I I
Bahasa, Sastra, dan Nasionalisme
Panitia Seminar Internasional Bahasa dan Sastra 2014 Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat Jalan Dokter Sujono Jempong Baru, Sekarbela, Mataram, NTB 2014
.T
Bahasa, Sastra, dan Nasionalisme
Panitia Seminar Internasional Bahasa dan Sastra 2014 Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat Jalan Dokter Sujono Jempong Baru, Sekarbela, Mataram, NTB 2014
Bahasa, Sastra, dan Nasionalisme Penanggung jawab: Syarifuddin
Tim Penyunting: Muhammad Shubhi Lalu Erwan Husnati Nuryati Yenni Febtaria W. Toni Syamsul Hidayat Syaiful Bahri Dewi Nastiti L. Hartini Siti Djuwarijah
Desain grafis oleh: Ni Wayan Widiartini
Panitia Seminar Internasional Bahasa dan Sastra 2014 Mataram, NTB
iii
Kata Pengantar
Ungkapan "Bahasa Menunjukkan Bangsa" memiliki makna yang mendalam, bahasa sebagai identitas suatu bangsa menjadi media untuk mewariskan nilai-nilai budaya yang secara nasional dapat mengikat dan menyatukan semua elemen bangsa dan dapat menjadi media resolusi konflik dan disintegrasi. Rasa memiliki suatu bahasa membuat penutur bahasa tersebut dekat secara emosional dengan penutur lain sekalipun berasal dari bagian bumi yang berbeda. Ikatan emosional ini akan menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebanggaan sehingga muncul keinginan dan semangat untuk menciptakan dan mempertahankan kedaulatan bangsanya. Penyebaran dan penguatan paham nasionalisme Indonesia terbukti pada kuatnya dan pentingnya peran kebahasaan dan kesusastraan. Puisi dan lagu-lagu perjuangan terus mengiringi dan menyemangati setiap gerak langkah perjuangan Indonesia dari sebelum sampai sesudah hari kemerdekaan. Seiring perkembangan zaman, saat nasionalisme itu kini terasa memudar, sudah seharusnya kita melirik untuk memfungsikan dan menguatkan kembali peran bahasa dan sastra dalam mengokohkan rasa nasionalisme. Beranjak dari konsep tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat menyelenggarakan kegiatan Seminar Internasional Bahasa dan Sastra 2014 dengan tema "Bahasa, Sastra, dan Nasionalisme". Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 23 September 2014 di Hotel Jayakarta, Senggigi, Lombok. Artikel-artikel dari pemakalah pada kegiatan seminar ini diseleksi oleh tim penyeleksi dan telah melalui proses penyuntingan sebelum kegiatan berlangsung. Makalah-makalah tersebut selanjutnya disunting selama kurang lebih satu bulan oleh tim redaksi sehingga baru pada bulan November prosiding seminar ini dapat diterbitkan. Prosiding ini juga dilengkapi dengan jadwal seminar, daftar hadir pemakalah, dan notulensi diskusi selama makalah dipresentasikan. Kami berharap kegiatan seminar nasional dan prosiding ini dapat menjadi sebuah karya dan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih atas segala bentuk perhatian dan dukungan atas terselenggaranya kegiatan seminar ini dan mohon maaf atas kekurangan yang masih terjadi, semoga bisa menjadi bahan evaluasi untuk kebaikan kegiatan mendatang.
Salam kami, Panitia
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi
ii iv
Ade Hikmat, Nani Solihati dan Fifi Nofiyanti Ai Kurniati Ali Imron Al-Ma'ruf Apri Kartikasari H.S Aquari Mustikawati Arifuddin Aylanda Hidayati Dwi Nugroho Dian Karma Rachmawati Dwi Hariyanto Edy Prihantoro dan Dinda Rakhma Fitriani ElisSetiati Erna Sunarti Farida Nugrahani Hary Murcahyanto Hilmiati : Hizbul Maududi Huriah Rachmah IKetut Warta I Made Suyasa I Nyoman Sudika Ich wan Suyudi Irma Setiawan, M. Syukri Isnaini Yulianita Hafi Kamaludin Yusra Kasman Khirjan Nahdi Lili Hartono M.Oktavia Vidiyanti Mardi Adi Armin Mazhar Muh. Jaelani Al-Pansori dan Herman Wijaya Muhammad Bahar Akkase Teng Muhammad Rohmadi Mukti Widayati Murahim Nani Solihati Nengah Istiqomah Siti Fatimah dan Ngatmini Ni Wayan Mira Susanti Ni Wayan Sartini
1 12 22 40 51 57 75 86 97 104 110 122 131 144 157 164 170 182 189 197 209 215 227 233 251 262 269 279 290 296. 305 318 325 335 346 351 364 373 382 386
vi
'.
dkk
446) Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2014
PATRIOTISME DALAM KALINDAQDAQ MANDAR Dr. Hj. Nurhayati, M.Hum, Universitas Hasanuddin, Makassar
Abstrak Salah etnis yang ada di Sulawesi Barat adalah etnis Madar. Sebelum terbentuk Provinsi Sulawesi Barat etnis ini masuk dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Mandar sebagai salah etnis di Indonesia mempunyai kebudayaan dengan ciri tersendiri. Salah satu produk budaya yang masih dipakai sekarang adalah kalindaqdaq atau puisi Mandar. Ka1indaqdaq atau puisi atau pantun Mandar adalah sastra lisan karena dituturkan secara lisan. Sebagai hasil kebudayaan, kalindaqdaq telah terekam dalam pikiran, cita, dan rasa masyarakat Mandar. Masyarakat Mandar dalam hal isi to Mandar (orang Mandar) masih menggunakan kalindaqdaq, meskipun hanya terbatas pada acara adat seperti perkawinan, khitanan, dan ketika seorang orang tua memberikan nasihat kepada anaknya biasanya menggunakan kalindaqdaq. Tema-tema dalam kalindaqdaq cukup bervariasi, salah satunya adalah tema patriotisme. Kata dasar patriotisme adalah patriot yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia patriot berarti pembela atau pencinta tanah air, kata patriotisme berarti semangat cinta tanah atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah air. Patriotisme dalam kalindaqdaq Mandar ditemukan 6 semangat yaitu: semangat kepahlawanan, berjiwa menantang, semangat percaya diri, berjiwa satria, semangat persatuan dan kesatuan, dan berjiwa tangguh. Keenam semangat patriotisme ini sangat perlu diketuhui oleh masayarakat Mandar pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kata kunci: patriotisme dan kalindaqdaq
A. Pendahuluan Suku Mandar adalah salah satu suku yang ada di Indonesia terletak di Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat mempunyai 5 kabupaten yaitu, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara. Kabupaten terbanyak didiami suku Mandar di Kabupaten Majene dan Kabupaten Polewali Mandar. Kabupaten Majene adalah salah satu daerah tingkat di Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia dengan ibu kotanya Majene. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 947,84 km dan berpenduduk sebanyak 138.825 jiwa. Kabupaten Majene mempunyai wilayah yang strategis, terletak sekitar 302 km sebelah utara Kota Makassar. Selain suku Mandar sebagai suku mayoritas di Kabupaten Majene, Kabupaten Majene juga dihuni oleh suku lain seperti Bugis dan Jawa, dan lain-lain. Sebagian besar penduduk Majene bekerja di sektor pertanian, perikanan dan perkebunan. Bahasa yang umum digunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari adalah bahasa Mandar. 2
Selain Kabupaten Majene, di Kabupaten Polewali Mandar juga tempat bermukim suku Mandar. Sebelum dinamai Polewali Mandar, daerah ini bernama Kabupaten Polewali Mamasa disingkat Polmas yang secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Setelah daerah ini dimekarkan dengan berdirinya
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat | 447
Kabupaten Mamasa sebagai kabupaten tersendiri, maka nama Polewali Mamasa pun diganti menjadi Polewali Mandar. Nama Kabupaten ini resmi digunakan dalam proses administrasi pemerintahan sejak tanggal 1 Januari 2006 setelah ditetapkan dalam bentuk PP No. 74 Tahun 2005, tanggal 27 Desember 2005 tentang perubahan nama Kabupaten Polewali Mamasa menjadi Kabupaten Polewali Mandar. Jumlah penduduk di kabupaten Polewali Mandar adalah 455.572 jiwa. Ibu kotanya adalah Polewali yang berjarak 246 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kabupaten Polewali Mandar merupakan pusat kerajaan di Mandar yang disebut dengan kerajaan Balanipa. Kerajaan Balanipa ini beberapa pejuang kemerdekaan dilahirkan di antaranya Ammana Wewang, Ammana Patolawali, Ibu Agung, dll. Kedua kabupaten inilah tempat lahirnya kalindadag. Kalindadaq adalah puisi Mandar. Ciri kalindaqdaq, seperti umumnya puisi, yaitu mempunyai larik dan bait, dan sajak. Namun, kalindadaq yang diciptakan dewasa ini sudah sangat modern yang tidak memperhatikan lagi sajak. B. Sekilas Kerajaan Balanipa Mandar Berbicara masalah patriotisme dalam kalindaqdaq Mandar tidak lepas dari peran kerajaan di Mandar. Salah saru kerajaan yang paling terkenal dan disegani di nusantara adalah Kerajaan Balanipa Mandar. Posisi wilayah teritorial Mandar terletak di bagian Barat Jazirah Sulawesi atau diantara 118° dan 119° Bujur Timur dan 1° dan 3° Litang Selatan. Pada zaman Afdeling Mandar yang memiliki empat onderafdeling, yaitu: Polewali, Majene, Mamuju, dan Mamasa. Saat ini telah berdiri suatu wilayah administrasi pemerintahan yang disebut Pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan. Terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat dimaksud berdasarkan UU No.26 Tahun 2004 tentang Provinsi Sulawesi Barat. Sebelum penjajahan, di Mandar terdapat tujuh kerajaan pantai bersekutu di wilayah pantai yaitu: "Pitu Babana Binanga" dan tujuh kerajaan hulu sungai bersekutu yang disebut "Pitu Ulunna Salu. Kedua wilayah kerajaan ini bersekutu lagi dalam sebuah pertemuan yang dikenal dengan "Alamuang Batu di Luyo" dan menghasilkan sebuah ikrar yang disebut ikrar "Sipamandar" yang berarti saling menguatkan. Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada abad XVI Masehi. Inti dari pertemuan raja-raja pantai dan hulu sungai adalah mempersatukan dua wilayah gunung dan pantai. Persekutuan kerajaan-kerajaan tersebut tidak hanya didasari oleh adanya kesadaran wilayah geografis tapi juga karena faktor kesatuan geneologi (keturunan) karena berasal dari satu nenek moyang yang bernama Pongkapadang dan Torijene (Daud, 2007:1-2). Kerajaan Balanipa Mandar berdiri yang dimulai dari persekutuan "Appe Banua Kaiyang " (Empat Rumah Besar) yaitu : Napo, Samasundu, Mosso dan Todang-todang. Keempat Banua Kaiyang tersebut sepakat mendirikan Kerajaan Balanipa di Mandar dengan mengangkat Imanyambungi, putra Tomakaka Napo sebagai raja pertama. Di bawah pemerintahan Imanyambungi, kerajaan Balanipa Mandar berkembang menjadi besar dan memelopori persekutuan Kerajaan Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba'bana Binanga yang wilayahnya meliputi daerah Paku sampai Suremana (Wilayah Sulawesi Barat). Pada masa mudahnya, Imanyambungi
m:
4481 Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2014
pernah menjabat sebagai salah seorang Panglima Perang (Tobarani) Kerajaan Gowa di zaman pemerintahan Tumaparissi Kalonna (1510-1546). Pada waktu terjadi pertentangan di wilayah negerinya, lalu ia dipanggil untuk membantu menyelesaikan persoalan internal tersebut. Keberhasilannya menyelesaikan perselisihan yang terjadi itu, menyebabkan ia dipilih dan diangkat menjadi pemegang kendali kekuasaan pertama di Kerjaan Balanipa yang dibentuk dari pesekutuan Empat Negeri Besar (Appe Banua Kaiyyang) yaitu, Napo, Samasundu, Todang-todang dan Mosso, sekitar abad XV tepatnya tahun 1520 M, waktu itu agama Islam belum masuk di Sulawesi Selatan. Dari Kerajaan Balanipa Mandar muncul pejuang-pejuang kemerdekaan yang tentu saja banyak yang terinspirasi menciptaan kalindadaq patriotisme. Kata Mandar memiliki banyak pengertian. Ada beberapa pengertian yang telah dihimpun baik dari lontar maupun dari cerita rakyat, yaitu: 1. Menurut logat/bahasa Kata madar berasal kata "manda" yang bersinonim dengan kata "makassa". Kata manda ini berarti kuat bagi bahasa-bahasa pitu ulunna salu. 2. Pengertian menurut sejarah/politik Mandar dalam pengertian sejarah/politik nama dari suatu unit kerajaan atau gabungan antara tujuh unit kerajaan hulu sungai (Pitu Ulanna Salu) dan tujuh kerajaan muara sungai (Pitu Baqbana Binanga). 3. Mandar berasal dari konsep perjanjian "Sipamandar" yang berarti saling menguatkan. 4. Mandar berarti nama sebuah sungai yang mengalir melintasi wilayah kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Menurut sejarahnya, sebagian besar masyarakat memercai bahwa sungai Mandar mengandung suatu kekuatan yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit sebagaimana tersimpul dalam ungkapan "Matawarna Panawar" (Banru, SKU Makassar Press). 5. Kata madar menurut orang Makassar kata mandar itu berasal dari kata "mandara" yang berarti cahaya yang memancarkan cahayanya ke semua penjuru. Hal ini juga memberi pengertian adanya kekuatan yang dapat memantulkan cahaya (Asdy, 2008:9). 6. Kata mandar disebut orang Bugis dengan kata "menre" yang artinya naik. Pengertian ini mengindikasikan kekuatan yang mampu naik. 7. Perkataan mandar sering juga sering disebut dengan "tipalayo". Secara etimologi kata tipalayo ini berarti tinggi semampai. Secara terminologinya, kata "tipalayo" ini adalah kesimpulan segenap unsur kecantikan seseorang (Nurhayati, 1985:3). Dari beberapa mengertian kata mandar di atas memberi pengertian "kuat" atau yang "menjadikan kuat". Jadi, kata mandar adalah segenap kekuatan yang dimiliki oleh pemiliknya yaitu suku mandar.
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat | 449
C. Pengertian Patriotisme dan Kalindaqdaq 1. Pengertian Patriotisme Kata patriotisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:736) berarti semangat cinta tanah air, sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segalagalanya demi kejayaan dan kemakmran tanah air. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa negara Patriotisme berasal dari kata "patriot" dan "isme" yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau "heroism" dan "patriotism" dalam bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga. Ada dua jenis patriotisme: a. Patriotisme Buta (Blind Patriotism) : keterikatan kepada bangsa dan negara tanpa mengenal toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan : "right or wrong is my country" (benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya). b. Patriotisme Konstruktif (Constructive Patriotisme) : keterikatan kepada bangsa dan negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama. Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada : Masa Darurat (Perang) : Sikap patriotism pada masa darurat (perang) dapat diwujudkan dengan cara : mengangkat senjata, ikut berperang secara fisik melawan penjajah, menjadi petugas dapur umum, petugas logistik, menolong yang terluka, dsb. Masa Damai (Pasca kemerdekaan) : Sikap patriotism pada masa damai dapat diwujudkan dengan cara : menegakkan hukum dan kebenaran, memajukan pendidikan, memberantas kebodohan dan kemiskinan, meningkatkan kemampuan diri secara optimal, memelihara persaudaraan dan persatuan,dsb. Semangat kebangsaan (Nasionalisme dan Patriotisme) dapat diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar dengan cara melalui,keteladanan, pewarisan, serta ketokohan. Secara singkat semangat patriotisme adalah: a. Berjiwa cinta tanah air b. Berjiwa kepahlawanan c. Bersikap tangguh dan tangguh d. Bersikap toleransi dan solidaritas e. Bersikap menantang f. Bersikap rela berkorban g. Berjiwa satria h. Bersikap percaya diri i. Berj iwa tanpa pamri j. Berj iwa kesetiakawanan
4501 Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2014
2.
Pengertian Kalindadaq Kalindaqdaq merupakan karya sastra lama yang termasuk dalam kategori puisi. Secara etimologi, kalindaqdaq berasal dari kata kali 'jadi' dan daqdaq 'dada'. Jadi, kalindaqdaq artinya isi dada yag diasosiakan hati. Isi hati yang digali untuk disampaikan kepada masyarakat. Dalam bahasa Arab daqdaq berasal dari kata qaldan yang berarti memintal. Kata ini diasosiakan memintal benang jika memintalnya memerlukan kehati-hatian. Seperti itulah membuat kalindandaq memerlukan kehati-hatian. Selain kata qaldan ada kata qallidun yang berarti gudang. Kata ini diasosiakan kepada penyimpanan, jika dihubungkan dengan kalindaqdaq tempat penyimpanan berbagai khasana ilmu, pengetahuan, dan kebijakan. Kemudian ada kata qalaaid yang berarti kalung. Kalung adalah perhiasan perempuan. Jika diasosiakan dengan kalindaqdaq itu mempunyai katakata indah dan makna yang indah. Namun, isi kalindaqdaq bisa juga berupa sindiran dan ejekan. Bentuk kalindaqdaq hampir sama dengan pantun Melayu yang berbentuk empat larik. Pada umumnya larik pertama delapan suku kata, larik kedua tujuh suku kata, larik ketiga lima suku kata, dan larik keempat tujuh suku kata. Keempat lariknya semua isi. Keadaan kalindaqdaq di Mandar sekarang sudah mulai bergeser pemakaiannya. Hal ini disebebkan masuknya unsur-unsur budaya luar seperti masuknya budaya Barat, Korea, dan lain-lain. Dahulu kalindaqdaq dipakai sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Namun sekarang, kalindaqdaq hanya dapat kita dengar bila ada acara-acara tertentu seperti acara khatam Alquran, pelamaran, dan pernikahan, atau dalam acara-acara adat. D. Patriotisme dalam Kalindaqdaq Mandar Unsur-unsur patriotisme dalam kalindaqdaq mandar banyak kita jumpai. Hal ini sesuai dengan perkataan mandar di atas yang banyak mengarah kepada kekuatan suku Mandar. Berikut patriotisme dalam kalindadaq Mandar: a.
Semangat kepahlawanan Semangat kepahlawan dijumpai dalam kalindaqdaq Mandar, kata pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:715) berarti orang yang berani dan berkorban dalam membela kebenaran. Perhatikan contoh berikut: Kalindaqdaq (1) Indi tía to muane Bannang pute sarana Meloq di bolong Meloq di lango-Iango. Terjemahan: Aku ini pahlawan
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat 1451
Adalah benang putih Yang siap basah Menghadapi warna apapun. Kalindaqdaq (2) Terjemahan Tania to muane Muaq j hip ai gayang Attonganang di tiaq Di sanga to barani. (Bukan pahlawan Bila harus ada keris terselip di pinggang Karena keadilan dan kebenaranlah Yang dikatakan kesatria). Kalindaqdaq (1 dan 2) di atas memperlihatkan jiwa kepahlawanan seseorang. Dia dibaratkan seperti benang putih. Benang putih artinya suci seperti jiwa pahlawan suci tanpa noda. Selain itu, maloia benang putih kalindaqdaq ( 1 ) di atas mengisyaratkan siap menghadapi warna apa pun yang bakal menghadangya. Pada kalindaqdaq (2) menjelaskan kepahlawanan seseorang bukan hanya dilihat mebawa keris tetapi juga jika dia memperlihatkan keadilan dan kebenaran. b. Jiwa Menantang Salah satu jiwa patriotisme adalah jiwa menantang. Kata menantang yang kata dasarnya tantang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:1008) berarti mengajak berkelahi, hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Perhatian contoh berikut: Kalindaqdaq (3) Muaq tongano muane Pattandai mo-oq galung Nadiengei Sipettombangan cera. Terjemahan: Bila anda betul pahlawan Tunjukkanlah lokasi dan lapangan Akan di tempati Bersimbah darah bersama. Kalindaqdaq (3) di atas memperlihatkan jiwa menantang atau mengajak berkelahi. Orang yang mengucapkan kalindaqdaq ini menantang orang-orang yang mengejek dirinya atau merendahkan dirinya atau mengakui dirinya seorang pahlawan yang perlu dipertanyakan keberaniannya. c. Jiwa Percaya Diri
4521 Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2014
Percaya diri termasuk dalam jiwa patriotisme. Kata percaya diri terdiri atas dua kata yaitu kata percaya dan diri. Kata percaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:753) berarti mengakui atau percaya bahwa sesuatu memang benar dan nyata. Kata diri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:236) berarti orang sendiri (berpisah dari orang lain). Jadi, kata percaya diri adalah mengakui akan keberadaan diri sendiri. Perhatian contoh berikut: Kalindaqdaq (4) Menangi kaccang tunggara Menangi na sumobal Tanda mokau Tuali di lolangan. Terjemahan: Semakin kencang angin tenggara Semakin layar terkembang Suatu pertanda pantang mundur Balik surut dari samudera luas. Kalindaqdaq (5) Takkalai di sobalang Dotai lele ruppu Dadi nalele Tuali di labuang. Terjemahan: Sekali bahtera layar terkembang Karam dan hancur tak kuhiraukan Asal tidak gempar terseriar Balik surut ke pangkalan semula. Kalindaqdaq (4 dan 5) di atas terdiri atas dua bait memperlihatkan seseorang yang percaya diri melakukan perjalanan berlayar meskipun dihadang angin tenggara dan karang yang luas semakin layar dikembangkan, semakin berkobar rasa percaya diri mengarungi lautan, pantang surut ke pantai sebelum berhasil perjuangan. d. Berjiwa Satria Berjiwa satria termasuk dalam jiwa patriotisme. Kata satria dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:1005) berarti orang baik hati, jujur, dan gagah berani. Perhatikan kalindaqdaq berikut: Kalindaqdaq (6) Muaq purami di palandang Pemali diliaiq
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat | 453
Muaq purami di pobambaq Pemali di peppondoq-i. Terjemahan: Jika sudah terbentang Pantang dilangkahi Bila sudah diikrarkan Pantang membelakangi. Kalindaqdaq (7) Muaq purami di pau Purami di poloa Daq leqba tia Soroq tammappasaqbi Terjemahan: Bila kita sudah berucap Jika mulut sudah berbincang Jangan sampai mencoba diri Surut menghilang tanpa pamit. Kalindaqdaq (8) Dotai sisaraq Salakka annaq uluttaq Dadi tia sisaraq Loa tongatta. Terjemahan: Lebih baik berpisah Badan dengan kepala Dari pada berpisah Ungkapan yang telah diucapkan. Kalindaqdaq (6,7,dan 8) di atas memperlihatkan semangat kesatria yakni kejujuran dalam berkata. Apa yang yang sudah ucapkan tidak dapat dipungkiri atau mundur dari perkataan. e. Semngat Persatuan dan Kesatuan Semangat persatuan dan kesatuan termasuk dalam jiwa patriotisme. Kata persatuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:883) berarti beberapa bagian sudah bersatu. Kata kesatuan berarti sifat tunggal atau keutuhan. Perhatikan kalindaqdaq berikut: Kalindaqdaq (9) Dotai tau sisaraq Maraqdiatta
4541 Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2014
Dadi tía sisaraq Assamalewuangtaq. Terjemahan: Lebih baik kita berpisah Pemimpin kita Dari pada berpisah Persatuan dan kesatuan kita Kalindaqdaq (10) Namanetteaq lipa Sureq di sigayangngi Puccana cera Birinnaq mata gayang. Terjemahan: Aku akan menenung sarung Corak saling bertikaman Kepala coraknya darah Pinggirannya mata keris. Kalindaqdaq (9 dan 10) di atas memperlihatkan jiwa persatuan dan kesatuan. Persatuan tetap dijaga meskipun berpisah dengan pemimpin. Bait kedua memperlihatkan semagat persatuan dan kesatuan dengan dengan menenun sarun dengan corak saling bertikaman artinya saling bersatu. Demikian pula bait kedua seseorang akan selalu membuat persatuan seperti corak punca sarung bertikaman. Bertikaman di sini saling berpadu. f.
BerjiwaTangguh Berjiwa tangguh termasuk dalam jiwa patriotisme. Kata tangguh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991:1005) berarti sukar dikalahkan ,kuat, andal. Perhatikan kalindaqdaq berikut: Kalindaqdaq (11) Tania passobal Muaq mappelinoi Lembong di tiaq Mipatada di pottanaq. Terjemahan Bukan awak perahu jika menunggu tenangnya ombak, redanya badai Sebab ombaklah Yang membawa kita dapat tiba di daratan. Kalindaqdaq (11) di atas mengindikasikan adanya jiwa ketangguhan yang menjadi bagian jiwa patriotisme. Kalindaqdaq di atas menyebutkan jika kamu
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat | 455
sorang pelaut ulung (tangguh) jangan menunggu tenangnya ombak redahnya badai tetapi terjanglah itu ombak dan badai. E. Penutup Patriotisme dalam kalindaqdaq Mandar ditemukan 6 semangat yaitu: semngat kepahlawanan, berjiwa menantang, semangat percaya diri, berjiwa satria, semangat persatuan dan kesatuan, dan berjiwa tangguh. Keenam semangat patriotisme ini sangat perlu diketuhui oleh masayarakat Mandar pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Patriotisme menyangkut bagaimana sikap seseorang dalam cinta tanah air. Semangat patriotisme perlu ditanamankan pada generasi muda kita agar mereka mengetahui nilai-nilai leluhur bangsa. Demikian pula masyarakat perlu perlu diingatkan kembali rasa patriotisme bukan hanya pada zaman penjajahan saja melainkan zaman pembangunan ini. Adanya patriotisme ini akan membawa kemandirian pada individu, masyarakat maupun bangsa. Sikap patriotisme perlu ditanamkan sejak dini pada generasi muda sehingga kita mampu bertindak sesuai dengan nurani dan mampu membangun bangsa tanpa tergantung pada bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Ibrahim. 1999. Pendekatan Budaya Mandar. Majene, Dikbud. Alisyahbana, S. Takdir. 1961. Puisi Lama. Djakarta, Pustaka Rakjat. Asdy, Ahmad. 2008. Bunga Rampai Bahari Mandar. Tinambung, Yayasan Mahaputra Mandar. . 2009. Kumpulan Cerita dan Dongeng di Mandar. Tinambung, Yayasan Mahaputra Mandar. Badulu, Muis. 1986. Pappasang dan Kalindaqdaq Mandar. Makassar, depdikbud. Banru, Thalib. 1980. "Arti dan Perketaan Mandar", Makassar, SKU Makassar Press Dananjaya, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gossip, Dongeng, dan lain-lain, Jakarta, PT Tempirit. Daud, Muhammad Amin. 2007. Mengenal Struktur dan Sistem Pemerintahan Kerajaan Balanipa Mandar. Tinambung, Lembaga Kerapatan warga Istiadat Budaya Balanipa mandar.
4561 Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2014
Departemen Pendidikan dan Kebuyaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.ke2. Jakarta, Balai Pustaka. Nurhayati. 1985. " Reduplikasi dalam Bahasa Mandar". Skripsi Sarjana, Fak. Sastra Unhas, Makassar. . 1998. Nurhayati. 1998 "Tema-tema Pendidikan dalam Kalindaqdaq Mandar". Universitas Hasanuddin, Laporan Hasil Penelitian. Yasil, Suradi. 2012. Kalindaqdaq dalam Beberapa Tema. Yogyakarta, Penerbit Ombak.