I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X
yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia
koperasi
pengembangannya.
telah
mendapat
banyak
dukungan
bhgi
Secara khusus koperasi pertanian di Indonesia,
terutama melalui Koperasi Unit Desa (KUD), telah mendapat tugas sekaligus berbagai fasilitas untuk turut mendukung pelaksanaan program pencapaian swasembada pangan (beras) dan mendukung pembangunan ekonomi pedesaan.
Berkaitan dengan ha1 ini, keberadaan dan
perkembangan KUD juga telah rnenjadi simbol dari keberadaan dan perkembangan koperasi pertanian di lndonesia dalam dua pulqh tahun tahun terakhir, serta sangat erat kaitannya dengan program dan peran pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Proses pengembangan KUD yang telah berjalan lebih darj 20 tahun
kiranya
dapat
menjadi
pengalaman
yang
berharga
bagi
pengembangan koperasi pedesaan dan pertanian pada umumnya. Dalam masa itu KUD telah menunjukkan kondisi perkembangan yang beragam. Secara umum KUD dinilai telah memberikan dukungan yang signifikan
terhadap
keberhasilan
pembangunan
pertanian
yang
berorientasi pada peningkatan produksi, khususnya swasembada beras. Disamping itu beberapa KUD telah mampu menjadi lembaga usaha
dengan kinerja yang baik dengan nilai usaha yang cukup besar. Namun banyak pula
KUD yang tidak berkembang, bahkan menjadi sumber citra
buruk bagi KUD lain dan koperasi pada urnumnya. Dalam ha1 ini banyak KUD yang belum menunjukkan secara jelas kemampuannya untuk menjadi contoh bagi pencapaian harapan koperasi lndonesia sebagai sokoguru perekonomian. I
Pada masa yang
akan datang peran koperasi
lndonesia
diperkirakan akan tetap, bahkan semakin pentjng terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat. Namun dernikian koperasi juga akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Kondisi
kesejagatan
(globalisasi),
perkembangan sosial
ekonomi
masyarakat, serta perkembangan koperasi sendiri akan rnenuntut koperasi untuk rnampu meningkatkan peran dan fungsi usahanya jika tidak ingin tersisih oleh pelaku usaha lain (Ake-Book, 1994; Cracknell, 1996). Tantangan pengembangan usaha ini akan menjadi kunci
keberhasilan, keberadaan (eksistensi) dan perkembangan koperasi. Untuk itu
koperasi Indonesia, termasuk
KUD,
dituntut memiliki
kemampuan dalarn meningkatkan daya saing usaha anggotanya serta rnampu tetap memberikan dukungan bagi pemenuhan kebutuhan rakyat. Disamping itu koperasi juga dituntut untuk rneningkatkan keterlibatan anggota secara demokratis dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi sekaligus rnendayakan pelaku ekonomi kecil, atau dengan perkataan lain koperasi dituntut untuk tetap dapat menerapkan prinsipprinsip koperasi dalam lingkungan ekonomi yang sernakin bebas dan terbuka. Koperasi lndonesia juga dituntut untuk dapat sernakin
,
berkembang pada kondisi dimana sumberdaya pemerintah untuk mendukung perkernbangannya telah sernakin terbatas, dan situasi dimana
telah
terjadi
peningkatan tuntutan
sebagai
akibat
dari
peningkatan pendapatan, pengetahuan, dan kesadaran masyarakat pada berbagai bidang kehidupan. Tuntutan tersebut bukan rnerupakan sesuatu yang tidak m r g k i n diwujudkan.
Pada banyak negara koperasi telah terbukti memiliki
kernarnpuan dan kinerja usaha yang lebih baik dari lernbaga usaha lain. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari peran koperasi dalam perekonomian. Di Amerika Serikat misalnya, pada tahun 1995 terdapat sekitar 47.000 kegiatan usaha koperasi yang mencakup bisnis skala kecil
.
hingga mencapai bisnis yang terrnasuk 500 terbesar di AS. Pada tahun yang sama barang kebutuhan pokok senilai US$123 miliar telah diperjual belikan dari toko-toko rnilik koperasi. Di AS terdapat sekitar 4000 unit koperasi pertanian dengan anggota rnencapai 2 juta petani. Koperasi pertanian mernasarkan 86 % dari total susu yang dihasilkan, 40 % dari biji-bijian (grains), 41 % dari kapas, 20 % dari buah dan sayur, serta 13 % dari seluruh produksi peternakan di AS.
Pada tahun 1994, 4174 unit
koperasi pertanian AS merniliki volume usaha senilai US$ 89,3 miliar dengan keuntungan (net-income) senilai US$ 1,96 rniliar. Pada tahun 1995, jumlah koperasi berkurang menjadi 4006 unit, tetapi volume usaha dan keuntungannya meningkat rnenjadi US$ 94,O miliar dan US$ 2,35 miiar
Garnbaran serupa juga diberikan oleh peran koperasi di Jepang,
Eropa, Kanada, dan Korea Selatan : koperasi rnernberikan surnbangan
' National Cooperative Business Association : http://www.ncba/w-neVstst.htm
yang besar bagi perekonomian, tidak hanya dilihat dari peran pelayanan tetapi juga dilihat dari pangsa pasar koperasi dalam statistik ekonomi negara yang bersangkutan. Gambaran
pada
beberapa
negara
tersebut
menunjukkan
pentingnya peran koperasi, dan dapat diperkirakan bahwa pada masa yang akan datang koperasi justru dapat berperan lebih besar +lam perekonornian nasional dibanyak negara. Secara analisa-teoritik Cook (1995), Fulton (1995), dan McCain (1995) juga telah menunjukkan bahwa pada masa yang akan datang peran koperasi akan sernakin kuat, walaupun diperlukan penajaman dalam kegiatan dan pendekatan pengelolaannya. Walaupun usaha untuk menghitung secara tepat berapa besar dampak kegiatan dan keberadaan koperasi terhadap perekonornian merupakan ha1 yang penting, namun ha1 yang lebih mendasar adalah untuk mempelajari ha1 apa yang dapat meningkatkan kegiatan koperasi sehingga dampaknya kepada perekonomian dapat diperbesar. Dalam ha1 ini salah satu aspek yang dianggap sangat strategis dalam lingkungan ekonomi adalah aspek perilaku usaha. Darnpak yang dapat ditimbulkan koperasi pada akhirnya bersumber pada ketepatan pengambilan keputusan (perilaku) usaha koperasi itu sendiri (Thyfault, 1996); yang pada gilirannya akan mernpengaruhi kegiatan perekonornian anggota, perkembangan usaha yang dilakukan koperasi, dan manfaat yang dirasakan rnasyarakat secara keseluruhan. Perilaku usaha tersebut akan menentukan tingkat perkembangan k (LeVay, 1983).
i lembaga usaha
1.2. Perurnusan Masalah
Selama 25 tahun terakhir jumlah KUD terus bertambah, dan KUDKUD tersebut menunjukkan perkernbangan yang berbeda satu dengan lainnya. Tahun 1992 misalnya, telah terdapat 8721 KUD, 8024 (92,O persen) diantaranya merupakan KUD aktif, 4060 KUD (46,5 persen) merupakan KUD Mandiri, dan 2365 KUD (27,l persen) merupakaneKUD Mandiri Mantap.
Pada tahun 1996 terdapat 9226 KUD, 8981 (97,3
persen) diantaranya rnerupakan KUD aktif, 6390 (69,3
persen)
merupakan KUD Mandiri, dan 5606 (60,8 persen) merupakan KUD Mandiri Mantap (Balitbangkop, 1996). Mulai awal Pelita V kemudian diperkenalkan predikat KUD Mandiri Inti, yang pada tahun 1997 telah berjumlah 449 unit (Ditjen PKD, 1997). Keragaman status KUD dengan rnenggunakan indikator yang secara formal diperkenalkan oleh pernerintah, seperti predikat KUD Mandiri, KUD Mandiri Inti dan sebagainya; secara
langsung telah
menunjukkan perkembangan yang berbeda antar KUD. Bahkan diantara KUD yang merniliki predikat yang sarna, KUD Mandiri misalnya, juga terdapat
keragaman
yang
sekaligus
rnenggambarkan
tingkat
perkembangan yang berbeda (Muslimin, 1990). Keragaman perkembangan KUD
dicerminkan
oleh
kondisi
internalnya, terutarna dalam kaitannya dengan berbagai indikator kinerja. Disarnping itu keragaman perkembangan yang menonjol juga terjadi antar wilayah (CUAC, 1997), sehingga faktor ekonomi wilayah perlu rnenjadi faktor yang diperhatikan dalarn analisa. Keragaman perkembangan tersebut kemudian mempengaruhi i-espon KUD terhadap masukan dan
fasilitas, baik yang datang dari pihak luar KUD rnaupun strategi usaha yang dilakukan KUD sendiri. Beberapa KUD memiliki kernampuan untuk rnernberi respon yang lebih baik dibandingkan yang lain, dan KUD yang berada pada kelompok KUD ini dapat diidentifikasi sebagai KUD yang rnemiliki kemampuan usaha yang tinggi (CUAC, 1997). Dilain pihak tantangan terbesar yang saat ini masih dihadaa oleh KUD adalah untuk dapat rnewujudkan KUD sebagai badan usaha yang tangguh, yang mampu rnenerapkan prinsip-prinsip koperasi Indonesia, dan marnpu rnewujudkan misinya dalarn memberdayakan ekonorni rakyat. Hal iersebut tersebut dapat
diartikan
meningkatkan kinerja usaha KUD.
.
sebagai tantangan untuk
Melihat keragarnan perkembangan
KUD dapat diduga bahwa diantara KUD ada yang mampu menjawab tantangan tersebut, tetapi juga ada yang tidak mampu. Berkaitan dengan ha1 tersebut kinerja usaha koperasi yang masih belurn seperti yang diharapkan dapat diduga berkaitan dengan. perilaku usaha koperasi yang belum optimal dalam arti belum mendorong mencapaian keunggulan usaha yang tinggi (Thyfault, 1996; Gobia, 1997). Perilaku usaha koperasi adalah proses ekonomi
dan manajemen yang akan
pengambilan
keputusan
mengarahkan perkembangan
kegiatan koperasi sebagai suatu badan usaha disamping perilaku koperasi sebagai lembaga sosial (Torgerson et al, 1997; Staatz, 1987; dan LeVay, 1983).
Diskusi mengenai teori yang mendasari perilaku
usaha suatu koperasi saat ini masih terus berkernbang (Sexton, 1984), dan rnerupakan salah satu bidang kajian utama dalam studi koperasi khususnya dan ekonomi pertanian pada urnumnya (Torgerson et at. 1997,
Murray, 1983; dan Cook, 1994). Dalam ha1 ini terdapat diskusi yang cukup intensif antara pendekatan ekonomi neo-klasik dan ekonomi kelembagaan yang keduanya turut mewarnai perkernbangan teori ekonomi
koperasi. Dalam
kelembagaan,
perilaku
disiplin usaha
kerangka
pemikiran
(business
ekonorni
conduct/business
behavior/business strategy) merupakan hasil dari kondisi struktur usaha
*
(business structure) yang (business performance).
kernudian akan mernpengaruhi kinerja Kinerja itu sendiri pada gilirannya akan
membangun struktur usaha pada tahap selanjutnya (Rumelt, 1986; Schmia, 1987).
Dalam pandangan ini, perilaku usaha dapat diartikan
sebagai pengambilan keputusan usaha yang
dilakukan
dengan
memperhatikan kondisi struktur usaha menuju pencapaian tujuan usaha tertentu. Perilaku usaha send~rimerupakan hasil dari pemikiran dasar bahkan teori
- yang
-
memandu pengambil keputusan dalam mengelola
sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diinginkan dan tingkat perkembangan usaha yang telah dicapai (Lawless, et.al. 1996; Kohls and Uhl, 1990). Berdasarkan pemikiran tersebut, beberapa pertanyaan pokok pertama berkaitan dengan peningkatan kemampuan usaha KUD adalah, pertama, bagaimana keragaman dan perkembangan kelembagaan KUD itu sendiri ? Kedua, bagaimana perilaku usaha KUD pada tiap tingkat perkembangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja KUD dan tingkat perkembangan kelembagaan itu sendiri. Ketiga, bagaimana arah perkembangan kelembagaan KUD, dan bentuk kebijakan apa yang perlu dilakukan
agar
perkembangan tersebut
dapat
mengarah
pada
peningkatan keunggulan KUD dan manfaatnya bagi pengembangan ekonomi rakyat.
1.3. Tujuan
Berdasarkan pemikiran diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk :
* 1.
Mengetahui keragaman dan perkembangan kelembagaan' usaha KUD:
2.
Mengetahui
perilaku usaha KUD pada setiap tingkat ragam
kelembagaannya, dengan
menganalisis keterkaitan hubungan
antara struktur, perilaku, dan kinerja usaha;
3.
Mengetahui arah perkembangan dan strategi pengembangan kelernbagaan dan usaha KUD.
1.4. Ruang Lingkup, Sumbangan dan Keterbatasan Studi
Kegiatan penelitian ini akan diawali oleh suatu diskusi rnengenai perkembangan dan perilaku usaha koperasi. Kemudian akan disusun model analisa empirik mengenai tingkat perkernbangan serta perilaku usaha koperasi. Dalam ha1 ini akan dianalisa seluruh KUD yang terdapat di Propinsi Jawa Barat berdasarkan beberapa karakteristik wilayah. Jawa Barat dipilih karena propinsi ini merupakan salah satu propinsi dengan jumlah koperasi dan KUD terbanyak di Indonesia. Jika dibandingkan dengan kegiatan studi sebelurnnya, penelitian
ini memberikan sumbangan dalarn ha1 pemahaman tentang keragaman
dan perkernbangan kelembagaan usaha KUD. Dalarn ha1 ini ditunjukkan bahwa pemberian predikat KUD Mandiri sebagai salah satu bentuk indikasi perkernbangan KUD masih rnerupakan pengelompokan yang terlalu urnum, dan didalarn kelornpok KUD Mandiri tersebut terdapat kelornpok-kelornpok KUD dengan perkernbangan dan kinerja yang berbeda.
Sumbangan lain adalah dalarn ha1 pernahaman tentang t
perilaku usaha, khususnya katerkaitan antara faktor struktur, perilaku,dan kinerja usaha KUD. Hal ini dikaitkan dengan keragarnan kelornpok KUD itu sendiri, dan ditujukan untuk rnenjadi rnasukan agar
upaya
pengembangan KUD dapat dilakukan dengan strategi yang relatif lebih spesifik dan ditujukan kepada kelompok KUD tertentu.
Secara teknis-
metodologis rnenjadi kegiatan studi pertama yang rnengkaji KUD secara ekstensif dalarn jumlah yang cukup besar. Narnun dernikian, studi ini rnerniliki beberapa keterbatasan. Dilihat dari ruang lingkup, studi ini terbatas pada data yang terse'dia dari berbagai aspek ekonomi KUD Mandiri, dan tidak secara langsung membahas berbagai aspek non-ekonorni yang juga menjadi komponen dari yang rnernpengaruhi perilaku dan kinerja KUD. Dilihat dari aspek metodologis, studi ini terbatas dalam penggunaan data sekunder yang tentunya rnemiliki tingkat kehandalan yang lebih rendah karena rnengandung interpretasi surnber data kedua.
Studi ini juga terbatas
pada penggunaan data cross-section yang bersifat statis sedangkan aspek yang dianalisa merniliki dimensi dinarnis.