i
ii
IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg” Ringkasan Eksekutif Desa Tigawasa adalah sebuah desa tua (Bali Aga) yang terletak di daerah pegunungan, di Kecamatan Banjar kabupaten Buleleng, Propinsi Bali, Desa Tigawasa berjarak 20 km dari kota Singaraja (Profil desa Tigawasa, tahun 2011). Desa Tigawasa merupakan pusat berbagai kerajinan anyaman bambu seperti “Gedeg (Bedeg)” dan kerajinan “Sokasi”. Dari sejumlah kerajinan tersebut, kerajinan “sokasi” dan “Gedeg” merupakan “ciri khas yang unik” dan sekaligus kerajinan andalan Desa Tigawasa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Tigawasa I Kadek Murtika, keunikan yang terdapat pada kerajinan “sokasi”, yaitu hampir semua ibu-ibu rumah tangga bahkan gadis-gadis remaja dan anak-anak berusia dari 10 tahun bisa membuat “sokasi”. Sedangkan keunikan pada kerajinan “sokasi” yaitu pada corak dekoratif khas Bali, dengan ciri ungkap khas Buleleng yang merupakan kepribadian seni kerajinan Tigawasa. Jenis produk kerajinan anyaman bambu “sokasi” yang dihasilkan oleh kelompok maupun masyarakat di Desa Tigawasa antara lain: tempat nasi, tempat sarana upacara berbagai bentuk, hiasan dinding, hiasan lampu, tas cantik, tempat tisu, tempat kue dengan gaya pokok dekoratif dan gaya latar belakang adalah gaya naturalis . Sedangkan produk kerajinan “gedeg” yang dihasilkan seperti :”gedeg” untuk plafon, pagar, hiasan dinding, dan asesori untuk upacara. Kelompok pengerajin”sokasi” dan ”gedeg” menghadapi permasalahan dalam bidang produksi, manajemen, maupun pemasaran. Dalam bidang produksi, belum tersedianya sarana berbagai bambu yang memadai seperti, bambu ”buluh”, bambu ”buluh taluh”, bambu ” bambu ”bali”, dan bambu ”buluh gading”. Permasalahan dalam bidang produksi yang lain adalah keterbatasan peralatan pemilah bambu, golok besar, pemutik, kombinasi warna, variasi lukisan atau dekorasi yang relatif baru. Dalam bidang manajemen, kelompok pengerajin tidak memiliki pembukuan, sehingga produk-produk yang dihasilkan tidak memiliki spesifikasi. Demikian juga, manajemen keuangannya tidak jelas. Penjualan produknya sangat tergantung dari pesanan, baik lokal maupun asing. Pesanan asing biasanya melalui perantara atau pengepul, sehingga harga sangat ditentukan oleh pengepul. Untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada pengerajin ini, maka dilaksanakan kegiatan IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Melalui kegiatan IbM ini, disediakan beberapa alat dan bahan penunjang produksi seperti alat pemilah bambu, golok, pemutik, aneka bambu buluh, aneka asesori, aneka warna, kerang, kain batik, kain safin, aneka kuas, dan variasi desain. Melalui pembinaan dan pelatihan, pengerajin telah mampu meningkatkan produksinya sampai seratus persen, mampu membuat aneka produk dengan aneka desain dan asesori. Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik, peserta pengerajin memiliki pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba. Dalam bidang pemasaran, pengerajin telah memiliki website dengan alamat http://sokasigedeg-tigawasa.besaba.com. Website ini sekaligus digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Melalui pelatihan, para peserta pengerajin, dapat memahami proses pemasaran via internet (ecommerce), seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi bagian member, selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg” yang diinginkan. Kata kunci: kerajinan sokasi, gedeg, ecommerce. iii
Prakata Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan P2M IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Dalam perjalanan selama pelaksanaan program P2M dalam bentuk IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”, atas bantuan berbagai pihak, kegiatan ini banyak mengalami penyempurnaan. Proses pelaksanaan program IbM ini telah dilakukan secara maksimal, namun, kami masih merasakan bahwa kegiatan program IbM ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang argumentatif dan konstruktif dari berbagai fihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pengalaman kami dalam rangka pelaksanaan IbM berikutnya. Selama mengerjakan kegiatan program IbM ini, kami banyak mendapat bantuan dan dorongan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terimakasih, rasa hormat, dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat : 1. Direktur Dit. Litabas Ditjen Dikti, atas bantuan dana yang disediakan untuk pelaksanaan program IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg” ini. 2. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Undiksha atas izin dukungan moral dan finansial selama perjalanan program IbM ini. 3. Kepala Desa Tigawasa yang telah bekerjasama atas pelaksanaan IbM ini 4. Bapak/Ibu peserta kegiatan program IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg” yang telah tekun dan anotosias dalam persiapan, pelaksanaan, dan monitoring kegiatan IbM ini. 5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan memberikan dorongan moral dan financial dalam penelitian ini. Semoga semua perhatian, dorongan, bimbingan, amal, sapaan, dan pengorbanan semua fihak yang telah diberikan kepada kami dalam kegiatan IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg” ini, memperoleh karunia dari Ida Hyang Widhi Wasa. Semoga IbM ini bermanfaat.
Singaraja,15 Desember 2013 Tim Pelaksana
iv
Daftar Isi Halaman HALAMAN PENGESAHAN …………………………..…………………………...........................
ii
RINGKASAN ...........................................................................................................
iii
PRAKATA ................. …………………………..………………………………….........................
iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………
v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................
viii
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
PENDAHULUAN ............................................ ……………….….... .......... .
1
1.1 Analisis Situasi. ………………..............…................... .....................
1
1.2 Permasalahan Mitra .....……………….….. ……………….…... ............
3
TARGET DAN LUARAN ……….…..……………….….....................................
5
2.1 Target IbM “Sokasi” dan ”Gedeg”..................................................
5
2.2 Luaran IbM “sokasi” dan ”Gedeg”................................
5
METODE PELAKSANAAN …................................. ……………………………..
7
3.1 Metode Pelaksanaan Pogram IbM...…........…………….….…... ........
7
3.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbM …......…………….….. ........
8
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ……………………………………………..….…
10
4.1 Perguruan Tinggi Pelaksana IbM ………………………………………………..
10
4.2 Orgnisasi Tim Pelaksana Program IbM …………………………………….…
12
HASIL DAN PEMBAHASAN ……...….. …...…………….….. ...........................
15
5.1 Hasil Kegiatan P2M ...............................……..…….…........................
15
5.1.1 Kelompok Pengerajin “Sokasi” dan “Gedeg” .....................
15
5.1.2 Penjajagan Lokasi dan Penggalian Masalah Kerajinan........
15
5.1.3 Pengadaan Bahan dan alat kerajinan ..................................
16
5.1.4 Pembekalan pembuatan kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”..
17
5.1.5 Pelatihan pembuatan kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”……
18
5.1.6 Hasil Penganekaragaman Desain Produk ............................
20
5.1.7 Managemen Usaha ……........................................................
21
5.1.8 Pemasaran via internet ........................................................
22
5.2 Pembahasan…………………………………………………………………………….. v
24
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN ........................ ……..….…..........................
26
6.1 Kesimpulan ………..…….….. ............................................................
26
6.2 Saran-saran................................................................ ………………..
27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
27
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................................
28
vi
Daftar Gambar Gambar No 5.1
Aneka bambu buluh …………... ..............................................
16
5.2
Alat-alat untuk pembuatan sokasi dan gedeg ………………………..
16
5.3
Asesori untuk sokasi dan gedeg ……………..................……………….
17
5.4
Pembekalan dan pembinaan kerajinan sokasi dan gedeg ............
17
5.5
Pelatihan pembuatan sokasi bagi siswa dan pengerajin ...............
18
5.6
Pelatihan pembuatan Gedeg bagi siswa dan pengerajin ...............
19
5.7
Aneka produk sokasi ….. .............................................................
20
5.8
Aneka produk Gedeg ....................................................................
21
5.9
Rancangan website sokasi dan gedeg ............................................
24
Keterangan Gambar
vii
Halaman
Daftar Lampiran-lampiran NOMOR LAMPIRAN
NAMA LAMPIRAN
Halaman
01
Proses Pembuatan sokasi ...................................................
28
02
Proses Pembuatan Gedeg ..................................................
30
03
Pelatihan dan Pemantauan Pembuatan sokasi ...................
31
04
Pelatihan dan Pemantauan Pembuatan Gedeg...................
32
05
Produk Sokasi ..................................... .............................
34
06
Produk Gedeg ..................................... ..............................
35
07
36
09
Pelatihan dan MONEV Pembuatan Sokasi dan Gedeg oleh Tim P2M Undiksha ........................................ ......... Website kerajinan ”sokasi” dan ”gedeg” Tigawasa, dengan alamat http://sokasigedeg-tigawasa.besaba.com Pelatihan Managemen usaha dan Pemasaran via Internet
10
Kuesioner Peserta IbM Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”
42
08
viii
37 40
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Desa Tigawasa adalah sebuah desa tua (Bali Aga) di Kecamatan Banjar kabupaten Buleleng, Propinsi Bali, yang terletak di daerah pegunungan. Desa Tigawasa berjarak 20 km dari kota Singaraja (ibu kota) kabupaten Buleleng. Desa Tigawasa ini berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut, berbatasan sebelah utara dengan Desa Temukus dan Kaliasem, sebelah
selatan
dengan
Desa
Pedawa,
sebelah
barat
dengan
Desa
Cempaga
dan sebelah timur dengan Desa Kayu Putih Melaka (Profil desa Tigawasa, tahun 2011). Dari pengamatan sepintas Desa Tigawasa, seperti desa-desa yang lain sekitarnya merupakan daerah dataran tinggi yang dihiasi dengan tumbuhan-tumbuhan seperti cengkeh, kopi, bambu, paneli dan sebagai pusat perkebunan. Dikatakan demikian karena yang teramati sebagian besar pohon-pohon tanaman keras seperti cengkeh, kopi, mangga dan lain-lain. Namun, di samping perkebunan, ternyata Desa Tigawasa merupakan pusat berbagai kerajinan seperti kerajinan anyaman bambu seperti “Gedeg (Bedeg)” dan kerajinan “Sokasi”. Dari sejumlah kerajinan tersebut, kerajinan “sokasi” dan “Gedeg” merupakan “ciri khas yang unik” dan sekaligus kerajinan andalan Desa Tigawasa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Tigawasa I Kadek Murtika, keunikan yang terdapat pada kerajinan “sokasi”, yaitu hampir 99% ibu-ibu rumah tangga bahkan gadis-gadis remaja dan anak-anak berusia dari 10 tahun bisa membuat “sokasi”. Sedangkan keunikan pada kerajinan “sokasi” yaitu pada corak dekoratif khas Bali, dengan ciri ungkap khas Buleleng yang merupakan kepribadian seni kerajinan Tigawasa. Ada yang unik dari segi produksi “gedeg” di tigawasa ini, pembuatan perangkat anyaman “gedeg” seperti mengupas bambu, menghaluskan instrumen (“sisitan” ) bambu, ini biasanya dilakukan oleh orang laki dewasa, namun pekerjaan yang relatif berat dan sulit ini ternyata dengan mudah dilakukan oleh putri-putri muda generasi Tigawasa. Informasi yang diperoleh dari Kepala Desa Tigawasa bahwa jumlah penduduknya 5.161 Jiwa (laki-laki : 2.571, dan perempuan : 2.570 jiwa) hampir 100% masyarakatnya sebagai pengerajin “Sokasi”. Kebanyakan dari mereka mengerjakan secara sendiri-sendiri di rumah masing-masing sesuai dengan order yang diterima dari pengepul. Bahkan mayarakat yang pengerajin, ada sama sekali bukan untuk dijual, hanya sebatas bisa untuk kepentingan sendiri. Untuk kepentingan upacara agama hindu, adat (tradisi), sebagai cindramata, dan sebagai koleksi seni. Barang yang dihasilkan diserahkan kepada pengepul dengan harga yang
1
bervariasi sesuai dengan ukuran dan kualitas produk yang dihasilkan. Bagi yang menekuni untuk memperoleh biaya tambahan, tidak berkelanjutan karena pengempul hanya sewaktuwaktu saja datangnya. Di lain fihak kombinasi kerajinan “gedeg” dan “sokasi” Tigawasa mampu menghasilkan kerajinan seperti tempat lampu, nilam, dan lainnya. Cikal bakal kerajinan anyaman bambu ini dimulai sejak zaman Jepang menjajah di Bali, tetapi berkembang menggunakan cat sejak tahun 1985, kemudian sejak tahun 2000 baru mengenal motif yang inovatif. Di desa Tigawasa Kecamatan Banjar kabupaten Buleleng telah berdiri Kelompok Pengerajin “Sokasi” dengan nama kelompok “Sandat”, “Tunjung”, “Kecapa Bamboo Craf”, dan “Cempaka“. Di samping itu, Kelompok Pengerajin “Gedeg” dengan nama kelompok masing-masing dengan nama “Mawar”, “Cendana”, “Anggrek”,dan dan “Taru”. Tiap kelompok jumlah anggotanya berkisar 5 hingga 10 orang. Kelompok pengerajin “Sokasi” dan “Bedeg” membentuk kelompok gabungan pengerajin industri kecil dengan nama Kelompok Pengerajin “Kejapa Bambu” dengan ketua Gede Widarma yang sudah biasa mengikuti seminar-seminar kerajinan di Jakarta. Kelompok pengerajin ini dipimpin oleh seorang pengepul dan pengekspor produk kerajinan ‘Sokasi“ beberapa tahun lalu. Pendirian kelompok ini dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara para pengerajin terutama dalam hal penetapan harga produk. Dengan adanya kelompok ini, harga dapat ditetapkan oleh kelompok dan proses pengadaan bahan maupun proses penjualan produk dapat dilakukan secara kelompok. Jenis produk kerajinan anyaman bambu “sokasi” yang dihasilkan oleh kelompok maupun masyarakat di Desa Tigawasa antara lain: tempat nasi, tempat sarana upacara berbagai bentuk, hiasan dinding, hiasan lampu, tas cantik, tempat tisu, tempat kue dengan gaya pokok dekoratif dan gaya latar belakang adalah gaya naturalis . Sedangkan produk kerajinan “gedeg” yang dihasilkan seperti :”gedeg” untuk plafon, pagar, hiasan dinding, dan asesori untuk upacara. Produk kerajinan anyaman bambu “Sokasi” dan “gedeg” banyak diminati para seniman karena keunikan anyaman bambu Tigawasa ini. Keunikannya yang terletak pada unsur kepribadian Buleleng gaya dekoratif dan naturalistiknya. Kerajinan anyaman bambu “sokasi” dan “gedeg” tidak saja diminati oleh para seniman, tetapi juga diminati oleh para kolektor seni baik dari dalam Negeri maupun dari manca negara. Banyak para pengerajin anyaman bambu menerima pesanan khusus untuk cindra mata. Bahkan anyaman bambu “sokasi” dan “gedeg” yang sangat unik pembuatannya membutuhkan waktu sampai beberapa minggu dengan nilai jual sampai mencapai Rp 350.000 (tigaratus lima puluh ribu rupiah). Untuk kerajinan “sokasi“ memiliki keunikan motif khas Tigawasa yaitu motif nagasari, dan 2
motif cokelat dengan tekstur naturalistik. Produk ini banyak digunakan sebagai dekorasi upacara agama Hindu, hiasan dinding, hiasan pintu masuk rumah, hiasan gapura, untuk alatalat upacara, untuk hiasan meja tamu, untuk hiasan tempat-tempat sidang, pertemuan, seminar, untuk cindra mata, dan sebagainya. Produk “sokasi“ ini telah dipamerkan di hotelhotel, Galeri-galeri, museum-museum baik di dalam maupun di luar negeri.
1.2Permasalahan Mitra Berdasarkan analisis situasi yang telah diungkapkan di atas, dan hasil diskusi dengan para pengerajin sebagai mitra kegiatan, maka permasalahan mitra yang perlu memperoleh perhatian dan penanganan adalah sebagai berikut. Dalam bidang produksi, permasalahan mitra paling mendesak, antara lain: 1) Pisau khusus pemecah dan Pembuatan “Sisitan” (penghalus anyaman bambu) Selama ini para pengerajin “gedeg” dalam membuat instrument “gedeg” memecah bambu menggunakan pisau seadanya, dengan demikian dalam proses pembuatan instumen gedeg seperti memecah bambu membuat sisitan ekstra hati-hati, tak efektif, dan tak optimal. Di samping itu dengan alat yang seadanya, untuk pemesanan yang banyak, pembuatan dalam relative lama instrument. Padahal jika menggunakan alat khusus (“golok”, “blakas” yang khusus dirancang untuk pengerajin bambu), maka pembuatan instrument “gedeg” dan “sokasi” ini relatif lebih praktis dan cepat. Lebih-lebih pembuatan “gedeg” ini sudah menjadi idiola kaum muda apalagi gadis-gadis muda. Andaikata ada alat pisau khusus yang relatif mahal ini siap pakai, maka waktu bisa difokuskan pada pengerjaan bervariasi desain seni atau pola lukisannya. 2) Mesin Pengasah Pisau “Blakas”, “Golok”, dan pisau insrutmen “gedeg”, dan “sokasi” lainnya. Dalam proses pembuatan “gedeg” dan “sokasi”, peralatan “blakas”, “golok”, dan pisau khusus lainnya, memegang peran sentral dalam proses pemecah bambu, dan penghalus bambu sisitan. Mengingat sangat banyak bambu-bambu yang harus dipecah, dihaluskan dalam pembuatan instumen sokasi dan gedeg ini, maka diperlukan pisau khusus yang digunakan harus setiap saat diasah, kalau tak diasah maka pisau-pisau itu cepat tumpul dan sulit untuk digunakan. Lebih-lebih pisau-pisau yang digunakan bukan pisau khusus sperti “blakas” dan “golok”, maka proses mengasahnya dilakukan setiap saat. Proses pengasahan pisau-pisau “blakas” dan “golok” untuk “gedeg” dan “sokasi” memerlukan waktu yang relatif lama untuk menghasilkan pisau yang runcing dan bagus digunakan.
3
3) Pewarna yang khas dan mengkilap yang dimiliki oleh pengerajin masih sangat terbatas. Hal ini sangat menghambat proses produksi. Di samping itu, variasi masih terbatas. 4) Bahan-bahan sokasi dan gedeg, seperti bambu dengan berbagai jenis terutama bambu buluh sangat terbatas di desa tigawasa. 5) Variasi desain masih sangat minim, sehingga lingkup pasar masih terbatas. Hal ini menyebabkan order masih sangat terbatas, sehingga perlu didatangkan dari desa lain. 6) Dalam pembuatan anyam bambu kombinasi seperti tas variasi, ada kesulitan membuat lapis bagian dalamnya, kombinasi untuk tas laptop, dan tas cindramata. 7) Dalam bidang manajemen, permasalahan mitra adalah sebagai berikut: a) Pengerajin/mitra tidak memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra tidak memiliki pembukuan, sehingga mereka tidak mengetahui apakah usahanya dalam keadaan untung atau rugi. Pengerajin lebih-lebih pengerajin “gedeg” lebih banyak unsur sosialnya. Menurut penuturan pengerajin “sokasi” dan “gedeg”, dia dapat mengerjakan sebuah “sokasi” yang paling kecil dan sederhana dalam waktu satu hari dengan harga berkisar Rp 40.000 – 80,000. Sungguh memprihatinkan seorang yang memiliki ketrampilan pengerajin hanya dijual sekecil itu belum dikurangi harga bahan, jadi dapat dihitung belum ada keuntungan yang berarti. Kalau dibandingkan dengan seorang tenaga kasar haria yang bekerja pada bangunan mendapat ongkos Rp 50.00080.000, sungguh ironis sekali. Untuk pengerajin “gedeg”, seorang pengerajin dapat membuat satu buah yang sederhana (3mx4m), dalam sehari. Kisaran harganya sekitar Rp 100.000 - Rp 150.000. Namun, kadang kala saja, ada pemesanan “gedeg” yang relatif besar sampai mencapai Rp 500.000. Dalam keadaan normal, pengerajin ”sokasi”rata-rata penghasilannya 1,7 juta hingga 2,5 juta rupiah setiap bulan. Untuk pengerajin ”gedeg” rata-rata penghasilannya 600 ribu hingga 1,5 juta rupiah. Para pengerajin ini tidak pernah melakukan promosi tentang hasil karya mereka. Hal ini dipandang perlu mendapat perhatian untuk kelangsungan usaha mereka. b) Pengerajin/mitra tidak pernah melakukan promosi terhadap produk yang mereka hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik. Mereka juga tidak pernah mengikuti atau diikutsertakan dalam pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Padahal mereka untuk kerajinan “sokasi” khususnya pernah diajak oleh fihak Undiksha, pameran di beberapa tempat, namun belum dimanfaatkan secara optimal, karena mereka belum biasa mandiri. Di samping itu Mitra juga belum memiliki website/ecommerce sebagai media promosi/took online.
4
BAB II TARGET DAN LUARAN
2.1 Target Target dari program IbM kerajinan anyaman “gedeg” dan “sokasi” di Desa Tigawasa dalam dua bidang, yaitu: (1) target bidang produksi, dan (2) target bidang manajemen. Kedua bidang target itu difokuskan pada permasalahan serta solusi yang ditawarkan. (1) Dalam bidang produksi, target yang diharapkan terwujud antara lain: a) Pemamfaatan alat perangkat alat pemecah dan penghalus secara optimal sehingga pengerajian dapat bekerja secara optimal. Di samping itu dapat meringankan tenaga dan memberikan kenyaman dalam bekerja yang selama ini bekerja dengan alat seadanya. b) Pemamfaatan pisau khusus “gedeg” dan “sokasi” seperti “Blakas”, “Golok”, “Pemutik” secara optimal sehingga pengerajian dapat bekerja secara optimal c) Minimal setiap pengerajin/mitra baik anyaman bambu “gedeg” maupun “sokasi” mampu mengembangkan variasi desain masing 3 jenis selama program IbM, sehingga target pasar menjadi lebih luas. d) Target produksi pengerajin/mitra meningkat 100%. (2) Dalam bidang manajemen, target program IbM adalah sebagai berikut: a) Setiap pengerajin/mitra IbM memiliki kegiatan manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra memiliki pembukuan, sehingga mereka dapat mengetahui apakah usahanya dalam keadaan untung atau rugi. b) Pada akhir program IbM ini mitra memiliki website/ecommerce sebagai media promosi/took online kerajinan “sokasi” dan “gedeg”. c) Pengerajin/mitra mampu melakukan promosi terhadap produk yang mereka hasilkan, dengan baik.
2.2 Luaran dari IbM kerajinan Sokasi dan Gedeg” Berdasarkan target yang disasar di atas, maka Luaran yang diharapkan dalam kerajinan anyaman “gedeg” dan “sokasi” di Desa Tigawasa dalam dua bidang, yaitu: (1) luaran bidang produksi, dan (2) luaran bidang manajemen. (1) Dalam bidang produksi, luaran yang diharapkan terwujud antara lain: (a) Untuk kerajinan “sokasi”, para pengerajin terampil menggunakan alat-alat yang telah disediakan, dan memiliki keterampilan dalam mendesain dan membuat 5
sokasi dengan aneka variasi dan asesori. Luaran Produk “sokasi” yang diharapkan adalah : sokasi biasa, sokasi jumbo, sokasi tempat banten, sokasi tempat kue, sokasi dengan asesori kerang, sokasi dengan asesori kain batik, sokasi untuk menyimpan pernak pernik, sokasi untuk tempat tisu, dan sokasi untuk cinderamata. (b) Untuk kerajinan “Gedeg”, para pengerajin terampil menggunakan alat-alat yang telah disediakan, dan memiliki keterampilan dalam mendesain dan membuat “Gedeg” dengan aneka variasi dan asesori. Luaran Produk “Gedeg” yang diharapkan adalah : Gedeg untuk flapon rumah, Gedeg untuk hiasan dinding, Gedeg untuk gapura, dan gedeg untuk kursi, meja, dan almari. (2) Dalam bidang manajemen, luaran program IbM adalah sebagai berikut: (a) Setiap pengerajin/mitra IbM memiliki sistem manajemen usaha mitra berbasis komputer. (b) Mitra pengerajin memiliki website “sokasi” dan “Gedeg” untuk sosialisasi dan pemasaran global aneka kerajinan “sokasi” dan “Gedeg” (menampilkan : profil kerajinan sokasi dan gedeg tigawasa, proses pembuatan, jenis produk, proses pemasaran/e-commerce sebagai media promosi/took online. (c) Pengerajin/mitra mampu melakukan promosi terhadap produk yang mereka hasilkan
6
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan Program IbM a. Model partisipatory rural apprasial. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang dialami mitra atau kelompok masyarakat. Dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus, mitra harus diikutsertakan. Penggunaan model pendekatan ini diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (enpowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan
sebagai
upaya
peningkatan/pertumbuhan
diri
dan
ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya mitra atau kelompok masyarakat. b. Model enthrepreneurship capasity building (ECB). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari mitra. Dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. c. Model Technology Transfer (TT). Model TT dilakukan agar mitra atau kelompok masyarakat menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan program yang sedang/akan dilaksanakan seperti ecommerce. d. Model Teknologi Tepat Guna (TTG). Model TTG digunakan jika teknologi yang diterapkan dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan mereka. Ketua program mempunyai kewajiban untuk menyederhanakan pelaksanaan kegiatan melalui penerapan TTG, membuat alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan mereka. Seperti penggunaan seperangkat meja lukis kaca. e. Model Information Technology (IT). Model ini digunakan untuk menyebarluaskan informasi dan sosialisasi program dengan hasil penerapan TTG yang cukup layak dikemas dalam bentuk kemasan informasi media cetak/elektronik. Dengan demikian, model IT dalam program IbM ini digunakan untuk menyebarluaskan hasil modifikasi TTG yang aplikasinya benar-benar telah teruji secara layak. Pemasaran dengan ecommerce. 7
3.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbM a. Persiapan 1. Sosialisasi program IbM kepada mitra. 2. Penyusunan indikator dan instrumen program IbM. 3. Penetapan tim pelaksana program IbM sesuai dengan kepakarannya. 4. Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis. 5. Mengadakan kordinasi dengan fihak terkait. 6. Mengadakan kordinasi dengan instansi terkait
b. Pelaksanaan 1. Perancangan dan modifikasi seperangkat alat pemecah bambu dan alat pembuatan “sisitan” “gedeg” dan “sokasi”yang agar dapat bekerja dengan optimal. Sehingga tenaga pengerajin menjadi lebih nyaman, sehat dalam merancang bahan-bahan “sokasi” dan “gedeg”. 2. Pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, untuk pengerajin “sokasi” dan “gedeg” antara lain: mesin pengasah alat pemilah bambu, mesin pemecah dan penghalus anyaman gedeg, cat pewarna dengan berbagai warna, kuas dengan berbagai ukuran, asesori hiasan “sokasi” dan “gedeg” yang oleh mitra sangat mendesak. 3. Pelatihan variasi atau penganekaragaman desain produk kerajinan sesuai perkembangan pasar, termasuk kombinasi antara “sokasi” dengan “gedeg” dengan berbagai corak dan variasi kontenporer sehingga target pasar menjadi lebih luas. 4. Pelatihan majemen usaha berbasis komputer terhadap mitra untuk meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya. 5. Perancangan dan pembuatan website atau ecommerce sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global. c. Pemantauan 1. Pemantauan pelaksanaan perancangan dan modifikasi perangkat instrument pemcah bamboo dan pembuatan “”sisitan” (“Blakas”, “Golok”, “Pemutik”,dll) agar dapat bekerja dengan optimal. 2. Pemantauan pelaksanaan pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, antara lain: alat pemecah dan penghalus anyaman bamboo “gedeg” dan “sokasi”, mesin
8
pengasah pisau khusus “gedeg” dan “sokasi”, cat pewarna dengan berbagai warna, kuas dengan berbagai ukuran, yang oleh mitra sangat mendesak. 3. Pemantauan pelaksanaan pelatihan variasi/penganekaragaman desain produk kerajinan, dan kombinasi kerajinan sesuai perkembangan pasar. 4. Pemantauan pelaksanaan pelatihan majemen usaha berbasis komputer terhadap mitra untuk meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya. 5. Pemantauan pelaksanaan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global. d. Evaluasi 1. Evaluasi pelaksanaan perancangan dan modifikasi perangkat alat pemecah dan penghalus bambu agar dapat bekerja dengan optimal 2. Evaluasi pelaksanaan pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, antara lain: alat pemotong bambu, alat penghalus “sisitan”, mesin pengasah pisau khusus “gedeg”, cat pewarna dengan berbagai warna, kuas dengan berbagai ukuran, yang oleh mitra sangat mendesak. 3. Evaluasi pelaksanaan pelatihan variasi/penganekaragaman desain produk kerajinan dan kombinasinya sesuai perkembangan pasar. 4. Evaluasi pelaksanaan pelatihan majemen usaha berbasis komputer untuk meningkatkan profesionalisme pengerajin. 5. Evaluasi pelaksanaan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global. 6. Pembuatan Laporan Akhir Program IbM.
9
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Perguruan Tinggi Pelaksana IBM Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai hibah kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-satunya di Bali utara ini, di samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities), pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut diharapkan motivasi Undiksha untuk dapat turut mensinergikan pemberdayaan sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di Undiksha dengan pemberdayaan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan. Berkaitan dengan usulan program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi untuk turut membantu dan mendampingi
Pemerintah
Kabupaten
Buleleng
dalam
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki. Dorongan lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan technoentrepreneurship dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna mendukung pengembangan kawasan desa mandiri di Bali. Pelibatan dosen dan mahasiswa/alumni dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan dapat memberikan timbal balik yang berarti pada Undiksha sendiri dalam mengembangkan program-programnya yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dan yang mampu meningkatkan daya saing lokal ke tingkat global. Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembentukan pusat-
10
pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2) pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis. Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan potensi masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu: (1) pusat kajian lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan pedesaan dan pusat kajian pemberdayaan wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen yang memiliki kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan bidangnya masingmasing. Civitas akademik Undiksha yang dilibatkan baik sebagai anggota pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya memiliki justifikasi akademik S2, S3 dan guru besar yang dapat mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Sukasada. Undiksha mulai tahun ajaran 2009/2010 telah mencanangkan program kuliah kerja nyata PPM (pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat). Tentu program KKN Undiksha ini akan memberikan dukungan signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan program aksi IBW untuk mencapai target-target keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan. Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di masyarakat diantaranya adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab Buleleng berbasis GIS (Geographical Information Systems), (2) Program desa dan sekolah binaan di kecamatan sawan, (3) program kuliah kerja nyata berbasis tematik, (4) program diklat ipteks pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW Gerokgak, IbW Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5) bantuan dan bhakti sosial di daerah bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu dan Buleleng. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja memiliki ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadai, terutama tenaga edukatif, baik dilihat dari jumlah, jenis keahlian, kepangkatan dan atau jabatan akademik, maupun kualifikasinya. Secara keseluruhan tenagan edukatif bidang kependidikan dibandingkan dengan non-kependidikan menunjukkan imbangan 60,34% terhadap 39,66%. Antara yang berada pada jenjang jabatan akademik Lektor ke atas dengan yang tergolong di bawah Lektor menunjukkan imbangan 70,60% 11
terhadap 20,40%. Guru Besar yang ada di Undiksha sebanyak 19 orang dari berbagai disiplin ilmu (5,38%). Jenjang pendidikan akademik dari seluruh staf dosen Undiksha adalah sebagai berikut. Sarana penunjang pendidikan dan pelatihan banyak diperoleh dari berbagai proyek, seperti Proyek PGSM, DUE-Like, A2, INHERENT, SP4, dan I-MHERE. Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian Masyarakat yang ada di Undiksha telah banyak memberikan fasilitas kepada staf dosen yang ada di Undiksha Singaraja untuk melaksanakan kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat dari berbagai sumber dana DP2M Dikti, DIPA, A2, DUE-Like, Ristek, INHERENT, dan I-MHERE.
4.2 Organisasi Tim Pelaksana Program IbM Penanggungjawab: Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.) Pengarah : Dekan FMIPA Undiksha (Prof. Dr. IB Putu Arnyana, M.Si)
Koordinator Pelaksana : Drs. Rai Sujanem, M.Si. a. Pelaksana Bidang Produksi (1) Drs. Agus Sudarmawan, M.Si. (2) Drs. Rai Sujanem, M.Si. b. Pelaksana Bidang Manajemen (1) Drs. Rai Sujanem, M.Si. (2) I Gede Juniarta, M.Si. (3) Nyoman Yoga
(Ketua/Seni Rupa/ Kriya) (Fisika)
(Ketua/Ilmu Fisika) (Ekonomi Manajemen) (Informatika)
Berdasarkan struktur organisasi pelaksana di atas, tugas pokok dan fungsi organisasi adalah sebagai berikut. 1. Koordinator Pelaksana Program IbM a. Memiliki pengalaman dalam kegiatan P2M, baik yang didanai dari DIPA, Diknas maupun dari DP2M DIKTI, seperti: IbM, Life Skill, Ipteks, maupun Vucer. b. Memimpin dan menjalankan Program IbM c. Melaksanakan fungsi sebagai pengelola yang meliputi: perencanaan, pengambilan keputusan, pengarahan, koordinasi, pengawasan monitoring dan evaluasi, dan penyempurnaan bagi tercapainya pelaksanaan program IbM. d. Melaksanakan hubungan keluar dengan Dinas Instansi terkait. e. Bertanggung jawab kepada Ketua LPM Undiksha Singaraja.
12
2. Ketua-Ketua Pelaksana Program a. Ketua Pelaksana Bidang Produksi 1) Drs. Agus Sudarmawan, M.Si memiliki pengalaman dalam bidang kerajinan membimbing, dan memberi pelatihan tentang kerajinan anyaman “sokasi” dan “Gedeg”. 2) Dosen tersebut juga memiliki keterampilan dalam hal perencanaan, perancangan terkait dengan perangkat kerja melukis, seperti desain lukisan, dan membuat asesori cindramata. Kualifikasi dosen tersebut sangat dihandalkan dalam hal produksi kerajinan. 3) Memiliki pengalaman dalam beberapa jenis kegiatan P2M dana DIPA dan DP2M Dikti. 4) Tugasnya antara lain: merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan program. 5) Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pelaksana program. 6) Bertanggung jawab atas terlaksanannya program bidang produksi dengan sebaikbaiknya kepada Koordinator Pelaksana program IbM. b. Ketua Pelaksana Bidang Manajemen 1) Drs. Rai Sujanem, M.Si, memiliki pengalaman dalam beberapa kegiatan P2M, baik dari dana DP2M DIKTI, Diknas, maupun DIPA, seperti: Ipteks, Vucer, Life Skill, dan pembimbing KAM, PKMK, PKMM, dan PKMT, PKMP. 2) Dalam kegiatan IbM ini bertindak sebagai ketua pelaksana bidang manajemen produksi maupun manajemen pemasaran. 3) Tugasnya, antara lain: merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan program bidang manajemen usaha dan pemasaran produk. 4) Bertanggung jawab atas terlaksananya program bidang manajemen dengan sebaikbaiknya kepada Koordinator Pelaksana. c. Dosen Pelaksana 1) I Gede Juniarta, memiliki pengalaman beberapa kegiatan P2M yang berhubungan dengan manajemen. Memiliki keahlian dalam bidang desain grafis, bidang manajemen, marketing, ecommerce. Dosen ini dari Jurusan Ekonomi . 2) Dosen pelaksana membantu pelaksanaan program sesuai bidang keahliannya. 3) Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana. 13
d. Mahasiswa/Prktisi 1) Mengumpulkan dan merekapitulasi semua data hasil kegiatan program IbM. 2) Ikut aktif membantu melaksanakan kegiatan program IbM. 3) Dapat menyusun kegiatan program melalui PKM seperti PKMK, PKMT, dan PKMM pada tahun berikutnya. 4) Bertanggung jawab kepada Dosen Pelaksana Program.
14
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Kegiatan P2M 5.1.1 Kelompok Pengerajin “Sokasi” dan “Gedeg” Dalam bab ini akan diuraikan menjadi beberapa tahap, yaitu : (1) peran peserta dari pengerajin “sokasi” dan “Gedeg” desa Tigawasa kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng, (2) respon kegiatan P2M, (3) harapan ke depan kegiatan P2M untuk meningkatkan ekonomi pengerajin desa Tigawasa. Kegiatan P2M IbM kerajinan “sokasi”
ini diikuti oleh 4
kelompok, dan “Gedeg” juga diukuti 4 kelompok. Nama-nama ketua kelompok pengerajin seperti pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Pengerajian ”Sokasi” dan “Gedeg”
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Ketua Kelompok Pengerajin
Jenis Kerajinan
Ni Luh Libra Yanti Putu Indrayana I Gede Widarma Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti Ni Luh Ayu Marheni Putu Pastiasa Putu Sudiartini Putu Panca
“Sokasi”
“Gedeg”
Kegiatan P2M IbM ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: (1) Kegiatan diawali dengan penjajagan lokasi pengerajin yang dilakukan pada saat pembuatan proposal, (2) persiapan awal penyiapan kelompok pengerajin, (2) identifikasi peralatan yang akan digunakan, (3) mendesain kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”, (4) pengadaan bahan dan alat kerajinan.
5.1.2 Penjajagan Lokasi dan penggalian masalah kerajinan Lokasi pengerajin “Sokasi” dan “Gedeg”, berada disekitar kantor kepala desa Tigawasa dan di sekitar Sekolah Dasar No 1 Tigawasa. Ada dua kelompok pengerajin “Sokasi” dan “Gedeg”, berada sekitar 500 meter dari Kepala Desa Tigawasa.
15
5.1.3 Pengadaan Bahan dan alat Kerajinan Seperti diungkapkan pada analsis situasi bahwa masalah utama dalam bidang produksi ”Sokasi” dan ”Gedeg” adalah berkaitan dengan fasilitas penunjang pembuatan ”sokasi” dan ”Gedeg”. Adapun pengadaan bahan dan alat kerajinan, sepetti berikut. 1) Untuk kerajinan ”Sokasi” dan ”Gedeg”, pengadaan mencakup: a) Aneka Bambu “Buluh” seperti foto berikut:
Gambar 5.1. Aneka bambu buluh b) Peralatan blakas, pisau pemutik, golok,gergaji, seperti foto berikut:
Gambar 5.2. Alat-alat untuk pembuatan sokasi dan gedeg
Bambu buluh dan peralatan penunjang sangat terbatas dimiliki oleh pengerajin, lebihlebih para pengerajin yang baru menekuni kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Alat dan bahan ini sangat member semangat pengerajin dalam berkarya dan mengikuti pelatihan.
16
c) Kelengkapan asesori
Aneka cat asesor
Aneka kuas
Kain satin
Asesori Kerang
Asesori dari batok kelapa
Kain Batik
Gambar 5.3 Asesori untuk sokasi dan gedeg
5.1.4 Pembekalan Pembuatan Kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” Kegiatan pelatihan diawali dengan pembekalan kepada para pengerajin. Para kegiatan awal ini turut hadir Kepala Desa Tigawasa yang ikut memberi sambutan dan memoti vasi, pemberian model-model desain inovatif dan kontenporer. Pembekalan dilakukan secara kekeluargaan, penuh humor. Instruktur memberikan gambaran secara umum, termasuk prosedur pemasaran lewat internet.
Gambar 5.4 Pembekalan dan pembinaan Kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg”
17
5.1.5 Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” Setelah diberikan pembekalan secara umum oleh instrukyur, para peserta pengerajin selanjutnya membuat berbagai desain kerajinan yang didampingi oleh instruktur. Proses pelatihan dilakukan di SD No 1 Tigawasa. Para pengerajin juga dipilah menjadi pengerajin “Sokasi” dan “ Gedeg” (1) Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Sokasi” Proses pembuatan sokasi diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti mencari bambu, cat, tiner, kuas, amplas, dan alat pemotong. Selanjutnya, bambu dipotong per buku dan dbersihkan dari merang yang berwarna hitam yang menempel pada bambu. Kemudian bersihkan (keruk) dan hilangkan kulit bambu dengan istilah dikerik. Setelah itu, bambu yang sudah dikerik diamplas agar lebih halus dan mempermudah proses pengecatan. Bambu yang sudah diamplas di cat sesuai selera dan dijemur diterik matahari/dikeringkan. Setelah bambu-bambu tersebut kering kemudian dipotong menjadi kecil-kecil yang diistilahkan dengan nyitsit. Potongan kecil-kecil itu dipisahkan antara kulit bambu dengan isinya yang diistilahkan dengan istilah malpal. Selanjutnya, setelah menjadi tipis, bambu tersebut bisa dianyam sedemian rupa. Proses menganyamnya yang pertama adalah membuat dasar anyaman, kemudian di buatkan sudut sudut (muncuin) dan diberi hiasan bagian ujungnya yang disebut dengan istilah ngalisin dan mibihin. Setelah itu sisa bambu yang masih terlihat dipotong. Demikian proses pembuatan sokasi secara sederhana. (Proses pembuatan sokasi dan pelatihan ada pada lampiran 1 dan lampiran 3 ).
Da
Gambar 5.5 Pelatihaanpembuatan “Sokasi” bagi siswa dan pengerajin 18
Dalam proses pelatihan “sokasi” ini khususnya bagi siswa pengerajin, pada tahap awal siswa mampu menghasilkan satu buah “sokasi” sederhana di bawah bimbingan atau panduan instruktur. Pada tahap pemantapan dan pelatihan selanjutnya, para siswa pengerajin mampu menghasilkan dua sampai tiga sokasi sederhana setiap pelatihan.
(2) Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Gedeg”: Proses pembuatan “Gedeg” diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti mencari bambu, cat, tiner, kemudian bambu dipotong-potong menjadi bagian potongan Kecil (Ngesit). Selanjutnya, kulit Bambu dipisahkan (Malpal). Selanjutnya, setelah menjadi tipis, bambu tersebut bisa dianyam sedemian rupa, sesuai pola yang diinginkan, apakah Gedeg untuk flapon, untuk hiasan dinding atau dekorasi. (Proses pembuatan sokasi dan pelatihan ada pada lampiran 2 dan lampiran 4).
Gambar 5.6. Pelatihan Pembuatan aneka “Gedeg” oleh siswa dan pengerajin
Dalam proses pelatihan “gedeg” ini khususnya bagi siswa pengerajin, pada tahap awal siswa mampu menghasilkan satu buah “gedeg” ukuran 1 meter persegi yang sederhana di bawah bimbingan atau panduan instruktur. Pada tahap pemantapan dan pelatihan selanjutnya, para siswa pengerajin mampu menghasilkan dua sampai empat meter persegi gedeg sederhana untuk flapon setiap pelatihan.
19
5.1.6. Hasil Penganekaragaman Desain Produk Pengrajin “Sokasi” dan “Gedeg” yang berdomisili di desa Tigawasa, kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng mememiliki ketrampilan menganyam dan membuat “Sokasi” dan “Gedeg”yang telah dimilikinya sudah cukup bagus, ini dapat dilihat dari hasil pelatihan tahap satu sampai tahap tiga. Produk ”sokasi” sederhana yang sudah dibuat, antara lain sokasi untuk tempat upacara, sokasi bentuk bulat, sokasi untuk tempat nasi, tempat tisu, pernak-pernik, dan berbagai bentuk Gedeg, seperti untuk flapon rumah, untuk dinding dengan berbagai ukuran. dekorasi, dan hiasan dinding. Pelatihan kerajinan ”sokasi” dan ”gedeg” pada bidang produksi tahap selanjutnya adalah pengembangan pembuatan sokasi dengan berbagai asesori, Sokasi dalam bentuk bundar. Sokasi untuk cindera mata dengan asesori batik, kerang dan batok kelapa. Penganekaragaman produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar sangat perlu dimiliki oleh pengrajin. Hasil pengembangan desain untuk aneka sokasi ini terdapat pada lampiran 5. Pelatihan pengembangan aneka ”gedeg” mencakup aneka desain dan ukuran ”gedeg” untuk flapon rumah, aneka desain “Gedeg” dengan asesoris untuk hiasan dinding, dan untuk gapura. Desain ”gedeg” yang relatif kontemporer, mengkombinasikan antara ”gedeg” untuk kusi, meja, dan almari. Hasil pengembangan desain untuk aneka ”gedeg” ini terdapat pada lampiran 6. Beberapa contoh rancangan desain kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” yang telah diwujudkan. (Produk sokasi dan Gedeg lengkap ada pada lampiran 5 dan Lampiran 6). (1) Aneka produk sokasi
sokasi untuk tempat banten
Sokasi bulat biasa
Sokasi Tempat nasi jumbo Gambar 5.7. Aneka Produk “sokasi”
Variasi Asbak belanja
20
Sokasi Tempat Jajan
Tempat Tisu
Aneka Produk “Gedeg”
Variasi dekorasi Gedeg dengan pola warna
Variasi dekorasi Gedeg motif lain dengan pola warna
Pola gedeg hiasan dinding
Pola dekorasi yang lain
Gambar 5.8. Aneka Produk “Gedeg” 5.1.7 Manajemen Untuk manajemen usaha, Ipteks telah diberikan pembinaan meliputi: pembukuan, penguasaan teknologi komputer dan sistem informasi Internet. Di samping itu juga diberikan peningkatan manajemen pemasaran baik lokal maupun global. Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik. Secara umum pembukuan merupakan proses pencatatan data perusahaan dengan suatu cara tertentu dimana pemegang buku hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil dari kegiatan pencatatan tersebut sedangkan akuntansi lebih dikaitkan pada proses perancangan sistem pencatatan dan penyusunan laporan berdasarkan data yang telah dicatat dan dianalisa menjadi laporan keuangan, sehingga dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan proses pencatatan. Akuntansi merupakan suatu proses sistematis yang dapat digambarkan dalam suatu siklus akuntansi. Siklus atau daur akuntansi adalah proses yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam pelatihan ini, peserta pelatihan telah dapat memahami siklus Akuntansi yang mencakup kegiatan tahap transaksi, tahap pencatatan, tahap penggolongan tahap tengikhtisaran, dan tahap pelaporan. Dalam pelatihan ini, peserta pengerajin juga mendapat pemahaman tentang pembuatan Laporan keuangan organisasi bisnis, setidaknya terdiri atas : (1) Neraca, (2) Laporan Laba
21
Rugi, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Laporan perubahan Modal (untuk perusahaan perseorangan). 5.1.8 Pemasaran via internet Dalam rangka pemasaran global untuk produk kerajinan ”sokasi” dan ”gedeg”, maka Ipteks yang diberikan kepada mitra adalah pembuatan website atau ecommerce (toko online). Deskripsi Website dan Rancangan Antarmuka Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Adapun deskripsi website kerajinan ”sokasi” dan ”gedeg”, adalah sebagai berikut. Website Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa terdiri dari Menu Atas dan Menu Kiri, berikut adalah deskripsi dari masing-masing menu yang terdapat pada Website. Menu Atas Web
Deskripsi Menu
Beranda
Beranda merupakan menu tampilan utama website Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Halaman pada menu ini mendeskripsikan sejarah singkat desa Tigawasa dan bebrapa jenis kerajinan yang terdapat di Desa Tigawasa Buleleng. Kerajinan yang terpopuler yaitu Kerajinan Kerajinan Sokasi dan Gedeg yang dimana pada halaman ini terdapat gambar Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Pada halaman ini juga terdapat link artikel-artikel terkait dengan kerajinan Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa
Alat & Bahan Website Kerajinan “Sokasi” & “Gedeg”
Profil Pengrajin Kontak Kami Galeri Foto Berita Buku Tamu
Peta Lokasi
Menu Alat & Bahan terdiri dari sub-Menu Alat, Bahan, dan Proses. Pada menu Alat merupakan menu yang menampilkan halaman alatalat yang digunakan untuk membuat Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Pada menu bahan merupakan menu yang menampilkan halaman Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Pada menu Proses merupakan menu yang menampilkan halaman proses pembuatan Sokasi dan Gedeg Tigawasa berserta video pembuatannya. Menu Profil Pengrajin merupakan menu yang menampilkan halaman profil dari pengrajin Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Menu Kontak Kami merupakan menu yang akan menampilkan halaman data diri dari pemilik atau koordiantor pengrajin Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Menu Galeri Foto merupakan menu yang akan menampilkan foto kegiatan-kegiatan atau event yang berhubungan dengan Kerajinan Sokasidan GedegTigawasa. Menu Berita merupakan menu yang menampilkan berita-berita yang berhubungan dengan Kerajinan Sokasi dan GedegTigawasa. Menu Buku Tamu merupakan menu yang akan menampilkan form buku tamu yang ditujukan untuk pengunjung yang akan memberikan pesan atau saran tantang website Kerajinan Sokasidan Gedeg Tigawasa. Menu Peta Lokasi merupakan menu yang akan menampilkan lokasi pengrajin Sokasi dan GedegTigawasa.
22
Menu Kiri Web Pencarian Informasi
Website Kerajinan “Sokasi” & “Gedeg”
Kategori Produk
Member Login Produk Terbaru Pengunjung Kalender
Deskripsi Menu Pada menu pencarian pengunjung website dapat mencari informasi yang berhubungan dengan Kerajinan Sokasi dan GedegTigawasa dengan mengetikkan kata kunci pada text field yang telah di sediakan pada menu pencarian. Pada menu Kategori Produk merupakan menu yang terdiri dari 3 sub menu yaitu, menu Produk Sokasi, menu Produk “Gedeg”, dan Menu Produk Kombinasi Anyaman Bambu. Sub menu ini dapat menampilkan katalog produk yang berisi gambar produk, ukuran produk, stok produk, dan harga produk dari masing-masing produk. Pengunjung yang telah terdaptar sebagai member dapat melakukan pemesanan produk melaluli website. Pada Member login pengunjung bisa melakukan login pada menu ini, apabila telah melakukan daftar member. Jika belum terdaftar sebagai member pengunjung dapat mengklik link daftar member yang telah tersedia pada menu ini. Menu ini akan menampilkan slide-show produk-produk terbaru Kerajinan Sokasi dan Gedeg Tigawasa. Pengunjung merupakan menu yang menampilkan total pengunjung yang telah mengakses website. Kalender merupakan menu yang akan menampilkan tanggal, bulan, dan tahun otomatis.
(1) Rancangan Antarmuka Halaman Pengunjung Rancangan antarmuka halaman pengunjungmerupakan tampilan dari halaman pengunjung padawebsitesisteminformasikerajinan Sokasi & Gedeg Tigawasa. Padahalaman ini terdapat menu atas dan menu kiri yang nantinya akan dipilih oleh pengunjung untuk menampilkan informasi dan melakukan pemesanan produk. (2) Rancangan Antarmuka Form Daftar Member Rancangan antarmuka form daftar member merupakan tampilan dari form daftar member pada websitesistem informasi kerajinan Sokasi & Gedeg Tigawasa. Pada form daftar member, pengunjung akan memasukkan data dengan benar. (3) Rancangan Antarmuka Form Konfirmasi Pesanan Rancangan antarmuka form konfirmasi pesanan merupakan tampilan dari form konfirmasi pesanan. Pada form konfirmasi pesanan, member yang telah memesan produk Sokasi & Gedeg, akan melakukan konfirmasi pesanan dengan memasukkan data dengan benar. 23
Alamat website adalah : http:// sokasigedeg-tigawasa.besaba.com. Adapun Gambaran umum baru sebagian sebagai berikut. Rancangan Website Kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”
Gambar 5.9. Rancangan Web ”sokasi” dan ”Gedeg”
5.2 Pembahasan Melalui kegiatan IbM pengerajin”sokasi” dan ”gedeg” permasalahan yang muncul pada kelompok pengerajin dalam bidang produksi, manajemen, maupun pemasaran, dapat dipecahkan melalui beberapa cara. Dalam bidang produksi beberapa cara telah dilakukan yaitu penyediaan beberapa alat dan bahan penunjang produksi seperti alat pemilah bambu, golok, pemutik, aneka bambu buluh, aneka asesori, aneka warna, kerang, kain batik, kain safin, aneka kuas, dan variasi desain. Setelah pengadaan bahan dan alat penunjang bidang 24
produksi, selanjutnya dilakukan pembinaan dan pelatihan pembuatan berbagai disain kerajinan. Produk yang sudah dibuat, antara lain sokasi untuk tempat upacara, sokasi bentuk bulat, sokasi untuk tempat nasi, tempat tisu, pernak-pernik, dan berbagai bentuk Gedeg, seperti
untuk
flapon
rumah,
untuk
dekorasi,
dan
hiasan
dinding.
Salah
satu
penganekaragaman desain yang dikembangkan adalah membuat “Sokasi” dan “ Gedeg” dengan asesoris yang relatif kontemporer, mengkombinasikan antara gedeg untuk kusi, meja, dan almari. Melalui pelatihan program IbM ini terjadi peningkatan produksi pembuatan sokasi dan gedeg dari hanya bisa membuat satu buah manjadi dua buah. Ini berarti terjadi peningkatan bidang produksi seratus persen. Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik. Secara umum pembukuan merupakan proses pencatatan data perusahaan dengan suatu cara tertentu dimana pemegang buku hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil dari kegiatan pencatatan tersebut sedangkan akuntansi lebih dikaitkan pada proses perancangan sistem pencatatan dan penyusunan laporan berdasarkan data yang telah dicatat dan dianalisa menjadi laporan keuangan, sehingga dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan proses pencatatan. Melalui pelatihan bidang manajemen usaha, peserta pengerajin memiliki pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba. Di samping itu, dalam bidang pemasaran, pengerajin “Sokasi” dan “Gedeg” telah dibuatkan sebuah website dengan alamat http://sokasigedeg-tigawasa.besaba.com. Pada website tersebut ditampilkan produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Website ini sekaligus digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Selanjutnya melalui pelatihan penggunaan internet dalam pemasaran kerajinan sokasi dan gedeg, para peserta pengerajin, dapat memahami proses pemasaran via internet, seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi bagian member, selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg” yang diinginkan.
25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kegiatan P2M dalam bentuk IbM pada kelompok pengerajin “Sokasi” dan “ Gedeg” di desa Tigawasa, kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng, telah berlangsung dengan baik dan
dapat
mengembangkan
kerajinannya,
baik
fasilitas
pendukung maupun
pengembangan desainnya. Fasilitas pendukung kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” seperti aneka bambu buluh, aneka peralatan golok, gergaji, pisau, pemutik, aneka asesori, cat pewarna, dan aneka kuas, telah diadakan sesuai kebutuhan. 2) Melalui pelatihan program IbM ini terjadi peningkatan produksi pembuatan sokasi dan gedeg dari hanya bisa membuat satu buah manjadi dua sampai empat buah sokasi atau gedeg. Ini berarti terjadi peningkatan bidang produksi seratus persen. Aneka pengembangan desain “Sokasi” dan “ Gedeg” mencakup kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” gaya dekoratif dan naturalistik. Di samping juga didisain kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” yang kontenporer. Banyak para pengerajin kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” menerima pesanan khusus untuk cindra mata. Untuk pengerajin “Sokasi” dan “ Gedeg” ada yang didesain kontenporer seperti membuat untuk cindera mata yang unik seperi dalam bentuk tampilan ”sokasi” dengan asesori batik, kerang, batok kelapa berbagai bentuk. 3) Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik. Melalui pelatihan bidang manajemen usaha, peserta pengerajin memiliki pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba. 4) Dalam bidang pemasaran, pengerajin “Sokasi” dan “Gedeg” telah dibuatkan sebuah website dengan alamat http://sokasigedeg-tigawasa.besaba.com. Website ini sekaligus digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. Melalui pelatihan penggunaan internet dalam pemasaran kerajinan sokasi dan gedeg, para peserta pengerajin, dapat memahami proses promosi dan pemasaran via internet, seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi bagian member, selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk kerajinan “Sokasi” dan “Gedeg”. yang diinginkan. 26
6.2 Saran-saran 1) Dalam mengembangkan kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” di desa Tigawasa, yang lebih intensif dan berkelanjutan, diharapkan fihak terkait seperti Pemerintah Kabupaten memberi perhatian khusus untuk pengembangan dan pelestarian kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg”. Demikian pula intansi pembina seperi dari Jurusan Seni Rupa Undiksha hendaknya mengadakan pembinaan secara berkelanjutan. 2) Sebagai tindak lanjut pengembangan kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg” agar menjadi mata pencaharian yang memberikan penghasilan yang memadai, hendaknya instansi Koperasi baik Pemerintah maupun swasta, UKM, memfasalitasi pemasaran produk kerajinan “Sokasi” dan “ Gedeg”.
Datar Pustaka Arinasa, I.B.K. 2006. Keanekaragaman dan Penggunaan Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa, Bali. B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 1 Januari 2005 Halaman: 17-21 Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi Edisi IX. Suardina, I.M., Radiawan, I.M. & Bagiarta, I.W. 2010. Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Buleleng Bali. Makalah disajikan dalam Program I-MHERE Sub Component B1 Batch III Institut Seni Indonesia Denpasar.
27
Lampiran 1 Proses Pembuatan Sokasi Proses Pembuatan Sokasi, diperagakan oleh Pengerajin Tua dan Kawula muda para siswa Adapun tahapan-tahapan pembuatan anyaman bambu Sokasi ini adalah sebagai berikut. Pertama, tahap pencarian dan Pemilihan bambu Ketiga bersihkan (keruk) dan hilangkan Tahap pemilihan dan Pemotongan Bambu, kulit bambu dengan istilah dikerik siapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti mencari bambu, cat, tiner, kuas, amplas, dan alat pemotong.
Kedua potong bambu per buku dan bersihkan Keempat bambu yang sudah dikerik dari merang yang berwarna hitam yang diamplas agar lebih halus dan menempel pada bambu. mempermudah proses pengecatan.
28
Kelima bambu yang sudah diamplas di cat sesuai selera dan dijemur diterik matahari/ dikeringkan.
Ketujuh setelah sudah menjadi potongan kecil-kecil baru dipisahkan antara kulit bambu dengan isinya yang diistilahkan dengan istilah malpal.
Keenam setelah bambu-bambu tersebut Kedelapan. Proses menganyamnya yang kering kemudian dipotong menjadi kecil- pertama, adalah membuat dasar anyaman, kemudian di buatkan sudut sudut (muncuin) dan kecil yang diistilahkan dengan nyitsit. diberi hiasan bagian ujungnya yang disebut dengan istilah ngalisin dan mibihin. Setelah itu sisa bambu yang masih terlihat dipotong.
29
Lampiran 2
Proses Pembuatan Gedeg Proses Pembuatan Gedeg, diperagakan oleh Pengerajin Tua dan Kawula muda para siswa Adapun tahapan-tahapan pembuatan anyaman bambu Gedeg ini adalah sebagai berikut. 1. Tahap pencarian dan Pemilihan bambu
1. Tahap Memisahkan Kulit Bambu (Malpal)
2. Tahap Pemotongan Bambu
2. Tahap Menganyam (Ngulat)
3. Tahap Membagi Bambu menjadi Potongan Kecil (Ngesit)
3. Gedeg sudah jadi, Siap Didistribusikan
30
Lampiran 3
Pelatihan dan Pemantuan Pembuatan Sokasi Pengerajin “Sokasi” yang sedang mengerjakan lukisan dan beberapa hasilnya.
31
Lampiran 4
Pelatihan dan Pemantuan Pembuatan Gedeg Pelatihan dan Pemantauan Pembuatan “Gedeg” untuk masyarakat dan Siswa
Ketua Kelompok /Instruktur menjelaskan proses Pembuatan “Gedeg”
Kaula muda menekuni “gedeg ”
Pola anyaman gedeg
Gedeg” dipergunakan sebagai Plapon rumah
32
33
Lampiran 5 PRODUK SOKASI
“sokasi” untuk tempat upacara
Sokasi Tempat Jajan/Kue
Anyaman dalam bentuk Variasi Asbak
Sokasi bulat biasa
Sokasi Tempat nasi jumbo
Tempat pernak-pernik
34
Sokasi model bulat variasi
Anyaman dalam bentuk tas sekolah
Tempat Tisu
Lampiran 6 Produk “Gedeg”
Variasi dekorasi Gedeg dengan pola warna
Variasi dekorasi Gedeg motif lain dengan pola warna
Pola gedeg hiasan dinding
Pola dekorasi yang lain
35
Lampiran 7
Pelatihan dan Monev Pembuatan Sokasi & Gedeg oleh Tim P2M Undiksha
36
Lampiran 8 Website kerajinan ”sokasi” dan ”gedeg” Tigawasa, dengan alamat http://sokasigedegtigawasa.besaba.com. Berikut ini merupkan Interface Website Kerajinan Sokasi & Gedeg Tigawasa. 1) InterfaceHalamanUtamaPengunjung
37
2) Interface Halaman Galeri Produk
38
3) Interface Halaman Profil Pengrajin
39
Lampiran 9 Pelatihan Managemen usaha dan Pemasaran via Internet
40
41
Lampiran 10 KUESIONER, PESERTA IBM KERAJINAN “SOKASI” DAN “GEDEG”
1. Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan IbM berupa pengadaan Alat dan bahan peralatan penunjang kerajinan “sokasi” dan “Gedeg” ini seperti golok, pisau, blakas, pemutik, bamboo buluh, asesori kerang, batik, dan lainnya? .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
2. Selama pengembangan kerajinan “sokasi” dan “Gedeg”, bentuk kerajinan mana yang Anda paling kembangkan (Apakah model sokai/gedeg biasa, gaya dekoratif, gaya naturalistik, cinderamata, hiasan dinding, gapura atau model kontenpore, atau lainnyar?) Berikan alasan. .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
3. Bagaimanakah
pendapat
Anda,
hasil-hasil
kerajinan
“sokasi”
dan
“Gedeg””
dipromosikan dalam internet? .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
4. Bagaimanakah pendapat anda, hasil-hasil kerajinan “sokasi” dan “Gedeg” dipasarkan lewat internet? .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
5. Apa yang Anda lakukan setelah kegiatan pengadaan bahan penunjang kerajinan dan pengembangan desain ini? ......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... Saran/Masukan : ………………………………………………………………………………………………… …..………………………………………………………………………………………………
42
43
44
45
46
47
48