I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Siklus hidrologi dimulai dari proses penguapan pada permukaan tanah dan permukaan air (evaporasi) serta vegetasi (transpirasi) hingga menghasilkan uap air. Uap air kemudian terkondensasi dan turun sebagai hujan. Air hujan yang mencapai tanah dapat terserap ke dalam tanah (infiltrasi), mencapai aliran bawah permukaan (perkolasi), dan menjadi air tanah yang disimpan dalam akifer. Air yang tidak terserap ke dalam tanah akan melimpas menjadi air limpasan (runoff) dan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air tanah yang menjadi sumber air dan muncul dengan sendirinya ke permukaan tanah disebut mata air (Adi, 2009; Asdak, 2010). Mata air menjadi sumber air bersih yang dapat digunakan secara langsung untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah air di suatu mata air dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk dan air yang keluar pada rentang waktu tertentu. Kondisi neraca air ini dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada siklus hidrologi. Semakin cepat proses hidrologi yang terjadi, semakin dinamis neraca airnya. Ketersediaan air di mata air dipengaruhi oleh faktor geologi seperti morfologi batuan, litologi, struktur geologi, kondisi lahan, kemampuan Daerah Tangkapan Air (DTA) dalam menyimpan air hujan, konsumsi air dari mata air, dan kondisi vegetasi di DTA (Sumekto & Winata, 2000; Arsyad & Rustiadi, 2012; Wahyuningsih, 2016).
1
2
Vegetasi memegang peranan penting dalam siklus hidrologi di DTA. Vegetasi di DTA berperan sebagai penahan limpasan air hujan terutama pada lahan yang bertopografi miring. Lahan bervegetasi lebih baik menahan limpasan dari pada lahan terbuka. Air limpasan yang tertahan dapat menambah jumlah air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Vegetasi juga dapat mempengaruhi aliran air dalam bentuk intersepsi air hujan. Banyaknya air yang diintersepsi tergantung pada indeks luas daun atau leaf area index (LAI), karakteristik permukaan daun, dan karakteristik hujan. Selain itu, vegetasi mempengaruhi daya pukul air hujan terhadap tanah. Vegetasi dan seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah dan menyebabkan pemadatan tanah (Van Noordwijk et al., 2004; Sancayaningsih et al., 2015; Herumurti, Perscom). Vegetasi secara vertikal dibagi menjadi tegakan pohon dan vegetasi lantai. Vegetasi lantai tersusun atas tumbuhan yang menyusun bagian bawah yang dekat dengan permukaan tanah yaitu semai, semak, herba, rumput, liana, dan paku. Pengenalan karakter vegetasi lantai di DTA dipelajari melalui pendekatan ekologi dengan analisis vegetasi yang mencakup analisis jenis spesies penyusun, densitas, penutupan dan indeks nilai penting (Saputra, 2014; Badrodin, 2016). Selain pendekatan ekologi, pengenalan karakter vegetasi dilakukan dengan pendekatan ekofisiologi khususnya yang berhubungan dengan proses hidrologi yaitu transpirasi. Transpirasi merupakan proses kehilangan air melalui tumbuhan. Semakin tinggi tingkat kerapatan vegetasi, semakin tinggi pula penyerapan air tanah yang akan ditransformasi menjadi uap air melalui mekanisme transpirasi.
3
Transpirasi pada vegetasi berfungsi untuk transport air dan mineral serta untuk pengaturan suhu pada tumbuhan. Transpirasi pada daun terjadi melalui stomata. Pembukaan stomata dipengaruhi oleh adanya cahaya, deplesi CO2 pada tumbuhan, ritme sirkadia, dan pengaruh lingkungan (Loveless, 1987; Solomon et al., 2008; Campbell et al., 2008; Soedarjanto, 2011). Salah satu wilayah yang memiliki mata air sebagai potensi air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah Mata Air Geger. Mata air Geger terletak di Dusun Geger, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Mata air ini sangat penting karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih lebih dari 115 kepala keluarga (KK) di sekitar mata air (Sunyono, Perscom). Mata Air Geger dahulunya adalah mata air yang mengalir sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi curah hujan (perennial), namun saat ini mengalami perubahan sifat menjadi intermitten yaitu mengalir selama beberapa bulan saja dan dipengaruhi oleh curah hujan (Sancayaningsih, Perscom). Pada musim penghujan jumlah air berlimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan pada musim kemarau pasokan air dari mata air tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Masyarakat harus mendapatkan bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta (Sunyono, Perscom). Terjadinya perubahan ini diduga akibat perubahan penggunaan lahan di DTA dan perubahan vegetasi atau penanaman vegetasi di DTA yang kurang sesuai untuk konservasi air.
4
B. Permasalahan Mata Air Geger dahulunya adalah mata air yang mengalir sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi curah hujan (perennial), namun saat ini mengalami perubahan sifat menjadi intermitten yaitu mengalir selama beberapa bulan saja dan dipengaruhi oleh curah hujan. Terjadinya perubahan ini diduga akibat perubahan penggunaan lahan di DTA dan perubahan vegetasi atau penanaman vegetasi di DTA yang kurang sesuai untuk konservasi air. Lahan di DTA Mata Air Geger dimanfaatkan masyarakat untuk pemukiman, pertanian dan perladangan berupa padi, ketela, tembakau, serta kebun yang didominasi oleh Pohon Mlinjo, Jati, Mahoni, Akasia. Vegetasi lantai secara umum didominasi oleh Eupatorium odoratum. Penelitian mengenai vegetasi di sekitar mata air yang pernah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa E. odoratum menyerap air dalam jumlah besar sehingga tidak sesuai berada di sekitar mata air. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana komposisi dan struktur vegetasi lantai di DTA Mata Air Geger Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana laju transpirasi vegetasi lantai di DTA Mata Air Geger Kabupaten Bantul? 3. Bagaimana peranan vegetasi lantai terhadap laju infiltrasi air hujan di DTA Mata Air Geger Kabupaten Bantul?
5
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan mengenai peran vegetasi lantai di daerah Mata Air Geger terhadap konservasi air. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mempelajari komposisi dan struktur vegetasi lantai di DTA Mata Air Geger Kabupaten Bantul. 2. Mempelajari laju transpirasi vegetasi lantai di DTA Mata Air Geger Kabupaten Bantul. 3. Mempelajari peranan vegetasi lantai terhadap laju infiltrasi air hujan di DTA Mata Air Geger Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu biologi terapan khususnya yang berkaitan dengan peranan vegetasi lantai di daerah tangkapan air. Manfaat penelitian ini secara praktis yaitu: 1. Menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola daerah tangkapan air dan sumber daya air, pelaksanaan pembangunan daerah, dan pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah; dan 2. Menyediakan informasi khususnya mengenai vegetasi lantai yang sesuai untuk konservasi air sehingga mendorong sikap peduli lingkungan bagi masyarakat.