FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM
SKRIPSI
OLEH M. RIDO A1D109193
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI, 2014
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktorfaktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor-faktor ini umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra, dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang mengkondisikannya dalam pembelajaran, seperti pengalaman, lingkungan sosial, metode belajar-mengajar, strategi belajar-mengajar, fasilitas belajar dan dedikasi guru. Keberhasilannya mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya. Secara umum prestasi belajar siswa di Indonesia ditentukan oleh kemampuan kognitifnya dalam memahami sebaran materi pelajaran yang telah ditentukan di dalam kurikulum. Soemanto (1984: 120) menyatakan bahwa tingkah laku kognitif “merupakan tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku terjadi”. Tingkah laku tergantung pada insight (pengamatan atau pemahaman) terhadap hubungan yang ada dalam situasi. “Dalam kognisi terjadi proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan, dan memproduksi pengetahuan” (Monks, 1998:216).
1
Dengan demikian struktur kognitif sebagai hasil belajar yang diperoleh siswa mempunyai bentuk yang beraneka ragam, Strategi-strategi belajar berhubungan dengan gaya-gaya belajar. Menurut Messick, gaya-gaya merupakan keteraturan diri yang konsisten yang membentuk aktivitas-aktivitas manusia. Gaya-gaya berbeda dengan kemampuan karena konsep kemampuan pada dasarnya dikaitkan dengan apa dan berapa seseorang bisa melakukan
sedangkan
konsep
gaya
berkaitan
dengan
pertanyaan
bagaimana
aktivitasaktivitas yang ditunjukkan. Perbedaan ini bertambah jelas di dalam pengukurannya: kemampuan diukur dengan maximal performance test sedangkan gaya-gaya diukur dengan typical performance test. Lebih lanjut Furham (2003:54) “menyatakan gaya-gaya belajar merupakan kasus khusus dari gaya-gaya kognitif walaupun perbedaan di antara keduanya tidak begitu jelas”. Dalam hal ini, Messick juga menegaskan gaya kognitif adalah sikap-sikap, preferensipreferensi yang stabil, atau strategi-strategi yang menentukan penerimaan, proses mengingat, proses berpikir, dan memecahkan masalah. Dengan demikian gaya-gaya kognitif memfokuskan pada organisasi dan kontrol proses-proses kognitif secara keseluruhan sedangkan gaya-gaya belajar memfokuskan pada organisasi dan kontrol strategi-strategi belajar dan pemerolehan pengetahuan. Pintrich melihat gaya-gaya belajar sebagai proses memilih,mengorganisasikan, dan mengontrol strategi-strategi belajar. Strategi-strategi belajar ini meliputi strategi-strategi kognitif dalam menghafalkan, mengelaborasi, mengorganisasikan, dan mengingat materi pembelajaran; strategi-strategi metakognitif dengan latar tujuan, pemantauan, dan pengaturan diri; dan sumber daya manajemen strategistrategi yang terdiri atas waktu belajar, lingkungan belajar dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan guru di SD Negeri 89/I Sengkati kecil, dimana peneliti melakukan tinjauan lokasi pada bulan Januari 2014, didapat masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar, dengan adanya keterangan guru tersebut bahawa peningkatan kesulitan belajar siswa salah satunya di sebabkan pada lingkungan, maka dari itu peneliti ingin mengungkap semua permasalahan yang terjadi pada siswa tersebut. Berfdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalampenelitian ini ialah : 1. Faktor intrinsic dan ekstrinsik 2. Siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar. 3. Siswa SD Negeri N 89/I Sengkati Kecil Kecamatan Mersam. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap faktor-faktor penyebab Kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan seputar kesulitan siswa dalam belajar serta diharapkan dapat mememukan solusi solusi dari permasalahan yang ada manfaat penelitian ini berguna:
a. Bagi peneliti, yaitu sebagai penambah pengetahuan tentang faktor penyebab kesulitan belajar. b. Bagi
mahasiswa,
untuk
melaksanakan
penelitian
lebih
lanjut
dan
dapat
diperbandingkan. c. Bagi guru, memberikan masukan dalam memahami faktor apa saja yang dapat mengurangi kesulitan belajar siswa. d. Bagi sekolah, bahan pertimbangan untuk meningkatkan prestasi di sekolah dalam pembelajaran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Menurut Winkel, (2001:73) Belajar adalah “semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengelolaan pemahaman”. Menurut Ernest R. Hilgard dalam Sumardi (1984:252) belajar merupakan “proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya”. Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne (1992:231), belajar merupakan “sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu”. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Menurut Surya (1981:32), definisi belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. 7
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur. Belajar adalah “suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau adanya perubahan sementara karena suatu hal. (Gagne (1977:234) Berdasarkan pendapat diatas belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. 2.2. Pengertian Kesulitan Belajar Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap
apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. 2.2.1 Macam-macam Kesulitan Belajar Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; 1) Kesulitan belajar yang berhubungan daengan perkembangan (developmental learning disabilities), dan 2) Kesulitan belajar akademik (academic learnimg disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan menulis dan membaca. Dari kedua kelompok kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. 1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat b) Ada yang sedang 2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi. b) Ada yang keseluruhan bidang studi 3. Dilihat dari sifat kesulitannya:
a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap. b) Ada yang sifatnya hanya sementara 4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor inteligensi. b) Ada yang karena faktor non inteligensi
2.2.3 Penyebab Kesulitan Belajar Menurut Hirarki, (1994:65) penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut : 2.2.3.1 Faktor Intern a. Sebab yang bersifat fisik Penyebab kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh. b. Karena sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. c. Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
d. Karena cacat tubuh. Cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang pengelihatan, gangguan psikomotor, b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya. Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB. 2.2.3 Penyebab Kesulitan Belajar Menurut Hirarki, (1994:65) penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut : 2.2.3.1 Faktor Intern a. Sebab yang bersifat fisik Penyebab kesulitan belajar dapat terjadi karena gangguan yang bersifat fisik yaitu karena sakit, karena kurang sehat, dan karena cacat tubuh. b. Karena sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan pada fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
c. Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya. d. Karena cacat tubuh.
Cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang pengelihatan, gangguan psikomotor, b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya. Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB. 2.3 Kerangka berfikir Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan seputar kesulitan siswa dalam belajar serta diharapkan dapat mememukan solusi solusi dari permasalahan yang ada, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Kesulitan belajar itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran, dengan demikian faktor kesulitan belajar siswa yang akan di ungkap langsung oleh peneliti melalui penelitian lagsung, dimana kesulitan belajar siswa SD SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan
Mersam sangat perlu kita ketahui, sebab kesulitan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Intern Faktor-Faktor kesulitan belajar
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Karena sakit Cacat tubuh Intelegensi Bakat Motivasi Kesehatan mental
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keluarga Suasana rumah Ekonomi keluarga Sekolah Kondisi gedung Teman bergaul Lingkungan masyarakat
Ekstrinsik
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan menggambarkan secara langsung tentang sesuatu seperti apa adanya dengan observasi. 3.2 Populasi Dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini ialah siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam yang berjumlah 118 siswa. 3.3 Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dari hasil Kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam. 3.4 Waktu dan tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama 2 minggu, pada bulan Juni 2014.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian Hasil penelitian yang akan dijelaskan brikut ini adalah hasil penelitian yang merupkan penjelasan dari faktor-faktor penyebab Tingkat Kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajara siswa . Berikut ini akan dijelaskan pemaparan masing-masing siklusnya. 4.1.1 Tingkat Kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam. Untuk melihat tingkat kesulitan Belajar pada Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam dapat dilihat pada jawaban dari daftar pertanyaan berikut ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat kesulitan Siswa SD N 89/1 Sengkati Kecil Kecamatan Mersam. Termasuk dalam kategori rendah yaitu 40,48% 2. Kesulitan belajar siswa di pengaruhi oleh factor social dan non social 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat maka dapat disarankan kepada: 1. Sekolah Sarana dan prasarana sekolah lebih dilengkapi, Perlu dilakukan pendekatan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. 2. Bagi Guru, hendaknya lebih kreatif lagi dalam memilih sumber-sumber belajar yang baik. Selain kreatif dalam memilih sumber belajar tersebut, juga kreatif dalam menciptakan proses pembelajaran yang dapat memberikan peningkatan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman, 1999, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Asli Mahasatya. Farmer. 1997. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Refika Aditama. Furham. 2003. Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul). Bandung : Remaja Rosdakarya. Gagne, Robert. 1992. The Condition Of Learning. New Yort holt. Rinehard And Winston. Mulyono. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Cetakan Keempat. Jakarta: Balai Pustaka. Monks, Knors. 1998. Psikologi Kependidikan, Bandung: IKIP. Sumadi Suryabrata, l984, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Surya, M., l981, Psikologi Pendidikan, Bandung : Offset IKIP Bandung. Sumanto. 1984. Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Quantum Teaching. Suharsini Arikunto, 2006, 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, M. A. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Wasty, 1990. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. WS. Winkel, 2001. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gresindo.