INTISARI
IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN
Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Meliitus yang tidak ditangani dengan baik dapat berakibat komplikasi sehingga pasien memerlukan obat dalam jumlah dan jenis yang banyak atau variatif. Dan terkadang dapat memicu terjadinya interaksi obat satu sama lain yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase jumlah resep, persentase jumlah kombinasi masing-masing jenis interaksi, dan persentase jumlah masing-masing tingkat signifikan potensi interaksi obat antidiabetes. Penelitian dilakukan di Apotek Rahmat Banjarmasin dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Populasi dan sampel yang digunakan yaitu resep pasien yang mengandung obat antidiabetes pada bulan September-November tahun 2014 yaitu sebanyak 27 resep. Pengolahan data untuk mengetahui interaksi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan pada lembar observasi dengan literatur, yaitu Drug Interaction Facts 2009, Stockley’s Drug Interaction 2010 dan Drug Information Handbook 2007. Dari penelitian bulan September-November 2014 didapatkan resep yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 27 resep. Dan yang memiliki potensi interaksi sebanyak 6 resep atau 22,22% dengan kombinasi potensi interaksi yaitu 9 kejadian. Jenis interaksi dari kejadian yang berpotensi interaksi yang bersifat farmakokinetik sebesar 11,11%, jenis interaksi yang bersifat farmakodinamik sebesar 44,44%, dan jenis interaksi yang tidak diketahui sebesar 44,44%. Tingkat signifikansi dari kejadian yang berpotensi interaksi diperoleh hasil masing-masing tingkat signifikan 1, 2, 3, 4 dan 5 secara berturut-turut adalah sebesar 0%; 33,33%; 0%; 11,11%; 33,33% dan tingkat signifikansi tidak diketahui sebesar 22,22%. Kata Kunci : Diabetes Mellitus, potensi interaksi obat, jenis interaksi, tingkat signifikan
ABSTRACT DENTIFICATION OF POTENTIAL ON PRESCRIPTION DRUG NTERACTIONS ANTIDIABETIC GRACE OF PATIENTS IN PHARMACIES BANJARMASIN One of the most degenerative disease are Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus who are not treated properly can result in complications so patients need medication in the amount and type of a lot or variation. And sometimes can lead to drug interactions with each other are influenced by various factors. The purpose of this study to determine the percentage of the prescriptions, the percentage of each type of interaction, and the percentage of each significant level of potential anti diabetic drug interaction. Research conducted in Rahmat’s Pharmacy Banjarmasin by using descriptive method with the retrospective approach. Population and the sample used is a recipe patients containing anti diabetic drug in September-November 2014 as many as 27 recipes. Processing the data to determine the interactions in this study by comparing the results of observations on the observation sheet with literature are Drug Interaction Facts 2009, Stockley’s Drug Interaction 2010 and Drug Information Handbook 2007. Of research September-November 2014 obtained recipes that meet the criteria for inclusion and exclusion of 27 recipes. And which have the potential interaction as much as 6 prescription or 22,22% with a combination of potential interactions are 9 events. Type of interaction of events that could potentially be a pharmacokinetic interaction of 11,11%, pharmacodynamic interaction of 44,44%, and unknown of 44,44%. The level of significance of the occurrence of potentially interaction obtained results of each level of significance of 1, 2, 3, 4 and 5 respectively are 0%; 33,33%; 0%; 11,11%; 33,33% and the level of unknown significance of 22,22%. Keywords : Diabetes Mellitus, potential drug interaction, type interaction, level of significance.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk
menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Penyebab penyakit sering tidak diketahui, termasuk diantaranya kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh faktor genetik atau paling sedikit terjadi pada salah satu anggota
keluarga
(factor
familial)
sehingga
sering
disebut
penyakit
heredodegeneratif. Dengan berkembangnya ilmu, memang banyak penyakit yang dulu penyebabnya tidak diketahui akhirnya diketahui sehingga tidak termasuk penyakit degeneratif. Sedangkan penyakit yang penyebabnya tidak diketahui dan mempunyai kesamaan dimana terdapat disintegrasi yang berjalan progresif lambat dari sistem susunan saraf dimasukkan ke dalam golongan ini. Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus (Santoso, 2012). Diabetes Mellitus adalah salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stres. Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥129 mg/dL atau postprandial ≥200 mg/dL) (Gunawan dkk, 2011).
Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia > 15 tahun di perkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktivitas fisik pada penduduk > 10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk > 10 tahun sebesar 23,7%. Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat tidak berhasil mengendalikan
kadar
glukosa
darah
penderita,
maka
perlu
dilakukan
penatalaksanaan terapi dengan obat, berupa insulin, obat hipoglikemik oral (golongan sulfonilurea, meglitinida, turunan fenilalanin, biguanidina, tiazolidindion, inhibitor -glukosidase), atau kombinasi keduanya (Depkes, 2008). Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Rizkia pada tahun 2013 di instalasi farmasi unit rawat jalan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin ditemukan jumlah resep yang memiliki potensi interaksi obat anti-diabetik oral sebanyak 126 (47,55%) resep dari 265 sampel. Selanjutnya dari 126 resep tersebut terdapat 651 macam kombinasi yang 27,65% (180 kombinasi) diantaranya berpotensi mengalami kejadian interaksi obat. Adanya interaksi obat kebanyakan ini memungkinkan dapat terjadi pula pada pasien yang menebus obat di Apotek Rahmat Banjarmasin. Penyakit Diabetes Mellitus ini sendiri merupakan penyakit yang terbanyak atau lebih dominan daripada penyakit lain dilihat dari stok obat dan resep pada bulan Agustus dan September
tahun 2014 untuk Diabetes Mellitus itu sendiri. Obat yang diberikan sangat bervariatif dan kompleks karena biasanya pasien yang menderita Diabetes Mellitus ini sudah mengalami komplikasi. Hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan obat kombinasi dilihat dari banyaknya terapi obat yang diberikan, sehingga kemungkinan terjadi interaksi obat. Pasien-pasien dalam pelayanan rawat jalan ini tidak dapat dikontrol bagaimana penggunaan dan efek obatnya terhadap masing-masing pasien. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Identifikasi Potensi Interaksi Obat Antidiabetes Pada Resep Pasien Di Apotek Rahmat Banjarmasin pada bulan September-November Tahun 2014.