan produk yang lebih baik, sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dan juga "Market Share" yang lebih besar. Model ini menganut mazhab ekonomi klasik yang mengandalkan mekanisme pasar dan juga tidak cocok dipakai untuk menjelaskan perkembangan industri sawit Malaysia dari tahun 1960 sampai tahun 2008 karena peranan Pemerintah Malaysia dalam menentukan kinerja industri sawit Malaysia tidak dapat dijelaskan dalam model ini.
2.4. Model Perspektif "Contestable Market"
Menurut Baumol (1982), terdapat pandangan atau versi lain yang menekankan bahwa laba yang berlebihan akan menarik perusahaanperusahaan baru untuk masuk pasar terutama dengan biaya masuk (Entry) yang rendah menyebutnya dengan "Contestable Market" yaitu struktur pasar tertentu yang tidak cukup hanya mendasarkan pada kinerja. Dengan
perkataan
lain,
terdapat
pandangan
"entry"
secara
"Contestability" sebagai penentu atau keputusan dari luar untuk memasuki pasar yang tidak ada hubungannya dengan struktur internal pasar. Pandangan
ini
dikembangkan
sebagai
kebebasan
masuk
pasar
"Contestability atau Free Entry School". Aliran tersebut mengatakan bahwa "Entry" mempengaruhi langsung kinerja pasar. Pengaruh atau keterkaitan dalam paradigma SCP diuraikan pada Gambar 4.
21
Model ini menganut mazhab ekonomi klasik dan cukup sederhana serta mengandalkan mekanisme pasar, tidak cocok dipakai untuk menjelaskan perkembangan industri sawit Malaysia dari tahun 1960 sampai tahun 2007 karena peranan Pemerintah Malaysia dalam membangun industri sawit Malaysia tidak dapat dijelaskan secara detil dalam model tersebut.
I. Chicago School-UCLA
II. Behavioralist Determinan
Kinerja
Struktur Perilaku Perilaku Struktur
Kinerja
III. Entry (Contestability)
Struktur
Entry
Kinerja
Gambar 4. Bagan Aliran tiga Mazhab dalam Paradigma SCP
22
2.5.
Model dan Perspektif "Game Theory " Disamping tiga aliran di atas terdapat aliran baru sebagai alternatif
teori tentang organisasi industri (New Industrial Organization Theory). Aliran dalam organisasi industri (New Industrial Organization School) menentukan analisis abstrak dan keadaan dua perusahaan dengan pengembangan teori permainan (Game Theory), khusus untuk perilaku perusahaan kategori oligopoli non-kooperatif (noncooperative oligopoly). Ada dua kategori model dalam pendekatan teori permainan oligopoli non-kooperatif (Game Theory) yaitu, pertama, model oligopoli dalam periode tunggal antara lain perspektif menurut Nash Equilibrium, The Cournot Model, The Betrand Model, The Stachelberg Leader-Follower Model, dan Comparison of The Major Model. model oligopoli dalam berbagai periode,
Sedangkan yang kedua,
yaitu model dilema tahanan
”Single-Period Prisoners-Dilemma Game”, dilema tahanan ”Infinitely Repeat Prisoners-Dilemma Game”,
dan type of Equilibria in Multiple Games.
Semua kategori dari model teori permainan ini memberikan hasil (out come) yang sangat tergantung pada asumsi sekaligus menjadi kelemahan teori ini. Lima asumsi kuat yang dipakai dalam permainan (game) pada non-kooperatif oligopoli (non-cooperative oligopoly) ini adalah : 1.
Konsumen bertindak sebagai pengambil harga (price takers)
2.
Semua perusahaan menghasilkan produk sejenis (homogenous)
3.
Tidak ada pendatang baru dalam industri, tetap (no entry).
jumlah perusahan
23
4.
Perusahaan secara kolektif memiliki kekuatan pasar,
mereka
dapat menetapkan harga diatas biaya marginal, (market power). 5.
Masing-masing perusahaan hanya menetapkan harga atau jumlah out put tertentu (not advertising or other variabels)
Teori permainan (game theory) menganalisa interaksi secara rasional,
keputusan dari perusahaan secara individual
tidak mungkin
diramal. Model dari perilaku kooperatif (cooperative) dan non-kooperatif (noncooperative oligopoly) dapat dilihat dari strategi permainan seperti penetapan jumlah out put, harga, atau tingkat advertensi.
Permainan
Oligopolistik memiliki tiga elemen umum yaitu : 1. 2.
Ada dua atau lebih perusahaan dalam permainan (players) Masing-masing perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan (pay off).
3.
Masing-masing perusahaan mewaspadai tindakan perusahaan lain yang dapat mempengaruhi keuntungan perusahaannya (profit). Beberapa model oligopoli dibedakan atas tindakan yang dilakukan
perusahan
seperti
penetapan
perusahaan menetapkan harga,
harga
atau
output.
Jika
keputusan
maka berikutnya adalah menetapkan
waktu permainan, apakah satu periode atau banyak periode permainan. Ada tiga model yang terkenal dalam oligopoli yaitu Cournot, Betrand, dan model Stachelberg. Jika perusahaan menetapkan output maka asumsi yang dipakai adalah model Cournot dan Stachelberg,
sedangkan jika
perusahaan menetapkan harga dipakai asumsi dari model Betrand. Semua perusahaan bertindak dalam waktu bersamaan dalam model Cournot dan
24
Betrand dimana satu perusahaan menetapkan tingkat output sebelum perusahaan
lain
menetapkan
output.
Perbedaan
tindakan
dalam
perusahaan bermaksud agar titik keseimbangan yang dicapai berbeda pada masing-masing model. Bersamaan dengan itu, beberapa pasar hanya bermain dalam satu periode sementara yang lain bermain dalam banyak periode. Permainan satu periode dapat dijelaskan bahwa pertemuan hanya berlangsung dalam satu kali pertemuan misalnya dalam satu pekan raya tertentu, perusahaan menetapkan harga atau output pada hari itu saja dan tidak memiliki kesempatan menyelidiki prilaku perusahaan saingannya dan tindakan perusahaan saingannya dimasa yang akan datang (Single-Period Oligopoly Models). Model dalam permainan banyak periode, analisa yang digunakan adalah masing-masing perusahaan memiliki kesempatan untuk saling menyelidiki perilaku pesaingnya dari hari ke hari sepanjang tahun. Kemungkinan yang terjadi adalah masing-masing perusahaan bersaing secara berulang-ulang dan melakukan berbagai penyesuaian atas tindakan pesaingnya (Multiperiod Games). Model ini sangat tergantung kepada asumsi yang dibuat dan belum cocok untuk menjelaskan perkembangan industri sawit Malaysia dari tahun 1960 sampai tahun 2008 karena tidak dapat mengungkap strategi dan peranan Pemerintah Malaysia dalam membangun industri sawit Malaysia.
25
2.6. Model dan Perspektif ”New-Harvard Tradition” Menurut Carlton dan Perlof (2001), ada dua pendekatan model dalam studi pasar; pertama,
pendekatan struktur,
perilaku dan kinerja
(structure, conduct and performance-SCP), model ini biasa digunakan untuk mendeskripsikan pasar. Kedua, adalah model teori harga dari teori ekonomi mikro untuk menjelaskan perilaku dan struktur pasar. Pendekatan model SCP New-Harvard Tradition, dimana masingmasing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar tergantung pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu faktor yang menentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar yaitu permintaan dan produksi meliputi elastisitas permintaan, barang pengganti, musim, tingkat pertumbuhan ekonomi, lokasi, jumlah order, metode perbelanjaan dan teknologi, bahan baku, keseragaman produk, ketahanan barang, Sebaliknya
kondisi
dasar
lokasi,
skala ekonomi dan skop ekonomi.
mempengaruhi
struktur
pasar,
struktur
mempengaruhi perilaku dan perilaku mempengaruhi kinerja,
ketiga
komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Menurut teori, struktur pasar (structure) dapat dijelaskan; bila terdapat banyak pembeli dan penjual dan tidak ada batasan untuk masuk dan keluar pasar, pasar ini disebut pasar persaingan (competition). Ketika satu perusahaan penjual dan banyak pembeli dan tidak ada perusahaan baru yang dapat masuk pasar sebagai penjual, pasar ini disebut monopoli (monopoly).
Sebaliknya jika hanya ada satu perusahaan yang membeli
kepada banyak penjual,
disebut monopsoni (monopsony).
Jika penjual
26
dapat mempengaruhi harga walaupun terdapat persaingan dalam pasar, maka struktur pasar ini disebut oligopolistik atau persaingan monopolistik (monopolistic competitions).
Jika terdapat sedikit perusahaan penjual
dalam pasar dengan hambatan masuk dan keluar pasar cukup besar bagi perusahaan lain disebut oligopoli (oligopoly).
Berikut ini ditampilkan
Tabel 40. mengenai Taksonomi Dasar dari Struktur Pasar : Pada pasar persaingan, baik sipenjual maupun sipembeli, kecil sekali kemungkinan untuk dapat mempengaruhi harga pasar, di sini parusahaan sebagai pengambil harga (price takers). Pasar persaingan lebih disukai konsumen karena lebih menguntungkan. Sebaliknya pada pasar monopoli, perusahaan memiliki kekuatan dalam menetapkan harga diatas harga pasar persaingan (price setter), pasar ini menguntungkan perusahaan namun merugikan konsumen. Tabel 40. Taksonomi Dasar dari Struktur Pasar Struktur Pasar
Penjual Hambatan Masuk
Pasar persaingan Tidak ada Monopoli Ada Monopsoni Tidak ada Oligopoli Ada Oligopsoni Tidak ada Monopolistik Tidak ada Sumber : Carlton and Perlof, 2000.
Pembeli
Jumlah Perusahaan
Hambatan Masuk
Banyak Satu Banyak Beberapa Banyak Banyak
Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada
Jumlah Perusahaan Banyak Banyak Satu Banyak Beberapa Banyak
Dari sisi perilaku (conduct), perusahaan melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan tujuannya dengan; melakukan promosi, riset dan pengembangan, penetapan harga, taktik yang legal, pilihan produk, kolusi, merjer dan sistem kontrak. Tindakan yang diambil perusahaan umumnya
27
untuk menurunkan tingkat persaingan di pasar seperti menetapkan harga atau membatasi jumlah barang yang dijual bahkan tindakan yang lebih kompleks dari itu yang dikenal dengan tindakan strategis perusahaan (strategic behavioral). Sementara itu kinerja (performance),
yang didefinisikan sebagai
kesuksesan pasar dalam menghasilkan keuntungan bagi konsumen, misalnya
kinerja
pasar
dikatakan
bagus
jika
perusahaan
mampu
menetapkan harga mendekati biaya marginalnya. Lebih lanjut menurut Carlton dan Perlof (2000), ketiga komponen yaitu struktur, perilaku, kinerja dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen. Beberapa tindakan pemerintah berkaitan dengan aturan (regulation) yaitu;
anti
monopoli, pembatasan masuk atau keluar pasar, pemberlakuan pajak atau subsidi,
insentif investasi,
insentif tenaga kerja dan kebijakan ekonomi
makro, untuk lebih jelasnya lihat Gambar 5. Model yang dikembangkan Carlton dan Perlof, (2000), bertitik tolak pada mazhab ”Harvard Tradition”, namun belum memiliki ketajaman spesifik jika diterapkan sebagai model dalam mengungkap perkembangan industri minyak sawit Malaysia karena spesifiknya peranan pemerintah dalam pengembangan pasar minyak sawit dan produk sawit dari tahun 1960 sampai tahun 2008.
28
Kondisi Dasar (Basic Conditions) Pernintaan Konsumen -
Elastisitas Permintaan Substitusi Musim/trend Tingkat Pertumbuhan Lokasi Pesanan Metode Pembelian
Produksi - Teknologi - Bahan Baku - Penyeragaman - Ketahanan Barang - Lokasi - Skala Ekonomi - Skope Ekonomi
Struktur (Structure) -
Jumlah Pembeli dan Penjual Hambatan Masuk Pasar Diferensiasi Produk Integrasi Vertikal Diversivikasi
Perilaku (Conduct) -
Promosi/Iklan Riset dan Pengembangan Perilaku Harga Pilihan Lokasi Investasi Taktik legal Pilihan Produk Kerjasama (Collusion) Merjer dan sistem kontrak
Kebijakan Pemerintah -
Regulasi Anti Monopoli Batasan Masuk Pasar Pajak dan Subsidi Insentif investasi Insentif tanaga kerja Kebijakan Makroekonomi
Kinerja (Performance) -
Harga Efisiensi Produksi Efisiensi Alokasi Pemerataan Kualitas Produk Kemajuan bidang Teknik Keuntungan
Sumber : Carlton and Perloff, 2001.
Gambar 5. Bagan Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja
29
2.7. Model dan Perspektif "Strategic Behavior " dari Martin Menurut
Martin
(1993),
pengembangan
kerangka
pemikiran
organisasi industri terus dilakukan yaitu terdapat hubungan kausal yang sangat sederhana dalam model linear. Dengan model yang dikembangkan tersebut dimasukkan ke dalam hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara struktur, perilaku dan kinerja, yang terdapat dalam dunia nyata. Model ini digambarkan pada Gambar 6., dan masih terkait dengan ekonomi industri yaitu melihat kebijakan perusahaan dalam industri. Pada pola pandangan organisasi industri (Main Stream), menurut pemikiran dan pengalaman bisnis yang ada, mengasumsikan bahwa setiap struktur
pasar
cenderung
mempengaruhi
bagaimana perusahaan
bertingkah laku dan bagaimana hasil kinerja yang diperoleh perusahaan tersebut. Dalam model tersebut, struktur dan perilaku keduanya ditentukan oleh sebagian keadaan dasar yaitu keadaan permintaan dan sebagian lagi oleh teknologi.
Struktur mempengaruhi perilaku,
tetapi perilaku melalui
strategi (Strategic Behavior) juga mempengaruhi struktur dan perilaku saling berhubungan untuk menentukan kinerja perusahaan. Model yang dikembangkan Martin (1993), dipakai sebagai model acuan dalam menjelaskan mekanisme pengembangan pasar minyak sawit Malaysia karena model ini memiliki penekanan pada strategi dan yang paling menarik adalah bahwa variabel permintaan konsumen dan variabel teknologi dipasang secara berhadap-hadapan, namun perlu improvisasi pengembangan model lebih lanjut yaitu penambahan variabel
30
peranan pemerintah Malaysia yang amat besar dalam membangun industri minyak sawit dari tahun 1960-2008. Lihat Gambar 6.
Kemajuan
Teknologi Tingkat Keuntungan
Struktur
Strategi
Kinerja
Perilaku
Permintaan
Usaha Penjualan Sumber : Martin, 1993.
Gambar 6. Model Hubungan Saling Pengaruh Mempengaruhi dari Structure Conduct Performance-SCP
31
2.8.
Tinjauan tentang Metodologi Dari hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan, belum ada model
penelitian yang cocok untuk menjelaskan keunggulan industri minyak sawit dan produk turunan kelapa sawit Malaysia secara deskriptif komprehenship berkenaan dengan struktur, prilaku dan kinerja pasar serta strategi kebijakan pemerintah dan perusahaan swasta dalam pengembangan pasar dan lembaga ekonominya. Penelitian yang diberi judul "Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Industri Kelapa Sawit di Malaysia dan Implikasinya bagi Pengembangan Industri Kelapa Sawit Indonesia" ini berpedoman pada pengembangan paham strukturalis yaitu kinerja merupakan fungsi dari struktur pasar, namun lebih banyak menjelaskan strategi pengembangan pasar dibawah panduan pemerintah dan swasta Malaysia sebagai improvisasi pengembangan pasar dari model struktur, perilaku dan kinerjaSCP. Model ini berpijak pada pola fikir seperti pada bagan Gambar 6. Model dan Perspektif
"Strategic Behavior" dari Martin, (1993),
dan
sekaligus merupakan keunggulan model yang dikembangkan dalam penelitian ini dibandingkan model lainnya.
2.9. Kerangka Pemikirian Paradigma Structure-Conduct-Performance –SCP merupakan salah satu kerangka pemikiran dalam menganalisis ekonomi lembaga dan kelembagaan dari organisasi industri. Paradigma tersebut digunakan untuk menjelaskan hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar.
32
Ada beberapa pandangan mengenai metodologi SCP, salah satunya adalah pandangan tradisional yang juga disebut dengan pandangan strukturalis. Pandangan ini menyatakan bahwa suatu struktur pasar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu tingkat konsentrasi dan faktor eksternal yaitu tingkat hambatan masuk (Entry Barriers). Selain itu, struktur juga dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya seperti, tingkat permintaan dan kebijakan pemerintah. Struktur tersebut kemudian akan mempengaruhi perilaku yang terbentuk yang kemudian akan mempengaruhi kinerja industri tersebut. Jadi, paradigma yang dinyatakan oleh kaum strukturalis secara sederhana dapat digambarkan melalui bagan berikut ini.
Structure
Conduct
Gambar 7.
Performance
Paradigma SCP
Sumber : Martin, Stephen (1993) Berdasarkan Gambar 7,. dapat dibuat model ekonometrika sebagai berikut : PCM = α + β 1 CR4 it +β 2 (MES) it + β 3 (PCPOINT) it + β 4 (PRBDD) it + β 5 (CPODIFF) + β 6 (DGROW) + β 7 (KURS) + ε it
Di mana : PCM
= Price-Cost Margin
CR4
= Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar
MES
= Minimum Effieciency of Scale
PCPOINT = Harga CPO Internasional PRBDD
= Harga Minyak RBD Domestik
33
CPODIFF = Diferensiasi Produk CPO KURS
= Nilai tukar Dolar Amerika terhadap Ringgit Malaysia
ε
= Error
i
= Industri atau perusahaan (i = 1,2,...,N)
t
= Periode Waktu (t = 1,2,...,T)
Dalam disertasi ini dilakukan penyesuaian pada model ekonometrika dari persamaan awal dari Bain dan Mason (1959), guna mempermudah analisis menurut data yang dimiliki. Penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menggantikan variabel rasio capital-output (K/Q) dengan MES atau Minimum Economic of Scale. Hal ini dilakukan karena rasio capital output digunakan sebagai variabel indikator hambatan masuk. Sedangkan, menurut teori ekonomi industri, indikator hambatan masuk industri dapat diukur dengan menggunakan variabel
MES. Setelah itu, penulis juga
menambahkan harga CPO internasional PCPOINT, harga minyak RBD dan diferensiasi CPODIFF sebagai variabel tambahan untuk analisa makro dengan variabel pertumbuhan permintaan CPO dan KURS. Untuk lebih jelasnya hasil penyesuaian model dapat dilihat skema kerangka pemikiran pada Gambar 8.
34
Kemajuan
Teknologi
Tingkat Keuntungan
Struktur Pemerintah (MPOB)
Strategi
Kinerja
R&D Perilaku
Permintaan (Luar & Dalam Negeri)
Usaha Penjualan
Gambar 8. Kerangka Pemikiran, Hubungan Saling Pengaruh Mempengaruhi dari Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Sawit Malaysia, Model SCP-MPOI.