Identifikasi Keandalan Komponen Mesin Hammer Mill Pada PT. Gold Coin Indonesia
Dedek Hafnizar Lubis, Ir. Farida Ariani, MT, Ir. Jumadi Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl. H. M. Joni No. 70 C, Medan 20152
Abstrak. Aktifitas produksi sering mengalami hambatan dikarenakan tidak berfungsinya mesin-mesin produksi. Hal ini mrengakibatkan penumpukan dalam aliran proses produksi sehingga target produksi dan jadwal penyelesaian tidak terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan sebuah system pemeliharaan mesin yang memadai agar diperoleh reliability (keandalan) mesin yang optimal. PT Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan penghasil produkproduk pakan ternak yang sering mengalami kendala seperti kerusakan mesin produksi atau menunggu datangnya unit mesin/komponen yang di pesan/dibeli untuk menggantikan komponen yang rusak. Pengganti unit/komponen tidak dapat dilakukan sembarangan karena harga yang mahal dan adanya selang waktu pemesanan. Selain itu sistem perawatan (maintenance) yang selama ini berjalan masih bersifat corrective (perbaikan) sehingga setiap ada kerusakan, bagian perawatan hanya melakukan perbaikan dengan mencari kerusakannya, dan mengganti komponen yang rusak tanpa memperhatikan keandalannya atau kondisi mesin saat itu apakah mampu beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan sistem pemeliharaan mesin dengan pendakatan Reliability Engineering yang tujuannya adalah mendapatkan nilai Mean Time To Failure (MTTF) sebagai basis informasi untuk melakukan penggantian komponen (jadwal pemeliharaan) berdasarkan data historis sebelum terjadinya kerusakan/kegagalan komponen. Selain itu juga bertujuan mendapatkan jumlah kebutuhan komponen untuk mendukung persediaan optimal komponen mesin. Pemilihan mesin kritis dilakukan dengan analisis pareto dengan hasilnya adalah mesin Hammer Mill. Selanjutnya untuk pemilihan komponen mesin yang kritis kembali dilakukan analisis pareto dengan metode ABC sehingga didapat 3 komponen yaitu Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm), Baeater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) dan Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm. Dari hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan diperoleh nilai MTTF Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm) sebesar 18,7122 dengan selang waktu pergantian 20 hari, Baeater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) sebesar 43,4791 dengan selaang waktu penggantian 41 hari dan Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm sebesar 20,7568 dengan selang waktu penggantian 16 hari. Sedangkan ukuran pemesanan optimal berdasarkan konsep EOQ (Economic Order Quantity) untuk masing-masing spare part dalam 1 periode adalah: Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm) untuk supplier Thailand sebanyak 449,9302 (450) unit atau supplier Taiwan sebanyak 436,23 (437) unit. Baeater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) untuk supplier Thailand sebanyak 729,61 (730) unit atau supplier aiwan sebanyak 708,755 (709) unit. Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm untuk supplier Thailand sebanyak 32,303 (33) unit atau supplier Taiwan sebanyak 31,32 (32) unit.
Kata Kunci : Reliability Engineering, Mean Time To Failure (MTTF), Selang Waktu Penggantian, Economic Order Quantity (EOQ).
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
1
Abstract. Production activities often experience barriers because no proper functioning of productions machines. This has resulted in a build up in the flow of the production process so that the production target and schedule the completion of the product not being met. Therefore required a system of adequqte machine maintenance to keep machine reliability obtained optimal wrote. PT Indonesia Gold Coin is a company producing animal feed products that often have constraints like production machine /unit components ordered/purchased to replace damaged components. The replacement unit/component cannot be indiscriminate because the prices are expensive and there is an interval of the booking. In addition to the care system during this run still be improved so that any damage, the treatment only make improvements by looking for damage, and replace the damaged component without regard to conditions or possibly the current machine is able to operate as expected. This research will be done on a development system maintenance machines with reliability engineering approach whose purpose is to get the value of Mean Time To Failure (MTTF) as a base of information to perform the replacement of components (maintenance schedule) based on historical data before the occurrence of the damage/failure. It also aims to get the number of the component needs to support optimal inventory components of the machine. Critical engine selection is done by the analysis result is a machine with pareto Hammer Mill. Next up for the election of a critical engine component returned by the method of pareto analysis done by ABC so that at can 3 components namely Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm), Baeater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm), and Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm. From the results of the data processing and the discussion conducted obtained rating MTTF Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm) amounted to 18,7122 with an interval of 20 days, replacement Baeater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) of 43,4791 with an interval of replacement of 41 days, and Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm of 20,7568 with an interval of replacement of 16 days. While the size of the optimal order based on the concept of the EOQ (Economic Order Quantity) for each spare parts in 1 period is : Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm) for supplier Thailand as much as 436,23 (437) Taiwan supplier unit or as much as 436,23 (437) units. Baeater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) for supplier Thailand as much as 729,61 (730) Taiwan supplier unit or as much as 708,755 (709) units. Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm for supplier Thailand unit or as much as 32,303 (33) Taiwan supplier unit or as much as 31,32 (32) units. Keywords : Reliability Engineering, Mean Time To Failure (MTTF), The Replacement Interval, Economic Order Quantity (EOQ).
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
2
1. Pendahuluan Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara local, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan berlomba untuk terus-menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Persaingan ini harus didukung oleh kelancaran proses produksi dalam perusahaan itu sendiri. PT Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan penghasil produk-produk pakan ternak. Dalam menjamin kualitas pakan ternak yang dihasilkannya, perusahaan menggunakan metode pengolahan yang higienis dan mesin-mesin pengolahan yang mahal seperti hammer mill, pellet mill, mixer, crumble, drum shiever, dan sebagainya. Namun demikian, proses produksi pada perusahaan inisering mengalami kendaladalam bentuk tidak bekerjanya system akibat adanya kerusakan mesin produksi atau menunggu datangnya unit mesin/komponen yang dipesan/dibeli untuk menggantikan komponen yang rusak. Penggantian unit/komponen tidak dapat dilakukan sembarangan karena harganya yang mahal dan adanya selang waktu pemesanan. Sistem perawatan (maintenance) yang selama ini berjalan di PT Gold Coin Indonesia kurang memperhatikan factor keandalan mesin. Akibatnya setiap ada kerusakan, bagian perawatan hanya melakukan perbaikan dengan mencari kerusakannya, dan mengganti komponen yang rusak tanpa memperhatikan keandalannya atau kondisi mesin saat itu apakah mampu beroperasi sesuai denganyang diharapkan. Oleh karena itu perlu melakukan analisis keandalan terlebih dahulu terhadap mesin untuk mengetahui sejauh mana kondisi dari mesin yang ditinjau. Sementara itu dalam penentuan jumlah persediaan komponen spare part, perusahaan ini hanya menggunakan perkiraan-perkiraan secara konvesional atau dalam artian menggunakan perkiraan secara intuitif berdasarkan permintaan yang selama ini terjadi. Untuk itu maka perlu dibuat suatu pengendalian spare part yang didasarkan atas kebutuhan komponen dan
ongkos-ongkos persediaan. Yang mana variasi persediaan dapat disebabkan oleh umur komponen, kondisi operasi, frekuensi pemakaian dan keandalan serta ongkos. Dilihat dari segi biaya, bahwa barang yang menunggu di gudang terlalu lama merupakan beban bagi suatu perusahaan yaitu ongkos gudang itu sendiri, investasi yang berhenti yang sebenarnya dapat digunakan untuk investasi lain, dan depresiasi barang di gudang. Investasi persediaan spare part memerlukan biaya yang cukup tinggi, tetapi lain pihak spare part harus siap sedia di gudang untuk kelangsungan proses pelayanan perbaikan dan penggantian tanpa gangguan kekurangan bahan. Bila tingkat persediaan rendah akan mengganggu kegiatan produksi. Adapun alasan dipilihnya mesin Hammer Mill karena mesin ini yang paling sering mengalami kerusakan, dan kerusakan ini menyebabkan terjadinya penumpukan dalam aliran proses produksi. Mesin ini memiliki peranan penting yaitu untuk melakukan proses penggilingan untuk semua bahan baku yang berukuran sedang dan kasar. Pada mesin inilah selalu terjadi bottleneck akibat penumpukan bahan yang menunggu untuk digiling sebelum proses pencampuran.
1.2. Rumusan Masalah Perawatan yang dilasanakan di PT. Gold Coin Indonesia masih bersifat corrective dimana perawatan yang berjalan selama ini hanya mengganti kompoonen yang rusak setelah terjadi kerusakan. Hal ini terjadi pada mesin Hammer Mill yang memiliki beberapa komponen kritis seperti screen dan beater. Mesin ini merupakan mesin yang paling kritis, yang apabila terjadi kerusakan mesin ini menyebabkan penumpukan dalam aliran proses produksi sehingga target produksi dan jadwal penyelesaian produk tidak terpenuhi.
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.5. Batasan Masalah
Tujuan dalam penelitian ini adalah : -
-
-
Mengindentifikasi mesin Hammer Mill yang paling kritis untuk menganalisis keandalannya dalam menentukan jumlah persediaan optimal komponen mesin. Penentuan nilai Mean Time To Failure (MTTF) sebagai basis informasi untuk melakukan penggantian komponen berdasarkan data historis sebelum terjadinya kerusakan / kegagalan komponen. Mendapatkan selang waktu penggantian mesin khususnya untuk komponen kritis mesin Hammer Mill.
Berdasarkan kenyataan agar persoalan perawatan dan persediaan spare part ini dapat lebih terarah maka perlu dilakukan pembatasan sebagai berikut : -
Mesin produksi yang akan menjadi obyek penelitian keandalan adalah mesin Hammer Mill.
-
Pengendalian persediaan spare part difokuskan pada spare part nonrepairable pada mesin Hammer Mill karena perusahaan menggunakan jumlah unit mesin yang banyak.
-
Data kerusakan yang diamati dan dianalisis adalah dua tahun terakhir (2012-2013).
-
Masalah sistem dan manajemen organisasi perawatan di perusahaan tidak dilakukan penelitian.
-
Biaya untuk perawatan tidak dibahas dalam penelitian ini selain biaya yang menyangkut pengendalian persediaan komponen mesin Hammer Mill.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat perusahaan yaitu : -
-
penelitian
ini
bagi
Membantu perusahaan mendapatkan gambaran mengenai model prilaku kerusakan yang dapat digunakan secara cepat dan tepat sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan perawatan terencana dan perbaikan mesin produksi.
1.6. Asumsi
Memberikan gambaran bagi perusahaan tentang penyediaan spare part mesin.
Asumsi yang penelitian ini adalah :
Manfaat bagi mahasiswa yaitu : -
Data kerusakan komponen maupun biaya pengendalian persediaan suku cadang yang diperoleh dari perusahaan dapat mewakili focus ppenelitian yang sedang dilakukan dan dapat digunakan sebagai gambaran bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan.
-
Tidak terjadi perubahan sistem produksi selama penelitian ini berlangsung.
-
Tidak ada penambahan mesin baru selama penelitian berlangsung.
Menambah pengalaman mahasiswa dalam menganalisis faktor-faktor dan masalah, mengindentifikasi serta mengaplikasikan ilmu-ilmu teknik industri dalam pemasalahan nyata yang terjadi di perusahaan.
Menambah jumlah dan memperbaharui hasil karya mahasiswa yang dapat menjadi literatur dan referensi penelitian di Sekolah Tinggi Teknik Harapan Tekniik Industri khususnya.
dalam
-
Manfaat bagi Fakultas yaitu : -
diperlukan
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
4
2. Landasan Teori
3. Metodologi Penelitian
2.1. Ruang Lingkup Kegiatan Perawatan Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah “perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan. Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi dua cara : 1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintanance) 2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintanance). 2.2. Konsep Reliability (Keandalan) Keandalan dapat didefinisikan sebagai probabilitas sistem akan memiliki kinerja sesuai fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu (Ebeling, 1997). Keandalan adalah probabilitas yang selalu dikaitkan dengan akumulasi waktu dimana suatu alat beroperasi tanpa mengalami kerusakan dalam kondisi lingkungan tertentu. Kerusakan terjadi jika alat tidak dapat berfungsi sesuai yang diinginkan. Definisi tentang keandalan tersebut merupakan kriteria yang jelas untuk menentukan kerusakan suatu sistem yaitu bila sistem tidak lagi berfungsi seperti yang diinginkan. Variabel yang terpenting yang berkaitan dengan keandalan adalah waktu. Dalam hal ini waktu ang berkaitan dengan laju kerusakan yang dapat menerangkan secara lebih jelas fenomena keandalan suatu sistem. Sedangkan fenomena kerusakannya yang mengikuti suatu pola distribusi tertentu. Ada empat konsep yang digunakan dalam pengukuran keandalan suatu sistem yaitu : -
Fungsi kepadatan probabilitas
-
Fungsi distribusi kumulatif
-
Fungsi keandalan
-
Fungsi laju kerusakan
Gambar 3.1. Kerangka Berpikir/Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Gold Coin Indonesia, yaitu suatu perusahaan yang bergerak dalam usaha produksi pakan ternak yang berlokasi di Jl. Pulau Bali No.2 Kawasan Industri Medan II KM 10,5 Medan Belawan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan selesai. Penelitian yang dipakai pada tugas akhir ini adalah penelitian yang bersifat studi kasus yang menjelaskan kondisi dari suatu sistem dengan pengamatan yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. a. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut: 1. Wawancara Melakukan wawancara dengan supervisor dan karyawan divisi produksi, maintenance dan pembelian yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk menunjang penyelesaian masalah. 2. Observasi Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan melaksanakan pengamatan terhadap proses produksi pembuatan pakan ternak yang memasukkan objek penelitian dalam proses pembuatannya yaitu pada tahapan pembuatan pakan ternak. 3. Review Mereview buku-buku laporan administrasi serta catatan-catatan pihak perusahaan yang
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
5
berhubungan dengan data yang diperlukan yaitu data pemakaian suku cadang untuk mesin Hammer Mill serta harga tiap-tiap suku cadang. b. Metode Pengolahan Data Penentuan Mesin Kritis dengan Analisis Pareto Penentuan mesin untuk sebagai percontohan dapat dilakukan dengan memilih daerah/mesin yang dianggap kritis, yaitu yang sering bermasalah, atau ketergantungan yang besar, dan lain-lain. Pemilihan mesin kritis di PT. Gold Coin Indonesia dapat dilihat dari frekuensi kerusakan mesin pertahun. Penentuan Komponen Kritis dengan Metode ABC. Metode ABC sangat membantu dalam mengelompokkan komponen yang didasarkan pada biaya untuk membeli dan pengadaan satu komponen. Metode ini membagi komponen atas tiga kelas yaitu prosedur pengelompokkan material inventori ke dalam kelas A, B dan C, antara lain sebagai berikut : Tentukan volume penggunaan per periode waktu dari material inventori yang akan diklasifikasikan. Kalikan volume penggunaan per periode waktu dari setiap material inventori dengan biaya per unitnya guna memperoleh nilai total penggunaan biaya per periode waktu untuk setiap material inventori itu. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori itu untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya keseluruhan. Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu dengan nilai total penggunaan biaya keseluruhan, untuk menentukan persentase nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori. Daftarkan material dalam rank persentase nilai total penggunaan biaya
dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B, dan C dengan kriteria 20% kedalam kelas A (komponen kritis), 30% kedalam kelas B (komponen semi kritis), dan 50% kedalam kelas C (komponen non kritis). Setelah dilakukan pemilihan komponen dengan analisa pareto diatas yang didasarkan pada harga satuan, jumlah kebutuhan, dan frekuensikerusakan pada dua tahun terakhir, sehingga jumlah kumulatif biaya paling besar maka komponen tersebut dianggap paling kritis. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisa Data Kerusakan Spare part Berdasarkan penentuan komponen kritis dengan metode ABC dan analisis pareto pada mesin Hammer Mill, komponen yang memiliki investasi biaya terbesar (komponen kritis kelas A) ada tiga komponen yaitu Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm), Beater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) dan Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm dengan persentase total nilai penggunaan biaya mencapai 76,156%. Pola distribusi kerusakan dipilh dengan melakukan pengujian terhadap distribusi normal, lognormal, eksponsial dan weibull. Pengujian pola distribusi dilakukan dengan menggunakan data selang waktu antar kerusakan tiap-tiap komponen. Pemilihan distribusi dilakukan berdasarkan nilai goodness fit yang terbesar dengan menggunakan metode Least Square (kuadrat kecil) secara manual dan dengan menggunakan software Minitab 14. Hasil perhitungan manual distribusi selang waktu antar kerusakan tiap komponen dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Manual Distribusi Selang Waktu Antar Kerusakan pada Tiap Komponen.
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
6
Goodness of fit Beater Beater Screen PCD 80 PCD 80 695Distribusi m/m m/m 1120(50x6x150 (50x150x50 3D-Ø – Ø 17 – Ø 17 6 mm mm) mm) 0,774 0,65 0,936 Normal 0,977 0,981 0,928 Lognormal 0,906 0,67 0,944 Eksponsial 0,97 0,97 0,948 Weibull
Pembahasan Pola distribusi terpilh selang waktu antar kerusakan pada tiap komponen dipilih berdasarkan nilai goodneess of fit terbesar. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kedua komponen beater berdistribusi lognormal, sedangkan komponen screen berdistribusi weibull. b. Perhitungan Parameter Distribusi Setelah pola distribusi data selang waktu antar kerusakan diperpleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan parameter distribusi untuk mendapatkan nilai MTTF (Mean Time To Failure) dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimator (MLE). Perhitungan dilakukan secara manual dan bantuan software Minitab 14. Adapun perolehan nilai MTTF pada tiap komponen dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Perolehan Nilai MTTF Tiap Komponen Komponen Nilai MTTF (hari) Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 187,122 mm) Beater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 434,791 mm) Screen 695-1120-3D207,568 Ø 6 mm
c. Perhitungan Selang Waktu Penggantian Setelah didapatkan nilai MTTF dan parameternya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan selang waktu penggantian yang optimum dengan kriteria ongkos yang minimum. Untuk komponen Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm) didapat bahwa selang waktu penggantian sebesar 20 hari. Sedangkan untuk komponen Beater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) diperoleh selang waktu penggantian sebesar 41 hari. Kemudian untuk komponen Screen 6951120-3D-Ø 6 mm diperoleh selang waktu penggantian sebesar 16 hari. Yang berarti bahwa komponen tersebut sudah harus diganti sebelum beroperasi selama 16 hari. d. Analisis Pemesanan Optimal Berdasarkan nilai biaya simpan, ongkos pemensanan dan jumlah kebutuhan barang/tahun dapat ditentukan berapa jumlah pemesanan (Q*) barang yang optimal dari segi biaya untuk masingmasing spare part. -
Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm) Mencari harga Q optimal (Q*) seperti rumus dasar EOQ (Economic Order Quantity) untuk pemesanan dari supplier I Negara Thailand yaitu : Q*=
2RS = 2(130) (Rp 2.511.000) HC (0.15) (21.500) = 449,9320 unit
Keterangan : R = Jumlah permintaan/periode (unit) = 130 unit S = Biaya pemesanan = Rp 2.511.000,/pemesanan h = Persentase biaya penyimpanan dari C (%) = 15% = 0.15 C = Biaya per unit = Rp 21.500,-/unit Sedangkan harga Q Optimal (Q*) untuk pemesanan dari supplier II Negara Taiwan yaitu :
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
7
Q*=
2RS = 2(130) (Rp 2.360.500) HC (0.15) (21.500) = 436,23 unit Adapun perbandingan jumlah kebutuhan komponen aktual dengan jumlah kebutuhan komponen optimal (EOQ) adalah sebagai berikut : Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 52 minggu x 5 hari kerja = 260 hari Rata-rata hari pergantian = jumlah hari kerja dalam 1 tahun / selang waktu penggantian = 260 hari/20 hari = 13 hari Jumlah kebutuhan komponen = 136 komponen x 13 hari = 1768 unit/4 = 442 hari komponen. Maka didapat perbandingan jumlah kebutuhan komponen (442 unit) memiliki sedikit perbedaan jumlah kuantitas pemesanan dengan hasil perhitungan EOQ (436,23 unit). Oleh sebab itu maka pemesanan sebaiknya dilakukan pemesanan sebanyak 436,23 unit (473 unit) dari supplier II Negara Taiwan. -
Beater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) Mencari harga Q Optimal (Q*) seperti rumus dasar EOQ (Economic Order Quantity) untuk pemesanan dari supplier I Negara Thailand yaitu :
Q*=
2RS = 2(318) (Rp 2.360.600) HC (0.15) (20.000) = 708,7552 unit Adapun perbandingan jumlah kebutuhan komponen aktual dengan jumlah kebutuhan komponen optimal (EOQ) adalah sebagai berikut : Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 52 minggu x 5 hari kerja = 260 hari Rata-rata hari pergantian = jumlah hari kerja dalam 1 tahun / selang waktu penggantian = 260 hari/41 hari = 6,34 ~ 7 hari Jumlah kebutuhan komponen = 136 komponen x 7 hari = 952 unit komponen Jumlah kebutuhan komponen per periode musiman = 952/4 = 238 unit komponen. Maka didapat perbandingan jumlah kebutuhan komponen (952 unit) memiliki sedikit perbedaan jumlah kuantitas pemesanan dengan hasil perhitungan EOQ (708,7552 unit). Oleh sebab itu maka pemesanan sebaiknya dilakukan pemesanan sebanyak 708,7552 unit (709 unit) dari supplier II Negara Taiwan. -
Screen 695-1120-3D-Ø 6 mm Mencari harga Q Optimal (Q*) seperti rumus dasar EOQ (Economic Order Quantity) untuk pemesanan dari supplier I Negara Thailand yaitu : Q*=
Q*=
2RS = HC
2(130) (Rp 2.511.000) (0.15) (21.500)
2RS = HC
2(12) (Rp 2.511.000) (0.15) (385.000)
= 32,303 unit
= 449,9320 unit Keterangan :
Keterangan :
R = Jumlah permintaan/periode (unit) = 130 unit S = Biaya pemesanan = Rp 2.511.000,/pemesanan h = Persentase biaya penyimpanan dari C (%) = 15% = 0.15 C = Biaya per unit = Rp 20.000,-/unit
R = Jumlah permintaan/periode (unit) = 12 unit S = Biaya pemesanan = Rp 2.511.000,/pemesanan h = Persentase biaya penyimpanan dari C (%) = 15% = 0.15 C = Biaya per unit = Rp 20.000,-/unit
Sedangkan harga Q Optimal (Q*) untuk pemesanan dari supplier II Negara Taiwan yaitu:
Sedangkan harga Q Optimal (Q*) untuk pemesanan dari supplier II Negara Taiwan yaitu :
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
8
Q*=
2RS = HC
2(12) (Rp 2.360.500) (0.15) (385.000)
= 31,320 unit Adapun perbandingan jumlah kebutuhan komponen aktual dengan jumlah kebutuhan komponen optimal (EOQ) adalah sebagai berikut : Jumlah hari kerja dalam 1 tahun = 52 minggu x 5 hari kerja = 260 hari Rata-rata hari pergantian = jumlah hari kerja dalam 1 tahun / selang waktu penggantian = 260 hari/16 hari = 16,25 ~ 17 hari Jumlah kebutuhan komponen = 2 komponen x 17 hari = 34 unit komponen. Jumlah kebutuhan komponen per 1 periode musiman = 34/4 = 8,5 ~ 9 hari unit komponen. Maka didapat perbandingan jumlah kebutuhan komponen (34 unit) memiliki sedikit perbedaan jumlah kuantitas pemesanan dengan hasil perhitungan EOQ (31,320 unit). Oleh sebab itu maka pemesanan sebaiknya dilakukan pemesanan sebanyak 31,320 unit (32 unit) dari supplier II Negara Taiwan. 5. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan melalui hasil pengolahan data dan analisa dapat dilihat sebagai berikut : 1. Analisa reliability/keandalan menggunakan konsep pengujian pola distribusi menggunakan data selang waktu antar kerusakan tiap-tiap komponen. Pemilihan distribusi dilakukan berdasarkan nlai goodness of fit yang terbesar dengan menggunakan metode Least Square (kuadrat kecil) secara manual dan dengan menggunakan software Minitab 14. Dari perhitungan didapat pola distribusi waktu antar
kerusakan keua komponen screen adalah weibull. 2. Perhitungan parameter distribusi dilakukan untuk mendapatkan nilai MTTF (Mean Time To Failure) dengan metode Maximum Likelihood Estimator (MLE). Perhitungan dilakukan secara manual dan bantuan software Minitab 14. Adapun perolehan nilai MTTF untuk komponen Beater PCD 80 m/m (50x6x150 – Ø 17 mm), Beater PCD 80 m/m (50x150x50 – Ø 17 mm) adalah 18,7122 hari dan 43,4791 hari. Sedangkan nilai MTTF untk komponen Screen 695-11203D- 6 mm adalah 20,7568 hari.
DaftarPustaka Assauri, Sofjan, Manajemen Produksi, Edisi ke IV, LPFE Universitas Indonesia, Jakarta, 1993. Corder, Antony & Kusnul, Hadi, Teknik Manajemen Pemeliharaan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996. Darius, Asyari, Manajemen Pemeliharaan Mesin, Jurusan Teknik Mesin Universitas Darma Persada, Jakarta, 1997. Govil, A. K, Reliability Engineering, Mc. Graw Hill Publishing Co, New Delhi, 1993. Harinaldi, Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, PT. Erlangga, Jakarta, 2005. Higgins, Lindley R, Maintenance Engineering Handbook, Fourth Edition, McGraw Hill Book Company, New York, 1987. Kapur, K dan Lamberson L R, Realibility In Engineering Design, John Wiley and Sons, Inc, Canada, 1977.
Biltek Vol. 5, No. 018 Tahun 2015 – Sekolah Tinggi Teknik Harapan
9