1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyakit multifaktoral dengan berbagai penyebab disertai manifestasi mayor, dan penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen dan membutuhkan bantuan untuk aktivitas kesehariannya. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan karena selain kecacatan utama pada usia tua juga pada usia yang lebih muda (WHO, 2010). Setiap tahunnya, 795.000 orang mengalami kejadian stroke yang baru atau rekuren. Lebih kurang 610.000 orang diantaranya mengalami serangan pertama dan 185.000 orang merupakan rekuren. Insiden stroke pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan pada usia lebih muda, tetapi tidak demikian halnya pada usia tua. Rasio insiden pria terhadap wanita pada usia 55-64 tahun adalah 1,25, pada usia 65-74 tahun adalah 1,50, pada usia 75-84 tahun adalah 1,07 dan pada usia ≥ 85 tahun adalah 0,76 (Carnethon et al, 2010).
2
Berdasarkan data dari NCHS (National Center of Health Statistic), stroke menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan kanker (Heart Disease and Stroke Statistic 2010 Update: A Report from American Heart Association). Negara yang sedang berkembang (developing) menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006). Menurut Riskesdas tahun (2013), stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing – masing 9,7 per mil. Sedangkan di Lampung sendiri prevalensi stroke (5,4%) (Riskesdas, 2013). Trombosis merupakan komplikasi utama dari proses aterosklerosis yang melibatkan aktivasi dan agregasi platelet yang berkembang dari ulserasi plak atherom. Atherotrombosis memicu terjadinya oklusi lokal dan embolisme di daerah distal. Dengan manifestasi klinis yang dapat dilihat pada stroke iskemik (Diener, 2006).
3
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MPV berkorelasi dengan fungsi platelet dan aktivasi platelet (Ordu et al., 2009). Kondisi ini dapat dinilai melalui sintesis tromboksan, pelepasan beta-trombomodulin, ekspresi fungsi prokoagulan atau adesi molekul (Canan et al., 2011). Penelitian-penelitian sebelumnya telah menjelaskan hubungan MPV dengan penyakit jantung terutama jantung koroner, telah diketahui bahwa aktivasi dan agregrasi platelet berperan dalam pembentukan trombus (Smyth et al., 2009). Penelitian oleh Slavka G et al., (2011) nilai MPV bisa menjadi parameter prediktif untuk semua kematian vaskular dan penyakit jantung iskemik. Mumpuni tahun (2011) berpendapat, bahwa MPV besar sebagai prediktor kejadian kardiovaskular utama pada sindrom koroner akut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan nilai MPV pada pasien stroke non hemoragik dan stroke hemoragik?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui perbedaan nilai MPV pada pasien stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.
4
2. Tujuan Khusus: a. Untuk mengetahui rerata nilai MPV pada pasien stroke non hemoragik b. Untuk mengetahui rerata nilai MPV pada pasien stroke non stroke hemoragik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari institusi dan dapat diterapkan di masyarakat.
2. Bagi Institusi dan Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pustaka ilmiah bagi universitas dan diharapkan juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian selanjutnya yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuanya.
3. Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan tentang perbandingan nilai MPV pada stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.
5
4. Bagi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Digunakan sebagai masukan untuk RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tentang analisis perbandingan nilai MPV pada pasien stroke non hemoragik dan stroke hemoragik di bangsal saraf RSUD Abdul Moeloek dalam penentuan diagnosis dan tatalaksana.
E. Kerangka Teori
Pecah pembuluh darah
Terkelupasnya endotel
Stroke hemoragik Trombosit teraktivasi Vasokontriksi & trombosit teraktivasi
Adhesi (vWF & VII)
Adhesi (vWF, VII) Sekresi (tromboxan A2)
Nilai MPV Sekresi (tromboxan A2)
Agregasi trombosit (tromboxan A2 & ADP)
Thrombosis arteri
Stroke non hemoragik
Agregasi trombosit (tromboxan A2 & ADP)
Kaskade koagulasi
Perdarahan berhenti
Gambar 2 Kerangka teori menurut (Price, 2006; Rahajuningsih, 2009)
6
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Kerusakan endotel
Variabel Dependen Stroke non hemoragik Nilai MPV
Pecah pembuluh darah
Stroke hemoragik
Gambar 3 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas, yang menjadi variabel independen pada penelitian ini adalah stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Variabel dependen pada penelitian ini adalah nilai MPV.
G. Hipotesa
H0: Tidak terdapat perbedaan nilai MPV pada pasien stroke non hemoragik dan stroke hemoragik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
H1: Terdapat perbedaan nilai MPV pada pasien stroke non hemoragik dan stroke hemoragik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.