Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013
ISSN 2088-8031
IDENTIFIKASI POTENSI EMAS ALLUVIAL DI DAERAH GUNUNG BOTA DISTRIK MAKIMI KABUPATEN NABIRE Oleh, Enos Karapa Jurusan Teknik Mineral Universitas Cenderawasih Kampus UNCEN Waena, Jayapura 99351, Indonesia E-mail:
Abstrak Emas Alluvial merupakan endapan placer yang didapatkan dipinggir sungai, digosong sungai yang bercampur dengan pasir. Fenomena emas alluvial sangat berkembang di daerah Nabire salah satu titik lokasi adalah daerah Gunung Bota. Kegiatan penyelidikan ini dilakukan dengan metode survey permukaan yang bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi resiko geologi serta menjawab keterdapatan mineral emas tersebut. Hasil analisis menunjukan bahwa kadar emas cukup tinggi yaitu sekitar 18 – 38 ppm. Kata kunci: Emas Alluvial, geologi
1.
PENDAHULUAN
Maksud Dan Tujuan Penyelidikan Untuk mengetahui potensi sumberdaya mineral/bahan galian yang ada serta mengidentifikasikan kendala alami maupun kendala lingkungan yang mungkin ada, maka perlu dilakukan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu. Hasil dari kegiatan eksplorasi harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/bahan galian beserta kondisi geologinya. Informasi dari kegiatan eksplorasi tersebut merupakan dasar dari kegiatan studi kelayakan sebelum kegiatan penambangan dilakukan. Secara umum, kegiatan eksplorasi dapat pula bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi resiko geologi. Dengan demikian, kegiatan eksplorasi harus dapat menjawab pertanyaan mendasar mengenai - Apa ( mineral/bahan galian ) yang dicari ? - Dimana endapan tersebut terdapat ? - Berapakah jumlahnya ? Hal mendasar inilah yang harus terjawan dalam kegiatan penyelidikan atau eksplorasi di daerah Nabire tepatnya daerah Gunung Botak dan sekitarnya.
2. GEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI 2.1. Geologi regional Secara regional geologi daerah penyelidikan masuk didalam Geologi Lembar Enarotali, sehingga penjelasan menyangkut aspek geologi secara regional didasarkan pada lembar tersebut. Berdasarkan pembagian satuan fisiografi lembar Enarotali, daerah penyelidikan terletak pada 2 satuan fisiografi, yaitu : - Ultramafik Pejal - Anjungan Batugamping Pelataran luas berkembang di atas batugamping, sekitar 30 km di Timur Nabire, hanya sekitar 200 m di atas muka laut. Bentukan itu tampaknya menggambarkan pelataran terumbu terangkat, terbentuk di sekeliling sebuah pulau yang tersusun dari batuan gunungapi dan sebagian konglomerat asal-gunungapi. a. Stratigrafi Secara regional daerah penyelidikan terletak pada 3 formasi batuan, yaitu : - Batuan Ultramafik - Batuan Gunungapi Tobo - Batulumpur Bumi 58
Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013
ISSN 2088-8031
2.2. Geografi daerah penyelidikan a. Lokasi dan kesampaian daerah Lokasi penyelidikan secara administraitf terletak di Distrik Makimi Kabupaten Nabire. Secara geografis terletak pada Koordinat 3022’11” – 3027’27” LS dan 135046’21” - 135055’31” BT. Daerah penyelidikan terletak sebelah Timur laut dari Kota Nabire yaitu Distrik Makimi. Untuk menjangkau distrik ini dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat selama 1,5 jam. Sedangkan untuk menuju ke areal lokasi penyelidikan yaitu Gunung Bota dilakukan menyusuri sungai dengan menggunakan long boad, dan selanjutnya dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 2 hari.
sederhana sampai dengan metode yang lebih kompleks dan akurat, serta biaya yang relatif murah sampai dengan biaya yang lebih mahal.
b. Keadaan daerah penyelidikan Lahan yang ada di tempat ini sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian oleh para trasmigrasi. Areal transmigrasi ini terletak di bagian dataran di bawah lereng Gunung Bota.
a. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan ini dimaksudkan adalah untuk mengumpulkan data-data sekunder tentang kondisi geologi di daerah tersebut, baik menyangkut variasi litologi, kandungan bahan galian serta topografi daerah tersebut. Umunya sumber data didapatkan dari penelitipeneliti terdahulu melalui peta-peta regional dan juga informasi dari dinas pertambangan kabupate Nabire
c. Morfologi daerah peyelidikan Secara umum morfologi daerah penyelidikan berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi dapat di bagi dalam 2 satuan morfologi, yaitu : - Berbukit Bergelombang Satuan ini memiliki keringan lereng 14 - 20 % dengan beda tinggi 50 – 200 m. Bentuk morfologi ini merupakan perbukitan-perbukitan kecil bergelombang yang terletak di sekitar gunung botak. - Pegunungan Terjal Satuan ini memiliki kemiringan lereng 56 – 140 % dengan beda tinggi 500 m. Bentuk morfologi ini merupakan jajaran pegunungan yang memanjang dari gunung botak hingga gununga nanggaiwa. 3.
KEGIATAN EKSPLORASI Berdasarkan definisi dan prinsip dasar eksplorasi di atas, maka setiap kegiatan eksplorasi dilaksanakan (direncanakan) secara bertahap, dan unsur design menjadi dasar dalam perencanaan setiap tahapan, mulai dan metode yang paling
3.1. Metode penyelidikan Metode penyelidikan yang dilakukan adalah survei permukaan, yaitu pengamatan geologi permukaan. Metode ini menitikberatkan pada pengamatan litologi yang tersingkap. 3.2. Tahapan penyelidikan Untuk memudahkan pelaksanaan penyelidikan, maka perlu ditetapkan tahapantahapan, baik yang bersifat pengumpulan inoformasi maupun persiapan teknis, yaitu :
b. Perijinan Hal perijinan tentang kegiatan penyelidikan sangat perlu diperhatikan, sebab kondisi di Papua sangat berbeda dengan daerah-daerah lain. Proses perijinan tidak hanya pada tingkat pemerintah, tetapi juga pada tingkat masyarakat yang memiliki hak ulayat tersebut. Di Papua dikenal dengan istilah pelepasan tanah adat. Selain itu keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan ini juga menjadi perhatian dari setiap perusahaan yang ingin melakukan kegiatan pertambangan. c. Penyelidikan Melihat kondisi topografi yang cukup berat penyelidikan dilakukan dengan cara Playing Camp, tantu saja cara ini cukup berat karena membutuhkan tenaga bantu yang cukup banyak serta bahan makanan. Penyelidikan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah penyelidikan. Karena 59
Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013
ISSN 2088-8031
kegiatan ini merupakan kegitan penyelidikan awal sehingga metode yang digunakan adalah mencari singkapan dengan menyusuri sungai. Diharapkan pada dinding-dinding sungai dapat ditemukan singkapan-singkapan litologi. Demikian juga dengan pengambilan sampel dulangan tentu saja lokasi yang paling efektif adalah areal sungai. 3.3. Uraian pekerjaan yang dilakukan Gambar 3.2 Material hasil dulangan
a. Pemetaan batas Kuasa Pertambangan/Wilayah Usaha pertambangan Pemetaan batas kuasa pertambangan dilakukan bersama-sama dengan instansi pemerintah (dinas pertambangan kabupaten Nabire) dan masyarakat pemilik hak ulayat. Namun karena kondisi topografi yang cukup berat serta cuaca yang kurang memungkinkan sehingga pemasangan batas titik awal hanya dapat dilakukan pada satu titik, yaitu koordinat 3022.822’ BT dab 135052.255’ LS b. Pengambilan contoh Station pengamatan dan pengambilan sampel ada 6 titik. Sampel yang diambil ada 2 yaitu : - Contoh Singkapan batuan - Contoh dulangan Untuk pengambilan sampel dulangan sebelumnya dilakukan pembuatan paritan, lalu material yang ada dalam paritan tersebut itulah yang didulang.
Gambar 3.1 Pembuatan paritan dan pendulangan
c. Analisis contoh (metode, alat, dan tempat laboratorium analisa) Contoh yang diambil dari lapangan selanjutnya dilakukan analisis mineralisasi di Laboratorium analisa Succofindo Jakarta. Unsur atau mineral yang ingin diketahui prosentase serta kadarnya adalah mineral : - Emas (Au - Manganese (Mn) - Nickel (Ni) - Copper (Cu) - Magnesium (Mg) - Iron (Fe) Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah untuk emas (Au) dengan metode Mix Acid AAS, sedangkan untuk mineral logam besi (Mn, Ni, Cu, Mg dan Fe) adalah metode ICP. 4. HASIL EKSPLORASI 4.1. Geologi daerah penyelidikan Dari hasil pemetaan yang dilakukan dilapangan, dapat diketahui bahwa daerah penelitian tersusun atas batuan metamorf dan batuan sedimen klastik. Batuan ini memiliki ciri-ciri tersendiri dilapangan. Pembagian dan penamaan batuan pada lokasi penyelidikan didasarkan atas litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan pada ciri-ciri fisik litologi yang meliputi jenis batuan, keseragaman ciri litologi di lapangan dan dominasi serta dapat dipetakan pada skala 1 : 50.000 Berdasarkan kriteria di atas, maka daerah penyelidikan dapat dibagi dalam 4 satuan batuan, yaitu :
60
Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013
a. Satuan batuan Aglomerat Satuan batuan ini merupakan anggota dari Formasi Batuan Gunungapi Tobo. Penyebaran cukup luas di sebelah Timur daerah penyelidikan. Kenampakan dilapangan berwarna kehijauan. Umur batuan ini jika disetarakan dengan formasi Batuan Gunungapi Tobo adalah Oligosen Atas. b. Satuan Lempung Satuan batuan ini menempati hanya sebagian kecil daerah penyelidikan sekitar 5 % dari luas seluruh daerah penyelidikan terletak pada bagian Utara. Penamaan satuan ini didasarkan ciri fisik litologi, material penyusun serta dominasi litologi dati batuan tersebut. Kenampakan lapangan dari batulempung berwarna abuabu gelap, tekstur klastik, ukuran butir lempung, struktur berlapis, kedudukan N 2190 E/ 220, bersifat karbonatan. Batulempung ini merupakan anggota dari Formasi Batulumpur Bumi yang berumur Eosen Atas. c. Satuan batugamping klastik Satuan batugamping klastik di daerah penyelidikan mempunyai penyebaran tidak terlalu luas. Kenamapakan lapangan batuan ini berwarna abu-abu, ukuran butir rudit (pasir), struktur berlapis, terlihat adanya bidang-bidang rekahan. Batuan ini merupakan anggota dari formasi Batugamping Legare yang berumur Paleosen. d. Batuan Ultramafik Batuan ini tersusun oleh beberapa batuan yaitu serpentinit yang berwarna hijau dan hitam, piroksenit, peridotit dan juga dijumpai dunit. Batuan ini merupakan batuan hasil proses metamorfisme yang terbentuk atau berumur Kapur Bawah. Penyebaran batuan ini sangat luas hampir hampir sebagian besar menempati wilayah sebelah barat daerah penyelidikan. 4.2. Keadaan Mineralisasi Metode penyelidikan yang dilakukan adalah survei permukaan, meliputi kegiatan pengamatan singkapan batuan serta pengambilan sampel baik sampel singkapan batuan maupun sampel dulangan. Setiap
ISSN 2088-8031
sampel yang diambil dilakukan analisis mineralisasi untuk mengetahui kandungan mineral-mineral logam tertentu serta kandungan mineral emas. Analisis mineralisasi dilakukan di Sucofindo dan hasil uji laboratorium sebagai berikut : a. Emas Dari hasil analisis terlihat bahwa kadar emas cukup tinggi yaitu sekitar 18 – 38 ppm dijumpai pada hasil dulangan di Stasiun 3 dan 4 sedangkan sampel singkapan tidak mengandung emas (< 0,01 ppm). Emas yang didapatkan dari hasil dulangan merupakan endapan placer, yaitu endapan yang didapatkan di pinggir sungai, digosong sungai bercampur dengan pasir, sangat jarang didapatkan pada dasar sungai. Endapan ini sering juga didaptkan sebagai endapan sungai purba. Endapan ini memiliki kandungan emas juga sangat sedikit sehingga seringkali dianggap tidak ekonomis, apabila dilakukan penambangan secara komersial. Jenis endapan ini ditambang dengan cara didulang atau dengan menggunakan suice box, sedang emas murni didapatkan dengan cara mengikat logam emas dengan merkuri. b. Logam Besi Kadar logam besi seperti Nikel, Mangan dan Magnesiun juga sangat tinggi, khususnya Nikel pada hasil dulangan > 1500 ppm, mangan > 500 ppm. Ini menunjukan bahwa kadar logam besi cukup berpotensi untuk di kelola. Keterdapatan endapan logam besi ini sangat berkaitan dengan batuan asal. Nikel yang ada dilokasi penyelidikan merupakan hasil pelapukan (laterit) dari batuan ultramafik yang mempunyai penyebaran yang cukup luas di sebelah Barat daerah penyelidikan. Endapan Mangan yang dijumpai juga merupakan endapan residual yang berasal dari hasil pelapukan batuan ultramafik khususnya batuan sekis. Melihat penyebaran yang sangat luas dari batuan ultramafik didaerah ini, menggambarkan bawah potensi mineralmineral logam besi sangat besar. Tentu hal ini perlu dilakukan penyelidikan lebih detail.
61
Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013
ISSN 2088-8031
Tabel 1. Hasil Analisis prosesntase dan Kadar Mineral dalam Sampel Ayakan
ST. 1A 1.6 3 535 2
ST. 2A 1.8 0 539 9
Results ST. 3A 0.4 6 319 0
pp m
267
301
148
241
320
ICP
pp m pp m pp m
7
6
3
7
4
ICP
261
242
84
231
226
ICP
< 0.0 1
< 0.0 1
< 0.0 1
< 0.0 1
< 0.0 1
Mix Acid AAS
Param eter
U nit
Iron (Fe) Magne sium (Mg) Manga nese (Mn) Coppe r (Cu) Nickel (Ni) Gold (Au)
% pp m
ST. 4A 1.6 7 523 4
ST. 5A 0.9 5 175 58
Met hods ICP ICP
72 8
71 7
70 6
573
47 2
ICP
Huang, W.T., 1953, Petrology, Mc. Graw Hill Book Company, London
3
5
3
3
2
2
ICP
Katili, J.A, dan Marks, P, 1961 Geologi, Dept, Urusan Research Nasional Jakarta
5 0 6 < 0. 0 1
15 01
15 92
14 36
143 1
15 27
ICP
< 0. 01
38
18
< 0.01
< 0. 01
Mix Acid AAS
pp m pp m
%
Mag nesiu m (Mg) Man ganes e (Mn) Copp er (Cu) Nick el (Ni) Gold (Au)
pp m
pp m
pp m
Batemen, A.L, 1956, The Foundation of Mineral Deposit, Mc. Graw Hill Book Company, New York
48 23
S T. 2 B 9. 56
Iron (Fe)
Aryono,S. dan Sudarmo, 1979, Ilmu Bahan Galian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Results S ST ST. T. .4 5B 3 B B 10 11 6.43 .8 .0 4 1 18 16 619 93 24 5
S T .1 B 3. 2 9 3 2 5 5 6 5 3
Un it
Daerah Gunung Bota memiliki potensi kandungan mineral logam yaitu emas yang cukup tinggi. Sifat dari endapan bahan galian emas ini adalah berupa endapan placer. Perlu dilakukan kegiatan penyelidikan lebih lanjut dengan eksplorasi detail untuk mengetahui besarnya cadangan serta proses penambangan diharapkan dilakukan dengan metode tambang rakyat yang berwawasan lingkungan DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2. Hasil Analisis prosesntase dan Kadar Mineral dalam Sampel Singkapan
Para meter
KESIMPULAN
S T. 6
Meth ods
8. 86
ICP
15 65
ICP
Bemmelen, R.W.Van, 1949, The Geology of Indonesia Vol.II Economic Geology, Government Printing Office, Yhe Hague Netherland Hamilton, W.R, Woolley, A.R, and Bishop, A.C., 1984, Minerals Rock and Fossils Country Life Books, Middless, England
Sukandarrumidi, 2005, Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta Sukandarrumidi, 2007, Geologi Mineral Logam, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta
62