Efektifitas Strategi Upstream Terhadap Perubahan Perilaku; Asmaul Husna, dkk
EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA Asmaul Husna1 dan Budi Suryana2 1,2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Pontianak
ABSTRAK Latar Belakang: Strategi antisipasi upstream merupakan alternative yang baru saja diuji cobakan di lima provinsi dengan kategori prevalensi karies tinggi, yaitu Sumatra Barat, Kupang, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Strategi antisipasi upstream menekankan pada pencegahan karies lebih awal dengan pendekatan menggali pengetahuan orang tua, kebiasaan anak sehari hari dan komitmen orang tua untuk berpartisipasi merubah kebiasaan anak yang kurang baik ke arah kebiasaan yang lebih baik melalui konseling. Metode upstream menitik beratkan pada peran orang tua dalam merubah perilaku anak, dari yang kurang sehat menjadi lebih sehat. Tujuan: penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas strategi up stream terhadap perubahan perilaku hidup sehat gigi melalui konseling Metode: penelitian yang digunakan adalah experiment sederhana dengan design pre dan post adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan intervensi pada subyek penelitian sehingga menimbulkan data yang diinginkan, dengan cara konseling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SDN 12 Pontianak Kota, sampel berjumlah 32 dengan teknik purposive sampling. Hasil: uji statistik dengan uji beda mean (t-test) diperoleh perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan rata-rata = 2,72 dengan probabilitas 0,000 dan rata-rata perilaku hidup sehat gigi sesudah konseling 6,44 dengan probabilitas 0,000, dengan perbedaan mean 3,71. Dan probabilitas 0,000, oleh karena probabiltas lebih kecil dari 0,05 maka menolak hipotesis nol (HO) yang artinya terdapat pebedaan perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan konseling, atau terjadi perubahan perilaku buruk ke perilaku baik sebesar 65,7%. Kata Kunci: Upstream, Perilaku, Gigi, Konseling
PENDAHULUAN Dampak yang disebabkan oleh karies gigi cukup serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah1 yaitu apabila karies tidak terawat menyebabkan rasa sakit sehingga mengganggu asupan makan anak yang penting untuk perkembangan otak, menimbulkan gangguan tidur yang selanjutnya mengganggu produksi glucosteroid dan pertumbuhan anak yang bisa mengakibatkan konsentrasi belajar terganggu, inflamasi kronis dari karies gigi juga dapat menekan hemoglobin dan selanjutnya menimbulkan anemia karena
produksi eritrosit dalam sumsum tulang menjadi berkurang. Lebih dari 50 juta jam sekolah pertahun hilang yang ditimbulkan oleh sakit gigi pada anak dan akibat ini akan berdampak hingga kehidupan dewasa2 (WHO, 2005). Hasil evaluasi karies gigi pada anak balita di DKI Jakarta tahun 1993 menemukan 44,4% anak mengalami susah makan karena keluhan sakit gigi, dan hal ini berdampak 13,1 % anak mempunyai status gizi dibawah normal3 (Dinkes DKI, 1993). Persoalan karies tidak pernah selesai sampai saat ini, meskipun berbagai pendekatan
Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014
Efektifitas Strategi Upstream Terhadap Perubahan Perilaku; Asmaul Husna, dkk
program sudah dijalankan, hal ini mengundang keprihatin berbagai pihak terutama instansi yang terkait, antara lain Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan baik tingkat I maupun tingkat II, dan Poltekkes kemenkes Pontianak jurusan keperawatan gigi, yang keberadaannya belum mampu untuk menekan prevalensi karies yang semakin menjulang tinggi, yaitu 6,384. Strategi antisipasi upstream merupakan alternative yang baru saja diuji cobakan di lima provinsi dengan kategori prevalensi karies tinggi, yaitu Sumatra Barat, Kupang, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Strategi antisipasi upstream menekankan pada pencegahan karies lebih awal dengan pendekatan menggali pengetahuan orang tua, kebiasaan anak sehari hari dan komitmen orang tua untuk berpartisipasi merubah kebiasaan anak yang kurang baik ke arah kebiasaan yang lebih baik melalui konseling. Sekolah Dasar Negeri 12 Pontianak merupakan salah satu Sekolah Dasar yang melakukan MOU dengan Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak, sebagai lahan praktek mahasiswa/i mata kuliah pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat, hal ini sudah berlangsung selama 3 tahun. Adapun kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 12 meliputi penyuluhan, pemeriksaan dan pengobatan sederhana, namun kegiatan ini belum mampu untuk merubah pola hidup sehat gigi anak anak SDN 12, sehingga diperlukan peran serta orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak anaknya dalam berperilaku hidup sehat. Metode upstream menitik beratkan pada peran orang tua dalam merubah perilaku anak, dari yang kurang sehat menjadi lebih sehat.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian experiment sederhana dengan design pre dan post adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan intervensi pada subyek di SDN 12 Jl. Alianyang Kelurahan Sei Bangkong Kecamatan Pontianak Kota. Populasi adalah seluruh siswa/i SDN 12 Pontianak Kota yang berjumlah 255 siswa. Teknik sampel menggunakan purposive dengan jumlah sampel 32 responden yang duduk di kelas satu. Alat penelitian yang digunakan adalah lembar konsultasi berupa lembar cheklist pola perilaku sehat gigi, kuesioner atau wawancara terstruktur meliputi: kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan, minuman, menyikat gigi dan pemeriksaan gigi ke klinik gigi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t.test untuk melihat efektifitas strategi antisipasi upstream terhadap perubahan pola hidup sehat gigi melalui metode konseling. Analisis kualitatif untuk deskripsi dan pemahaman terhadap situasi atau perilaku dengan mempelajari hasil konseling dan ditampilkan dalam kutipan wawancara. HASIL PENELITIAN Penelitian tentang efektifitas strategi up stream terhadap perubahan perilaku hidup sehat gigi melalui konseling di SDN 12 Pontianak menggunakan subyek penelitian siswa-siswi kelas 1, pada bulan mei 2013. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 32 siswa/i, dengan 25 siswa laki-laki dan 7 siswi perempuan. Usia responden berada pada rentang 6 tahun sampai dengan 7 tahun. 1. Perilaku konsumsi minum, cara makan responden dan waktu menggosok gigi
Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014
Efektifitas Strategi Upstream Terhadap Perubahan Perilaku; Asmaul Husna, dkk
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Konsumsi Minum, Cara Makan dan Waktu Menggosok Gigi Ya No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tidak
Item Pertanyaan Minum soft drink lebih dari 1 kali dalam sepekan Minum susu lebih dari 4 kali dalam sehari Minum susu menggunakan botol Suka ngemut permen setiap hari Ketika makan suka diemut Menggosok gigi tanpa dibantu Menggosok gigi sesudah selesai makan Menggosok gigi sebelum tidur malam hari
Dari 32 responden distribusi responden berdasarkan pola minum, cara makan, dan waktu menggosok gigi adalah sebagai berikut, 25% responden mengkonsumsi soft drink lebih dari satu kali dalam sepekan, 71,9 % minum susu lebih dari empat kali dan menggunakan botol susu, 50% suka ngemut premen setiap hari, 75% ketika makan suka diemut, 90% tidak menggosok gigi sesudah selesai makan dan 68,8% tidak menggosok gigi sebelum tidur malam hari.
F 8
% 25.0
f 24
% 75.0
23 23 16 24 4 3 10
71.9 71.9 50.0 75.0 12.5 9.4 31.1
9 9 16 8 28 29 22
28.1 28.1 50.0 25.0 87,5 90.6 68.8
responden permukaan gigi dengan ada bercak putih dan 81.3% dengan gigi yang berlubang. 3. Faktor Peranan Orang Tua Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Peranan OrangTua Kategori Peranan Orang Tua
Jumlah f
%
1. Baik
6
18,8
2. Buruk
26
81,3
32
100
Jumlah
2. Keadaan Kesehatan Gigi Responden Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kesehatan Gigi Variabel Kesehatan Gigi 1. Gigi Belakang ada garis kehitam hitaman Ada Tidak ada 2. Permukaan gigi ada bercak putih Ada Tidak ada 3. Gigi yang berlubang Ada Tidak ada
Jumlah f %
Sebagian besar 81,3% responden memiliki kategori buruk dalam mengambil peran untuk membimbing anaknya berperilaku hidup sehat gigi. 4. Perilaku Hidup Sehat Gigi
10 22
31.3 68.8
2 30
6.3 93.8
26 6
81.3 18.8
Pada tabel 2. terlihat bahwa sebagian besar yaitu 31.3% responden dengan gigi belakang ada garis kehitam hitaman, dan 6.3%
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Sehat Gigi Perilaku Hidup Sehat Gigi Awal 1. Baik 2. Buruk Jumlah Perilaku Hidup Sehat Gigi Akhir 1. Baik 2. Buruk Jumlah
Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014
Jumlah f 5 27 32
% 15,6 84,4 100
26 6 32
81,3 18,8 100
Efektifitas Strategi Upstream Terhadap Perubahan Perilaku; Asmaul Husna, dkk
Terlihat bahwa sebagian besar responden (84,4%) memiliki perilaku hidup sehat gigi sebelum dilakukan konseling dengan kategori buruk, tetapi setelah dilakukan konseling perilaku hidup sehat gigi sebagian besar responden (81,8%) dengan kategori baik. 5. Perilaku Hidup Sehat Gigi dilakukan konseling dengan hidup sehat sesudah konseling
sebelum perilaku
Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Hidup Sehat Gigi Sebelum dan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan konseling
Perilaku Hidup Perilaku Hidup Sehat Sehat Gigi Gigi Sesudah Sebelum Baik Buruk Baik 5 0 Buruk 21 6 Jumlah 26 6
Jumlah
5 27 32
Terlihat bahwa perilaku hidup sehat gigi responden sebelum dilakukan konseling, 27 responden berperilaku buruk, tetapi sesudah dilakukan konseling maka 21 dari 27 responden berubah menjadi perilaku hidup sehat gigi dengan kategori baik dan 6 responden dengan perilaku tetap buruk. 6. Analisis uji statistik Tabel 6. Analisis Statistik Uji Beda t-test Variabel Perilaku Sebelum Perilaku Sesudah
Mean Perbedaan Probbilitas 2,72 0,000 mean 3,71 6,44
Hasil uji statistik dengan uji beda mean (t-test) diperoleh perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan rata-rata = 2,72 dengan probabilitas 0,000 dan rata-rata perilaku hidup sehat gigi sesudah konseling 6,44 dengan probabilitas 0,000, dengan perbedaan mean 3,71. Dan probabilitas 0,000, oleh karena probabiltas lebih kecil dari 0,05 maka menolak hipotesis nol (HO) yang artinya terdapat pebedaan perilaku hidup
sehat gigi sebelum konseling dengan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan konseling. PEMBAHASAN Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara perilaku hidup sehat gigi sebelum dilakukan strategi up stream melalui konseling dengan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan strategi up stream melalui konseling, dengan nilai mean awal = 2,72 dan mean akhir = 6,44, sehingga diperolah perbedaan mean = 3,719 dan probabilitas = 0,000. 1. Perilaku hidup sehat gigi sebelum dilakukan intervensi strategi up stream. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa diperoleh mean= 2,72 dengan batas bawah 2,11 dan batas atas 3,33. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku buruk. Hal ini dikarenakan 84,4% responden mempunyai pola hidup sehat gigi yang jelek seperti minum susu lebih dari 4 kali dalam sehari dengan menggunakan botol susu (71,9%), suka mengemut makanan ketika makan (75%), tidak menggosok gigi setelah selesai makan (90,6%) dan tidak menggosok gigi sebelum tidur malam (68,8%), akibatnya keadaan kesehatan giginya pun buruk (75%) responden mengalami lubang gigi. Keadaan ini juga dipicu oleh peran serta orang tua (81,3%) mempunyai kategori peran serta buruk, hasil wawancara dengan responden diperoleh bahwa 12,5% orang tua dalam mengasuh putra putrinya dibantu oleh orang lain, 87,5% tidak membantu putra putrinya dalam menyikat gigi, dan 71,9% memberikan air susu dengan menggunakan botol susu. Hal ini terjadi karena ketidak tahuan bahwa perilaku tersebut memicu terjadinya lubang gigi pada putra putrinya. 2. Perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan intervensi strategi up stream melalui konseling
Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014
Efektifitas Strategi Upstream Terhadap Perubahan Perilaku; Asmaul Husna, dkk
Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa diperoleh mean = 6,44 dengan batas bawah 5,69 dan batas atas 7,18. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku baik. Hasil uji statistik ini diperkuat dengan data bahwa 81,3% responden sudah mempunyai perilaku hidup sehat gigi yang baik, dan hanya 18,8 yang berperilaku buruk. Perubahan perilaku ini disebabkan pemahaman orang tua tentang kesehatan gigi mulai baik, orang tua mulai aktif memperhatikan kesehatan gigi putra putrinya. Hal ini terlihat dari antusias ibu ibu untuk memberikan vitamin gigi dan menyetujui untuk dilakukan penambalan gigi putra putrinya yang sudah terlihat garis garis kehitaman di permukaan gigi belakang 3. Analisis efektifitas strategi up stream terhadap perubahan perilaku hidup sehat gigi melalui konseling Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji beda t-test, diperoleh perbedaan mean/ mean different = 3,719 dan probabilitas = 0,000, yang bararti terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum konseling dengan perilaku sesudah konseling. Hal ini terlihat bahwa responden dengan perilaku buruk sebelum konseling sebanyak 27 responden dan hanya 5 responden yang mempunyai perilaku baik, kemudian sesudah di intervensi dengan strategi up stream melalui konseling, dari 27 responden yang berperilaku buruk, 21 responden berubah perilaku menjadi baik dan hanya 6 orang yang masih mempunyai perilaku buruk, sehingga jumlah keseluruhan perilaku baik menjadi 26 responden, atau terjadi perubahan perilaku buruk ke perilaku baik sebesar 65,7%. Perubahan terlihat pada perilaku menyikat gigi yang tepat waktu, mengkonsumsi air putih sesudah minum susu, peran serta orang tua dalam mengatur menu makanan dengan memberikan menu yang lebih menyehatkan gigi seperti sayur dan buah, serta mengurangi frekuensi minuman
soft drink. Kemudian pemberian vitamin gigi serta penutupan fissure yang dalam (fissure silent). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo yang mengatakan bahwa proses perubahan perilaku yang sangat mendasari adalah pengetahuan, karena pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Disamping itu perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik indivividu dan lingkungannya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku atau kebiasaan individu. Kebiasaan dilakukan dalam kehidupan seseorang sehari-hari tanpa adanya perasaan terpaksa. Perilaku dapat dibentuk sejak kecil dari lingkungan rumah terdekat yaitu orang tua, saudara kandung, dan pengasuh merupakan pembentuk tingkah laku utama pada anak5. KESIMPULAN Perilaku responden sebelum dilakukan intervensi dengan strategi up stream = 2,72 dengan batas bawah 2,11 dan batas atas 3,33. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku buruk. Perilaku responden sesudah diintervensi dengan srtategi up stream = 6,44 dengan batas bawah 5,69 dan batas atas 7,18. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku baik. Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum konseling dengan perilaku sesudah konseling. Hal ini terlihat bahwa responden dengan perilaku buruk sebelum konseling sebanyak 27 responden dan hanya 5 responden yang mempunyai perilaku baik, kemudian sesudah di intervensi dengan strategi up stream melalui konseling, dari 27 responden yang berperilaku buruk, 21 responden berubah perilaku menjadi baik dan hanya 6 orang yang masih mempunyai perilaku buruk, sehingga jumlah keseluruhan perilaku baik menjadi 26 responden, atau terjadi perubahan perilaku buruk ke perilaku baik sebesar 65,7%.
Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014
Pengaruh Viskositas Saliva Terhadap Pembentukan Plak Gigi ; Nidia Alfianur,dkk
SARAN 1. Bagi Instansi Terkait (Dinkes Tk.II Kota Pontianak dan JKG Poltekkes Kemenkes Pontianak : untuk mempertimbangkan metode strategi up stream melalui konseling sebagai bagian dari program promosi kesehatan, supaya prevalensi karies gigi pada anak anak dapat ditekan. 2. Bagi Masyarakat, menjadi bahan informasi dan masukan bahwa keterlibatan orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak anaknya sangat penting. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana menanamkan perilaku yang baik pada anak anak menjadi perilaku yang permanen. KEPUSTAKAAN 1. Mouradian, W.E., 2001, Dental Health and Children-Prevention Of Dental Disease” journal of the American Medical Association 284 (20):2625–2631. 2. WHO, 2005 3. Dinkes DKI, 1993 4. Depkes R.I., 2008, Riskesdas 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta 5. Notoatmodjo, 2005, Pendidikan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Insidental, Vol. 1, No. 1, November 2014
6