519
Unmas Denpasar
IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIP DAN AGRONOMI BEBERAPA KULTIVAR SALAK GULAPASIR SEBAGAI KANDIDAT BIBIT UNGGUL DI KABUPATEN TABANAN BALI Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih*), I Ketut Sumantra*) Staf Pengajar Fak Pertanian Univ. Mahasaraswati Denpasar
Jl. Kamboja 11 A Denpasar-Bali (0361) 265322: e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mendapatkan kultivar unggul produksi tinggi sebagai dasar pengembangan di daerah baru dan perakitan varietas baru dalam menunjang agrobisnis salak. Penelitian dimulai bulan Mei – September 2015 bertempat di tiga lokasi pengembangan salak di Kabupaten Tabanan yaitu: desa Wanagiri, desa Pajahan dan desa Munduk Temu. Bahan tanaman yang digunakan berjumlah 56 tanaman salak dengan perkiraan umur tanaman antara 6 tahun sampai dengan 8 tahun. Pengamatan fenotip mengacu pada buku Panduan Pengujian Individual (PPI) spesies salak (Deptan., 2006). Analisis data fenotip menggunakan: (1) uji Barlett, dan (2) Perbandingan antara nilai varians dengan standar deviasi. Pengamatan karakter agronomi untuk mendapatkan salak unggul dilakukan selama dua kali musim panen, mempergunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 14 kali ulangan (14 sampel untuk setiap kultivar). Kultivar salak yang diuji terdiri dari salak gulapasir Nangka (SGK), salak gulapasir Nenas (SGN), salak gulapasir Gondok (SGG) dan salak gulapasir Maong (SGM). Karakter agronomi yang diamati meliputi jumlah tandan buah, berat buah, dan berat bagian buah yang dapat dimakan. Analisis data dengan analisis ragam, dan bila kultivar menunjukkan pengaruh nyata sampai sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan: 1). Keempat kultivar menunjukkan variasi penotif yang luas pada karakter panjang tandan bunga, jumlah buah, berat buah, berat bagian buah yang dimakan, tebal daging buah dan Total Padatan Terlarut (TPT). 2). Salak gulapasir Nenas menghasilkan jumlah buah tandan-1 dan fruit set lebih tinggi, namun tebal buah lebih tipis dan rasa buah lebih masam; 3). Salak gulapasir Nangka menunjukkan karakter agronomi unggul yang meliputi, berat buah, berat daging, dan tebal daging buah baik pada panen musim sela maupun gadu. Dalam rangka pengembangan, salak Gulapasir kultivar Nangka perlu dipertimbangkan sebagai kultivar unggul di Kabupaten Tabanan. Kata Kunci : Salak Gulapasir, Fenotif, Agronomi, Cekaman Kekeringan. ABSTRACT Salacca (Salak) is one of tropical fruits that was native of Indonesia and preferred by consumers due to the specific fruit flesh taste. The objective of the research was to obtain the phenotypic and genotypic of Gulapasir salacca plant on six growing environmental variability were Saribuana, Pajahan, Bangsing, Telaga, Kecing and Jungutan, started from March 2012 to October 2012. Phenotypic character was observed by morphological characteristics of salacca plant and genotypic character of salacca by an analysis of DNA using Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) method. Data were analyzed by using Bartlett's test, cluster analysis using the program Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis (NTSYS version 2.1). Salcca plants cv. Gulapasir planted in Tabanan and Karangasem showed a phenotypic and genotypic variation. The coefficient of phenotypic Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
520
Unmas Denpasar
similarity was based on ten quantitative characters ranging from 0.58 to 0.93 while the coefficient of genetic similarity was based on three primer ranges 0.50 - 0.80. Key words: Phenotypic, genotypic, Gulapasir Salacca, environment PENDAHULUAN Tanaman salak Gulapasir (Salacca zalacca var. amboinensis) merupakan komoditas indigenus Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun pasar ekspor. Beberapa keunggulan salak Gulapasir ialah daging buah tebal, rasa manis seperti gula pasir walaupun umur buah masih muda, tidak masir, berbiji kecil, warna daging buah putih dan tidak melekat pada biji, harga buah empat kali lebih mahal dibandingkan salak bali ( Sumantra et al., 2014). Salak Gulapasir berumah satu (monoeceous) (Kriswiyanti et al., 2008; Darmadi et al., 2002), sehingga biaya yang diperlukan untuk budidaya pada luasan yang sama lebih murah 30 % dibandingkan dengan salak berumah dua seperti salak pondoh (Ashari, 1993; Sukewijaya et al., 2009). Keberhasilan Kabupaten Karangasem mengembangkan salak Gulapasir membuat daerah lain baik di dalam maupun di luar provinsi Bali tertarik untuk membudidayakan komoditas ini. Bila pada saat awal perkembangan tanaman salak Gulapasir terbatas di Kabupaten Karangasem, maka saat ini telah meluas ke Kabupaten Tabanan, Buleleng, Badung dan Bangli (Wijana et al., 1993, Sumantra et al., 2012). Dari kebupaten tersebut kabupaten Tabanan merupakan luas penanaman tertinggi dengan pusat-pusat pengembangan di Kecamatan Slemadeg Barat dan di Kecamatan Pupuan (Sumantra dan Labek, 2012). Perluasan penanaman tanaman salak Gulapasir ke daerah pengebangan baru khususnya di Kabupaten Tabanan menyebabkan variasi keragaman fenotip dengan tingkat kemiripan fenotip 58.62% - 93.10% (Sumantra, 2014). Dalam satu kebun dapat dijumpai minimal tiga karakter jenis berbeda yang terletak pada bentuk buah, aroma, warna daging buah dan berat buah (Sumantra., 2014). Hasil penelitian ini bermakna bahwa munculnya keragaman tanaman karena perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji, sehingga muncul varian-varian salak Gulapasir baru seperti yang telah dilaporkan oleh Sumantra dkk. (2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Mansyah et al. (2003) pada tanaman manggis dan Rai et al. (2008) pada tanaman wani. Berdasarkan penanda yang dapat dijadikan pembeda maka petani salak memberi nama salak Gulapasir nenas, Gondok, Nangka dan beberapa jenis belum diketahui. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mendapatkan calon-calon tetua unggul sebagai dasar pengembangan dan perluasan penanaman di daerah ini. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kultivar salak Gulapasir unggul yang bersifat spesifik lokasi guna menunjang agribisnis salak di Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian dimulai bulan Mei – September 2015 bertempat di tiga lokasi pengembangan di Kabupaten Tabanan yaitu: Wanagiri, desa Pajahan dan desa Munduk Temu. Alat untuk pengamatan fenotip terdiri dari kantong plastik, gunting, mistar, timbangan, alat pengambil sampel tanaman, dan kamera. Bahan tanaman yang digunakan
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
521
Unmas Denpasar
berjumlah 56 tanaman salak dengan perkiraan umur tanaman antara 6 tahun sampai dengan 10 tahun. Pengamatan fenotip mengacu pada buku Panduan Pengujian Individual (PPI) spesies salak (Deptan., 2006) meliputi: warna utama pupus, warna pelepah daun, jumlah anak daun, panjang anak daun, lebar anak daun, warna duri, warna seludang bunga, panjang seludang, , jumlah tandan bunga seludang-1, warna mahkota bunga, warna tangkai sari, jumlah buah tandan-1, jumlah biji, tebal daging buah, nisbah panjang dan diameter dan total padatan terlarut. Analisis data fenotip menggunakan: (1) uji Barlett, dan (2) Perbandingan antara nilai varians dengan standar deviasi. Penggunaan uji Barlett untuk mengetahui homogenitas ragam dari sampel yang diambil dari dua populasi atau lebih. Pelaksanaan analisis dilakukan dengan bantuan program Minitab versi 14. Pengambilan keputusan berdasarkan kepada P value yang diperoleh. Apabila P value > 0.05 berarti karakter fenotip homogen, sebaliknya apabila P value <0.05 berarti karakter fenotip tersebut beragam. Pengambilan keputusan berdasarkan ke dua pengujian tersebut dilakukan dengan kriteria yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria variabilitas fenotip berdasarkan uji Bartlett dan perbandingan varians dan standar deviasi (Mansyah, 2002). Uji Bartlett Beragam Beragam Sangat nyata beragam Sangat nyata beragam Tidak beragam Tidak beragam
Perbandingan varians dan Standar deviasi Luas Sempit Luas Sempit Luas Sempit
Variabilitas fenotip Luas Sempit Luas Luas Sempit Sempit
Pengamatan karakter agronomi untuk mendapatkan salak unggul mempergunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 14 kali ulangan (14 sampel untuk setiap kultivar) Kultivar salak gulapasir yang diuji terdiri dari salak gulapasir Nangka (SGK), salak gulapasir Nenas (SGN), salak gulapasir Gondok (SGG) dan salak gulapasir Maong (SGM). Karakter agronomi yang diamati meliputi jumlah tandan buah, berat buah, berat bagian buah yang dapat dimakan. Pengamatan karakter agronomi dilakukan selama dua musim panen yaitu musim panen Sela (Mei-Juni) dan musim panen Gadu (Agustus-September). Data dari hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam dan apabila terdapat pengaruh nyata sampai sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5% (BNT 5%).
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
522
Unmas Denpasar
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Salak Gulapasir Salak Gulapasir Nangka/Salak Madu (SGK). Tinggi tanaman anatara 3,5-6 m, lebar tajuk 2.5 – 5.5 m, bentuk tanaman/ batang tegak bulat terdapat bekas-bekas pelepah daun, dengan sudut pelepah agak lebar. Helaian pelepah daun panjangnya 2.5 – 3.5 m, rata-rata jumlah anak daun 76 buah dengan kisaran 73-79 cm, rata-rata panjang anak daun 58 cm dengan kisaran 58-62 cm dan lebar anak daun 3.6 cm dengan kisaran 3,3 – 4 cm. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan bagian bawah hijau keabuan, kedudukan daun majemuk menyirip berseling. Bunga berumah satu yaitu bunga jantan dan betina tersusun pada satu tongkol yang sama, bentuk bunga tongkol majemuk, kedudukan bunga pada punggung pangkal pelepah.Ukuran tangkai dan tongkol bunga lebih besar dari SGN dan SGM. Warna mahkota bunga merah muda, tangkai sari merah muda tongkol bunga panjangnya 16-30 cm, rata-rata panjang seludang bunga 26.5 cm (23-28 cm) berwarna coklat. Tangkai putik pendek berwarna merah muda, panjang tandan 18-25 cm, jumlah buah per tandan rata-rata 18,64 dengan kisara 15-22 buah, bentuk buah agak lonjong (rasio P/D 0,65), buah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, ujung buah agak membulat, dinding kulit daging buah berwarna putih berserat, warna daging buah putih kekuning-kuningan. Salak Gulapasir Nangka merupakan buah dengan ukuran buah paling besar dan daging buah tebal dibanding dari ke tiga jenis yang diteliti. Rata-rata berat buah 71,74 g butir-1 dengan kisaran berat buah 60-81 g, tebal daging rata-rata 0,91 cm (0,4 – 1,24 cm) rata-rata porsi daging buah yang dapat dimakan 55,35 g (52-63 g), rata-rata jumlah biji 1,42 butir (1-2 butir ), biji tua berwarna coklat kehitaman.. Rasa buah manis walupun buah masih muda rata-rata kadar TPT 16 oBrix dan kadar asam 0,35 %. Salak Gulapasir Nenas (SGN). Tinggi tanaman SGN hampir sama dengan SGK, SGG atau SGM antara 3,5 – 6 m, lerbar tajuk antara 2.5 – 4.5 m tergantung umur tanaman. Sudut pelepah agak lebar seperti SGK, helaian pelepah daun panjangnya 2.5 – 3.5 m, dengan rata-rata jumlah anak daun 75,35 buah dengan kisaran75 - 77 buah, panjang anak daun 59,77 cm ( 58 – 62 cm ) dan lebar anak daun 3.76 cm (3,3 – 4,5 cm). Warna pupus coklat, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan bagian bawah hijau keabuan, kedudukan daun majemuk menyirip berseling. Bunga berumah satu dengan bentuk bunga tongkol majemuk, kedudukan bunga pada punggung pangkal pelepah. Warna mahkota bunga merah muda, tangkai sari merah muda. Panjang tangkai tongkol bunga 16-28 cm, panjang seludang bunga 26.32 cm (25-29 cm) berwarna coklat. Tangkai putik pendek berwarna merah muda, panjang tandan 18-35 cm. Ciri khas salak gulapasir Nenas adalah jumlah buah per tandan paling banyak dan buah bercabang dengan jumlah cabang buah antra 1 – 3 buah. Rata-rata jumlah buah 19,85 butir1 dengan kisaran jumlah buah antara 14-25 butir . Bentuk buah agak lonjong (rasio P/D 0,68), buah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, ujung buah lancip. Warna daging buah putih, rata-rata berat buah 50,12 g (46-52 g ), porsi buah yang dapat dimakan 40,28 g ( 37-43 g ), rata-rata tebal daging 0,78 cm dengan Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
523
Unmas Denpasar
kisaran 0,4 – 1.34 cm. Rasa buah lebih masam dari tiga kultivar lainnya dengan kadar TPT 15,85 oBrix, dan kadar asam 0,67 %. Jumlah biji 1,42 butir (1-2 butir ) dan umumnya biji melekat pada daging buah. Salak Gulapasir Gondok (SGG). Sudut pelepah agak sempit sehingga perkembangan buah tidak sempurna karena terjepit oleh pelepah daun. Pelepah daun panjangnya 2.5 – 3.5 m, jumlah anak daun 75,64 buah (73 - 77 buah ), panjang anak daun 57,94 cm (55 - 62 cm ) dan lebar anak daun 3,59 cm (3,2 – 4,1 cm). Warna pupus coklat, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan bagian bawah hijau keabuan. Tanaman berumah satu, tongkol majemuk, kedudukan bunga pada punggung pangkal pelepah. Warna mahkota bunga merah muda, tangkai sari merah muda tongkol bunga panjangnya 16-25 cm, panjang seludang bunga 26,30 cm (24 - 28 cm)berwarna coklat. Tangkai putik berwarna merah muda, panjang tandan 15-22 cm, jumlah buah per tandan rata-rata 16,93 butir (10-20 butir), dan tandan buah jarang bercabang. Bentuk buah agak bulat (rasio P/D 0,69), buah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, ujung buah bulat. Warna daging buah putih kapur, di ujung buah terdapat guratan merah melingkar, tekstur daging renyah. Rata-rata berat buah 51,46 g (42-56 g), dengan porsi daging buah yang dapat dimakan rata –rata 40,38 g dengan kisaran 32 -42 g. Buah muda dan tua rasanya manis dengan kadar TPT 16,53 oBrix), kadar asam 0,35 %, tebal daging buah 0,84 cm (0,5 – 1,36 cm ), rata-rata jumlah biji 1,3 butir dengan kisaran 1-2 butir, biji tua berwarna coklat kehitaman dan bila buah sudah tua bila dikocok biji akan berbunyi. Salak Gulapasir Maong (SGM) Ciri khas dari tanaman ini adalah pelepah dan buah berbintik –bintik berwarna putih seperti terkena jamur, sehingga penampilan buah dari kultivar ini kurang menarik (maong: bahasa bali). Petani sering menduga tanaman ini kurang sehat, sehingga sering dimusnahkan agar tidak sebagai inang penyakit dan menular ke tanaman salak lain yang sehat. Pelepah daun panjangnya 2.0 – 3.5 m, jumlah anak daun 72,85 buah (65 - 75 ), rata-rata panjang anak daun 58.77 cm (kisaran 56 - 65 cm) dan rata-rata lebar anak daun 3,60 cm (3,5 – 4 cm ). Warna pupus coklat, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua berbintik putih dan bagian bawah hijau keabuan, kedudukan daun majemuk menyirip berseling. Warna mahkota bunga merah muda, tangkai sari merah muda tongkol bunga panjangnya 16-25 cm, panjang seludang bunga 22,64 cm (21 - 25 cm) berwarna coklat. Jumlah buah per tandan rata-rata 11 butir (5-15 butir). Bentuk buah agak bulat (rasio P/D 0,56), buah berwarna coklat dengan becak-becak putih, ujung buah bulat, dinding kulit bagian dalam berwarna putih warna daging buah putih, berat buah 41,53 g (35-45 g), ratarata porsi buah yang dapat dimakan 32 g dengan kisaran 30-40 g. buah muda dan tua rasanya manis dengan kadar TPT 16,71 oBrix), kadar asam 0,35 %. Tebal daging buah rata-rata 0,44 cm dengan kisaran 0,4 – 0,7 cm, jumlah biji 1 – 2 butir , biji tua berwarna coklat kehitaman.
Identifikasi Fenotipik Berdasarkan Uji Bartlett dan Standar Deviasi Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
524
Unmas Denpasar
Hasil uji Barlett terhadap karakter fenotip dari empat kultivar salak Gulapasir asal Tabanan menunjukkan nilai ragam nyata sampai sangat nyata (Tabel 2). Tabel 2 menujukkan panjang anak daun, lebar anak daun, jumlah biji, rasio panjang dan diameter dan total padatan terlarut tidak menunjukkan ragam yang nyata dari ke empat kultivar yang diuji. Jenis salak Gulapasir Nangka/madu menunjukkan rata-rata panjang seludang, berat buah per butir, berat buah per tandan, tebal daging, dan berat daging buah lebih tinggi dari kultivar lainnya. Sedangkan salak Gulapasir jenis Nenas menghasilkan jumlah buah pertandan tertinggi. Salak gulapasir Gondok Berdasarkan pada penggabungan dari dua uji yaitu Bartlett dan nilai varians dengan standar deviasi menunjukkan enam karakter kuantitatif yang diuji dengan kriteria variabilitas fenotip beragam dengan kisaran luas yang meliputi jumlah anak daun,panjang seludang bunga jumlah buah tandan-1 dan tebal daging, berat buah-1, dan berat daging buah. Panjang seludang, tebal daging buah dan berat buah tertinggi ditunjukkan oleh salak gulapasir Nangka, jumlah buah tertinggi ditunjukkan oleh salak gulapasir Nenas. Untuk menjelaskan karakter morfologi yang diperoleh, maka karakter yang diamati dibagi menjadi sub karakter berdasarkan pada kisaran nilai pengamatan yang diperoleh. Hasil pembagian karakter menjadi sub karakter disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Variabilitas 11 karakter fenotipik ( kuantitatif ) tanaman salak Gulapasir berdasarkan uji Bartlett dan perbadingan nilai varians ( dengan standar deviasi (Sd) Jenis Salak
Karakter
Uji Bartlett 2
Perbandingan
dan Sd KG
SGK
SGN
SGG
SGM
X hit.
Pvalue
2
Jumlah anak daun (helai) Pj. anak daun (cm) Lb. anak daun (cm) Pj. seludang (cm) Jumlah buah tandan -1(butir)
76.28
75.35
75.64
72.85
15.42 **
0.001
6.43
0.032
0.064
L
L
58.93
59.77
57.94
58.77
0.46 tn
0.927
5.701
0.043
0.087
S
S
3.65
3.76
3.59
3.70
3.25 tn
0.355
0.129
0.006
0.013
S
S
26.51
26.32
26.30
22.64
3.61t*
0.01
3.813
0.035
0.071
L
L
18.64
19.85
16.93
11.71
1.99 *
0.057
13.33
0.066
0.133
L
L
Jumlah biji (butir) Tebal daging buah (cm) Rasio P/D
1.42
1.42
1.3
1.00
0.14 tn
0.934
0.207
0.008
0.016
S
S
0.91
0.78
0.84
0.54
0.000
0.087
0.005
0.010
L
L
0.65
0.70
0.69
0.56
18.06 ** 3.85 tn
0.279
0.013
0.002
0.004
S
S
Berat buah (g)
71.74
50.12
51.46
41.53
17.20**
0.001
155.23
0.226
0.453
L
L
Berat daging buah (gr) TPT (oBrix)
55.35
40.28
40.38
32.36
7.46*
0.050
86.30
0.186
0.337
L
L
16
15.85
16.53
16.71
5.47 tn
0.141
0.354
0.011
0.022
L
S
f
Sd
2f
2Sd
2f
K
Keterangan: SGK = salak gulapasir Nangka; SGN = salak gulapasir Nenas; SGG = salak gulapasir Gondok; SGM = salak gulapasir Maong. ; * = nyata; ** = sangat nyata; K= Kriteria; KG= Kriteria gabungan; L= Luas; S= Sempit
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
525
Unmas Denpasar
Tabel 3. Pembagian karakter fenotipik salak Gulapasir menjadi sub karakter dan proporsinya pada populasi yang diamati. Kisaran Sub karakter Proporsi No Karakter nilai rerata Katagori (%) nilai pengamatan 1 Jumlah anak daun (helai) 70 - 79 Banyak >76 25.00 Sedang 75-76 57.14 Sedikit <75 17.85 2 Panjang anak daun (cm) 53.8 - 65 Panjang >61 25.00 Sedang 58-61 42.85 Pendek <58 32.14 3 Lebar anak daun (cm) 3.2 – 4.5 Lebar >4 19.05 Sedang 3.6 – 4 38.10 Sempit <3.6 42.85 4 Panjang seludang (cm) 23 - 29.5 Pajang >27 30.35 Sedang 25-27 48.21 Pendek <25 21.43 5 Jumlah cabang buah 1-3 Banyak 3 4.76 (buah) Sedang 2 54.76 Sedikit 1 40.47 -1 6 Jumlah buah tandan 15 - 24 Banyak >21 26.19 ( butir ) Sedang 18 – 20 45.24 Sedikit <18 28.57 7 Jumlah biji (butir) 1-2 Banyak 2 39.29 Sedikit 1 60.71 8 Tebal daging buah (cm) 0.4-0.8 Tebal >0.7 26.19 Sedang 0.5 – 0.7 57.14 Tipis <0.5 26.19 9 Rasio P/D 0.5 – 0.95 Lonjong 0.8-1 14.28 Bulat 0.6-0.79 71.43 Gepeng 0.4-0.59 14.28 10 Total padatan terlarut 15 - 18 Tinggi >17 8.92 (oBrix) Sedang 15-16 85.71 Rendah <15 5.35 Keterangan : Dihitung dari 56 sampel berdasarkan bentuk yang dominan pada masingmasing karakter. Dari data pada Tabel 3 diketahui salak Gulapasir di Tabanan menunjukkan jumlah anak daun, panjang anak daun berukuran sedang, lebar anak daun berukuran sempit, panjang seludang berukuran sedang . Sedangkan jumlah buah, tebal daging berukuran sedang, sebagian besar buah berbiji 1, bentuk buah bulat.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
526
Unmas Denpasar
Karakter agronomi Salak Gulapasir Musim Sela dan Gadu Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan kultivar menyebabkan perbedaan pada karakter jumlah buah, berat buah, porsi daging buah yang dapat dimakan, tebal daging dan total padatan terlarut (Tabel 4 dan 5). Kultivar SGK menghasilkan berat buah butir-1 dan berat bagian buah yang dapat dimakan lebih tinggi baik pada panen musim sela maupun gadu, dibanding tiga kultivar lainnya, namun antara SGN, dan SGG tidak menunjukkan perbedaan. SGM dalam penelitian ini menunjukkan karakter agronomi paling rendah yang meliputi, jumlah buah tandan-1 , berat buah butir-1 , bagian buah yang dapat dimakan maupun tebal daging buah. Disamping karakter tersubut, penapilan buah dari kultivar SGM kurang menarik, sehingga dari prospek pengembangannya ke depan untuk dijadikan sebagai salak unggul dengan produski yang tinggi belum dapat dipertimbangkan. Sedangkan kultivar SGK, SGN dan SGG perlu dipertimbang dalam pengembangannya. Ciri khas dari ke tiga kultivar tersebut adalah kultivar SGK menghasilkan berat buah dan tebal daging lebih tebal baik pada panen musim sela maupun panen gadu, namun jumlah buah tandan-1lebih rendah dibandingkan dengan SGN (Tabel 4 dan 5). Tabel 4. Fruit set, jumlah buah, berat buah dan porsi daging buah yang dapat dimakan pada empat kultivar salak gulapasir Jm buah tandan-1 Berat buah butir-1 Porsi buah Fruit Set (%) (btr) (g) dimakan (g) Kultivar Sela Gadu Sela Gadu Sela Gadu Sela Gadu 57.14 85.71 SGK 14.50 b 18.64 b 57.95 a 61.75 a 47.71 a 50.35 a 59.52 88.09 SGN 15.79 a 19.86 a 50.47 c 50.53 b 39.72 b 40.28 b 45.24 66.67 SGG 10.64 c 16.93 c 51.69 b 51.78 b 40.25 b 40.39 b 28.57 59.52 SGM 8.50 d 11.71 d 39.81 d 41.53 c 30.57 c 32.37 c tn tn BNT 5% 0.43 0.44 0.98 1.23 0.84 0.92 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada BNT 5%. SGK: Salak Gulapasir Nangka, SGN: Salak Gulapasir Nenas, SGG: Salak Gulapasir Gondok, dan SGM: Salak Gulapasir Maong Hasil analisis menunjukkan jumlah buah tandan-1 berkorelasi positif dengan berat buah (r = 0,40 **) dan tebal daging buah (r = 0,513**). Hal ini berarti kultivar SGK dengan jumlah buah tertinggi akan menghasilkan berat buah butir-1 dan tebal daging buah lebih rendah (Tabel 4). Kondisi ini dapat dilihat secara visual di lapangan bahwa kultivar SGN menghasilkan tangkai tandan dengan ukuran paling kecil di bandingkan kultivar SGK dan SGG. Ukuran tangkai tandan SGN yang kecil disisi lain jumlah cabang tandan dan jumlah buah yang terbentuk banyak, tidak memungkinkan buah berkembang secara sempurna. Terlebih dalam kondisi alami dimusim Gadu curah hujan rendah dan tidak tersedia air yang cukup untuk mengairi tanaman maka buah pada kultivar SGN banyak yang gugur karena tandan buah layu sebelum masa panen.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
527
Unmas Denpasar
Tabel 5. Tebal daging buah, jumlah jumlah biji, TPT dan kadar asam pada empat kultivar salak gulapasir Tebal daging Jumlah biji (btr) TPT (oBrix) Kadar asam (%) Kultivar (cm) Sela Gadu Sela Gadu Sela Gadu Sela Gadu SGK 0.82 a 0.91 a 1.21 a 1.26 a 16.06 c 16.00 c 0.365 0.351 SGN 0.67 b 0.78 c 1.14 a 1.23 a 15.64 d 15.86 d 0,480 0,440 SGG 0.83 a 0.84 b 1.14 a 1.20 a 16.46 b 16.54 b 0.350 0.350 SGM 0.50 c 0.55 d 1.00 a 1.00 c 16.64 a 16.71 a 0.360 0.351 BNT 5% 0.04 0.06 tn tn 0.008 0.09 tn tn Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada BNT 5%. SGK: Salak Gulapasir Nangka, SGN: Salak Gulapasir Nenas, SGG: Salak Gulapasir Gondok, dan SGM: Salak Gulapasir Maong Jumlah biji berkorelasi positif dengan berat buah-1 (r = 0,320*) dan berat bagian buah yang dapat dimakan ( r = 0,356*). Hasil analisis ini bermakna bahwa jumlah biji mengakibatkan berat buah meningkat. Hali ini dimungkinkan karena biji berkembang secara sempurna menyebabkan perkembangan dan pengisian buah juga menjadi sempurna (Tabel 4 dan 5 ). KESIMPULAN Hasil penelitian sementara dapat disimpulkan : 1. Kultivar salak gulapasir Nangka, Nenas, Gondok dan Maong tidak menunjukkan variasi venotif yang luas terhadap jumlah anak daun, panjang anak daun, dan lebar anak daun, jumlah biji, dan rasio panjang dan diameter buah. 2. Keempat kultivar menunjukkan variasi yang luas pada karakter panjang tandan bunga, jumlah buah, berat buah, berat bagian buah yang dimakan, tebal daging buah dan TPT. 3. Salak gulapasir Nenas menghasilkan jumlah buah per tandan dan fruit set lebih tinggi, namun tebal buah lebih tipis dan rasa buah lebih masam. 4. Salak gulapasir Nangka menunjukkan karakter agronomi unggul yang meliputi, berat buah, berat daging, dan tebal daging baik pada panen musim sela maupun gadu. Dalam rangka pengembangan, salak Gulapasir kultivar Nangka/Madu perlu dipertimbangkan sebagai kultivar unggul di Kabupaten Tabanan. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2004. Pola pembiayaan usaha kecil (PPUK). Budidaya salak unggul. Bank Indonesia. pp. 35. Ashari 2002. On the agronomy and botany of Salak (Salacca zalacca). PhD Thesis Wageningen University. pp. 126. Bangerth F. 2000. Abscission and thining of young fruit and their regulation by plant hormones and bioregulators. Plant Growth Regulation. (31) : 43 – 59. Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Terjemahan H.Susilo. UI-Press. pp.428. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
528
Unmas Denpasar
Kinet,J.M., R.M. Sach, G.B. Bernier. 1985. The development of flowers. In The Physiology of Flowering. Volume III. Florida:CRC Press. Inc. pp. 274. Levitt, J. 1980. Responses of plant to environmental stresses. Water, radiation, salt and other stresses. Vol.II. Academic Press, New York-London-Toronto-Sydney-San Fransico Kriswiyanti, E., K. Muksin, Watiniasih, M. Suartini. 2008. Pola reproduksi pada salak Bali (Salacca zalacca Var. Amboinensis (Becc.) Mogea. J. Bio. 11 (2): 78-82. Leopold AC, Kriedemannn PE. 1975. Plant growth and development. Second edition. USA: Mcgraw- Hill Book Company. 271 – 336 p. Lestari, R. and G. Ebert. 2002. Salak (Salacca zalacca (Gaertner.) Voss.) – The snakefruit from Indonesia. Preliminary Results of an Ecophysiological Study. Deutscher Tropentag - Witzenhausen, 9-11 October 2002 Conference on International Research on Food Security, Natural Resource Management and Rural Development. pp. 8. Mogea, J.P. 1979. Faktor musim dalam pembuahan salak (Salaca edulis). Berita Biologi 2 (4): 71 -74. Rahayu, L.R. Sudaratmaja, A. Rachim, Sumartini, W.Soethama, Rosdiah, Trisnawati. 1999. Pengkajian sistem usaha pertanian salak berbasis ekoregional lahan kering. IP2TP, Bali. pp.137. Rai, I.N., C.G.A. Semarajaya, I.W.Wiratmaja, 2010. Studi fenofisiologi pembungaan salak Gulapasir sebagai upaya mengatasi kegagalan fruit set. J. Hort. 20 (3): 216-222 p Sukewijaya, I.M., Rai and Mahendra. 2009. Development of salak bali as an organic fruit. As. J. Food Ag-Ind. Special Issue. 37- 43 p. Sumantra,K., Sumeru Ashari, Tatik Wardiyati, Agus Suryanto. 2011. Hasil dan mutu salak Gulapasir pada ketingiian tempat berbeda di daerah pengembangan baru di Bali. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia, Balitsa Lembang, pp.15 Sumantra, K. S. Ashari, T. Wardiyati, and A. Suryanto.2012a. The agroecosytem approach as a concept in sustainable cultivation of salak trees cv. Gulapasir in new development areas in Bali, in Proceeding of the International Conference on Sustainable Development (ICSD), Denpasar, Bali, 2012, pp. 348- 364. Sumantra, K, Sumeru Ashari, Labek Suyasdi Pura, 2012b. Potensi hasil dan mutu buah beberapa kultivar Salak Gulapasir dan upaya perbaikannya di daerah pengembangan baru di Bali. Laporan penelitian hibah bersaing. Fak.Pertanian Unmas Denpasar. 50 h. Sumantra, K. 2013. Kajian agroekosistem salak Gulapasir sebagai dasar perbaikan hasi dan mutu buah di daerah pengembangan baru di Bali. Disertasi. Fak. Pertanian Univ. Brawijaya Malang. 176 h. Wijana, G. 1990. Telaah sifat-sifat buah salak Gulapasir sebagai dasar penggunaannya. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. pp. 163. Wijana, G. A. Gunadi dan N. Kencana Putra. 1993. Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas buah salak Bali dengan penentuan waktu penjarangan dan jumlah buah per tandan. Laporan Penelitian. F.P. Unud Denpasar. 40 pp.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016