ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
IDENTIFIKASI SIGNIFIKANSI DAN KONSISTENSI HUBUNGAN VARIABELVARIABEL PENELITIAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS AKUNTAN Suryadi Winata SITE Buddhi Tangerang suryadiwinata @ ymail.com ABSTRACT Research about ethical decision making (EDM) is now more explaining the influence of individuals and organizational factors to the different stages of ethical decision making (ethical awareness, ethical judgments, ethical intentions and ethical behavior). Where as to apply the factors or one of the factors which are most useful in the development of individual's ethical decision making still need to consider influencing significance and consistency of these factors upon the ethical decision making. Thus there is a gap to do research in order to identify the significance and consistency. The objective of this study is to propose a simple identification of significance and consistency of the research results for the development of accountant's ethical decision making. This study uses a very simple method in evaluating the conclusions of EDM research and Analytic Hierarchy Process (AHP) in identifying the significance and consistency,likes make comparisons to each conclusions of ethical decision-making research relating to accounting. The results of this study identified the highest number in six major categories of significance and consistency likes ethical climate, ethical judgments, code of conducts application,ethical awareness, cognitive moral developments (CMD) and education. Ethical climate, ethical judgments and awareness strongly influence EDM. Strong application of code of ethics also has important contribution to influence ethical behavior. Contribution of this study are the developments of ethical decision-making in Indonesian accountants Keywords: Ethical climate, ethical judgment, code of conduct, ethical awareness, cognitive moral development, education and ethical decision making.
PENDAHULUAN Arti penting pengambilan keputusan di dalam praktik akuntansi salah satunya pengambilan keputusan berdasarkan ketajaman pertimbangan etis akuntan (Barlaup et ah, 2009). Akuntansi dapat dimanfaatkan untuk meningkatnya fokus ketajaman pertimbangan dan perilaku etis yang dilakukan, selanjutnya perilaku etis akuntan dapat membantu mengembalikan kepercayaan dan keyakinan pada sistem pasar modal dengan berkurangnya kasus penyimpangan pelaporan keuangan. Ketajaman etis diperlukan dalam melihat permasalahan etis dalam penyimpangan pelaporan keuangan. Selain itu perlu di dalam perpajakkan, misalnya (Buttross et ah, 2011) yang menyatakan bahwa terdapat tekanan dari atasan (tekanan ketaatan) yang kuat sekali mempengaruhi pilihan etis akuntan manajemen pada situasi kepatuhan terhadap pajak yang berhubungan dengan pemotongan yang kurang beralasan pada biaya perjalanan dan perjamuan. Dalam menjaga ketajaman etis, akuntan di dalam profesi perlu mendapatkan penyegaran ketajaman etis nya secara periodic. Sejalan dengan fakta di atas, (Billiot et ah, 2012) menguji pengaruh proses pendidikan pada konteks yang berbeda tentang ukuran sensitivitas etis dan tingkatan pertimbangan moral dari mahasiswa jurusan akuntansi yang sedang mengikuti kelas akuntansi menengah. Temuan penelitian ini adalah bahwa penempatan mahasiswa pada konteks etis telah mengembangkan m
,■feb WWW
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
^229
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
ukuran sensitivitas etis dan pertimbangan moral serta menyarankan pentingnya pendidikan etis, khususnya pengambilan keputusan etis yang dilaksanakan di dalam masa studi, dan pelaksanaan pendidikan etis untuk akuntan yang sudah berpraktik misalnya bentuk latihan penyegaran etika. Penelitian (Schweikart 1992) tentang suatu pendekatan teori kognitif bersyarat (cognitive-contingency theory) dikatakan berguna dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku etis para akuntan. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diketahui, maka kemudian mengganti faktor-faktor tersebut dengan faktor lainnya, sehingga hasilnya berubah dan memberikan basil keputusan yang lebih etis lagi atau sebaliknya. Selanjutnya (Schweikart 1992) menjelaskan juga bahwa keberadaan kode etik profesional yang terus dikembangkan mengakomodasi kepentingan tersebut. Kemudian cognitive moral development (CMD) yang menjadi dasar cognitive-contingency theory dan implementasi kode etik mempunyai pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan etis. Pemilihan dan penetapan suatu keputusan melibatkan aspek keperilakuan para pembuat keputusan. Begitu pula pelaksana atau penyusun informasi akuntansi yang berperan penting dalam mendukung operasi organisasi bisnis sehari-hari dan motivasi kerja dengan memberikan ukuran kinerja melalui sistem akuntansi. (Khomsiyah dan Indriantoro 2000) menyimpulkan bahwa akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, namun akan berkembang terus agar dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna nya, seiring dengan perkembangan lingkungan akuntansi. Demikian juga (O'Fallon dan Butterfield 2005) menggunakan tahapan keputusan etis dari (Rest's 1986) yang mengembangkan lebih lanjut dari tahapan perkembangan etis (Kohlberg 1968), sehingga review atas penelitian pengambilan keputusan etis ini mengusulkan empat tahap pengambilan keputusan etis yang berurutan untuk menggambarkan bagaimana tahapan teori kognitif dari individu-individu dalam rangka mereka mengadapi suatu dilema etis. Tahapan ini dapat dipersingkat menjadi sebagai berikut: 1) pengakuan etis (ethical recognition) yang merupakan tahap individu dapat mengintepretasi situasi tertentu sebagai suatu yang bersifat etis atau tidak etis; 2) pertimbangan etis (ethical judgement) merupakan tahap individu melakukan penetapan suatu tindakan adalah benar secara moral; 3) intensi etis (ethical intention) merupakan tahap yang memprioritaskan suatu alternatif etis diatas alternatif yang lainnya; dan 4) perilaku etis (ethical behavior) tahap mulainya suatu pekerjaan untuk berperilaku etis. Review kesimpulan hasil penelitian tentang pengambilan keputusan etis bidang akuntansi, dengan variabel konstruks masing-masing dapat diperlihatkan pada tabel 1.1 yang dapat dilihat pada lampiran 1. (Brierley dan Cowton 2000), dan (Cowton 1998) menempatkan analisis secara kwalitatif untuk membahas konflik profesional yang terjadi di dalam organisasi para akuntan dan mengusulkan digunakannya data skunder di dalam penelitian etika bisnis. Usulan tersebut menjadi dasar- penelitian ini untuk menerangkan peringkat pengaruh faktor-faktor individual, organisasional dan situasional dengan pengambilan keputusan etis saat ini sehingga memudahkan aplikasinya. Sementara penelitian yang telah dilakukan penelitian sebelumnya lebih banyak menyimpulkan bagaimana pengaruh faktor-faktor individual, organisasional dan situasional pada tahap-tahap pengambilan ke Pada sisi lainnya secara praktis untuk menerapkan faktor-faktor atau salah satu faktor mana saja yang paling berguna dalam pengembangan pengambilan keputusan etis seorang individu masih perlu mempertimbangkan kajian dan pertimbangan awal atau ulangan pengaruh faktor-faktor tersebut di atas terhadap pengambilan keputusan etis. Sehingga terdapat kesenjangan untuk dilakukan penelitian dalam Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1230
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
rangka identifikasi signifikansi dan konsistensi faktor-faktor tersebut. Penelitian ini mengemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana faktor-faktor yang paling berperan signifikan di dalam pengambilan keputusan etis oleh para akuntan ? putusan etis, atau langsung perilaku etis, (Ford dan Richardson 1994).
2.
Bagaimana identifikasi konsistensi faktor-faktor yang paling berperan tersebut di dalam pengembangan pengambilan keputusan etis oleh para akuntan di dalam organisasi bisnis ? Berdasarkan motivasi penelitian, latar belakang penelitian dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dikembangkan tersebut, maka penelitian ini bertujuan:
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor signifikan yang paling berperan di dalam pengambilan keputusan etis oleh para akuntan.
2.
Mengidentifikasi bagaimana konsistensi faktor-faktor yang paling berperan dalam rangka pengembangan pengambilan keputusan etis para akuntan di dalam organisasi bisnis ?
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan profit perusahaan juga merupakan dari kinerja profesi akuntansi dengan pelaporan keuangannya. Pengambilan keputusan etis akuntan adalah suatu aspek penting keberhasilan dan kelangsungan karir profesional di bidang akuntansi atau keuangan yang berdampak besar pada kelangsungan hidup perusahaan melalui suatu pertambahan profit yang dihasilkan. Apa pun yang dikatakan sukses tidak akan berarti, selain pengambilan keputusan yang etis oleh akuntan dalam manajemen suatu organisasi perusahaan (Barlaup et al., 2009). Sehingga pengambilan keputusan etis yang akurat juga merupakan aspek penting keberhasilan dan kelangsungan karir profesional seseorang serta berdampak besar pada kelangsungan hidup perusahaan melalui suatu pertambahan profit yang dihasilkan. Definisi pengambilan keputusan etis: Pengambilan keputusan etis (ethical decision making) didefrnisikan sebagai "suatu proses di mana invididu-individu menggunakan dasar pemikirannya untuk menentukan apakah suatu isu tertentu adalah benar atau salalr " (Carlson et ah, 2002). Sedangkan etik atau etika mungkin dapat digambarkan sebagai usaha sistematik untuk memahami konsep-konsep moral dan mengusulkan dan mempertahankan prinsip-prinsip dan teori-teori yang terkait dengan perilaku benar- dan salah. Kemudian di dalam Merriam Webster Collegiate Dictionary yang dikutip oleh (Barlaup et ah, 2009) menjelaskan empat pengertian dasar tentang etika : (1) Disiplin tertentu yang berkenaan dengan apa yang dikatakan baik atau buruk tentang tugas dan kewajiban moral (2) Seperangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral (3) Suatu teori atau sistem dari nilai-nilai moral (4) Prinsip-prinsip tertentu dari tata kelola yang harus dilaksanakan individu atau kelompok Par a peneliti sering melakukan pembedaan antar a etika dan moralitas, di mana etika Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1231
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
adalah suatu teori tentang tindakan yang baik dan benar, dan moralitas adalah suatu catatan yang menandakan kembali praktik etika. (Loe et al., 2000) menjelaskan model sintesis pengambilan keputusan etis yang paling komprehensif adalah yang dibuat oleh (Jones 1991). Model tersebut mengintegrasikan modelmodel pengambilan keputusan etis sebelumnya dan merepresentasikan sccara menyeluruh suatu variable-variable yang sudah disepakati mempengaruhi pengambilan keputusan etis dan memperkenalkan suatu konsep "intensitas moral" Jones yakin bahwa studi sebelumnya kurang membahas isu-isu etis sampai ke apa yang menjadi penyebab nya. Intensitas etis adalah "perluasan dari isu yang terkait dengan perintah moral yang hams dilakukan di dalam situasi tcrtcntu" Fondas! dari model Jones tersebut didasarkan pada empat tahap proses (Rest's 1986) yang merupakan empat tahap proses: pengakuan isu-isu moral (moral awarness/recognizing), pembentukan pertimbangan moral (moral judgment), penetapan intensi moral (establishing moral intention) dan keterlibatan di dalam perilaku moral (engaging in moral behavior). (Jones 1991) menggunakan empat tahap dari (Rest's 1986) menghubungkan model pengambilan keputusan etis yang positif dan mengasumsikan bahwa pilihan etis adalah bukan hanya keputusan individual, namun ditentukan oleh pembelajaran sosial di dalam suatu organisasi. Sebelumnya (Trevino 1986) telah mengusulkan suatu model keputusan etis etis paling memperhatikan pengaruh timbal balik, yang sebagian besar dibangun atas dasar teori kognitif perkembangan moral (cognitive moral development atari CMD) dari (Kohlberg's 1968) dan telah memasukan juga tiga bagian proses pengambilan keputusan etis dari Rest ke dalam model nya. Di dalam model yang rumit ini, digambarkan proses pengambilan keputusan etis dalam tiga tahap mulai dari pengakuan suatu isu etis, pada pemerosesan sccara kognitif, dan dalam rangka bagaimana memulai kerja nyata sebagai perilaku etis. Terdapat dua kelompok variabel individual dan organizasional yang terkait dengan cara berpikir individu-individu dalam menghadapi dilema-dilema etis. Mensubstitusikan variabel-variabel tersebut dalam kerangka kerja teoretis pengambilan keputusan etis telah diakui menjadi suatu perkembangan penting di dalam penelitian-penelitian tentang etika bisnis; sebagai contoh tiga review yang telah dilakukan oleh (Ford dan Richardson 1994), (O'Fallon dan Butterfield 2003), dan (Craft 2013). Berdasarkan model (Rest's 1986), (Jones 1991) telah membangun model isu kontinjen pengambilan keputusan etis. Jones berargumentasi bahwa kebanyakan model pengambilan keputusan etis di dalam penelitian bisnis etis yang dikembangkan atas (Rest 1986) merupakan model empat komponen yang berurutan. Meskipun demikian, tidak satu pun model-model tersebut telah membentuk suatu karaktcristik isu etis itu sendiri baik sebagai faktor independen (independent factor) atau faktor pemoderasi (moderating factor). Oleh karena itu, Jones telah mengembangkan berbagai hal dari isu etis itu sendiri seperti komponen intensitas etis, ke dalam model proses pengambilan keputusan etis. (Jones 1991) mengatakan bahwa orang bereaksi berbeda pada isu-isu etis dalam hal yang secara sistematik berhubungan dengan karaktcristik isu itu sendiri. (Jones 1991) kemudian mengklaim bahwa karaktcristik tertentu dari isu etis itu sendiri adalah penentu penting dari proses pengambilan keputusan etis. Menurut (Ponemon et al 1997) rancangan teoretis pengambilan keputusan etis awalnya berasal dari ilmu psikologi sosial, dan ilmu filsafat sosial yang kemudian diaplikasikan ke dalam ilmu ekonomi, sebagai contoh; (Kohlberg 1968), (Fishbein dan Ajzen 1975), (Rest 1986), (Norren 1988), (Macintosh 1995). Berdasarkan dokumentasi perkembangan psikologi moral mulai dengan catatan pekerjaan seorang psikolog anak yang bernama (Plaget 1932 sampai dengan 1966), maka (Kohlberg 1968) selanjutnya
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1232
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
mengembangkan suatu teori tahapan perkembangan moral dari (Kohlberg 1968) yang dapat dilihat dalam tabel II. 1 pada lampiran 2. Pengakuan etis (ethical recognition) adalah suatu tahap yang mendasar dan penting pengambilan keputusan etis, karena dengan mengakuinya suatu isu etis artinya menginisiasi pengambilan keputusan etis. "Aw individual's recognition that his or her potential decision or action could influence the interests, welfare, or expectations of the self or others in a way that may conflict with one or more ethical principles", (Butterfield et ah, 2000) yang dikutip oleh (Musbah 2010). Pengakuan etis sebagai "suatu pengakuan oleh individu bahwa potensi keputusan atau tindakan individu tersebut dapat mempengaruhi keinginan, kesejahteraan, atau harapan nya sendiri atau pihak lain melalui suatu cara yang dapat menimbulkan pertentangan pada satu atau lebih prinsip-prinsip etis" (Jones 1991) mengklaim bahwa pengakuan adanya isu-isu etis meliputi dua komponen penting dalam mengidentifikasi isu-isu etis: 1) individu harus merealisasikan bahwa tindakannya akan mempengaruhi kesejahteraan orang lain dan 2) individu mempunyai kemauan sendiri di dalam isu tersebut. Sekarang, ketika individu-individu gagal mengidentifikasi isu etis tersebut, mereka tidakpunya lagi kesempatan untuk melanjutkan pada tahap berikutnya dari suatu pengambilan keputusan etis dan keputusan mereka akan dibuat sesuai pada aspek lain misalnya motivasi ekonomi. Studi empirik (Chan dan Leung, 2006); (Trevino, 1986) menyarankan dan memperlihatkan bahwa pengakuan etis adalah bersyarat di atas variabel-variabel individual (misalnya: umur, gender, tingkat pendidikan), variabelvariabel organisasi (misalnya: kode etis, iklim etis, manajemen puncak) dan konten tertentu dari isu etis (besarnya konsekwensi, konsensus sosial, kemungkinan pengaruh). Para peneliti telah terpanggil untuk riset lebih lanjut untuk mengklarifikasi variabel-variabel tersebut yang mungkin mempengaruhi pengakuan etis (Chan dan Leung, 2006). Penelitian (Hwang et ah, 2008) dimaksudkan untuk memeriksa dampak dari budaya pada para profesional akuntansi dan auditing masa sekarang dan yang akan datang dan mempunyai intensi untuk memperkenalkannya di dalam budaya masyarakat China. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa mayoritas para responden percaya bahwa pengertian umum dari suatu moralitas merupakan faktor yang paling penting untuk dapat diperdengarkannya. Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan etis adalah pertimbangan etis atau ethical judgement. (Trevino, 1986) mendefmisikan pertimbangan etis (ethical judgement) sebagai "proses kognitif dalam hal seorang individu menentukan serangkaian tindakan yang secara moral benar atau salah" atau "cognitive process in which an individual t/efermines which courses of action are morally rignt or wrong". Element utama dari definisi ini adalah bahwa keahlian kognitif akan digunakan oleh pembuat keputusan ketika menghadapi suatu isu etis untuk membedakan benar atau salah. Di dalam tahap pertama tahap perkembangan moral (Kohlberg 1968), kepatuhan terhadap aturan-aturan adalah penting karena itu artinya menghindari sanksi dan hukuman. Individu-individu pada tahap ke dua mendasarkan kebijakan etisnya pada tipe analisis biaya dan manfaat tertentu, yang terutama merefleksikan kepentingan mereka, tahap-tahap ini dikenal sebagai tingkatan sebelum konvensional (pre-conventional), individu mendasarkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1233
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
pertimbangan moral atas kepentingan pribadinya saja. Pada tahap ke tiga individu-individu berpenlaku etis dalam rangka memuaskan keinginannya dan beberapa hal yang penting lainnya. Pada tahap ke empat, fokusnya adalah penegakan hukum dan adanya pesan untuk mengikuti aturan, pengerjaan suatu tugas, dan bagaimana tanggungjawabnya. Tingkatan kedua (tahap tiga dan empat), yang disebut sebgai tingkatan konvensional (conventional level), di mana individuindividu mengembangkan kebijakan moral mereka dari perspektif tertentu di mana mereka merupakan bagian dari suatu kelompok yang anggota-anggotanya berbagi kepentingan umum. Tahap kelima mulai untuk memperhatikan pada perbedaan di dalam nilai-nilai, pendapat, dan keyakinan orang lain. Pada tahap ke enam, perilaku etis didasarkan pada usaha mempertahankan prinsip-prinsip keadilan universal dan etika. Tingkatan ketiga (tahap lima dan enam), yang disebut sebagai tingkatan setelah konvensional (post-conventional), fungsi individu-individu secara rasional dan etis dalam upaya untuk mempertahankan standar etis di atas apa yang telah dibangun oleh masyarakat. Walaupun teori Kohlberg tersebut telah mendominasi bidang penelitian etis di dalam psikologi seperti juga bidang bisnis, namun bukan artinya tidak ada kritik atas teori ini (Jones 1991), (Rest's et al.,1999). Di dalam review nya, (Rest's et al., 1999) mengikhtisarkan beberapa keterbatasan teori perkembangan moral kognitif (Cognitive Moral Development) atau CMD, mereka mengkritisi bahwa teori perkembangan moral kognitif berfokus hanya pada kebijakan etis sebagai penentu utama perilaku etis yang terjadi penghindaran bagian-bagian lain dari proses etis misalnya intensi etis yang dapat mempengaruhi perilaku individual-individual. Kritik berikutnya adalah teori perkembangan moral kognitif didasarkan pada philosopi dan budaya barat. Beberapa negara timur, seperti China dan India, dengan budaya dan philosipi yang berbeda mungkin juga mempunyai pandangan etis yang beda dari pandangan etis barat yang tidak diperhitungkan oleh teori Kohlberg. Bahkan teori Kohlberg hanya untuk masyarakat tertentu saja karcna terialu umum dan abstrak. (Ponemon 1990) menyatakan bahwa satu jalan untuk memahami tiga tingkatan ini adalah untuk memikirkan tentang hal tersebut secara berbeda dalam pergertian hubungan antara hal itu sendiri dengan aturan yang ada di masyarakat dan harapan-harapan nya. Enam tahap pertimbangan moral yang diadaptasi dari teori Kohlberg tiga tingkat moralitas dapat digambarkan pada tabel II.2 yang dapat dilihat pada lampiran 2. Selanjutnya (Venecia 2005) melakukan penelitian yang membandingkan bagaimana perbedaan pertimbangan etis (ethical reasoning) dan (etichal judgement) antara mahasiswa akuntansi di Taiwan dengan di Amerika Serikat (US). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa mahasiswa akuntansi di Taiwan melakukan proses pertimbangan etis yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi di Amerika Serikat. Menurut (Rest's 1986) yang menyatakan bahwa motivasi atau intensi etis (ethical intention) adalah "tingkatan tertentu dari komitmen untuk mengambil serangkaian tindakan, penempatan nilai-nilai moral di atas nilai-nilai lain, dan mengambil tanggungjawab personal untuk basil-basil yang etis. Namun (Shaw 2006) mengargumentasi bahwa intensi bukan motivasi, karena motivasi adalah suatu motivasi untuk bertindak sesuatu adalah tujuan dari tindakan tertentu yang ditujukan pada realisasi suatu tujuan akhir. Walaupun sebelumnya (Armstrong et al., 2002) dengan menggunakan istilah virtu telah memperkuat teori tersebut dengan menggunakan model yang dikembangkan (Thorne 1998) berargumentasi bahwa motivasi etis adalah tingkatan komitmen untuk mendapatkan kepastian untuk tindakan, penempatan nilai etik di atas nilai yang lainnya, dan memastikan adanya tanggungjawab moral untuk diperolehnya hasil kebaikan moral. Oleh karena itu, pada tahap ini individu tertentu akan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1234
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
mempertimbangkan nilai-nilai etis dalam hubungannya dengan nilai-nilai lain dalam membangung intensi etis (Jones, 1991; Rest, 1986). Lebih lanjut, turunnya intensi etis akan mengakibatkan mulai nampak suatu perilaku etis. Di dalam model yang lebih umum tentang pengambilan keputusan etis, seperti (Rest 1986; Jones 1991; Azjen 1991) dan (Buchan 2005; Kohlberg 1976, dan Trevino 1986), yang juga telah disebutkan menetapkan intensi etis adalah suatu yang penting, demikian (Sweeney 2009). Mirip seperti di dalam model-model (Rest's 1986 dan Jones 1991), intensi etis merupakan basil akhir yang dipengaruhi oleh pertimbangan etis. Studi empirik sebelumnya memperlihatkan pengaruh pemoderasi yang signifikan pada hubungan iklim etis yang merupakan tekanan dari tanggungjawab sosial dan aturan atau kode etik antara pertimbangan etis dan intensi keperilakuan, (Barnet dan Vaicys 2000). Faktor inti dari the theory of planned behavior (TPB) adalah intensi individual untuk melaksanakan kinerja perilakunya yang telah ditentukan. Intensi diasumsikan untuk melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi suatu perilaku, hal tersebut adalah indikasi sebagaimana kerasnya seorang akan berusaha mencoba, atau berapa banyak upaya tertentu yang mereka rencanakan untuk mendesak, dalam rangka mencapai perilaku tersebut. Sebagai aturan umum, lebih kuat suatu intensi untuk terlibat di dalam perilaku, lebih cenderung akan mencapai kinerja tersebut, (Ajzen, 1991). Bukti yang terkait hubungan antara intensi dan tindakan telah dikumpulkan yang berkenaan dengan tipe perilaku yang berbeda-beda, dengan banyak menggunakan pekerjaan yang telah dilakukan di dalam kerangka the theory of reason and action (TRA). Penelitian tentang intensi etis dan tindakan yang dilakukan, (Sweneey et ah, 2009) mengungkapkan bahwa ketika terdapat tekanan tidak etis pada perilaku tidak fungsional dan pembicaraan tidak etis di tingkat atas adalah signifikan di dalam pembentukan suatu evaluasi etis, hanya tekanan tidak etis yang dirasakan mempunyai dampak pada intensi untuk terlibat dalam suatu keperilakuan. Negara juga didapatkan mempunyai dampak signifikan, seperti yang terjadi pada pelaporan evaluasi etis responden yang lebih tinggi di Amerika Serikat dan intensi yang lebih rendah untuk terlibat di dalam tindakan yang tidak etis dibanding dengan responden orang Irlandia. Tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan etis adalah perilaku etis (ethical behavior). Dalam hal ini individu terlibat dalam suatu tindakan yang paling baik sebagai basil dari intensi etis mereka. Perilaku etis didefinisikan sebagai satu dari kedua hal yaitu; "sccara hukum atau moral dapat diterima oleh suatu masyarakat (community) yang lebih besar, (Jones 1991) yang mengembangkan (Rest 1986) menyarankan bahwa perilaku etis adalah hasil dari proses yang beragam dan rumit. Perilaku etis perlu dikembangkan dalam bidang akuntansi dan pelaporan keuangan adalah dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap informasi khususnya informasi relevan dalam rangka pengambilan keputusan bisnis, demikian juga kepercayaan terhadap aktivitas audit atas laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh (Barlaup et ah, 2009), juga menunjukkan hasil bahwa akuntansi dapat memberikan kebaikan dari suatu peningkatan fokus pada ketajaman etis dan perilaku etis. Perilaku etis dapat membantu mengembalikan kepercayaan dan kredibilitas di dalam sistem pasar modal dan mengurangi pelaporan keuangan yang banyak mengandung penyimpangan. Penelitian yang dilakukan, (Trevino et ah, 2006) telah merekomendasikan bahwa penelitian empirik yang lebih banyak dibutuhkan terkait perilaku etis, namun beberapa penelitian juga berargumentasi bahwa perilaku etis tidak mudah untuk dilakukan pada suatu penelitian karena berkenaan dengan sumber yang sensitif dan kesulitan dalam pengukuran dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1235
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
pengamatan hal tersebut tanpa adanya basil yang bias, (Ampofo 2004). Theory of Planned Behaviour (TPB) hanya memberikan suatu perkiraan determinandeterminan tertentu perilaku bilamana ada keduanya yaitu motivasi dan kesempatan yang tinggi untuk proses informasi, kedua; perluasan TPB dalam rangka menjelaskan lebih lanjut hubungan intensi terhadap perilaku yang mungkin dapat memberikan cara untuk mengembangkan TPB dalam hubungannya untuk memahami bagaimana sikap berdampak pada pencapaian tujuan, (Conner dan Armitage 1998). Penelitian lebih lanjut dilakukan (Emerson et ah, 2006) yang secara keseluruhan menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan, meskipun untuk beberapa sketsa etis permainan akuntansi (accounting tricks) yang sangat mirip situasi manajemen laba. Bahkan terlihat bahwa para praktisi tersebut lebih dapat menerima sketsa-sketsa yang mengikutsertakan kerugian secara fisik pada individu-individu dan di mana hal tersebut adalah dilegalkan (walaupun secara etis masih dipertanyakan). Penelitian tersebut memberikan postulat bahwa para praktisi akuntansi dapat mengaplikasikan kerangka kerja yang bersifat legal pada pekerjaan yang dilakukannya dalam mempertimbangkan dapat diterima atau tidaknya suatu sketsa. Berdasarkan fokus pada sketsa "accounting trickspenelitian juga menemukan tidak ada perbedaan signifikan antara para auditor dan instituasi praktisnya dibandingkan pada seluruh jenis profesi para akuntan secara sampel. Mereka menyimpulkan bahwa sikap etis dari para praktisi akuntansi tidak selalu berbeda secara signifikan dengan bidang yang dispesialisasikan. Ford dan Richardson menginformasikan dengan jelas, bahwa faktor individual adalah; "katcgori faktor yang meliputi faktor-faktor yang unik yang berhubungan dengan individu pembuat keputusan etis tersebut. Jadi faktor ini adalah semua variabel yang terkait erat dengan kelahiran seseorang (contoh, kebangsaan, jenis kelamin, umur dan sebagainya), dan juga yang berhubungan dengan proses perkembangan dan kegiatan sosial individu (misalnya, kepribadian, sikap perilaku, nilai-nilai, pendidikan, agama, pekerjaan dan sebagainya), faktor tersebut kemudian mempresentasikan keseluruhan pengalaman dan keadaan lahiriahnya yang akan membawa individu tertentu tersebut pada proses pengambilan keputusan etis. Penelitian (Musbah 2010) menginvestigasi faktor individual terdiri dari; umur, kesadaran, kebijakan, pendidikan, pekerjaan, kepuasan kerja, pengalaman, gender, locus of control, Machiavellianism, komitmen organisasi, nilai philosopi, serta ikatan profesi umur , gender, tingkat pendidikan, pengalaman dan filsafat moral.
METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA Menurut (Hartono, 2004), Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi vadid, obyektif, efisien, dan efektif. Secara umum, yang akan dilakukan di dalam penelitian ini dapat dijelaskan penelitian ini adalah proses menemukan solusi masalah setelah melakukan studi yang mendalam dan menganalisis faktor situasi. Manajer dalam organisasi terus-menerus menyibukkan diri dalam mempelajari dan menganalisis masalah-masalah dan karenanya terlihat dalam sejumlah bentuk kegiatan penelitian saat mereka mengambil keputusan di tempat kerja (Sekaran 2006). Sementara penelitian bisnis sebagai penyelidikan atau investigasi yang terkelola, sistematis, berdasarkan data, kritis, obyektif, dan ilmiah terhadap suatu masalah spesifik, yang dilakukan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1236
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
dengan tujuan menemukan jawaban atau solusi terkait (Sekaran 2006). Pada intinya, penelitian memberikan informasi yang diperlukan untuk mengarahkan manajer mengambil keputusan yang terinformasi agar bisa memecahkan masalah dengan sukses. Informasi yang diperoleh bisa berasal dari analisis mendalam terhadap yang dapat dikumpulkan dan tangan pertama, atau data yang telah tersedia (perusahaan industri dan sebagainya). Data dapat bersifat kuantitatif yang diperoleh dari pertanyaan terstruktur, atau kualitatif yang diperoleh dari jawaban yang luas terhadap pertanyaan spesifik dalam wawancara, atau dari informasi dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya. Pengumpulan data penelitian ini berdasarkan review literatur penelitian terkumpul terkait dengan pengambilan keputusan etis profesional di bidang akuntansi, perpajakkan dan auditing yang dapat dirangkum pada tabel III.l - Ikhtisar Penelitian Etika Bisnis Terkait Pengambilan Keputusan Etis yang Terkait dengan bidang Akuntansi, Perpajakkan dan Auditing di dalam Lampiran 4. Penelitian ini melakukan identifikasi signifikansi dengan metode yang sederhana yaitu dengan melakukan perbandingan-perbandingan pada literatur basil penelitian pengambilan keputusan etis dibidang akuntansi yang dapat dikumpulkan, untuk melihat faktor-faktor individual mana saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis pada empat tahap; kesadaran etis (ethical awareness), pertimbangan etis (ethical judgments), intensi etis (ethical intention) dan perilaku etis (ethical behavior) dengan sangat signifikan dan memperlihatkan kecenderungan konsistensi di berbagai penelitian yang telah dilaksanakan. Selanjutnya untuk melakukan identifikasi faktor-faktor yang paling berperan tersebut di dalam pengembangan pengambilan keputusan etis oleh para akuntan digunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan alat pendukung keputusan untuk membantu dalam mengatasi masalah kompleks dengan berbagai faktor yang dihubungkan dengan melakukan perbandingan beipasangan dari judgment pengambil keputusan. Tujuan dari studi ini adalah menentukan faktor individu yang paling baik dari berbagai kriteria. Hasil dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan yang meliputi faktorfaktor seperti kriteria pemilihan factor individual, proses pemilihan factor individual, kerumitan proses pengambilan keputusan etis akuntan. Penelitian ini menggunakan cara yang dilakukan Analisis AHP untuk mengetahui konsistensi pendapat para peneliti bidang pengambilan keputusan etis akuntansi dengan menggunakan hasil identifikasi factor-faktor dari pada table 1.1 - Ikhtisar- Ikhtisar Hasil Penelitian EDM - Akuntan pada Lampiran 1. Berdasarkan Review Penelitian Etika Bisnis Terkait Pengambilan Keputusan Etis yang terkait dengan bidang Akuntansi, Perpajakkan dan Auditing dari Lampiran 3. Selanjutnya data ini digunakan sebagai dasar pemeringkatan awal yang bersumber dari kesimpulan hasil penelitian sebagai pengganti pendapat pakar.
HASIL PENELITIAN Identifikasi signifikansi dan konsistensi dilakukan dengan menggunakan tabel yang mencatat jumlah kesimpulan penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor independen, signifikan atau tidak signifikan nya hubungan antara faktor independen dengan faktor dependen. Identifikasi signifikansi dapat dilihat pada table 1.1 di Lampiran 1. Sedangkan konsistensi signifikansi kesimpulan dapat dilihat peringkat faktor individual pada rasio Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1237
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
konsistensi (consistency ratio) pada table IV. 1 sampai dengan IV.4, di lampiran 4. Identifikasi signifikansi dan konsistensi memperlihatkan beberapa kecenderungan sebagai berikut; Iklim etis, pertimbangan etis, kode etik, kesadaran etis, perkembangan moral kognitif serta pendidikan (ethical climate, ethical judgment, code of conduct, ethical awareness, cognitive moral development dan education) merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan pada sebagian besar penelitian yang telah dilakukan. Iklim etis yang merupakan faktor organisasi secara konsisten menjadi faktor peringkat pertama yang diprioritaskan untuk menghasilkan pengambilan keputusan etis akuntan dengan skore 0,250402, kemudian di peringkat ke dua adalah pertimbangan etis akuntan dengan skore 0,185674, ke tiga adalah penerapan kode etik 0,127865. Seterusnya adalah kesadaran etis, perkembangan moral kognitif dan yangmterakhir adalah pendidikan dengan masing-masing skore 0,08545; 0,057961; 0,042649. Kemudian analisis rasio konsistensi (CR) menunjukkan CR=CI/RI; 0,013/1,24 = 0,010 < 0,10 (standar yang disarankan Saat y T. L.) sangat jauh berada di bawah standar tersebut artinya sangat konsisten.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Iklim etis, pertimbangan etis dan adanya kode etik di dalam suatu organisasi perusahaan merupakan faktor yang paling dominan di dalam pengambilan keputusan etis. Faktor-faktor lainnya dapat dikembangkan melalui faktor ini, misalnya pendidikan dan penyegaran etika individu-individu di dalam organisasi perusahaan atau di tempat kerja dapat meningkatkan kesadaran etis dan perkembangan moral kognitif individu-individu akuntan. Organisasi bisnis sangat perlu mengembangkan program-program pendidikan dan pelatihan di bidang etika, khususnya pengambilan keputusan etis, merancang kode etik perusahaan yang dapat dipahami oleh semua unsur di dalam perusahaan. Diskusi kelompok pekerja secara rutin dalam rangka menjalin komunikasi dan pemahaman satu dengan yang lainnya. Dengan demikian akan tercipta iklim yang bernuansa etis atas dasar kesadaran dan pertimbangan yang bijaksana. Ada pun saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan data penelitian pengambilan keputusan etis terkait dengan akuntansi, perpajakkan dan auditing yang lebih banyak lagi untuk menunjang basil identifikasi signifikansi dan konsistensi 2. Pengolahan data menggunakan statistik dan pengolahan data AHP soft ware yang lebih baik. 3. Melanjutkan penelitian dengan kajian yang lebih empirik meliputi faktor-faktor individual dan organisasional misalnya; intensitas etis dan empat tahap pengambilan keputusan etis (kesadaran etis, pertimbangan etis, intensi etis dan perilaku etis).
DAFTAR PUSTAKA Ajzen. 1991.The Theory of Planned Behavior; Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 179 -211; Academic Press, Inc -University of Massachusetts at Amherst, MA
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1238
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Akaah, Ismael P. . 1996.The Influence of Organizational Rank and Role on Marketing Professionals ' Ethical Judgments: Journal of Business Ethics, 1996, Vol. 15, No. 6; Kluwer Academic Publishers - Netherlands, Proquest pg. 605 Ampofo A. A., 2004.An Empirical Investigation Into The Relationship of Organizational Ethical Culture to Ethical Decision-Making By Accounting/Finance Professional In The Insurance Industry In The U.S.A A DISSERTATION Submitted to Nova Southeastern University H. Wayne Huizenga School of Business and Entrepreneurship in Partial Fulfillment of The Requirements for the degree of DOCTOR OF BUSINESS ADMINISTRATION, 2004 Au dan Wong. 2000.The Impact of Guanxi on the Ethical Decision - Making Process of Auditors: An Explanatory Study on Chinese CPAs in Hong Kong; Journal of Business Ethics, 2000, No. 28, Vol. 1; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 87 Barlaup, Dronen dan Stuart. 2009. Restoring Trust in Auditing: Ethical Discernment and The Adelphia Scandal; Managerial Auditing Journal, Vol. 24 No. 2; Emerald Group Publishing Limited Belski, Beams dan Brozovsky. 2008.Ethical Judgments in Accounting: an Examination on the Ethics of Managed Earnings; Journal of Global Business Issues; Summer 2008: 2-2; Bernardi dan Arnold, SR. 1997.An Examination of Moral Development Within Public Accounting by Gender, Staff Level, and Firm; Contemporary Accounting Research, 1997, Vol. 14, No. 4, pp. 653 - 668 Bolliot et ah, 2012.Educational Context: Preparing Accounting Students to Identify Ethical Dillemas; American Journal of Business Education - The Clute Institute, June 2012 Brierley dan Cowton. 2000.Putting Mefd-Analysis to Work: Accountants' OrganizationalProfessional Conflict; Journal of Business Ethics 24: 342 - 353, 2000; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 343 Brown M. E., dan L. K. Trevino .2006.Ethical leadership: A review and future directions, The leadership Quarterly 17, 2006, 595 - 616, ScienceDirect - ELSEVIER Brown, Stocks, dan Wilder. 2007.Ethical Exemplification and The AICPACode of Professional Conduct: An Empirical Investigation of Auditor and Public Perceptions; Journal of Business Ethics, 71, pp 39-71; DOI 10.1007/s 10551 - 006-9124-3, Springer 2006 Buchan, H., 2005, Ethical Decision Making in The Public Accounting Profession: An Extension of Ajzen's Theory of Planned Behavior: Journal of Business Ethics 2005, 61, 165 181, Springer 2005 Buchan, H. 2009 .Public Accountants 'perceptions of ethical work climate: an exploratory study of the difference between partners and employees within the instrumental dimension, The Open Ethics Journal, 2006, 3:1 -7 Buttross et ah, 2011.Ethical Decision Making By Management Accountants: An Empirical Examination of Obedience Theory; Journal of Accounting, Ethics and Public Policy, Volume 12, No. 1 (2011) Carlson, D. S., K. M. Karmar dan L. L. Wadsworth. 2002.The Impact of Moral Intensity on Ethical Decision Making: Assessing The Relevance of Orientation, Journal of Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1239
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Managerial Issues, Vol. XIV, Nomor 1, Spring 2002, Proquest pg 15 Chan dan Lai. 2011.Does Ethical Ideology Affect Software Piracy Attitude and Behavior? An Empirical Investigation of Computer Users in China; European Journal of Information System (2011)20: 659-673. Chan dan Leung. 200b.The Effects if Accounting Students' Ethical Reasoning and Personal Factors on Their Ethical Sensitivity; Managerial Auditing Journal, Vol. 21, No. 4, 2006; Emerald Group Publishing Limited Chau, Cooper dan Irvine. 2007.Beware the Reformers: A Machiavellian View of the Accounting Profession and Public Sector Reform in Australia; Reserach Online - University of Wollongong, Selandia Baru Cherry, John. 2006.The Impact of Normative Influence and Locus of Control on Ethical Judgments and Intentions: A Cross-cultural Comparison; Journal of Business Ethics (2006) 68: 113 - 132; Springer 2006 Chieh, P.L, dan Cherng, G.D., 2003.Ethical Ideology, Subjective Norm, and Peer Reporting Intentions Using an Individual-situation Moderator, Asia Pasific Managemen Review (2003) 8(3), 311 -335, Chieh, P.L, dan Cherng, G.D., 2003.Modeling Information Ethics: The Joint Moderating Role of Locus of Control and Job Insecurity, Journal of Business Ethics 48: 335 - 346, Dec. 2003, Proquest Chiu R. K., 2003.Ethical Judgment and Whistleblowing Intention: Examining the Moderating Role of Locus of Control, Journal of Business Ethics 43: 65 - 74, 2003, Kluwer Academic Publishers - Netherlands, Proquest pg 65 Christensen. S. L., dan J. Kohls, 2003.Ethical Decision Making in Times of Organizational Crisis, Business and Society, Sept 2003: 42, 3: Proquest pg. 328 Cohen, Pant dan Sharp, 2001.An Examination of Difference in Ethical Decision-Making Between Canadian Business Students and Accounting Professionals; Journal of Business Ethics, 2001, Vol 30, No. 4; Kluwer Academic Publishers - Netherlands, Proquest pg. 319 Cowton C. J. 1998.The Use of Secondary Data in Business Ethics Research, Journal of Business Ethics 17: 423 - 434, 1998, Kluwer Academic Publishers - Netherlands, Springer - JSTOR Craft, Jana L. 2013.A Review of The Empirical Ethical Decision-Making Literature - 2004 2011; Organizational Leadership, Policy and Development; Journal of Business Ethics 117: pp 221 - 259; Springer Douglas, Davidson dan Schwartz. 2001.The Effect of Organizational Culture and Ethical Orientation on Accountants ' Ethical Judgments: Journal of Business Ethics 34: 101 121, 2001; Kluwer Academic Publihers - Netherlands; Proquest pg. 101 Elias, Rafik Z. . 2002.Determinants of Earnings Management Ethics Among Accountants; Journal of Business Ethics 40; 33 - 45, 2002; Kluwer Academic Publishers Netherlands; Proquest pg. 33 Emerson, Conroy dan Stanley. 2007.Ethical Attitudes of Accountants: Recent Evidence From a Practitioners' Survey; Journal of Business Ethics (2007) 71: 73 - 87; Springer 2006 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1240
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Eynon, Hill dan Stevens. 1997.Factors that Influence the Moral Reasoning Abilities of Accountants: Implications for Universities and the Profession; Journal of Business Ethics 16: 1297 - 1309, 1997; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg- 1297 Flynn, L.M., 2001. AN EMPIRICAL INVESTIGATION OF THE IMPACT OF ENVIRONMENT ON INDIVIDUAL ETHICAL ANALYSIS BY CORPORATE ACCOUNTANTS AND HUMAN RESOURCE MANAGERS, DISSERTATION Submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy in Management in the Graduate School of Binghamton University State University of New York 2001 Ford dan Richardson. 1994.Ethical Decision Making: A Review of the Empirical Literature; Journal of Business Ethics 13: 205 - 221, 1994; Kluwer Academic Publishers Netherlands Forsyth, D. R., 1980. A. Taxonomy of Ethical Ideologies, Journal of Personality and Social Psycology, American Psycological Association. Gaffikin dan Lindawati, 2012.The Moral Reasoning of Public Accountants in The Development of a Code of Ethics: The Case of IndonesiajAusttalian Accounting Business and Finance Journal, Vol 6, issue 1, article 10 Gibson dan Frakes. 1997.Truth or Consequences: A Study of Critical Issues and Decision Making in Accounting; Journal of Business Ethics 16: 161 - 171, 1997; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 161 Goodwin, Jenny, 1999.The Effects of Source Integrity and Consistency of Evidence on Auditors' Judgments: Auditing A Journal of Practice dan Theory, Vol 18, No. 2; Proquest pg. 1. Green dan Weber. 1997.Influencing Ethical Development: Exposing Students to The AICPA Code of Conduct; Journal of Business Ethics, Vol 16, No. 8: 777 - 190, 1997; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 777 Greenfield, Jr. A. C., Carolyn S. N., dan Benson Wier, 2007.The Effect of Ethical Orientation and professional Commitment on Earnings Management Behavior, Journal of Business Ethics (2008), Springer Haines dan Leonard, 2007.Situational Influence on Ethical Decision-Making in an IT Context; Information dan Management 44: 313 - 320, 2007; ScienceDirect - ELSEVIER Hartono, J. M., 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalamanpengalaman, BPFE Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Hay, Larres, Oyelere, dan Fisher; 2001.The Ethical Perception of Undergraduate Students in Computer-Related Situations: An Analysis of The Effects Culture, Gender and Prior Education; Teaching Business Ethics 5, 2001, pp 331 - 356; Kluwer Academic Publishers, Netherlands Hume, Larkins dan Iyer, 1999.On Compliance With Ethical Standards in Tax Return Preparation; Journal of Business Ethics Vol. 18, No. 2: 229 - 238, 1999; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 229 Hwang, Staley, Chen dan Lan. 2008.Confucian Culture and Whistle-blowing by Professional Accountants: An Exploratory Study; Managerial Auditing Journal, Vol. 23, No. 5, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1241
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
2008; Emerald Group Publishing Limited Jackling B., B J. Cooper dan P. Leung, S. Dellaportas, 2001 .Professional accounting bodies' perceptions of ethical issues, causes of ethical failure and ethics education, Managerial Auditing Journal Vol. 22, No. 9, 2007, pp 928 - 944, Emerald Group Publishing Limited. Jones, M. Thomas, 1991.Ethical Decision Making by Individual in Organization: An IssueContingent Model, The Academy of Management Review, Vol. 16, No. 2 (Apr., 1991) pp. 366 - 395, JSTOR Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008. Tim Kamus Bahasa Indonesia - Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan - Republik Indonesia Kaplan, Steven E. 2001 .Ethically Related Judgements by Observers of Earnings Management; Journal of Business Ethics, Vol. 32, No. 4: 285 - 298, 2001; Kluwer Academic Publishers; Proquest pg. 285 Karacaer, et ah, 2009.Effects of Personal Values on Auditor's Ethical Decisions: A Comparison of Pakistani and Turkish Professional Auditor; Journal of Business Ethbics 88: 53 64, 2009; Springer 2009 Karcher, Julia N. 1996. Auditors 'Ability to Discren the Presence o/Ethical Problems; Journal of Business Ethics, Vol. 15, No. 10: 1033 -1050, 1996; Kluwer Academic Publishers Netherlands; Proquest pg. 1033 Kennett, Downs dan Durler; ; Accounting Students' Intent to Blow the Whistle on Corporate Fraudulent Financial Reporting: Am Experiment; International Journal of Business and Social Science, Vol. 2, No. 14; www.iibsnet.com Khomsiyah, 2005. Analisis Hubungan Indeks dan Struktur Corporate Governance Dengan Kualitas Pengungkapan, Disertasi Doktor Ilmu Ekonomi pada Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 2000. "Metodologi Riset Ahmtansi Keperilakuan Pendekatan FilsafatIlmu. " Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, bulan Agustus, hal. 89 - 102 Khwanruthai Bunruamkaew (D3), 2012, How To Do AHP Analysis in EXCEL, Division of Spatial Information Science, Graduate School of Life and Environmental Sciences, University of Tsukuba. Kohlberg, L., 1971.Stages of Moral Development Larkin. 2000. The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dilemmas; Journal of Business Ethics, 34, 4, 2000; Proquest pg. 401; Kluwer Academic Publisher - Netherlands Lee dan Moody. 2010.Hightlights of Finance and Accounting Ethics Research; Journals of Accountancy, 2012, Vol. 210, Nomor 4; Proquest pg. 36 Leitsch, Deborah L., 2004.Differences in the Perceptions of Moral Intensity in the Moral Decision Process: An Empirical Examination of Accounting Students; Journal of Business Ethics 53: 313 - 323, 2004; Kluwer Academic Publishers - Netherlands Leonard L. N. K., T. P. Cronan, dan J. Kreie, 2004.What influences IT ethical behavior intentions - planned behavior, reasoned action, perceived importance, or individual characteristics?, Information & Management 42 (2004) 143 - 158, ISSN 0378 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1242
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
7206/$, ELSEVIER Liu, Chung-Chu, 2003(2).The Relationship Between Machiavellianism and Ethical Computer Self-Efficacy; Journal of Information, Technology and Society Marques dan Pereira; 2009.Ethical Ideology and Ethical Judgements in the Portuguese Accounting Profession; Journal of Business Ethics 86, 2009, pp. 227 - 242; Springer 2008 May D. R. Dan K. P. Pauli, 2002. The role of moral intensity in ethical decision making: A Review and investigation of Maral Recognition Evaluation, and Intention, Business & Society Vol 4, No. 1, March 2002, 84- 117, Sage Publication McDonald, G., 2010.Ethical Relativism vs Absolutism: Research Implications, European Business Review, Vol. 22, No. 4, 2010, pp 446 - 464, Emerald Group Publishing Limited McMahon J. M., dan R. J. Harvey, 2006.The Effect of Moral Intensity on Ethical Judgment, Journal of Business Ethics (2007) 72: 335 - 357, Springer 2006 Munford M. D., L. D. Devenport, R. P. Brown, S. Connely, S. T. Mutphy, J. H. Hill, 2006.Validation of ethical decision making measures: evidence for a new set of measures, Economics Behavior, 16 (4) 319 - 343 Musbah, A. Y. S., 2010.The Role oflndividual Variables, Organizational Variables, and Moral Intensity Dimensions in Accountants' Ethical Decision Making: A Study of Management Accounting in Libya, A Disertation Submitted to The University Huddersfield in Partial Fulfilment of The Requirements for The Degree of Doctor of Philosophy, University of Huddersfield Business School, November Ng, White, Lee dan Moneta, 2009.Design and Validation of a Novel New Instrument for Measuring the Effect of Moral Intensity on Accountants' Provensity to Manage Earnings; Journal of Business Ethics (2009), 84: 367 - 387; Springer 2008 Nguyen N. T, M. D. Biderman, 2007.Studying Ethical Judgments and Behavioral Intentions Using Structural Equations: Evidence from the Multidimensional Ethics Scale, Journal of Business Ethics (2008) 83, 627 - 640, Springer 2007 CTFallon dan Butterfield, 2005.A Review of The Empirical Ethical Decision-Making Literature: 1996 - 2003; Journal of Business Ethics (2005) Vol 39: 375-413; Springer 2005 CTLeary dan Pangemanan, 2007. The Effect of Groupwork on Ethical Decision-Making of Accountancy Students; Journal of Business Ethics (2007) 75: 215 - 228; Springer 2007 O'Lcary dan Stewart, 2001 .Governance Factors Affecting Internal Auditors' Ethical DecisionMaking: An Explanatory Study; Managerial Auditing Journal, Vol. 22, No. 8, 2007; Emerald Group Publishing Limited Pflugrath, Bennie, Chen, 2007.The Impact of Codes of Ethics and Experience on Auditor Judgments, Managerial Auditing Journal, Vol. 22., No. 6., pp. 566-599.; Emerald Group Publishing Limited Ponemon L. A., 1992.Auditor underreporting of time and moral reasoning: an experimental lab study, Contemporary Accounting Research, Vol. 9, No. 1
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1243
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Premeaux, 2009.The Link Between Management Behavior and Ethical Philosophy in the Wake of The Enron Convictions; Journal of Business Ethics 85: 13 - 25; Springer. Putranta, M. P., dan R. P. J, Kingshott, 2010.The Relationships Between Ethical Climate, Ethical Ideologies and Organizational Commitment Within Indonesia Higher Education Institutions, J. Acad Ethics (2011) 9: 43 - 60, Springer Radtke. R. R., 2004.Exposing Accounting Students to Multiple Factors Affecting Ethical Decision Making, ISSUES IN ACCOUNTING EDUCATION Vol 19, No. 1, February 2004, pp 73 - 84 Rest, et al, 1999.A Neo-Kohlbergian Approach: The DIT and Schema Theory, Educational Psychology Review, Vol. 11, No. 4, 1999, plenum Publishing Corporation Rest, et al, 2000.A Neo-Kohlbergian Approach to Morality Research, Journal of Moral Education (2000), 29, 381-396 Ryan, John J. . 2001.Moral Reasoning as a Determinant of Organizational Citizenship Behaviors: A Study in the Public Accounting Profession; Journal of Business Ethics Vol. 33, Nomor 3: 233 - 244, 2001; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 233 Sankaran dan Bui, 2003.Ethical Attitudes Among Accounting Majors: An Empirical Study; The Journal of American Academy of Business, Cambridge; Sept 2003, Vol. 3, Nomor Vi; AB I/INFORM Complete pg. 71 SAATY. T., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, Pustaka Binama Pressindo Schweikart, 1992.Cognitive-Contingency Theory and the Study of Ethics in Accounting; Journal of Business Ethics 11: 471 - 478, 1992; Kluwer Academic Publishers Netherlands; Proquest pg. 471 Sekaran U, 2006, Research Methods for Business, 4th Edition, John Wiley & Sons Inc, 605 Third Avenue, New York. Shafer dan Simmons. 2011.Effects of Organizational Ethical Culture on the Ethical Decisions of Tax Practitioners in Mainland China; Accounting, Auditing dan Accountability Journal, Vol. 24, No. 5, 2011, pp. 647 - 668; Emerald Group Publishing Limited Shafer dan Wang, 2011.Effects of Ethical Context and Machiavellianism on Attitudes Toward Earnings Management in China; Managerial Auditing Journal Vol. 26, No. 5, 2011, pp 372 - 392; Emerald Group Publishing Limited Shafer et al, 2001.Effects1 of Personal Values on Auditors' Ethical Decisions: Accounting, Auditing dan Accountability Journal, Vol. 14, No. 3, 2001, pp. 254 - 277; Emerald Group Publishing Limited Shafer, E. William, 2008.Ethical Climate in Chinese CPA Firms, Accounting, Organizations and Society, Department of Accountancy, Lingnan University, 8 Castle Peak Road, Tuen Mun, NT, Hongkong Shafer, Morris dan Ketchand, 2001.Effects of Personal Values on Auditors ' Ethical Decisions: Accounting Auditing dan Accountability Journal; 2001; Vol 14, No. 3; pp. 254 - 277; MCB University Press, Emerald 2001
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1244
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Sharma E., S. Borna, dan J. M. Steams. 2009.An Investigation of the Effects of Corporate Ethical Values on Employee Commitment and Performance: Examining the Moderating Role of Perceived Fairness, Journal of Business Ethics (2009), 89: 251 260, Springer 2009 Smith dan Oakley, III; 1997; Gender-Related Differences in Ethical and Social Values of Business Students: Implications for Management; Journal of Business Ethics: Jan 1997, Vol 16, No. 1: 37 - 45; Kluwer Academic Publisher - Netherlands; Proquest pg. 37 Smith J., A. Armstrong dan R. Francis, 2007.Professionalism and Ethics in Financial Planning, Journal of Business Systems, Governance and Ethics, Vol. 2, No. 1, Centre for International Corporate Governance Research, Victoria University, Australia Smith, A., E. C., Hume, A. B. Davis., R. Zimmermann, 2004.The Universal Relevance of Locus of Control in Ethical Decision Making: A Multi-Country Examination, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, Volume 7, Nomor I, 2004
Smith, A., F. Austin, E. C. Hume, R. Zimmermann dan A. Davis, 2007.The global significance of locus of control in ethical decision making: A Multi-country examination of university students, Journal of college teaching & learning, February 2007 Somers. 2001.Ethical Code of Conduct and Organizational Context: A Study of The Relationship Between Codes of Conduct, Employee Behavior and Organizational Values; Journal of Business Ethics 30: 185 - 195, 2001; Kluwer Academic Publishers - Netherlands Su, Hui-Shu. 2006.Cultural Differences in Determining the Ethical Perception and DecisionMaking of Future Accounting Professionals: A Comparison between Accounting Students from Taiwan dan The United States; The Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 9, Nomor I, 2006 Suryaningrum, Hastuti dan Suhartini; 2012; Accounting Student and Lecturer Ethical Behavior: A Review of Individual Factor Gender and Locus of Control; Global Conference on Business and Finance Proceedings, Volume 7, Nomor 2, ISSN 1931 0285 CD dan ISSN 1941 - 9589 Online Sweeney B., D. Arnold, B. Pierce, 2009, The Impact of Perceived Ethical Culture of the Firm and Demographic Variables on Auditors' Ethical Evaluation and Intention to Act Decisions, Journal of Business Ethics (2010) 93: 531 - 551, Springer 2009 Trevino; 1986; Ethical Decision Making in Organizatons: A Person-Situation Interactionist Model; The Academy of Management Review, vol. 11, No. 3 pp. 601 - 617; JSTOR, 2006 Tucker L. R., V. Stathakopolous, dan C. H. Patti, 1999, A Multidimensional Assessment of Ethical Codes: The professional business association perspective, Journal of Business Ethics, 19: 287 - 300, 1999 Utami, L, Y. A. K. Noegroho, dan F. Indrawati, 2007, Pengaruh Locus of Control, Komitmen Profesional, Pengalaman Audit Terhadap Perilaku Akuntan Publik dalam Konflik Audit Dengan Kesadaran Etis sebagai Variabel Pemoderasi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2007, Vol. 4, No. 2, Hal 193 - 210 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1245
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Venezia, Chiulien Chuang; 2005; The Ethical Reasoning Abilities of Accounting Students; The Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 6, Nomor 1, 2005 Wakefield; 2008; Accounting and Machiavellianism; Behavioral Research in Accounting, Volume 20, Nomor 1, 2008; pp. 115 - 129 Winter J. S., A. C. Stylianou, R. A. Giacalone, 2004, Individual Differences in the Acceptability of Unetical Information Technology Practices: The Case of Machiavellianism and Ethical Ideology, Journal of Business Ethics 54: 279 - 301, 2004, Kluwer Academic Publisher - Netherlands Woodward, Davis dan Hodis; 2007; The Relationship Between Ethical Decision Making and Ethical Reasoning in Information Technology Students; Journal of Information S2010ystems Education, Vol 18(2); Proquest pg. 193 Yetmar dan Eastman; 2000; Tax Practitioners' Ethical Sensitivity: A Model and Empirical Examination; Journal of Business Ethics Vol. 26, No. 4: 271 - 288; 2000; Kluwer Academic Publishers - Netherlands; Proquest pg. 271
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1246
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Lampiran 1
Tabel LI Ikhtisar Easil Peo^litian EDM - Akuntan StQn
no. fakto r-foktor i Cacfer of crm dutrt 2 Eelucatian 3 Eth it&t juiiQmrnt EthicQt awareness 5 Ethicaf t: If mate G CMt> Tcstal
PerirtQkat 1Q 7 11
3 & 2
12 a 57
1 S
Lampiran 2 u
'ang dipcezng secaaa lebagaimaiia ditetapkan denzan adil dam. secara adiil di daiam mereipon sebagai bagian mdi\idu dan penEemb ansani rule Taiiap6: Orient am pada pump etis man.'eKial kiaja sama somal stbagai etika.Foku: pada kenagaoan dan hukum dan peiatm-an >'ang ditetapkan olehi oiang-oiang yane rasaonal Sumber Diutip daji Loinvers T. T.. PcmenKiQ L.A.. R^dtieE- K. (Examin?>jgr Accotatfantz' EthicalBehmior: A Review and Impiicationz jbr .Future Re:eaj'ch)
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Lampiran 3
TaMin.l Eyeitas Kerja Penelidan - Suryadi Winata Dihtisar Penelitian Etika Bisnis Terkait Pengambilan Keputiisan Eds vans Terkait dengan bidang Akxmtansi- Perpajakkan danAu^fetg No Peneliti {Tahun) Variabel Konstruk-s Kesiinpulan Hani Penelitian Hubungan dua arali antara kesesuaian 'conformity' nilai seperti aktnalisasi diri dan idealisme 1 (Abdomohammadi dan Rokeah values survey, moral Bater 2005) reasoning, DTT dengan pertimbanean moral pada tinekat signifikansi vans tinsei sekaii Gender, ethical sensitivity and future Secara stattsiik sangat signifikan perbedaarmya bahwa wanita knrang toleran dibanding laki2 (Ameen eml.: 1996) accounting professionab laki fcetika drtanya tentang kesalahan. Secara keselinuhan hasiinj'a mendukxmg temuan bahwa pendekatan sosialisasi gender mendominasi pendekatan stniktural 3 (Ampofo 2004) organizaiional ethical culture, Terdapat hubimgan positif antara budaya etis organisasi dengan pengambilan keputiisan etis di accounting/finance professional's dalam penghapusan piutang, sebagaimana meningkatnya skenario perdagangan internal (insider trading ethical decision making) ethical behavior/intentions. 4 Amstrong Moral motivation Untufc meningkatkan motivasi moral mahasiswa akuntansi. penelitian ini menyarankan mahasiswa untuk berperilaku baik. mengutamakan mereka imtuk sungguh-sungguii membina moral, dan mendesak mereka untuk berjuang sebaik-baiknva di dalam profesi. Countr}' and Culture, Perceptions, Perbedaanpersepsi pelaku dalam ha! fcetidaksesuaian pada tindakan-tindakan yang sering 5 (Arnold era!., 2007) Codes of Conduct tercakup oleh kode etik pemsahaan. pekeijaan dan gender. Perbedaan-perbedaan di negara ini untuk selanjutnya berhubungan dengan variable konstmks budaya yang ditemukan oleh Hofetede. individu yang lebih maskulin dan lebih indi^dualistik (menurut shore indek variable konstrak kultur dan Hofstede) didapatkankurang etis. Guanxi, the Ethical Decisior 6 (Au dan Wong, 2000) Terdapat suatu hubungan signifikan antara pertimbangan etis auditor dan perkembangan Making Process kognitif moral seseorang. Sebagai mana suatu penelitian penjelasan. hngkup dari penelitian ini dibatasi hanya pada investigasi pengarah guanxi pada suatu proses pengambilan keputusan etis saja dan para akuntan profesiona! China di Hong Kong pada saat mereka dikonfrontasi dengan suatu dilema etis. 7 (Barlaup ei al, 2000) Restoring Trust in Auditing,ethical Akuntansi mtmgkin dapat dimanfaatkan dari suatu meningkatnya fokus pada ketajaman dan discernment and theJdelphia perilaku etis. Perilaku etis dapat membantu mengembalikan kepercayaan dan fceyakinan pada scandal si stem pasar modal dan mengurangi peu\impangan pelaporan keuangan. Ethical Judgments, Managed S {Belski etaL, 200S) Mahasiswa memandang manajemen laba, menguntungfcan pemsahaan dan oleh karenanj'a Earnings lebih etis dibandingkan dengan perilaku atau maksud yang lebih semau-maimya. Manajemen laba menguntungfcan pemsahaan pembuat efisiensi dan secara tidak langsung menguntungkan pada akhimya. Mora! Development Gender,, Staff' Rata-rata tingkat perkembangan moral auditor akan tidak beiubah sesuai dengan tingkatan 9 (Bemardi dan Arnold 1997) Level, and Firm staf tidak dapat ditolak 10 (Boiliot 2012) Educational context. Identify Ethical Bahwa penempatan mahasiswa di dalam konteks etis meningkatkan ukuran sensitivitas dan Dilemmas pertimbangan (reasoning.) etis lebih tinggi. 11 (Brown et aL, 2007) Accounting code of ethics, Bahwa tingkatan auditor tertentu dan perilakxmya sebagai suatu yang patut dicontoh professional conduct, impression dibandingkan auditor lain, lebih patut dicontoh daripada tingkatan auditor yang lebih terdepan management exemplification atau knrang pengalaman dibandingkan ahli keuangan publik. Ahli keuangan publik yang kurang terdepan memmjukkan perilaku auditor yang patut dibandingkan ahli keuangan publik yang lebih terdepan. Ethical Decision Making, Ajzen's Sikap akuntan publik akan secara positif memprediksi intensi etis. dan instmmeu iklim keija 12 (Buclian et aL, 2005) Theory of Planned Behavior etis akan secara negatif memprediksi intensi etis. Ethical Decisions Making by 13 (Buttros ei al, 2011) Akuntan manajemen secara signifikan lebih menu lib untuk menguraugi biaya yang tidak Management Accountants: An didukung oleh doknmentasi yang sah dan menandatangani SPT kemudian memotong biayaEmpirical Examination of Obedience biaya yang dibuat-buat'curang tersebut. Hipotesis yang mengatakan bahwa diharapkannya Theory perilaku tidak etis lebih tinggi dalam pelanggaran huknm atau aturanpajak yang lebih dahsyat dapat dibuktikan.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1248
ISBN: 978-979-3775-55-5
Ethical ideolog}', software piracy, computer users' ethics; China
14
(Chan dan Lai 2011)
15
(Chan dan Leung 2006) Ethic ah reasoning, personal factors, and ethical sensitivity
16
(Chau et ai, 2007)
17
(Cohen etai, 2001)
Public sector, accounting standard setting, valuation of assets, Machiavellian Ethical awareness, multidimensional ethics scale, ethical orientation, selection and socialization
IS
(Douglas etal, 2001)
Organizational culture and Ethical Orientation on Accountant
19
(Eliaa 2002)
Accounting ethics, earnings management, ethics determinants
20
(Emerson et al, 2007)
21 22 23 24
Accountants, accounting practitioners, accounting scandals, business ethis, Enron, empirical analysts of business ethics, ethical attitudes (EjnonefaL 1997) Factors that Influence the Moral Reasoning A biiittes of Accountants (Gafflcin dan Lindawati Moral development, role of moral 2012) reasoning, institutional ethics, codes of ethics, Indonesia's public accountants, globalisation (Geima 2004) Tax choice, voting model dan local public goods (Gibson dan Frakes Truth, Consequences, Critical Issues 1997) and Decision Making
25
(Goodwin 1999)
Audit judgment, source integrity, evidence consistency
26
(Green dan Weber 1997)
Ethical Development, .HCPA Code of Conduct
27 28
(Greenfield etaL, 2007) (Hume et al., 1999)
29
(Hwang et al, 2008)
Ethical Orientation, Professional Commitment, Earnings Management Behavior Ethical standards, tax return preparation China, Confucianism, auditing, accountants, whistlebloMing, ethics
30
Jackling et al.
31
(Kaplan 2001)
m
Perceptions of ethical issues, causes of ethical failure and ethical education Ethically Related Judgements by-
—— teb
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Pengguna komputer di China dikeiompokan menjadi empat ideologi; situationis, absolutists, subjectivists, dan exceptionists) konsisten dengan Porsjlh's taxonomy. Sikap subj'ektivisis kiuang paling merugikan terhadap pembajakan komputer Sementara relativisme berpengamh lebih kuat terhadap pembajakan komputer dibandingfcan densan ideoioei yang lainnya. Mahasiswa akuntansi berbeda kemampuan deteksi pada isu etis di dalam suatu skenario profesional. Tidak ada hubungan signifikan sensiti\itas etis mahasiswa akuntansi dan ethical reasoning. Mahasiswa akuntansi yang berfcarakteristik internal cendenmg memperlihatkan kemampuannya mengakui isu-isu etis dibandinekan yang berkarakteristik ekstemal. Pengendalian sepanjang penetapan standar akxmtansi telah diambil dan profesi akxmtan oleh pemerintah. dengan menggunakan adopsi tersebut standar pelaporan keuangan intemasional sebagai katalisator perubahan. pada akuntabilitas profesional dan pemerintahan Perbedaan antara dua kelompok yang beibeda pada pengukuran tersebut menyaxanfcan bahvva pendidikan berpengamh minim pada timbulnya kesadaran mereka dari isu etis di dalam sketsa. Karena itu keselumhan angfca mahasiswa bam lulus secara marginal lebih rendah daripada mahasiswa yang baxu. Namun demikiau profesional terlibat secara signifikan kurang etis dari mahasiswa yang bam lulus. Budaya etis organisasi diinterpretasikan secara beibeda oleh individu-individu di dalam organisasi tertentu. Sebelunmya, individu merenspon pada pertanyaanyang terkait niiai pemsahaan beikisar dari sangat tidak setuju sekali sampai dengan sangat setuju sekali (Dillard dan Ferris, 1989) mengingatkan kita bahwa persepsi terkait seleksi dan iingkungan organisasi mendorong untuk membenkan am pada pengalaman imtuk pembuat persepsi. Terdapat hubungan positif antara tanggungjawab sosial, fokus pada fceimtungan jangka panjans, idealisme. dan persepsi etis mauajemen laba dan hubungan uegatif antara fokus pada keuntungan jangka pendek. relati\isme dan persepsi etis daripada praktik manajemen laba tersebut Secara menyehnuh. tidak ada beda signifikan juga untuk sketsa trik-trik akuntansi. yang dikumpulkan kembali pada situasi Enron dan WorldCom. Kami menteorikan bahwa praktisi akuntansi mungkin mengaplikau suatu kerangfca kerja yang legal pada asesmen mereka untuk akseptabiiitas setiap sketsa. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara auditor dengan praktisi dengan bidang yang beibeda. Moral reasoning abilify(MRA) KAP kecil lebih rendah dibandingfcan KAP yang tergolong the big6, umur, gender, dan fceyakman sosial politik, pendidikan etika tambahan atau dibangku kuliah mempeuaamhi MR.4 dan KAP kecil Komponen moral development adalah penting dalam mempengaruhi moralreasoning pada indiridu akuntan publik. tingkatan profesi ouahsme akuntan publik ditetapkan dengan tingkatan perkembangan moralreasoning, dan moralreasoning individu mempengaruhi keduanya akuntan publik Indonesia dan manajer keuangan pemsahaan dalam membangun dan menEembanakau implementasi kode etik yang efektif. Terjadi ekuiliberium antara kepentingan sosial yang utama dan kependngan partai politik. berdasarkan pada pemilihan skema perpajakan progresif atau regresif yang diperuntukan biaya-biaya pemsahaan jasa daerah Individutidak menginginkansuatu perilaku atau intensi tidak etis, secara khusus di dalam situasi di mana tidak terdapat pertanyaan imtuk tidak dapat diperkenankannya suatu tindakan tertentu atau adanya denda tertentu sebagaimana disampaikau di dalam aturan etika profesional A1CFA. Auditor sensitif terhadap integntas pihak luax terhadap integritas manajemen auditee. Auditor juga berharap mendapatkan bukti dari pihak luar yang konsisten dengan bukti yang didapat dari dalam. Terdapat interaksi signifikan antara integritas sumber bukti dan konsistensi bukti. Disarankan auditor lebih konsencrasi dengan integritas sumber ketika terjadi inkonsistensi bukti dari sumber yang beibeda. Pertimbangan moral accoMnrinfrmrfenrilebih bnggi daripada mahasiswa Jumsan bisnis lain setelah diperkenalkan pada kode etik .Pertimbangan moral dan mahasiswa jumsan akuntansi dan jumsan bisnis lainnya sebelum mahasiswa jumsan akuntansi diperkenalkan secara berbeda pada kode etik profesional A1CPA di dalam kelas perkuliahan auditing. Adanya hubungan signifikan antara orientasi etis individu dan pengambilan keputusan. Komitmen profesional lebih tinggi kurang bemiat meiakukan perilaku manajemen laba dan menj adi seorang yang opportumsdk. Meuyarankan bahwa kebanyakan Clean CPTmengikuti Standard on ResponsibiUties in Tax Practice (SRIPs) lebih sering dibanding dengan yang dilakukan oleh yang tidak berijin. Sebagran besar responden yakin bahwa pengertian umiun moralitas merupakan faktor yang paling penting imtuk mendorong whisiieblomng, dengan terpercaya oleh kebijakan organisasi, kemudian didapatkan juga bahwa di dalam guanxi adanya pembalasan yang wajar dan pemberitaan media mungkin membuat jera di dalam masyarakat China. P^esponden mengidentifikasi sejumlah kesempatan peutmg melipud konflik kepentingan, manajemen laba dan whistleblowing. Diikxmgan yang kuat imtuk partisipasi menformula -ukan sifat dasar etika pendidikan oleh anssota dewan akxmtan profesional Secara keselumhan hasilnya tidak secara konsisten bahwa para manajer akan membuat
Fakultas Kristen Ekonomika danWacana Bisnis Universitas Satya
1249
ISBN: 978-979-3775-55-5
32
(Karecaer et al., 2009)
33
(Karcher 1996)
34
(Lark in 2000)
35 36
Leitzch (Leung dan Cooper 2005)
37
(Marques dan Pereira 2009)
38
(Sgetai, 2009)
39
(O'Leary dan Pangemanan 2007) (O'Leary dan Stewart 2007)
40
41
(Pflugrath al, 2007)
42
(Ponemou 1992)
43
(Radtke 2004)
44
(Ryan 2001)
45
(Santaran dan Medina 2013)
46
(Schweikart 1992)
m
teb
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Observers of Earnings Management kebijakan etis yang tidak menguntungkan di dalam manajemen lab a, dan para manajer yang tidak mengetahui secara personal sebagai moral agent akan membuat kebijakan yang tidak etis dan burang menguntungkan. Pakistan, Turkey, auditors, ethics, Tidak diketemuban perbedaan signifikan secara statistik antara niiai utama intensitas moral in personal values, Rokeah value di kedua negara tersebut. Di sisi lain, perbedaan statistik yang signifikan antara tempat dan survey instnunen nilai di negara yang diteliti tersebut. Balrwa persepsi intensitas moral mempengamhi pertimbansan etis dan intensi imtuk melakukannva. Type of employment, experiences, Keinginan mendeteksi permasalahanetis yang berbeda-beda di antara pekerjaan yang ethical sensitivity, bervariasi berdasarkan dngfcat bepentingannya. CRtyang lebih terkenal dan ahli mempunyai sensifi\itas etis lebih tinggi. Internal audit large financial Umur mempakan prediktor yang lemah dan penlaku etis .Lebih lama pengalaman cenderung services organization, ethical and lebih konser\ratif di dalam interpretasi etis. Gen^rberperiiaku etis lebih baik daripadalaki-iaki unethical situations, gender, age, seperti temuan (Ruegger dan King, 1992). Mendukung bahwa individu merasa lebih etis years of employment dan peer group daripada individu iainnya.Pertimbangan dan penlaku etis internal auditor dapat meliputi variabel yang berbeda. Juga, pada sampel yang lebih besar mungbin mengembangban influence. validitas temuan dari luar. Perseptions of Moral Intensity in the Isu akimtansi akan berdampak pada snatu kepentingau (komponen dari) intensitas moral dan Moral Decision Process sensidvitas moral mahasiswa. Types of ethical issues, experience, Ada perbedaan di dalam persepsi tentang isu-isu etis di antara akuntan di dalam iapangan field of employment and position. kerja yang berbeda, Hubimgan timbal bahk antara posisi hirarkis dan persepsi etis di antara pimp man tertinggi, menengah dan staf junior, dengan peringkat akuntan lebih tinggi yang berbeda yang paling merasakan isu etis, sebagaimana kurang penting dibandingban staf bawaharmva. Accounting, business ethics, ethical Umur merupakan detenninan utama relativisme. Responden yang lebih tua memperlihatkan decision making, ethical ideology, secara signifikan lebih relatiiistik daripada orang lebih muda. Gender terhhat mempakan ethical Judgment, ethics detenninan penting pertunbangan etis (ethical judgment), di luar harapan, pria terbiikti lebih tegas pertimbangannya secara signifikan daripada wanita di dalam dua dari lima skenario. Ethical Judgment responden tidak berbeda signifikan yang didasarkan pada ideoiogi etis dan mempakan detenninan vane penting imtuk kebiiakan etis. Ethics, earning management, moral Secara positif memvalidasi instrumen bam dengan menggunakan tiga dari lima komponen intensity, factor anafysis, rurvey intensitas moral yang diidentifikasi cocok untuk nilai eigen (eigenvalues'). Riset mengindikasa instrument, hotel industry bahwa hal tersebut berpenganih signifikan pada psnelitian ini. Faktor pertama dimensi konsensus sosial yang satu skenario dengan dimensi kedekatan (proximity>. Kedua. interaksx antara dimensi ketergesaan sementara dan besamya konsekwensi. Ke tiga kemungkinan dampak dari skenario vane sama pada dimensi kedekatan Groupwork and Ethical Decision- Individucenderung lebih kuat dari group untuk melakukan tindakanyang tidak etis atau pun Making etis. dan group seiahi memperlihitkan kecendemngan yang lebih kuat untuk melakukan pilihan yang lebih netrai atau aman Governance Factors and Ethical Partisipan sensitif terhadap dilema etis tetapi tidak selalu yakin bahwa teman sejawatnya juga Decision Making bertindak secara etis. Extemalauditor yang lebih berkuahtas secara positif berhubungan dengan pengambilan kepulusan etis internal auditor. Tatakdola lainnya tidak berpengaruh padaEDM, dan internal auditor yang pengalaman mengadopsi sikap lebih etis di beberapa kasus. Ethics, competences, auditing, Keberadaan kode etik berdampak positif pada kualrtas kebijakan yang dibuat oieh akuntan standards profesionai. namxm tidak untuk para mahasiswa. Paset menyarankan bahwa kode etik di dalam kontekspengalamanurmun vane banyak akanmemicu kualitas kebijakan Judgment! Audit underreporting of time and Underreported waktu audit akan lebih thiggi pada kondisi tidak tercapainya target waktu moral reasoning: An experimental dibanding tidak adanya target waktu. Underreported waktu audit akan lebih tinggi pada lab study kondisi adanya tekanan dari teman sejavvat dibanding tidak ada. Pada kondisi tidak tercapainya target waktu, auditor dengan pertunbangan etis rendah akan melakukan underreport waktu lebih banyak dari pada auditor dengan pertunbangan etis lebih tinggi. Begitu pula pada kondisi adanya tekanan dari sejawat. Multiple factors affecting EDM Latihan pembelajaran akan membuat mahasiswa sadar adanya beberapa faktor yang mempengamhi pengambilan keputusan etis dan memungkinkan mereka suatu kesempatan berdiskusi isu etis dengan mahasiswa yang mempunyai orientasi eds berbeda. Moral Reasoning, Determinant of Pertimbangan moral yang mendasar secara positif dan signifikan berhubungan dengan Organizational Citizenship dimensi OCB perilaku pertolongan sesama personal dan penlaku sportif keolahragawanan Behaviors (OCR) Ethical attitudes 1) Etika berhubungan simetris dengan daya saing individu 2) Tipe personaliti tidak semuanya mempunyai wadah di dalam etika 3) Ellka akan menurun bersamaan bertambahnp umur 4) Wanita lebih tinggi secara etika Pdset juga membandingkan tingkat etika jumsan akimtansi dengan jumsan bisnis lainnya dan jiuusan non bisnis. Cognitive-Contingency Theory, Pendekatan tecri kognitif bersyarat tcognitive-contingency theory) mungkin dapat digimakan Ethics in Accounting imtuk menjelaskan dan memprediksi perilaku eds di dalam akimtansi. Ketika faktor-faktor
Fakultas Kristen Ekonomika danWacana Bisnis Universitas Satya
^50
ISBN: 978-979-3775-55-5
47 48 49 50
51 52 53
54 55 56 57
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
tertentu yang mempengamhi penlaku diketemukan. kemudian suatu penehtian dilanjutkan lagi untuk mengganti faktor-faktor tersebut hingga suatu kewajaran yang lebih terargiimentasi. Tidak sesuai yang diharapkan iklim etis yang dirasakan di dalam KAP lokal tidak lebih negatif. Meskipnn auditor yang berkeija di KAP Lokal mempertimbangban tindakan yang dipertanyakan sebagaimana lebih etis dan mengindikasikan kecenderungan yang lebih tinggi untuk berkomitmen pada tindakan-tindakan yang mirip. Earnings management, ethics, (Shafer dan Wang 2011) Persepsi snatn tekman organisasional yang kuat imtuk melayani kepenhnsan publik Machiavellianism, accountant, tbenevolenvcosmopolitan climate) secara signifikan mengurangi keinginau para akuntan China profesional imtuk mentoieiir manajemen laba akuntansi. Akuntan profesional juga menentukan manajemen laba lebih keras lagi. Machiavellian yang tinggi memperlakukan manajemen laba dengan tidak fcejam. Ethical climate (Shafer 2008) Secara kontras iklim etis yang dirasakanKAP lokal adalah positif dan KAP lokal memperhmbangkan tindakan yang dipertanyahan lebih etis dan mengindikasikan suatu kecendenmgan lebih tinggi untuk melakukan tindakan jmig sempa Konsisten dengan hipotesis mereka. persepsi suatu iklim etis pada suatu organisasi mempunyai dampak sigmfikan pada intensi imtuk melakukan tmdakan yang secara etis dipertanyakan. Personal Values, Ethical Decisions Tiga dimensi yang mendasari nilai inslrumen Rokeah Value Survey (RVS);selfdirection (Shafer etai, 2001) (pengendahan diri). conformity (persesuaian), dan virtuousness (keluhuran budi) {Supported)EmpeX dimensi yang mendasari nilai tenninal RVS; self actualization, hedonisme. idealisme, dan security (keamanan) (Supported). Intensitas moral yang dirasakan dari suatu dilema etis akan mempengamhi kebijakan etis dan intensi keperilabuan auditor terkait dengan dilema tertentu {Strongsupported) (Su 2006) Culture difference, ethical .Analisis statistik menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara respon dari perception and decision making mahasiswa akuntansi yang terkait pada lima dimensi budaya (Lndividualism, pccwer distance, uncertainty avoidance, masculinity dan Confucian dynamismlpzAa kedua negara (Taiwan dan .Amerika Serikat) (SuryamTigTuni, et ai, Accounting Student, Lec turer Tidak ada perbedaan perilaku etis antara dosen akuntansi sesuai gender, antara dosen dan Ethical Behavior, Gender and Locus mahasiswa, pada hubungan antara perilaku etis. perilaku etis antara dosen akuntansi dengan 2012) locus of control internal imextemal. antara mahasiswa akuntansi pada tevelakreditasi progdi of Control akuntansi. antara dosen akuntasi pada setiap level akreditasi progdi akuntansi. (Svveenev dan Pierce Auditor conflict, ethical culture, Tekanan tidak etis yang dirasakan untuk terlibat perilaku yang tidak berguna dan pembicaraan ethical decision making, 2012) tidak etis di tingfcat pimpinan adalah signifikan dalam membentuk suatu evaluasi etis. Hanya underreporting of time, quality tekanan tidak etis yang dirasakan yang berdampak pada intensi untuk terhbat dalam perilaku threatening behaviours, time tersebut. Pemerintah juga punya dampak signifikan dengan hasil studi bahwa responden pressure Amerika didapatkan mempunyai evaluasi etis yang lebih tinggi dan intensi yang rendah untuk terhbat dalam tindakan tidak etis danpada crane Irlandia. (Utami ei aL, 2007) Locus of control, komitmen profesional dan pertLmbangan etis lebih baik dalam menjeiaskan Locus of control, professional commitment, audit experience, pengambilan keputusan etis di dalam praktik audit oleh KAP ethical reasoning dan audit conflict situation Cl'enezia etai, 2005) Ethical reasoning, accounting Studi ini mendapatkan bukti bahwa mahasiswa akuntansi Taiwan menekankan pertimbangan students moral (ethical reasoning) yang lebih tuegi daripada mahasiswa di Amerika Serikat. Mac h iavelli an ism, accountants, (Wakefield 2008) .Akimtan responden pada riset ini signifikan kurang Machiavellian daripada group vokasi personabn^ traits, codes of conduct, yang beipartisipasi di riset sebelumn}^. Meskipnn para akuntan lebih kurang puas dengan accounting ethics, job satisfaction, akuntansi sebagai karir yang cendemng bersikap pendinau relatiyistik. Riset menyarankan idealism, relativism juga Machiavellian tidak menjadi akuntan, yang hams memiliki integritas tinggi yang dicirikan oleh idealis. (Yetmar dan Eastman Tax Practitioners' Ethical Sensitivity Kerancuhan aturan danoveritippaniransecara negatif berhubungan sensitivitas etispraktisi 2000) peipajakan. Kepuasan kenapraktisi perpajakan secara positif berhubungan dengan sensitivitas etis prakdsi perpajakan Sivmber: Diokh senditi berdasarkan beberapa peneiitian sebehunnya yang berk ait an dengan pengambilan keputnsan etis akimtan, auditor atau prakdoi pajak. (Shafer dan Simmons 2011)
Ethical climate
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1251