ISSN: 1978 - 3116
VOL. 6, NO. 2, JULI 2012
JEB VOL. 6, NO. 2, JULI 2012: 95-185
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN KEBANGKRUTAN, UKURAN ASET, DAN JENIS KEPEMILIKAN DENGAN MENGGUNAKAN MANOVA Eko Widodo Lo STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT MOMENTUM PORTOFOLIO PEMENANG-PECUNDANG DI INDONESIA Dionysia Kowanda Rowland Bismark Fernando Pasaribu PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAYANAN DETIK.COM PADA MAHASISWA Darwis Musa Polhaupessy ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN SETELAH LAMA TIDAK MEMBAGI DIVIDEN: STUDI PERISTIWA BERBASIS DATA INTRADAY Yogo Heru Prayitno Baldric Siregar PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PAYOFF MAGNITUDE YANG DIMODERASI OLEH GENDER David Prasetya PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN KEMUDAHAN YANG DIRASAKAN (PERCEIVED EASE OF USE) TERHADAP MINAT UNTUK MENGGUNAKAN INTERNET DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI I Ketut Nugraha Eka Putra
JEB
VOL. 6
NO. 2
Hal 95-185
JULI 2012
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 6, No. 2, Juli 2012
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB) EDITOR IN CHIEF Djoko Susanto STIE YKPN Yogyakarta EDITORIAL BOARD MEMBERS Dody Hapsoro STIE YKPN Yogyakarta
I Putu Sugihartha Sanjaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Dorothea Wahyu Ariani Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jaka Sriyana Universitas Islam Indonesia
MANAGING EDITORS Baldric Siregar STIE YKPN Yogyakarta EDITORIAL SECRETARY Rudy Badrudin STIE YKPN Yogyakarta PUBLISHER Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1406 Fax. (0274) 486155 EDITORIAL ADDRESS Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155 http://www.stieykpn.ac.id e-mail:
[email protected] Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814
Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) terbit sejak tahun 2007. JEB merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta. Penerbitan JEB dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidang ekonomi dan bisnis. Setiap naskah yang dikirimkan ke JEB akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai. Daftar nama MITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima eksemplar cetak lepas (off print) setelah terbit. JEB diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Nopember. Harga langganan JEB Rp7.500,- ditambah biaya kirim Rp17.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan kemudahan bagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JEB dengan cara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 6, No. 2, Juli 2012
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
DAFTAR ISI IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN KEBANGKRUTAN, UKURANASET, DAN JENIS KEPEMILIKAN DENGAN MENGGUNAKAN MANOVA Eko Widodo Lo 95-107 STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT MOMENTUM PORTOFOLIO PEMENANG-PECUNDANG DI INDONESIA Dionysia Kowanda Rowland Bismark Fernando Pasaribu 109-136 PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAYANAN DETIK.COM PADA MAHASISWA Darwis Musa Polhaupessy 137-148 ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN SETELAH LAMA TIDAK MEMBAGI DIVIDEN: STUDI PERISTIWA BERBASIS DATA INTRADAY Yogo Heru Prayitno Baldric Siregar 149-161 PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PAYOFF MAGNITUDE YANG DIMODERASI OLEH GENDER David Prasetya 163-173 PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN KEMUDAHAN YANG DIRASAKAN (PERCEIVED EASE OF USE) TERHADAP MINAT UNTUK MENGGUNAKAN INTERNET DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABELPEMODERASI I Ketut Nugraha Eka Putra 175-185
ISSN: 1978-3116 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
Vol. 6, No. 2 Juli 2012 Hal. 95-107
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN KEBANGKRUTAN, UKURAN ASET, DAN JENIS KEPEMILIKAN DENGAN MENGGUNAKAN MANOVA Eko Widodo Lo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to identify banks’ characteristics by using bankruptcy, assets size, and ownership type variables. Because this research focuses on monetary crisis in Indonesia in year 1997 and 1998, sample that is used in this research consists of 229 banks in year1995 and 217 banks in year 1996. Data are analyzed by using MANOVA. Results of data analysis show that bankruptcy variable does not influence bank characteristics, but asset size and ownership type influence banks’ characteristics. Keywords: banks’ characteristics, assets size, ownership type JEL Classification: E47, G33
PENDAHULUAN Identifikasi karakteristik keuangan bank merupakan aktivitas penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu bank. Pihak-pihak yang dapat memanfaatkan suatu model identifikasi karakteristik keuangan bank adalah para nasabah bank, investor bank, dan pemerintah terutama Bank Indonesia (BI).
Dengan melakukan identifikasi karakteristik keuangan suatu bank maka dapat diketahui variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi keuangan suatu bank. Nasabah berkepentingan untuk mengidentifikasi karakteristik keuangan suatu bank. Nasabah bank dapat memanfaatkan model identifikasi karateristik keuangan bank untuk membuat keputusan apakah akan menyimpan atau menarik uangnya di suatu bank tertentu. Dengan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi keuangan bank, investor bank dapat membuat keputusan investasi pada bank tertentu. Selain itu, dengan menggunakan model identifikasi karakteristik keuangan bank, BI akan mengetahui variabel-variabel penting yang mempengaruhi keuangan suatu bank sehingga dapat menggunakannya untuk melakukan pembinaan terhadap bank-bank yang memerlukan. Banyak penelitian telah dilakukan untuk melakukan identifikasi keuangan perusahaan. Penelitian identifikasi keuangan perusahaan yang cukup populer adalah penelitian untuk melakukan prediksi kebangkrutan. Penelitian-penelitian yang menggunakan analisis diskriminan untuk melakukan prediksi kebangkrutan perusahaan adalah Altman (1968), Deakin (1972), Edmister (1972), Altman, Haldeman, dan Narayanan (1977), Dambolena dan Khoury (1980), serta Lincoln (1984). Ohlson (1980) menggunakan analisis logit untuk melakukan prediksi
95
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 95-107
kebangkrutan dan Palepu (1986) menggunakan analisis logit untuk prediksi perusahaan target akuisisi. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi karakteristik keuangan bank dengan teknik MANOVA yang menggunakan rasio-rasio keuangan bank. MATERI DAN METODE PENELITIAN Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi keuangan perusahaan. Penelitian paling awal dilakukan oleh Altman (1968) dengan menggunakan lima rasio keuangan untuk membuat suatu model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan analisis diskriminan. Ohlson (1980) menggunakan sembilan rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan analisis logit. Kesembilan rasio keuangan tersebut meliputi total aktiva, total utang, modal kerja, utang lancar, perbandingan total utang dengan total aktiva, laba bersih, dana operasi dibagi total utang, laba bersih negatif, dan perubahaan laba bersih. Ohlson menggunakan menggunakan ukuran sampel yang lebih besar daripada penelitian prediksi kebangkrutan sebelumnya. Sampel penelitian terdiri atas 105 perusahaan bangkrut dan 2.058 perusahaan tidak bangkrut dari tahun 1970-1976. Ohlson berhasil membuat suatu model prediksi kebangkutan dengan menggunakan kesembilan rasio tersebut dengan tingkat akurasi yang tinggi. Barnes (1987) mengemukakan terdapat dua alasan utama pengunaan rasio keuangan, yaitu 1) untuk mengendalikan pengaruh ukuran pada variabel keuangan yang diteliti. Penggunaan rasio keuangan memungkinkan perbandingan kondisi keuangan di antara perusahaan yang berbeda ukurannya, dan 2) untuk mengendalikan faktor industy-wide. Rasio membantu membandingkan antara perusahaan dengan industrinya. Dalam analisis keuangan mungkin diperlukan perbandingan antara perusahaan dengan industrinya, dalam hal ini dapat digunakan perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan mean atau median rasio keuangan industri. Surifah (1999) dalam Wilopo (2001) telah melakukan analisis kegagalan bank dengan menggunakan analisis logit. Surifah menguji kegunaan rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL sesuai dengan
96
Surat Edaran BI No. 30/11/KEP/DIR tertanggal 30 April 1997. Wilopo (2001) menyampaikan bahwa Surifah tidak membagi sampel menjadi sampel estimasi dan sampel validasi dan menggunakan ukuran sampel yang sama untuk bank yang bangkrut dan bank yang tidak bangkrut. Wilopo juga menggunakan analisis logit untuk melakukan prediksi kebangkrutan bank. Wilopo membagi sampel menjadi sampel estimasi dan sampel validasi dan menggunakan ukuran sampel yang berbeda antara perusahaan yang tidak bangkrut. Kedua penelitian tersebut menggunakan analisis logit tapi tidak menjelaskan titik probabilitas cutoff prediksi kebangkrutan yang digunakan. Penentuan titik probabilitas cutoff prediksi tersebut sangat penting karena menentukan tingkat ketepatan prediksi. Pembentukan model dalam penelitian ini menggunakan variabel-variabel dependen berskala metriks dan tiga variabel independen berskala nonmetriks. Variabel dependen adalah rasio-rasio keuangan yang akan dipilih berdasarkan principal component analysis atau komponen-komponen principal dari tujuh rasio keuangan bank yang dihasilkan oleh principal component analysis. Ketujuh variabel independen berskala metriks menurut (Swa, 1996) adalah: 1) Return on risked assets (RORA) yaitu rasio laba sebelum pajak terhadap aset berisiko. Aset berisiko adalah penjumlahan kredit yang diberikan dan penempatan pada surat-surat berharga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba sebelum pajak; 2) Net revenue from fund (NRFF) adalah selisih antara rasio pendapatan bunga terhadap jumlah kredit, penempatan di BI, bank lain, dan surat berharga, dengan rasio biaya bunga dari seluruh dana pihak ketiga termasuk surat berharga yang diterbitkan dan pinjaman yang diterima. NRFF menunjukkan marjin yang sebenarnya diterima oleh bank. Apabila NRFF lebih kecil daripada selisih antara tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito, dapat menjadi indikator bahwa bank mempunyai hambatan atau kemacetan kredit; 3) Fee based income (FBI) adalah rasio pendapatan nonbunga (fee based income) terhadap seluruh pendapatan bank. FBI menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan selain dari penyaluran kredit; 4) Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio modal terhadap aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Perhitungan ATMR dalam penelitian ini mengikuti cara
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
perhitungan yang dilakukan oleh Swa yang sedikit berbeda dengan rumusan BI, yaitu penjumlahan aset dengan 20% nilai kegiatan off-balanced sheet; 5) Loan to core deposit ratio (LCDR) adalah rasio jumlah kredit terhadap jumlah dana dari masyarakat —giro, tabungan, dan deposito. LDCR yang rendah berarti banyak dana masyarakat yang tidak dimanfaatkan dalam penyaluran kredit. LDCR yang tinggi menunjukkan ketergantungan bank pada dana berisiko tinggi —misalnya, call money— yang apabila berkelanjutan dapat menimbulkan mismatch dalam pendanaan; 6) Hasil Kredit (HK) adalah rasio pendapatan bunga terhadap jumlah kredit ditambah penempatan di BI, Bank lain, dan surat berharga. Pendapatan kredit yang terlalu rendah mungkin berarti banyak kredit bermasalah atau banyak dana yang ditanamkan di luar kredit yang memberikan bunga rendah. Pendapatan kredit terlalu tinggi mungkin menunjukkan bank terlalu berani menempuh risiko dalam penyaluran kredit yaitu meminta bunga kredit tinggi dengan persyaratan pemberian kredit yang lunak; dan 7) Produktivitas tenaga kerja (PTK) adalah rasio laba sebelum pajak terhadap biaya tenaga kerja. PTK yang tinggi berarti produktivitas tenaga kerja bank adalah tinggi, dan sebaliknya. Variabel-variabel independen berskala nonmetriks terdiri atas variabel kebangkrutan, ukuran aset bank, dan jenis kepemilikan bank. Variabel kebangkrutan dinyatakan dalam dua kategori yaitu bank yang bangkrut —dinyatakan dengan angka 1— dan bank yang tidak bangkrut —dinyatakan dengan angka 0. Bank yang dinyatakan bangkrut adalah bank yang dilikuidasi atau bank beku operasi. Variabel ukuran aset bank terdiri atas dua kategori yaitu kelompok bank dengan nilai aset lebih dari atau sama dengan Rp1 triliun—dinyatakan dengan angka 1— dan kelompok bank dengan nilai aset di bawah Rp1 triliun— dinyatakan dengan angka 2. Variabel jenis kepemilikan bank terdiri atas 2 kategori yaitu bank pemerintah — dinyatakan dengan angka 1— dan bank swasta — dinyatakan dengan angka 2. Stakeholders bank dapat mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi karakteristik keuangan suatu bank. Suatu model identifikasi karakteristik keuangan bank dapat digunakan oleh para stakeholders bank untuk membuat keputusan ekonomi. Informasi akuntansi keuangan bank dapat digunakan untuk
pembuatan keputusan oleh pemakai misalnya nasabah, investor, dan BI. Penggunaan rasio keuangan yang dibuat berdasarkan laporan keuangan bank untuk menemukan variabel-variabel yang mempengaruhi karakteristik keuangan bank. Penelitian ini berusaha untuk membuat suatu model identifikasi dan menemukan variabel-variabel yang mempengaruhi karakristik keuangan bank. Berdasarkan kajian tersebut dirumuskan hipotesis-hipotesis alternatif berikut ini. H1: Variabel kebangkrutan mempengaruhi karakteristik keuangan bank. H2: Variabel ukuran aset bank mempengaruhi karakteristik keuangan bank. H3: Variabel kepemilikan mempengaruhi karakteristik keuangan bank. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel dependen berupa rasio-rasio keuangan bank yang akan dianalisis dengan menggunakan principal component analysis (PCA). PCA merupakan teknik analisis multivariate yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah komponen yang paling sedikit —yaitu model principal component yang paling ringkas—dalam menjelaskan secara terbaik korelasi di antara indikatorindikator (Sharma, 1996). Hasil analisis ini akan digunakan sebagai masukan untuk melakukan multivariate analysis of variance (MANOVA). Hasil analisis komponen principal yang akan digunakan sebagai masukan dalam MANOVA terdiri atas dua macam masukan, yaitu 1) skor komponen principal. Penggunaan rasio-rasio keuangan dalam analisis multivariate dapat menimbulkan masalah karena di antara rasio-rasio keuangan mungkin terdapat korelasi yang tinggi dan kebanyakan rasio keuangan tidak berdistribusi normal. PCA dapat digunakan untuk untuk mengurangi himpunan rasio keuangan yang berkorelasi menjadi suatu himpunan komponen-komponen principal yang tidak berkorelasi. Komponen principal yang dihasilkan mempunyai distribusi yang mendekati normal dengan semakin meningkat banyaknya observasi (Meric, Leveen, dan Meric, 1991); dan 2) Rasio keuangan mempunyai component loading tertinggi untuk mewakili komponen principal. Informasi ini dapat diperoleh dari matriks komponen yang dihasilkan oleh PCA. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian diperoleh dari majalah Swa (1996) yang berisi
97
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 95-107
data keuangan 229 bank untuk per 31 Desember 1995 dan Swa (1997) yang berisi data keuangan 217 bank per 31 Desember 1996. Data rasio —tujuh rasio keuangan bank, data ukuran aset bank, dan data jenis kepemilikan diperoleh dari data yang dicantumkan pada kedua tanggal penerbitan tersebut. Periode penelitian berfokus pada tahun 1995-1998 karena pada tahun 1998 terjadi peristiswa penting di dunia perbankan yaitu banyak bank yang dilikuidasi dan beku operasi. Data bank yang dilikuidasi dan bank beku operasi diperoleh dari daftar pemilik, komisaris, dan direksi dari bank yang dilikuidasi dan bank beku operasi pada tahun 1997, yang dimuat oleh majalah Infobank edisi September No. 229/1998, yang berisi data 23 bank yang dilikuidasi dan 3 bank beku operasi. Penelitian ini membuat beberapa model identifikasi karakteristik keuangan dengan menggunakan sampel dari tahun 1995 —dua tahun sebelum kebangkrutan— dan tahun 1996 —satu tahun sebelum kebangkrutan. Sampel pertama menggunakan data keuangan bank per 31 Desember 1995 sebanyak 229 bank terdiri atas 20 bank yang bangkrut karena dilikuidasi atau beku operasi dan 209 bank yang tidak bangkrut, 51 bank dengan aset lebih dari atau sama dengan Rp 1 triliun dan 178 bank dengan aset kurang dari Rp1 triliun, 30 bank pemerintah dan 199 bank swasta. Sampel yang kedua menggunakan data keuangan bank per 31 Desember 1996 sebanyak 217 bank yang terdiri atas 18 bank yang bangkrut karena dilikuidasi atau beku operasi dan 199 bank yang tidak bangkrut, 65 bank dengan aset lebih dari atau sama dengan Rp 1 triliun dan 152 bank dengan aset kurang dari Rp1 triliun, 25 bank pemerintah dan 192 bank swasta. HASIL PENELITIAN Asumsi yang paling mendasar dalam analisis multivariate adalah normalitas untuk variabel berskala metriks. Uji normalitas rasio keuangan dilakukan berdasarkan kategori yang ada dalam variabel dependen kebangkrutan. Hipotesis nol uji normalitas adalah distribusi data observasi sama dengan distribusi normal. Uji Komolgorov-Smirnov untuk kelompok 0 menunjukkan hipotesis nol ditolak, namun setiap kelompok mempunyai ukuran sampel lebih dari 30 observasi sehingga menurut teori limit tengah distibusi
98
ketujuh rasio keuangan adalah normal. Kelompokkelompok kategori 1 (bank yang bangkrut) mempunyai ukuran sampel kurang dari 50 observasi yaitu 20 observasi sehingga selain menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dapat juga menggunakan uji Shapiro-Wilks. Hasil uji Kolmorgorov-Smirnov menunjukkan semua rasio keuangan untuk kelompok 1 mempunyai distribusi normal, namun uji Shapiro-Wilks menunjukkan dua rasio tidak berdistribusi normal dengan ukuran sampel kurang dari 30 observasi yaitu rasio FBI (kelompok 1) dengan signifikansi 0,039 dan PTK (kelompok 1) dengan signifikansi 0,047. Uji normalitas rasio keuangan juga dilakukan berdasarkan kategori dalam variabel dependen ukuran aset bank. Uji Komolgorov-Smirnov untuk semua rasio keuangan berdasarkan kategori dalam variabel dependen ukuran aset bank menyatakan hipotesis nol ditolak kecuali untuk rasio CAR (kelompok1) dan HK (kelompok 2), namun setiap kelompok mempunyai ukuran sampel lebih dari 30 observasi sehingga menurut teori limit tengah distribusi ketujuh rasio keuangan adalah normal. Uji normalitas rasio keuangan juga diaplikasikan terhadap variabel independen kepemilikan bank yang mempunyai dengan dua kategori. Hasil uji normalitas menunjukkan terdapat tiga rasio dalam kategori 1 (RORA, FBI, dan LCDR) yang dinyatakan tidak berdistribusi normal oleh uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-Wilks, sedangkan rasio yang lain berdistribusi normal. Semua kelompok kategori 2 dinyatakan tidak berditribusi normal oleh uji Kolmogorov-Smirnov. Walaupun kedua uji statistika tersebut menyatakan sebagian besar kelompok tidak berdistribusi normal, namun semua kelompok kategori 1 (bank pemerintah) dan kelompok 2 (bank swasta) mempunyai ukuran sampel paling tidak 30 observasi, sehingga berdasarkan teori limit tengah dapat dinyatakan semua kelompok mempunyai distribusi yang mendekati bentuk distribusi normal. Principal component analysis digunakan untuk menemukan komponen-komponen di antara rasio-rasio keuangan dan memilih rasio keuangan yang akan digunakan untuk MANOVA. Tahap dan hasil penerapan PCA terhadap sampel tahun 1995 terdiri atas 229 perusahaan dengan tujuh rasio keuangan. Langkah pertama PCA adalah penyusunan matriks korelasi di antara variabel-variabel yang diteliti. Apabila terdapat
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
korelasi yang cukup tinggi dan signifikan di antara variabel-variabel maka PCA cocok digunakan untuk analisis pengurangan jumlah variabel atau menemukan komponen yang mendasari di antara variabel-variabel yang dinalisis. Tabel 1 berikut ini menyajikan matriks korelasi di antara tujuh rasio keuangan bank yang diteliti, dilengkapi dengan tingkat signifikansi untuk satu sisi (penjumlahan dua sisi). Matriks korelasi di atas menunjukkan terdapat tiga korelasi tertinggi di antara variabel yang angkanya mendekati 0,50 dan signifikan yaitu 1) Korelasi antara variabel PTK dengan FBI sebesar 0,498 dengan tingkat signifikasi 0,000; 2) Korelasi antara variabel PTK dengan RORA sebesar 0,458 dengan tingkat signifikasi 0,000; dan 3) Korelasi antara variabel PTK dengan LCDR sebesar 0,424 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena matriks korelasi menunjukkan terdapat beberapa variabel yang mempunyai korelasi mendekati 0,50 secara signifikan maka penggunaan principal component analysis masih dapat diterima. Hasil uji Barlett dan ukuran kecukupan pengambilan sampel KMO menunjukkan nilai uji Barlett adalah 383,123 dengan tingkat signifikansi 0,000, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa variabelvariabel dalam populasi tidak berkorelasi, dinyatakan
ditolak. Nilai indeks KMO adalah 0,608 lebih besar daripada 0,50. Hasil ini memberikan simpulan PCA dapat dinyatakan sebagai teknik yang sesuai untuk analisis matriks korelasi observasi. Penentuan banyaknya komponen dengan scatter plot ditunjukkan dengan bentuk plot yang patah yaitu dari bentuk plot dengan slop yang curam menjadi slop yang landai. Scree plot yang dihasilkan menunjukkan bahwa titik patah plot berada pada tiga komponen. Jumlah persentase varian kumulatif untuk tiga komponen adalah sebesar 71,929%, yang lebih besar dari jumlah persentase varian kumulatif minimal 60%. Berdasarkan hasilt tersebut peneliti menentukan banyaknya komponen yang digunakan untuk analisis lebih lanjut adalah tiga komponen principal. Dengan menggunakan prosedur varimax terhadap sampel diperoleh suatu matriks komponen yang telah dirotasi. Pada Tabel 2 dapat diidentifikasi variabel-variabel yang mempunyai korelasi tinggi pada suatu komponen, sebagai berikut 1) Variabel FBI dan PTK mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 1: 2) Variabel CAR dan RORA mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 2; dan 3) Variabel NRFF, HK, dan LCDR mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 3.
Tabel 1 Matriks Korelasian Sampel Tahun 1995
Korelasi
Sig. (1 sisi)
RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK
RORA
NRFF
FBI
CAR
LCDR
HK
PTK
1.000 .234 .156 .393 -.016 -.170 .458
.234 1.000 -.106 .120 -.223 .379 -.112 .000
.156 -.106 1.000 -.188 .363 -.350 .498 .009 .054
.393 .120 -.188 1.000 .025 .045 .225 .000 .035 .002
-.016 -.223 .363 .025 1.000 -.399 .424 .406 .000 .000 .353
-.170 .379 -.350 .045 -.399 1.000 -.381 .005 .000 .000 .250 .000
.458 -.112 .498 .225 .424 -.381 1.000 .000 .045 .000 .000 .000 .000
.000 .009 .000 .406 .005 .000
.054 .035 .000 .000 .045
.002 .000 .000 .000
.353 .250 .000
.000 .000
.000
Sumber: Data penelitian, diolah.
99
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 95-107
Tabel 2 Matriks Koefisien Skor Komponen Sampel Tahun 1996
Variabel RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK
1
Komponen 2
3
.186 .225 .555 -.278 .176 -.115 .323
.408 .009 -.237 .632 .005 -.061 .216
.208 .656 .195 -.184 -.271 .373 -.026
Sumber: Data penelitian, diolah. Apabila variabel-variabel mempunyai component loading besar pada satu komponen yang sama dapat diinterpretasikan bahwa variabel-variabel tersebut berada dalam suatu dimensi yang sama sehingga dapat dilakukan peringkasan dari beberapa variabel menjadi satu dalam satu komponen atau dimensi. Peringkasan beberapa variabel dalam satu komponen atau dimenasi mempunyai masalah kesulitan dalam pemberian nama komponen dan interprestasi (Hutchinson, Meric, dan Meric, 1988) karena mungkin saja terjadi variabelvariabel tersebut sulit disatukan dalam satu nama. Hasil principal component analysis menunjukkan 1) Variabel FBI dan PTK berada dalam satu dimensi yaitu komponen 1 dengan nama pendapatan dan produktivitas; 2) Variabel CAR dan RORA berada dalam satu dimensi yaitu komponen 2 dengan nama permodalan dan profitabilitas; dan 3) Variabel NRFF, HK, dan LCDR berada dalam satu dimensi yaitu komponen 3 dengan nama profitabilitas dan likuiditas. Skor ketiga komponen principal akan digunakan sebagai masukan bagi analisis multivariate berikutnya yaitu MANOVA. Peneliti dapat memilih untuk tidak menggunakan skor komponen dalam analisis berikutnya, karena skor komponen dihitung dari fungsi komponen yang memasukkan semua variabel yang dianalisis dan kesulitan. Selain itu penggunaan komponen principal menimbulkan masalah dalam pemebrian nama komponen dan interprestasinya. Hal-hal tersebut merupakan alasan untuk memilih variabel pengganti di antara variabel-variabel original untuk setiap
100
komponen. Pemilihan variabel pengganti dilakukan dengan menggunakan informasi dalam matriks komponen yang dirotasi. Variabel yang mempunyai component loading paling besar pada suatu komponen dapat dipilih sebagai variabel pengganti komponen yang bersangkutan, dengan hasil sebagai berikut 1) Variabel pengganti untuk komponen 1 dipilih variabel FBI karena mempunyai component loading tertinggi yaitu 0,877; 2) Variabel pengganti untuk komponen 2 dipilih variabel CAR karena mempunyai component loading tertinggi yaitu 0,884; dan 3) Variabel pengganti untuk komponen 3 adalah variabel NRFF dengan component loading 0,866. Berdasarkan hasil tersebut maka variabel pengganti yang dipilih untuk mewakili ketiga komponen untuk analisis berikutnya adalah variabel FBI, CAR, dan NRFF. Tahap akhir dalam PCA adalah penentuan kesesuaian model. Asumsi dasar dalam PCA adalah korelasi observasi di antara variabel dapat diserap dalam common factors. Oleh karena itu, korelasi di antara variabel dapat dikurangi atau direproduksi dari estimasi korelasi antara variabel dengan komponen. Kesesuaian model dapat diuji dengan menggunakan residual yaitu perbedaan antara korelasi observasi dengan korelasi reproduksi yang diestimasi dari matriks komponen. Jika terdapat banyak residual yang bernilai besar, model principal component yang bersangkutan tidak mempunyai kesuaian yang baik terhadap data sehingga perlu dilakukan pemodelan kembali. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada penelitian ini hanya terdapat 1 residual yang mempunyai residual lebih besar dari 0,16 yaitu residual antara LCDR dengan NRFF sebesar 0,188 sedangkan sisanya lebih kecil dari 0,16. Dengan demikian, model principal component di atas mempunyai kesesuaian dengan data. PCA diterapkan untuk menentukan komponenkomponen di antara rasio-rasio keuangan dan memilih rasio keuangan pengganti yang akan digunakan untuk MANOVA. Langkah-langkah dan hasil penerapan PCA terhadap sampel tahun 1996 yang terdiri atas 217 bank dengan tujuh rasio keuangan. Langkah pertama PCA adalah penyusunan matriks korelasi di antara variabelvariabel yang diteliti. Tabel 4 menyajikan matriks korelasi di antara tujuh rasio keuangan bank sampel tahun 1996, dilengkapi dengan tingkat signifikansi untuk satu sisi (penjumlahan dua sisi dua sisi).
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
Tabel 3 Korelasi Reproduksian Sampel Tahun 1995
Reproduksian
Residual
RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK
RORA
NRFF
FBI
CAR
.740 .352 .202 .552 9.297E-02 -9.221E-02 .551
.352 .779 -1.861E-02 7.803E-02 -.411 .502 -6.654E-02 -.118
.202 -1.861E-02 .798 -.325 .457 -.419 .564 -4.671E-02 -8.784E-02
.552 7.803E-02 -.325 .828 -3.881E-02 -2.711E-02 .260 -.159 4.219E-02 .137
-.118 -4.671E-02 -.159 -.109 -7.777E-02 -9.219E-02
-8.784E-02 4.219E-02 .188 -.123 -4.574E-02
.137 -9.444E-02 6.924E-02 -6.541E-02
6.391E-02 7.191E-02 -3.492E-02
LCDR
HK
PTK
9.297E-02 -9.221E-02 -.411 .502 .457 -.419 -3.881E-02 -2.711E-02 .516 -.558 -.558 .617 .482 -.504 -.109 -7.777E-02 .188 -.123 -9.444E-02 6.924E-02 6.391E-02 7.191E-02 .159 .159 -5.831E-02 .123
.551 -6.654E-02 .564 .260 .482 -.504 .757 -9.219E-02 -4.574E-02 -6.541E-02 -3.492E-02 -5.831E-02 .123
Sumber: Data penelitian, diolah. Tabel 4 Matriks Korelasi
Korelasi
Sig. (1 sisi)
RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK
RORA
NRFF
FBI
CAR
LCDR
HK
PTK
1.000 .424 .097 .174 -.204 -.129 .674
.424 1.000 .056 -.190 -.690 .334 .206 .000
.097 .056 1.000 .024 -.005 .024 .077 .077 .205
.174 -.190 .024 1.000 .282 -.117 .239 .005 .002 .363
-.204 -.690 -.005 .282 1.000 -.221 -.167 .001 .000 .470 .000
-.129 .334 .024 -.117 -.221 1.000 -.415 .029 .000 .364 .042 .001
.674 .206 .077 .239 -.167 -.415 1.000 .000 .001 .129 .000 .007 .000
.000 .077 .005 .001 .029 .000
.205 .002 .000 .000 .001
.363 .470 .364 .129
.000 .042 .000
.001 .007
.000
Sumber: Data penelitian, diolah. Matriks korelasi data rasio keuangan bank tahun 1996 menunjukkan terdapat dua korelasi di antara variabel yang cukup tinggi dan signifikan yaitu 1) Korelasi antara variabel PTK dengan RORA sebesar
0,674 dengan tingkat signifikasi 0,000 dan 2) Korelasi antara variabel LCDR dengan NRFF sebesar –0,690 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena matriks korelasi menunjukkan terdapat beberapa variabel yang
101
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 95-107
mempunyai korelasi yang lebih dari 0,50 secara signifikan maka penggunaan principal component analysis dapat diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai uji Barlett adalah 461,963 dengan tingkat signifikansi 0,000, sehingga hipotesis nol yang menyatakan variabel-variabel dalam populasi tidak berkorelasi, dinyatakan ditolak. Nilai indeks KMO adalah 0,566 lebih besar daripada 0,50. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan penggunaan PCA dinyatakan merupakan cara yang cocok untuk analisis matriks korelasi observasi. Untuk data sampel tahun 1996, scree plot yang dihasilkan menunjukkan bahwa titik patah plot berada pada tiga komponen. Jumlah persentase varian kumulatif untuk tiga komponen adalah sebesar 72,787%, yang lebih besar dari numlah persentase varian kumlatif minimal 60%. Berdasarkan ketiga cara tersebut banyaknya komponen yang digunakan untuk MANOVA adalah tiga komponen principal. Matriks komponen yang telah dirotasi dalam Tabel 5 dapat diidentifikasi variabel-variabel yang mempunyai korelasi tinggi pada suatu komponen, sebagai berikut 1) Variabel NRFF, LCDR, dan CAR mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 1; 2) Variabel PTK, RORA, dan HK mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 2; dan 3) Variabel FBI mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 3. Tabel 5 Matriks Komponen Rotasian
Variabel RORA NRFF FBI CAR LCDR HK PTK
1
Komponen 2
3
.297 .885 -4.091E-03 -.456 -.856 .496 6.722E-02
.811 .216 4.521E-02 .384 -.118 -.541 .918
.143 .103 .915 .272 6.561E-02 .291 7.002E-03
Sumber: Data penelitian, diolah. Variabel-variabel mempunyai component loading besar pada satu komponen yang sama dapat diinterpretasikan bahwa variabel-variabel tersebut berada dalam suatu dimensi yang sama sehingga dapat
102
dilakukan peringkasan dari beberapa variabel menjadi satu dalam satu komponen atau dimensi. Hasil principal component analysis menunjukkan bahwa 1) Variabel NRFF, LCDR, dan CAR berada dalam satu dimensi yaitu komponen 1, diberi nama profitabilitas, likuiditas, dan permodalan; 2) Variabel PTK, RORA, dan HK berada dalam satu dimensi yaitu komponen 2, diberi nama produktivitas dan profitabilitas; dan 3) Variabel FBI berada dalam komponen 3, diberi nama dimensi pendapatan. Skor ketiga komponen principal akan digunakan sebagai masukan bagi analisis multivariate berikutnya yaitu MANOVA. Pemilihan variabel pengganti dilakukan dengan menggunakan informasi dalam matriks komponen yang dirotasi. Variabel yang mempunyai component loading paling besar pada suatu komponen dapat dipilih sebagai variabel pengganti komponen yang bersangkutan, dengan hasil sebagai berikut 1) Variabel pengganti untuk komponen 1 dipilih variabel NRFF karena mempunyai component loading tertinggi yaitu 0,885; 2) Variabel pengganti untuk komponen 2 dipilih variabel PTK karena mempunyai component loading tertinggi yaitu 0,918; dan 3) Variabel pengganti untuk komponen 3 adalah variabel FBI dengan component loading 0,915. Berdasarkan hasil tersebut maka variabel pengganti yang dipilih untuk mewakili ketiga komponen untuk analisis berikutnya adalah variabel NRFF, PTK, dan FBI. Tahap akhir dalam PCA adalah penentuan kesesuaian model. Kesesuaian model diuji menggunakan residual yag merupakan perbedaan antara korelasi observasi dengan korelasi reproduksi yang diestimasi dari matriks komponen. Tabel 6 berikut ini menyajikan informasi korelasi yang direproduksi berserta residual. Semua residual yang dihasilkan dalam analisis ini adalah relatif kecil yaitu di bawah 0,25 sehingga model principal component di atas cukup mempunyai kesesuaian dengan data.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
Tabel 6 Korelasi Reproduksian
Reproduksian
Residual
RORA NRFF FBI CAR LCDR HS PTK RORA NRFF FBI CAR LCDR HS PTK
RORA
NRFF
FBI
CAR
.766 .452 .166 .215 -.341 -.250 .765
.452 .841 .100 -.292 -.776 .352 .258 -2.851E-02
.166 .100 .839 .268 5.818E-02 .240 4.761E-02 -6.877E-02 -4.404E-02
.215 -.292 .268 .429 .362 -.355 .324 -4.115E-02 .102 -.244
-2.851E-02 -6.877E-02 -4.115E-02 .137 .121 -9.074E-02
-4.404E-02 .102 8.631E-02 -1.762E-02 -5.222E-02
-.244 -6.330E-02 -.216 2.962E-02
-8.036E-02 .237 -8.513E-02
LCDR
HS
PTK
-.341 -.250 -.776 .352 5.818E-02 .240 .362 -.355 .751 -.341 -.341 .624 -.165 -.461 .137 .121 8.631E-02 -1.762E-02 -6.330E-02 -.216 -8.036E-02 .237 .120 .120 -1.668E-03 4.590E-02
.765 .258 4.761E-02 .324 -.165 -.461 .846 -9.074E-02 -5.222E-02 2.962E-02 -8.513E-02 -1.668E-03 4.590E-02
Sumber: Data penelitian, diolah. Penelitian ini menggunakan MANOVA dengan tiga variabel dependen berskala metriks —berupa skor komponen principal atau rasio keuangan sebagai variabel pengganti— dan tiga variabel independen berskala nominal. Model tersebut akan diterapkan terhadap sampel tahun 1995 maupun tahun 1996. Model MANOVA dengan menggunakan komponen principal sebagai variabel dependen untuk sampel data tahun 1995 adalah: Komponen 1 (Metriks) + Komponen 2 (Metriks) + Komponen 3 (Metriks) = Kebangkrutan (Non-metriks) + Ukuran Aset (Non-metriks) + Kepemilikan Bank (Nonmetriks) Uji MANOVA dengan menggunakan skor komponen principal terhadap sampel tahun 1995 dilakukan sebagai berikut: 1. Hipotesis a. H0 variabel independen kebangkrutan: Kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen kebangkrutan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kebangkrutan bank terhadap komponen. b. H0 variabel independen ukuran: Kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok
variabel independen ukuran aset bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori ukuran aset bank terhadap komponen. c. H0 variabel independen kepemilikan: Kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen jenis kepemilikan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kepemilikan bank terhadap komponen. 2. Simpulan a. H0 variabel kebangkrutan diterima karena probability value pengujian (Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace,d an Roy’s Largest Root) sebesar 0,11 yang lebih besar daripada 0,05. Simpulan yang dibuat adalah kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen kebangkrutan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kebangkrutan bank terhadap komponen. b. H0 variabel pukuran ditolak karena probability value pengujian sebesar 0,004 yang lebih kecil daripada 0,05. Simpulan yang dibuat adalah terdapat paling tidak satu vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen ukuran aset bank yang berbeda atau terdapat pengaruh
103
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 95-107
pembedaan kategori ukuran aset bank terhadap komponen. c. H0 variabel kepemilikan diterima karena probability value pengujian sebesar 0,402 yang lebih besar daripada 0,05. Simpulan yang dibuat adalah kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen kepemilikan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kepemilikan bank terhadap komponen. Model MANOVA dengan menggunakan variabel pengganti berupa rasio keuangan sebagai variabel dependen untuk sampel data tahun 1995 adalah: FBI (Metriks) + CAR (Metriks) + NRFF (Metriks) = Kebangkrutan (Non-metriks) + Ukuran Aset (Nonmetriks) + Kepemilikan Bank (Non-metriks) Uji MANOVA dengan menggunakan variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF—terhadap sampel tahun 1995 dilakukan sebagai berikut: 1. Hipotesis: a. H0 variabel independen kebangkrutan: Kedua vektor mean skor variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF— dalam kelompok-kelompok variabel independen kebangkrutan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kebangkrutan bank terhadap FBI, CAR, dan NRFF. b. H0 variabel independen ukuran: Kedua vektor mean variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF— dalam kelompok-kelompok variabel independen ukuran aset bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori ukuran aset bank terhadap FBI, CAR, dan NRFF. c. H0 variabel independen kepemilikan: Kedua vektor mean variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF— dalam kelompok-kelompok variabel independen jenis kepemilikan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kepemilikan bank terhadap FBI, CAR, dan NRFF. 2. Simpulan: a. H0 variabel independen kebangkrutan dinyatakan ditolak, karena probability value pengujian adalah 0,046 yang lebih kecil daripada 0,05. Simpulan yang dibuat adalah paling tidak terdapat satu vektor mean variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF— dalam
104
kelompok-kelompok variabel independen kebangkrutan bank yang berbeda atau ada pengaruh pembedaan kategori kebangkrutan bank terhadap FBI, CAR, dan NRFF. b. H0 variabel independen ukuran dinyatakan ditolak, karena probability value pengujian adalah 0,008 yang lebih kecil daripada 0,05. Simpulan yang dibuat adalah paling tidak terdapat satu vektor mean variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF— dalam kelompok-kelompok variabel independen ukuran aset bank yang berbeda atau ada pengaruh pembedaan kategori ukuran aset bank terhadap FBI, CAR, dan NRFF. c. H0 variabel independen kepemilikan dinyatakan ditolak, karena probability value pengujian adalah 0,008 yang lebih kecil daripada 0,05. Simpulan yang dibuat adalah paling tidak terdapat satu vektor mean variabel pengganti —FBI, CAR, dan NRFF— dalam kelompok-kelompok variabel independen jenis kepemilikan bank yang berbeda atau ada pengaruh pembedaan kategori kepemilikan bank terhadap FBI, CAR, dan NRFF. Model MANOVA dengan menggunakan komponen principal sebagai variabel dependen untuk sampel data tahun 1996 adalah: Komponen 1 (Metriks) + Komponen 2 (Metriks) + Komponen 3 (Metriks) = Kebangkrutan (Non-metriks) + Ukuran Aset (Non-metriks) + Kepemilikan Bank (Nonmetriks) Uji MANOVA dengan menggunakan skor komponen principal terhadap sampel tahun 1996 dilakukan sebagai berikut: 1. Hipotesis-hipotesis nol sama dengan hipotesis nol MANOVA dengan skor komponen untuk sampel tahun 1995. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. 2. Simpulan: a. H0 variabel independen kebangkrutan dinyatakan diterima karena probability value pengujian adalah 0,123 yang lebih besar dari 0,05. Simpulan yang dibuat adalah kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen kebangkrutan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kebangkrutan bank terhadap komponen.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
b. H0 variabel independen ukuran dinyatakan diterima karena probability value pengujian adalah 0,544 yang lebih besar dari 0,05. Simpulan yang dibuat adalah kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen ukuran aset bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori ukuran aset bank terhadap komponen. c. H0 variabel independen kepemilikan dinyatakan diterima karena probability value pengujian adalah 0,423 yang lebih besar dari 0,05. Simpulan yang dibuat adalah kedua vektor mean komponen dalam kelompok-kelompok variabel independen jenis kepemilikan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kepemilikan bank terhadap komponen. Model MANOVA dengan menggunakan variabel pengganti berupa rasio keuangan sebagai variabel dependen untuk sampel data tahun 1996 adalah: NRFF (Metriks) + PTK (Metriks) + FBI (Metriks) = Kebangkrutan (Non-metriks) + Ukuran Aset (Nonmetriks) + Kepemilikan Bank (Non-metriks) Uji MANOVA dengan menggunakan variabel pengganti —NRFF, PTK, dan FBI—terhadap sampel tahun 1996 dilakukan sebagai berikut: 1. Hipotesis-hipotesis nol sama dengan hipotesis nol MANOVA dengan variabel pengganti untuk sampel tahun 1995, tapi dengan variabel pengganti berupa
NRFF, PTK, dan FBI. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. 2. Simpulan: a. H0 variabel independen kebangkrutan dinyatakan diterima karena probability value pengujian adalah 0,380 yang lebih besar dari 0,05. Simpulan yang dibuat adalah kedua vektor mean variabel pengganti —NRFF, PTK, dan FBI— dalam kelompokkelompok variabel independen kebangkrutan bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori kebangkrutan bank terhadap NRFF, PTK, dan FBI. b. H0 variabel independen ukuran dinyatakan diterima karena probability value pengujian adalah 0,143 yang lebih besar dari 0,05. Simpulan yang dibuatadalah kedua vektor mean variabel pengganti —NRFF, PTK, dan FBI— dalam kelompokkelompok variabel independen ukuran aset bank adalah sama atau tidak ada pengaruh pembedaan kategori ukuran aset bank terhadap NRFF, PTK, dan FBI. c. H0 variabel independen kepemilikan dinyatakan ditolak karena probability value pengujian adalah 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. Simpulan yang dibuat adalah paling tidak terdapat satu vektor mean variabel pengganti —NRFF, PTK, dan FBI— dalam kelompok-kelompok variabel independen jenis kepemilikan bank yang berbeda atau ada pengaruh pembedaan kategori kepemilikan bank terhadap
Tabel 7 Ringkasan Tingkat Signifikansi MANOVA
Variabel Kebangkrutan Ukuran Kepemilikan Variabel Kebangkrutan Ukuran Kepemilikan
Sampel Tahun 1995 Komponen Principal Variabel Pengganti 0,110 0,004 0,402 Sampel Tahun 1996 Komponen Principal 0,123 0,544 0,423
0,046 0,008 0,008 Variabel Pengganti 0,380 0,143 0,001
Sumber: Data penelitian, diolah.
105
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 95-107
NRFF, PTK, dan FBI. Pengamatan terhadap ringkasan hasil analisis secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan temuan-temuan tertentu. Perbandingan tingkat signifikansi dan banyaknya penolakan hipotesis berdasarkan perbedaan penggunaan masukan untuk MANOVA — dengan menggunakan komponen principal atau variabel pengganti— dan perbedaan penggunaan MANCOVA —covariate LCDR dan RORA— atau tanpa MANCOVA dalam MANOVA diharapkan dapat meenghasilkan temuan-temuan yang bermanfaat. Tabel 7 menyajikan ringkasan hasil analisis untuk sampel tahun 1995 dan 1996. Ringkasan tingkat signifikansi yang dihasilkan MANOVA pada Tabel 7 menunjukkan bahwa penggunaan variabel pengganti untuk masukan MANOVA menghasilkan pengaruh variabel independen yang signifikan (sama atau kurang dari 0,05) atau simpulan penolakan hipotesis nol, yang lebih banyak daripada penggunaan komponen principal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dengan MANOVA yang telah diperoleh serta pengamatan terhadap ringkasan tingkat signifikansi yang dihasilkan MANOVA untuk sampel tahun 1995 dan 1996 dapat dibuat simpulan-simpulan sebagai berikut 1) Penggunaan variabel pengganti untuk masukan MANOVA menghasilkan pengaruh variabel independen yang lebih besar daripada komponen principal; 2) Variabel kebangkrutan tidak mempengaruhi karaketristik keuangan bank; 3) Variabel ukuran aset bank mempengaruhi karakteristik keuangan bank; dan 4) Variabel independen jenis kepemilikan mempengaruhi karakteristik keuangan bank. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini berfokus pada situasi krisis moneter pada tahun 1997 dan 1998. Pada periode banyak bank yang diluidasi atau dibekukan operasinya. Penelitian ini tidak menggunakan data peristiwa kebangkrutan bank yang pernah terjadi sebelum periode tersebut karena kesulitasn untuk memperoleh data kebangkrutan bank sebelum tahun 1990an. Keterbatasan yang lain adalah bahwa penelitian ini belum mempertimbangkan
106
kemungkinan adanya hubungan moderasi di antara variabel-variabel penelitian. Saran Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran aset bank dan jenis kepemilikan mempengaruhi karakteristik keuangan bank. Temuan ini bermanfaat bagi para nasabah bank dan Bank Indonesia untuk menggunakan ukuran aset dan jenis kepemilikan bank untuk mengidentifikasi karakteristik suatu bank yang kemudian sebagai masukan untuk membuat suatu keputusan. Nasabah bank dapat memanfaatkan temuan ini untuk memutuskan apakah akan menyimpan atau menarik uangnya di suatu bank. Bank Indonesia dapat menggunakan temuan ini untuk mengidentifikasi awal keadaan suatu bank untuk tujuan pembinaan bank-bank tertentu yang memerlukan.
DAFTAR PUSTAKA Altman, Edward I.. 1968. “Financial Ratios, Discriminant Analysis, and the Prediction of Corporate Bankruptcy.” The Journal of Finance 23 (4): 589-609. Altman, Edward I., Robert G. Haldeman, dan P. Narayan. 1977. “Zeta Analysis: A New Model to Identify Bankruptcy Risk of Corporation.” The Journal of Banking and Finance 1 (1): 29-54. Barnes, Paul. 1987. “The Analysis and Use of Financial Rastios: A Review Article.” Journal of Business Finance and Accounting 14 (4): 449-461. Dambolena, Ismael G, dan Sarkis J. Khoury. 1980. “Ratio Stability and Corporate Failure.” The Journal og Finance 35 (4): 1017-1026. Deakin, Edward B. 1972. “A Discriminant Analysis of Predictors of Business Failure.” The Journal of Accounting Reasearch 10 (1): 167-179. Edmister, Robert O. 1972. “An Empirical Test of Financial Ratios Analysis for Small Business Failure
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KEUANGAN BANK BERDASARKAN ............... (Eko Widodo Lo)
Prediction.” The Journal of Financial and Quantitative Analysis 7 (2) 1477-1493. Hair, J.F.; Anderson, R.E.; Tatham, R. L.;Black, W.C. 1987. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice-Hall: New Jersey. Hutchinson, P.; Meric, I; Meric, G. 1988. “The Financial Characteristics of Small Firms Which Achieve Quatation on the UK UnlistedSecurities market.” Journal of Business Finance & Accounting 15 (1): 9-19. Lincoln, Mervyn. 1984. “An Empirical Study of the Usefulness of Accounting Ratios to Describe Levels of Insolvency Risk.” The Journal of Banking and Finance 8 (2): 321-340. Meric, Gulser; Leveen, Serpil S.; Meric, Ilhan. 1991. “The Financial Characteristics of Commercial Banks Involved in Interstaste Acquisitions.” Financial Review 26 (1): 75-90. Ohlson, James A. 1980 “Financial Rastios and the Probabilistic Prediction of Bankruptcy.” Journal of Accounting Research 18 (1): 109-131. Palepu, Krishna G. “Predicting Takeover Target: A Methodological and Empirical Analysis.” Journal of Accounting and Economics: 8, 1986: hal. 3 – 35. Wilopo. 2001. “Prediksi Kebangkrutan Bank.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (2): 184-194. Sharma, Subhash. Applied Multivariate Techniques. First Edition. John Wiley & Sons Inc.: New York, 1996. Swa Sembada, 10/XII/11-31 Juli 1996. Swa Sembada, 13/XIII/17-30 Juli 1997.
107
ISSN: 1978-3116 STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
Vol. 6, No. 2 Juli 2012 Hal. 109-136
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT MOMENTUM PORTOFOLIO PEMENANG-PECUNDANG DI INDONESIA Dionysia Kowanda Universitas Gunadarma
Rowland Bismark Fernando Pasaribu ABFI PERBANAS Institute Jakarta E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Future uncertainties and the uneven distribution of information is a phenomenon that becomes background of the emergence of various concepts and approaches regarding investment strategies, and a popular one is the momentum strategy that was first introduced by Jegadesh and Titman in 1993. Momentum investment strategy in a simple way, belief that the good performance of stocks of the past winners is expected to continue in the future. By implementing the Jegadesh and Titman approach, this study aims to find momentum profits of the winner-loser portfolios are formed and the time period of ownership that gives the highest return of the winner-loser portfolios are formed. In addition it also conducted the testing momentum as risk factors in the framework of asset pricing models of the four factors. Empirical calculation results that the winner portfolio is effective for the formation of a threemonth period with ownership of a nine-month period, while for the loser portfolio, the effectiveness is the establishment of nine-month period to twelve months of ownership. The findings reinforce other research, which despite the differences, profit performance difference between the two portfolios statistically insignificant. From the four factor asset pricing models, simultaneously the model has a significant effect on stock portfolio, except the three large cap stock portfolios. From replication the four risk factors partially; it appears that size is the dominant factor concerning the significance influence statistically.
Keywords: stock portfolio, winner-loser portfolio, overreaction JEL Classification: G12, G14, G17
PENDAHULUAN Ketika harga suatu komoditi tidak lagi mencerminkan dinamika permintaan dan penawaran yang ada, maka timbul suatu usaha pencarian solusi guna menyikapinya karena dampaknya secara langsung akan mempengaruhi motivasi-motivasi seseorang untuk memiliki komoditi tersebut. Terlebih apabila komoditi yang dimaksud adalah komoditi yang menjadi alat atau instrumen penyimpanan nilai atau investasi. Ketidakpastian akan masa mendatang, adalah salah satu fenomena yang seolah membatasi niatan perilaku investasi yang telah puluhan tahun menjadi obyek kajian penelitian di bidang manajemen keuangan khususnya teori investasi. Berbagai konsep, teori, dan pendekatan-pendekatan ilmiah telah dilakukan menyikapinya, yang semuanya itu mencoba memberi penjelasan rasional perihal penetapan harga aset yang layak menjadi komoditi atau instrument investasi. Setelah keresahan perihal bagaimana seharusnya pemodelan yang layak mengenai penetapan harga aset terpenuhi, maka dinamika pro-kontra akan suatu model yang terbentuk pun seolah menjadi keharusan pencapaian konsensus penggunaan suatu model
109
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
penetapan harga aset. Tak kurang mulai dari teori CAPM-nya Sharpe, hingga kemunculan ide kreatifnya Fama (1970) perihal distribusi informasi (teori efisiensi pasar) yang diikuti oleh model penetapan harga aset multifaktor, mendominasi dunia kajian ilmiah teori investasi. Jika model penetapan harga aset adalah suatu cara dalam menyikapi arus informasi, maka setelah 15 tahun setelah kemunculannya, teori pasar efisiensi baik secara langsung atau tidak langsung menginspirasi Debondt dan Thaler (1985) dalam memunculkan teori investasi berikutnya, yakni “hipotesis reaksi berlebihan”. Ide utama teori ini adalah investor yang hanya mengambil informasi sepenggal dan bertindak reaksi berlebihan terhadap munculnya informasi baru tersebut. Tindak-lanjut hipotesis ini pada tahapan selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai strategi investasi kontrarian. Delapan tahun kemudian, Jegadeesh dan Titman (1993) mengutarakan ide sebaliknya dari apa yang diutarakan Debondt dan Thaler (1985), yaitu membeli saham pemenang masa lalu dan jual saham pecundang. Ini adalah salah satu strategi perdagangan investor yang paling sederhana di pasar saham yang dapat dipilih untuk diterapkan. Pada fase berikutnya, dikotomi strategi kontrarian versus strategi momentum segera menggejala pada kecenderungan penelitian perihal strategi investasi, entah itu dikaitkan dengan model penetapan harga aset atau fokus komparasi pada simulasi implementasi kedua strategi tersebut. Strategi momentum secara sederhana adalah strategi investasi yang membeli saham pemenang dan menjual saham pecundang berdasarkan data masa lalu yang karena dibangun sedemikian rupa hingga dapat memanfaatkan pergerakan harga yang sedang berlangsung dari saham. Intuisi di balik strategi ini sangat sederhana, karena secara logika sederhana menyimpulkan bahwa saham yang telah menghasilkan kinerja yang baik di masa lalu pasti juga akan melakukannya dengan baik di masa depan. Jika memang harga saham masa lalu adalah indikasi tentang bagaimana saham akan tampil di masa depan, bukankah hal ini melanggar asumsi yang sangat inti dari teori keuangan klasik yang diajarkan di sekolah-sekolah bisnis di seluruh dunia. Keberadaan momentum harga di sisi lain meski telah terbukti secara empiris terdapat di banyak pasar
110
saham di berbagai negara, masih banyak juga pihak yang menyatakan eksistensinya itu tak lebih dari sekedar anomali pasar belaka, namun perlahan tetapi pasti hal ini telah menunjukkan permintaan yang besar perihal alternatif atas kinerja teori-teori keuangan tradisional tersebut. Hipotesis Pasar Efisien dan Model Penetapan Harga Modal Aset (CAPM) dianggap tidak maksimal untuk menangkap perilaku momentum yang tak terduga dari harga saham. Para pendukung teori keuangan klasik pun kembali berpendapat bahwa anomali ini tidak lebih dari penyimpangan langka dari dalil pasar efisien, namun momentum telah terbukti eksis selama beberapa dekade. Jika momentum harga memang eksis, ini akan berarti semacam perilaku investasi rasional (atau sesuatu yang paling tidak rasional dari perspektif teori keuangan tradisional), yang akhirnya membawa ke pertanyaan selanjutnya, yaitu apakah keberadaan momentum harga telah menjadi argumen yang kuat untuk pengembangan teori keuangan perilaku yang dapat menggambarkan dan menganalisis anomali yang terjadi. Teori keuangan perilaku adalah seperangkat luas dari teori-teori yang menggunakan perilaku psikologis dan sosial dari investor untuk menjelaskan mengapa pasar menyimpang dari pasar yang efisien dan telah menjadi bidang penelitian semakin populer dalam beberapa dekade terakhir. Meski temuan empiris banyak mendukung keberadaan momentum harga, masih ada keraguan tentang strategi profitabilitas momentum, misalnya perihal biaya transaksi, keterbatasan pasar, biaya peluang dan risiko yang tinggi yang menjadikan strategi ini tidak menguntungkan dan tidak mungkin untuk dilaksanakan sebagai strategi perdagangan. Karenanya, momentum harga masih tetap menjadi salah satu teka-teki yang belum terpecahkan di dunia keuangan. Fenomena ini, meskipun relatif baru, telah diteliti secara menyeluruh sepanjang hampir dua dekade (1993-2012), namun penyebab momentum masih diperdebatkan, karena yang menjadi eksistensi momentum harga ini baru sekedar temuan-temuan dari studi empiris utamanya dari kalangan akademis. Momentum atau kelanjutan dari tingkat pengembalian saham jangka menengah (3-12 bulan), sebagai fakta empiris dan teka-teki anomali harga itu, pertama kali ditemukan dan dibuktikan secara ilmiah oleh Jegadeesh dan Titman (1993), meski studi penelitian sebelumnya juga telah mengindikasikan
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
adanya momentum harga. Sejak penelitiannya menjadi fenomena keuangan momentum harga terus menantang para peneliti keuangan, akademisi, dan praktisi perihal konsensus atas ekspektasi solusinya. Momentum dan konteks teoritis yang lebih besar dari keuangan perilaku tampaknya menghadirkan warna baru yang posisinya kini tak lagi hanya sekedar wacana, rumor, atau isu bahkan kebingungan yang agak sulit dijelaskan. Saat ini penelitian perihal strategi investasi momentum telah memiliki alat-alat ukur, pendefinisian, dan metodologi sistematis untuk menelitinya. Salah satu alasan atas kebingungan pada ruang lingkup penelitian ini adalah bahwa kedua komunitas (akademisi dan praktisi keuangan perdagangan) memberikan kontribusi pada literatur momentum harga, dan cara mendekati subyek sangat berbeda. Untuk praktisi, perdebatan akademis tentang penyebab momentum harga dapat tampak berlebihan, tetapi tetap akademisi keuangan menghasilkan banyak tesis teoritis dan model perilaku yang menunjukkan kemungkinan penyebab untuk anomali harga ini. Sebagian besar teori yang dikembangkan pada penyebab momentum harga bertentangan dan tidak ada konsensus yang tercapai seperti mengapa momentum harga ada. Beberapa penelitian fokus untuk saham-faktor tertentu, penelitian lain menggunakan industri untuk menjelaskan momentum dan penelitian lain menggunakan argumen kondisi makroekonomi yang lebih luas sebagai penjelasannya. Beberapa penelitian juga berpendapat bahwa momentum harga yang signifikan anomali tidak akan pernah bertahan, dan bahwa penyimpangan sementara dari pasar yang efisien dapat dijelaskan dengan faktor risiko, ciri khas argumen yang sangat mendukung literatur keuangan klasik. Dinamika penggunaan data, pemilihan sampel, dan pendekatan yang digunakan dalam komparasi strategi investasi kontrarian versus momentum, diduga sebagai faktor-faktor yang menghasilkan dinamika tafsiran output hasil penelitian terdahulu. Oleha karena itu, penelitian ini mencoba menggunakan pendekatan profit momentum yang digunakan Jegadesh dan Titman (1993) dan bukannya abnormal return dalam membingkai capaian portofolio saham pemenang dan pecundang. Tujuan penelitian untuk mengetahui 1) besar keuntungan dari portofolio yang terbentuk dengan menggunakan strategi investasi momentum pada tiap periode pembentukan (forming period) dan
periode pengujian (holding period) di bursa efek Indonesia; 2) kombinasi waktu terefektif dari portofolio yang terbentuk dalam menghasilkan profit tertinggi; dan 3) konfirmasi signifikansi perbedaan yang dicapai oleh kedua portofolio tersebut. MATERI DAN METODE PENELITIAN Strategi yang mencoba memanfaatkan momentum saham disebut sebagai strategi momentum atau strategi kekuatan relatif. Strategi momentum dibagi ke dalam periode pembentukan dan periode kepemilikan. Periode pembentukan adalah dimana saham diperingkatkan dari yang tertinggi ke terendah berdasarkan tingkat pengembaliannya. Intuisi di balik strategi ini adalah bahwa saham-saham yang memiliki kinerja yang baik di masa lalu akan terus tampil baik di masa depan dan karena itu investor harus berinvestasi dalam sahamsaham yang dimaksud tersebut. Sebaliknya, saham yang tampil buruk di masa lalu akan terus berkinerja buruk di masa depan dan oleh karenanya investor jangan berinvestasi di saham yang dimaksud, atau mengambil posisi short di saham-saham berkinerja buruk ini dan mengeksploitasi ekspektasi penurunan dalam harganya. Periode kepemilikan adalah periode di mana investor memegang saham momentumnya. Periode pembentukan dan masa kepemilikan dapat bervariasi dalam panjangnya durasi tetapi yang dimaksud periode momentum secara umum adalah perihal periode pembentukan dan masa kepemilikan jangka menengah (3-12 bulan). Jegadeesh dan Titman (1993) memperoleh bukti dari strategi yang menghasilkan keuntungan positif yang signifikan berdasarkan harga saham historis pasar AS, sambil menerapkan periode holding dari 3-12 bulan. Jegadeesh dan Titman tidak memperlakukan tingkat pengembalian yang positif ini terhadap perbedaan dalam faktor risiko sistematis antara pemenang dan pecundang masa lalu atau reaksi tertunda saham untuk faktor umum, melainkan menunjukkan bahwa momentum harga terjadi karena reaksi harga yang tertunda untuk informasi-spesifik perusahaan. Informasi lain adalah tingkat pengembalian positif yang dihasilkan oleh strategi momentum menguap untuk tahun berikutnya setelah masa-kepemilikan. Data yang digunakan dalam studi empiris didasarkan pada data harga pada saham Amerika selama 24 tahun (yang
111
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
tercatat di NYSE dan bursa AMEX). Pemeringkatan saham dilakukan menjadi 10 desil portofolio atas dasar tingkat pengembalian sebelumnya, sebagai periode pembentukan portofolio. Portofolio desil teratas didenominasikan sebagai portofolio “pemenang” dan portofolio desil terbawah didenominasi sebagai portofolio “pecundang”. Keseluruhan strategi portofolio terdiri dalam membeli portofolio “pemenang” dan menjual portofolio “pecundang” setiap kali masa kepemilikan berakhir. Jegadeesh dan Titman mengimplementasikan strategi pembobotan tertimbang yang sama sehingga saham masing-masing diwakili dalam jumlah nilai pasar yang sama dalam sampel total saham sepanjang masa. Enambelas strategi yang berbeda diikuti dengan mengkombinasikan periode pembentukan dan kepemilikan (3-bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan), tetapi sebahagian besar fokusnya didasarkan pada strategi memilih saham berdasarkan tingkat pengembalian masa lalu 6-bulan dan masa kepemilikan 6-bulan, yang terbukti menghasilkan laba sekitar 1 persen per bulan (strategi yang paling menguntungkan terdiri dari periode pembentukan 12-bulan dan periode holding 3-bulan yang menghasilkan tingkat pengembalian bulanan 1,49%). Rouwenhorst (1998) meneliti profitabilitas strategi momentum di 12 negara Eropa yang berbeda termasuk Denmark menggunakan data tahun 1980 sampai 1995 dan mereplikasi periode pembentukan portofolio dan kepemilikan yang diterapkan dalam studi Jegadeesh dan Titman (1993). Ditemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat pengembalian jangka menengah (lebih dari 1% sebulan setelah mengoreksi risiko) antara pemenang masa lalu dan pecundang masa lalu dalam portofolio yang terdiversifikasi secara internasional dibangun dari saham di 12 negara Eropa yang berbeda. Rouwenhorst juga menunjukkan berdasarkan temuannya bahwa kelanjutan tingkat pengembalian lebih kuat di perusahaan kecil daripada perusahaan besar dan bahwa momentum harga dapat ditelusuri kembali ke faktor umum momentum harga, karena korelasi strategi kekuatan relatif di pasar saham Amerika dan Eropa. Tahun berikutnya, Rouwenhorst (1999) membuat suatu analisis faktor lokal tingkat pengembalian di pasar saham negara berkembang, yang penuh dengan momentum sebagai salah satu faktor tingkat pengembalian dan merupakan perpanjangan dari
112
penelitian sebelumnya pada subyek yang sama. Rouwenhorst memanfaatkan Database Emerging Markets dari IFC untuk studi ini, di mana 1.750 perusahaan di 20 negara berkembang berbeda digunakan selama periode sampel selama 22 tahun (1975-1997). Ditemukan bahwa faktor-faktor yang mendorong perbedaan lintassektor dalam ekspektasi tingkat pengembalian saham di pasar saham negara berkembang secara kualitatif serupa dengan yang telah didokumentasikan untuk pasar negara maju. Salah satu faktor pentingnya adalah momentum harga dan dokumentasi tentang keberadaan momentum harga di pasar negara berkembang yang menunjukkan bahwa fenomena ini memang ada pada kondisi makroekonomi yang berbeda di setiap negara. Dijk dan Johan (2002) mereplikasi metodologi Rouwenhorst (1998) dan mendasarkan analisisnya pada data momentum harga saham dari 15 negara Eropa pada periode 1987-1999. Temuannya konsisten dengan Rouwenhorst (1998) dan hasil temuan bahwa harga strategi momentum memang menguntungkan dalam jangka menengah di pasar Eropa juga setelah koreksi untuk saham yang terkait risiko, rasio nilai buku-kenilai pasar dan efek ukuran. Keduanya menghubungkan pelaporan perilaku analis saham dan sikap underreaction-nya terhadap informasi baru dan kelanjutan tingkat pengembalian saham dalam jangka menengah dan menyarankan penelitian lebih lanjut tentang perilaku analis saham dan momentum harga. Pengamatan yang sama dibuat oleh Griffin et al (2003) dalam sebuah penelitian yang meliputi data internasional dari 40 negara dengan kondisi makroekonomi yang berbeda. Griffin et.al menemukan bukti statistik untuk mendukung klaim bahwa momentum harga dan risiko ekonomi makro terkait. Dua model; model tanpa syarat dan model peramalan bersyarat digunakan untuk menentukan apakah variabel risiko makroekonomi dapat menjelaskan momentum. Momentum harga berikutnya tampaknya hadir di semua ekonomi makro negara tidak peduli apakah itu pertumbuhan PDB atau gerakan saham agregat dan pembalikan keuntungan momentum juga dibahas dalam penelitiannya. Meski belum sedinamis di kawasan bursa saham dunia lainnya, penelitian mengenai kajian anomali yang mengacu pada komparasi strategi momentum dan kontrarian sudah mulai semarak di Indonesia. Penelitian anomali overreaction di Indonesia oleh Sartono (2000)
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
tidak hanya menguji hipotesis overreaction di Indonesia, tetapi juga meneliti hipotesis uncertain information dan reverse anticipation puzzle secara bersamaan. Sartono menguji ketiga hipotesis tersebut untuk event positif dan negatif di BEJ periode 1995– 1998, untuk membuktikan pasar modal di Indonesia rasional atau tidak. Model yang digunakan untuk menghitung abnormal return pada penelitian ini adalah market model. Sartono mengelompokkan 180 sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini menjadi enam portofolio yaitu portofolio P1, P2, P3, N1, N2, dan N3 di mana P menggambarkan suatu event positif dan N menggambarkan suatu event negatif. Untuk masing-masing event tersebut, Sartono mengelompokkan kembali berdasarkan besarnya magnitudonya yaitu kecil (P1 dan N1), menengah (P2 dan N2), dan besar (P3 dan N3). Kemudian, untuk seluruh portofolio tersebut, Sartono mengelompokkannya menjadi perusahaan dengan kapitalisasi besar dan kecil. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa gejala overreaction di Indonesia ditemukan pada portofolio saham besar dengan portofolio saham kecil. Namun untuk event positif dari portofolio saham besar, respon negatif yang signifikan hanya ditemui pada magnitudo event kecil dan menengah, sementara untuk magnitudo besar dari event positif reaksi portofolio adalah positif yang berarti sejalan dengan hipotesis uncertain information. Sementara itu untuk portofolio saham kecil, hipotesis overreaction terjadi untuk event positif dengan magnitudo kecil dan event negatif dengan magnitudo besar. Hameed dan Kusnadi (2002) melakukan kajian strategi momentum di pasar modal Asia. Hasil penelitian Hameed dan Kusnadi menunjukkan bahwa tidak satu pun dari keenam belas strategi investasi momentum tak berbatas itu menghasilkan tingkat pengembalian yang signifikan. Temuan penelitiannya mereka menyarankan bahwa faktor negara merupakan faktor penting dalam tingkat pengembalian saham yang menang-kalah pada pasar modal-pasar modal tersebut. Lebih jauh, studi ini mencatat bahwa setelah dilakukan kontrol terhadap faktor ukuran dan perputaran, laba negara netral tidak lagi signifikan. Secara keseluruhan, hasil studinya tidak berhasil membuktikan adanya momentum di pasar modal Asia. Studi Manurung dan Priotomo (2005) mencoba mengamati apakah keberadaan anomali overreaction
terdapat di BEJ khususnya pada sektor industri tekstil, perdagangan besar produksi, perdagangan eceran selama tahun 2001-2003, dan melihat apakah anomali overreaction yang terdapat di BEJ memiliki ciri-ciri yang sama dengan anomali overreaction yang ditemukan dalam penelitiannya De Bondt-Thaler. Hasil penelitiannya adalah 1) anomali overreaction atau pembalikan CAR pecundang dan pemenang terjadi (dimana CAR saham pecundang mengungguli CAR saham pemenang) hanya terdapat pada dua replika yaitu replika 1 tahun 2001 yaitu pada bulan April sampai dengan Juni tahum 2001; 2) sesuai dengan anomali overreaction yang ditemukan oleh De Bondt-Thaler, di BEJ juga ditemukan bahwa efek dari overreaction lebih besar berpengaruh terhadap saham-saham pecundang dibandingkan saham-saham pemenang sehingga strategi kontararian sangat berisiko dilakukan oleh investor dalam melakukan kegiatan investasinya di BEJ khususnya pada sektor industri tekstil, perdagangan besar, dan perdagangan eceran. Rahmawati dan Suryani (2005) melakukan studi dengan cakupan sampel emiten-emiten manufaktur. Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui apakah ada reaksi berlebihan (overreaction) terhadap harga-harga saham perusahaan manufaktur yang ada di BEJ yang ditandai dengan portofolio loser mengungguli portofolio winner. Pengujian perihal keberadaaan reaksi berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tahun pengujian diperoleh hasil bahwa memang terdapat indikasi overreaction yang ditandai dengan portofolio loser mengungguli portofolio winner, namun pengaruhnya tidak terjadi dalam kurun waktu yang konstan lama, tetapi terjadi secara terpisah-pisah atau separatis. Hasil penelitiannnya mendukung penelitiannya De Bondt dan Thaler (1985) dan penelitiannya Sukmawati dan Hermawan (2003). Overreaction yang terjadi secara separatis ini dapat juga memberikan penjelasan bahwa pasar modal di Indonesia, khususnya untuk perusahaan sektor manufaktur dalam kondisi efisiensi pasar dalam bentuk lemah. Overreaction yang sesaat menyebabkan investor tidak dapat mengalami abnormal return yang besar dalam waktu yang lama. Hasil pengujian signifikansi perbedaan rata-rata abnormal return antara saham golongan loser dan saham golongan winner juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return seluruh
113
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
saham golongan loser dengan seluruh saham golongan winner. Penelitian Hadi (2008) bertujuan untuk mengetahui apakah fenomena return reversal yang dialami saham-saham pemenang dan pecundang terjadi di BEJ dengan menggunakan hipotesis market overreaction dan apakah strategi investasi kontrarian dapat dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hasil studi empiris dihasilkan temuan, bahwa memang terjadi pembalikkan tingkat pengembalian baik pada saham pecundang maupun pemenang, yang dengan kata lain bahwa fenomena anomali pemenang-pecundang terjadi pada saham-saham di BEJ. Kemudian pengujian anomali pemenang-pecundang berdasarkan peringkat Price to Book Value (PBV) juga menunjukkan adanya pembalikkan tingkat pengembalian yang terjadi di BEJ. Dengan demikian, terjadi anomali pemenangpecundang di BEJ dengan metode peringkat PBV.Temuan lainnya adalah uji anomali pemenangpecundang berdasarkan peringkat Price Earning Ratio (PER) secara statistik tidak menunjukkan terjadinya pembalikkan tingkat pengembalian saham pecundang dan pemenang pada periode pengujian secara signifikan. Secara umum dinyatakan bahwa strategi investasi kontrarian dapat diterapkan. Pendekatan PER terkait profitabilitas pelaksanaan strategi kontrarian kembali digunakan oleh Wiagustini (2008). Penelitiannya bertujuan untuk menguji kinerja portofolio saham dengan PER tinggi dan PER rendah. Periode kepemilikan berikutnya dibandingkan dengan kinerja portofolio saham periode formasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja portofolio saham PER tinggi pada periode berikutnya menurun dan lebih rendah dibandingkan dengan kinerja portofolio saham PER rendah dan tingkat pengembalian portofolio pasar. Sebaliknya, kinerja portofolio saham PER rendah pada periode berikutnya meningkat dan lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja portofolio saham PER tinggi dan tingkat pengembalian portofolio pasar. Temuan yang menunjukkan saham-saham yang pada mulanya memiliki PER tinggi atau PER rendah mengalami pembalikan return pada periode berikutnya, mengindikasikan terjadi anomali pasar yang berkaitan dengan hipotesis overreaction “Efek PEER”. Anomali winner-loser atau pemenangpecundang kembali dikaji oleh Wiksuana (2008). Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa sebaiknya inves-
114
tor di pasar modal Indonesia mengimplementasikan strategi investasi kontrarian dalam melakukan pembentukan portofolio saham dengan terjadinya kecenderungan anomali winner-loser, dimana perkembangan rata-rata abnormal return portofolio saham pemenang (individual atau industri) mengalami pembalikan tingkat pengembalian rata-rata ke arah negatif. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa rata-rata abnormal return portofolio saham individual dan industri pemenang untuk formasi tiga bulan dengan preriode pengujian tiga bulan sesudahnya menunjukkan perbedaan yang negatif dan signifikan untuk berbagai kelompok portofolio saham. Harianto (2008) mencoba menguji efektivitas strategi investasi momentum dalam menghasilkan abnormal return di pasar saham. Hasil empiris menunjukkan bahwa penggunaan strategi investasi momentum di pasar saham Indonesia ternyata tidak efektif memberikan abnormal return positif yang signifikan bagi investor. Hal ini dapat dilihat dari hasil penggunaan strategi investasi momentum periode 20012005 ternyata memberikan 6 portofolio yang memiliki abnormal return positif signifikan dan 10 portfolio yang memiliki abnormal return negatif. Serupa dengan Jegadesh dan Titman (1993), penggunaan strategi momentum efektif dan yang memberikan positif abnormal return signifikan positif yang paling besar yaitu menggunakan data historis yang jangka waktu periode pengamatannya lebih lama (data 12 bulan yang lalu) masa kepemilikan (holding period) dalam jangka waktu yang lebih pendek (3 bulan). Kajian mengenai profitabilitas strategi investasi kontrarian di Indonesia, kembali dilakukan oleh Wiksuana (2009) dengan menggunakan pendekatan Debondt-Thaler (1985) untuk data Indonesia Eksistensi momentum di pasar modal yang telah berkembang disebabkan oleh faktor jual, di mana portofolio saham pecundang mengalami penurunan abnormal return yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan abnormal return portofolio saham pemenang pada akhir periode pengujian. Kondisi yang sebaliknya menurutnya terjadi di pasar modal Indonesia, dimana abnormal return portofolio saham pemenang mengalami penurunan secara signifikan pada akhir periode pengujian, sedangkan abnormal return portofolio saham loser cenderung meningkat pada akhir periode pengujian. Studinya menghasilkan dua temuan
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
penting, yaitu 1). portofolio saham pemenang menghasilkan kinerja yang negatif dan signifikan pada akhir periode pengujian. Temuan ini berlawanan arah dengan prediksi teoritis yang menyatakan bahwa portofolio saham pemenang seharusnya menghasilkan kinerja yang positif dan signifikan. Hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa abnormal return portofolio saham pemenang periode formasi 3 bulan dengan periode pengujian 3 bulan sesudahnya berbeda negatif dan signifikan secara statistik untuk semua kelompok portofolio saham; 2) portofolio saham pecundang menghasilkan kinerja yang positif dan signifikan pada akhir periode pengujian. Temuan ini juga berlawanan arah dengan prediksi teoritisnya yang menyatakan bahwa portofolio saham pecundang seharusnya menghasilkan kinerja yang negatif dan signifikan. Hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa abnormal return portofolio saham loser periode formasi 3 bulan dengan periode pengujian 3 bulan sesudahnya berbeda berbeda positif dan signifikan secara statistik untuk semua kelompok portofolio saham. Penelitian Pasaribu (2011) menguji anomali overreaction terhadap saham-saham likuid di BEI selama periode 2002-2007 dengan pendekatan Debondt-Thaler (1985) memberikan temuan yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala anomali overreaction tidak terbukti di BEI pada seluruh periode-uji (triwulan, semester, dan tahunan) khususnya saham yang tergabung dalam LQ-45. Dengan demikian, strategi kontrarian secara teoritis menghasilkan pertimbangan risiko yang perlu dicermati bagi investor dalam melakukan investasinya. Berdasarkan pendekatan profit momentum Jegadesh dan Titman (1993), hipotesis strategi investasi momentum memberikan profit yang lebih superior dibandingkan strategi kontrarian di Indonesia, Dengan kata lain, hipotesis memiliki portofolio saham pemenang masa lalu dan menjual portofolio saham pecundang memang menguntungkan dibanding perihal sebalinya. Di sisi lain, penggunaan proksi Winner Minus Loser untuk menjelaskan tingkat pengembalian sejalan dengan bukti penelitian Jegadeesh dan Titman (1993) yang menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara tingkat pengembalian dan kinerja saham periode sebelumnya yang tidak terdeteksi oleh portofolio pasar, ukuran perusahaan, dan faktor distress-relative.
Data keuangan setiap emiten LQ-45 yang berupa (harga saham, market value, dan book value) periode harian, IHSG, dan SBI-1 selama periode 2005-2010 merupakan data historis. Adapun kriteria pemilihan emiten untuk dijadikan sampel adalah emiten yang tergabung dalam indeks LQ-45. Selanjutnya dihitung profit momentum yang nantinya akan digunakan eksplorasi komparasi portofolio saham winner dan loser dan pembahasan momentum (WML) dalam kerangka kerja model asset pricing empat faktor. Prospek strategi investasi momentum dalam penelitian ini dilihat melalui besaran profit momentum yang dihasilkan dari pembentukan portofolio saham melalui prosedur Jegadesh dan Titman (1993) dengan prosedur sebagai berikut 1) pertama-tama setiap periode t, saham-saham diperingkatkan berdasarkan tingkat pengembalian di masa lalu selama J bulan (3,6, 9 dan 12 bulan); 2) berdasarkan peringkat tingkat pengembalian saham tersebut dengan peringkat 10% saham dengan tingkat pengembalian tertinggi sebagai saham-saham winner (membentuk suatu portofolio winner) dan peringkat 10% saham dengan tingkat pengembalian terendah sebagai saham loser (membentuk suatu portofolio loser); 3) di setiap periode t, strategi momentum mengusulkan untuk menjual saham-saham yang masuk dalam katagori portofolio loser dan membeli sahamsaham yang masuk dalam katagori portofolio winner kemudian tetap menahannya selama K bulan; 4) setelah terbentuk portofolio pada periode yang ditentukan, selanjutnya dihitung momentum saham individual dari saham-saham pembentuk portofolio yang disebut dengan weight average wealth strategy (WRSS) yang dicetuskan oleh Jegadeesh dan Titman, 1993 dengan formula
wi ,t
1 N (rt1 rt 1 )(rit rt ) N i 1
kemudian 5) menghitung profit momentum portofolio saham winner dan loser dengan mengalikan WRSS dengan tingkat pengembalian saham-saham pembentuk portofolionya, seperti yang telah dilakukan oleh Lo dan McKinley (1990) dalam menghitung profit strategi kontrarian yang kemudian disempurnakan oleh Jegadeesh dan Titman (1993) untuk menghitung besarnya profit strategi momentum, dengan formula
115
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
N
1 t wi ,t , ri ,t (rt 1 rt 1 )(ri t rt )ri ,t N i 1 Penelitian ini menggunakan prosedur Jegadesh dan Titman (1993) dalam menyusun 12 portofolio saham yang merupakan interseksi dari kapitalisasi pasar (SMB), distress-relatif (HML), dan Momentum (WML). Portofolio saham hasil interseksi adalah: Small-Loser (SLs), Small-Neutral (SN), Small-Winner (SW), BigWinner (BW), Big-Loser (BLs), Big-Neutral (BN), Small-High (SH), Small-Middle (SM), Small-Low (SL), Big-High (BH), Big-Middle (BM), Big-Low (BL). Model Pricing Empat Faktor-nya Jegadesh dan Titman (1993) menyatakan bahwa kelebihan tingkat pengembalian dari suatu saham dapat dijelaskan oleh portofolio pasar dan model tiga faktor yang dirancang sebagai replikasi variabel risiko yang dihubungkan dengan ukuran perusahaan, rasio book-to-market (B/M) dan momentum. Menurut FFPM, tingkat pengembalian yang diharapkan portofolio saham i adalah: E(Ri) – Rf =
bi[E(Rm)-Rf] +siE(SMB) + hiE(HML) + wi(WML)
dimana bi, si, hi dan wi adalah slope dalam regresi berikut: Rit – Rf = α + bi[Rmt-Rft] + siSMB + hiHML + wiWML; i = 1, …, n dan t= 1, …,T Penggunaan proksi WML untuk menjelaskan tingkat pengembalian portofolio sesuai dengan penelitian Jegadeesh dan Titman (1993) yang menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara tingkat pengembalian dan kinerja saham periode sebelumnya yang tidak terdeteksi oleh portofolio pasar, ukuran perusahaan, dan faktor distress-relative. Lebih lanjut, penggunaan strategi mengambil long-position dalam kinerja saham yang baik pada basis periode kinerja 312 bulan sebelumnya cenderung untuk menghasilkan abnormal return positif sekitar 1 persen perbulan untuk tahun berikutnya. Analisis uji beda rata-rata akan dilakukan dalam rangka mengklarifikasi capaian profit momentum yang dihasilkan oleh portofolio pemenang dan pecundang. Pertama, dilakukan klarifikasi umum perihal perbedaan yang terjadi dengan analisis uji bedat, dan kemudian dilanjutkan dengan uji beda-F.
116
Sementara untuk pengujian model asset pricing empat faktor akan dilakukan pengujian statistik multiregresilinear secara simultan dan parsial dengan pendekatan signifikansi. HASIL PENELITIAN Tabel 1 memperlihatkan statistik deskriptif dari tingkat pengembalian saham-saham yang menjadi variabel penelitian Statistik deskriptif perlu dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai data yang tersedia. Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat nilai mean yang menggambarkan return saham serta standar deviasi yang menggambarkan risiko, saham-saham yang mengalami tingkat pengembalian tertinggi (mengalami keuntungan) adalah saham PGAS sebesar rata-rata 0,45% perhari dengan tingkat risiko sebesar 1.93%, diikuti urutan kedua saham PTBA sebesar rata-rata 0,24% dengan tingkat risiko sebesar 0.73%. Berikutnya adalah saham TINS dengan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 0,21% perhari dengan risiko sebesar 1,05%. Sementara saham UNTR perolehan tingkat pengembaliannya rata-rata sebesar 0,2% dengan risiko sebesar 0,91% perhari. Posisi terakhir dari sampel dengan tingkat pengembalian tertinggi adalah saham INCO, tingkat pengembalian sahamnya rata-rata adalah 0,19% dengan risiko sebesar 1,45% perhari. Berdasarkan Tabel 1 diperoleh lima saham dengan nilai tingkat pengembalian terendah, yakni RALS, ADHI, ISAT, SULI, dan BLTA. Saham RALS selama periode penelitian rata-rata tingkat pengembaliannya adalah 0,05% dengan tingkat risiko sebesar 0,58% perhari. Adapun saham ADHI di tempat kedua tingkat pengembaliannya adalah sebesar 0,04% dengan risiko sebesar 0,92% perhari. Selanjutnya saham ISAT ditempat ketiga dimana rata-rata tingkat pengembalian sahamnya adalah sebesar 0,03% dengan risiko sebesar 0,47% perhari. Saham SULI di urutan keempat tingkat pengembaliannya adalah 0,01% dengan risiko sebesar 1,49% perhari.
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
Tabel 1 Deskriptif Statistik Emiten
Max
Min
St.Dev
Mean
Emiten
Max
Min
St.Dev
Mean
AALI ADHI ADMG ASII BBCA BBNI BBRI BHIT BLTA BMRI BNGA BNLI BRPT CMNP CTRA ELTY GGRM INCO INDF INKP INTP
1.90% 2.69% 4.67% 1.50% 1.43% 2.93% 1.74% 5.59% 1.70% 1.80% 2.30% 1.85% 5.63% 2.59% 2.27% 3.68% 2.23% 8.24% 1.76% 4.79% 1.54%
-3.87% -3.49% -3.92% -3.06% -2.55% -3.35% -2.27% -5.10% -3.94% -2.76% -2.25% -2.23% -4.76% -1.20% -3.69% -5.48% -1.53% -5.42% -3.04% -3.29% -2.90%
0.80% 0.92% 1.01% 0.68% 0.53% 0.84% 0.61% 1.31% 0.87% 0.65% 0.68% 0.60% 1.48% 0.66% 1.07% 1.28% 0.57% 1.45% 0.73% 0.94% 0.65%
0.18% 0.04% 0.05% 0.16% 0.09% 0.07% 0.12% 0.06% -0.01% 0.13% 0.11% 0.09% 0.19% 0.06% 0.05% 0.06% 0.12% 0.19% 0.16% 0.11% 0.16%
ISAT JIHD KIJA KLBF LSIP MEDC PGAS PNBN PNLF PTBA RALS SMCB SMRA SULI TBLA TINS TKIM TLKM UNSP UNTR UNVR
0.93% 2.66% 2.30% 2.91% 2.10% 1.31% 1.02% 1.69% 1.81% 1.90% 1.82% 2.17% 1.95% 4.19% 3.72% 3.67% 2.17% 0.96% 3.29% 1.60% 1.13%
-1.40% -1.50% -2.81% -3.22% -2.80% -2.69% -2.07% -1.81% -3.31% -2.34% -2.65% -3.25% -1.88% -4.46% -4.17% -4.37% -3.28% -1.42% -4.43% -5.80% -0.68%
0.47% 0.77% 0.86% 0.78% 0.82% 0.66% 1.93% 0.64% 0.83% 0.73% 0.58% 0.80% 0.84% 1.49% 1.02% 1.05% 0.85% 0.41% 1.02% 0.91% 0.35%
0.03% 0.13% 0.05% 0.14% 0.18% 0.06% 0.45% 0.12% 0.08% 0.24% 0.05% 0.15% 0.09% 0.01% 0.11% 0.21% 0.05% 0.05% 0.09% 0.20% 0.15%
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Nomor Variabel Sig. 1 2 3 4 5 6 7 8
RmRf SMB HML WML BH BM BL. SH
0.331 0.479 0.62 0.131 0.138 0.666 0.107 0.205
Nomor Variabel 9 10 11 12 13 14 15 16
Sumber: Data penelitian, diolah.
SM S-L BW BN BLs SW SN SLs
Sig. 0.204 0.189 0.179 0.077 0.294 0.348 0.297 0.112
Uji Kolgomorov-Smiornov menjelaskan normalitas dari data yang dimiliki yaitu hipotesis null apakah berdistribusi normal. Distribusi normal tercermin dari tidak signifikannya nilai K-S Asymp.Sig.(2-tailed), sebaliknya semakin signifikan nilai K-S Asymp.Sig.(2tailed) maka semakin tidak berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil, bahwa seluruh variabel berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji multiko pada Tabel 3, diperoleh hasil bahwa seluruh persamaan multiregresi pada model asset pricing empat faktor tidak terjadi gejala multikolinearitas dan autokorelasi karena telah memenuhi asumsi kedua uji klasik tersebut.
117
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi Portofolio
Indikator
BH
Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF Tolerance VIF
BM BL. SH SM SL BW BN BLs SW SN SLs
Variabel Independen RmRf .940 1.063 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047 .955 1.047
SMB .413 2.423 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759 .362 2.759
HML .416 2.402 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764 .362 2.764
WML .989 1.011 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016 .984 1.016
DWStat 2.11 1.74 2.10 1.95 2.23 1.56 1.73 1.93 2.33 1.90 2.02 1.23
Sumber: Data penelitian, diolah. PEMBAHASAN Untuk masa pembentukkan tiga bulan pertama (JanuariMaret), secara umum dapat dikatakan bahwa portofolio pemenang memberikan keuntungan positif untuk masing-masing masa kepemilikkan. Untuk masa kepemilikan tiga bulan, portofolio pemenang rata-rata memberikan profit sebesar 0,0042% perhari, sedang untuk masa kepemilikan enam bulan, portofolio ini memberi keuntungan rata-rata sebesar 0,0288% perhari. Pada periode pembentukkan tiga bulan kedua (AprilJuni), portofolio pemenang tetap memberikan profit positif untuk seluruh masa kepemilikkan, dengan tingkat profit tertinggi adalah untuk masa kepemilikan
118
9 bulan yaitu dengan tingkat keuntungan harian ratarata sebesar 0,2345% perhari, sementara jika portofolio pemenang ini dimiliki lebih lama keuntungan hariannya justru menurun menjadi rata-rata sebesar 0,2209% perhari. Untuk periode pembentukkan portofolio triwulan ketiga (Juli-September), masa kepemilikan strategi portofolio pemenang secara umum memberikan profit positif untuk seluruh masa kepemilikkan. Masa kepemilikan terbaik portofolio pemenang ini adalah jangka waktu 12 bulan dengan profit hariannya ratarata sebesar 0,1063% perhari. Untuk masa pembentukan portofolio triwulan keempat (Oktober-Desember) secara umum baik portofolio pemenang dan pecundang memberikan keuntungan positif untuk tiap masa
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
kepemilikan. Namun kali ini, justru portofolio pecundang yang tampak superior terhadap portofolio pecundang untuk tiga masa kepemilikan (3, 6, dan 12 bulan). Pada masa kepemilikan tiga bulan misalnya, strategi pecundang memberikan profit sebesar 0,0194%, sementara portofolio pemenang hanya menghasilkan 0,0182% rata-rata perhari. Gap profitabilitas tertinggi terjadi untuk masa kepemilikan enam bulan, dimana portofolio pemenang hanya menghasilkan 0,0181% perhari sedang portofolio pecundang memberi profit sebesar 0,1071% perhari. Pada periode pembentukan portofolio pola semesteran, secara umum dapat dikatakan, portofolio pemenang masih tetap memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding portofolio pecundang. Untuk periode pembentukan semester pertama, portofolio pemenang hanya memberikan profit positif untuk dua masa kepemilikan yakni tiga dan enam bulan dengan tingkat profit harian rata-rata sebesar (0,0066% dan 0,0056%). Sementara pada periode pembentukkan portofolio semester kedua, secara umum portofolio pecundang memberikan profit untuk seluruh masa kepemilikkan. Selanjutnya, pada periode pembentukkan portofolio secara tahunan, portofolio pemenang masih mengungguli portofolio pecundang perihal profit positif yang dihasilkan. Profit momentum tertinggi yang dihasilkan portofolio pemenang untuk masa kepemilikan 12 bulan, rata-rata adalah sebesar 0,1997% perhari. Secara lengkap analisis komparasi untuk tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4. Sementara tahun 2006 (Tabel 5), kecuali pada periode pembentukan triwulan pertama (JanuariFebruari) masa kepemilikan 3 hingga 6 bulan, seluruh periode kepemilikan portofolio pemenang yang terbentuk memberikan keuntungan positif, dengan tingkat keuntungan yang cukup tinggi rata-rata sebesar 0,9755% perhari (periode pembentukkan AprilJuni dengan kepemilikan selama 12 bulan). Profit momentum kembali dihasilkan portofolio pemenang pada masa pembentukkan Oktober-Desember untuk kepemilikan selama 6 bulan dan 12 bulan, yakni ratarata sebesar 1,2805% perhari. Strategi momentum dengan periode pembentukan Januari-Maret juga memberikan kerugian jika dimiliki selama 3 bulan (0,135% perhari) dan 6 bulan (0,0097%). Di sisi lain, kinerja portofolio pecundang pun tidak berarti identik dengan kerugian atau tingkat profit yang negatif. Portofolio
pecundang ini secara umum pada tahun 2006 juga memberikan profit yang positif hanya saja memang masih lebih besar jika dibanding portofolio pemenang. Untuk periode pembentukkan Januari-Maret 2007 (Tabel 6), portofolio tingkat pengembalian baru memberikan profit positif untuk masa kepemilikkan 9 bulan dan 12 bulan (rata-rata 0,0093% dan 0,0123% perhari), sementara untuk periode pembentukkan yang sama, portofolio pecundang justru memberikan tingkat profit yang lebih tinggi untuk masa kepemilikan 6, 9, dan 12 bulan masing-masing sebesar 0,0779%, 0,1561%, dan 0,1266% per hari. Pada periode pembentukkan April-Juni kedua portofolio (pemenang dan pecundang) sama-sama memberikan tingkat keuntungan untuk seluruh masa kepemilikan. Untuk masa kepemilikan 3 bulan misalnya, portofolio pemenang rata-rata memberikan profit sebesar 0,0828% perhari, sementara portofolio pecundang hanya 0,0069%. Pada masa kepemilikan 6 bulan, portofolio pecundang justru memberikan keuntungan harian yang lebih tinggi (0,2236%) dibanding portofolio pemenang (0,164%). Pada masa kepemilikan 9 bulan, dan 12 bulan portofolio pemenang kembali memberikan profit yang lebih tinggi (0,4557%, dan 0,9755%) dibanding portofolio pecundang (0,2654% dan 0,7088%). Sementara untuk periode pembentukkan portofolio Juli-September, dari hasil perhitungan empiris, masa kepemilikan portofolio pemenang yang terbaik adalah 9 bulan dengan tingkat profit harian rata-rata sebesar 0,453%, karena jika dimiliki lebih lama, ternyata profit yang diberikan justru menurun menjadi hanya sekitar 0,2085% perhari. Untuk periode pembentukan OktoberDesember, masa kepemilikan portofolio pemenang yang terbaik adalah selama 3 bulan dengan tingkat keuntungan harian rata-rata sebesar 1,2805%. Kalaupun masa kepemilikan portofolio ini diperlama hingga 12 bulan misalnya, tingkat keuntungan harian yang dihasilkan sama yaitu sebesar 1,2805%. Pada tahun 2007, pada periode pembentukkan portofolio untuk triwulan pertama, profit momentum tertinggi yang dihasilkan portofolio pemenang adalah pada masa kepemilikkan 9 bulan (rata-rata 0,1248% perhari), sementara portofolio pecundang menghasilkan profit momentum tertinggi pada masa kepemilikan 12 bulan (rata-rata sebesar 0,0172% perhari). Untuk periode pembentukan pada triwulan kedua, kecuali pada masa kepemilikan 9 bulan, portofolio pemenang memberikan
119
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
profit momentum yang lebih tinggi dibanding portofolio pecundang. Adapun profit momentum tertinggi yang dihasilkan portofolio pemenang adalah pada masa kepemilikan 6 bulan, dengan tingkat profit rata-rata sebesar 0,1388% per hari. Pada triwulan ketiga, kepemilikan portofolio pemenang ternyata memberikan kerugian untuk seluruh masa kepemilikan, sementara kepemilikan portofolio pecundang pun baru memberikan profit yang positif setelah 9 bulan dimiliki (0,0021% per hari). Kondisi ini masih tetap berlanjut pada masa pembentukan portofolio triwulan keempat, dimana kepemilikan portofolio pemenang justru memberi kerugian untuk seluruh masa kepemilikan. Pilihan rasional justru pada kepemilikan portofolio pecundang untuk masa kepemilikan 6 bulan, yang memberikan keuntungan sebesar 0,1689% perhari. Untuk periode pembentukkan pada semester pertama, kecuali masa kepemilikan 3 bulan, portofolio pemenang memberikan tingkat keuntungan positif untuk masa kepemilikan 6, 9, dan 12 bulan dengan tingkat profit momentum tertinggi dihasilkan pada masa kepemilikkan selama 3 bulan dengan tingkat profit ratarata sebesar 0,1333% perhari. Sementara untuk periode pembentukan portofolio pada semester kedua, kepemilikan portofolio pecundang selama 6 bulan adalah satu-satunya yang memberikan profit positif (yang bahkan lebih tinggi dibanding portofolio pemenang) rata-rata sebesar 0,2921% perhari. Pada periode pembentukkan portofolio tahunan, portofolio pemenang justru memberikan kerugian untuk seluruh masa kepemilikan. Sementara, portofolio pecundang menghasilkan tertinggi pada masa kepemilikan 6 bulan. Untuk masa pembentukan portofolio pada triwulan pertama tahun 2008 (Tabel 7), masa kepemilikan portofolio pemenang yang menghasilkan profit positif hanya terjadi pada periode kepemilikan selama 3 bulan, dengan tingkat keuntungan rata-rata harian sebesar 0,4285%. Sementara pada masa pembentukan portofolio periode April-Juni, kecuali untuk kepemilikan 6 bulan, portofolio pemenang memberikan profit positif untuk seluruh masa kepemilikan, dengan tingkat keuntungan tertinggi yang dihasilkan terjadi pada masa kepemilikan selama 12 bulan (rata-rata sebesar 0,4319% perhari). Kepemilikan portfofolio pemenang untuk dua periode pembentukan selanjutnya, justru menghasilkan kerugian, sehingga dapat dikatakan justru lebih menguntungkan untuk memiliki portofolio pecundang.
120
Pada triwulan III misalnya, untuk 3 masa kepemilikan portofolio pecundang memberikan keuntungan positif dibanding portofolio pemenang, dengan tingkat keuntungan tertinggi terjadi pada masa kepemilikan 12 bulan (rata-rata sebesar 0,1933% per hari). Sementara pada periode pembentukan triwulan IV, profitabilitas portofolio pecundang masih mengungguli portofolio pemenang untuk masa kepemilikan 6 dan 9 bulan, masing-masing dengan tingkat keuntungan sebesar 1,22% dan 1,14% per hari. Begitu juga kita lihat pada periode pembentukkan portofolio tahunan, dimana kecuali masa kepemilikan 3 bulan, portofolio pecundang masih tetap memberikan keuntugan positif yang lebih tinggi dibanding portofolio pemenang pada seluruh masa kepemilikan (6, 9, dan 12 bulan). Pola untuk tahun 2009 (Tabel 8) pun tidak jauh berbeda dengan kondisi pada 2008, dimana portofolio pecundang tidak harus identik dengan profitabilitas negatif sementara portofolio pemenang identik dengan profitabilitas positif. Hasil empiris telah menunjukkan hal ini. Untuk triwulan III misalnya, kecuali masa kepemilikan 3 bulan, portofolio pecundang memberikan profit positif untuk seluruh masa kepemilikan (6, 9, dan 12 bulan), dengan tingkat profit tertinggi terjadi pada masa kepemilikan 12 bulan (rata-rata 0.1933% per hari). Pola yang sama juga terjadi pada masa pembentukan portofolio semester II, dimana selain masa kepemilikan 3 bulan, portofolio pecundang menghasilkan profitabilitas yang masih superior terhadap kapabilitas portofolio pemenang. Tahun 2010 tampaknya menjadi periode dominasi portofolio pemenang (Tabel 9). Dinamika pasar yang terjadi sedemikian rupa menghasilkan dominasi profitabilitas portofolio pemenang yang lebih tinggi terhadap portofolio pecundang pada hampir seluruh masa kepemilikan pada tiap periode pembentukkan portofolio. Pada triwulan pertama misalnya, untuk dua masa kepemilikan yang menghasilkan profit positif (9 dan 12 bulan), portofolio pemenang menggunguli portofolio pecundang. Kondisi ini masih berlanjut pada periode pembentukan portofolio triwulan kedua, dimana portofolio pemenang bahkan superior pada seluruh masa kepemilikan (3, 6, 9, dan 12 bulan). Kondisi ini mengalami sedikit perubahan pada periode pembentukkan triwulan ketiga, dimana portofolio pecundang mengungguli portofolio pemenang untuk dua masa kepemilikan (3 dan 6 bulan),
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
namun untuk masa kepemilikan 9 dan 12 bulan, kembali portofolio pemenang mengungguli portofolio pecundang. Superioritas portofolio pemenang pun kembali terjadi pada periode pembentukkan triwulan IV, kecuali masa kepemilikan 3 bulan, portofolio pemenang memberikan profit positif yang lebih tinggi dibanding portofolio pecundang. Superioritas portofolio pemenang juga masih berlanjut pada periode pembentukkan portofolio semesteran untuk seluruh masa kepemilikan. Kondisi equilibrium baru tampak pada periode pembentukan 9 dan 12 bulan. Mengacu pada capaian profit yang tertinggi yang dihasilkan kedua portofolio, maka diperoleh secara umum bahwa profit momentum yang dihasilkan untuk kedua portofolio adalah masa kepemilikan triwulanan, khususnya periode pembentukan triwulanan keempat dan masa kepemilikan selama enam bulan (Tabel 10). Untuk portofolio pemenang misalnya, secara rata-rata profit momentum yang dihasilkan adalah 0,24% dengan tingkat tertinggi mencapai 1,28% perhari. Sementara pada portofolio pecundang, rata-rata profit momentum yang dihasilkan adalah sebesar 0,23% dengan profit tertinggi sebesar 1,217% perhari. Namun jika dilihat secara rata-rata capaian profit, masa efektif implementasi strategi pada kedua portofolio terdapat perbedaan. Untuk portofolio pemenang, adalah periode pembentukan tiga bulanan (triwulan II) dengan masa kepemilikan selama 9 bulan dengan rata-rata profit sebesar 0,3% perhari, sedangkan untuk portofolio pecundang, masa efektifnya adalah pada periode pembentukan 9 bulanan II dan masa kepemilikan 12 bulan dengan rata-rata profit sebesar 0,44% perhari. Dengan demikian, secara empiris hasil penelitian ini mendukung penelitiannya Jegadesh dan Titman (1993) bahwa implentasi strategi investasi momentum akan mencapai hasil maksimal dalam jangka menengah, untuk Indonesia, khususnya portofolio saham-saham yang likuid, capaian strategi ini bahkan lebih cepat 3 bulan dibanding studinya Jegadesh dan Titman (1993) tersebut (3-12 bulan). Sementara capaian profitabilitas untuk portofolio pecundang sedikit agak lama (9-12 bulan). Uji beda rata-rata dilakukan untuk mengkonfirmasi perihal perbedaan capaian profit momentum pada portofolio pemenang dan pecundang secara statistik. Pengujian dilakukan terhadap periode kepemilikan portofolio selama 3, 6, 9, dan 12 bulan untuk
tiap periode pembentukan portofolio (3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan). Berdasarkan Tabel 12 panel A. diperoleh hasil pengujian untuk periode pembentukan portofolio triwulanan selama periode penelitian. Secara umum dapat dikatakan bahwa memang tidak terjadi perbedaan yang signifikan perihal rata-rata profit momentum kedua portofolio pada seluruh periode uji (holding). Meski terdapat beberapa hasil yang menunjukan signifikansi perbedaan. Untuk periode pembentukan Januari-Maret 2005 misalnya, pada periode uji (masa kepemilikan) 12 bulan memang terjadi perbedaan profit momentum yang signifikan pada portofolio pemenang (sig.t 0,04), dan perbedaan ini kembali terjadi pada periode pembentukan April-Juni 2006 untuk masa kepemilikan 6, 9, dan 12 bulan (dimana sig,t untuk tiap masa kepemilikan dimaksud adalah 0,045, 0,013, dan 0,028) pada portofolio pemenang. Kondisi yang sedikit unik justru terjadi pada periode pembentukan April-Juni 2006, dimana untuk masa kepemilikan kedua portofolio selama 6 dan 12 bulan menghasilkan signifikansi perbedaan capaian profit momentum. Selama tahun 2008, signifikansi perbedaan yang terjadi pada masa kepemilikan portofolio, justru hanya mengkonfirmasi perbedaan kerugian jika memiliki kedua portofolio (periode pembentukan April-Juni 2008). Sementara untuk periode pembentukan 2009 dan 2010, kecuali Januari-Maret 2009, seluruh perbedaan capaian profit momentum kedua portofolio ternyata tidaklah signifikan. Hasil yang kurang lebih sama juga diperlihatkan untuk periode pembentukan 6 bulan. Dimana secara umum, (kecuali periode pembentukan Juli-Desember 2006) tidak terjadi perbedaan yang signifikan perihal rata-rata profit momentum kedua portofolio pada seluruh periode uji (holding). Perbedaan positif yang signifikan perihal capaian profit momentum portofolio periode pembentukan JuliDesember 2006 terjadi pada masa kepemilikan 3, 6, dan 12 bulan dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,025, 0,041, dan 0,013. Sementara untuk periode pembentukan tahunan, perbedaan positif profit momentum hanya terjadi pada portfolio pemenang di tahun 2005 dan 2009 (Tabel 12 panel C). Berdasarkan hasil uji hipotesis model empat faktor terhadap excess return portofolio (Tabel 11) diperoleh hasil bahwa faktor momentum secara parsial berpengaruh terhadap excess return portofolio
121
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
pemenang di seluruh model asset pricing. Pada sisi lain, faktor ukuran tampaknya memiliki pengaruh signifikan yang dominan pada excess return portofolio pecundang. Lebih lanjut, faktor distress ternyata memiliki pengaruh yang signifikan pada portofolio pemenang, sementara untuk portofolio pecundang, faktor distress hanya berpengaruh pada empat model asset pricing (CAPM + Distress, Distress, Distress + Momentum, Market + Distress + Momentum). Ternyata faktor pasar, hanya berpengaruh signifikan terhadap excess return portfolio pemenang dan pecundang setelah CAPM ditambahkan dengan factor momentum ke dalam model asset pricing. Variasi model asset pricing memiliki kemampuan dalam menjelaskan variasi excess-return tiap-tiap portofolio berkisar dari 0,91% hingga 57,01% untuk portofolio pemenang,dan 5,08 – 20,46%% untuk portofolio pecundang. Determinasi terendah adalah terhadap excess return-nya portofolio winner (1,25%) pada model CAPM, sementara kapasitas model yang tinggi dalam menjelaskan variasi adalah pada model empat faktor,(57%). Secara simultan, keempat faktor risiko yang digunakan model asset pricing, berpengaruh signifikan terhadap excess return kedua portofolio. Pengaruh momentum terlihat jelas meningkatkan kapasitas model setelah diikutsertakan dalam model, terutama pada portofolio pemenang. Sebelum mengikutsertakan momentum, kapasitas CAPM dalam menjelaskan excess return tidak sampai 1% pada portofolio pemenang, namun setelah factor momentum dimasukan terjadi peningkatan sebesar 50% pada model (CAPM+Momentum). Temuan lainnya pun dapat dilihat pada kapasitas model tiga faktor (Fama dan French) yang tadinya sebesar 21,8% dalam menjelaskan variansi excess return portofolio pemenang, menjadi 57% setelah factor momentum dimasukan ke dalam model (Empat Model). Hal sebaliknya pada portofolio pecundang. Setelah faktor momentum dimasukan dalam model asset pricing, justru mengurangi kapasitas model, yakni dari 20,5% (Fama dan French) menjadi 19,4% (Empat Faktor)
122
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) besar keuntungan dari portofolio yang terbentuk dengan menggunakan strategi investasi momentum; 2) kombinasi waktu terefektif dari portofolio yang terbentuk dalam menghasilkan profit tertinggi, dan 3) konfirmasi signifikansi perbedaan yang dicapai oleh kedua portofolio tersebut. Berdasarkan hasil kalkulasi empiris diperoleh temuan bahwa masa efektif untuk portofolio pemenang adalah periode pembentukan tiga bulanan dengan masa kepemilikan selama sembilan bulan, sedangkan untuk portofolio pecundang, masa efektifnya adalah pada periode pembentukan sembilan bulan dengan masa kepemilikan dua belas bulan. Konfirmasi statistik juga mempertegas, bahwa meski terjadi perbedaan, namun selisih capaian profit antara kedua portofolio tidaklah signifikan secara statistik. Temuan lainnya adalah bahwa secara simultan model empat faktor yang terbentuk berpengaruh signifikan pada seluruh portofolio saham, kecuali tiga portofolio yang berkapitalisasi pasar besar. Secara parsial, dari keempat faktor replikasi risiko tersebut, tampak bahwa memang faktor size mendominasi perihal signifikansi pengaruh secara statistik. Faktor size ini berpengaruh signifikan pada hampir seluruh portofolio, kecuali tiga portofolio saham berkapitalisasi pasar besar. Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel yang digunakan terbatas (hanya saham yang tergabung dalam LQ-45) dan periode penelitian hanya 5 tahun (2005-2010). Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran bagi penelitian selanjutnya, yaitu memperluas sampel penelitian pada sampel non LQ-45 dan memperpanjang periode penelitian dan memperluas kriteria dalam pembentukan portofolio pada kerangka strategi investasi momentum dan penggunaan pendekatan abnormal return sebagai komparasi profit momentum terhadap portofolio pemenang dan pecundang.
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
DAFTAR PUSTAKA De Bondt, W.F.M. dan Thaler, R. 1985. “Does the Stock Market Overreact?” The Journal of Finance, 40(3), 793-805. Dijk, R. dan Huibers, F. 2002. European Price Momentum and Analyst Behavior. Fama, E. 1970. “Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work”. Journal of Finance, 25(2), 383-417. Griffin, J. M., Ji, X. dan Martin, S. 2003. « Momentum Investing and Business Cycle Risk: Evidence from Pole to Pole”. The Journal of Finance, 58(6), 2515-2547. Hadi, Didik Kurniawan. 2008. Short Contrarian Investment Strategy: Analisis Pada Saham-saham di BEJ. Working Paper. UGM. Yogyakarta Hameed, Allaudeen dan Yuanto Kusnadi, 2002, “Momentum Strategies: Evidence from Pasific Basin Stock Markets”. The Journal of Financial Research, Vol. XXV (3), pp. 383-397. Harianto, Erwin. 2008. Analisa Efektivitas Momentum Investment Strategy Dalam Menghasilkan Abnormal Return (Studi Kasus Pada Semua Saham Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ). Working Paper. Universitas Petra. Surabaya. Jegadeesh, N. dan Titman, S. 1993. “Returns to Buying Winners and Selling Losers: Implications for Stock Market Efficiency”. The Journal of Finance, 48(1), 65-91. Manurung, Adler Haymans dan Frederik Priotomo. “Anomali Overreaction di BEJ: Penelitian Saham Tekstil, Retailer dan Wholesaler, 2001 – 2003”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 7, No. 2, Desember 2005.
5, No. 2, Juli 2011 (87-115) Rahmawati, dan Tri Suryani. 2005. Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ. SNA VIII, Solo, 15 – 16 September, 6474. Rouwenhorst, K. G. 1998. “International Momentum Strategies”. The Journal of Finance. 53(1), 267284. Rouwenhorst, K.G. 1999. “Local Return Factors and Turnover in Emerging Stock Markets”. The Journal of Finance. 54(4), 1439-1464. Sartono, Agus. 2000. “Overreaction of the Indonesia Capital Market: Is Market Rational”, Gadjah Mada International of Business. May 2000. Vol.2, No.2, pp.163-184. Sukmawati dan Daniel H. 2003. “Overreact Hipothesis dan Price Earning Ratio Anomaly Saham-Saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3, No. 1 Wiagustini, Ni Luh Putu. 2008. “Profitabilitas Strategi Investasi Kontrarian di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.10, NO. 2, September: 105-114. Wiksuana, I Gst. Bgs. 2008. “Eksistensi Anomali Winner-Loser Saham Individual dan Saham Industri di Pasar Modal Indonesia”. Finance and Banking Journal. Vol. 10 No.1, Juni. Wiksuana, I Gst. Bgs. 2009. “Kinerja Portofolio Saham Berdasarkan Strategi Investasi Momentum di Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.11, No. 1, Maret: 7384
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2011. “Anomali Overreaction Di Bursa Efek Indonesia: Penelitian Saham LQ-45”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.
123
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Tabel 4 Capaian Strategi Investasi Momentum Tahun 2005 PERIODE PEMBENTUKAN TRIWULAN 1 Jan-Mar 2005
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 2 Apr - Jun 2005
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 3 Jul - Sep 2005
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 4 Okt - Des 2005
Pemenang Pecundang
SEMESTER 1 Jan - Jun 2005
Pemenang Pecundang
SEMESTER 2 Jul - Des 2005
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 1 Jan - Sep 2005
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 2 Okt 2005 - Jun 2006
Pemenang Pecundang
TAHUNAN Jan - Des2005
Pemenang Pecundang
3 Apr - Jun 2005 0.18% -0.10% Jul - Sep 2005 0.05% 0.00% Okt - Des 2005 0.01% -0.08% Jan - Mar 2006 0.18% 0.00% Jul - Sep 2005 0.01% 0.00% Jan - Mar 2006 0.03% 0.02% Okt- Des 2005 0.02% 0.00% Jul - Sep 2006 0.00% 0.14% Jan - Mar 2006 0.20% 0.18%
MASA KEPEMILIKAN 6 9 Apr - Sep 2005 -0.02% 0.00% Jul - Des 2005 0.03% 0.01% Okt 05 - Mar 06 0.11% -0.03% Jan - Jun 2006 0.12% -0.01% Jul - Des 2005 0.01% 0.00% Jan - Jun 2006 0.01% 0.00% Okt 05 - Mar 06 0.09% 0.03% Jul - Des 2006 0.00% 0.33% Jan - Jun 2006 0.07% 0.02%
Apr - Des 2005 -0.03% 0.01% Jul 05 - Mar 06 0.15% 0.01% Okt 05 - Jun 06 0.33% 0.11% Jan - Sep 2006 0.12% -0.01% Jul 05 - Mar 06 0.00% 0.00% Jan - Sep 2006 0.04% 0.04% Okt 05 - Jun 06 0.10% -0.02% Jul 06 - Mar 07 0.00% 0.37% Jan - Sep 2006 0.09% 0.08%
12 Apr 05 - Mar 06 0.00% 0.00% Jul 05 - Jun 06 0.28% 0.01% Okt 05 - Sep 06 0.22% 0.01% Jan - Des 2006 0.14% -0.01% Jul 05 - Jun 06 -0.02% 0.00% Jan - Des 2006 0.13% 0.09% Okt 05 - Sep 06 0.17% 0.07% Jul 06 - Jun 07 0.04% 0.90% Jan – Des 2006 0.20% 0.18%
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 5 Capaian Strategi Investasi Momentum Tahun 2006 PERIODE PEMBENTUKAN TRIWULAN 1 Jan-Mar 2006
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 2 Apr - Jun 2006
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 3 Jul - Sep 2006
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 4 Okt - Des 2006
Pemenang Pecundang
124
3 Apr – Jun 2006 -0.01% 0.00% Jul - Sep 2006 0.08% 0.01% Okt - Des 2006 0.00% 0.00% Jan - Mar 2007 0.29% 0.00% Jul - Sep 2006
MASA KEPEMILIKAN 6 9 Apr - Sep 2006 -0.01% 0.08% Jul - Des 2006 0.16% 0.22% Okt 06 - Mar 07 0.32% 0.14% Jan - Jun 2007 1.28% 0.00% Jul - Des 2006
Apr - Des 2006 0.01% 0.16% Jul 06 - Mar 07 0.46% 0.27% Okt 06 - Jun 07 0.45% 0.09% Jan - Sep 2007 0.72% 0.00% Jul 06 - Mar 07
12 Apr 06 - Mar 07 0.01% 0.13% Jul 06 - Jun 07 0.98% 0.71% Okt 06 - Sep 07 0.21% 0.28% Jan - Des 2007 1.28% 0.00% Jul 06 - Jun 07
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
SEMESTER 1 Jan - Jun 2006
Pemenang Pecundang
SEMESTER 2 Jul - Des 2006
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 1 Jul 06 - Mar 07
Pemenang Pecundang
TAHUNAN Jan - Des 2006
Pemenang Pecundang
0.01% 0.01% Jan - Mar 2007 0.46% 0.00% Apr - Jun 2007 0.00% 0.00% Jan - Mar 2007 0.29% 0.00%
0.03% 0.25% Jan - Jun 2007 0.35% 0.01% Apr - Sep 2007 -0.02% -0.01% Jan - Jun 2007 0.18% 0.00%
0.05% 0.40% Jan - Sep 2007 0.21% 0.01% Apr - Des 2007 0.08% 0.02% Jan - Sep 2007 0.17% 0.00%
0.06% 0.27% Jan - Des 2007 0.77% 0.06% Apr 07 - Mar 08 0.12% 0.00% Jan - Des 2007 -0.11% 0.00%
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 6 Capaian Strategi Investasi Momentum Tahun 2007 PERIODE PEMBENTUKAN
TRIWULAN 1 Jan-Mar 2007
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 2 Apr - Jun 2007
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 3 Jul - Sep 2007
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 4 Okt - Des 2007
Pemenang Pecundang
SEMESTER 1 Jan - Jun 2007
Pemenang Pecundang
SEMESTER 2 Jul - Des 2007
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 1 Apr - Des 2007
Pemenang Pecundang
TAHUNAN Jan - Des 2007
Pemenang Pecundang
3
Apr - Jun 2007 0.01% 0.00% Jul - Sep 2007 0.02% -0.01% Okt - Des 2007 -0.01% -0.01% Jan - Mar 2008 -0.22% -0.07% Jul - Sep 2007 -0.01% -0.01% Jan - Mart 2008 -0.01% -0.08% Jan - Mart 2008 0.00% -0.20% Jan - Mar 2008 -0.22% 0.01%
MASA KEPEMILIKAN 6 9
Apr - Sep 2007 0.00% 0.00% Jul - Des 2007 0.14% 0.01% Okt 07 - Mar 08 -0.12% -0.02% Jan - Jun 2008 -0.15% 0.17% Jul - Des 2007 0.13% 0.00% Jan - Jun 2008 0.10% 0.29% Jan - Jun 2008 0.01% 0.34% Jan - Jun 2008 -0.15% 0.07%
Apr - Des 2007 0.12% 0.06% Jul 07 - Mar 08 -0.02% 0.01% Okt 07 - Jun 08 -0.02% 0.00% Jan - Sep 2008 -0.42% -0.03% Jul 07 - Mar 08 0.01% 0.00% Jan - Sep 2008 -0.06% 0.04% Jan - Sep 2008 -0.03% 0.02% Jan - Sep 2008 -0.44% -0.01%
12
Apr 07 - Mar 08 0.11% 0.02% Jul 07 - Jun 08 0.10% -0.02% Okt 07 - Sep 08 -1.62% -0.28% Jan - Des 2008 -0.58% -0.27% Jul 07 - Jun 08 0.07% -0.01% Jan - Des 2008 -0.32% -0.28% Jan - Des 2008 -0.34% 0.00% Jan - Des 2008 -0.85% 0.05%
Sumber: Data penelitian, diolah.
125
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Tabel 7 Capaian Strategi Investasi Momentum Tahun 2008 PERIODE PEMBENTUKAN TRIWULAN 1 Jan-Mar 2008
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 2 Apr - Jun 2008
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 3 Jul - Sep 2008
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 4 Okt - Des 2008
Pemenang Pecundang
SEMESTER 1 Jan - Jun 2008
Pemenang Pecundang
SEMESTER 2 Jul - Des 2008
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 1 Jan - Sep 2008
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 2 Okt 08 - Jun 2009
Pemenang Pecundang
TAHUNAN Jan - Des 2008
Pemenang Pecundang
3 Apr - Jun 2008 0.43% 0.03% Jul - Sep 2008 0.01% -0.05% Okt - Des 2008 -0.04% -0.02% Jan - Mar 2009 0.00% -0.04% Jul - Sep 2008 -0.37% -0.22% Jan - Mar 2009 0.00% -0.01% Okt - Des 2008 0.01% 0.06% Jul - Sep 2008 0.00% 0.00% Jan - Mar 2009 0.16% 0.22%
MASA KEPEMILIKAN 6 9 Apr - Sep 2008 -0.03% -0.12% Jul - Des 2008 -0.17% -0.03% Okt 08 - Mar 09 -0.06% 0.02% Jan - Jun 2009 0.02% 1.22% Jul - Des 2008 -0.31% -0.39% Jan - Jun 2009 0.01% 1.28% Okt 08 - Mar 09 -0.01% -0.09% Jul - Des 2008 0.01% 0.00% Jan - Jun 2009 0.22% 1.16%
Apr - Des 2008 -0.09% -0.46% Jul 2008 - Mar 2009 0.00% -0.02% Okt 2008 - Jun 2009 0.00% 0.15% Jan - Sep 2009 0.03% 1.14% Jul 08 - Mar 09 -0.15% 0.02% Jan - Sep 2009 0.04% 1.18% Okt 2008 - Jun 2009 -0.09% -0.15% Jul 2008 - Mar 2009 0.09% 0.03% Jan - Sep 2009 0.23% 1.29%
12 Apr 2008 - Mar 2009 -0.08% -0.08% Jul 2008 - Juni 2009 0.43% -0.02% Okt 2008 - Sep 2009 0.10% 0.19% Jan - Des 2009 -0.58% -0.27% Jul 08 - Jun 09 0.03% 0.01% Jan - Des 2009 0.04% 0.24% Okt 2008 - Sep 2009 -0.06% -0.13% Jul 2008 - Jun 2009 0.09% -0.02% Jan - Des 2009 0.00% -0.03%
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 8 Capaian Strategi Investasi Momentum Tahun 2009 PERIODE PEMBENTUKAN TRIWULAN 1 Jan-Mar 2009
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 2 Apr - Jun 2009
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 3 Jul - Sep 2009
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 4 Okt - Des 2009
Pemenang Pecundang
126
3 Apr - Juni 2009 0.50% 0.15% Jul - Sep 2009 0.00% 0.01% Okt - Des 2009 -0.01% -0.01% Jan - Mar 2010 0.00% 1.19% Jul - Sep 2009
MASA KEPEMILIKAN 6 9 Apr - Sep 2009 0.34% 0.30% Jul - Des 2009 -0.01% 0.00% Okt 09 - Mar 10 -0.02% 0.24% Jan - Jun 2010 0.02% 0.04% Jul - Des 2009
Apr - Des 2009 0.11% 0.21% Jul 09 - Mar 10 0.00% 0.02% Okt 09 - Jun 10 -0.01% -0.09% Jan - Sep 2010 0.09% 0.02% Jul 09 - Mar 10
12 Apr 09 - Mar 10 0.23% 0.96% Jul 09 - Juni 10 -0.02% 0.05% Okt 09 - Sep 10 0.07% -0.05% Jan - Des 2010 0.02% 0.00% Jul 09 - Jun 10
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
SEMESTER 1 Jan - Jun 2009
Pemenang Pecundang
SEMESTER 2 Jul - Des 2009
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 1 Jul 09 - Mar 10
Pemenang Pecundang
TAHUNAN Jan - Des 2009
Pemenang Pecundang
0.00% -0.01% Jan - Mar 2010 0.02% 1.19% Apr - Jun 2010 -0.31% -0.06% Jan - Mar 2010 0.01% 1.02%
0.00% 0.01% Jan - Jun 2010 0.02% 0.01% Apr - Sep 2010 -0.11% 0.00% Jan - Jun 2010 0.02% -0.10%
0.02% 0.07% Jan - Sep 2010 0.17% 0.00% Apr - Des 2010 0.02% 0.02% Jan - Sep 2010 0.11% -0.09%
0.01% 0.09% Jan - Des 2010 0.07% 0.00% Apr 10 - Mart 11 0.00% 0.02% Jan - Des 2010 0.04% -0.06%
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 9 Capaian Strategi Investasi Momentum Tahun 2010 PERIODE PEMBENTUKAN TRIWULAN 1 Jan-Mar 2010
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 2 Apr - Jun 2010
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 3 Jul - Sep 2010
Pemenang Pecundang
TRIWULAN 4 Okt - Des 2010
Pemenang Pecundang
SEMESTER 1 Jan - Jun 2010
Pemenang Pecundang
SEMESTER 2 Jul - Des 2010
Pemenang Pecundang
9 BULAN KE 1 Apr - Des 10
Pemenang Pecundang
TAHUNAN Jan - Des 2010
Pemenang Pecundang
3 Apr - Juni 2010 -0.38% -0.01% Jul - Sep 2010 0.03% 0.01% Okt - Des 2010 0.00% 0.01% Jan - Mar 2011 0.00% -0.05% Jul - Sep 2010 0.08% 0.00% Jan - Mar 2011 0.00% 0.00% Jan - Mar 2011 0.00% 0.00% Jan - Mar 2011 0.00% 0.00%
MASA KEPEMILIKAN 6 9 Apr - Sep 2010 -0.11% 0.00% Jul - Des 2010 0.01% 0.00% Okt 10 - Mar 11 0.00% 0.02% Jan - Jun 2011 0.17% -0.02% Jul - Des 2010 0.03% -0.01% Jan - Jun 2011 0.16% 0.00% Jan - Jun 2011 0.00% 0.00% Jan - Jun 2011 0.00% 0.00%
Apr - Des 2010 0.04% 0.00% Jul - Mar 11 0.01% -0.01% Okt 10 - Jun 11 0.12% 0.04% Jan - Sep 2011 0.11% -0.07% Jul 10 - Mar 11 0.02% -0.02% Jan - Sep 2011 0.12% -0.01% Jan - Sep 2011 -0.01% -0.02% Jan - Sep 2011 -0.01% 0.00%
12 Apr 10 - Mar 11 0.06% 0.02% Jul 10 - Juni 11 0.02% -0.01% Okt 10 - Sep 11 0.07% 0.01% Jan - Des 2011 0.11% -0.02% Jul 10 - Jun 11 0.01% -0.01% Jan - Des 2011 0.11% 0.00% Jan - Des 2011 0.01% 0.04% Jan - Des 2011 -0.01% 0.01%
Sumber: Data penelitian, diolah.
127
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Tabel 10 Masa Efektif Implementasi Strategi Investasi Momentum 2005-1010 Strategi Investasi Average
128
Portofolio Pemenang Min Max
Portofolio Pecundang Average Min Max
Forming Triwulan I Holding 3 bulan
0.1202%
-0.3770%
0.4958%
0.0119%
-0.1010%
0.1523%
Forming Triwulan I Holding 6 bulan
0.0278%
-0.1066%
0.3363%
0.0426%
-0.1248%
0.3032%
Forming Triwulan I Holding 9 bulan
0.0272%
-0.0932%
0.1248%
-0.0038%
-0.4554%
0.2083%
Forming Triwulan I Holding 12 bulan
0.0529%
-0.0799%
0.2291%
0.1795%
-0.0799%
0.9597%
Forming Triwulan II Holding 3 bulan
0.0319%
0.0013%
0.0828%
-0.0052%
-0.0470%
0.0087%
Forming Triwulan II Holding 6 bulan
0.0274%
-0.1697%
0.1640%
0.0351%
-0.0329%
0.2236%
Forming Triwulan II Holding 9 bulan
0.0996%
-0.0223%
0.4557%
0.0465%
-0.0187%
0.2654%
Forming Triwulan II Holding 9 bulan
0.2963%
-0.0244%
0.9755%
0.1202%
-0.0188%
0.7088%
Forming Triwulan III Holding 3 bulan
-0.0093%
-0.0376%
0.0055%
-0.0175%
-0.0817%
0.0146%
Forming Triwulan III Holding 6 bulan
0.0394%
-0.1195%
0.3232%
0.0614%
-0.0275%
0.2353%
Forming Triwulan III Holding 9 bulan
0.1444%
-0.0173%
0.4529%
0.0518%
-0.0851%
0.1490%
Forming Triwulan III Holding 12 bulan
-0.1586%
-1.6205%
0.2236%
0.0273%
-0.2766%
0.2820%
Forming Triwulan IV Holding 3 bulan
0.0416%
-0.2194%
0.2924%
0.1722%
-0.0660%
1.1949%
Forming Triwulan IV Holding 6 bulanV
0.2424%
-0.1480%
1.2805%
0.2337%
-0.0166%
1.2170%
Forming Triwulan IV Holding 9 bulan
0.1091%
-0.4155%
0.7224%
0.1770%
-0.0681%
1.1449%
Forming Triwulan IV Holding 12 bulan
0.0671%
-0.5760%
1.2805%
-0.0944%
-0.2730%
0.0014%
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
Tabel 10 (lanjutan) Strategi Investasi Average
Portofolio Pemenang Min Max
Portofolio Pecundang Average Min Max
Forming Semester I Holding 3 bulan
-0.0461%
-0.3651%
0.0793%
-0.0372%
-0.2172%
0.0110%
Forming Semester I Holding 6 bulan
-0.0191%
-0.3136%
0.1333%
-0.0240%
-0.3880%
0.2492%
Forming Semester I Holding 9 bulan
-0.0074%
-0.1457%
0.0534%
0.0778%
-0.0170%
0.3980%
Forming Semester I Holding 12 bulan
0.0266%
-0.0219%
0.0662%
0.0579%
-0.0127%
0.2688%
Forming Semester II Holding 3 bulan
0.0826%
-0.0085%
0.4572%
0.1879%
-0.0759%
1.1946%
Forming Semester II Holding 6 bulan
0.1091%
0.0099%
0.3516%
0.2645%
-0.0035%
1.2751%
Forming Semester II Holding 9 bulan
0.0858%
-0.0629%
0.2062%
0.2098%
-0.0110%
1.1775%
Forming Semester II Holding 12 bulan
0.1341%
-0.3212%
0.7724%
0.0189%
-0.2768%
0.2386%
Forming Semester II Holding 12 bulan
-0.0352%
-0.3051%
0.0705%
-0.0097%
-0.1981%
0.2052%
Forming 9 Bulan I Holding 6 bulan
0.0046%
-0.1127%
0.0872%
0.0778%
-0.0068%
0.3352%
Forming 9 Bulan I Holding 9 bulan
0.0230%
-0.0320%
0.0970%
-0.0130%
-0.0939%
0.0166%
Forming 9 Bulan I Holding 12 bulan
-0.0125%
-0.3443%
0.1676%
0.0215%
-0.0037%
0.0699%
Forming 9 Bulan II Holding 3 bulan
0.0031%
0.0011%
0.0051%
0.0688%
-0.0002%
0.1378%
Forming 9 Bulan II Holding 6 bulan
-0.0037%
-0.0072%
-0.0003%
0.1610%
-0.0034%
0.3253%
Forming 9 Bulan II Holding 9 bulan
0.0417%
-0.0008%
0.0842%
0.1990%
0.0327%
0.3653%
Forming 9 Bulan II Holding 12 bulan
0.0888%
0.0422%
0.1355%
0.4407%
-0.0162%
0.8976%
Forming Tahunan Holding 3 bulan
0.0478%
-0.2154%
0.2937%
0.1957%
-0.0347%
1.0224%
Forming Tahunan Holding 3 bulan
0.0588%
-0.1507%
0.2278%
0.2121%
-0.0953%
1.2865%
Forming Tahunan Holding 3 bulan
0.0216%
-0.4413%
0.2170%
0.1925%
-0.0879%
1.1631%
Forming Tahunan Holding 3 bulan
-0.0945%
-0.8460%
0.1997%
0.0660%
-0.0629%
0.2191%
Total
0.0475%
-1.6205%
1.2805%
0.0848%
-0.4554%
1.2865%
Sumber: Data penelitian, diolah.
129
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Tabel 11 Uji Hipotesis Model Asset Pricing Empat Faktor Panel A. Signifikansi Parsial Model Asset Pricing CAPM CAPM+Size CAPM+Distress CAPM+Momentum Size Size+Distress Size+Momentum Distress Distress+Momentum Momentum Fama & French Market+Size+Momentum Market+Distress+Momentum Size+Distress+Momentum Four Factor
Portofolio Winner (Rm-Rf) 0.551 0.350 0.915 0.050
SMB
HML
(Rm-Rf)
0.000
0.032 0.123 0.108 0.050
0.016
0.000 0.002 0.169 0.182
0.000 0.000 0.000 0.000
WML
0.147 0.000 0.023 0.001
0.077 0.641 0.001 0.001
0.000 0.000
0.000
HML
0.002
0.000
0.002 0.082 0.117
SMB 0.001
0.000 0.013 0.001
0.179
WML
0.106
0.145 0.000 0.001
0.557 0.124 0.165
Portofolio Loser
0.167 0.124 0.165
0.035 0.002 0.169 0.182
0.179
0.064 0.091
0.104 0.002 0.082 0.117
0.620 0.097 0.682 0.757
Sumber: Data penelitian, diolah.
Panel B. Signifikansi Simultan Model Asset Pricing CAPM CAPM+Size CAPM+Distress CAPM+Momentum Size Size+Distress Size+Momentum Distress Distress+Momentum Momentum Fama & French Market+Size+Momentum Market+Distress+Momentum Size+Distress+Momentum Four Factor Sumber: Data penelitian, diolah.
130
Portofolio Winner
Portofolio Loser
Adj.R2
DW
Sig.F
Adj.R2
DW
Sig.F
-0.91% 1.46% 5.92% 50.20% 1.63% 22.52% 55.14% 7.25% 55.88% 55.88% 21.79% 56.05% 56.50% 56.47% 57.01%
1.79 1.64 1.93 1.42 1.67 1.69 1.64 1.93 1.55 1.55 1.67 1.61 1.51 1.62 1.58
0.551 0.224 0.045 0.000 0.145 0.000 0.000 0.013 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5.08% 18.48% 16.26% 6.61% 16.81% 19.36% 15.87% 14.28% 17.28% 17.28% 20.46% 17.58% 18.42% 18.38% 19.39%
1.45 1.59 1.52 1.42 1.63 1.63 1.64 1.56 1.55 1.55 1.59 1.61 1.51 1.62 1.58
0.032 0.000 0.001 0.035 0.000 0.000 0.001 0.001 0.001 0.001 0.000 0.001 0.001 0.001 0.001
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
Tabel 12 Hasil Uji beda Rata-Rata Profit Momentum Panel A. Portofolio Saham Winner–Loser Periode Pembentukan 3 Bulan dengan Periode pengujian 3, 6, 9, dan 12 bulan, Tahun 2005-2010 Periode Pembentukan
Periode Pengujian
Jan-Mar 05
3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan
Apr-Jun 05
Jul-Sep 05
Okt-Des 05
Jan-Mar 06
Apr-Jun 06
Jul-Sep 06
Okt-Des 06
Pemenang Beda Sig.t 0.0042% 0.0034% 0.0039% 0.0043% 0.0437% 0.0551% 0.0555% 0.0442% 0.0238% 0.0309% 0.0235% 0.0213% 0.0076% -0.0007% 0.0021% 0.0017% -0.00072% 0.00082% 0.00172% 0.00242% 0.0639% 0.0525% 0.0302% 0.0385% 0.0860% 0.0812% 0.0700% 0.0417% 0.0971% 0.0962%
.346 .258 .128 .041 .231 .045 .013 .028 .346 .076 .133 .095 .351 .940 .715 .714 .937 .875 .675 .469 .013 .005 .058 .007 .088 .023 .012 .102 .100 .014
Pecundang Beda Sig.t 0.0032% -0.0035% -0.0013% 0.0004% 0.0004% 0.0015% 0.0020% 0.0009% 0.0025% 0.0077% 0.0023% 0.0068% 1.6832% 1.3101% 1.2286% 0.0152% -0.00140% 0.02078% 0.01945% 0.02530% 0.0797% 0.1445% 0.1187% 0.1418% 0.0549% 0.0492% 0.0501% 0.0564% -0.0016% 0.0002%
.643 .559 .767 .905 .935 .649 .405 .665 .838 .368 .826 .433 .111 .202 .111 .992 .946 .150 .095 .011 .190 .016 .018 .003 .334 .266 .127 .083 .279 .881
131
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Tabel 12. Panel A (Lanjutan) Periode Pembentukan
Periode Pengujian
Jan-Mar 07
3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Apr-Jun 07
Jul-Sep 07
Okt-Des 07
Jan-Mar 08
Apr-Jun 08
Jul-Sep 08
Okt-Des 08
132
Pemenang Beda Sig.t 0.0175% 0.0113% 0.0327% 0.0212% -0.0094% 0.0125% -0.0116% -0.0019% 0.1533% 0.0447% 0.0152% -0.3243% -0.2738% -0.1110% -0.1484% -0.1154% 0.0437% -0.0238% -0.0259% -0.0160% -0.0052% -0.0054% -0.0036% -0.0015% -0.0495% -0.0166% 0.0111% 0.0192% -0.0003% 0.0083% 0.0091% 0.0074%
.428 .645 .098 .261 .800 .607 .594 .911 .267 .760 .885 .157 .252 .396 .188 .316 .060 .492 .472 .578 .070 .006 .007 .255 .385 .582 .616 .283 .979 .391 .201 .195
Pecundang Beda Sig.t 0.0075% 0.0064% 0.0086% 0.0035% 0.0074% 0.0059% -0.0034% -0.0038% 0.0355% -0.0376% -0.0295% -0.0554% -0.1216% -0.0614% -0.0357% -0.0545% -0.0037% -0.0662% -0.0572% -0.0160% -0.0162% -0.0456% -0.0201% -0.0037% -0.0636% -0.0068% 0.0402% 0.0385% 0.0244% 0.1489% 0.1151% 0.0473%
.275 .288 .113 .552 .584 .518 .704 .593 .535 .366 .345 .026 .049 .269 .464 .227 .949 .092 .320 .756 .476 .029 .206 .785 .531 .905 .345 .257 .805 .080 .074 .379
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
Tabel 12. Panel A (Lanjutan) Periode Pembentukan
Periode Pengujian
Jan-Mar 09
3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Apr-Jun 09
Jul-Sep 09
Okt-Des 09
Jan-Mar 10
Apr-Jun 10
Jul-Sep 10
Okt-Des 10
Pemenang Beda Sig.t 0.1069% 0.0851% 0.0439% 0.0457% 0.0020% -0.0188% 0.0040% -0.0051% -0.0179% 0.0086% 0.0036% 0.0140% 0.0044% 0.0063% 0.0091% 0.0038% -0.0150% 0.0063% 0.0122% 0.0116% -0.0042% 0.0039% 0.0029% 0.0116% -0.0137% -0.0140% 0.0256% 0.0140% -0.0210% 0.0476% 0.0230% 0.0230%
.034 .007 .065 .023 .959 .425 .919 .868 .636 .705 .828 .298 .544 .318 .058 .351 .679 .774 .451 .373 .764 .656 .684 .373 .736 .546 .312 .599 .470 .135 .526 .460
Pecundang Beda Sig.t 0.2726% 0.1955% 0.1076% 0.1923% 0.0147% 0.0073% 0.0092% 0.0097% -0.0385% 0.0025% -0.0180% -0.0100% 0.0618% -0.0069% -0.0062% 0.0003% -0.0006% 0.0052% 0.0072% 0.0046% -0.0010% -0.0012% -0.0028% 0.0046% 0.0087% 0.0056% 0.0054% 0.0020% -0.0145% -0.0063% -0.0096% -0.0039%
.099 .045 .145 .004 .269 .413 .220 .142 .080 .954 .545 .684 .059 .823 .771 .984 .922 .389 .129 .207 .820 .716 .292 .207 .097 .106 .059 .485 .315 .448 .231 .611
Sumber: Data penelitian, diolah.
133
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Panel B Portofolio Saham Winner–Loser Periode Pembentukan 6 Bulan dengan Periode Pengujian 3, 6, 9, dan 12 bulan, Tahun 2005-2010 Periode Pembentukan
Periode Pengujian
Jan-Jun 05
3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Jul-Des 05
Jan-Jun 06
Jul-Des 06
Jan-Jun 07
Jul-Des 07
Jan-Jun 08
Jul-Des 08
134
Pemenang Beda Sig.t -0.0065% -0.0024% 0.0000% -0.0044% 0.0361% 0.0139% 0.0205% 0.0263% 0.0158% 0.0114% 0.0094% 0.0128% 0.3047% 0.1655% 0.1133% 0.1545% -0.0238% 0.0472% -0.0020% 0.0131% -0.0475% -0.0245% -0.0555% -0.0647% -0.0200% -0.0138% -0.0080% 0.0065% -0.0061% 0.0091% 0.0106% 0.0084%
.725 .817 1.000 .516 .041 .437 .146 .027 .367 .426 .415 .165 .025 .041 .117 .013 .770 .352 .965 .711 .692 .728 .326 .318 .321 .448 .535 .563 .721 .483 .274 .277
Pecundang Beda Sig.t -0.0024% -0.0005% -0.0001% -0.0002% 0.0345% 0.0123% 0.0174% 0.0172% 0.0807% 0.0955% 0.0665% 0.0538% 0.0045% 0.0143% 0.0075% 0.0119% -0.0030% -0.0029% -0.0043% -0.0028% -0.1082% -0.0427% -0.0487% -0.0554% -0.0040% -0.0124% -0.0069% 0.0012% 0.0192% 0.1574% 0.1172% 0.0476%
.417 .787 .967 .905 .136 .639 .386 .342 .145 .038 .055 .070 .780 .189 .545 .281 .726 .553 .342 .437 .100 .259 .071 .019 .809 .346 .463 .880 .847 .065 .068 .373
STRATEGI INVESTASI MOMENTUM: PROFIT.............................. (Dionysia Kowanda dan Rowland Bismark Fernando Pasaribu)
Tabel 12. Panel B (Lanjutan) Periode Pembentukan
Periode Pengujian
Jan-Jun 09
3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Jul-Des 09
Jan-Jun 10
Jul-Des 10
Pemenang Beda Sig.t 0.0103% 0.0042% 0.0068% 0.0058% 0.0267% 0.0155% 0.0252% 0.0145% 0.0133% 0.0057% 0.0032% 0.0023% -0.0124% 0.0464% 0.0275% 0.0213%
.343 .553 .267 .275 .182 .262 .022 .107 .006 .116 .352 .412 .523 .120 .355 .392
Pecundang Beda Sig.t 0.0212% -0.0010% 0.0266% 0.0186% 0.0625% -0.0108% -0.0075% 0.0006% -0.0052% -0.0039% -0.0039% -0.0017% 0.0005% -0.0001% -0.0001% 0.0007%
.652 .973 .522 .584 .056 .727 .727 .972 .552 .483 .371 .648 .626 .897 .924 .222
Sumber: Data penelitian, diolah.
135
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 109-136
Panel C Portofolio Pemenang-Pecundang Periode Pembentukan 12 Bulan Periode Pengujian 3, 6, 9, dan 12 bulan, Tahun 2005-2010 Periode Pembentukan
Periode Pengujian
Jan-Des 05
3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Jan-Des 06
Jan-Des 07
Jan-Des 08
Jan-Des 09
Jan-Des 10
Sumber: Data penelitian, diolah.
136
Pemenang Beda Sig.t 0.0186% 0.0149% 0.0346% 0.0399% -0.0345% -0.0156% -0.0117% -0.0229% -0.2900% -0.1492% -0.1632% -0.1693% 0.0112% 0.0574% 0.0443% 0.0324% 0.0152% 0.0111% 0.0147% 0.0083% 0.0016% 0.0003% -0.0027% -0.0017%
.253 .365 .014 .002 .536 .638 .625 .267 .244 .286 .156 .148 .694 .076 .061 .072 .183 .237 .046 .171 .624 .858 .151 .326
Pecundang Beda Sig.t 0.0248% 0.0033% 0.0354% 0.0360% -0.0036% 0.0018% 0.0010% 0.0004% 0.0031% 0.0097% 0.0092% 0.0093% 0.0215% 0.1550% 0.1139% 0.0440% 0.0307% -0.0288% -0.0216% -0.0125% 0.0031% 0.0017% 0.0013% 0.0017%
.528 .925 .193 .143 .418 .712 .801 .902 .683 .073 .086 .112 .822 .058 .064 .394 .057 .278 .241 .377 .632 .668 .750 .633
ISSN: 1978-3116 PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP................... (Darwis Musa Polhaupessy)
Vol. 6, No. 2 Juli 2012 Hal. 137-148
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAYANAN DETIK.COM PADA MAHASISWA Darwis Musa Polhaupessy E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This study examines the factors that influence changes in service usage Detik.com. Researcher do research based on 109 respondents to the survey to study the factors important decisions in their use Detik.com. This shows the difference between the factors that most influence the increased use and decreased use of services Detik.com. Researchers used the test the validity of the statement items using factor analysis, and then calculate the value of reliability (alpha) of each variable. Then researcher tested the hypothesis by using multiple regression analysis, using SPSS 16.0. The quality of information and quality system is negatively related to increased usage of the service Detik.com. Keywords: information quality, system quality Journal Economic Literature: O31
PENDAHULUAN Teknologi telekomunikasi konvensional yang ditandai dengan adanya penggunaan kabel (wires), ketetapan lokasi (fixed location), dan kekurangfleksibelan (inflexibility), secara cepat memberikan dampak perubahan ke arah penggunaan teknologi bergerak (mobile technology). Terdapat banyak penelitian yang
dihasilkan mengarah pada penggunaan teknologi bergerak, misalnya Mckinney dkk. (2002) mengukur tentang kepuasan konsumen dalam menggunakan web, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi oleh kualitas informasi dan kualitas sistem. Teknologi bergerak memungkinkan pengguna untuk mengunduh file atau untuk mengakses informasi di mana saja dan kapan saja. Teknologi bergerak menjadi cepat populer di seluruh dunia sebagai jejaring komputer dan komunikasi nirkabel yang lebih murah dan lebih efisien. Teknologi bergerak dapat dikonseptualisasikan dengan dua cara. Pertama, teknologi bergerak mengacu pada komunikasi bergerak dan internet, termasuk didalamnya akses internet melalui koneksi nirkabel (misalnya Wi-Fi dan Bluetooth). Kedua, teknologi bergerak mengacu pada layanan akses data melalui jaringan komunikasi bergerak seperti CDMA, GPRS, GSM yang menghubungkan pengguna satu sama lain dan dengan penyedia layanan. Munculnya World Wide Web (WWW) telah memberikan dampak yang besar dalam penciptaan berbagai sumber informasi baru, yang sangat bervariasi dalam kualitas dan utilitas, baik sumber daya penyedia maupun pengguna menghadapi masalah dalam menentukan keunggulan dari sumber informasi yang dirancang, yaitu bagaimana untuk menyatukan isi dan bentuk yang efektif untuk menciptakan sumber daya informasi yang bermanfaat. Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan
137
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 137-148
dalam organisasi. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi atau peralatan sistem lainnya. Akses internet dan penetrasi PC personal computer (PC) di Indonesia dan negara berkembang lainnya sudah cukup tinggi. Adanya aukungan internet murah dan netbook murah maka penggunaan teknologi bergerak semakin meningkat juga, misalnya penggunaan akses internet melalui fasilitas public internet akses seperti warung internet, cybercafe, dan hotspot. Tempat umum lainnya yang sering dipakai untuk akses internet adalah di kampus dan di kantor. Adanya meningkatnya pemerataan penggunaan internet wireless, maka berbagai penggunaan teknologi bergerak semakin meningkat juga. Teknologi bergerak mencakup layanan data digital seperti berita dengan topik yang bervariasi, pencarian melalui internet, pemetaan, informasi berdasarkan lokasi, mobile banking, dan konten hiburan yang dapat diakses melalui peralatan teknologi bergerak. Layanan sistem informasi secara online sekarang ini berkembang dengan pesat terutama dalam bidang berita dan artikel. Terdapat banyak situs berita online yang popular di Indonesia misalnya Kompas.com, Vivanews.com, Yahoo.com, dan Detik.com. Situs-situs tersebut memberikan beragam berita aktual dengan berbagai topik berita dimulai dari dalam negeri sampai internasional. Detik.com adalah portal web yang berisi berita aktual dan artikel yang terpopuler di Indonesia. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, Detik.com hanya mempunyai edisi online dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Meskipun begitu, Detik.com merupakan yang terdepan dalam hal beritaberita baru. Observasi yang dilakukan peneliti pada mahasiswa salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Yogyakarta, tardapat dua situs yang paling sering dikunjungi oleh mahasiswa yaitu Kompas.com dan Detik.com. Peneliti menggunakan layanan Detik.com sebagai setting penelitian karena layanan Detik.com hanya memiliki edisi online, maka sesuai dengan tujuan penelitian yaitu terbatas pada layanan teknologi bergerak. Penelitian ini meneliti tentang bagaimana perubahan penggunaan layanan Detik.com pada individu. Hal ini merupakan masalah utama bagi
138
penyedia pada layanan Detik.com yang harus membuat keputusan investasi dan memberikan kompetisi terbaik, yaitu dengan membuat layanan infrastruktur yang paling diminati. Salah satu isu penting bagi penyedia layanan adalah menentukan beragam jenis pengguna layanan. Konteks penelitian ini dibatasi pada penggunaan layanan secara individual, dan penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tentang pemahaman penggunaan pasca adopsi pada layanan data bergerak (Sanghoon dkk, 2009). Penelitian ini mengukur kualitas informasi dan kualitas sistem pada perubahan penggunaan layanan data bergerak. Hasil penelitian menunjukkan adanya pertentangan dari penemuan penelitian-penelitian pada sistem informasi sebelumnya, yaitu faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi peningkatan dan penurunan penggunaan layanan mungkin dapat dipisahkan. Mayoritas pengguna meningkatkan penggunaan layanan ketika mereka merasakan kekuatan dari aspek kualitas informasi layanan dan mengurangi penggunaan layanan ketika merasakan kelemahan dari kualitas sistem tersebut. Layanan teknologi bergerak mempunyai beberapa faktor nilai yang unik, seperti ada dimanamana dengan aliran informasi terkini dan transaksi ecommerce dari mana saja, dapat dijangkau dengan konektivitas yang cepat pada pengguna dan informasi, kenyamanan dan mobilitas peralatan, kostumisasi layanan berdasarkan lokasi pengguna, kemampuan personalisasi layanan informasi berdasarkan profil pengguna, dan ketepatan waktu dalam layanan (Rao & Troshani, 2007). Studi empiris yang lain juga dilakukan oleh Seddon (1997) yang meneliti kesuksesan Departmental Accounting System (DAS). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan pengguna merupakan sebuah respon untuk tiga tipe aspirasi sebuah sistem informasi: kualitas informasi (information quality), kualitas sistem (system quality), kegunaan (usefulness). Variabel kualitas informasi mewakili isi kualitas informasi yang dihasilkan dan ditawarkan pada layanan Detik.com. Istilah kualitas informasi seringkali diartikan sebagai kualitas data, walaupun mungkin informasi secara umum dianggap sebagai konsep yang lebih luas dalam cakupan definisi daripada data. Kualitas informasi mempengaruhi tujuan penggunaan dan perilaku
PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP................... (Darwis Musa Polhaupessy)
pengguna (Davis dkk, 1989). Karena hal tersebut maka kualitas informasi menjadi kriteria penting dalam penilaian kualitas dan keberhasilan dari sebuah layanan teknologi informasi pada Detik.com. Kualitas informasi itu sendiri adalah sebuah konsep multi-dimensional. Penelitian yang ada telah memperkenalkan beberapa variabel-variabel indikator kualitas informasi seperti ketelitian, ketepatan, relevansi, keterkinian, kelengkapan, ketersediaan, dapat dibandingkan, ketepatan waktu, dapat diandalkan, kemampuan untuk dimengerti. Pada penelitian layanan berbasis web, McKinney dkk. (2002) mengelompokkan kualitas informasi kedalam dimensi relevansi, ketepatan waktu, dapat diandalkan, jangkauan, dan kemampuan untuk dimengerti. Variabel-variabel ini adalah dimensi penting dari kualitas informasi, dengan demikian maka diadiopsi dalam penelitian ini. Kualitas sistem adalah persepsi umum seseorang terhadap layanan Detik.com, yaitu dalam cakupan kinerja perangkat lunak dan perangkat keras dan dapat digambarkan sebagai bagian dari fiturfitur sistem. Dalam menentukan variabel-variabel sistem terutama yang berhubungan erat dengan riset, maka peneliti harus meninjau kembali penelitian-penelitan saat ini tentang layanan. McKinney dkk. (2002) menyebutkan bahwa akses, nilai kegunaan, navigasi, dan interaktivitas adalah dimensi penting dari kualitas sistem untuk layanan web. Berdasarkan tinjauan penelitian-penelitian yang ada maka peneliti mempertimbangkan akses, nilai kegunaan, dan navigasi sebagai dimensi penting dari kualitas sistem. Model sukses sistem informasi diajukan oleh beragam penelitian (seperti Chin dkk., 1995 dan Davis, 1989) yaitu menekankan pentingnya kualitas informasi dan kualitas sistem dalam meningkatkan kepuasan pengguna dan penggunaan sistem. Oleh karena itu, peneliti menjadikannya sebagai dasar untuk meneliti kualitas informasi dan kualitas sistem pada perubahan penggunaan layanan Detik.com. Tujuan penelitian ini untuk menguji jika ada perubahan yaitu pada peningkatan atau penurunan perubahan penggunaan layanan Detik.com pada mahasiswa salah satu STIE di Yogyakarta.
MATERI DAN METODE PENELITIAN Variabel kualitas informasi mewakili isi kualitas informasi yang dihasilkan dan ditawarkan pada layanan. Kualitas informasi mempengaruhi tujuan penggunaan dan perilaku pengguna (Davis dkk., 1989), karena itu telah menjadi kriteria penting dalam penilaian kualitas dan keberhasilan sebuah layanan teknologi informasi. Kualitas informasi terfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Menurut DeLone dan McLean (2003), kualitas informasi dalam suatu sistem informasi menunjukkan suatu kesuksesan yang memiliki makna penting, yaitu kesuksesan informasi dalam menyampaikan maksud atau arti yang diharapkan oleh pengguna layanan. Kualitas informasi juga berarti menentukan kesuksesan desain dari suatu website, hal ini berarti bahwa jika suatu desain dari sebuah website mudah dipahami oleh pengguna maka sistem informasi tersebut dapat dikatakan sukses. Sistem informasi memerlukan beberapa indikator untuk mengukur kualitas informasi yang dihasilkan dan kaitannya dengan sistem informasi yang digunakan oleh layanan Detik.com. Indikator diperlukan karena kualitas informasi merupakan variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung. Kualitas informasi suatu sistem informasi dikatakan baik jika relevan terhadap kebutuhan pengguna atau dengan kata lain informasi tersebut mempunyai manfaat untuk penggunanya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap pengguna satu dengan yang lainnya berbeda sesuai dengan kebutuhan. Relevansi dikaitkan dengan layanan Detik.com adalah informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna atau pembaca berita pada layanan Detik.com. Informasi yang akan disampaikan kepada pengguna layanan tidak boleh terlambat, informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan didalam pengambilan keputusan. Jika pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk pengguna suatu sistem informasi tersebut. Kualitas informasi yang dihasilkan layanan Detik.com dikatakan baik jika informasi yang dihasilkan tepat waktu. Informasi yang diterima oleh pengguna layanan dapat diandalkan. Dapat diandalkan dikaitkan dengan layanan Detik.com adalah dimana informasi tesebut sangat akurat dan konsistensi/stabilitas informasi yang tersedia selalu
139
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 137-148
terjaga, hal ini dapat memotivasi pengguna untuk terus menggunakan layanan Detik.com. Jangkauan informasi adalah layanan sistem informasi yang memiliki kelengkapan dan kedalaman informasi. Jangkauan dikaitkan dengan layanan Detik.com adalah informasi yang disediakan tidak hanya meliputi berita nasional tetapi berita internasional juga. Layanan Detik.com harus memiliki cakupan berita yang luas serta berisi beragam topik berita. Informasi yang diterima oleh pengguna layanan sistem informasi mudah untuk dimengerti. Kemampuan untuk dimengerti jika dikaitkan dengan layanan Detik.com adalah informasi yang tersedia mudah untuk dibaca, penggunaan tata bahasa mudah dipahami, dan arti/ makna dari informasi yang tersedia sangat jelas. Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut. Sistem informasi dengan aspek rancangan dari layar pengguna dalam cakupan kemudahan penggunaan, visual yang menarik, mudah digunakan, dan kecepatan dalam pengiriman merupakan karakteristik kemudahan dalam menggunakan layanan Detik.com. Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi efektivitas navigasi antar layar dalam layanan sistem informasi. Navigasi dikaitkan dengan layanan Detik.com misalnya tampilan layanan sangat mudah untuk bolak-balik antar halaman, menyediakan beberapa klik untuk informasi lokasi, dan mudah untuk dinavigasikan/digunakan. Kualitas sistem adalah persepsi umum seseorang terhadap layanan Detik.com, yaitu dalam cakupan kinerja perangkat lunak dan perangkat keras dan dapat digambarkan sebagai bagian dari fitur-fitur sistem. Tidak semua variabel memiliki tingkat kepentingan yang sama ketika mengarah kepada penggunaan layanan pada individual. Dalam menentukan variabel-variabel sistem terutama yang berhubungan erat dengan riset, maka peneliti harus meninjau penelitian-penelitan saat ini tentang layanan. McKinney dkk (2002) menyebutkan bahwa akses, nilai kegunaan, navigasi, dan interaktivitas adalah dimensi penting dari kualitas sistem untuk layanan web. Berdasarkan tinjauan penelitian-penelitian yang ada maka peneliti mempertimbangkan akses, nilai kegunaan, dan navigasi untuk menjadi dimensi penting dari
140
kualitas sistem. Dengan meratanya peningkatan layanan teknologi bergerak sekarang ini maka sejumlah penelitian terkait sudah pernah dilakukan, di antaranya layanan teknologi bergerak memberikan nilai unik untuk konsumen dengan membiarkan kebebasan waktu dan tempat (Lee & Benbasat, 2003; Mallat dkk, 2004), meningkatkan kendali pada pekerjaannya (Jarvenpaa dkk, 2003). Penelitian lainnya yaitu tentang kenyamanan, ada dimana-mana, fleksibel, dan kontekstual (Lee & Benbasat, 2003; Looney dkk, 2004; Venkatesh dkk 2003), meningkatkan kualitas kehidupan dan memberikan kontribusi untuk keseluruhan kualitas kehidupan (Choi dkk, 2007). Anckar dan D’Incau (2002) menyatakan nilai potensial pelanggan dari layanan teknologi bergerak dalam kaitan 5 konteks nilai: sensitivitas waktu, spontanitas, kebutuhan hiburan, kebutuhan efisiensi, dan kaitan mobilitas. Kemajuan teknologi bergerak memungkinkan penjelajahan dan pengamatan, ketentuan konten, pengendalian, dan sekumpulan layanan lain dengan tingkat kostumisasi yang belum pernah ada sebelumnya (Barnes, 2003). Penelitian yang dilakukan Lee dkk (2009) mengungkapkan dua pola yang berbeda. Pertama, mayoritas perhatian penelitian telah diarahkan pada pengujian peran sifat personal dalam adopsi layanan teknologi bergerak. Pada kenyataannya, sejumlah variabel individual telah digunakan untuk menjelaskan tujuan untuk penggunaan teknologi bergerak, di antaranya kecondongan individu, pengendalian diri, norma subyektif, keberhasilan diri, pengaruh sosial, privasi, dan nilai yang dirasakan (Lim, 2006; Turel dkk., 2006). Lebih jauh lagi, variabel eksternal secara luas dapat dibagi dalam karakteristik terkait layanan dan sifat personal (Kleijnen dkk., 2004). Karakteristik terkait layanan mewakili bagian supply-side (contoh terkait provider/penyedia layanan), dan sifat personal adalah sifat demand-side (contoh: terkait user/pengguna layanan) (Pedersen, 2005, yang dikutip dalam Lee dkk, 2009). Kedua, kebanyakan penelitian terkait layanan teknologi bergerak menggunakan adopsi awal atau tujuan pemakaian sebagai variabel dependen, didasari dengan teori-teori terkenal seperti Technology acceptance model (TAM), Theory of reasoned action (TRA), Theory of planned behavior (TRB), dan teori adopsi Roger (Kleijnen dkk; 2004). Sebagai pembanding, hanya
PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP................... (Darwis Musa Polhaupessy)
ada sedikit penelitian yang dilakukan pada perubahan penggunaan layanan teknologi bergerak. Pada kenyataanya hanya sedikit karya yang pernah dilakukan pada subyek dalam perubahan penggunaan layanan teknologi bergerak. Hanya sedikit penelitian mengenai layanan teknologi bergerak dari sudut pandang loyalitas klien. Untuk hal ini, konsep seperti membeli kembali (repurchase) memungkinan, loyalitas umum, dan toleransi harga digunakan sebagai variabel dependen (Lim, 2006; Turel dkk, 2006). Konsep loyalitas kemungkinan merefleksikan penggunaan layanan teknologi bergerak. Akan tetapi, loyalitas yang didefinisikan sebagai tujuan klien untuk setia pada layanan yang sudah ada, tidak mengartikan perubahan dalam penggunaan layanan teknologi bergerak (meningkat, berkurang, atau tidak ada perubahan). Secara ringkas, tinjauan literatur mengungkapkan bahwa masih sedikit penelitian yang berfokus pada dinamika terkait. Kualitas informasi yang ditingkatkan diharapkan dapat meningkatkan pengalaman positif bagi pengguna pada layanan Detik.com. Sebagaimana akses informasi merupakan alasan utama penggunaan layanan teknologi informasi untuk banyak orang, kualitas informasi menjadi bagian penting dalam pemenuhan tujuan tersebut. Tingkat kualitas informasi yang lebih tinggi akan mengarah kepada kepuasan yang lebih besar dalam menggunakan layanan Detik.com, yaitu menghasilkan penurunan perubahan penggunaan layanan. Biasanya, kualitas informasi mencerminkan nilai layanan yang diterima yang merupakan sebuah fungsi pada kebutuhan pelanggan. Seperti yang diimplikasikan oleh Chowdhary dan Prakash (2005), kualitas informasi menjadi sebuah faktor yang menguntungkan, yaitu diferensiasi layanan dari pada sebuah faktor pemenuhan syarat yang dianggap penting oleh pengguna dalam berlangganan pada sebuah layanan. Kualitas informasi yang lebih rendah, mungkin memiliki kontribusi pada penolakan penggunaan pada layanan Detik.com. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka ditarik hipotesis sebagai berikut: H1: Semakin tinggi kualitas informasi yang dirasakan maka perubahan penggunaan pada layanan Detik.com akan semakin menurun. Penelitian mengindikasikan bahwa kualitas sistem secara positif mempengaruhi kepuasan
pengguna dan penggunaan sistem (DeLone & McLean, 1992; Seddon, 1997). Awalnya beberapa penelitian mendalilkan hubungan secara langsung dan positif antara kualitas sistem dan penggunaan sistem. Beberapa peneliti kemudian menambahkan bahwa kualitas sistem mempengaruhi kepuasan pengguna, yang kemudian menaikkan penggunaan sistem. Mayoritas penelitian sepakat bahwa tingkat kualitas sistem berkorelasi dengan penggunaan sistem. Penting untuk diingat bahwa penelitian-penelitian ini dilakukan pada konteks organisasi dimana penggunaan sistem informasi dipengaruhi secara signifikan oleh kekuatan kolektif non-individual, contoh budaya organisasi, tujuan dan sasaran, dan dukungan manajemen. Kualitas sistem menentukan kondisi ekstrinsik daripada intrinsik, yaitu lebih mengarah kepada kinerja sistem pada layanan Detik.com bagi keperluan klien untuk mengambil keuntungan dari informasi yang tersedia. Membentuk suatu lingkungan dan kualifikasi program yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang dimaksud, contoh akuisisi informasi dan mengoptimalkan pengalaman. Kualitas sistem mencerminkan aspek instrumental dari layanan dan kinerjanya berkurang dapat menimbulkan ketidakpuasan pada layanan. Bagaimanapun peran kualitas sistem dalam mendorong penggunaan layanan mungkin terbatas, pengguna tidak menghiraukan tentang kinerja sistem selama tingkat pengharapannya tercapai disadari atau tidak terpuaskan oleh penyedia layanan. Peningkatan pada kualitas sistem diluar tingkatan yang dapat diterima oleh pengguna mungkin tidak menambah nilai bagi pengguna layanan dan mungkin tidak mengarah pada kenaikan penggunaan layanan, kecuali pengguna layanan menemukan nilai yang berguna atau menguntungkan dari konten yang tersedia. Kualitas sistem yang rendah akan menurunkan motivasi pengguna untuk menggunakan layanan Detik.com, terutama ketika pengguna memiliki toleransi yang sempit terhadap kinerja sistem. Pengaruh dari kualitas sistem diharapkan untuk lebih meningkat dalam penggunaan layanan. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka ditarik hipotesis sebagai berikut: H2: Semakin tinggi kualitas sistem yang dirasakan maka perubahan penggunaan pada layanan Detik.com akan semakin menurun. Responden dalam penelitian ini adalah
141
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 137-148
mahasiswa salah satu STIE di Yogyakarta yang pernah menggunakan layanan Detik.com. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu dengan membagikan kuesioner yang berisi daftar pernyataan tentang kualitas informasi dan kualitas sistem pada layanan Detik.com kepada responden untuk ditanggapi dan diisi, dan selanjutnya akan dikembalikan secara langsung kepada peneliti. Dalam penelitian ini kualitas informasi adalah variabel independen. McKinney dkk (2002) mengelompokkan kualitas informasi kedalam dimensi relevansi, ketepatan waktu, dapat diandalkan, jangkauan, dan kemampuan untuk dimengerti. Variabelvariabel ini adalah dimensi penting dalam kualitas informasi. Dalam penelitian ini contoh kuesioner untuk mengukur variabel kualitas informasi pada dimensi relevansi adalah 1) informasi pada layanan Detik.com dapat digunakan untuk kebutuhan saya, 2) informasi pada layanan Detik.com berkaitan dengan kebutuhan saya, dan 3) informasi pada layanan Detik.com penting bagi kebutuhan saya. Terdapat masing-masing 16 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kualitas informasi. Berdasarkan 16 item pernyataan dibagi kedalam beberapa bagian yaitu, relevansi 3 item pernyataan, ketepatan waktu 3 item pernyataan, dapat diandalkan 4 item pernyataan, jangkauan 3 item pernyataan, dan kemampuan untuk demengerti 3 item pernyataan. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala 5 menunjukkan “sangat setuju”, skala 3 menunjukkan “netral”, dan skala 1 menunjukkan “sangat tidak setuju”. Dalam penelitian ini, kualitas sistem juga merupakan variabel independen. Tidak semua variabel memiliki tingkat kepentingan yang sama ketika mengarah kepada penggunaan layanan pada individual. McKinney dkk (2002) menyebutkan bahwa akses, nilai kegunaan, navigasi, dan interaktivitas adalah dimensi penting dari kualitas sistem untuk layanan web. Berdasarkan tinjauan penelitian-penelitian yang ada maka peneliti mempertimbangkan akses, nilai kegunaan, dan navigasi untuk menjadi dimensi penting dari kualitas sistem. Dalam penelitian ini contoh kuesioner untuk mengukur variabel kualitas sistem pada dimensi akses adalah 1) layanan Detik.com responsif terhadap saran konsumen, 2) pemuatan teks dan grafis pada layanan Detik.com sangat cepat, 3) layanan Detik.com
142
menyediakan akses yang baik, dan 4) layanan Detik.com sangat stabil. Terdapat masing-masing 11 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kualitas sistem yang dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu, akses 4 item pernyataan, nilai kegunaan 4 item pernyataan, dan navigasi 3 item pernyataan. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala 5 menunjukkan “sangat setuju”, skala 3 menunjukkan “netral”, dan skala 1 menunjukkan “sangat tidak setuju”. Dalam penelitian ini, variabel perubahan penggunaan layanan merupakan variabel dependen. Layanan teknologi bergerak memberikan nilai unik untuk konsumen dengan membiarkan kebebasan waktu dan tempat (Lee & Benbasat, 2003 dan Mallat dkk., 2004); meningkatkan kendali pada pekerjaan mereka (Jarvenpaa dkk., 2003); kenyamanan, ada dimana-mana, fleksibel, dan kontekstual (Lee & Benbasat, 2003; Looney dkk., 2004; dan Venkatesh dkk, 2003). Anckar dan D’Incau (2002) menyatakan nilai potensial pelanggan dari layanan dalam kaitan 5 konteks nilai, yaitu sensitivitas waktu, spontanitas, kebutuhan hiburan, kebutuhan efisiensi, dan kaitan mobilitas. Pengujian validitas item-item pernyataan dilakukan dengan menggunakan analisis faktor, dan selanjutnya dilakukan perhitungan nilai reliabilitas (alpha) setiap variabel. Analisis faktor dilakukan secara terpisah per konstruk, yaitu kelompok variabel kualitas informasi dan kualitas sistem. Prosedur analisis faktor dilakukan sesuai prosedur yang dilakukan oleh Antoni dkk (2002). Analisis faktor dilakukan secara berulang kali hingga tidak ada item pernyataan yang dapat didrop lagi sesuai kriteria yang ditetapkan dengan menggunakan program SPSS 16. Suatu item akan dipertahankan jika factor loading-nya sama atau lebih dari 0,5; sesuai Febrilia (2010). Setelah pengujian validitas, peneliti melakukan pengujian reliabilitas (Cronbach’s Alpha) untuk setiap variabel. Cronbach’s Alpha menunjukkan konsistensi responden dalam memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu variabel tertentu. Nilai Cronbach’s Alpha yang lazim dipakai yaitu lebih besar dari 0,6 atau > 0,6. Semakin besar nilai Cronbach’s Alpha, maka semakin baik pula pengukuran variabel tersebut. Penelitan ini dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan multiple regression analysis, dan dengan menggunakan
PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP................... (Darwis Musa Polhaupessy)
bantuan program SPSS 16.0. HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan untuk melihat apakah item pernyataan yang digunakan dalam penelitian mampu mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti. Analisis faktor dapat digunakan untuk menguji validitas suatu rangkaian kuesioner. Jika item pernyataan tidak mengelompok pada variabelnya, tetapi mengelompok ke variabel yang lain, berarti item pernyataan tersebut tidak valid, sedangkan item pernyataan yang valid akan mengelompok pada
variabel yang diukur. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas informasi dan variabel kualitas sistem. Analisis faktor untuk menguji validitas item-item pernyataan variabel kualitas informasi dan variabel kualitas sistem dilakukan dengan menetapkan dua faktor sebagai batasan jumlah faktor yang ada, item-item pernyataan yang tidak valid dibuang kemudian di uji lagi. Dalam analisis faktor ini, peneliti menggunakan rotasi Varimax untuk mendapatkan pemisahan dan pengelompokan yang lebih baik antarfaktor (Tabachnick & Fidell, 1996). Hasil akhir analisis faktor kedua variabel independen tersebut disajikan oleh peneliti dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Informasi dan Kualitas Sistem Kode
Item Pernyataan
KI 5
Informasi pada layanan Detik.com secara terus-menerus diperbarui/ selalu update Informasi pada layanan Detik.com dapat diakses kapanpun Informasi pada layanan Detik.com dapat diandalkan Informasi pada layanan Detik.com meliputi berbagai berita nasional maupun internasional Informasi pada layanan Detik.com berisi beragam topik berita Informasi pada layanan Detik.com mencakup lingkup berita yang luas Layanan Detik.com esponsif terhadap saran konsumen Layanan Detik.com menyediakan akses yang baik Layanan Detik.com sangat stabil Desain pada layanan Detik.com terorganisir dengan baik. Tampilan Detik.com sangat mudah untuk bolak-balik antar halaman Tampilan Detik.com sangat mudah untuk digunakan
KI 6 KI 10 KI 11
KI 12 KI 13 KS 1 KS 3 KS 4 KS 7 KS 9 KS 10
Faktor 1
Faktor 2
Status
0.552
Valid
0,627
Valid
0,590
Valid
0,791
Valid
0,759
Valid
0,741
Valid 0,752
Valid
0,721 0,621
Valid Valid
0,681
Valid
0,610
Valid
0,578
Valid
Sumber: Data penelitian, diolah.
143
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 137-148
Kualitas informasi digambarkan dalam item pernyataan KI 5 hingga KI 13, sedangkan kualitas sistem digambarkan dalam item pernyataan KS 1 hingga KS 10. Item-item KI 5 hingga KI 13 tercakup dalam faktor 1 yang merupakan faktor kualitas informasi sehingga dianggap valid, sedangkan item-item KS 1 hingga KS 10 tercakup dalam faktor 2 yang merupakan faktor kualitas sistem sehingga juga dianggap valid. Nilai reliabilitas kualitas informasi adalah 0,776 dan nilai reliabilitas untuk kualitas sistem adalah 0,749. Oleh karena itu, dapat diperoleh simpulan bahwa konsistensi responden sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Dalam penelitan ini juga dilakukan analisis faktor untuk variabel perubahan penggunaan layanan. Item pernyataannya digambarkan dalam PPL 1 hingga PPL 4. Nilai reliabilitas perubahan penggunaan layanan adalah 0,684. Oleh karena itu, dapat diperoleh simpulan
bahwa konsistensi responden sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Hasil analisis faktor untuk variabel perubahan penggunaan layanan disajikan oleh peneliti dalam Tabel 2. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah rangkaian kuesioner yang digunakan untuk mengukur suatu konstruk/variabel tidak mempunyai kecenderungan tertentu. Salah satu cara untuk menguji reliabilitas adalah menghitung Cronbach’s Alpha, yang menunjukkan konsistensi responden dalam memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran satu variabel tertentu. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka reliabilitas konstruk/ variabelnya buruk. Jika nilai Cronbach Alpha 0,6 – 0,7 maka reliabilitasnya diterima, dan jika nilai Cronbach Alpha 0,8 – 1,0 maka reliabilitas datanya dikatakan baik. Ringkasan nilai validitas dan reliabilitas dalam
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel Perubahan Penggunaan Layanan Kode
Item Pernyataan
PPL 1
Jika perlu informasi, saya akan terus masuk ke layanan Detik.com. Saya akan sering menggunakan layanan Detik.com. Saya tidak akan mencoba layanan informasi baru selain Detik.com.
PPL 2 PPL 4
Faktor 1
Status
0,845
Valid
0,830
Valid
0,680
Valid
Sumber: Data penelitian, diolah. Tabel 3 Uji Reliabilitas Data Variabel
Nilai
Reliabilitas dan item-item yang valid
Kualitas Informasi
Alpha Item Alpha Item Alpha Item
0,776 KI 5, KI 6, KI 10, KI 11, KI 12, KI 13 0,749 KS 1, KS 3, KS 4, KS 7, KS 9, KS 10 0,684 PPL 1, PPL 2, PPL 4
Kualitas Sistem Perubahan Penggunaan Layanan Sumber: Data penelitian, diolah.
144
PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP................... (Darwis Musa Polhaupessy)
menyajikan korelasi antarvariabel. Hasil pengujian korelasi antarvariabel independen (kualitas informasi dan kualitas sistem) tidak menunjukkan adanya masalah multikolinearitas yang berat, karena nilainya < 0,8. Korelasi yang signifikan antara variabel kualitas informasi dan perubahan penggunaan layanan (-0,326; p < 0,01) menunjukkan adanya keterkaitan yang negatif antara kualitas informasi dengan perubahan penggunaan layanan. Korelasi yang signifikan antara variabel kualitas sistem dan perubahan penggunaan layanan (-0,460; p < 0,01) menunjukkan bahwa adanya keterkaitan yang negatif antara kualitas sistem dan perubahan penggunaan layanan. Berikut disajikan tabel yang menunjukan ringkasan hasil pengujian hipotesis.
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengujian korelasi antarvariabel independen dalam Tabel 4 tidak menunjukkan adanya masalah multikolinearitas yang berat karena nilai korelasi antarvariabel independen yang kurang daripada 0,8. Hasil pengujian korelasi juga menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara variabel-variabel independen dan dependen dalam penelitian ini, sehingga pengujian model dengan model persamaan struktural dapat dilakukan. Tabel 4 menunjukkan hasil statistik deskriptif yang terdiri dari nilai cronbach’s alpha, rata-rata, standar deviasi, dan korelasi antar variabel. Nilai ratarata dan standar deviasi untuk setiap variabel adalah: kualitas informasi dengan nilai rata-rata 4,03 dan standar deviasi sebesar 0,475; kualitas sistem dengan nilai ratarata 3,59 dan standar deviasi sebesar 0,461; serta perubahan penggunaan layanan dengan nilai rata-rata 2,93 dan standar deviasi sebesar 0,672. Tabel 4 juga
PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas informasi berpengaruh terhadap perubahan penggunaan layanan.
Tabel 4 Analisis Deskriptif Data Variabel
Cronbach’s Alpha
RataRata
Standar Deviasi
KI
KS
PPL
KI KS PPL
0,776 0,749 0,684
4,03 3,59 2,93
0,475 0,461 0,672
1 0,290* -0,326*
1 -0,460*
1
* Signifikan < 0,01 Sumber: Data penelitian, diolah. Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis
HIPOTESIS
Standardize d Estimate
Standard Error
Critical Ratio
Probability
Keterangan
-0,353
0.127
-0,250
0.006 *
Didukung
-0,564
0.131
-0.387
0.000 *
Didukung
H1: Kualitas informasi berpengaruh negatif pada perubahan penggunaan layanan H2: Kualitas sistem berpengaruh negatif pada perubahan penggunaan layanan * Signifikan < 0,05 Sumber: Data penelitian, diolah.
145
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 137-148
Penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa bahwa kualitas informasi berpengaruh negatif terhadap perubahan penggunaan layanan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas sistem berpengaruh terhadap perubahan penggunaan layanan. Penelitian ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas sistem berpengaruh negatif terhadap perubahan penggunaan layanan. Dimensi kualitas informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah relevansi, ketepatan waktu, dapat diandalkan, jangkauan, dan kemampuan untuk dimengerti, variabel-variabel ini merupakan dimensi penting dari kualitas informasi. Berdasarkan gambaran tersebut, seharusnya kualitas informasi menjadi pemicu/menyebabkan seorang mahasiswa menjadi lebih bersemangat dan termotivasi untuk selalu menggunakan layanan Detik.com, atau tidak adanya perubahan penggunaan layanan pada Detik.com. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian ini yang mengindikasikan bahwa kualitas informasi berpengaruh terhadap perubahan penggunaan layanan. Kualitas informasi yang baik/tinggi akan berdampak pada penurunan perubahan penggunaan layanan Detik.com. Hipotesis ini didukung karena jika seorang mahasiswa yang merasakan kualitas informasi yang baik/tinggi cenderung akan tetap menggunakan layanan Detik.com. Dimensi kualitas sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah akses, nilai kegunaan, dan navigasi, variabel-variabel ini merupakan dimensi penting dari kualitas sistem. Berdasarkan gambaran tersebut, seharusnya kualitas sistem menjadi pemicu/ menyebabkan seorang mahasiswa menjadi lebih bersemangat dan termotivasi untuk selalu menggunakan layanan Detik.com, atau tidak adanya perubahan penggunaan layanan pada Detik.com. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian ini yang mengindikasikan bahwa kualitas sistem berpengaruh terhadap perubahan penggunaan layanan. Kualitas sistem yang baik/tinggi akan berdampak pada penurunan perubahan penggunaan layanan Detik.com. Hipotesis ini didukung karena jika seorang mahasiswa yang merasakan kualitas sistem yang baik/tinggi cenderung akan tetap menggunakan layanan Detik.com.
146
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil pengujian hipotesis dalam penelitan ini mendukung adanya pengaruh kualitas informasi terhadap perubahan penggunaan layanan Detik.com. Hal ini terjadi dikarenakan mahasiswa merasakan baik/ tingginya pada dimensi kesatuan kualitas informasi yaitu relevansi, ketepatan waktu, dapat diandalkan, jangkauan, dan kemampuan untuk dimengerti, sehingga perubahan penggunaan layanan Detik.com akan semakin menurun atau mahasiswa tidak pindah ke penyedia layanan lain. Pengujian hipotesis selanjutanya dalam penelitan ini mendukung adanya pengaruh kualitas sistem terhadap perubahan penggunaan layanan Detik.com. Hal ini terjadi dikarenakan mahasiswa merasakan baik/tingginya pada kesatuan dimensi kualitas sistem yaitu akses, nilai kegunaan, navigasi, sehingga perubahan penggunaan layanan Detik.com akan semakin menurun atau mahasiswa tidak pindah ke penyedia layanan lain. Saran Untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki instrumen atau item-item yang tidak valid tersebut, yang digunakan untuk mengukur variabel kualitas informasi, kualitas sistem dan perubahan penggunaan layanan. Item-item yang terbukti tidak valid terjadi karena responden kurang memahami maksud dari pernyataan penelitian dan kurangnya waktu bagi peneliti untuk menjelaskan lebih rinci tentang tujuan penelitian, sehingga terjadi bias pada pernyataan kuisoner tersebut. Penyedia layanan Detik.com diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi dan kualitas sistem yang lebih baik, sehingga para mahasiswa/pengguna semakin tertarik atau termotivasi untuk menggunakan layanan Detik.com, dan pada akhirnya mahasiswa/pengguna semakin loyal atau tetap menggunakan layanan Detik.com.
PENGARUH KUALITAS INFORMASI DAN KUALITAS SISTEM TERHADAP................... (Darwis Musa Polhaupessy)
DAFTAR PUSTAKA Anckar, B. dan D. D’Incau. 2002. “Value Creation in Mobile Commerce: Findings from a Consumer Survey.” Journal of Information Technology Theory and Application 4(1), pp. 43-64. Antoni, J., Leung, K., dan Knowles, G. 2002. “Critical Success Factors of TQM Implementation in Hongkong Industries” International Journal of Quality and Reliability Management, Vol. 19 (5): 551 – 566. Barnes, S.J. 2003. “Location-based Services: The State of the Art.” E-Services Journal 2(3), pp. 59-70. Sanghoon dkk. 2009. “Product Customization on the Web: An Empirical Study of Factors Impacting Choice board User Satisfaction1.” Information Resources Management Journal 19(2), pp. 6981. Chin, J.P. W.W. Todd, dan P.A. Todd. 1995. “On the Use Usefulness, and Ease of Use of Structural Equation Modeling in MIS Research: A Note of Caution.” MIS Quarterly 19(2), pp. 237-246. Choi H., M.K. Lee, K. Im, dan J.W. Kim. 2007. “Contribution to Quality of Life: A New Outcome Variable for Mobile Data Service.” Journal of the Association for Information Systems 12(8), pp. 598-618. Chowdhary, N. dan M. Prakash. 2005. “Service Quality: Revisiting the Two Factors Theory” Journal of Service Research 5(1), pp. 61-75. Davis, F.D. 1989. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan User Acceptance of Information Technology.” MIS Quarterly 13(3), pp. 319-340. Davis, F.D. 1993. “User Acceptance of Information Technology: System Characteristics, Use Perceptions and Behavioral Impacts.” International Journal of Man-Machine Studies 38(3), pp. 475487.
DeLone, W.H. dan E.R. McLean. 1992. “Information Systems Success: The Quest for the Dependent Variable.” Information Systems Research 3(1), pp. 60-95. Febrilia, Ika (2010) “Pengaruh Mood (Positive Mood dan Negative Mood) Terhadap Learning (Pembelajaran), serta Dampaknya pada Kinerja Akademik Mahasiswa STIE YKPN Yogyakarta”. Tesis STIE YKPN. Jarvenpaa, S.L., K.R. Lang, Y. Takeda, dan V.K. Tuunainen. 2003.”Mobile Commerce at Crossroads.” Communications of the ACM 46(12), pp. 41-44. Kleijnen, M., K. Ruyter, dan M. Wetzels. 2004. “Consumer Adoption of Wireless Services: Discovering the Rules, While Playing the Game.” Journal of Interactive Marketing 18(2), pp. 51-61. Lee, S., Shin, B., dan Lee H.G. 2009. “Understanding Post-adoption Usage of Mobile Data Services: The Role of Supplier-side Variables”. 49(11), pp.51-62. Lee, Y. dan I. Benbasat. 2003. “Interface Design for Mobile Commerce.” Communications of the ACM 46(12), pp. 49-52. Lim, H. 2006. “M-loyalty: Winning Strategy for Mobile Carriers.” Journal of Consumer Marketing 23(4), pp. 208-218. Looney, CA., L.M. Jessup, dan J.S. Valacich.2004. “Emerging Business Models for Mobile Brokerage Services.” Communications of the ACM 46(6), pp. 71-77. Mallat, N., M. Rossi, dan V.K. Tuunainen. 2004 “Mobile Banking Services.” Communications of the ACM 47(5), pp. 42-46. Mckinney, V., K. Yoon, dan M. Zahedi. 2002. “The Measurement of Web-Customer Satisfaction: An Expectation and Disconfirmation Approach.” Information Systems Research 13(3),
147
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 137-148
pp. 296-315. Pedersen, P. 2005.”Adoption of Mobile Internet Services: An Exploratory Study of Mobile Commerce Early Adopters,” Journal of Organizational Computing and Electronic Commerce 15(2), pp. 203-222. Rao, S. dan I. Troshani. 2007. “A Conceptual Framework and Propositions for the Acceptance of Mobile Services.” Journal of Theoretical and Applied Electronic Commerce Research 2(2), pp. 61-73. Seddon, P. 1997 “Respecification and Extension of the DeLone and McLean Model of is Success.” Information Systems Research 8(3), pp. 240-253. Tabachnick, B. G., dan Fidell, L. S. 1996. “Using Multivariate Statistics.” Harper Collins College Publishers. Turel, O., A. Serenko, B. Detlor, M. Collan, I. Nam, dan J. Puhakainen. 2006. “Investigating the Determinants of Satisfaction and Usage of Mobile IT Services in Four Countries,” Journal of Global Information Technology Management 9(4), pp. 6-27. Venkatesh, V., V. Ramesh, dan A.P. Massey. 2003. “Understanding Usability in Mobile Commerce.” Communications of the ACM 46(12), pp. 53-36.
148
ISSN: 1978-3116 ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
Vol. 6, No. 2 Juli 2012 Hal. 149-161
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN SETELAH LAMA TIDAK MEMBAGI DIVIDEN: STUDI PERISTIWA BERBASIS DATA INTRADAY Yogo Heru Prayitno Mojohuro RT 02, Sriharjo, Imogiri, Bantul 55782, Yogyakarta
Baldric Siregar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT
PENDAHULUAN
This study was a study of event-based intraday data. The researcher observed the announcement event of dividend sharing long after the dividend was shared for the last time. In this study the researcher examined whether there were differences in abnormal returns in each period of 30 minutes of the event. The researcher used the intraday data of the stock price per 30 minutes to calculate a 30-minute return. The estimation periods used in this study were 200 periods of 30 minutes and the event periods used were as many as 53 periods of 30 minutes. The research sample used was 17 companies listed on Indonesian Stock Exchange. One Sample T-test and Paired Sample T-test were used to test the first and second hypotesis. The result showed that there were no differences in the abnormal returns before and after the event and there were no cumulative abnormal returns around the announcement event of dividend sharing long after the dividend was shared for the last time. In the event periods, abnormal returns occurred only in three periods of 30 minutes after the event.
Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dilihat melalui aktivitas pasar modalnya. Pasar modal yang maju merupakan indikasi kemajuan ekonomi. Kegiatan pasar modal dilakukan di bursa efek. Ada dua pihak yang sangat berperan penting di bursa efek, yaitu emiten dan investor. Emiten adalah perusahaan yang melakukan penjualan instrumen keuangan, sedangkan investor adalah pemodal yang melakukan investasi dengan membeli instrumen keuangan tersebut. Tujuan investasi adalah untuk mengembangkan dana, menghindari risiko akan penurunan kekayaan, dan pada akhirnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Investor membutuhkan informasi untuk melakukan investasi. Banyak jenis informasi yang masuk ke pasar modal, misalnya informasi laba, perubahan direksi, hasil riset dan pengembangan, informasi pemecahan saham, dan pembagian dividen. Informasi yang masuk ke pasar modal tidak hanya informasi yang spesifik terkait dengan perusahaan, melainkan juga informasi ekonomi, politik, dan keamanan. Sumber informasi juga tidak terbatas pada informasi yang berasal dari dalam negeri, melainkan juga informasi yang berasal dari luar negeri. Informasi yang masuk ke pasar modal tidak selalu
Keywords: abnormal return, event study, intraday data Journal Economic Literature: G14
149
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 149-161
memiliki kandungan. Suatu informasi dinyatakan memiliki kandungan apabila investor bereaksi atas informasi tersebut. Reaksi investor dapat berupa reaksi positif dan reaksi negatif. Keberadaan reaksi investor atas suatu informasi menunjukkan bahwa informasi tersebut digunakan oleh investor. Secara statistis, ada tidaknya reaksi investor ditunjukkan oleh ada tidaknya abnormal return. Abnormal return adalah perbedaan tingkat return yang sesungguhnya dengan tingkat return yang diharapkan. Salah satu informasi spesifik perusahaan yang masuk ke pasar modal adalah informasi pembagian dividen. Ada perusahaan yang konsisten membagi dividen dari tahun ke tahun. Namun yang paling umum di Indonesia adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagi dividen setiap tahun. Ada tidaknya reaksi pasar apabila perusahaan lama tidak membagi dividen lalu memutuskan membagi dividen merupakan fokus perhatian riset ini. Agar dapat menangkap reaksi lebih tepat, penelitian ini mencoba menggunakan data intraday. Data intraday adalah data tentang perubahan harga dengan satuan waktu perubahan yang lebih singkat dari perubahan harga harian. Penggunaan data intraday didasarkan pada pertimbangan bahwa informasi pengumuman dividen merupakan informasi yang relatif mudah dicerna oleh investor. Oleha karena informasi ini relatif mudah dicerna, maka reaksi investor terhadap pengumuman ini relatif cepat tanpa menunggu dalam hitungan hari. MATERI DAN METODE PENELITIAN Dividen adalah pembagian aset perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai, saham, ataupun aset lainnya. Pembagian dividen harus terlebih dahulu dilakukan melalui pengumuman. Penyampaian pengumuman sebelum melakukan pembagian dividen merupakan kewajiban perusahaan (Simamora, 2002). Ada beberapa tanggal penting dalam prosedur pembagian dividen. Pertama, tanggal pengumuman. Tanggal pengumuman adalah tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. Misalnya pada tanggal 14 November 2010 PT ABC mengumumkan pembagian dividen kuartalan sebesar Rp40 per saham untuk dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat pada tanggal 8
150
Desember 2010 dan pembayaran dilakukan pada tanggal 2 Januari 2011. Kedua, tanggal pencatatan. Tanggal pencatatan adalah tanggal terakhir bagi pemegang saham untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Setelah berakhirnya jam kerja pada tanggal pencatatan pemegang saham (8 Desember 2010), perusahaan menutup buku transfer sahamnya dan menyusun daftar pemegang saham mulai tanggal itu. Ketiga, tanggal ex-dividend. Tanggal ex-dividend adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya. Untuk mencegah timbulnya konflik, regulator di pasar modal menetapkan jumlah hari sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. Misalnya ditetapkan 4 hari sebelum tanggal pencatatan. Dalam hal ini tanggal ex-dividend adalah 4 hari sebelum tanggal pencatatan 8 Desember 2010, yaitu tanggal 4 Desember 2010. Keempat, tanggal pembayaran dividen. Tanggal pembayaran dividen adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. Dalam hal ini perusahaan akan mengirimkan ceknya kepada pemegang saham tercatat pada tanggal 2 Januari 2011. Reaksi investor atas pengumuman dividen dapat terjadi baik pada tanggal pengumuman, tanggal pencatatan, tanggal ex-dividend, dan tanggal pembayaran. Reaksi investor tersebut terlihat dari variasi harga sekuritas. Namun reaksi yang paling umum signifikan terjadi adalah pada tanggal pengumuman dan tanggal ex-dividend (French dan Moon, 1999). Pembagian dividen menggambarkan kebijakan dividen perusahaan. Kebijakan ini terkait dengan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua, sebagian, atau tidak sama sekali. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno, 2000), yaitu 1) Posisi solvabilitas perusahaan. Apabila
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki struktur modalnya; 2) Posisi likuiditas perusahaan. Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu apabila perusahaan membayarkan dividen berarti perusahaan menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Biasanya perusahaan yang memiliki likuiditas kurang baik menentukan dividend payout ratio kecil. Akan tetapi perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar; 3) Kebutuhan untuk melunasi utang. Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditur berupa utang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Utang-utang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo dan untuk membayar utang-utang tersebut harus disediakan dana; 4) Rencana perluasan. Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut; 5) Kesempatan investasi. Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun apabila kesempatan investasi kurang, dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen; 6) Stabilitas pendapatan. Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga. Sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga; dan 7) Pengawasan terhadap rencana perluasan. Kadangkadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Jika perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama
dalam mengendalikan perusahaan. Apabila dipenuhi dari utang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya. Pengumuman pembagian dividen dapat ditinjau berdasarkan teori efisiensi pasar modal. Teori tentang hipotesis pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh Fama (1969). Menurut teori tersebut pasar dikatakan efisien apabila harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Menurut Fama (1969) terdapat tiga bentuk tingkat efisiensi pasar berdasarkan pada tingkat penyerapan informasinya, yaitu pasar efisien bentuk lemah, pasar efisien bentuk semi kuat, pasar efisien bentuk kuat. Dalam mempelajari konsep pasar efisien kita akan diarahkan pada sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat mempengaruhi pasar yang tercermin pada perubahan harga sekuritas. Kecepatan reaksi harga saham terhadap pengumuman suatu peristiwa menggambarkan tingkat efisiensi suatu pasar. Semakin efisiensi suatu pasar maka semakin besar informasi yang terefleksi dalam harga saham (Jogiyanto, 2010). Salah satu pengujian pengumuman dividen terkait dengan efisiensi pasar modal adalah pengumuman dividen oleh perusahaan yang diregulasi, seperti perusahaan listrik. Pengumuman penurunan dividen oleh perusahaan yang diregulasi menghasilkan reaksi pasar yang lebih kuat dibandingkan pengumuman penurunan dividen oleh perusahaan tidak diregulasi. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan dividen mengecewakan bagi para pelanggan utillitas yang lebih memilih hasil yang tinggi. Investor menganggap biaya keagenan di perusahaan yang diregulasi lebih tinggi karena itu penurunan dividen mengecewakan bagi mereka. Apriani (2005) menganalisis reaksi pasar terhadap pengumuman kenaikan dividen di perusahaan utilitas publik dan perusahaan yang tidak diregulasi, yang sebagian besar merupakan utilitas listrik atau gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar terhadap pengumuman kenaikan dividen oleh perusahaan utilitas publik lebih kuat dibandingkan reaksi pasar terhadap pengumuman oleh perusahaan yang tidak diregulasi. Pengumuman dividen juga dapat dikaji berdasarkan teori pensinyalan dividen. Asimetri informasi memberi kesan bahwa manajer mempunyai informasi melebihi investor luar. Jika manajer mempunyai informasi yang
151
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 149-161
tidak dipunyai oleh investor, maka manajer dapat menggunakan perubahan dalam dividen sebagai cara untuk menunjukkan sinyal informasi dan kemudian menurunkan asimetri informasi. Kemudian investor akan menggunakan pengumuman dividen sebagai informasi untuk menilai harga saham perusahaan. Teori pensinyalan dividen seringkali dijadikan referensi bagi penelitian pasar modal khususnya yang terkait dengan kandungan informasi dividen. Menurut teori ini seorang manajer yang mempunyai informasi mendalam akan menggunakan kebijakan dividen sebagai referensi kualitas laba kepada investor. Pengumuman dividen dianggap memiliki kandungan informasi apabila pasar bereaksi pada saat pengumuman dividen yang tercermin pada adanya perubahan harga dan atau volume perdagangan sekuritas dari perusahaan yang bersangkutan. Reaksi yang terkait dengan perubahan harga dapat diukur melalui abnormal return jika pengumuman dianggap memiliki kandungan informasi. Asumsi utama dalam teori sinyal adalah bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkan. Manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat dibandingkan pihak luar perusahaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut teori sinyal terdapat asimetri informasi antara manajer dan investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan investor tidak (Gelb, 1999). Akibat adanya asimetri informasi, harga saham yang terjadi belum mencapai harga ekuilibrium sehingga investor yang mempuyai informasi yang tahu bahwa harga ekulibrium akan mencapai titik tertentu akan membeli sekuritas tersebut dan nantinya akan menjualnya pada harga ekulibrium sehingga dapat menikmati abnormal return selisih harga saham tersebut (Wismar’ein, 2004). T i n g k a t return dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan terdiri dari dua komponen. Pertama, tingkat return yang normal atau yang diharapkan. Tingkat return ini merupakan bagian dari tingkat return aktual yang diperkirakan atau yang diharapakan oleh para pemegang saham. Tingkat return tersebut dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki oleh para investor. Kedua, adalah tingkat return yang tidak pasti
152
atau berisiko. Bagian return ini berasal dari informasi yang bersifat tidak terduga (Husnan, 2009). Kebijakan pembagian dividen tergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat tetap (tidak mengalami perubahan) dan dapat juga mengalami perubahan (kenaikan dan penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi investor yaitu informasi tentang naik turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan kerena informasi tersebut mengandung muatan informasi yang berkenaan dengan prospek return yang akan diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan (Prasetiono, 2000). Apriani (2005) menemukan bahwa pengumuman pembagian dividen mempunyai pengaruh terhadap reaksi pasar yang ditunjukkan dengan perbedaan harga saham, return, dan volume perdagangan. Penelitian Prasetiono (2000) menemukan peristiwa pengumuman dividen tidak menimbulkan rata-rata abnormal return saham secara signifikan, khususnya untuk kelompok dividen naik dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen. Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2010). Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Sebagian besar studi peristiwa mengamati berbagai peristiwa yang terkait langsung dengan aktivitas ekonomi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fama (1969) menyimpulkan bahwa harga dalam suatu titik waktu “seutuhnya mencerminkan” informasi yang tersedia. Harga dalam hal ini yang harus diperhatikan dan paling penting dalam studi peristiwa adalah penentuan peristiwa yang hendak diteliti. Peristiwa harus terdefinisi dengan baik yang artinya merupakan informasi yang relevan atau tidak terhadap para pelaku
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
pasar modal. Beberapa studi peristiwa menggunakan data intraday untuk mengamati perilaku harian atas harga saham. Studi peristiwa dapat berkaitan dengan peristiwa ekonomi maupun peristiwa non-ekonomi. Studi peristiwa yang berkaitan dengan peristiwa ekonomi misalnya pengumuman informasi publik, peristiwa perubahan harga saham yang drastis, pengumuman deviden, pengumuman laba, pengumuman right issue, pengumuman stock split dan lain sebagainya (Azali, 2009). Umumnya penelitian yang dilakukan menyatakan pasar modal di Indonesia belum efisien secara informasi dalam bentuk setengah kuat pada periode 2004-2006. Investor bereaksi secara lambat untuk menyerap informasi dari perusahaan yang mengumumkan laba. Akan tetapi ditemukan bukti bahwa pengumuman laba membawa kandungan informasi ke pasar modal (Ball dan Brown, 1968). Penelitian Sularso (2003) menemukan bahwa pengumuman dividen berpengaruh terhadap harga saham, hal ini ditunjukkan dengan masih diperolehnya abnormal return pada sekitar tanggal pengumuman ex-devidend. Penelitian Myra et al. (2005) membuat kesimpulan tentang reaksi harga saham dan volume perdagangan saham terjadi secara dependen dipengaruhi oleh pengumuman dividen. Basyori (2008) juga menyimpulkan masih terdapat abnormal return di sekitar tanggal pengumuman penurunan dividen dan abnormal return positif disekitar tanggal pengumuman kenaikan dividen. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengumuman dividen direaksi oleh pasar. Penurunan dividen direaksi negatif oleh pasar. Apabila pengumuman penurunan dividen direaksi negatif, maka keputusan tidak membagi dividen dimungkinkan juga mengecewakan investor. Perusahaan dapat tidak membagi dividen untuk beberapa tahun. Setelah beberapa tahun tidak membagi dividen, perusahaan dimungkinkan membagi memutuskan membagi dividen. Berdasarkan logika berpikir, maka pengumuman ini tentu saja merupakan berita baik karena sudah beberapa tahun tidak membagi dividen lalu kemudian memutuskan mengumumkan membagi dividen. Teori pensinyalan dividen juga menyatakan bahwa pengumuman pembagian dividen seharusnya direaksi positif oleh para investor sehingga harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan dan abnor-
mal return seharusnya terjadi di sekitar peristiwa pengumuman pembagian dividen tersebut meskipun hal tersebut dilakukan oleh perusahaan yang sudah lama tidak membagi dividen. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memformulasi hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi dividen. H2: Terdapat abnormal return di setiap periode 30 menitan pada periode peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi dividen. Peneliti menentukan pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yang artinya adalah perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang memenuhi beberapa kriteria tertentu. Ada dua kriteria yang digunakan agar sebuah perusahaan masuk sebagai sampel, yaitu 1) perusahaan tersebut selama dua tahun atau lebih berturut-turut tidak membagi dividen dan kemudian membagi dividen dan 2) data perdagangan saham perusahaan tersedia berupa data 30 menitan. Periode amatan adalah enam tahun dari tahun 2004 sampai 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data intraday berupa harga saham 30 menitan yang akan digunakan untuk mengkalkulasikan normal return dan abnormal return yang terjadi selam penelitian. Sumber data berasal dari data sekunder yang artinya mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Peneliti menggunakan stock record system RTI (real time financial information) yang tersedia di PT RTI Infokom. Variabel dalam penelitian ini adalah abnormal return. Abnormal return dapat diketahui setelah normal return diidentifikasi. Terkait dengan penentuan abnormal return, berikut ini beberapa definisi yang diperlukan, yaitu 1) Tanggal pengumuman dividen adalah tanggal perusahaan mengumumkan membagi dividen; 2) Dividen adalah bagian dari laba atau pendapatan yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebagai konsekuensi dari kepemilikan saham perusahaan tersebut dalam rangka memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham; 3) Normal return adalah return yang terjadi pada keadaan normal dimana tidak terjadi suatu peristiwa; 4) Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya dengan normal retrurn; 4) Peristiwa adalah kejadian
153
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 149-161
dalam bentuk pengumuman dividen terhadap publik; 5) Periode peristiwa adalah periode waktu dimana peristiwa yang terjadi digunakan untuk menentukan abnormal return. Periode peristiwa ini disebut juga dengan window; 6) Periode estimasi adalah periode waktu sebelum peristiwa yang terjadi atau dalam keadaan normal. Periode ini digunakan untuk menentukan normal return; dan 7) Dalam periode estimasi, peneliti menggunakan periode estimasi 200 periode 30 menitan. Sedangkan untuk periode peristiwa, peneliti menggunakan periode peristiwa 53 periode 30 menitan, yakni 26 periode 30 menitan sebelum peristiwa (t-26 s.d t-1). 1 periode 30 menitan saat peristiwa (t0), dan 26 periode 30 menitan setelah peristiwa (t+1 s.d t+26). Periode estimasi normal return menggunakan 200 periode 30 menitan, yaitu periode 30 menitan pada masing-masing perusahaan terhitung dari sebelum periode peristiwa, jadi periode estimasi pada penelitian ini antara t-27 sampai t-227. Pada 20 hari perdagangan pada periode estimasi terdapat 200 periode 30 menitan yang digunakan peneliti unttuk menghitung normal return. Hari pedagangan bursa dibagi ke dalam 2 sesi perdagangan. Untuk hari senin s.d kamis, sesi 1 berlangsung pukul 09.30 s.d 12.00 WIB. Sedangkan untuk sesi 2 berlangsung pada pukul 13.30 s.d 16.00 WIB. Sedangkan untuk hari jumat sesi 1 berlangsung pada pukul 09.30 s.d 11.30, sedangkan sesi 2 bursa berlangsung pada pukul 14.00 s.d 16.00 WIB. Peneliti membagi periode 30 menitan untuk perdagangan senin s.d kamis ke dalam 11 periode return 30 menitan, sedangkan untuk jumat yaitu 9 periode return 30 menitan. Periode return 30 menitan hari perdagangan diuraikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Periode Return 30 Menitan Hari Perdagangan Senin – Kamis Periode Return 30 Menitan
Waktu Perdagangan
Return periode 30 menitan ke-01 Return periode 30 menitan ke-02 Return periode 30 menitan ke-03 Return periode 30 menitan ke-04 Return periode 30 menitan ke-05 Return periode 30 menitan ke-06 Return periode 30 menitan ke-07
16.00(t-1)-09.30 09.30-10.00 10.00-10.30 10.30-11.00 11.00-11.30 11.30-12.00 13.30-14.00
154
Return periode 30 menitan ke-08 Return periode 30 menitan ke-09 Return periode 30 menitan ke-10 Return periode 30 menitan ke-11
14.00-14.30 14.30.15.00 15.00-15.30 15.30-16.00
Tabel 2 Periode Return 30 Menitan Hari Perdagangan Jumat Periode Return 30 Menitan
Waktu Perdagangan
Return periode 30 menitan ke-01 Return periode 30 menitan ke-02 Return periode 30 menitan ke-03 Return periode 30 menitan ke-04 Return periode 30 menitan ke-05 Return periode 30 menitan ke-06 Return periode 30 menitan ke-07 Return periode 30 menitan ke-08 Return periode 30 menitan ke-09
16.00(t-1)-09.30 09.30-10.00 10.00-10.30 10.30-11.00 11.00-11.30 14.00-14.30 14.30.15.00 15.00-15.30 15.30-16.00
Model estimasi dalam penilitian ini mengacu pada penelitian Brown dan Warner (1985). Ada tiga model estimasi, yaitu model estimasi mean adjusted model, mar-ket model, dan market ad-j-usted model. Penelitian ini menggunakan mean adjusted model dengan alasan model ini menganggap bahwa return yang diharapkan bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian sebelumnya selama periode estimasi. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut 1) Menentukan normal return (NR) dengan menggunakan model estimasi untuk setiap sekuritas. Model yang digunakan adalah mean adjust model dengan menjumlahkan return sesungguhnya setiap saham selama periode estimasi. Hasil penjumlahan return sesungguhnya dibagi dengan jumlah periode dalam estimasi periode. Return periode 30 menitan dihitung dengan rumus sebagai berikut : Pit – Pit-1 Rit = Pit-1 Keterangan: Ri = Return saham-i pada periode 30 menitan ke-t Pit = Harga saham-I pada periode 30 menitan ke-t Pit-1 = Harga saham-I pada periode 30 menitan ke-t-1
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
Normal return tiap sekuritas didapat dengna rumus sebagai berikut : NRt = ΣRi / T
3) Menghitung average abnormal return (AAR) semua sekuritas pada setiap periode peristiwa dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan: NRt = Normal return saham-i ΣRi = Total return saham-i dari periode estimasi T = Jumlah periode estimasi 30 menitan
Σtn=52 ARnt N Keterangan: AR = Average Abnormal Return (AAR) ARnt = Abnormal return pada periode 30 menitan ke-t
2) Menghitung abnormal return (AR) pada periode peristiwa untuk setiap sekuritas. AR dihitung per periode 30 menitan dengan rumus sebagai berikut :
n
ARi.t = Ri.t - NRi Keterangan: ARi.t = AR saham-i pada periode 30 menitan ke-t Ri.t = Aktual return saham-i pada periode 30 menitan ke-t NRi = Normal return saham-i
AR =
= Jumlah sampel yang digunakan
4) Menentukan apakah AAR pada setiap periode peristiwa signifikan (berbeda dari nol) dengan menggunakan uji t sampel berpasangan. Jika AAR berbeda dari nol, hal ini mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia adalah pasar yang efisien, begitu pula sebaliknya. Jika tidak ditemukan adanya AR di sekitar terjadinya peristiwa pengumuman membagi dividen setelah lama tidak membagi, maka hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kebocoran informasi sebelum peristiwa terjadi.
Tabel 3 Daftar Nama Perusahaan NO
KODE
NAMA EMITEN
PENGUMUMAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
ABDA ADHI AKRA APEX BABP BRNA EKAD INCI INDF INDR ISAT JTPE MEGA MREI PANR TSPC UNIC
ASURANSI BINA DANA ARTA Tbk 5 JUNI 2008 ADHI KARYA Tbk 3 JULI 2008 AKR CORPORINDO Tbk 16 MEI 2008 APEXINDO PRATAMA DUTA Tbk 19 MEI 2008 BANK ICB BUMIPUTERA Tbk 30 MEI 2008 BERLINA Tbk 14 AGUSTUS 2009 EKADHARMA INTERNATIONAL Tbk 5 JUNI 2008 INTANWIJAYA INTERNASIONAL Tbk 25 AGUSTUS 2009 INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk 22 JULI 2009 INDO-RAMA SYNTHETICS Tbk 1 JULI 2008 INDOSAT Tbk 24 JUNI 2008 JASUINDO TIGA PERKASA Tbk 23 MEI 2008 BANK MEGA Tbk 12 MEI 2008 MASKAPAI REASURANSI INDONESIA Tbk 2 JUNI 2008 PANORAMA SENTRAWISATA Tbk 13 JUNI 2008 TEMPO SCAN PACIFIC Tbk 9 JULI 2009 UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk 20 JUNI 2008
155
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 149-161
HASIL PENELITIAN Selama periode 2004 sampai dengan 2009, jumlah perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan corporate action berupa pengumuman pembagain dividen setelah lama tidak membagi sebanyak 21 perusahaan. Berdasarkan jumlah tersebut, perusahaan memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 17 perusahaan. Tabel 3 menunjukkan daftar nama perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Pengujian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya abnormal return yang akan diperoleh oleh investor terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Apabila terjadi abnormal return berarti ada reaksi investor atas adanya peristiwa tersebut. Pengujian terhadap abnormal return dilakukan dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang diharapkan oleh investor. Uji deskripsi statistik dilakukan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari variabel yang diteliti. Dalam tabel statistik deskriptif ditunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata digunakan untuk menentukan fluktuasi satuan variabel yang diuji. Data maksimum dan minimum
memperlihatkan kisaran data yang normal untuk menghidari biasnya hasil penelitian. Selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan variabel rata-rata abnormal return dan rata-rata return sesungguhnya memiliki persentase nilai maksimal masing-masing sebesar 2,15 dan 2,21. Sedangkan persentase nilai minimal untuk masing-masing variabel sebesar -1,76 dan -1,69. Nilai tersebut menunjukkan bahwa komponen return bervariasi. Untuk rata-rata abnormal return dan ratarata return sesungguhnya memiliki persentase nilai ratarata masing-masing sebesar -0,11 dan -0,04 dengan persentase nilai standar deviasi masing-masing sebesar 0,68 dan 0,68. Nilai standar deviasi ini digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata, standar deviasi, maksimal, dan minimal average abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Nilai rata-rata average abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi masing-masing mempunyai persentase nilai sebesar -0,09 dan -0,13. Rata-rata average abnormal return yang negatif menunjukkan indikasi bahwa reaksi pelaku pasar negatif terhadap adanya peristiwa pengumuman pembagian dividen
Tabel 4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Keterangan
N
Minimal
Maksimal
Rata-rata
Standar Deviasi
Rata-rata Abnormal return Rata-rata Return sesungguhnya
52 52
-1,76 -1,69
2,15 2,21
-0,11 -0,04
0,68 0,68
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 5 Statistik Deskriptif Average Abnormal Return Keterangan
N
Minimal
Maksimal
Rata-rata
Standar Deviasi
Average abnormal return sebelum Average abnormal return sesudah
26 26
-1,61 -1,76
2,15 0,72
-0,09 -0,13
0,84 0,50
Sumber: Data penelitian, diolah.
156
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
setelah lama tidak membagi. Persentase nilai maksimal average abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi masing-masing sebesar 2,15 dan 0,72 serta persentase nilai minimal masing-masing sebesar 1,61 dan -1,76. Penyimpangan antara nilai yang diperoleh dengan nilai yang diharapkan yang lebih jauh menyimpang terjadi pada average abnormal return sebelum peristiwa daripada average abnormal return sesudah peristiwa. Penyimpangan ini dapat dilihat pada nilai standar deviasinya, dimana persentase nilai standar deviasi untuk average abnormal return sebelum peristiwa adalah sebesar 0,84 dan untuk average abnormal return sesudah peristiwa sebesar 0,50. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Paried Sample T-test untuk hipotesis pertama dan One Sample T-test untuk hipotesis dua. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah menghitung actual return harian selama periode estimasi, yaitu selama 200 periode. Hasil dari penghitungan tersebut akan menghasilkan normal return selama periode estimasi. Langkah selanjutnya adalah menghitung actual return selama periode peristiwa, yang digunakan dalam penelitian ini adalah 53 periode, yaitu 26 periode sebelum peristiwa, tanggal peristiwa dan 26 hari setelah peristiwa. Hasil dari normal return selama periode estimasi dan actual return pada periode peristiwa akan menghasilkan abnormal return.
Dalam pengujian hipotesis 1 diprediksi bahwa terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Hipotesis 1 di uji dengan uji t Paired sample T-test untuk membandingkan 26 periode 30 menitan sebelum peristiwa dengan 26 periode sesudah peristiwa. Hasil uji statistik untuk hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil pengujian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata average abnormal return sesudah peristiwa lebih tinggi dibandingkan rata-rata average abnormal return sebelum peristiwa. Persentase besarnya perbedaan rata-rata average abnormal return adalah 0,04. Tabel 6 juga menunjukkan signifikansi abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi dengan menggunakan uji paired sample Ttest yang nilainya sebesar 0,781. Jika sig <0,05 maka hipotesis 1 diterima. Pada Tabel 6 terlihat bahwa signifikansi >0,05 (0,781>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 ditolak, yakni tidak terdapat perbedaan abnormal return periode 30 menitan sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Dalam hipotesis 2 diprediksi bahwa terdapat abnormal return disetiap periode 30 menitan sebelum dan sesudah pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Untuk itu dalam pengujian hipotesis 2 menggunakan One-Sample T-test untuk menguji apakah terdapat abnormal return disetiap periode 30 menitan.
Tabel 6 Paired Sampel T-test Keterangan Average abnormal return sebelum peristiwa Average abnormal return sesudah peristiwa Keterangan Average abnormal return sebelum_average abnormal return sesudah
Rata-Rata
Rata-rata
t
0,04
0,281
-0,09 -0,13 Sig. (2-tailed) 0,781
Sumber: Data penelitian, diolah.
157
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 149-161
Tabel 7a Hasil One Sampel T-test Sebelum Pengumuman Periode
T
Sig. (2-tailed)
Keterangan
t-26 t-25 t-24 t-23 t-22 t-21 t-20 t-19 t-18 t-17 t-16 t-15 t-14 t-13 t-12 t-11 t-10 t-9 t-8 t-7 t-6 t-5 t-4 t-3 t-2 t-1
-0.66141873 -0.484750094 -0.201427271 -1.125397687 -1.027254525 -0.570766826 -2.063103814 -1.239635008 0.940375083 -1.061541292 1.168486107 -0.005641822 -0.685407884 0.54079486 -0.899615286 -0.360466773 0.381607906 -1.48841082 -0.703783597 1.051317545 -1.197659068 0.768749322 -0.521813266 -1.142308273 1.613183185 -0.326305468
0.517756217 0.634423196 0.842903009 0.277019496 0.319581083 0.576086988 0.055720957 0.232985262 0.36100679 0.304205333 0.259726867 0.995568247 0.502896997 0.596098269 0.381665377 0.723212729 0.707772533 0.15608689 0.491683737 0.308732853 0.24849194 0.453240913 0.608948954 0.270132712 0.126251377 0.748422485
tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan
Sumber: Data penelitian, diolah.
Peraga 7b Hasil One Sampel T-test Setelah Pengumuman Periode
T
Sig. (2-tailed)
Keterangan
t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 t11 t12 t13
-2.695915438 -1.042506205 0.991141912 -0.707077271 1.139373207 1.000719073 0.510012619 -0.53713128 -1.291617421 -0.952849923 -0.298457793 0.42538707 -1.592189447
0.015904478 0.312673905 0.336369658 0.489689507 0.271318700 0.331857713 0.617005673 0.598567977 0.214837123 0.354840359 0.769194984 0.676220815 0.130903558
Signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan
158
t14 t15 t16 t17 t18 t19 t20 t21 t22 t23 t24 t25 t26
-0.341039388 -0.367855112 0.30204255 -0.603570972 -0.37259898 -2.146490146 1.105070642 -2.264672304 0.477540639 -0.814520755 -1.129712435 -0.761364379 -1.168885805
0.737511231 0.717802268 0.766510398 0.554590092 0.714336485 0.047512000 0.285470074 0.037774385 0.639435431 0.427304283 0.275249982 0.457515305 0.259570373
tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan Signifikan tidak signifikan Signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 6, Tabel 7a, dan Tabel 7b menunjukkan bahwa abnormal return signifikan pada 3 periode 30 menitan setelah peristiwa yaitu pada t+1, t+19, dan t+21. Pada periode t+1 ini menunjukkan bahwa pasar bereaksi secara cepat terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Akan tetapi setelah periode t+1 sudah tidak signifikan lagi sampai periode t+18. Dengan melihat hasil abnormal return yang signifikan hanya pada t+1 ini berarti pasar bereaksi secara quickly dan fully reflect atas suatu informasi, karena pasar secara cepat bereaksi dan kemudian secara cepat juga abnormal return kembali tidak signifikan pada periode berikutnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi berisi kandungan informasi. Abnormal return kembali signifikan pada periode t+19 dan t+21. Signifikannya abnormal return pada kedua periode tersebut mungkin bukan disebabkan oleh peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Akan tetapi hal tersebut terjadi kemungkinan disebabkan oleh confounding information yang tidak dapat diprediksi oleh peneliti. Confounding information yang dimaksud adalah ada informasi lain pada periode peristiwa yang tidak dapat diprediksi oleh peneliti sehingga menyebabkan pasar bereaksi pada periode t+19 dan t+21. Meskipun terdapat abnormal return pada 3 periode 30 menitan, akan tetapi secara keseluruhan periode peristiwa, sebagian besar periode menunjukkan nilai yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis 2 ditolak yaitu tidak terdapat abnormal return di setiap periode 30 menitan
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
di sekitar peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Atau dengan kata lain terdapat abnormal return hanya pada 3 periode 30 menitan di sekitar peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. PEMBAHASAN Hasil pengujian hipotesis dapat dirangkum seperti tampak di Tabel 8. Bukti empiris menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Bukti empiris menunjukkan bahwa tidak terdapat abnormal return di setiap periode 30 menitan sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Abnormal return hanya terjadi pada 3 periode 30 menitan sedangkan periode yang lain tidak signifikan. Peneliti menyimpulkan bahwa investor bereaksi terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi hanya pada 3 periode 30 menitan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar (investor) tidak memperoleh return lebih selain actual return. Pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi akan memberikan abnormal return kepada pasar apabila pengumuman tersebut mengandung informasi. Peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi mempunyai pengaruh atau hasilnya signifikan terhadap abnormal return yang terbentuk di pasar. Dengan kata lain pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi mempunyai kandungan
informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar. Abnormal return digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dengan cara melihat reaksi pelaku pasar modal. Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pelaku pasar akan bereaksi pada saat informasi tersebut beredar di pasar. Reaksi pelaku pasar modal terhadap suatu pengumuman ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang bersangkutan disekitar tanggal pengumuman. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Menurut Jogiyanto (2010) “suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar, sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar”. Abnormal return tersebut dapat diperoleh investor di sekitar pengumuman pembagian dividen. Dari hasil pengujian yang signifikan terhadap abnormal return pada 3 periode 30 menitan, hal ini dapat memberikan gambaran bahwa pasar bereaksi secara cepat atas pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi hanya pada satu periode saja. Adanya kandungan informasi dari pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi oleh perusahaan pada periode 2004-2009 menunjukkan bahwa kemungkinan telah terjadi informasi informasi yang tidak asimetris (asymetric information) di pasar modal. Para pelaku pasar sebagian besar mendapatkan informasi yang hampir bersamaan dan sudah bisa memprediksi bahwa informasi pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi akan direspon oleh pasar, sehingga mereka
Tabel 8 Temuan Empiris
Hipotesis Penelitian H1: terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi H2: terdapat abnormal return di setiap periode 30 menitan pada periode peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi
Pembuktian Hipotesis 1 diterima jika signifikansi <0,05 Hipotesis 2 diterima jika signifikansi <0,05
Deskripsi Hipotesis 1 ditolak. Tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan seseudah peristiwa Hipotesis 2 diterima pada 3 periode 30 menitan yaitu pada periode t+1, t+19, dan t+21.
Sumber: Data penelitian, diolah.
159
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 149-161
melakukan reaksi secara cepat atas peristiwa tersebut yang menyebabkan abnormal return hanya signifikan pada periode t+1 saja. Hasil penelitian ini mendukung studi yang menunjukkan adanya devidend information content yang dilakukan oleh Sularso (2003) dan Basyori (2008) yang menyatakan terdapat abnormal return di sekitar pengumuman dividen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi memiliki kandungan informasi bagi pelaku pasar. Selain untuk mengetahui ada tidaknya kandungan informasi, perhitungan terhadap abnormal return juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu pasar modal dengan melihat kecepatan para pelaku pasar dalam merespon informasi yang diterimanya. Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa “pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat secara informasi jika investor bereaksi dengan cepat (quickly) untuk menyerap abnormal return untuk menuju keseimbangan baru”. Berdasarkan hasil pengujian yang signifikan pada pengujian hipotesis 2 di periode t+1, hal ini berarti terdapat kandungan informasi dalam pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar modal Indonesia pada periode 2004-2009 efisien bentuk setengah kuat secara informasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa para pelaku pasar bereaksi secara cepat atas adanya peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Adanya kandungan informasi dari pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi oleh perusahaan pada periode 2004-2009 menunjukkan bahwa kemungkinan telah terjadi informasi yang tidak asimetris di pasar modal. Para pelaku pasar sebagian besar mendapatkan informasi yang hampir bersamaan dan sudah bisa memprediksi bahwa informasi pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi akan direspon oleh pasar, sehingga mereka melakukan reaksi secara cepat atas peristiwa tersebut yang menyebabkan abnormal return hanya signifikan pada satu periode setelah peristiwa saja. Berdasarkan hasil pengujian yang
160
signifikan khususnya pada periode t+1 setelah peristiwa menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi dalam pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pasar Modal Indonesia pada periode 2004-2009 efisien bentuk setengah kuat secara informasi, karena suatu informasi direaksi secara cepat oleh para pelaku pasar atau investor. Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu data harga saham per satu menitan tidak tersedia sehingga peneliti tidak bisa melakukan penelitian dengan menggunakan cara yang lain dan perusahaan yang mengumumkan membagi dividen setelah lama tidak membagi atau perusahaaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel sedikit, sehingga peneliti kesulitan untuk mendapatkan sampel lebih banyak lagi. Dalam penelitian ini secara kumulatif tidak ditemukan adanya indikasi bahwa pasar bereaksi terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi, reaksi hanya terlihat pada 3 periode saja. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian mengenai dampak yang dihasilkan oleh pengumuman pembagian dividen setelah lama tidak membagi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan menggunakan volume perdagangan untuk menguji kenaikan atau penurunan jumlah saham yang diperdagangkan disekitar peristiwa. Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti masalah yang sama dengan menambah sampel dengan cara memperpanjang periode pengamatan seperti dalam penelitian ini, sehingga bisa mendapatkan hasil yang dapat menambah teori tentang abnormal return.
ABNORMAL RETURN DI SEKITAR TANGGAL PENGUMUMAN............... (Yogo Heru Prayitno dan Baldric Siregar)
DAFTAR PUSTAKA Apriani, L. 2005. “Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kenaikan/Penurunan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Utilitas Publik dan Perusahaan dalam Industri Tidak Diregulasi)”. SNA VIII Solo, 15-16 September. Azali, L. 2009. “Abnormal Return Sekitar Penutupan Bursa Efek Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008: Studi Peristiwa Berbasis Data Intraday”. Tesis Progam Pasca Sarjana Magister Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Ball, R dan Brown, P. 1968. “An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers”. Journal of Accounting Research. Basyori, K. 2008. “Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Return Saham”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Brown, S. J., dan J. B. Warner. 1985. “Measuring Security Price Performance”. Journal of Financial Economics, hal. 205-258. Fama, Eugene F. 1969. “Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work”. The Journal of Finance Vol. 25 No. 2, hal. 383-417.
Myra, A., Maiden, C., Sangaji, J. 2005. “Perilaku Reaksi Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham atas Pengumuman Dividen”. Akuntabilitas, Vol. 4 No. 2, hal. 39-50. Prasetiono. 2000. “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Abnormal Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Media Ekonomi dan Bisnis Vol. 12 No. 1. Simamora, H. 2002. Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta. Salemba Empat. Sularso, A. 2003. “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Devidend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan: Vol. 5 No. 1, hal. 1-17. Sutrisno. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta. Ekonisia. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Wismar’ein, D. 2004. “Reaksi Pasar atas Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham dan Likuiditas Saham (Studi Kasus Pada Bursa Efek Jakarta)”. Tesis Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).
French, D.W., Varson, P.L., dan Moon, K.P., 1999. “Capital Structure and the Ex-Devidend Day Return”. Department of Finance University of Texas. Gelb, David S. 1999. “Corporate Signalling with Devidend, Stock Repurchase, and Accounting Disclosure: An Empirical Study”. Journal of Accounting, Auditing and Finance, hal. 99-120. Husnan, S. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta, UPP STIM YKPN. Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 7. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta.
161
ISSN: 1978-3116 PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM........................... (David Prasetya)
Vol. 6, No. 2 Juli 2012 Hal. 163-173
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PAYOFF MAGNITUDE YANG DIMODERASI OLEH GENDER David Prasetya E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to obtain empirical evidence regarding the factors that influence managers propensity to take risk which the effects of payoff magnitude (the magnitude of the project selection). Propensity to take risk consist of risk taking managers and risk taking managers. Experiment is designed by using factorial design 1 x 3 between subject. Fifty-two students, consisted one of STIE at Yogyakarta’s students from Master of Accounting program, Master of Management program, and PPA program, are participate in this experiment. Subjects are selected as the proxy of manager because of the difficulties to obtain actual manager, by consideration that most of students from Master of Accounting program, Master of Management Program, and PPA program are candidate manager. The results of this research is to obtain be found influence propensity to take risk with payoff magnitude, there are four factors to influence propensity to take risk that is, probability that generate a loss, probability that no bonus, maximum bonus available, and weigthed average expected bonus. Of the six factors studied, only four are shown to influence propensity to take risk. These results are also obtained empirical evidence that gender did not moderate any of a manager in considering the factors that influence propensity to take risk. Keywords: propensity to take risk, risk averse, risk taking, payoff magnitude, gender
Journal Economic Literature: G32, J16
PENDAHULUAN Sebagai elemen penting dari pengembangan bisnis dan ekspansi, manajer sering terlibat dalam keputusan penganggaran modal, sehingga manajer dapat mengevaluasi dan memilih antara proyek-proyek investasi yang berbeda dalam skala waktu dan ketidakpastian arus kas. Booth dan Schulz (2004) meneliti keputusan evaluasi manajer proyek mengenai pengaruh kecenderungan manajer dalam pengambilan risiko dengan memilih berbagai alternatif, khususnya dalam konteks pemilihan proyek. Dalam classical decision theory, risiko merupakan variasi dalam distribusi hasil yang memungkinkan dan memiliki nilai-nilai subjektif. Risiko juga merupakan varians dalam distribusi keuntungan atau kerugian, yang dapat dikaitkan dengan alternatif tertentu. Manajer cenderung berpikir tentang risiko didasarkan pada preferensi kepribadian seseorang. Manajer melihat insentif dan norma mempengaruhi pengambilan risiko. Dalam pengambilan risiko manajer dapat bersikap risk averse dan risk taking. Manajer yang bersikap risk taking adalah manajer yang menyukai risiko, sedangkan manajer yang bersikap risk averse adalah manajer yang tidak menyukai risiko. Manajer tingkat atas merasa bahwa risk taking penting dan mendorong manajer tingkat yang lebih rendah
163
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 163-173
dalam mengambil risiko. Manajer yang bersikap risk taking didukung oleh adanya insentif pribadi, dan organisasi pada umumnya menghambat dalam pengambilan risiko. Risiko juga dipandang sebagai sesuatu yang dapat dikontrol. Keterampilan dipercaya dapat membantu mengurangi risiko. Hal-hal tersebut menjadi perbedaan antara pengambilan risiko dan gambling. Banyak orang mencoba mengurangi risiko tanpa mengorbankan keuntungan. Manajer mencoba untuk mengubah peluang dan mencari strategi pengendalian risiko. Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengambilan keputusan manajer dalam pengambilan risiko adalah teori keagenan. Teori keagenan berpendapat bahwa masalah keagenan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda dari perusahaan (misalnya, promosi kerja potensial tergantung pada manajemen proyek yang sukses saja) dan mereka memiliki informasi relevan yang tidak tersedia bagi atasan mereka (misalnya, pengetahuan pribadi tentang sebuah proyek gagal harus dihentikan). Teori keagenan melihat hubungan antara prinsipal (misalnya, manajemen senior perusahaan) dan agen (misalnya, manajer proyek) dalam hal kontrak untuk melakukan tugas tertentu. Teori ini berpendapat bahwa agen akan bertindak untuk kepentingannya sendiri, dan kepentingan-kepentingannya tidak selaras dengan prinsipal, yaitu adanya insentif yang merupakan unsur dari masalah keagenan (Eisenhardt, 1989). Penelitian mengenai perilaku pengambilan risiko dapat juga dihubungkan dengan teori prospek. Dalam teori prospek, manajer akan bersikap risk averse saat berada dalam domain keuntungan, dan risk taking saat berada dalam domain kerugian. Sebagian besar dari penelitian yang berhubungan dengan perilaku pengambilan risiko mengasumsikan bahwa para pengambil risiko seringkali bersikap risk averse. Penelitian ini akan menguji apakah peningkatan keuntungan akan menyebabkan seseorang untuk bersikap risk taking ketika memilih antara dua proyek yang memiliki risiko dan return berbeda. Insentif moneter dalam penelitian ini disebut sebagai payoff magnitude. Payoff magnitude adalah besarnya hasil dari pemilihan proyek atau maksimum return yang diterima oleh manajer atas proyek yang dipilihnya. Ide penelitian ini muncul dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Baird et al., (2008). Penelitian ekperimen
164
tersebut menggunakan sampel mahasiswa di universitas-universitas di Australia. Hasil penelitian menunjukkan subyek lebih bersikap risk averse untuk memilih proyek berisiko tinggi karena kemungkinan kegagalan proyek yang kemudian dapat mempengaruhi bonus yang diterima. Penelitian ini menambahkan variabel moderasi yaitu gender karena melihat adanya pengaruh perbedaan gender dalam preferensi pengambilan risiko. Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki sikap yang berbeda dalam mengambil keputusan (Francine dan Lawrence, 2000). Banyak asumsi yang mengatakan bahwa laki-laki lebih menyukai risiko daripada perempuan. Penelitian ini ingin membuktikan bahwa perbedaan gender mempengaruhi seorang manajer saat mengambil keputusan dalam hal memilih proyek yang berisiko. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kecenderungan pengambilan risiko terhadap payoff magnitude; 2) memperoleh bukti secara empiris mengenai adanya perbedaan antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko; dan 3) memperoleh bukti secara empiris mengenai interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko. MATERI DAN METODE PENELITIAN Kecenderungan pengambilan risiko menjadi fokus utama penelitian dalam perilaku pengambilan keputusan. Pada saat dihadapkan dengan berbagai pilihan yang berisiko, manajer dapat bersikap risk taking atau risk averse. Risiko dapat dilihat sebagai pilihan berdasarkan nilai pengembalian yang diharapkan dari suatu alternatif. Teori melihat perilaku bahwa kebanyakan orang ingin bersikap risk averse, karena menghindari situasi dengan varians tinggi, bahkan jika nilai yang diharapkan lebih tinggi. Manajer bersikap risk taking disebabkan adanya insentif pribadi. Organisasi pada umumnya menghambat pengambilan risiko, karena kebanyakan menyarankan agar berhatihati dalam memilih risiko. Hal ini merupakan alasan umum dari manajer yang melihat risiko sebagai suatu ketidakpastian sehingga bersikap risk averse.
PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM........................... (David Prasetya)
Teori keagenan menyatakan bahwa manajer biasanya bersikap risk averse ketika membuat keputusan dalam seleksi proyek. Ada dua alasan utama untuk menjelaskan hal ini. Pertama, para agen (manajer) akan termotivasi saat memiliki waktu senggang, kondisi kerja yang menarik dan ada penghargaan dari perusahaan. Hal ini juga memberi kesempatan kepada manajer untuk mengabaikan janji-janji yang telah dibuat selama negosiasi kontrak mengenai tingkat usaha, keterampilan, dan pengetahuan tentang perusahaan. Akibatnya, dalam konteks seleksi proyek, jika manajer merasa suatu proyek memiliki risiko tinggi, kemungkinan mendapatkan harga yang tinggi dan dapat memilih proyek-proyek berisiko rendah karena ketidakpastian arus kas yang terkait dengan tingginya risiko proyek dan biaya pribadi yang terkait dengan upaya manajer dalam memberikan keterampilan dan pengetahuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham. Ketika biaya pribadi sama pada dua proyek dengan tingkat risiko yang berbeda, manajer cenderung memilih proyek berisiko rendah karena adanya kemungkinan lebih besar untuk mencapai beberapa hasil dari proyek tersebut. Manajer dapat terlibat dalam perilaku seperti sub-optimal, karena kemampuannya yang terbatas sebagai (pemilik/pemegang saham) dan manajer lain untuk mengamati serta memantau perilaku agen (manajer) tanpa menimbulkan biaya tambahan. Manajer menanggung keseluruhan risiko perusahaan, sehingga risiko tidak dapat didiversifikasi. Manajer cenderung memilih proyek-proyek yang kurang berisiko untuk memastikan posisinya di perusahaan. (Jeitschko dan Jeung, 2005 dan Lee, 2002. Manajer akan lebih mengutamakan kepentingannya daripada kepentingan pemilik perusahaan ketika berada dalam kondisi asimetri informasi karena kondisi ini terjadi ketika manajer (agen) memiliki informasi yang lebih banyak daripada pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan tidak sepenuhnya mengetahui keadaan proyek dan motivasi untuk melakukan kecurangan karena kondisi ini terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda dengan kepentingan pemilik perusahaan, sehingga manajer terdorong untuk mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan. Teori prospek menyediakan suatu rerangka dalam memahami pengambilan suatu keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan berisiko. Seseorang akan
bersikap risk averse atau risk taking tergantung pada masalah yang dihadapi. Teori prospek berpendapat bahwa seseorang akan memberikan bobot yang berlebihan terhadap hasil yang pasti daripada hasil yang belum pasti (Moreno et al., 2002). Karyawan sering berbagi dalam keberhasilan bisnis, tetapi jarang menerima hukuman jika proyek yang dipilih gagal (Hannan, 2005). Pemilihan proyek-proyek investasi pada umumnya memiliki konteks keuntungan. Oleh karena itu, teori prospek menyatakan bahwa manajer cenderung memiliki sedikit kecenderungan bersikap risk averse dalam konteks keputusan seleksi proyek. Insentif moneter sering direkomendasikan sebagai metode yang digunakan untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja yang dipengaruhi oleh informasi akuntansi. Penelitian mengenai peran insentif baik moneter maupun nonmoneter dalam upaya untuk memotivasi dan meningkatkan kinerja manajer dilakukan Atkinson et al. (2003) dan Horngren et al. (2005). Insentif moneter biasanya berupa gaji, bonus, opsi saham, dan dianggap sebagai kompensasi bagi upaya individu agar termotivasi dan dapat meningkatkan kinerja mereka. Para ekonom dan pembuat kebijakan telah mengamati perbedaan gender dalam sejumlah domain yang berbeda, termasuk konsumsi, investasi dan mungkin yang paling mengkhawatirkan pada pasar tenaga kerja (Francine dan Lawrence, 2000). Croson dan Gneezy (2009) menemukan bahwa bahwa perempuan lebih bersikap risk averse daripada lakilaki. Temuan yang kuat adalah laki-laki lebih bersikap risk taking dari perempuan. Sebelumnya Eckel dan Grossman (2008) meneliti dan menemukan simpulan yang sama bahwa perempuan lebih bersikap risk averse daripada laki-laki dalam lingkungan mayoritas. Holt dan Laury (2002) meneliti hubungan antara payoff magnitude dan kecenderungan dalam pengambilan risiko dan hasilnya adalah tingkat risk averse meningkat sebagai akibat dari payoff magnitude yang meningkat dan insentif berpengaruh terhadap risk averse Bonner dan Sprinkle (2002) menyatakan bahwa pengaruh dari besarnya payoff magnitude lebih tinggi pada perilaku risk taking. Secara khusus, tingginya payoff dapat memotivasi tingginya kecenderungan untuk risk taking karena potensi untuk menerima reward yang lebih besar melalui bonus dikaitkan dengan kinerja proyek atau
165
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 163-173
sebagai alternatif yang dapat menyebabkan manajer untuk berperilaku lebih risk averse karena meningkatnya tekanan terkait dengan proyek-proyek berisiko. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam konteks pemilihan proyek, pengaruh kecenderungan manajer dalam pengambilan risiko terhadap payoff magnitude. Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun hipotesis penelitian: H1: Pengaruh kecenderungan pengambilan risiko terhadap payoff magnitude. Bagian kedua dari penelitian ini adalah bertujuan untuk memberikan wawasan tentang faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi keputusan pemilihan proyek. Classical decision theory menyatakan bahwa besarnya probabilitas untuk mencapai hasil tertentu mempengaruhi perilaku pengambilan risiko (Baucells dan Rata, 2006). Berfokus pada faktor-faktor mengenai besarnya ketersediaan return potensial dan kemungkinan untuk mencapai hasil tertentu yang dipilih dan kemudian dievaluasi untuk melihat pengaruh pada keputusan pemilihan proyek, maka subyek dalam eksperimen diminta untuk mengevaluasi sejauh mana mereka mempertimbangkan probabilitas bahwa setiap proyek akan mengakibatkan kerugian, probabilitas bahwa bonus tidak akan diterima, probabilitas bahwa setiap proyek akan menghasilkan return positif, distribusi return positif untuk setiap proyek, maksimum bonus yang tersedia, dan tingkat bonus rata-rata tertimbang yang diharapkan. Perbandingan mengenai sejauh mana masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh subyek yang bersikap risk taking dan risk averse ketika membuat keputusan seleksi proyek yang dibuat selanjutnya. Manajer yang bersikap risk averse mengaharapkan untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan proyek-proyek diharapkan manajer akan lebih berfokus pada aspek-aspek negatif yang terkait dengan proyek-proyek dalam membuat keputusan seleksi proyek. Secara khusus, manajer cenderung untuk memberikan perhatian khusus terhadap faktor-faktor seperti probabilitas bahwa setiap proyek akan menghasilkan kerugian, dan kemungkinan bahwa bonus tidak akan diterima. Kemungkinan kerugian dan bonus tidak akan diterima akan lebih tinggi untuk proyek-proyek berisiko dan dengan demikian, manajer akan bersikap risk averse akan memilih proyek kurang berisiko. Dengan demikian, faktor-faktor ini diharapkan
166
menjadi tingkat yang lebih besar dengan risiko manajer bersikap risk averse daripada manajer yang bersikap risk taking ketika membuat keputusan. Manajer yang bersikap risk taking lebih memilih risiko yang lebih tinggi dan siap untuk memilih proyekproyek berisiko dalam upaya untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Manajer yang bersikap risk taking bersedia menerima risiko yang lebih besar melalui daya tarik relatif dari pilihan berisiko (Baucells dan Rata 2006). Risk taking adalah konten untuk mengadopsi risiko lebih besar, sehingga manajer diharapkan untuk menempatkan penekanan lebih besar pada aspek-aspek positif yang terkait dengan proyek-proyek. Secara khusus, hal ini diantisipasi bahwa manajer yang bersikap risk taking akan berusaha untuk mempertimbangkan probabilitas bahwa setiap proyek menghasilkan return positif, distribusi return positif, tingkat bonus maksimum yang tersedia, dan tingkat bonus diharapkan untuk rata-rata tertimbang lebih besar daripada risiko daripada manajer yang bersikap risk averse ketika membuat keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun hipotesis penelitian: H2a: Terdapat perbedaan probabilitas bahwa setiap proyek merugi antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. H2b: Terdapat perbedaan probabilitas bahwa tidak ada bonus yang diterima antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. H2c: Terdapat perbedaan probabilitas bahwa setiap proyek menghasilkan return positif antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. H2d: Terdapat perbedaan distribusi return positif dari setiap proyek antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. H2e: Terdapat perbedaan tingkat maksimum bonus yang tersedia antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. H2f: Terdapat perbedaan tingkat rata-rata tertimbang dari bonus yang diharapkan antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Eckel dan Grossman (2002) menyatakan bahwa perempuan lebih bersikap risk averse daripada pria. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan 103 mahasiswa Universitas Essex di Inggris. Hasilnya menyatakan laki-laki dan perempuan berbeda dalam kecenderungan mereka dalam memilih hasil yang
PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM........................... (David Prasetya)
berisiko. Berdasarkan hipotesis 2a, 2b, 2c, 2d, 2e dan 2f peneliti ingin mengetahui apakah manajer yang bersikap risk taking dipengaruhi lebih kuat pada lakilaki dibandingkan dengan perempuan. Niederle dan Vesterlund (2007) serta Soll dan Klayman (2004) menemukan hasil bahwa laki-laki lebih percaya diri daripada perempuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih berani dan yakin dalam mengambil risiko daripada perempuan. Berdasarkan uraian tersebut, maka disusun hipotesis penelitian: H3a: Ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat probabilitas bahwa setiap proyek merugi. H3b: Ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat probabilitas bahwa tidak ada bonus yang diterima. H3c: Ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat probabilitas bahwa setiap proyek menghasilkan return positif. H3d: Ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko jenis manajer dengan gender saat terdapat distribusi return positif dari setiap proyek. H3e: Ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat terdapat tingkat maksimum bonus yang tersedia. H3f: Ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat terdapat tingkat rata-rata tertimbang dari bonus yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan 52 mahasiswa sebagai subyek penelitian. Subyek yang dipilih adalah mahasiswa salah satu STIE di Yogyakarta yang meliputi mahasiswa program Magister Akuntansi, Magister Manajemen, dan PPA. Subyek dipilih sebagai proksi general manager karena kesulitan dalam mengumpulkan general manager yang sebenarnya, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar mahasiswa Magister Akuntansi, Magister Manajemen, dan PPA merupakan calon manajer. Setiap subjek disajikan secara acak (random assignment) ke salah satu dari 3 kasus pada keputusan seleksi proyek. Subyek akan diberikan insentif berupa note book dan pena atas ketersediannya meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan eksperimen. Eksperimen didesain dengan menggunakan desain penelitian 1 x 3 antarsubyek. Desain penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam eksperimen ini, treatment diterapkan dengan metode antarsubyek (between-subject method). Setiap subjek diacak ke dalam 1 dari 3 kondisi treatment yang dirancang. Terdapat 3 kondisi treatment yang dirancang didasarkan pada manipulasi variabel dependen yaitu payoff magnitude. Penempatan acak subyek pada setiap treatment dilakukan agar masing-masing individu dapat dibandingkan dengan variabel dependen. Tabel 1 Desain Penelitian 1 x 3 Faktorial Treatments Skenario
Payoff magnitude 16%
26%
36%
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
Subyek disajikan 1 dari 3 versi kasus yang tersedia. Kasus 1 yaitu subyek memperoleh payoff magnitude (maksimum bonus yang akan diterima) sebesar 16%, kasus 2 yaitu subyek memperoleh payoff magnitude sebesar 26%, dan kasus 3 subyek memperoleh payoff magnitude sebesar 36%. Selain itu, subyek juga diminta untuk mengisi kuesinoner mengenai data diri seperti nama, jenis kelamin, umur, dan jurusan yang diambil. Setelah mengerjakan kasus, subyek juga diminta untuk mengisi post kuesioner yang digunakan untuk menguji hipotesis 2 dan 3. Penelitian ini mengadopsi dan memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Baird et al. (2008). Dalam eksperimen ini, semua subyek diasumsikan sebagai manajer yang mempunyai masalah yaitu harus memutuskan apakah memilih proyek A atau proyek B pada proyek investasi. Pertama-tama subyek diminta untuk mengerjakan kasus yang sudah tersedia yaitu subyek diminta memilih risiko dari masing-masing proyek yang tersedia. Proyek yang tersedia adalah proyek A, dan proyek B. Masing-masing proyek terdiri dari 3 kasus. Proyek A dan B dirancang dengan memiliki expected return yang sama, yaitu 4,5% untuk kasus 1, 6,9% untuk kasus 2, dan 8,3% untuk kasus 3.
167
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 163-173
Setelah subyek mengerjakan kasus, subyek diminta untuk mengisi pertanyaan post eksperimen. Pertanyaan ini digunakan untuk melihat faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih proyek tersebut. Subyek diminta untuk menyatakan pilihannya pada skala 7 poin. Angka terendah yaitu 1 menyatakan bahwa sangat kecil dan angka tertinggi 7 menyatakan bahwa sangat besar bahwa faktor-faktor tersebut mempengaruhi keputusan dalam pemilihan proyek. Peneliti menggunakan 1 faktor eksperimen. Penjelasan mengenai bagaimana faktor tersebut dimanipulasi adalah sebagai berikut: Subyek yang memperoleh payoff magnitude 16% dimanipulasi pada kasus 1. Subyek yang memperoleh payoff magnitude 26% dimanipulasi pada kasus 2. Subyek yang memperoleh payoff magnitude 36% dimanipulasi pada kasus 3. Rumus mencari risiko dari setiap proyek adalah: Risiko =
q
n
Σ (Return - Expected retun)2 x Probabilitas i=1
Pilot test dilakukan sebelum eksperimen sesungguhnya dilakukan. Pilot test dilakukan untuk mengetahui apakah subyek memahami kasus yang disajikan. Pilot test dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2012 jam 09.30 di Student Lounge Pascasarjana salah satu STIE di Yogyakarta dengan melibatkan 12 mahasiswa Pascasarjana. Dua belas mahasiswa tersebut terdiri dari delapan mahasiswa program Magister Akuntansi dan tujuh mahasiswa program Magister Manajemen yang tidak termasuk sampel penelitian. Berdasarkan pilot test, peneliti memutuskan untuk tidak menggunakan manajer perusahaan dalam eksperimen yang sesungguhnya karena manajer perusahaan sulit untuk diminta bantuannnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecenderungan pengambilan risiko. Kecenderungan pengambilan risiko terdiri dari manajer yang menyukai risiko/risk taking dan manajer yang menolak risiko/ risk averse. Risk averse dan risk taking diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka 2 apabila manajer bersikap risk taking yang ditandai subyek memilih proyek yang berisiko, dalam hal ini adalah proyek B, sedangkan angka 1 apabila manajer bersikap risk averse yang ditandai subyek memilih proyek yang kurang berisiko, dalam hal ini adalah proyek A. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah payoff
168
magnitude. Payoff mangnitude merupakan manipulasi maksimum bonus yang akan diterima oleh manajer dan expected return dari masing-masing kasus, sebagai hasil dari investasi proyek. Secara khusus, subyek dapat menerima tingkat bonus maksimal jika memilih proyek B adalah 16% dalam kasus 1, 26% dalam kasus 2, dan 36% dalam kasus 3. Pada saat yang sama, perkiraan rata-rata tertimbang bonus 4,5% dalam kasus 1, 6,9% dalam kasus 2 dan 8,3% dalam kasus 3. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah gender. Gender yang dimaksud adalah menunjukkan perbedaan fisik berdasarkan jenis kelamin yaitu lakilaki dan perempuan. Diposisikan bahwa gender sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar variabel yang dikonstruksi dalam model. Untuk variabel gender ini, pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala nominal didasarkan pada 2 kategori diantaranya laki-laki dan perempuan. Gender diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka 0 apabila jenis kelamin laki-laki dan angka 1 apabila jenis kelamin perempuan. Pengujian hipotesis 1 menggunakan Pearson Chi Square untuk melihat pengaruh kecenderungan pengambilan risiko terhadap payoff magnitude. Pengujian hipotesis 2 dan 3 menggunakan Anova Two Way with Interaction. HASIL PENELITIAN Tujuan statistik deskriptif adalah memberikan gambaran tentang suatu data seperti rata-rata, standar deviasi, maksimum dan minimum. Tabel 2 menyajikan statistik deskriptif yang berkaitan dengan variabel independen, variabel independen, dan variabel moderasi. Rata-rata payoff magnitude pada ekperimen adalah 0,2619. Tabel 3 menyajikan statistik deskriptif untuk setiap treatment pada eksperimen. Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa subyek yang memilih proyek A sebanyak 26 subyek dan yang memilih proyek B sebanyak 26 subyek. Rata-rata dan standar deviasi payoff magnitude adalah 0,2619 dan 0,08282. Berdasarkan 52 subyek, yang menjawab manipulation check dengan benar sebanyak 51 subyek dan 1 subyek menjawab manipulation check dengan salah. Hal ini dapat disebabkan karena subyek tidak berkonsentrasi dalam membaca kasus yang disajikan. Uji normalitas data diperlukan untuk mengetahui pola distribusi dari data yang digunakan. Uji normalitas
PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM........................... (David Prasetya)
Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Independen, Variabel Dependen, dan Variabel Moderasi Keterangan
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pengambilan risiko Payoff magnitude Gender Loss Nobonus Return Distribusi Maks Bonus WEB Valid N (listwise)
52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
1 0,16 0 1 1 3 2 1 1
2 0,36 1 7 7 7 7 7 7
1,52 0,2619 0,62 3,71 4,13 5,25 4,44 4,38 4,38
0,505 0,08282 0,491 1,903 1,889 1,082 1,474 1,728 1,728
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 3 Statistik Deskriptif untuk Setiap Treatment Treatments
Proyek A
Proyek B
Total
Payoff Magnitude Mean Sd
1 2 3 Total
5 7 14 26 50%
12 10 4 26 50%
17 17 18 52 100%
0,2619 0,2619 0,2619
0,08282 0,08282 0,08282
Sumber: Data penelitian, diolah.
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Keterangan
Kolmogorov-Smirnov Z
Probabilitas rugi Probabilitas tidak ada bonus Return positif Distribusi return positif Maksimum bonus Weigthed Expected Bonus
Asymp. Sig. (2 sisi) Keterangan
Ho
0,859 0,673
0,452 0,755
>0,05 >0,05
Diterima Diterima
0,963 0,823
0,312 0,507
>0,05 >0,05
Diterima Diterima
0,725 0,844
0,670 0,474
>0,05 >0,05
Diterima Diterima
Sumber: Data penelitian, diolah.
169
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 163-173
dalam penelitian ini dilakukan dengan one sample kolmogorov smornov. Kriteria pengujiannya yaitu jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Kolmogorov Smirnov Z pada probabilitas rugi sebesar 0,859 dengan signifikansi (Asymp Sig) sebesar 0,452, probabilitas tidak ada bonus sebesar 0,673 dengan signifikansi (Asymp Sig) sebesar 0,755, return positif sebesar 0,963 dengan signifikansi (Asymp Sig) sebesar 0,312, distribusi return positif sebesar 0,823 dengan signifikansi (Asymp Sig) sebesar 0,507, maksimum bonus sebesar 0,725 dengan signifikansi (Asymps Sig) sebesar 0,670, dan Weigthed Expected Bonus sebesar 0,844 dengan signifikansi (Asymps Sig) sebesar 0,474. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa distribusi populasi normal. Selain uji normalitas, juga dilakukan Levene’s test untuk menguji salah satu asumsi Anova. Tujuan levene’s test adalah untuk mengetahui apakah varian kelompok data sama atau homogen. Kriteria pengujiannya yaitu jika signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka varian kelompok data tidak sama. Sebaliknya, jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data sama. Berdasarkan Tabel 5 tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa varian data adalah sama atau homogen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Pearson Chi Square untuk menguji hipotesis 1, dan Anova Two Way with Interaction untuk
menguji H2a, 2b ,2c, 2d, 2e, 2f, dan H3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f. Adapun tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. Hipotesis didukung apabila p-value lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis
Asymp. Sig. (2 sisi)
Ho
H1 H2a H2b H2c H2d H2e H2f H3a H3b H3c H3d H3e Hef
0,010 0,000 0,000 0,140 0,052 0,000 0,000 0,610 0,445 0,634 0,440 0,603 0,101
Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Diterima Ditolak Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber: Data penelitian, diolah.
PEMBAHASAN Bonner dan Sprinkle (2002) membuktikan tingginya payoff dapat memotivasi tingginya kecenderungan dalam perilaku risk taking, karena potensi untuk mendapatkan reward yang lebih besar. Hasil yang sama
Tabel 5 Hasil Levene’s Test Keterangan
Asymp. Sig. (2 sisi)
Keterangan
Ho
0,327 0,501
>0,05 >0,05
Diterima Diterima
0,517 0,706
>0,05 >0,05
Diterima Diterima
0,225 0,624
>0,05 >0,05
Diterima Diterima
Probabilitas rugi Probabilitas tidak ada bonus Return positif Distribusi return Positif Maksimum bonus Weigthed Expected Bonus Sumber: Data penelitian, diolah.
170
PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM........................... (David Prasetya)
juga ditemukan oleh Baird et al. (2008) yang melakukan eksperimen laboratorium. Hasilnya bahwa ada pengaruh payoff magnitude dengan kecenderungan pengambilan risiko saat payoff magnitude naik, maka kecenderungan pengambilan risiko akan turun. Ini berarti bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pengaruh kecenderungan pengambilan risiko terhadap payoff magnitude terbukti. Temuan ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Baird et al. (2008) melakukan ekperimen mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko. Hasilnya dari enam faktor yang diuji, yaitu probabilitas rugi, probabilitas tidak menerima bonus, probabilitas return positif, distribusi return positif, maksimum bonus, dan rata-rata terimbang bonus yang diharapkan hanya ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan risiko, yaitu probabilitas rugi, distribusi return positif, maksimum bonus, dan rata-rata tertimbang bonus yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruji kecenderungan pengambilan risiko. Apabila dalam penelitian Baird et al. (2008) ditemukan bahwa probabilitas tidak ada bonus tidak signifikan mempengaruhi pengambilan risiko. Namun, dalam penelitian ini probabilitas tidak ada bonus berpengaruh terhadap pengambilan risiko. Perbedaan lainnya adalah pada penelitian Baird et al. (2008) distribusi return positif signifikan mempengaruhi pengambilan risiko pada penelitian ini distribusi return positif tidak berpengaruh pada pengambilan risiko. Hipotesis 2a menyatakan terdapat perbedaan probabilitas bahwa setiap proyek merugi antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Hipotesis 2b menyatakan terdapat perbedaan probabilitas bahwa tidak ada bonus yang diterima antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Hipotesis 2e menyatakan terdapat perbedaan tingkat maksimum bonus yang tersedia antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Hipotesis 2f yang menyatakan Terdapat perbedaan tingkat ratarata tertimbang dari bonus yang diharapkan antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2a, 2b, 2e, 2f didukung. Hipotesis 2c menyatakan terdapat perbedaan probabilitas bahwa setiap proyek
menghasilkan return positif antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Hipotesis 2d menyatakan terdapat perbedaan distribusi return positif dari setiap proyek antara manajer yang bersikap risk averse dan risk taking. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2c dan 2d tidak didukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Eckel dan Grossman (2002) membuktikan bahwa perempuan lebih bersikap risk averse daripada lakilaki. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Croson dan Gneezy (2009) bahwa perempuan lebih bersikap risk averse daripada laki-laki. Hal yang berbeda ditemukan pada penelitian. Holt dan Laury (2002) melakukan eksperimen membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam kecenderungan pengambilan risiko saat payoff tinggi. Dalam penelitian ini ditemukan tidak ada interaksi antara jenis manajer dengan gender saat terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko. Hal ini membuktikan bahwa gender tidak mempengaruhi seseorang dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko. Hipotesis 3a menyatakan ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat probabilitas bahwa setiap proyek merugi. Hipotesis 3b menyatakan ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat probabilitas bahwa tidak ada bonus yang diterima. Hipotesis 3c menyatakan ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat probabilitas bahwa setiap proyek menghasilkan return positif. Hipotesis 3d menyatakan ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat terdapat distribusi return positif dari setiap proyek. Hipotesis 3e menyatakan ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat terdapat tingkat maksimum bonus yang tersedia. Hipotesis 3f menyatakan ada interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender saat terdapat tingkat rata-rata tertimbang dari bonus yang diharapkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f tidak didukung. Temuan ini sejalan dengan Holt dan Laury (2002) dan bertentangan dengan hasil penelitian Eckel dan Grossman (2002) serta Croson dan Gneezy (2009).
171
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 163-173
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan eksperimen laboratorium dengan sampel lima puluh dua mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa program Magister Akuntansi, Magister Manajemen, dan PPA salah satu STIE di Yogyakarta. Berdasarkan hipotesis kedua yang terdiri dari enam faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko hanya empat faktor yang terbukti mempengaruhi pengambilan risiko yaitu, probabilitas kemungkinan proyek rugi, probabilitas bahwa bonus tidak diterima, tingkat maksimum bonus, dan rata-rata tertimbang dari bonus yang diharapkan, Dua faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan risiko tidak terbukti yaitu, probabilitas bahwa setiap proyek menghasilkan return positif dan distribusi return positif. Berdasarkan hipotesis ketiga yang menguji interaksi antara preferensi manajer dalam pengambilan risiko dengan gender pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan risiko semua hipotesis tidak terbukti. Dengan kata lain tidak ada perbedaan pengambilan risiko pada laki-laki dan perempuan. Saran Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, yaitu penelitian ini hanya menggunakan sampel mahasiswa yang diproksikan sebagai manajer karena sulit mengumpulkan manajer yang sebenarnya dan penelitian ini hanya menggunakan kasus sederhana dan merupakan penyederhanaan dari kasus yang dihadapi di dunia nyata. Oleh karena itu, saran yang dapat dikembangkan dan diperbaiki dari penelitian ini adalah 1) penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan sampel manajer perusahaan sehingga hasil penelitiannya dapat digeneralisasi; 2) penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan kasus yang lebih kompleks dan realistis sehingga dapat mewakili kasus yang terjadi di lapangan; dan 3) penelitian selanjutnya menggunakan berbagai variasi payoff magnitude.
DAFTAR PUSTAKA Atkinson, A. A., R. S. Kaplan, and S. M. Young. 2003. Management Accounting, 4th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall. Baird, K.; Perera, S.; and Meng, T. T. 2008. “Managers’ propensity to take risk in project selection decisions: the effect of payoff magnitude”. Australasian Accounting Business and Finance Journal, 2(4). Baucells, M., and C. Rata. 2006. “A Survey Study of Factors Influencing Risk-taking Behaviour in Real-world Decisions Under Uncertainty”. Decision Analysis 3(3): 163-176. Bonner, S.E. dan G. B. Sprinkle. 2002. “The Effects of Monetary Incentives on Effort and Task Performance: Theories, Evidence, and a Framework for Research”. Accounting, Organisations and Society 27: 303–345. Bonner, S.E. dan G. B. Sprinkle. 2002. “The Effects of Monetary Incentives on Effort and Task Performance: Theories, Evidence, and a Framework for Research”. Accounting, Organisations and Society 27: 303–345. Booth, A. L. dan P. J. Nolen. 2008. “Choosing To Compete: The Role Of Single-Sex Education”. IZA Discussion Paper. Booth, P. dan A. Schulz. 2004. “The Impact of an Ethical Environment on Managers’, Project Evaluation Judgements Under Agency Problem Conditions”. Accounting, Organizations and Society 29: 473-488. Croson, Rachel, dan Uri Gneezy. 2009. “Gender Differences in Preferences”. Journal of Economic Literature, 47(2): 448–74. Eckel, Catherine C. dan Philip J. Grossman. 2002. “Sex Differences and Statistical Stereotyping i n Attitudes toward Financial Risk.” Evolution and Human Behavior. 23(4): 281–95.
172
PENGARUH KECENDERUNGAN MANAJER DALAM........................... (David Prasetya)
Eckel, Catherine C. dan Philip J. Grossman. 2008. “Differences in the Economic Decisions of Men and Women: Experimental Evidence”. In Handbook of Experimental Economics Results, Volume 1, ed. Charles Plott and Vernon Smith, 509–19. New York: Elsevier.
(3) 1067-1101. Soll, Jack B. dan Joshua Klayman. 2004. “Overconfidence in Interval Estimates”. Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition, 30(2): 299–314.
Eisenhardt, K. 1989. “Agency theory: An assessment and review”. Academy of Management Review, 14, 57-74. Eisenhardt, K. M. 1985. “Control: Organizational and Economic Approaches”. Management Science February: 134-149. Francine D. dan Lawrence M. Kahn. 2000. “Gender Differences in Pay”. Journal of Economic Perspectives, Vol. 14, No. 4, 75-99. Hannan, R.L. 2005. “The Combined Effect of Wages and Firm Profit on Employee Effort”. The Accounting Review 80: 167–188. Holt, C.A. and S.K. Laury. 2002. “Risk Aversion and Incentive Effects”. American Economic Review 92(5): 1644-1655. Horngren, C.T.; G. Foster; dan S. M. Datar. 2005. Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 12th ed., Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall. Jeitschko, T.D. dan S. D. Jeung. 2005. “Incentives for Risk-taking in Banking – A Unified Approach”. Journal of Banking and Finance 29: 759–777. Lee, S.W. 2002. “Insider Ownership and Risk-taking Behaviour at Bank Holding Companies”. Journal of Business Finance & Accounting 29: 989– 1005. Moreno, K.; T. Kida; dan J. F. Smith. 2002. “The Impact of Affective Reactions on Risky Decision Making in Accounting Contexts”. Journal of Accounting Research 12: 1331-1349. Netherlands. Niederle, M. dan L. Vesterlund. 2007. “Do Women Shy Away From Competition? Do Men Compete Too Much?” Quarterly Journal of Economics,122
173
ISSN: 1978-3116 PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN............... (I Ketut Nugraha Eka Putra)
Vol. 6, No. 2 Juli 2012 Hal. 175-185
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN KEMUDAHAN YANG DIRASAKAN (PERCEIVED EASE OF USE) TERHADAP MINAT UNTUK MENGGUNAKAN INTERNET DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI I Ketut Nugraha Eka Putra E-mail:
[email protected]
ABSTRACT
PENDAHULUAN
The purpose of this paper is to investigate whether perceived usefulness and perceived ease of use influence intention in using internet and attempts to investigate gender as moderating variable in technology acceptance model (TAM). TAM describes that perceived usefulness and perceived ease of use are important antecedents to explain intention to use internet. Perceived usefulness is the degree to which a person believes that using a particular system would enhance his or her job performance. Perceived ease of use is the degree to which a person believes that using a particular system would be free of effort. Data were collected from 91 students of Bachelor’s degree, Master’s degree, and PPA in one of STIE at Yogyakarta. This research found that perceived usefulness and perceived ease of use have positive influences on intention to use internet. Men’s internet usage decisions were more strongly influenced by their perceived usefulness. In contrast, women were more strongly influenced by their perceived ease of use.
Internet membawa perubahan hampir di setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kemudahan dalam berkomunikasi. Hambatan jarak dan waktu seakan tidak ada dengan biaya penggunaan internet yang cukup rendah. Oleh karena itu, komunikasi lintas negara dapat lebih mudah dilakukan dengan adanya internet saat ini. Awalnya masyarakat Indonesia hanya dapat menikmati layanan internet melalui warung internet (warnet) yang jumlahnya terbatas. Saat ini, selain warnet telah menjamur layanan jaringan internet yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja seperti di rumah, kantor, sekolah, dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai tawaran pemasangan jaringan internet yang makin bervariasi seperti melalui jaringan satelit, kabel, jaringan telepon rumah dan teknologi yang terbaru yaitu melalui telepon seluluer yang dapat diakses langsung melalui telepon seluler hingga yang disambungkan melalui telepon seluler ke komputer. Internet yang mulai berkembang saat ini merupakan suatu bisnis baru yang menjanjikan. Telah banyak bermunculan bisnis yang disebabkan hadirnya internet. Bisnis tersebut tidak hanya dimiliki oleh perusahaan penyedia jaringan saja tetapi pengguna internet itu sendiri juga memanfaatkan internet untuk
Keywords: perceived usefulness, perceived ease of use, internet, gender Journal Economic Literature: G32, J16
175
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 175-185
melancarkan usaha mereka. Perilaku para pengguna internet bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka dalam memanfaatkan internet. Indonesia kini berada pada urutan ke lima pengguna internet di seluruh dunia setelah. China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Berdasarkan data Effective Measure, perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam pengukuran statistik web, pengguna internet di Indonesia meningkat disebabkan keberadaan telepon seluler Cina. Sebanyak 61,88% dari pengguna internet Indonesia mengakses melalui telepon seluler. Sementara 38,12% lainnya mengakses internet bukan dari telepon seluler. Untuk negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat pertama pengguna internet mobile. Negaranegara lainnya, seperti Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia, semua pengguna internetnya mayoritas mengakses melalui perangkat bukan telepon seluler. Berikut data pengguna internet di Indonesia: Tabel 1 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia, Tahun 1995-2010 Tahun
Pengguna
1995 1997 1999 2000 2001 2006 2007 2008 2009 2010
10.000 100.000 1.000.000 2.000.000 2.400.000 20.000.000 25.000.000 31.000.000 40.400.000 48.700.000
Sumber: www.bakulatz.wordpress.com Pengguna internet di Indonesia diprediksi mencapai 120 juta orang pada 2015. Pada tahun 2010 pengguna internet di Indonesia mencapai 5,2% terhadap 945 juta pengguna internet di Asia Pasifik. Pada 2015, jumlahnya naik menjadi 8,3% dari 1,445 miliar pengguna internet di Asia Pasifik. Adanya pandangan sebagian masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa pengguna internet dan komputer merupakan orangorang yang mampu dan berpendidikan menjadikan Indonesia tertinggal dengan negara-negara yang lain
176
karena adanya revolusi internet. Oleh karena itu, peneliti memandang perlu diketahuinya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan internet. Untuk memahami diterima atau tidak diterimanya internet dalam organisasi ataupun individu terus menjadi masalah penting. Oleh sebab itu, fenomena penggunaan internet dapat dijelaskan dengan Technology Acceptance Model (TAM). TAM memberikan suatu penjelasan yang kuat dan sederhana untuk penerimaan teknologi dan perilaku para penggunanya. TAM dilandasi oleh Theory of Reaseond Action (TRA) yang dikemukan Ajzen (1991). TRA menyatakan bahwa seseorang akan menerima internet jika memberikan manfaat kepada para pemakainya. Berdasarkan TRA, penggunaan internet ditentukan oleh persepsi individu dan sikap yang pada akhirnya akan membentuk perilaku seseorang dalam penggunaan internet. Para pengguna dapat mempertimbangkan manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dari penggunaan internet tersebut. Pertimbangan seperti itu akan mempengaruhi minat seseorang untuk menggunakan internet. Penggunaan internet dan pemanfaatannya dalam pekerjaan masih menjadi perhatian penting dalam penelitian. Masalah yang muncul dalam penggunaan suatu teknologi adalah pemanfaatan yang rendah terhadap sistem informasi yang ada secara berkelanjutan. Rendahnya penggunaan internet dapat menyebabkan rendahnya return dari investasi organisasi dalam internet. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep TAM, yaitu tentang konsep manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet dengan gender sebagai variabel pemoderasi. Model ini digunakan untuk melihat pemahaman individual yang menggunakan internet dalam pekerjaannya. Menurut Venkatesh & Morris (2000), ada dua konsep utama yang dipercaya dalam user acceptance yaitu manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan. Manfaat yang dirasakan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja dalam pekerjaannya. Kemudahan yang dirasakan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan sistem informasi akan mudah dan tidak membutuhkan usaha yang keras. Dalam kajian tersebut, manfaat yang dirasakan merupakan penentu
PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN............... (I Ketut Nugraha Eka Putra)
yang kuat terhadap penggunaan suatu sistem informasi, adopsi dan perilaku pengguna teknologi tersebut. Dalam konteks penggunaan internet, para mahasiswa akan mempertimbangkan kemudahan penggunaannya. Semakin mudah menggunakannya akan mendorong minat mereka untuk menggunakan internet. Venkatesh & Morris (2000) kemudian mempertimbangkan gender sebagai variabel pemoderasi untuk meneliti apakah ada perbedaan pengaruh antara manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet. Kajian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki lebih dipengaruhi oleh hubungan manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet, sedangkan perempuan lebih dipengaruhi oleh hubungan kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet. Oleh karena itu, peneliti menduga gender akan memoderasi pengaruh manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan pada minat menggunakan internet. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Venkatesh & Morris (2000). Untuk itu, peneliti berkeinginan untuk membuktikan apakah manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan dapat mempengaruhi minat untuk menggunakan internet para mahasiswa dengan memasukkan gender sebagai variabel pemoderasi. Tujuan yang ingin penulis dapatkan dengan penulisan ini adalah 1) untuk menguji pengaruh positif variabel manfaat yang dirasakan (perceived usefulness) terhadap minat para mahasiswa untuk menggunakan internet; 2) untuk menguji pengaruh positif variabel kemudahan yang dirasakan terhadap minat berperilaku para mahasiswa untuk menggunakan internet; 3) untuk menguji apakah pengaruh manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih kuat pada laki-laki dibandingkan perempuan; dan 4) untuk menguji apakah pengaruh kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih kuat pada perempuan dibandingkan laki-laki. MATERI DAN METODE PENELITIAN Venkatesh & Morris (2000) menyimpulkan bahwa TAM telah terbukti sebagai model teoritis yang bermanfaat
untuk memahami dan menjelaskan penerimaan penggunaan sistem informasi. Konsep TAM dilandasi oleh Theory of Reasoned Action (TRA) yang menyatakan bahwa seseorang akan menggunakan dan memanfaatkan komputer jika merasa bahwa komputer memberikan manfaat positif. Manfaat yang dirasakan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerjanya. Venkatesh & Morris (2000) menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan sebagai ukuran untuk orang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerja atau pekerjaannya itu. Definisi tersebut menyiratkan bahwa manfaat yang dirasakan merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya Banyak penelitian mengenai penerimaan internet yang menyimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan sebagai faktor penentu yang penting dalam penerimaan internet. Manfaat yang dirasakan menjadi faktor penentu karena orang cenderung untuk menggunakan atau tidak menggunakan internet, sepanjang mereka yakin itu akan membantu melakukan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai kinerja aktivitas dimana aktivitas tersebut dirasakan dapat menjadi alat untuk mencapai outcome yang bernilai tambah. Dalam konteks organisasi, orang umumnya mengartikan kinerja yang baik akan diiringi dengan naik jabatan, promosi, bonus, dan penghargaan lainnya (Thompson et al., 1991). Jadi, dengan memahami manfaat yang dirasakan akan membuat pengguna internet percaya bahwa ada hubungan positif antara manfaat yang dirasakan terhadap kinerja. Definisi dari manfaat yang dirasakan menggambarkan bentuk motivasi ekstrinisik, karena manfaat yang diterimanya berasal dari luar yaitu penghargaan karena kinerjanya meningkat. Venkatesh et al., (2003) menguji pengaruh faktor manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet antara pria dan wanita. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh manfaat yang dirasakan
177
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 175-185
untuk pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pria menganggap internet lebih bermanfaat dibandingkan dengan wanita, sehingga persepsi ini akan mempengaruhi sikap pria dalam menggunakan internet. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan internet meskipun pada pria pengaruh ini ternyata lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Persepsi individu berkaitan dengan kemudahan dalam menggunakan internet merupakan tingkat dimana individu percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari kesalahan. Persepsi ini kemudian akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan internet. Pengertian kemudahan yang dirasakan juga dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan internet merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan internet dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pemakai. Meskipun usaha menurut setiap orang berbedabeda tetapi pada umumnya untuk menghindari penolakan dari pengguna internet atas internet itu sendiri, maka internet harus mudah diaplikasikan oleh pengguna tanpa mengeluarkan usaha yang dianggap memberatkan. Di antara banyaknya variabel yang dapat mempengaruhi penggunaan sistem, penelitian sebelumnya menyarankan manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan menjadi faktor penentu yang sangat penting. Kemudahan yang dirasakan menjadi faktor penentu karena pengguna potensial percaya bahwa aplikasi yang diberikan bermanfaat. Pengguna mungkin pada saat yang sama, percaya bahwa sistem terlalu sulit untuk digunakan. Selain itu, manfaat yang didapat dari penggunaan internet tidak sebanding dengan upaya yang telah dilakukan pada saat menggunakan internet. Venkatesh & Morris (2000) mengungkapkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan. Diketahui bahwa minat untuk menggunakan internet bagi perempuan lebih dipengaruhi oleh kemudahan yang dirasakan. Di kalangan perempuan pengaruh kemudahan yang dirasakan terhadap adopsi internet lebih tinggi daripada pegaruhnya di kalangan laki-laki.
178
Tingkat kemahiran internet yang rendah di kalangan perempuan mendukung temuan ini. Namun perlu dicatat di sini, tingkat kemahiran tidaklah satu-satunya penyebab lebih rendahnya adopsi internet di kalangan perempuan di bandingkan laki-laki. Faktor-faktor sosial dan kultural (seperti bagaimana perempuan diposisikan dalam sebuah masyarakat) juga berpengaruh dalam konteks adopsi teknologi. Menurut Gefen & Straub (2000), variabel penting yang jarang diteliti dalam konteks penerimaan internet ataupun TAM yaitu gender. Gender berpotensi penting terhadap pemahaman kita tentang penerimaan pengguna teknologi. Gender dapat memainkan peranan penting dalam menentukan bagaimana pengguna membuat keputusan mereka untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi baru. Bahkan, ada bukti empiris di luar domain sistem informasi secara umum mendukung bahwa gender memang memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku dalam berbagai domain. Penelitian Venkatesh & Morris (2000) yang melihat perbedaan gender terhadap faktor sosial dan peran mereka dalam penerimaan teknologi dan perilaku pemakai, dengan menggunakan konsep TAM. Hasilnya ditemukan bahwa laki-laki lebih kuat dipengaruhi oleh manfaat yang dirasakan dalam penerimaan teknologi dibanding perempuan dan perempuan lebih kuat dipengaruhi oleh kemudahan yang dirasakan dalam penerimaan teknologi dibanding laki-laki. Minat untuk menggunakan internet menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan internet dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya. Idealnya, dalam hubungannnya dengan faktor kecocokan tugas, minat untuk menggunakan internet diukur dengan dengan menanyakan seberapa tinggi ketergantungan pemakai terhadap internet yang tersedia pada organisasi. Hal tersebut mencerminkan keputusan pemakai untuk menggunakan internet berdasarkan hasil evaluasinya atas faktor kecocokan tugas. Haag & Smey (2000) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk
PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN............... (I Ketut Nugraha Eka Putra)
memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik. Pencarian data untuk memperlancar pekerjaan dapat memanfaatkan keunggulan internet yang memungkinkan perolehan data-data, baik yang lama maupun terbaru dari manapun di seluruh dunia secara online. Hal ini sangat penting terutama untuk penelitian di bidang keuangan dan pasar modal yang datanya bisa berubah tiap detik. Menurut Laudon & Laudon (2000) pemanfaatan teknologi yang berhubungan dengan internet mempunyai keunggulan dalam hal daya tarik. Daya tarik internet itu meliputi communication yang meliputi e-mail dan chatting, information Retrieval yang meliputi FTP File Transfer Protocol (FTP) dan Gopher, serta information search yang meliputi world wide web (www) dan search engine. Manfaat yang dirasakan merupakan penentu yang kuat terhadap penerimaan penggunaan suatu sistem informasi, adopsi, dan perilaku para pengguna. Venkatesh & Morris (2000) menguji apakah manfaat yang dirasakan dapat mempengaruhi tingkat perilaku dalam penggunaan sistem informasi yang lebih kuat bagi laki-laki dibandingkan perempuan. Manfaat yang dirasakan mempunyai hubungan yang kuat dan konsisten dengan minat menggunakan internet dibandingkan dengan variabel lainnya seperti sikap, kepuasan, dan ukuran persepsi yang lain. Dalam kajian tersebut manfaat yang dirasakan merupakan penentu yang kuat terhadap penggunaan suatu sistem informasi, adopsi dan perilaku pengguna teknologi tersebut. Berkaitan dengan penggunaan internet, para mahasiswa akan mempertimbangkan faktor manfaat penggunaan internet. Apabila mahasiswa mempersepsikan internet adalah hal yang bermanfaat dan membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya, maka akan semakin mendorong keinginannya menggunakan internet. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut: H1: Manfaat yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Menurut Venkatesh & Morris (2000), kemudahan yang dirasakan berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan internet. Kemudahan yang dirasakan menunjukkan bisa menjadi faktor penting untuk meningkatkan kemungkinan penerimaan pengguna. Penelitian Venkatesh & Morris (2000)
mengemukakan hasil bahwa kemudahan berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan internet. Dalam konteks penggunaan internet, para mahasiswa akan mempertimbangkan kemudahan penggunaannya. Semakin mudah menggunakannya akan mendorong minat mereka menggunakan internet. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut: H2: Kemudahan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Venkatesh & Morris (2000) menguji perbedaan laki-laki dan perempuan dalam penggunaan internet. Kajian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki lebih dipengaruhi manfaat yang dirasakan dalam penggunaan internet, sedangkan perempuan lebih dipengaruhi oleh kemudahan yang dirasakan. Venkatesh & Morris (2000) juga menyatakan bahwa laki-laki cenderung lebih berorientasi kepada tugas yang diberikan dan produktivitas daripada perempuan. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menduga laki-laki lebih dipengaruhi oleh hubungan manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut: H3: Pengaruh manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hasil penelitian Venkatesh & Morris (2000) mengungkapkan perempuan lebih seimbang dalam proses pengambilan keputusan. Perempuan mempertimbangkan segala aspek dalam menggunakan internet. laki-laki lebih dipengaruhi oleh manfaat yang dirasakan dan perempuan lebih dipengaruhi oleh kemudahan yang dirasakan dalam menerima sistem informasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut: H4: Pengaruh kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa salah satu STIE di Yogyakarta dengan responden mahasiswa aktif yang dalam studinya menggunakan internet. Dipilihnya mahasiswa yang aktif kuliah dalam penelitian ini karena mahasiswa aktif diasumsikan selalu membutuhkan internet untuk menunjang aktivitasnya sebagai mahasiswa. Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling yaitu
179
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 175-185
pemilihan sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti. Sampel dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Tujuannya adalah untuk menggali informasi mengenai tanggapan responden terhadap sikap dalam menggunakan internet. Kuesioner yang disebarkan kepada responden berupa kuesioner tertutup, artinya dari setiap pernyataan-pernyataan yang ada responden diminta untuk menjawab dengan jawaban yang sudah disediakan. Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya. Kuesioner ini berisi butir-butir pernyataan dari seluruh variabel penelitian. Dalam penelitian ini, manfaat yang dirasakan merupakan variabel independen yang didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan internet dapat meningkatkan kinerjanya. Manfaat yang dirasakan merupakan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja dalam pekerjaannya. Terdapat masing-masing 6 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur manfaat yang dirasakan. Salah satu contoh item pernyataan untuk manfaat yang dirasakan adalah “dengan menggunakan internet, saya dapat meningkatkan kinerja dalam studi saya”. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menunjukkan setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan tidak setuju dan skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini, kemudahan yang dirasakan merupakan variabel independen. Kemudahan yang dirasakan merupakan tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan teknologi informasi akan mudah dan tidak membutuhkan usaha yang keras. Terdapat masing-masing 6 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kemudahan yang dirasakan. Salah satu contoh item pernyataan untuk kemudahan yang dirasakan adalah “saya tidak pernah perlu diarahkan orang lain dalam menggunakan internet”. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menunjukkan setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan tidak setuju dan skala 1 menunjukkan
180
sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini, gender merupakan variabel pemoderasi. Gender yang dimaksud adalah menunjukkan perbedaan fisik berdasarkan jenis kelamin yaitu pria dan wanita. Diposisikan bahwa gender sebagai variabel yang memoderasi hubungan antar variabel yang dikonstruksi dalam model. Untuk variabel gender ini, pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala nominal didasarkan pada 2 kategori diantaranya laki-laki dan perempuan. Minat adalah kepercayaan yang memungkinkan seseorang untuk menampilkan perilaku khusus untuk memperoleh hasil yang spesifik. Terdapat masingmasing 5 item pernyataan yang digunakan untuk minat untuk menggunakan internet. Salah satu contoh item pernyataan untuk minat untuk menggunakan internet adalah “seandainya ada tugas kuliah, saya selalu gunakan internet”. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan 5 skala. Skala 5 menunjukkan sangat setuju, skala 4 menunjukkan setuju, skala 3 menunjukkan netral, skala 2 menunjukkan tidak setuju dan skala 1 menunjukkan sangat tidak setuju. HASIL PENELITIAN Profil responden berdasarkan umur antara 22 hingga 25 tahun merupakan responden yang mendominasi hasil survei, yaitu sebesar 50,5% atau sebanyak 46 orang dari total 91 responden. Persentase sebesar 41,8% atau sebanyak 38 orang merupakan responden yang berumur 18 hingga 21 tahun. Persentase terkecil merupakan responden yang berumur lebih dari 25 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (7,7%). Analisis faktor untuk menguji validitas item-item pernyataan variabel manfaat yang dirasakan dilakukan, kemudahan yang dirasakan, dan minat untuk menggunakan internet dengan menetapkan 1 faktor sebagai batasan jumlah faktor yang ada. Hasil akhir analisis faktor variabel tersebut disajikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.
PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN............... (I Ketut Nugraha Eka Putra)
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel Manfaat yang Dirasakan Kode
Item Pernyataan
MA1
Saya akan mengalami kesulitan dalam studi saya jika tidak menggunakan internet Dengan menggunakan internet, saya dapat meningkatkan kinerja dalam studi saya Dengan menggunakan internet, saya dapat menghemat waktu dalam mengerjakan tugas studi saya Dengan menggunakan internet, saya dapatmeningkatkan produktivitas dalam studi saya Dengan menggunakan internet, saya dapat meningkatkan efektifitas dalam studi saya Saya beranggapan bahwa internet memang berguna dalam studi saya
MA2 MA3 MA4 MA5 MA6
Faktor
Status
0,589
Valid
0,827
Valid
0,753
Valid
0,851
Valid
0,758
Valid
0,647
Valid
Sumber: Data penelitian, diolah. Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Kemudahan yang Dirasakan Kode
Item Pernyataan
KE1
Saya sering mengalami kesulitan ketika menggunakan internet Menurut saya, internet itu mudah dipahami Saya sering membaca panduan penggunaan ketika menggunakan internet Saya tidak memerlukan usaha berpikir yang lebih banyak menggunakan internet Saya merasa internet mudah digunakan Saya tidak pernah perlu diarahkan orang lain dalam menggunakan internet
KE2 KE3 KE4 KE5 KE6
Faktor
Status
0,657 0,716
Valid Valid
0,529
Valid
0,628 0,825
Valid Valid
0,759
Valid
Sumber: Data penelitian, diolah. Variabel manfaat yang dirasakan digambarkan dalam item pernyataan MA1, MA2, MA3, MA4, MA5, MA6 dan nilai reliabilitas untuk kestabilan emosi adalah 0,817. Variabel kemudahan yang dirasakan digambarkan dalam item pernyataan KE1, KE2, KE3, KE4, KE5, KE6 dengan nilai reliabilitas kemudahan yang dirasakan adalah 0,772. Variabel minat untuk menggunakan internet digambarkan dalam M1 hingga M5 dengan nilai reliabilitas minat untuk menggunakan internet adalah 0,717. Oleh karena itu, diperoleh
simpulan bahwa konsistensi responden sangat baik dalam memberikan tanggapan terhadap keseluruhan item yang mewakili pengukuran variabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 Hasil pengujian korelasi antarvariabel independen dalam Tabel 5 tidak menunjukkan adanya masalah multikolinearitas yang berat karena nilai korelasi antarvariabel independen kurang daripada 0,8. Hasil pengujian korelasi juga menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara variabel-variabel
181
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 175-185
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Minat untuk Menggunakan Internet Kode
Item Pernyataan
Faktor
Status
M1 M2
Seandainya ada tugas kuliah, saya selalu gunakan internet Saya berkeinginan untuk menggunakan internet dalam tugas studi saya Saya akan menyarankan penggunaan internet kepada teman dalam menyelesaikan tugas kuliahnya Saya selalu menggunakan internet setiap hari Meskipun saya tidak dalam mengerjakan tugas, saya tetap menggunakan internet untuk kepentingan lain misalnya hiburan dan berita
0,803
Valid
0,668
Valid
0,561 0,736
Valid Valid
0,652
Valid
M3 M4 M5
Sumber: Data penelitian, diolah. Tabel 5 Hasil Analisis Deskriptif Data Cronbach’s Standar Deviasi
MA
KE
M
Alpha
Ratarata
Laki-laki RataStd rata Dev.
Perempuan RataStd rata Dev.
0,817 0,772 0,717
4,01 3,40 3,96
0,56 0,53 0,62
1 -0,15 0,557**
1 0,225*
1
3,99 3,47 3,95
4,03 3,34 3,98
Variabel MA KE M
0,62 0,65 0,62
0,50 0,40 0,62
** Signifikan < 0,01 * Signifikan < 0,05
MA = manfaat yang dirasakan KE = kemudahan yang M = minat untuk menggunakan internet Sumber: Data penelitian, diolah. independen dan variabel-variabel dependen dalam penelitian ini, sehingga pengujian model dengan model persamaan struktural dapat dilakukan. Berdasarkan hasil kuesioner yang diterima, Tabel 5 menunjukkan statistik deskriptif yang terdiri dari nilai cronbach’s alpha, rata-rata, standar deviasi, dan korelasi antarvariabel. Hasil pengujian korelasi antarvariabel independen manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan tidak menunjukkan adanya masalah multikolinearitas yang berat, karena nilainya < 0,8. Korelasi yang signifikan antara variabel manfaat yang dirasakan dan minat untuk menggunakan internet (0,557; p < 0,01) menunjukkan adanya keterkaitan antara manfaat yang dirasakan dengan minat untuk
182
menggunakan internet. Korelasi yang positif dan signifikan antara variabel kemudahan yang dirasakan dan minat untuk menggunakan internet sebesar 0,225 menunjukkan adanya keterkaitan antara kedua variabel tersebut, yang berarti bahwa kemudahan yang dirasakan dapat memicu minat untuk menggunakan internet. Berikut ini disajikan Tabel 6 yang menunjukkan ringkasan hasil pengujian hipotesis. Hasil analisis menunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan (perceived usefulness) berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan internet (â = 0,622; p < 0,01). Penelitian ini mendukung hipotesis 1 yang menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet.
PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN............... (I Ketut Nugraha Eka Putra)
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis Standardized Estimate
Standard Error
Critical Ratio
Probability
Keterangan
H1: Manfaat yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet
0,622
0,094
0,561
0,000
Didukung
H2: Kemudahan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet
0,271
0,099
0,234
0,007
Didukung
HIPOTESIS
H3: Pengaruh manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan H4: Pengaruh kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet dibandingkan laki-laki
L
0,666
0,122
0,659
0,000
P
0,438
0,138
0,356
0,003
L
0,086
0,177
0,089
0,465
P
0,777
0,174
0,503
0,000
Didukung
Didukung
Sumber: Data penelitian, diolah.
PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan internet (â = 0,622; p < 0,01). Penelitian ini mendukung hipotesis 1 yang menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Hipotesis 1 didukung berdasarkan asumsi bahwa para mahasiswa mempersepsikan internet sebagai hal yang bermanfaat dan membantu menyelesaikan tugas studi sehingga semakin mendorong minat untuk menggunakan internet. Manfaat yang dirasakan di sini sebagai salah satu ukuran untuk orang percaya bahwa menggunakan internet akan meningkatkan kinerja dan produktivitas-
nya. Sebagian besar mahasiswa mengaku mengalami kesulitan jika tidak menggunakan intenet dalam studi. Efektifitas juga menjadi suatu alasan mengingat bahwa banyaknya pekerjaan dan juga waktu yang terbatas dalam menyelesaikan tugas studi. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian ini yang mengindikasikan bahwa manfaat yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemudahan yang dirasakan berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan internet (â = 0,271; p < 0,01). Penelitian ini mendukung hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kemudahan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Para mahasiswa akan mempertimbangkan kemudahan
183
JEB, Vol. 6, No. 2, Juli 2012: 175-185
penggunaannya. Semakin mudah menggunakannya akan mendorong minat untuk menggunakan internet. Hipotesis ini didukung berdasarkan asumsi bahwa para mahasiswa mempersepsikan internet relatif mudah untuk dipahami dan digunakan. Persepsi tersebut ditandai dengan jarangnya mahasiswa yang membaca panduan dan tidak memerlukan bimbingan dari orang lain ketika menggunakan internet. Sebagian mahasiswa juga mengaku bahwa mereka tidak memerlukan usaha yang banyak dalam menggunakan internet. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian ini yang mengindikasikan bahwa kemudahan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Hasil analisis hipotesis 3 menunjukkan bahwa pengaruh manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan. Koefisien untuk laki-laki â = 0,666 sedangkan untuk perempuan â = 0,438. Jadi, penelitian ini mendukung hipotesis 3. Hipotesis 3 didukung berdasarkan asumsi bahwa laki-laki cenderung lebih berorientasi kepada tugas yang diberikan dan kinerja daripada perempuan. Dengan kata lain, pria hanya mempertimbangkan kinerja. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian ini dan sebelumnya yang dilakukan Venkatesh & Morris (2000) menguji perbedaan laki-laki dan perempuan dalam penggunaan internet. Laki-laki lebih dipengaruhi oleh hubungan antara manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet dibandingkan perempuan serta perempuan lebih dipengaruhi oleh hubungan antara kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet dibandingkan lakilaki. Hasil analisis hipotesis 4 menunjukkan bahwa pengaruh kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki. Koefisien untuk laki-laki â = 0,086 sedangkan untuk perempuan â = 0,777. Jadi, penelitian ini mendukung hipotesis 4 Hipotesis 4 didukung berdasarkan perempuan lebih seimbang dalam proses pengambilan keputusan. Perempuan mempertimbangkan masukan dari sejumlah sumber termasuk penilaian produktivitas dan kinerja ketika membuat keputusan adopsi dan penggunaan internet. Hal tersebut sejalan dengan hasil dalam penelitian ini dan sebelumnya yang dilakukan Venkatesh & Morris
184
(2000) menguji perbedaan laki-laki dan perempuan dalam penggunaan internet. Laki-laki lebih dipengaruhi oleh hubungan antara manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet dibandingkan perempuan serta perempuan lebih dipengaruhi oleh hubungan antara kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet dibandingkan lakilaki. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet para mahasiswa salah satu STIE di Yogyakarta dengan memasukkan gender sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini memberikan dukungan empiris pada teori TAM dalam konteks penggunaan internet oleh mahasiswa. Manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan berpengaruh positif terhadap minat untuk menggunakan internet. Dengan demikian hasil studi mendukung penelitianpenelitian sebelumnya seperti yang dilakukan Venkatesh & Morris (2000). Secara spesifik penelitian ini menemukan peran penting gender dalam menjelaskan penggunaan internet. Peran gender dalam model sejalan dengan pandangan Venkatesh et al., (2003) serta Venkatesh & Morris (2000). Hasil empiris menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menjelaskan pengaruh manfaat yang dirasakan dan kemudahan yang dirasakan pada minat untuk menggunakan internet. Pengaruh manfaat yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan sedangkan pengaruh kemudahan yang dirasakan terhadap minat untuk menggunakan internet lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki. Saran Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel dari kalangan profesional untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi dengan sampel mahasiswa.
PENGARUH MANFAAT YANG DIRASAKAN (PERCEIVED USEFULNESS) DAN............... (I Ketut Nugraha Eka Putra)
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. 1991. “The Theory of Planned Behavior”. Organizational Behavior and Human Decision Processes. 50: 179-211. Gefen, D. dan D. W. Straub. 2000. “Gender Differences in the Perception and Use of E-mail: An Extension to the Technology Acceptance Model”. MIS Quarterly. 12/4: 389-400. Haag, L. and S. Smey. 2000. A Survey of Internet Use by Teachers in Three Urban Connecticut Schools. School Lib.Media Quarterly 25. Jogiyanto, Hartono. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset. Laudon, K. C., & Laudon, J. P. 2000. Management information systems: organization and technology in the networked enterprise (Sixth ed.). Upper Saddle River, New Jersey: PrenticeHall, Inc. Thompson, Ronald L; Higgins, Christhoper A; and Howell, Jane M. 1991. “Personal Computing: Toward a Conceptual Model of Utilization”. MIS Quartely. Venkatesh, V., dan Michael G. Moris. 2000. “Why Don’t Men Ever Stop to Ask for Directions? Gender, Social Influence, and Their Role in Technology Acceptance and Usage Behavior”. MIS Quarterly,.24/1. Venkatesh, V., Moris, M.G., Davis, G.B., and Davis F.D. 2003. “User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View”. MIS Querterly. Vol.27, No.3, September, pp. 425-475.
185
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 6, No. 2, Juli 2012
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
INDEKS SUBYEK
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)
A Abnormal return 150, 153, 155, 156, 158, 159 assets size 95 B banks’ characteristics 95 E event study 149 G gender 163, 164, 165, 167, 168, 171, 172, 175, 176, 177, 178, 180, 184 I information quality 137, 138 internet 137, 138, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184 intraday data 149 O overreaction 109, 112, 113, 114, 115 ownership type 95 P payoff magnitude 163, 164, 165, 166, 167, 168, 171, 172 perceived ease of use 175 perceived usefulness 175, 177, 182 propensity to take risk 163, 172 R risk averse 163, 164, 165, 166, 168, 171
risk taking 163, 164, 165, 166, 167, 168, 170, 171 S stock portfolio 109 system quality 137, 138 W winner-loser portfolio 109
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 6, No. 2, Juli 2012
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
INDEKS PENGARANG
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)
B Baldric Siregar 1, 149 D David Prasetya 1, 163 Darwis Musa Polhaupessy 1, 137 Dionysia Kowanda 1, 109 E Eko Widodo Lo 1, 95 I I Ketut Nugraha Eka Putra 1, 175 R Rowland Bismark Fernando Pasaribu 1, 109 Y Yogo Heru Prayitno 1, 149
ISSN: 1978-3116
JURNA L
Vol. 6, No. 2, Juli 2012
EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB) Ketentuan Umum 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa nama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail. 3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan. Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah. 4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) Jalan Seturan Yogyakarta 55281 Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155 e-mail:
[email protected] Standar Penulisan 1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2 spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm. 2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada lembar terpisah di bagian akhir naskah. 3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Roman berukuran 10 point. 4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel. Urutan Penulisan Naskah 1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka. 2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka. 3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata. Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan huruf kapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak di tengah-tengah tanpa titik. 4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapi dengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.
ISSN: 1978-3116 Vol. 6, No. 2, Juli 2012
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrak mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yang ditulis dalam satu spasi. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004). Materi dan Metode ditulis lengkap. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana. Ilustrasi: a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman berukuran 10 point jarak satu spasi. c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) dan untuk bahasa Inggris digunakan titik (.). d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel. e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik. f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI). Daftar Pustaka a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit, dan tempat. b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal 80%. c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:
Jurnal Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A Case Study of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.
ISSN: 1978-3116 Vol. 6, No. 2, Juli 2012
JURNA L EKONOMI & BISNIS
Tahun 2007
Buku Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince. Prosiding Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasi dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (Lustrum VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. Fakutas Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60. Artikel dalam Buku Leitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In: G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York. Skripsi/Tesis/Disertasi Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional dan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta. Internet Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005. Dokumen [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.
Mekanisme Seleksi Naskah 1. 2. 3.
Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima atau ditolak. 4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah (MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit. 5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Members dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil (minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidak diterima/ditolak). 6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi ketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI. 7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis. 8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan. 9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke Managing Editors. 10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan. 11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.