1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Latar Belakang
Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem pendidikan yang kondusif agar segala aspek potensial dalam diri siswa berkembang optimal. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, seperti masalah siswa yang tidak disiplin di sekolah.
Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Sedangkan menurut Permana ( Nursito, 1986:14) menyatakan bahwa: “disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa merupakan suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran
2
yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan yang di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan kegiatan akademik berjalan dengan lancar. Perilaku tidak disiplin siswa sering kali dipandang sebagai masalah kecil yang kurang mendapat perhatian khusus dari guru pembimbing di sekolah. Padahal jika di telusuri masalah siswa yang tidak disiplin seperti terlambat dan sering keluar kelas pada jam pelajaran, serta membolos memiliki dampak yang merugikan siswa itu sendiri seperti tidak bisa mengikuti materi pelajaran, nilai rendah, tidak naik kelas, bahkan kemungkinan terburuk siswa yang tidak disiplin di sekolah dapat dikeluarkan dari sekolah. Guru pembimbing yang disebut sebagai konselor sekolah memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap siswanya agar dapat menjadi siswa yang berpotensi mengembangkan pribadinya dengan mengubah perilaku tidak disiplin di sekolah menjadi perilaku yang lebih disiplin.
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu adanya layanan bimbingan konseling yang terorganisir dan terprogram. Salah satunya layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah siswa yaitu layangan bimbingan pribadi dengan tujuan mengembangkan potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat menyesuaikan diri secara positif.
Bimbingan dan konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan oeh seorang konselor kepada orang lain yang bermasalah baik masalah
3
psikologis, sosial, dan lain-lain dengan harapan dapat memecahkan masalahnya,
memahami dirinya, mengarahkan dirinya sesuai dengan
kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya. Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
Meningkatkan disiplin pada siswa merupakan fungsi perbaikan, karena layanan bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai perbaikan yang artinya fungsi bimbingan dan konseling akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan siswa Sukardi (dalam Rahmi, 2009: 3).
Hal ini berkaitan dengan pemantapan perilaku siswa agar dapat berperilaku yang sesuai dengan pribadi sebagai pelajar. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai kelanjutan dan pemantapan pelayanan bimbingan dan konseling pada jenjang pendidikan sebelumnya dengan memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik di SMP, yang meliputi bimbingan pribadi, karir, sosial, dan belajar.
Selain itu konseling sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi antara konselor dan siswa dalam upaya bersama agar lebih efektif dalam berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Masalah perilaku siswa yang tidak disiplin di sekolah, seperti siswa yang sering terlambat, keluar kelas pada jam pelajaran, membolos, perilaku maladaptif siswa tersebut
4
perlu mendapat penanganan agar dapat diubah menjadi perilaku yang lebih disiplin.
Berdasarkan catatan kasus siswa sekolah yang di berikan oleh guru bimbingan konseling SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu diperoleh data dari jumlah siswa 537 siswa, terdapat 6 siswa yang sering tidak disiplin di sekolah diantaranya, siswa keluar pada jam pelajaran, membolos, membawa handphone ke sekolah. (Data siswa yang tidak disiplin dapat di lihat pada
lampiran 14 ). Pihak sekolah selama ini masih menerapkan
teknik negative reinforcement dalam menangani ketidak disiplinan siswa seperti membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah, terlambat, dan bentuk-bentuk perilaku tidak disiplin lainnya. Dari tiap perilaku ini sekolah menerapkan sistem point bagi setiap siswa, dimana saat perilaku pelanggaran kedisiplinan siswa terjadi, siswa mendapatkan pengurangan ponit. Jika point dalam satu tahun pelajaran siswa telah habis maka sekolah dapat mengeluarkan siswa sewaktu-waktu .
Berasal dari sudut pandang inilah maka untuk merubah perilaku tidak disiplin siswa di sekolah maka penggunaan teknik positive reinforcement sebagai cara perubahan perilaku melalui pendekatan kasih sayang secara interen dengan memberikan positive reinforcement. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Disiplin Siswa Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.
5
2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di peroleh identifikasi masalah sebagai berikut : a. ada siswa yang membolos, b. ada siswa yang berkelahi di sekolah, c. ada siswa yang keluar kelas pada jam pelajaran, d. ada siswa yang menyontek pekerjaan teman, e. ada siswa yang membawa handphone ke sekolah,
3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, agar lebih efektif maka perlu adanya pembatasan masalah yang disesuaikan dengan judul penelitian yang akan diteliti, supaya apa yang hendak dicapai dalam penelitian dapat terlaksana. Maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah pada “Upaya Meningkatkan Disiplin Pada Tata Tertib Sekolah dengan Menggunakan Teknik Positive Reinforcement Pada Siswa Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.
4. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini
adalah
“siswa
tidak
disiplin
di
sekolah”.
Maka
permasalahannya dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah disiplin dapat di tingkatkan dengan teknik positive reinforcement pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013”.
6
B. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : Meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib di sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna antara lain : a. secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkam dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya dalam penggunaan teknik positive reinforcement dalam meningkatkan perilaku disiplin terhadap tata tertib sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Tahun Ajaran 2012/2013 agar perilaku disiplin meningkat dan siswa mengalami perubahan perilakunya kearah yang lebih baik, b. secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan penambahan informasi dan refrensi bagi semua kalangan di dunia pendidikan dalam rangka melakukan suatu perubahan perilaku peningkatan disiplin di sekolah dengan menggunakan teknik positive reinforcement.
7
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : 1. Ruang lingkup ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah bimbingan dan konseling berkaitan dengan ilmu perilaku yang membahas mengenai teknik positive reinforcement. 2. Ruang lingkup wilayah Penelitian ini di lakukan di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah Tahun Ajaran 2012/2013. 3. Ruang lingkup subyek Ruang lingkup subyek dalam penelitian adalah siswa SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah yang sering tidak disiplin keluar kelas pada jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah dan membolos. 4. Ruang lingkup obyek Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan teknik positive reinforcement digunakan dalam meningkatkan disiplin di sekolah pada siswa kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu Lampung Tengah.
D. Kerangka Pikir
Kedisiplinan siswa adalah suatu sikap yang teratur tanpa adanya pelanggaranpelanggaran yang dapat merugikan pihak manapun. Sehingga tercipta suatu keteraturan di dalam sekolah yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan
8
kegiatan akademik berjalan dengan lancar. Sebagaimana diungkapkan oleh Imron (2011: 173) yang menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah. Tanpa adanya pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Salah satu dari perilaku siswa yang masih sering menjadi sorotan ialah rendahnya disiplin siswa di sekolah terhadap peraturan dan tata tertib sekolah. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut, sekolah-sekolah di Lampung Tengah saat ini masih banyak menerapkan peraturan dan tata tertib di sekolah dengan sistem point, jadi apabila ada siswa yang tidak disiplin di sekolah maka akan diberi point tata tertib dan apabila point tata tertib telah melebihi batas yang telah ditentukan pihak sekolah maka siswa akan diberikan sanksi oleh sekolah (negative reinforcement).
Pada penerapan sistem poin masih terdapat siswa yang memiliki tingkat kesadaran yang rendah akan pentingnya kedisiplinan di sekolah yang kurang, meskipun terdapat pula siswa yang sudah sadar akan pentingnya disiplin di sekolah.
Wolpe (dalam Rahmi 2009: 14) menyatakan bahwa modifikasi perilaku merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku tidak adaptif. Dimana kebiasaankebiasaan yang tidak adaptif di lemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan. Reinforcement sebagai salah satu teknik dalam
9
modifikasi perilaku itu juga memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku tidak adaptif. Perilaku tidak adaptif tersebut contohnya seperti ketidak disiplinan siswa di sekolah. Hal senada juga di kemukakan oleh Corey (1995: 412) dimana teknik positive reinfocement merupakan prosedur dimana respon (tanggapan) yang di ikuti adanya suatu stimulus dapat berupa pujian, benda, sebagai konsekuensi dari perilaku yang diinginkan muncul dan berulang. Pendapat ini di jadikan landasan teori dalam pemberian teknik positive reinforcement terhadap perilaku tidak disiplin di sekolah, dengan maksud dan tujuan merubah perilaku tidak disiplin menjadi disiplin.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebelumnya oleh Rahmi (2009) yang menunjukkan bahwa perilaku tidak disiplin di sekolah seperti membolos, keluar kelas pada pergantian jam pelajaran, membawa handphone ke sekolah dapat dikurangi dengan menggunakan teknik positive reinforcement sehingga dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah.
Selanjutnya menurut Skinner (dalam Ormrod, 2008: 431) menyatakan bahwa perinsip dasar perubahan perilaku adalah sebuah respon diperkuat, dan karenanya mungkin akan terjadi lagi ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah stimulus yang menguatkan (reinforcement).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dan didukung oleh pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketidak disiplinan siswa di sekolah dapat di tingkatkan dengan menggunakan teknik positive reinforcement.
10
Disiplin siswa rendah
Disiplin siswa meningkat
Penggunaan teknik reinforcement positif Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu rumusan masalah. Dalam penelitian ini hipotesis yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut: perilaku disiplin siswa di sekolah dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik positive reinforcement.
Sedangkan Hipotesis penelitian ini adalah: Ho
: Disiplin siswa tidak dapat di tingkatkan dengan teknik positive Reinforcement
Ha
: Disiplin siswa dapat di tingkatkan dengan teknik positive Reinforcement