PENGARUH SENG ORGANIK DALAM PAKAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN KERING DAN PENAMPILAN KARKAS KAMBING KACANG (The Effect of Dietary Zinc-organic on Dry Matter Intake and Carcass Performance Of Kacang Goat) I. Harris Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan Zn-organik dalam pakan terhadap banyaknya ransum yang dikonsumsi (dalam bahan kering) dan penampilan karkas kambing Kacang. Penelitian ini menggunakan 15 ekor kambing Kacang yang dialokasikan dalam rancangan acak kelompok, terdiri dari 5 perlakuan ransum selama 2 bulan untuk 3 kelompok kambing berdasarkan bobot badan. Ransum perlakuan adalah : ransum basal + 0 mg/kg Zn-lisin (R1); ransum basal + 20 mg/kg Zn-lisin (R2); ransum basal + 20 mg/ kg Zn-PUFA (R3); ransum basal + 20 mg/kg lisin-Zn-PUFA (R4); ransum basal + 20 ppm Zn-propionat (R5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua peubah yang diamati tidak dipengaruh secara nyata (P > 0,05) oleh perlakuan. Kata kunci: Zn-organik, kambing Kacang, konsumsi ransum, penampilan karkas ABSTRACT This experiment was objected to study the effect of Zn-organic in diet on the dry matter intake and the carcass performance. The research used 15 Kacang goat, and was arranged in a completely randomized block design, which was consist of 5 dietary treatments for two months and 3 blocks based on body weight. The dietary treatments were : basal diet + 0 mg/kg Zn-lysine (R1); basal diet + 20 mg/kg Zn-lysine (R2); basal diet + 20 mg/kg Zn-PUFA (R3); basal diet + 20 mg/kg lysine-Zn-PUFA (R4); basal diet + 20 ppm Zn-propionate (R5). Result of the experiment showed that all parameters were not significantly influenced (P>0.05) by the treatments. Keywords: Zn-organic absorption, Kacang goat, dry matter intake, carcass performance PENDAHULUAN Mineral Zn merupakan salah satu mineral mikro yang dapat merangsang aktivitas mikroba rumen (Matturi, 1984) dan terdapat pada semua jaringan tubuh meskipun sebagian besar terdapat dalam tulang (McDonald, et al., 1995). Pemberian mineral Zn dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen (Putra,1999) dan meningkatkan penampilan ternak (Hartati,1998).
80
Di Indonesia, kandungan Zn dalam pakan ternak umumnya rendah—yakni berkisar antara 20— 38 mg/kg bahan kering ransum (Little, 1986). Nilai ini lebih rendah daripada rekomendasi National Research Council (1988) yakni berkisar antara 40— 50 mg/kg bahan kering ransum. Hasil penelitian Pratama (2000) me-nunjukkan bahwa untuk kambing Peranakan Ettawah calon pejantan dengan bobot badan 20 kg dan pertambahan berat tubuhnya 50— 150 g/hari dibutuhkan Zn se-banyak 27,3—47,2 mg/
J.Indon.Trop.Anim.Agric.29(2) Jun 2004
kg. Defisiensi Zn dapat menimbulkan defisiensi nutrisi esensial lainnya—seperti vitamin dan asam lemak—yang besar peranannya dalam proses penyerapan zat-zat nutrisi pakan sehingga akan mengganggu metabolisme mikroorganisme rumen, sintesis protein, proses pencernaan protein, absorpsi asam amino, metabolisme energi, dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ternak (Church dan Pond, 1988). Suplementasi Zn organik akan meningkatkan absorpsi Zn pascarumen. Zn-lisin terserap lebih banyak (kandungan Zn tinggi pada ginjal, liver, dan pankreas) dibandingkan dengan Zn-metionin dan ZnSO4 (Rojas et al., 1995). Pemberian asam lemak tak jenuh rantai panjang—asam lemak esensial yang berasal dari makanan dan tidak dapat disintesis di dalam tubuh—juga memberikan pengaruh positif pada ternak. Penggabungan lisin, Zn, dan asam lemak tak jenuh rantai panjang (salah satu sumbernya adalah minyak ikan lemuru) sebagai ikatan lisin-ZnPUFA diharapkan dapat melindungi lisin dari degradasi dalam rumen serta meningkatkan absorpsi Zn dan PUFA di pascarumen. Hasil penelitian Hartati (1998) menunjukkan ada interaksi antara Zn dan minyak ikan lemuru terhadap pertambahan berat sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh Zn-organik terhadap banyaknya ransum yang dikonsumsi (dalam bahan kering) dan penampilan karkas kambing Kacang. MATERI DAN METODE Ransum perlakuan sebanyak 5 (lima) macam yakni: R1 (ransum basal); R2 (R1 + 20 mg/kg Znlisin); R3 (R1 + 20 mg/kg Zn-PUFA); R4 (R1 + 20 mg/ kg lisin-Zn-PUFA); R5 (R1 + 20 ppm Zn-proteinat). Susunan ransum tersebut tertera pada Tabel 1 dan pada Tabel 2 tertera tentang kandungan zat-zat makanan dalam ransum perlakuan. Percobaan ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Kambing Kacang sebanyak 15 ekor dibagi ke-dalam 3 kelompok berdasarkan bobot badan yaitu: kelompok 1 = 12,1— 13,5 kg; kelompok 2 = 13,6—14,5 kg; kelompok 3 = 14,6—16,5 kg.
Periode adaptasi dilakukan selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan dengan percobaan yang berlangsung selama 2 bulan (Mei—Juli 2003). Percobaan ini dilaksanakan di Kampung Sinar Mulya, Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Kandang individu terbuat dari papan se-banyak 20 buah dan berukuran (90 x 150) cm serta dilengkapi dengan tempat ransum dan minum. Kandang dan peralatan yang akan digunakan disucihamakan dengan desinfektan sebelum penelitian dilaksanakan. Ransum diberikan dua kali sehari, pukul 07.00 dan 15.00 sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Jumlah ransum (berdasarkan bahan kering) yang dikonsumsi kambing Kacang setiap hari diperoleh dari selisih antara jumlah ransum awal (ditimbang pada pagi hari sebelum diberikan kepada ternak) dan jumlah ransum akhir (sisa ransum ditimbang pada keesokan harinya); sedangkan penampilan karkas diperoleh setelah kambing dipotong pada akhir penelitian. Tahap-tahap pelaksanaan pemotongan kambing adalah sebagai berikut: kambing dipuasakan selama 24 jam; bobot hidup ditimbang sebelum dipotong; pemotongan dilakukan pada bagian leher kambing di dekat tulang rahang bawah dengan memotong secara melintang pada bagian arteri carotis dan vena jugularis serta esophagus (Herman, 1983); kepala dipisah dari tubuh kambing, kemudian kedua kaki belakang digantung ke arah bawah; kedua kaki depan dipotong pada bagian persendian antara tarsus dan metatarsus; pengulitan dilakukan dengan membuat sayatan pada kulit sepanjang garis tengah dada bagian perut, kemudian dilanjutkan pada bagian permukaan dalam tubuh dan bagian abdomen secara vertikal; organ dalam dikeluarkan dan dilanjutkan dengan pemotongan kedua kaki belakang pada bagian persendian antara carpus dan metacarpus; karkas di-timbang, kemudian dipisahkan antara bagian lemak, daging, dan tulang serta masingmasing bagian tersebut ditimbang. Persentase tulang, daging, dan lemak didapat dari hasil pembagian antara bobot tulang atau daging atau lemak dan bobot karkas dikali 100%. Data dianalisis ragam pada taraf nyata 5 dan atau 1%. Apabila hasil analisis ragam nyata dan atau
The Effect of Zinc-organic on Dry Matter Intake and Carcass Performance (Harris)
81
Tabel 1. Proporsi Suplementasi Zn dalam Ransum Perlakuan Bahan R1 R2 R3 R4 R5 -------------------- % --------------------Rumput lapang 80,0 80,0 80,0 80,0 80,0 Dedak halus 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 Bungkil kelapa 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 Jagung 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 CaCO3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Urea 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 -------------------mg/kg------------------Zn-lisin 20,0 Zn-PUFA 20,0 Lisin-Zn-PUFA 20,0 20,0 Zn-Proteinat -
Tabel 2. Kandungan Zat-zat Makanan dalam Ransum Perlakuan Zat makanan R1 R2 R3 R4 R5 -------------- % BK ------------------Kadar air 10,3 10,6 10,8 10,5 10,5 Kadar protein 9,7 9,9 9,9 9,9 10,2 Kadar lemak 12,1 12,7 12,5 12,7 12,2 Kadar abu 9,1 9,7 10,3 9,8 9,4 Serat kasar 22,3 22,4 22,1 22,2 22,0 BETN 36,6 34,7 34,4 34,8 35,7
sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil pada taraf nyata 5 dan atau 1%. Semua peubah yang diamati—konsumsi ransum, bobot karkas, serta persentase tulang, otot, dan lemak— dibandingkan antarperlakuan (Steel dan Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan penambahan Zn-organik terhadap kecernaan ransum dan pertumbuhan kambing Kacang disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan pengamatan di lapangan selama penelitian ternyata semua kambing mengalami penurunan bobot tubuh karena kambing sulit beradaptasi dengan pakan konsentrat meskipun telah dilakukan prelim selama 2 minggu. Selain itu, ada kambing yang menderita scabies (selama 1 minggu) dan pneumonia (selama 3 minggu). Kondisi ini tentu akan sangat berpengaruh ter-hadap banyaknya ransum yang dikonsumsi, kecernaan pakan, dan pada akhirnya pertumbuhan ternak pun akan terganggu. Taylor (1995) menyatakan bahwa scabies dan pneumonia dapat menurunkan nafsu makan dan menghambat pertumbuhan ternak.
82
Namun, kambing percobaan yang menderita penyakit tersebut hanya satu dari tiga unit percobaan serta pengobatan pada kambing percobaan yang menderita sakit telah dilakukan dan sembuh dalam waktu relatif singkat sehingga data dari kambing percobaan yang menderita scabies atau pneumonia tersebut tetap digunakan. Pertambahan berat tubuh (PBT) kambing percobaan yang mendapat perlakuan ransum R5 berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan yang mendapat ransum R2 dan R3. Kondisi ini didukung oleh kecernaan bahan organiknya (KBO), meskipun konsumsi bahan kering tercernanya sama. Kecernaan bahan organik berbeda sangat nyata (P < 0,01) pada kambing yang mendapat perlakuan ransum R5 dibandingkan dengan yang mendapat ransum R2 dan R3. Namun, kondisi ini berbeda untuk kambing yang mendapat perlakuan R1; konsumsi bahan kering tercerna dan KBOnya sama dengan R5 tetapi PBTnya berbeda karena ada kambing yang mengalami scabies. Meskipun deposit proteinnya sama dengan R5 tetapi dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit, bukan untuk pertumbuhan. Pada kambing yang mendapat perlakuan R4, meskipun KBOnya
J.Indon.Trop.Anim.Agric.29(2) Jun 2004
Tabel 3. Kecernaan Ransum dan Pertumbuhan Kambing Kacang Macam pengamatan R1 Bobot awal (kg) 13,5a Bobot akhir (kg) 14,6a Bobot daging (kg) 3,5a Bobot tulang (kg) 2,3a Bobot lemak (g) 51,4b Bobot karkas (kg) 5,8a Konsumsi BK tercerna (g) 172,4a Pertambahan berat tubuh (g) 14,9b Kec pertumbuhan relatif (%) 8,8b Kecernaan bahan kering (%) 57,0ab Kecernaan bahan organik (%) 60,8 a Deposit protein (g/hari) 3,3a Deposit lemak (g/hari) 3,9a
R2 12,8a 10,7a 3,7a 2,2a 52,1 b 5,9a 144,9a 18,6 b 11,2ab 50,2c 54,0 b 4,8a 5,2a
R3 13,7a 14,8a 3,7a 2,2a 56,4a 6,0a 146,3a 15,9b 9,8b 51,0bc 55,4b 3,3a 4,9a
R4 12,4 a 14,8 a 3,9 a 2,2 a 61,3 a 6,1 a 141,9 a 25,4 a 16,9ab 47,0 c 55,0b 6,2 a 7,8 a
Tabel 4. Pengaruh Suplementasi Zn terhadap Konsumsi Ransum dan Performans Karkas Kambing Kacang Peubah R1 R2 R3 R4 Konsumsi ransum BK /KBK (g/hari) 383,5a 405,1a 371,3a 398,9 a Persentase KBK (%) 2,6a 2,5a 2,5a 2,4 a Persentase karkas (%) 40,8a 40,2a 42,1a 42,8 a Persentase tulang (%) 40,0a 36,4a 37,0a 35,9 a a a a Persentase otot (%) 59,5 63,1 62,1 63,2 a Persentase lemak (%) 0,5a 0,5a 0,9a 0,9 a
berbeda (lebih rendah) daripada yang mendapat perlakuan R5 tetapi deposit protein dan PBTnya sama. Hal ini diduga karena semua kambing yang mendapat perlakuan R4 tidak mengalami gangguan kesehatan selama percobaan sehingga pemanfaatan deposit protein sama seperti kambing yang mendapat perlakuan R5. Data pada Tabel 3 secara umum menunjukkan hasil yang berbeda tetapi tidak nyata (P>0,05). Hal tersebut karena persentase KBK berkisar 2,40—2,90 % (sesuai dengan standard KBK untuk kambing 2— 3% menurut Gopalakrishnan dan Lal, 1996) dan fase fisiologis kambing masih dalam pertumbuhan sehingga pakan yang dikonsumsi dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan belum untuk produksi. Selain itu, sulitnya sebagian besar kambing untuk beradaptasi dengan pakan konsentrat maka diduga tidak semua Zn-organik yang tersedia dalam ransum dikonsumsi kambing sehingga Zn yang diharapkan me-mengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh ternyata belum menunjukkan pengaruhnya secara sempurna. Jadi, penggunaan Zn-lisin sebagai sumber mineral Zn dan sumber protein terutama asam amino lisin; Zn-PUFA sebagai sumber mineral Zn, asam amino, dan asam lemak tidak jenuh; Zn-
R5 13,2a 15,8a 4,0a 2,2a 70,9a 6,3a 159,3a 27,8a 24,7a 57,8a 61,2a 6,6a 7,8a
R5 378,3a 2,9a 42,3a 35,3a 63,7a 1,1a
proteinat sebagai sumber mineral Zn dan melindungi protein pakan dari degradasi rumen ke dalam ransum selama masa percobaan memberikan pengaruh yang sama dalam proses metabolisme di dalam tubuh sehingga dampaknya terhadap performan karkas belum nyata. Pernyataan ini didukung dengan tidak berpengaruhnya perlakuan terhadap deposit protein (Tabel 3). Performan karkas kambing percobaan yang mendapat perlakuan R4 dan R5 cenderung lebih baik dibandingkan dengan yang mendapat perlakuan ransum lainnya. KESIMPULAN PBT kambing percobaan yang mendapat perlakuan ransum R5 berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan yang mendapat ransum R2 dan R3. KBO berbeda sangat nyata (P < 0,01) pada kambing yang mendapat perlakuan ransum R5 dibandingkan dengan yang mendapat ransum R2 dan R3; namun berbeda untuk kambing yang mendapat perlakuan R1—KBOnya sama dengan R5, tetapi PBTnya berbeda. Perlakuan Zn-organik dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap
The Effect of Zinc-organic on Dry Matter Intake and Carcass Performance (Harris)
83
konsumsi bahan kering dan performan karkas kambing Kacang.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhtarudin yang telah memberi izin untuk ikut dalam penelitiannya dengan sumber dana Hibah Bersaing. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Yusuf Widodo dan keluarga yang telah memfasilitasi tempat berlangsungnya penelitian ini serta mahasiswa—Yudhi Syarif, Indra Hartanto, Amrullah Farid, Nora Trihastuti, dan Chrisnawati— yang telah membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fibrous Agricultural Residues. International Development Program, Canberra. Matturi, A.S. 1984. “The Requirement for Iron, Zinc, Manganese and Cobalt for Cellulose Digestion by Rumen Microorganism “. Proseeding of a symposium, held at University of Western Australia, 7—16 May 1984. McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. 4th Ed. Longman Singapore Published Pte Ltd., Singapore. McDowell, L.R., J.H. Conrad, G.L. Elles, and J.K. Loosly. 1983. Mineral for Grazing Ruminant in Tropical Regions. Department of Animal Science Centre for Tropical Agriculture. University of Florida, Gainnesville.
Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3th Ed. John Wiley and Son, New York.
National Research Council. 1988. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6th Ed. National Academy Press, Washington.
Gopalakrishnan, C.A. and G.M.M. Lal. 1996. Livestock and Poultry Enterprises for Rural Development. Vikas Publ. House Put. Ltd., New Delhi.
Plata, P.F., G.D.M. Mendoza, J.R.B. Gama, and S.M. Gonzalez. 1994. Effect of yeast culture (Saccharomyces cerevicae) on neutal detergent fiber digester in steer fed oats straw based diets. J. Anim. Feed Sci. Technol. 49 : 203 – 210.
Hartati, E. 1998. “Suplementasi Minyak Lemuru dan Seng kedalam Ransum yang Mengandung Silase Pod Cokelat dan Urea untuk Memacu Pertumbuhan Sapi Holstein Jantan”. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pratama, I.D. 2000. “Kebutuhan Energi dan Protein Kambing Peranakan Ettawa Calon Pejantan”. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kumar, U., V.K. Sareen, and S. Siggh. 1994. Effect of Saccharomyces cerevicae yeast culture supplement on ruminal metabolism in buffalo calves given a high concentrate diet. J. Anim. Prod. 59 : 209 – 215.
Putra, S. 1999. “Peningkatan Performans Sapi Bali melalui Perbaikan Mutu Pakan dan Suplementasi Seng Asetat”. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Little, D.A. 1986. “The Mineral content of ruminant feeds and the potential for mineral suplementation in south east Asia with particular peference to Indonesia”. RM Dixion (edit). In: Ruminant Feeding Utilizing
Rojas, L.X., L.R. McDowell, R.J. Consins, F.G. Martin, N.S. Wilkinson, A.B. Jonson, and J.B. Velasquies. 1995. “Relative Biovailability of Two Organic and Two Inorganic Zinc Sources Fed to Sheep”. J. Anim. Scie. 73 : 1262 - 1270.
84
J.Indon.Trop.Anim.Agric.29(2) Jun 2004
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh B. Sarwono. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Taylor, R.E. 1995. An Introduction to Animal Science. 5th Ed. Scientific Farm Animal Production. Prentice-Hall Inc. A Simon and Schuster Company. Upper Saddle River, New Jersey.
The Effect of Zinc-organic on Dry Matter Intake and Carcass Performance (Harris)
85