IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM POTENSIAL MELALUI PROSES REKONSILIASI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS SEWON 1 BANTUL IDENTIFICATION OF POTENTIAL DRUG RELATED PROBLEMS THROUGH MEDICATION RECONCILIATION IN TYPE 2 DIABETES PATIENTS IN PRIMARY HEALTH CENTER OF SEWON 1 BANTUL Gresti Ilmarosa Robin 1), Nurul Maziyyah 1) 1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
[email protected]
INTISARI Pengobatan diabetes melitus (DM) tipe 2 dilakukan dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi. Terapi yang diberikan memungkinkan terjadinya drug related problem (DRP) potensial karena berbagai faktor seperti jenis kelamin, umur, jumlah obat yang diberikan dan kurangnya edukasi kepada pasien. Rekonsiliasi obat adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui gambaran pengobatan yang diterima pasien secara lengkap, tepat dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan mengevaluasi DRP potensial yang ditemukan pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 1 Bantul berdasarkan hasil rekonsiliasi obat. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental secara deskriptif. Data pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 1 Bantul dilakukan dengan pendekatan cross sectional mulai dari Agustus hingga Desember 2015 dengan menggunakan proses rekonsiliasi obat. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 35 pasien DM tipe 2 dan diambil dengan teknik consecutive sampling. Analisis DRP potensial dilakukan berdasarkan jenis DRP potensial yang ditemukan dan menggunakan buku acuan utama yaitu Stockley’s Drug Interaction Handbook serta jurnal terkait. Hasil rekonsiliasi obat menunjukkan bahwa penggunaan obat DM tipe 2 didominasi oleh kombinasi 3 obat dengan persentase 42,86%. Penggunaan Complementary and Alternative Medicine (CAM) terdiri atas 3 produk herbal (75%) dan 1 terapi alternatif (25%). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 29 pasien yang mengalami DRP potensial dengan persentase 82,86%. Jenis DRP potensial yang ditemukan yaitu ketidakpatuhan pasien (44,82%), adverse drug reaction (20,7%) dan interaksi obat potensial (34,48%). Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, drug related problem potensial, rekonsiliasi obat.
ABSTRACT Treatment for diabetes mellitus type 2 are modifying the lifestyle and pharmacological therapy. DRPs are possible to occur through pharmacological therapy because of various factors such as gender, age, the number of drugs and less of patient’s education. Medication reconciliation is a process to obtain the accurate and complete patient’s medication list. The aim
of this research is to describe the prevalence and evaluate potential DRPs in DM type 2 of Primary Health Center of Sewon 1 Bantul through medication reconciliation. This research was a non-experimental research with descriptive analysis. Data of DM type 2 patients of Public Health Center of Sewon 1 Bantul from August to December 2015 was collected through a cross sectional approach by medication reconciliation process. Sample in this research consist of 35 DM type 2 patients and was taken by consecutive sampling technique. Potential DRPs were analyzed based on classification of DRPs and conducted by reference books and journal. The result showed that the use of drugs in type 2 diabetes patients were dominated by 3drugs combination with percentage of 42,86%. The use of Complementary and Alternative Medicine (CAM) consisted of herbal product in 3 patients (75%) and alternative therapy in 1 patient (25%). The result of potential DRPs showed that 29 patients had potential DRPs with percentage of 82,86%. DRPs found could be classified on non-adherences (44,82%), adverse drug reaction (20,7%) and potential drug interactions (34,48%). Keyword : diabetes melitus type 2, potential drug related problems, medication reconciliation. penderita diabetes akan terus bertambah setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2035
PENDAHULUAN
diperkirakan Diabetes
melitus
(DM)
adalah
penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh
jumlah
penderita
diabetes
meningkat hingga 55% (IDF, 2014). Pengobatan untuk DM tipe 2 adalah
tidak bisa memproduksi insulin dalam
perubahan
jumlah yang cukup atau tubuh tidak bisa
farmakologi.
menggunakan insulin tersebut secara efektif.
diberikan yaitu obat antidiabetika. Dalam
Orang yang menderita DM tidak dapat
pengobatan DM tipe 2 kemungkinan akan
mengabsorpsi glukosa dengan baik sehingga
menimbulkan drug related problem
glukosa tersebut terakumulasi di dalam
DRP, yaitu kejadian tidak diinginkan yang
darah dan semakin lama akan membuat
benar-benar terjadi (aktual) atau berpeluang
kadar glukosa dalam darah meningkat.
untuk terjadi (potensial) yang berkaitan
Keadaan
dengan terapi obat yang diberikan kepada
ini
sering
disebut
dengan
hiperglikemia (IDF, 2013). Penderita
diabetes
gaya
hidup
Terapi
serta
farmakologi
terapi yang
atau
pasien sehingga mengganggu hasil terapi di
Indonesia
adalah pasien dengan rentang usia 20-79
yang diharapkan (Cipolle et al., 2012; PCNE, 2012).
tahun yaitu sekitar 9 juta orang dan 4,8 juta
Salah satu upaya dalam identifikasi
orang diantaranya tidak terdiagnosa. Jumlah
DRP potensial adalah dengan melakukan
rekonsiliasi
obat.
Commissions
Menurut
(2006),
The
Joint
rekonsiliasi
obat
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
adalah proses membandingkan resep obat
Kriteria inklusi pada penelitian ini
yang diberikan kepada pasien saat ini
adalah pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa
terhadap pengobatan sebelumnya. Hal ini
komplikasi dan pasien DM tipe 2 yang
dilakukan untuk menghindari kesalahan
bersedia menjadi responden penelitian.
pengobatan seperti kelalaian, duplikasi,
Analisis Data
kesalahan dosis atau interaksi obat.
Analisis data yang dilakukan yaitu:
Penyakit DM tipe 2 di Puskesmas
1. Prevalensi
DRP
potensial
yang
Sewon 1 Bantul menduduki peringkat 4 dari
terjadi pada pasien DM tipe 2 di
10 besar penyakit yang angka kejadiannya
Puskesmas
tinggi. Oleh karena itu, Puskesmas Sewon 1
berdasarkan hasil rekonsiliasi obat
Bantul dipilih menjadi tempat penelitian.
dengan menghitung persentase DRP
Sewon
1
Bantul
potensial yang terjadi menurut jenis DRP.
METODOLOGI
2. Jenis DRP potensial yang terjadi
Bahan dan Alat yang Digunakan
obat
Bahan penelitian yaitu kertas resep
pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas
yang
pasien.
Alat
Sewon 1 Bantul melalui proses
yang
berisi
rekonsiliasi obat, kemudian data
pertanyaan untuk wawancara pasien, inform
dikelompokkan menurut jenis DRP
consent, dan form rekonsiliasi obat.
yang terjadi dan dianalisis.
penelitian
ditebus yaitu
oleh
lembar
Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah semua
HASIL PENELITIAN
pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa
Karakteristik
komplikasi di Puskesmas Sewon 1 Bantul
Jenis Kelamin
pada Agustus – Desember 2015 yang
Pasien
berdasarkan
Data pada gambar 1 menunjukkan
memenuhi kriteria inklusi dengan teknik
bahwa
pasien
consecutive sampling yaitu pengambilan
perempuan
sampel yang sesuai dengan kriteria dalam
sedangkan pasien berjenis kelamin laki-
kurun waktu tertentu.
laki hanya 31,43%.
yaitu
berjenis
kelamin
sebesar
68,57%,
14,29% 40-50 tahun 31,43%
20%
Laki-Laki 65,71%
Perempuan
68,57 %
51-65 tahun > 65 tahun
Gambar 2. Karakteristik Usia Pasien Gambar 1. Karakteristik Jenis Kelamin
Usia merupakan faktor yang penting Hal yang mendasari perbedaan jenis
karena
diabetes
cenderung
meningkat
kelamin terkait kejadian DM tipe 2 yaitu
dengan semakin meningkatnya usia (Cowie
mengenai
tubuh,
et al., 2006). Hal ini berkaitan dengan
resistensi insulin dan kadar glukosa darah
adanya resistensi insulin. Sebuah hipotesis
antara
menjelaskan
perbedaan
laki-laki
dan
komposisi
perempuan
yang
bahwa
hubungan
antara
dipengaruhi oleh efek dari hormon seks
peningkatan usia dengan resistensi insulin
(Geer & Shen, 2009). Perbedaan komposisi
bisa melalui 4 jalur utama. Pertama,
tubuh berkaitan dengan indeks massa tubuh
perubahan
serta distribusi jaringan adiposa (Peters et
mengakibatkan
al., 2015).
metabolik aktif. Kedua, faktor lingkungan,
Karakteristik Pasien berdasarkan Usia
antropometrik
yang
pengurangan
bisa
jaringan
terutama pada diet makanan dan aktivitas fisik.
Ketiga,
variasi
neurohormonal
Berdasarkan data pada gambar 2,
(penurunan dehydroepandostreone sulphate
pasien usia 40-50 tahun adalah sebesar
atau DHEAS dan IGF-1 di dalam plasma)
14,29% dan pasien usia 51-65 tahun adalah
dan yang terakhir adalah peningkatan stress
20%. Persentase paling besar terjadinya DM
oksidatif (Barbieri et al., 2001).
tipe 2 berdasarkan usia adalah pada pasien > 65 tahun.
Karakteristik Penyakit Penyerta Pasien Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa 13 dari 35 pasien memiliki penyakit penyerta, yaitu 10 pasien DM tipe
Tabel 1. Gambaran Penggunaan Obat
2 dengan hipertensi (76,93%), 1 pasien DM tipe 2 dengan kolesterol (7,69%), 1 pasien
No
Penggunaan Obat
Jumlah
%
DM tipe 2 dengan hipertensi dan asam urat
1
Obat tunggal
-
-
(7,69%) serta 1 pasien DM tipe 2 dengan
2
Kombinasi 2 obat
7
20%
hipertensi dan kolesterol (7,69%).
3
Kombinasi 3 obat
15
42,86%
4
Kombinasi 4 obat
11
31,43%
5
Kombinasi 5 obat
2
5,71%
35
100%
Total 7.69% 7.69%
Terapi
Hipertensi
7.69%
Kolesterol
76.93%
kombinasi
dengan
beberapa
menggunakan
obat
dimaksudkan
untuk mendapatkan efikasi yang lebih baik Hipertensi & Asam Urat Hipertensi & Kolesterol
dari pengobatan, menurunkan toksisitas dan menurunkan
kejadian
resistensi
obat
(Foucquier, 2015). Akan tetapi, Food and Drug Administration (FDA) menegaskan Gambar 3. Karakteristik Penyakit Penyerta Pasien
bahwa terapi kombinasi obat digunakan hanya jika lebih menguntungkan daripada terapi
Gambaran
Penggunaan
Obat
pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan pada tabel 1, obat-
dengan
obat
pengobatan
tunggal
dan
monoterapi
jika tidak
memungkinkan. Obat DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 1 Bantul terdiri dari golongan biguanid dan
obatan yang dikategorikan tersebut tidak
sulfonilurea.
hanya obat DM saja, tetapi juga kombinasi
digunakan
dengan obat-obatan yang digunakan untuk
sulfonilurea
mengatasi penyakit penyerta. Kombinasi
glibenklamid dan glimepirid. Penggunaan
obat dengan persentase paling besar yaitu
golongan sulfonilurea dimaksudkan sebagai
kombinasi 3 obat (42,86%), kemudian
terapi kombinasi. Persentase paling besar
diikuti oleh kombinasi 4 obat (31,43%),
yaitu kombinasi antara metformin dan
kombinasi 2 obat (20%) dan yang terakhir
glibenklamid sebesar 61,90%, sedangkan
yaitu kombinasi 5 obat (5,71%).
Golongan yaitu yang
biguanid
metformin.
yang
Golongan
digunakan
yaitu
kombinasi antara metformin dan glimepirid
herbal/ terapi alternatif. Pengobatan herbal
sebesar 38,10%.
merupakan bagian dari Complementary and
Gambaran Penggunaan Herbal/ Terapi
Alternative
Alternatif
National Center for Complementary and
Berdasarkan data pada tabel 2, pasien yang menggunakan herbal/ terapi alternatif diketahui ada 4 dari 35 pasien, namun hanya satu yang rutin mengkonsumsi
Medicine
(CAM).
Menurut
Alternative Medicine, CAM adalah sebagai kelompok sistem perawatan medis dan kesehatan maupun produk yang tidak umum digunakan sebagai bagian dari pengobatan konvensional.
Tabel 2. Gambaran Penggunaan Herbal dan Terapi Alternatif
No
Jenis
Nama
Jumlah
Jumlah total
%
1
Herbal
Kunyit asam
2
3
75%
Daun insulin
1
Kapsul semut jepang
1
1
25%
4
100%
2
Terapi alternatif
Total
Produk
ditemukan
pencernaan di usus halus, maka dari itu daun
adalah penggunaan daun insulin dan kunyit
yakon ini direkomendasikan untuk pasien
asam. Daun insulin sering disebut juga
diabetes ataupun orang yang menderita
dengan
(Smallanthus
gangguan pencernaan (Lachman et al.,
sonchifolius), tanaman yang berasal dari
2003). Daun yakon dikonsumsi dengan cara
pegunungan Andes. Tanaman ini termasuk
menyeduh daun yang sudah kering atau
dalam famili Compositae (Asteraceae) dan
merebus daun yang masih segar. Rebusan
digunakan sebagai pengobatan tradisional di
daun
Peru. Daun yakon memiliki kandungan
tambahan dalam pengobatan diabetes karena
protein, karbohidrat, dan gula-gula fruktosa
mampu mengurangi obesitas, menurunkan
yang tidak dapat dicerna oleh enzim
glukosa plasma dan juga meningkatkan
daun
herbal
yang
yakon
yakon
digunakan
sebagai
terapi
sekresi
insulin
(Aybar
et
al.,
2001).
jenis DRP yang termasuk ke dalam DRP
Sedangkan kunyit memiliki bahasa latin
potensial,
Curcuma longa yang termasuk dalam famili
adverse drug reaction dan interaksi obat.
Zingiberaceae. Komponen aktif dari kunyit
Berikut
adalah curcumin yang memiliki peran
gambaran DRP potensial yang terjadi pada
penting dalam pencegahan dan pengobatan
pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 1
diabetes serta penyakit yang berhubungan
Bantul :
dengan
diabetes.
mempengaruhi didalam
beberapa
penyakit
resistensi
insulin,
hiperlipidemia Penelitian
ini
Curcumin
bisa
aspek
diabetes,
juga
et
ini
ketidakpatuhan
adalah tabel
3
pasien,
mengenai
Tabel 3. Gambaran DRP Potensial yang terjadi
utama
termasuk
hiperglikemia
(Zhang
yaitu
al.,
dan
No
DRP potensial
Jumlah
Persentase
1
Ketidakpatuhan
13
44,82%
6
20,7%
10
34,48%
35
100%
2013).
menemukan
satu
pasie 2
Adverse drug
responden yang menggunakan kapsul semut jepang (Tenebrio molitor Linn). Semut
reaction 3
Interaksi obat potensial
jepang merupakan salah satu dari serangga
Total
terbesar karena memiliki panjang sekitar 15 mm (Siemianowska et al., 2013). Belum banyak jurnal penelitian yang membahas khasiat
kapsul
semut
jepang
sebagai
antidiabetes.
1. Ketidakpatuhan Pasien Ketidakpatuhan
pasien
memiliki
persentase terbesar dalam terjadinya DRP potensial pada pasien DM tipe 2 di
Analisis drug related problem (DRP) Potensial
kejadian DRP potensial, 6 kejadian yang
Analisis DRP potensial pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 1 Bantul melalui
Puskesmas Sewon 1 Bantul yaitu 13 dari 29
rekonsiliasi
obatpada
periode
Agustus 2015-Desember 2015 dilakukan dengan mengelompokkan terlebih dahulu DRP yang ditemukan berdasarkan jenis DRP yang dialami oleh pasien. Ada 3 dari 8
dikarenakan jadwal
minum obat
yang
kurang tepat (46,15%) dan 7 kejadian yang dikarenakan
tidak
rutin
minum
obat
(53,85%). Jadwal minum obat yang kurang tepat
terjadi
pada
pengobatan
dengan
menggunakan anti diabetes yaitu metformin yang aturan pakainya adalah tiga kali sehari
atau
setiap
8
jam.
Namun,
pasien
yang ditemukan tidak berkaitan dengan obat
mengkonsumsi metformin dalam rentang 4-
DM tipe 2. ADR yang terjadi pada pasien
5 jam. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya
DM tipe 2 yaitu penggunaan NSAID jangka
penumpukan obat di dalam tubuh. Selain itu,
panjang,
kejadian
yang
Penggunaan NSAID ditujukan untuk terapi
ditemui yaitu karena pasien tidak rutin
tambahan karena pasien mengalami nyeri,
minum obat. Hal ini terjadi karena beberapa
seperti nyeri pasca operasi dan nyeri pada
alasan, yaitu pasien merasa bosan minum
kaki. Jadi, ADR yang ditemukan tidak
obat karena jumlah yang banyak dan
berkaitan
frekuensi pemberian yang beragam serta
dikonsumsi pasien. NSAID (non steroid anti
mengkonsumsi obat jika terasa sakit saja
inflammatory drugs) berkhasiat analgetik,
atau ketika gula darah tinggi. Berdasarkan
antipiretik, serta anti radang. Mekanismenya
hasil rekonsiliasi obat, umumnya penyebab
yaitu menghambat enzim siklooksigenase-1
ketidakpatuhan
sangat
(COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2).
individual. Faktor yang dapat ditemui yaitu
Enzim tersebut adalah yang berperan dalam
kurangnya
edukasi
pembentukan (sintesis) prostaglandin yang
hubungan
yang
ketidakpatuhan
pasien
pasien
adalah
pasien, baik
kurangnya
antara
yaitu
dengan
natrium
obat
diklofenak.
diabetes
yang
tenaga
merupakan mediator dalam proses inflamasi.
kesehatan, frekuensi pemberian dan kurang
NSAID idealnya hanya menghambat COX-2
motivasi. Pengobatan DM tipe 2 memiliki
saja dan tidak menghambat COX-1 yang
tujuan akhir yaitu menurunkan morbiditas
diperlukan sebagai perlindungan terhadap
dan mortilitas DM. Ketidakpatuhan pasien
mukosa lambung (Tjay & Rahardja, 2007).
bisa mempengaruhi tujuan dari pengobatan
Oleh karena itu, penggunaan NSAID dalam
DM. Beberapa konsekuensi yang terjadi
jangka
akibat faktor ketidakpatuhan pasien yaitu
menurunnya ketahanan mukosa saluran
kekambuhan penyakit, kualitas hidup dan
cerna dan bisa mencetuskan terjadinya lesi
beban ekonomi (WHO, 2003).
sehingga timbullah penyakit seperti ulkus
panjang
akan
menyebabkan
peptik dan perdarahan pada saluran cerna 2. Adverse drug reaction
(Becker, 2004). Beberapa faktor yang
Dari data yang diperoleh, kejadian ADR
mungkin menyebabkan terjadnya ADR yang
yang ditemukan adalah 20,7% dari total
berkaitan dengan kondisi pasien adalah
kejadian DRP potensial yang ada dan ADR
umur, jenis kelamin, status kehamilan dan
sintetik
klirens kreatinin.
Interaksi antar obat sintetik sendiri dibagi
obat
potensial
herbal/
terapi
alternatif.
menjadi interaksi obat minor, moderat dan
3. Interaksi Obat Potensial Interaksi
dan
mayor.
menempati
a. Interaksi antar obat sintetik
urutan kedua dari total DRP potensial yang terjadi yaitu sebesar 34,48 %. Interaksi obat
Berikut adalah tabel 4 mengenai jenis
potensial dibagi menjadi dua, yaitu interaksi
interaksi antar obat sintetik yang berpotensi
antar obat sintetik dan interaksi antara obat
terjadi:
Tabel 4. Jenis Interaksi Obat Potensial No
Nama obat
Jumlah
Total
%
3
30%
6
60%
1
10%
10
100%
Minor 1
Hidroklortiazid + glimepirid
1
2
Furosemid + metformin
1
3
Nifedipin + metformin
1 Moderat
4
Diklofenak + glimepirid
3
5
Diklofenak + glibenklamid
1
6
Antasida + glibenklamid
1
7
Glibenklamid + simvastatin
1 Mayor
8
Amlodipin + simvastatin Total
1
(Journal
1) Interaksi obat minor Interaksi obat minor yaitu interaksi
dan
tetap
berhati-hati
dalam
meresepkan obat yang memiliki interaksi minor. Selain itu juga beri peringatan kepada pasien (Aronson et al., 2007).
Interaksi kedua obat ini mengakibatkan penurunan efek dari glimepirid. Selain itu, golongan
thiazid
juga
akan
meningkatkan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2, kemudian hasilnya adalah terganggunya
kontrol
glukosa
darah
(Stockley’s Drug Interactions Eight Edition, 2008).
merupakan
obat
antihipertensi golongan loop diuretic. Dalam hal ini, furosemid akan meningkatkan kadar metformin dalam plasma dan Cmax sebesar 22% serta nilai AUC sebesar 15% (Journal of Managed Care Medicine, Genomics & Biotech, 2009).
2) Interaksi obat moderat
Nifedipin merupakan obat antihipertensi calcium
channel
Suatu interaksi digolongkan ke dalam interaksi obat moderat jika terdapat bahaya potensial yang mungkin akan terjadi dan perlu monitor secara ketat bahkan bila perlu
berbahaya yang berpotensi terjadi (Aronson et al., 2007). Diklofenak dan sulfonilurea Interaksi obat moderat yang paling banyak terjadi yaitu antara diklofenak dan glimepirid.
Interaksi
kedua
obat
ini
ditemukan sebanyak tiga resep. Kemudian ditemukan juga interaksi antara diklofenak dan glibenklamid sebanyak satu kejadian.
sulfonilurea sehingga akan meningkatkan efek dari glibenklamid, akibatnya adalah terjadi keadaan hipoglikemia. Oleh karena itu,
perlu
dilakukan
monitoring
kadar
glukosa darah pasien (DeRuiter, 2003). Antasida dan glibenklamid Dalam
hal
ini,
antasida
akan
meningkatkan nilai AUC dari glibenklamid
Nifedipin dan metformin
golongan
Medicine,
Diklofenak bisa menurunkan klirens dari
Furosemid dan metformin Furosemid
Care
beri obat yang lain untuk menghindari efek
Hidroklortiazid dan glimepirid
obat
Managed
Genomics & Biotech, 2009).
tersebut mungkin terjadi, namun perlu dipantau
of
blocker.
Nifedipin akan meningkatkan nilai Cmax dan AUC dari metformin sebesar 20% dan 9% dan meningkatkan jumlah sekresi di urin
dan Cmax sebesar 50%. Interaksi obat moderat
yang
terakhir
yaitu
antara
glibenklamid dan simvastatin. Simvastatin akan meningkatkan Cmax dan nilai AUC dari glibenklamid sebesar 20% (Stockley’s Drug Interactions Eight Edition, 2008).
3) Interaksi obat mayor
sebaliknya, otot terasa kaku, kram dan
Interaksi obat mayor adalah interaksi
tegang (Muscular Dystrophy Association,
yang
memiliki
kemungkinan
besar
2009),
sedangkan
rabdomiolisis
adalah
membahayakan pasien bahkan mengancam
kelainan yang disebabkan adanya kerusakan
jiwa pasien ataupun terjadi kerusakan
pada
permanen. Penanganan pada interaksi obat
mengakibatkan terjadinya pelepasan zat-zat
mayor adalah dengan tidak meresepkan obat
dari serat otot seperti elektrolit, mioglobin,
yang memiliki potensi terjadinya interaksi
kreatin kinase dan lain-lain ke dalam aliran
tersebut, dengan kata lain diganti dengan
darah. Hal ini bisa berujung pada kematian
obat lain yang jauh lebih aman (Aronson et
(Wangko, 2013).
al., 2007).
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan
Amlodipin dan simvastatin
interaksi obat adalah umur, jumlah obat
Simvastatin merupakan obat golongan statin yang menghambat enzim HMG-CoA reduktase. Obat ini dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan
sangat
sensitif
terhadap
efek
penghambatan CYP3A4, hal inilah yang mungkin mendasari adanya interaksi obat karena
amlodipin
merupakan
inhibitor
isoenzim CYP3A4. Kombinasi kedua obat ini akan meningkatkan nilai Cmax dan AUC dari simvastatin (Nishio et al., 2005). Menurut
MHRA
Drug
Safety
Update
(2012), kombinasi tersebut pada akhirnya akan
meningkatkan
resiko
terjadinya
miopati dan rabdomiolisis. Miopati adalah kelainan otot yang ditandai dengan seratserat otot yang disfungsional, akibatnya otot akan
mengalami
kelumpuhan
ataupun
otot
rangka
yang
kemudian
yang digunakan dan jumlah resep yang diberikan (Bjerrum et al., 2008). b. Interaksi antara obat sintetik dan herbal/ terapi alternatif
Produk herbal memiliki zat aktif yang mempunyai efek farmakologi dan beberapa diantaranya memungkinkan untuk terjadinya interaksi dengan obat sintetik. Interaksi ini berpotensi membahayakan kesehatan pasien (Ernst, 2000). Berikut tabel 5 mengenai gambaran interaksi antara obat sintetik dan herbal/ terapi alternatif:
Tabel 5. Gambaran Interaksi antara Obat Sintetik dan Herbal/ Terapi Alternatif No
Nama
1
Kunyit asam
Obat sintetik yang berinteraksi Metformin
Jenis Interaksi
Jumlah
%
Minor
2
50 %
2
50 %
Total
Interaksi obat merupakan tantangan Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan, dari 4 macam penggunaan herbal oleh pasien terdapat interaksi yang terjadi yaitu antara metformin dan kunyit sebanyak dua pasien (50%). Kunyit mengandung zat yang disebut dengan curcuminoid yang merupakan komponen utama dari kunyit dan bertanggungjawab
terhadap
efek
biologisnya. Curcumin merupakan bahan yang
dominan
terdapat
di
dalam
curcuminoid dan diketahui memiliki efek sebagai
antidiabetes
karena
bisa
menurunkan glukosa darah (Maheswari et al., 2006). Ketika dikonsumsi bersamaan
utama bagi tenaga medis dan farmasis. Hal yang perlu dilakukan adalah mendeteksi semua interaksi obat yang berpotensial akan terjadi saat terapi pasien. Secara klinis, interaksi obat tersebut bisa terjadi pada pasien yang diberikan terapi lebih dari dua obat secara kombinasi. Interaksi tersebut bahkan bisa meningkatkan angka kejadian untuk rawat inap dan meningkatkan biaya yang
dikeluarkan
perawatan
oleh
kesehatan.
pasien
untuk
Interaksi
obat
potensial bisa diprediksi jika terbentuk tim kerja yang baik antara dokter dan farmasis setelah pengobatan diresepkan.
dengan metformin, maka akan menimbulkan efek sinergisme,
yaitu keduanya akan
menurunkan kadar glukosa darah sehingga memungkinkan
terjadinya
hiploglikemia
pada pasien (Posadzki et al., 2012). Akan tetapi, interaksi ini bersifat minor dan hanya diperlukan
pemantauan
saja
atau
mengedukasi pasien untuk memberi jeda antara mengkonsumsi metformin dan kunyit (Ulbricht et al., 2011).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Prevalensi terjadinya DRP potensial pada pasien DM tipe 2 melalui proses rekonsiliasi obatdi Puskesmas Sewon 1 Bantul adalah sebesar 82,86%. 2. Setelah dilakukan evaluasi, maka jenis DRP potensial pada pasien DM
tipe 2 melalui proses rekonsiliasi
3. Bagi peneliti lain
obatdi Puskesmas Sewon 1 Bantul
Disarankan untuk lebih memperluas
dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
subjek
a. Ketidakpatuhan pasien sebesar
pelayanan kesehatan.
penelitian
dari
sarana
44,82% b. Adverse drug reaction sebesar 20,7%
DAFTAR PUSTAKA Aronson,
c. Interaksi obat potensial sebesar 34,48%
J.K.,
2007,
Communicating
Information about Drug Interactions, BJCP. 637-639. Aybar, M.J., Sanches, R.A.N., Grau, A.,
Saran 1. Bagi responden penelitian
Sanches, S.S., 2001, Hypoglicemic
Disarankan untuk lebih meningkatkan
Effect of The Water Extract of
komunikasi dengan tenaga kesehatan
Smallanthus sonchifolius (Yacon)
seperti
leaves in Normal and Diabetic Rats,
dokter
maupun
apoteker
terkait dengan pengobatan sendiri
J Ethnopharmacol, 125-132.
yang dilakukan di rumah, seperti saat
Barbieri, M., Rizzo, M.R., Manzella, O.,
mengkonsumsi jamu, produk herbal
Paolisso,
ataupun terapi alternatif. Selain itu
Insulin
juga
lebih
Obligatory Finding ? [Abstract].
mematuhi aturan pengobatan agar
Diabetes/ Metabolism Research and
tercapai
Reviews, 19-26.
disarankan
untuk
outcome
terapi
yang
diharapkan.
2001,
Resistence
:
Age-related Is
It
an
Becker, J.C., Domschke, W., Pohle, T.,
2. Bagi institusi Puskesmas Disarankan
G.,
untuk
2004, Current Approaches to Prevent
meningkatkan
NSAID-induced Gastropathy- COX
kolaborasi antar tenaga kesehatan
selectivity
untuk mengurangi kejadian DRP
Journal of Clinical Pharmacology,
potensial
587-600.
dan
mengoptimalkan
and
beyond,
British
penggunaan rekonsiliasi obat untuk
Bjerrum, L., Lopez-Valcarcel, B.G., 2008,
mengetahui pengobatan yang diterima
Risk Factors for Potential Drug
pasien
Interactions in General Practice, The
ataupun
yang
secara mandiri di rumah.
dikonsumsi
European
Journal
of
General
Practice, 23-29.
Body
Compisition
and
Energy
Balance, Gend Med, 1-9.
Cipolle, R.J., Strand, L., & Morley, P., 2012,
Genomic Biotech Institute, Journal of
Pharmaceutical Care Practice: The
Managed Care Medicine, Genomics
Patient-Centered
and Biotech, 13.
Medication
Approach
Management
to Third
Edition, McGraw-Hill, New York.
IDF Diabetes Atlas Sixth Edition,
Cowie, C.C., Rust, K.F., Flegal, K.M.,
2013
Saydah, S.H., Geiss, L.S., Gregg,
IDF (International Diabetes Foundation),
E.W., et al, 2006, Prevalence of
IDF Diabetes Atlas Sixth Edition,
Diabetes
2014
and
Impaired
Fasting
Glucose in Adults in the U.S
Joint Commission on Accreditation of
Population, National Health and
Healthcare
Nutrition Examination Survey, 1263-
Using Medication Reconciliation to
1267.
Prevent Errors, Joint Commission
DeRuiter, J., 2003, Drugs that after Insulin Action:
The
Sulfonylurea
Hypoglicemic
Agents,
Oral
Endocrine
Pharmacotherapy Module, 3-33. Ernst,
IDF (International Diabetes Foundation),
E.,
2000,
Possible
Organizations,
2006,
Journal of Quality Patients Safety, 230-232. Kementerian Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar 2013, 2013.
Interactions
Lachman, J., Fernandez, E.C., Orsak, M.,
between
Synthetic
and
Herbal
2003,
Medicine
Products
Part
1:
sonchifolia
a
Yacon (Poep
[Smallanthus et
Endl.)
H.
systematic review of the indirect
Robinson] chemical composition and
evidence, Perfusion, 13; 4-6.
use – a review, Plant Soil Environ,
Focquier, J., Guedj, M., 2015, Analysis of Drug
Combinations:
Methodological Pharmacology
Current Landscape,
Research
and
Perspective, Vol. 3, 1-11. Geer, E.B., Shen, W., 2009, Gender Differences in Insulin Resistence,
283-290. Maheswari, R.K., Singh, A.K., Gaddipati, J., Srimal,
R.C.,
2006,
Multiple
Biological Activities of Curcumin: a short review, Life Sci, 78: 2081. MHRA, 2013, Drug Safety Update, North West Medicines Information Centre.
Muscular
Dystrophy
Associaion,
Facts
novel-food, Agricultural Sciences,
About Myopathies, 2009.
288.
National Center for Complementary and
Stockley,
I.H.,
Stockley’s
2008,
Drug
Alternative Medicine, The Use of
Interaction Handbook Eight Edition,
Complementary
Great Britain: Pharmaceutical Press,
and
Alternative
Medicine in United States, 2008.
486-516.
Nishio, S., Watanabe, H., Kosuge, K.,
Ulbricht, C., Basch, E., Barrette, E., Boon,
Uchida, S., Hayashi, H., Ohashi, K.,
H., Costa, D., Higdon, E.R., et al,
2005,
2011, Turmeric (Curcuma longa): an
Interaction
Amlodipine
and
between
Simvastatin
in
evidence-based systematic review by
Patients with Hypercholesterolemia
the
and
collaboration, Altern Complement
Hypertension,
Hypertension
Research, 223-226. PCNE
(Pharmaceutical
Care
Network
of Drug related Problems, 2010. Peters, S.A.E., Huxley, R.R., Woodward, M., 2015, Sex Differences in Body Anthropometry and Composition in with
and
without
Jurnal Biomedik, Vol. 5, 157. WHO
(World
Health
2003. Zhang, D., Fu, M., Gao, S., Liu, 2013, Curcumin and Diabetes- a systematic
1-6.
Complementary
Posadzki, P., Watson, L., Ernst, E., 2012, Herb-Drug Interactions: an overview reviews.
British
Journal of Pharmacology, 603-612. Siemianowska, E., Kosewska, A., Aljewicz, M.,
Skibniewska,
K.A.,
Polak-
Juszczak, L., Jarocki, A., Jedras, M., 2013,
Larvae
of
Mealworm
(Tenebrio molitor L.) as European
Organization),
Adherence to Long-term Therapies,
review,
systematic
research
Wangko, S., 2013, Rabdomiolisis [Abstrak],
Diabetes in the UK Biobank, BMJ,
of
standard
Ther, 17: 225-36.
Europe Foundation), Classification
Individuals
natural
Medicine, 1-14.
Evidence-based and
Alternative