Hi Hasan Bisri: Negara Religius: Konsep Wilayat Al-Faqfh Imam Khomeini dalam Sistem Kenegaraan Iran Husni: Model-Model Integrasi Ilmu dalam Pemildran Islam . Kontemporer Hani Al-Siba'i:
~JU\ j~~~\., ~.Mll r'~\ LG.>J U"'WI
Dedi Mulyasana: Etika Belajar Menurut Imam Al-Zarnuji H. A. Kahar Muzalcar Hasby: Pemildran Ibn Khaldun tentang Pendidikan Islam
• Nurzaman: Penggunaan Media Pembelajaran dalam Peningkatan Mutu Pembe1ajaran Bahasa Arab
• M. Djaswidi Al Hamdani: Pengembangan Strategi Perencanaan Pendidikan Islam di Indonesia Fadlil Munawwar Manshur: Kasidah Burdah di Antara Sastra . MusikArab Tmifiq A. Dardiri: Jilbab Britney Spears sebagai Produk Sekulerisasi Kebudayaan
Him. 1 - 216
ClAMIS MARET 2001
Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) Institut Agama Islam Darussalam (lAID) C:iamis Jawa Barat
ISSN: 0854-9850
ISSN: 0854-9850
TAJDID Jumaillmu-ilmu Agama Islam dan Kebudayaan Vol. 14, No.1, Maret 2007 Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) Institut Agama Islam Darussalam (lAID) Ciamis Jawa Barat Terbit sejak tahun 1994 KETUA PENGARAH Fadlil Munawwar Manshur KETUA PENYUNTING Huzni Thoyyar PENYUNTING AHLI Soegijamo Padmo; H. S. Koswara; Heddy Shri Ahimsa Putra; Dede Nurzaman; Jaih Mubarok; Hamim Ilyas; Eulis Fadlilah Jauhar Nafisah; Fadlil Yani Ainusyamsi; Hasan Bisri; Mumu Ma'sum; Nurjamil AlFahmy; Dadang Gani; Sumadi; Ahmad Farhani. MITRABESTARI Syeikh Said Abdul Fattah (Universitas Al-Azhar, Mesir) Syeikh Ahmad Ibrahim Said al-Qash (Universitas Al-Azhar, Mesir) SEKRETARIS PENYUNTING AdimAkhmad T ATA USAHA DANDISTRIBUSI Nasudin; Kiswanda; Ujang Endang ALAMAT Kampus Insritut Agama ISlam Darussalam (lAID), J1. K.H. Ahmad Fadlil Ciamis Jawa Barat 46271, Telp. (0265) 774376-774377 Fax. (0265) 774376. E-MAIL: taididlppiaid@pla:sa.com BANK: Bank Mandiri Cabang Ciamis Rek. No. 131-0001099680 Munawwar Manshur.
a.n: Fadlil
TAJDID
adalah Jurnal Ilmiah yang telah TERAKREDITASI berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (SK Dirjen Dikti Nomor 55a/DIKTI/Kep/2006 tanggal31 Oktober 2006). ,;u
TAJDID has been accredited by The Ministry of National Education,
Republic ofIndonesia as qn academic journal.
DAFTARIsI
1- 30
H. Hasan Bisri Negara Religius: Konsep WilayatAI-Faqth Imam Khomeini dalam Sistem Kenegaraan Iran
31-70
Husni Model-Model Imegrasi Ilmu dalam Pemikiran Islam Kontemporer
71 -110
Hani Al-Siba'i
lJ
a.....\)~ J) ~)L......J\ 04~\r\) ~.Ml\ r---\r\ .s..ll uPL,aJ.!1
. WI l,I' 'LJ,.\
Dedi Mulyasana Etika Belajar Menurut Imam Al-Zarnuji
137 -152
H. A. Kahar Muzakar Hasby Pemikiran Ibn Khaldun tentang Pendidikan Islam
153 -162
Nurzaman Penggunaan Media Pembelajaran dalam Peningkatan Mum Pembelajaran Bahasa Arab
163 - 180
M. Djaswidi Al Hamdani Pengembangan Strategi Perencanaan Pendidikan Islam di Indonesia
181-
FadlilMunawwar Manshur Kasidah Burdah di Amara SastraMusik Arab
207 - 216
Taufiq A. Dardiri Jilbab Britney Spears sebagai Produk Sekulerisasi Kebudayaan
diharapkan sejalan dengan yang ditunjukkan dari "atas ke bawah" (topdown planning).
KASIDAH BURDAH DI ANTARA SASTRA MUSIKARAB
DAFTAR PUSTAKA
FadlilMunawwar Manshur
Conyers & Hills (1994). Creative Human Resource Planning and Applications: A StrategicApproach. New York Prectice Hall, Inc.. Abstrak Dalimunthe, Ritha F. (2003) Keterkaitan antara Penelitian Manajemen dengan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Manajemen. Medan: Universitas Sumatra Utara, Gibson, Ivansevic & Donelly (2001). Organizations: Behavior; Structure, Proceses. USA: Me Graw Hill. John N. Gardner & Jewler A. Jerome (Ed.). (1998). College is Only the Beginning: A Student Guide to Higher Education. New York: Wardsworth Publishing Company. John R. Kelly (1993). Leisure. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc,
Posisi KasidahBurdah dalam sastra musik Arab di Mesir dapat digolongkan ke dalam genre nasytd seperti nasihat-nasihat keagamaan (tawashih diniyyah), kasidah-kasidah keagamaan (qasha'id diniyyah), teks maulid (mawlid) , teks doa (ibtihalat), kisah-kisah keagamaan (qishshah diniyyah), dzikir, dan lagu-lagu keagamaan (aghany diniyyah). Semua jenis sastra lisan keagamaan ini telah go public melalui pertunjukan langsung dan media produksi atau gabungan antara keduanya. Genre-genre nasytd tersebut, pada dasarnya, adalah musikalisasi puisi dan prosa Arab yang berisi doa kepada Allah swt dan pujian kepada Nabi Muhammad saw dengan menggunakan katakata yang indah.
Johnson, Allan G. (1985). Human Arangements: An Introduction to Sociology. Orlando-Florida: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Kathy Daly, Sweet Success. (2007) Herff Jones Company of Indiana, Inc., 1999-2007; http://www.yearbooks.biz/navl024.cfm?cat=5&subcat= 26&subsub=3&method=display&id=481 diakses tanggal 7 Januari 2007 Marks & Spencer Pulbication (2007), SWOT Analysis, Strategies and Implementation. http://www.universitip.com/termpapers/SWOT-Analysis-Strategies-and-Implementation-ofMarks-Spencer-898598870.html, diakses tanggal7 Januari 2007. Nawawi, H. Hadari (2001) Perencanaan SDM untuk Organiasi Profit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Sa'ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun (2005) Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahyudi (2002). Sistem Informasi Manajemen dalam OrganisasiOrganisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
~.;J\ ~)o\
",:-d 0:! e~ y.J\
e~
~\~
J.:..
t',
..
..
1)\$.)1 .) o~~~1 tlyl
cr ty
,.
o~pll o~ ,~. "-::irJl ~}I y~1 J,,>-li
o:
I)\$.~I .) J\5'';~1 .) ~..ul ~I J ..::;~4=;~1 J ..u}1 ~ J ~..ul ..lJ\....aiJr J ~Ipl
t
d~4 ~ \J.4 WI ~\.i.i
J J. ol}.AlI
tr J
~..ul o~~~I .h ..::;,r.:;1 J .~..ul
o~~~1 .h 0i ,;;'};!..I J .V""l>- 0fi ~ I...a:!i ~ It CJ W I
r-UI;
o~
J-oi J.~}I
.;.;..,.,~
.Jwi J -..;~ 0~
J
J
.b.:J.I-
e::--
'i V"" J.".....)I
\J.~ \.4bi
J.>- "-::irJl ~}I
J.>-
J 4L}1
JJL ~
J.>- ~L:.:.IIJ Jl..i .11 Jl ~~..ul o~~~I .h .<.,?"'-.J.
Kata Kunci Kasidah Burdah, Genre Nasytd, Sastra Lisan, Maqam.
A. Pendahuluan
nahawand, (vi) hijaz-kar, (vii) hijaz-kar kurdi, (viii) baydty, (ix) chusayni, (x) lujazy, (xi) shaba, (xii) sah-gah, dan (xiii) tsahar-gah
Kasidah Burdah adalah karya sastra yang berisi ajaran-ajaran Islam, khususnya tasawuf, yang ditulis oleh penyair sufi yang bernama al-Bushiry, Kasidah ini medapat sambutan masyarakar luas tidak hanya melalui tulisan dan lisan, tetapi juga melalui lagu yang direkam. jadi, Kasidah Burdah seeara kategoris adalah karya sastra Islam yang dilagukan, artinya, ia masuk dalam wilayah musik Islam. Karena Kasidah Burdah sudah disambut melalui rekaman, maka sudah tentu ia dikategorikan sebagai kelompok seni yang membawa konsep musik Islam. Musik Islam, seperti yang hidup di negara-negara Arab, adalah musik yang hidup dan berkembang di dalam kebudayaan keseIuruhan masyarakat yang memeluk agama Islam. Musik ini hidup dan berkembang menu rut konsep dan rata eara agama Islam. Salah satu aspek yang menonjol, yang menjadi eiri musik Islam, adalah tema syair atau liriknya, pada umumnya, berkaitan dengan keagungan Tuhan, puji-pujian terhadap Nabi, nasihat, dan lain-lain (Hermawan, 2002:177-178). Definisi ini coeok dengan Kasidah Burdah sebagai karya musik Islam yang berisi ungkapan keagungan Tuhan, pujipujian terhadap Nabi, dan nasihat-nasihat keagamaan. Pengarang Kasidah Burdah adalah orang Arab, bernama al-Btishiry, yang taat menjalankan ajaran-ajaran Islam karena ia adalah seorang penyair sufi yang ternama. jadi, membiearakan Kasidah Burdah dalam konteks musik Islam, maka tidak terelakkan bahwa kasidah ini juga adalah karya sastra musik Arab karena pada awalnya sampai sekarang ia dieipta, disambut, dan dinikmati oleh masyarakar Arab. Musik Islam - dalam konteks ini, seeara terbatas juga disebur sastra musik Arab - pada umumnya ditandai dengan enam eiri, yaitu : (i) susunan nada (modus), (ii) bahasa dan tema lagu (Jirik), (iii) irama dan alat-alat musik, (iv) warna vokal, (v) kostum, dan (vi) etika penyajian (Hermawan, 2002:179). Dalam komeks musik Islam, Kasidah Burdah dapat diuraikan berdasarkan enam eiri tersebut.
B. Kasidab Burdah dalam Enam Ciri Musik Islam 1. Susunan Nada (Modus) . Susunan nada dalam musik Islam disebur maqdm (jamaknya maqamat). Dalam musik Arab, maqdm hanya memanfaatkan nadanada yang dipilih darikeseIuruhan nada yang ada. Dalam hal ini, rnaqdm menyerupai tangga nada musik Barat, tetapi, rnaqdrn lebih mampu memberikan pengaruh pada musik yang dihasilkan. Maqdm terdiri atas susunan melodi yang didasarkan pada nada kunei tertentu dari susunan nada. Jadi, sebuah lagu yang ditulis dalam sebuah maqdm tidak hanya menggunakan nada-nada tertentu, tetapi juga harus n-1PTYl-::l';::11L-lr"'1n
<'11C11n.-,"
n"'\.plArl;
l1nr"lr
C'11C'1'1 ......................
...t .... :+-~~ r1.... 1......- .- ..._: ...
(Hermawan, 2002:179). Susunan nada Kasidah Burdah disesuaikan dengan maqdmd; yang digunakan dan selera penyanyi (pelantun) yang menyanyikannya. Misalnya, di dalam dua buah kaset al-Minyawy (1997), Kasidah Burdah dinyanyikan dengan sembilan maqdmdt yaitu : (i) bayaty alfa, (ii) bayaty, (iii) hijaz, (iv) rashad, (v) 'ajam atau jiharkah, (vi) shaba, (vii) sika, (viii) nahawand, dan (ix) kurd. 2. Bahasa dan Tema (Lirik) Bahasa yang digunakan dalam Kasidah Burdah adalah bahasa puisi Arab yang padat makna, yang setiap kata mempunyai makna yang saling berkaitan. Pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh penyair disesuaikan dengan rima (persamaan bunyi) dan irama (tinggirendah lagu). Setiap kata akhir pada larik kedua mempunyai bunyi yang sarna, yaitu mim, terdapat unsur vokal i yang ringan apabila diueapkan. Adapun tema Kasidah Burdah terdiri atas sepuluh tema cerita yang intinya adalah doa dan munajat kepada Allah swt, disertai rasa rindu, cinta, dan pujian penyair kepada Nabi. 3. Irama dan Alat-alat Musik Irama Kasidah Burdah yang dinyanyikan disesuaikan dengan rnaqdmdt yang digunakan . Pada setiap event, irama yang terdengar berbeda karena diselaraskan ~ngan kondisi ruang dan waktu juga dengan situasi pendengar(t&diens). Misalnya, apabila Kasidah Burdah dinyanyikan pada aeara (ritual Maulid digunakan irama yang rendah nadanya, sedangkan pada acara yang bersifat umum (festival), irama yang dinyanyikan terdengar suara tinggi dan menghemak. Adapun alat musik yang digunakan pada nyanyian Kasidah Burdah berbeda-beda antara penyanyi yang satu dengan yang lain; antara negara satu dengan negara lain; antara daerah satu dengan daerah lain. Hal ini bergamung pada selera penyanyi atau pelantunnya, Misalnya, di Mesir, lagu Kasidah Burdah, dan lagu-lagu Arab lainnya, dilengkapi dengan alat-alat musik khas Arab, seperti ud, durbakke, qdnttn, nay, mijwiz, buzuq, dan rikk (www.indo.net.id). Adapun di Indonesia, "Ar-Raudhah Group", kelompok musik Kasidah Burdah dari Pesantren Syaykhona Kholil Bangkalan Madura, dan "Terapi Musik Sufi" dari Pesantren Darussalam Ciamis, menggun alar musik lengkap yang terkumpul dalam electone. Ada juga yang tidak menggun alat musik seperti yang dilantunkan oleh Muhammadun Zain dari Semarang, tetapi memakai backsound yang dinyanyikan oleh para santrinya. Jadi, irama Kasidah Burdah tetap terdengar ramai walaupun tanpa alar musik yang lengkap (lihat kaset Zain) 4. Warna Vokal
Kasidah Burdah 'bersifat melismatis, yaitu satu suku kata untuk beberapa nada dengan frase-Frase yang relatif panjang-panjang (bdk. Hermawan, 2002: 181) dan dikemas dalam irama terikat yang sesuai dengan rimanya (qafiyah atau persamaan bunyi). Warna vokal yang muncul dalam lagu-Iagu Kasidah Burdah dapat dilihat pada kaset-kaset al-Minyawy (1997), al-Atwany (2006), dan Ar-Raudhah Group (2003). Pada lagu al-Minyawy dan ArRaudhah Group terdengar suara pelantunnya bernada tinggi dan melengking, dan turun-naiknya irama sangat terasa, Adapun pada lagu al-Atwdny terdengar nada yang rendah dan datar sehingga lagunya terkesan slow dan syahdu. 5. Kostum Kosrum kelompok musik atau penyanyi berkaitan dengan panggung pertunjukan atau pentas seni. Setiap penyanyi yang naik panggung dipastikan menggun kostum yang sesuai dengan jenis lagu yang dinyanyikan dan suasana audiens yang menontonnya. Pelantun Kasidah Burdah biasanya adalah pembaca indah (qari) Alquran yang menjaga penampilannya agar tidak terkesan sebagai penyanyi pop. Pelantun laki-laki biasanya memakai jubah dan serban yang dililitkan ke kepala (Hermawan, 2002:182). tetapi, saat ini pakaian para pelantun tidak terlalu terikat dengan pakaian khas Arab, mereka biasa juga memakai pakaian ala Indonesia, seperti baju koko dan kopiah. Adapun pelantun perempuan biasa menggun longdress dan berjilbab, sudah tentu dengan asesoris dan ornamen yang indah. 6. Etika Penyajian Erika penyajian musik Kasidah Burdah berkaitan erar dengan panggung pertunjukan yang menjadi tempat pentas langsung (live). Sesuai dengan jenis musik Islami, yang terikat dengan erika dan akhlak Islam, maka pertunjukan musik Kasidah Burdah cukup sederhana. Para pelantun ada yang berdiri berjajar menghadap ke audiens (apabila lebih dari dua orang), tetapi ada pula yang duduk apabila pelantunnya hanya satu orang, kemudian yang satu orang lagi duduk sambil memainkan electone. jadi, dapat dikatakan bahwa penampilan musik Kasidah Burdah mernperhatikan erika panggung, baik yang berhubung dengan pelantunnya maupun pertunjukannya karena ia, di samping berfungsi menghibur audiens, juga membawa misi dakwah Islam. Berdasarkan uraian mengenai Kasidah Burdah sebagai musik Islami dengan enam ciri seperti telah dijelaskan di atas, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa Kasidah Burdah juga adalah karya sastra musik Arab. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa yang memelopori pembacaan Kasidah Burdah pada seni pertunjukan dan rekaman adalah orang-orang Arab, khususnya Arab Mesir. Artinya, oranz-oranz Arab Mesirlah vans mernasukkan Ka,idah Rurdah cbbm
C. Kasidah Burdab dalam Perkembangan Sastra Musik Arab Sastra musik Arab diartikan sebagai lagu-Iagu nasyid dan pop yang liriknya diambil dari puisi-puisi yang disusun oleh para penyair Arab. Di antara penyair yang menulis lirik lagu Arab adalah Achmad Syauqy, Sayyid Quthub, Syaykh Thaha, al-Fashny, Syaykh Muchammad al-Fayyamy, dan Syaykh Nasrud-Din Tubbar. Resepsi Kasidah Burdah dalam rekaman adalah bait-bait Kasidah Burdah yang disambut oleh penyanyi dalam bentuk lagu-Iagu nasyid dan pop, baik penyanyi Arab (Mesir) maupun penyanyi non-Arab (lihat Frishkopf, 2000:5-6). Adapun yang dimaksud dengan penyanyi non-Arab pada bahasan ini adalah penyanyi nasyid Indonesia yang menyanyikan lagulagu Kasidah Burdah dalam rekaman kaset yang diproduksi di Indonesia. Kasidah Burdah dicipta oleh seorang penyair sufi yang berasal dari Mesir, ia disambut pertama kali oleh masyarakat Arab Mesir, dan sarnbutan masyarakat dunia terhadapnya, dalam berbagai bentuk, terutarna dalam bentuk rekaman sebagai nasytd, juga berangkat dari Mesir. Dengan demikian, Kasidah Burdah adalah karya sastra Arab produk bangsa Arab Mesir yang mendapat sarnbutan luas masyarakat sastra di dunia, Dalam Islam, kasidah termasuk jenis musik vokal yang berisi curahan hati, di samping qith'a (fragment) dan ghazal (songs ofmystical love) (Hoesin, 1975:395; Markoff, 1995:1). Oleh karena itu, pada tulisan ini dipandang perlu menguraikan sekilas sejarah perkembangan sastra musik Arab Islam, khususnya lagu-Iagu keagamaan (nasyid) yang terjadi di Mesir sebagai latar sambutan masyarakat Arab terhadap Kasidah Burdab dalam bentuk rekaman, termasuk perkembangan musik vokal di Mesir. Dalam konteks ini, dilihat posisi Kasidah Burdah dalam sastra musik Arab di Mesir, khususnya genre nasytd seperti nasihat-nasihat keagamaan (tawashih diniyyah), kasidah-kasidah keagamaan (qasha'id diniyyah), reks maulid (mawlid), teks doa (ibtihalat) , kisah-kisah keagamaan (qishas diniyyah), dzikir, dan lagu-Iagu keagamaan (aghani diniyyah). Semua jenis sastra lisan keagamaan ini relah go public melalui pertunjukan langsung dan media produksi atau gabungan antara keduanya. Genre-genre nasyid tersebut, pada dasarnya, adalah musikalisasi puisi dan prosa (sastra) Arab yang berisi doa kepada Allah swt dan pujian kepada Nabi Muhammad saw dengan menggunakan kata-kata yang indah. Dalam hal ini, sastra memang berbicara tentang keindahan dan musik termasuk bagian dari wilayah sastra (ath-Thanrhawy, 1992:150). Salah satu unsur yang membentuk musik adalah bahasa (Sa'iy, 1985:55). Artinya, kata-kata yang indah, sebagai unsur bahasa
kehidupan berbahasa dan bersastra masyarakat Arab. Mendengarkan musik adalah sam bentuk pengalaman yang indah dan menyenangkan. Musik Arab adalah bagian dari tradisi klasik musik besar dunia (Danielson, 1996:3). Dalam hal ini, nasytd merupakan salah ekspresi penyair atau penyanyi dalam berbahasa yang indah untuk mencapai tujuannya, yaitu mengagungkan asma Allah dan memuji Nabi.
Kesucian wahyu Alquran dan aturan-aturan khusus dalam pembacaannya dikodifikasikan dalam tajwfd. Orang yang membaca ayat-ayat suci dengan memperhatikan aturan tajwid akan terdengar suara yang merdu dalam tilawatil-Qur'an-nya. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-NasaIy, Nabi bersabda: I;') ~I:':'~ ~i:;il "Zayyinul-Qur'ana bi Ashwatikum" (Hiasilah Alquran
D. Kasidah Burdahsebagai Nasyid Kasidah Burdah dilihat dari isi teksnya yang bernuansa religius dapat disebut sebagai nasytd. Pelantun Kasidah Burdah di Mesir yang biasa dibacakan oleh sayyid (penyanyi nasyid laki-Iaki) - di Turki disebut zakir - (Markoff, 1995:1) dalam acara-acara keagamaan semakin memperkokoh posisinya sebagai nasyid. Untuk melihat posisi Kasidah Burdah sebagai nasytd itu, di bawah ini diuraikan pengertian dan resepsi nasyid beserta genre-genrenya dan perkembangannya di Mesir. Pengertian nasyid secara etimologis adalah angkat suara (Munawwir, 1984:1516), yang artinya lebih cenderung pada orang yang bernyanyi, tetapi dalam perkembangan musik religius saat ini, arti nasyfd berubah menjadi lagu dan lebih condong pada nyanyian. Nasyid sebagai lagu yang bernuansa religius saat ini telah menyebar ke berbagai negara, baik yang berpenduduk muslim maupun negara-negara nonmuslim, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. Di negara yang mayoritas penduduknya muslim, seperti Mesir, nasyid relah tersebar luas pada abad ke-20, menembus batas-batas geografis dan sosial. Fokus atau tema mama yang diusung nasyid adalah pujian kepada Allah dan Rasul-Nya serta ekspresi pengalaman spiritual keagamaan. Nasyid tidak dibatasi oleh lokalitas, kelas ekonomi, ataupun pandangan religius kelompok. Nasyid lebih mengekspresikan dimensi terdalam dari salah sam ajaran Islam dan secara umum diungkapkan dalam gaya sufisme. Lirik nasyid bercitarasa mistik yang dalam kelompok sufi yang dikenal luas karena gaya khas nasyid yang dimilikinya. Lirik nasytd selalu dinyanyikan dalam upacara ritual kaum sufi dan telah menjadi domain dalam kehidupan mereka (Frishkopf, 2000:1). Secara tekstual, nasyid dengan mudah dapat dibedakan dari tilawatil-Qur'an dan adzan. Nasytd adalah semacam puisi biasa, sedang Alquran adalah wahyu Allah, sedangkan adzan lahir dari sebuah tradisi dakwah Islam. Adzan adalah salah sam syiar Islam yang mengajak manusia untuk mendirikan salat lima waktu (Syaltut, 1966:85) dan menjadi tanda mama agama yang diajarkan dan dipraktikkan oleh Nabi, baik ketika ia di kampung maupun di perjalanan. Adzan dimulai pada abad ke-1 Hijriyyah sampai Nabi .
~
._-- -_..
•
. ••.
.'O.
dengan suara kalian), dan dari Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, dinyatakan oleh Nabi dengan yanglebih tegas : ~i:;i~ J,J.:.!. :J :; C: ~ "Laysa Minna man lam yataghanna bil-Qur'ani" (Tidak termasuk golongan kami yang tidak membaca Alquran dengan melagukannya) (lihat Qardhawy, 1999:238). Jadi, tilawatil-Qur'an itu artinya bisa membaca biasa dan bisa pula membaca dengan lagu yang masingmasing ada kaidahnya. Dalam studi ini, yang dimaksudkan dengan tilawatul-Qur'an adalah bacaan Alquran (Munawwir, 1984:149) yang memiliki tujuh gaya (style) bacaan, yang terkenal dengan istilah alqira "atus-sab'ah (al-Anshary, 1959:4 dan adz-Dzaty, t.t.). Tujuh gaya bacaan Alquran ini, pada akhirnya, menjadi disiplin ilmu tersendiri yang mendapat sambutan besar dari masyarakat muslim, terutama lembaga-lembaga pendidikan membaca indah Alquran. Mengenai keindahan Alquran tersebut dapat dikatakan bahwa di dalam ayat-ayatnya terkandung kalimat-kalimat yang sangat halus dari berbagai gaya bahasa sastra, seperti mapiz, metafora, perumpamaan atau penyerupaan. Dalam Alquran juga terdapat ayatayat yang berirama, yang jumlahnya lebih dari seratus ayat. Aspek musikalitas yang dikandung dalam Alquran terletak pada keindahannya, yang apabila dibaca akan memberi efek kesyahduan bagi pendengarnya. Kata-kata pada sebagian besar ayat Alquran memiliki kesamaan nada pada bagian akhirnya. Pola ini dalam puisi (syair) disebut sebagai wazan atau rima. Ayat-Ayat Alquran menggunakan jalinan rima yang menarik hati dan menyentuh jiwa. Jadi, Alquran memiliki keunikan dan daya tarik yang tidak tertandingi karena susunan dan kesempurnaannya yang menakjubkan (Baljon, 1991:54). Sisi lain daya tarik Alquran adalah keselarasan antara kata dan makna. Apabila dibaca ayat-ayat yang menceritakan tenrang kelembutan dan rahmat Allah, kata dan kalimat yang digunakan bernada lembut dan indah. Sebaliknya, apabila ayat-ayat yang dibacakan itu menyangkm tentang siksaan, kesesatan, kesempitan, dan kesulitan, maka perasaan takutlah yang timbul. Lebih dari itu, kat a dan kalimat dalam ayat-ayat suci itu pun terasa berat dan sulit untuk dibaca, karena banyak huruf yang bertasydfd yang berdekatan antara sam denzan yang lain (www.irib.ir/worldservive.2005) .
dan kitab puisi karya Syamsud-Din Chafidh yang menjadi karya agung (masterpiece) dalam sastra Persia (www.irib.ir/worldservive.2005). Membaca indah Alquran dengan berbagai model lagu itu, kemudian menjadi tradisi tilawatil-Qur'an dalam masyarakat muslim di seluruh dunia. Tradisi bacaan Alquran dengan lagu, termasuk tujuh gaya bacaannya, berpengaruh kuat terhadap gaya pelantunan nasyid di berbagai negara Muslim, khususnya di Mesir dan Indonesia. Hal ini didasarkan pada satu asumsi bahwa dalam tradisi kehidupan umat Islam, seorang pelanrun nasyid adalah seorang qdri" dan juga seorang muadzin (Frishkopf,2000:2). Masyarakat Muslim pada umumnya selalu mendengar bacaan Alquran dengan tajwfdnya yang baik setiap hari dan mendengar alunan .m ara adzan setiap hari lima kali dengan suara yang merdu. Hal ini adalah warisan kenabian yang diajarkan oleh Nabi kepada umatnya. Dalam komeks suara adzan yang indah dan merdu yang dikumdangkan oleh muadzin, Nabi pernah bersabda kepada para sahabatnya : "Ajarkanlah adzan kepada Bilal, karena suaranya sangat merdu". Pada zaman modern ini, suara yang merdu itu tidak hanya dari tilawatil-Quran dan adzan saja, tetapi juga dari suara nasytd yang dapat menyentuh hati dan menggetarkan perasaan (Qardhawy, 1977 dalam media.isnet.org/islam). Nasyid tampak jauh lebih fleksibel dalam tampilan bila dibandingkan dengan tilawatil-Qur'an, ia lebih bebas disandingkan dengan unsur musik lain. Sebagian orang Mesir mampu membedakan dengan jelas perbedaan antara nasyid dan lagu biasa, padahal dalam konsep dan praktik, jelas tidak terpisahkan, Ada rangkaian kesatuan di amara tampilan nasyid religius dan lagu-Iagu nonreligius. Sampai penghujung abad ke-20, upaya untuk memisahkan nasytd dengan lagu biasa adalah sam kemustahilan. Selama abad ke-19, tradisi agama dan. seni saling mengisi, berdialog sehingga mencipta karya yang dikenal sebagai turdts qadim (tradisi lama). Secara bertahap lagu-Iagu religius dan nonreligius kini mulai merambah wilayah industri musik komersial yang lebih mejanjikan keumungan dan sekaligus menariknya keluar menjauh dari lingkaran tradisi lama agama. Bagaimanapun, pengaruh kuat naluri bisnis musik komersial telah melenyapkan batas-batas yang selama ini tetap dipegang. Selama pertengahan sampai akhir abad ke-20, kelompok tengah-tengah di amara kelompok musik pop dan kelompok musik religius telah banyak merilis nasyid versi orkestra yang secara kuat dipengaruhi oleh tradisi musik kota. Bahkan tidak jarang terkadang seorang syaykh (pakar dan pelantun musik religius) tampil bersama r1pn,,~n
teks dan konteksnya. Penampilan nasytd yang benar mestinya ditafsirkan sebagai sebuah aksi religius, wujud lain dari bentuk peribadatan kepada Allah, ekspresi rasa religiositas atau dakwah Islam. Pada saat bersamaan, unsur estetika dan hiburan yang muncul sebenarnya masih dapat diterima dengan syarat tidak demi estetika dan hiburan itu sendiri. Hal ini mengisyaratkan bahwa nasytd membawa nilai-nilai religius. Nasyid harus ditempatkan dalam sebuah konteks sakral yang tepat, yang masih berhubungan dengan semangat religiositas, Dalam batas-batas inilah, secara eksplisit nasyfd dapat ditampilkan dalam acara-acara religius yang lebih bersifat sosial. Nilai puncak profesionalisme seorang munsyid (pelantun nasyfd) adalah beribadah kepada Allah dan menghibur umat Islam (Frishkopf, 2000:2) . Dari tinjauan kritis, teks harus ditempatkan sebagai sentral dalam penampilan nasyid. Oleh karena irulah, kualitas dan pesan yang dikandungnya menjadi penting, Tema utama nasyid adalah tasbich, ibtihdl, du'a, madtcb (sanjungan), ghazal kepada Nabi dan keluarganya, ekspresi pen galaman spiritual, kisah-kisah (qishas) para pahlawan, dan nasihat untuk para pendengar. Ambiguitas terkadang muncul dengan penggunaan puisi-puisi cinta yang terlalu rnistik dan erotis. Akan tetapi, secara umum kandungan nasyid adalah doa kepada Allah dan sanjungan untuk Nabi. Puisi-puisi religius juga banyak dijumpai di sepanjang sejarah Islam yang ditulis oleh individu-individu yang terkenal, baik sebagai ilmuwan maupun sufi, Karya-karya mereka dianggap sebagai model atau aturan dalam ekspresi linguistik. Dalam hal ini, puisi religius juga ditulis oleh sebagian sahabat Nabi, di amaranya, Chassan ibn Tsabit, wafat 659 M, Imam asy-Syafi'i, wafat 820 M); dan para sarjana Al-Azhar, di amaranya Syaykh Shalih alJa'fary, wafat 1978 M. Puisi-puisi ini seringkali ditampilkan sebagai nasytd. Bahasa Arab klasik, bahasa wahyu, dan tradisi Islam, biasanya lebih disukai, khususnya dalam genre kasidah, tetapi bentuk bahasa percakapan biasa (mawwal, zajal) juga lebih banyak ditampilkan karena aksesibilitasnya cukup'tinggi, khususnya di wilayah pedesaan. Di samping fungsi dan kualitas teks, fungsi dan kualitas suara juga dipandang memilki makna peming dalam penampilan nasytd, Vokalisasi melodis menjadikan teks tampak lebih hidup, apalagi bila diperkuat dengan gaya ekspresi perasaan sang penyanyi akan membuat nasyid menjadi lebih sempurna. Kehadiran seorang penyanyi solo yang handal diperlukan demi menggugah perasaan pendengar, apalagi bila ia memiliki artikulasi suara yang jernih dan merdu. Tidak ada aturan baku dalam teori pelantunan nasyid, tetapi yang pasti prinsip-prinsip tajwfd diterapkan di dalamnya. Hal itu semata demi memudahkan n.t::lorY'l.,'h..,TY\"n C'~"r.., rnpn;"](}""1
"1111'""l
e .... lrr""t 1 f"plrc
,pr","":),no- YY11.1nr:"I11·r/
hi')c")n",']
Tajwid tidak hanya peming dalam membaca ayat-ayat Alquran, tetapi juga peming dalam melamunkan nasyid. Dalam konteks ini,
tajwid diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara membaca Alquran dengan baik, benar, jelas, teratur, perlahan, dan tidak terburu-buru, baik itu dalam membaca huruf-hurufnya maupun kalimat-kalimatnya (Syafi'i, 1967:3). Jadi, seorang munsyid harus memahami dan menguasai ilmu tajwid dalam melantunkan nasyidnya agar tetap terdengar merdu. T anpa ia menguasai ilmu tajwid, teks nasyid yang dibaca kemungkinan besar akan salah bacaannya, terutama dalam panjang-pendek bacaan sebuah kata atau kalimat sehingga akan menghilangkan keindahan arti nasytd Tampilan nasytd dengan seorang penyanyi solo bukan satusatunya pertunjukan karena ada tampilan lain, yaitu nasyid dengan paduan suara yang juga banyak diminati. Alat musik yang sering dimainkan dalam nasyid adalah terbang, beragam jenis perkusi, dan seruling. Instrumen musik yang terakhir ini menjadi primadona di kalangan sufi. Selanjurnya adalah biola, sitar, dan sejenis tamborin. Instrumen musik tersebut dimainkan secara individu, kelompok kecil (ansambel) atau dalam kelompok yang lebih besar (orkestra). Dalam praktiknya, instrumen tersebut dimainkan secara bersahut-sahutan. Pada bagian akhir lagu, sang pemusik akan membuat improvisasi dengan memainkan irama yang disebut sebagai 'alunan religius'. Standar orkestra Arab adalah memperagakan ketukan perkusi dengan tempo yang lebih cepat dan keras, diiringi suara seruling melengking tinggi, kemudian kelompok paduan suara akan mengakhirinya dengan tarikan suara keras seraya menyebut kalimat-kalimat dzikir (Frishkopf, 2000:3). Itulah lagu Arab yang memberikan simbol religius dengan kemasan alat-alat musik modern, yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman yang sebaik-baiknya. Ada hal yang menarik dalam perkembangan nasyid di dunia Islam, termasuk di Mesir, Malaysia, dan Indonesia, yaitu menjamurnya kelompok nasyid dengan menyanyikan lagu tanpa iringan alar musik. Fenomena ini disebut nasyid acapella, yaitu para penyanyi, baik sayyid maupun sayyidah (penyanyi nasytd perempuan) menyanyikan lagu-Iagu religius dengan mengandalkan suara mulut yang menghasilkan suara seperti alar musik. Nasyid acapella ini sebenarnya meniru gaya musik gereja di Spanyol- disebut deep song yang bersumber dari Cante Hondo dan biasa dinyanyikan oleh kaum gypsy Spanyol (www.alhambra-productions.com.2003). Para pengikut gereja di Spanyol pada saat itu dilarang untuk menggunakan alat-alat musik sehingga para pendoa di gereja menyanyikan lagu-Iagu kerohanian dengan mengandalkan suara mulut yang menghasilkan ~"n"...-;
.,1.,..
Trl11e;\'-
fN.,;;h
?()()<;
r1"J.,m
UTW"Wn"r1h"nl7-
menggunakan alar-alar musik dalam Iagu-lagu nasyid mereka. Jadi, fenomena nasyid acapella lebih merupakan sebuah kreativitas seni musik daripada sebuah reaksi terhadap pelarangan penggunaan alatalat musik di kalangan kaum Muslim. Kembali ke bahasan mengenai lagu Arab dapat dikatakan bahwa mendengarkan dan memahami lagu Arab adalah perkara yang tidak mudah. Karena di samping komposisinya yang panjang, juga strukturnya dibangun secara bertahap, baris demi baris, frase demi frase, dan terkadang kata demi kata. Untuk memahaminya mesti diperhatikan nuansa yang meliputinya. Sebagaimana dinyatakan oleh Jihad Racy dan Salwa as-Shawan bahwa mendengarkan lagu Arab mesti melibatkan diri secara aktif dalam seluruh perjalanan kesejarahannya, mengikuti detail melodi, teks, respon, persepsi, dan rasa (Danielson, 1996:3). Dalam hal ini, nasyid sebagai salah satu lagu Arab, saat ini, dipandang sebagai genre yang mewarnai dunia musik Arab modern. Keunikan nasyid, sebagai lagu khusus yang ideal, ditujukan untuk sarana berdoa dan melantunkan lagu pujian kepada Nabi. Gambaran ideal nasyid adalah lagu serius, kontemplatif, dan anggun. Oleh karena itu, bila ada sedikit saja campuran dengan unsurunsur di luar dirinya, misalnya musik pop, akan segera .menuai kritik. Secara kultural, nasyid menyuarakan nilai otentik yang merujukpada tradisi Arab-Islam dan menolak kehadiran musik Barat kontemporer yang komersial. Genre nasyid berpijak kokoh pada konsep musik otenriknya dan berusaha menghidupkan kembali lagu-Iagu rakyat serta konsep bermusik dengan basis tilawatil-Qur'an dan tradisi lama Dalam hal ini, bagi pendegar awam, akan sulit dibedakan antara tilawah dan ibtihalat. Di antara pelantun nasyid yang populer dengan karya-karya rekaman mereka adalah Syaykh Ibrahim al-Farran dan Thaha al-Fashny (Frishkopf, 2000:4), sedangkan pelantun nasyid Kasidah Burdah yang popular di Mesir, juga masuk dapur rekaman, adalah Hisarn Shaqar dan 'Abdul-'Adhim al-Atwany (Manshur, 2006). Selain itu, di Mesir saar ini lahir kelompok nasyid yang lirik lagulagunya mengumandangkan perjuangan (jihad) yang bernama usratulwady, yang anggotanya berasal dari pemuda-pemuda Universitas AIAzhar. Lirik lagu-Iagu kelompok nasytd ini diambil dari tulisan-tulisan Sayyid Quthub, seorang pemikir dan pejuang Arab Mesir yang dihukum gantung oleh Pemerintah Mesir (www.saifulislam.com.2004) . Berikut ini adalah teks lagu yang dinyanyikan oleh kelompok nasyid usratul-wady yang liriknya diambil dari puisi Sayyid Quthub yang berjudul "wasiat" dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Budi Sudarsono. '.o"'1nrl.,;n'l:T"l tz.."l11 t"lnO';~i
k-prn-:Jtl-:1nkll
nyalakanlah obor buat umat mulia ini dan teruskan perjalanan ke gerbang jaya (2 x) Kematianku adalah suatu perjalanan mendapatkan kekasih yang sedang merinduku taman-taman di surga bangga menerimaku burung-burung berkicau riang menyambutku berbahagialah hidupku di alam abadi Seandainya kau tangisi kematianku dan kau siram pusaraku dengan air matamu maka di atas tulangku yang han cur luluh nyalakanlah obor buat umat mulia ini dan teruskan perjalanan ke gerbang jaya (refJ) Kuasa kegelapan pasti akan hancur dan alam ini akan disinari fajar lagi biarlahrohku terbang mendapatkan rindu-Nya janganlah gemar berkelana di alam abadi nun di sana fajar sedan.g memencar (kembali ke refJ) (.. ./comem.php?q idn contem.200S). Teknik vokal yang sempurna dan dapat mempercamik teks sangat dipertimbangkan dalam tilawatil-Qur'an. Fleksibilitas, ekspresiviras, emosionalitas, dan improvisasi melodis menjadi sentral di. dalamnya. Alunan musik cepat dan menghentak seperti dalam musik pop selalu dihindari. Satu ayat, dalam tilawatil-Qur'an terkadang dibaca dengan sangat pelan dan ada jeda di sana-sini, Dalam tradisi musik dan tilawatil-Qur'an, biasanya para pendengar akan memberikan feedback atau balasan suara sang penyanyi dengan katakata seperti 'Allah!' atau }ta, saldm' (Frishkopf, 2000:4). Idealitas nasytd dinilai dari kualitas suara dan konteks hingga status sosial dan visualisasi. Sebutan 'syaykh' diberikan kepada sang munsyid karena kecakapan, pengetahuan, pengalaman, dan sikapnya yang memang mewakili gambaran seorang syaykh. Para penyanyi nasyid biasanya memakai pakaian tradisional Arab Islam : sorban, jubah, syal, dan tasbeh. Pakaian seorang munsyid berbeda dengan pakaian seorang qdri' atau khatib, dan lebih kontras lagi, dengan pakaian seorang mutribin atau penyanyi pop (Frishkopf,2000:4). Dahulu, sudah ada sejumlah penyanyi wanita seperti Hajjah Suwayisiyyah (abad ke-19) yang tampil di depan publik dengan pakaian sopan. Akan tetapi, para pembaru Islam abad ke-20 mengkampanyekan bahwa suara wanita adalah aurat. Oleh karena itu, badan dan suara wanita harus dihindarkan dari wilayah umum.
ironis dari kampanye ini adalah bahwa kini banyak penyanyi wanita yang justru mencari kesernpatan untuk dapat tampil di night club dan tempat-tempat hiburan malam (Frishkopf, 2000:4). E. Kasidah Burdah dan Rekaman Nasyid di Mesir Kasidah Burdah yang semula hanya dibacakan secara lisan di perkampungan, perkotaan, dan di lembaga-Iembaga pendidikan, pada abad ke-20 memasuki dunia rekaman seiring dengan kemunculan fenomena nasyid di Mesir. Dalam kaitan ini, Kasidah Burdah dan nasyid lainnya, selama abad ke-20, telah memasuki dapur rekaman dan diproduksi sebagai komoditas untuk media massa. Pertama-tama dalam bentuk piringan hitam dan kemudian dalam bentuk kaset. Rekaman-rekaman dalam piringan hitam dan kaset tersebut tidak hanya menampilkan suara dan teks, tetapi juga simbol-sirnbol yang dipakai sebagai label kaset demi mempercamik tampilannya. Di amara simbol-simbol yang sering dipakai adalah masjid atau situs-situs suci, menara, dan bulan sabit. Sebagian besar nasyid direkam dan dikonsumsi oleh orang Mesir sendiri dan bukan untuk para sarjana atau penikmat musik di Barat. Kaset-kaset itu adalah artefak bagi budaya Mesir. Seluruh genre nasytd, termasuk nasihat-nasihat agama, telah dikemas dalam format kaset, tetapi seiring dengan budaya rekaman, pertunjukan nasytd secara live menjadi jarang. Hal ini berbeda dengan industri musik pop yang terus mengalami peningkatan dan bebas dari aturan ketat pernerintah (Frishkopf, 2000:5). Namun demikian, perkembangan nasyid di Mesir terus mengalami kemajuan yang penting. Hal ini bisa dilihat pada kemunculan kelompok-kelornpok nasyid yang baru, seperti usratulfirdaus yang dalam album pertamanya menampilkan pelantunpelantun nasytd, amara lain Majdan Aliyas dan Erfino Jauhary. Ternatema lagu pada kelompok nasytd ini berbicara temang perjuangan dan mencari ilmu di jalan Allah (www.saifulislam.com.2004). F. Kasidah Burdah di Antara Nasyid dan Lagu-Lagu Pop Kasidah Burdah secara tekstual dapat dikategorikan sebagai nasyid warisan lama (turats qadfm) yang mendapat sentuhan musik Arab modern. Hal ini dapat dilihat pada aneka ragam pembacaan Kasidah Burdah yang dinyanyikan oleh para penyanyi yang berpredikat sayyid (penyanyi khusus nasyid) dan mutrib (penyanyi pop). Realitas musik Arab yang berakulturasi dan berkolaborasi tersebut menunjukkan adanya percampuran ikon-ikon budaya religius dan budaya pop dalam perkembangan musik Arab. Sampai penghujung abad ke-20, ikon-ikon budaya dan reliziositas Islam tampak ouerlapping hingga kemudian bergabung
pengetahuan dasar bahasa dan sastra Arab klasik. Di sinilah, hampir seluruh penyanyi memulai pendidikannya. Mereka memulainya dengan membawakan lagu-Iagu religius yang kemudian mengantarkan mereka berpredikat sebagai syaykh. Selama periode ini, antara nasyid dan lagu-Iagu pop mengalami hubungan yang sangat dekat -sehingga sulit dibedakan antara keduanya. Lirik lagu cinta kasidah dan muwashsahat hampir tidak dapat dibedakan dari lirik lagu atau puisi kaum sufi. Pertunjukan lagu religius tidak hanya dalam hari-hari besar Islam, seperti malam Ramadhan atau Maulid Nabi, tetapi juga dalam pesta-pesta pernikahan. Sebaliknya, lirik lagu pop terkadang juga dipinjam dan dipergunakan dalam pertunjukan lagu-Iagu religius, begitu juga dengan intstrumen musiknya. Seperti dalam penampilan seorang penyanyi nasyid, seorang mutribin (penyanyi lagu pop) juga diiringi dengan kelompokpaduan suara (Frishkopf, 2000:5). Selama awal abad ke-20, genre nasyid yang paling banyak direkam adalah tawashih dfniyyah dan qashfdah dfniyyah. Dalam tawashih diniyyah, biasanya sang munsyid akan bernyanyi secara solo dengan aneka improvisasi. Sementara kelompok paduan suara (chorus) akan menyanyikan lirik lain sebagai latar belakang lagu mama. Dalam pertunjukan ini hanya sebagian kecil instrumen musik yang dipakai, yairu hanya sekedar tambahan. Industri musik di awal abad ke-20 berkembang bersama dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, yang dampaknya adalah nasytd memasuki dunia rekaman secara besar-besaran. Beberapa nama besar munsyid yang sukses dengan album mereka adalah Syaykh Yusuf al-Minyawy, Darwish al-Hariry, Abul-'Illa Muchammad, Aly Machmfrd, dan Muhriz Sulayman (Frishkopf, 2000:6). Adapun para penyanyi pop (mutribin) , atau disebut juga vocalist (Ba'albaki, 1977:1034), yang biasa menyanyikan lagu-lagu nasyid, yang dikenal luas oleh masyarakat Arab, antara lain adalah Muchammad Fuad dan Amru Diyab, Misalnya, lagu nurul'ayn yang dinyanyikan oleh Amru Diyab diiringi dengan alar-alar musik seperi gitar, "terbang", dan accordeon. Jadi, lagu ini merupakan gabungan antara nasyid dan musik pop. Lirik-lirik lagu pop yang dinyanyikan oleh Muchammad Fuad, seperti lagu al-cbubbul-cbaqiqy, bertema sosial dan keluarga, sedangkan lagu alfu syahfd yang dinyanyikan secara duet oleh Raghib Alamy dan Alissa bertema perjuangan rakyat Palestina untuk memerdekakan negaranya dari penjajahan Israel. Lagu yang berirama nasyid yang saat ini populer di dunia Arab adalah berjudul al-cbilmul- 'araby. Lagu ini dinyanyikan secara solo dan paduan suara oleh dua puluh orang penyanyi laki-Iaki dan perempuan 1
•
T
"L
...1 __
~.
L_1
~
__
~.
~.
L
_
bagi masyarakat Arab secara keseluruhan (lihat VCD Lagu-Lagu Arab 4). Di pihak lain, dapat pula dilihat perkembangan pesat lagu-Iagu pop Arab yang saat ini populer di negara-negara Arab, khususnya Mesir. Di antara penyanyi-penyanyi pop murni yang saat ini dikenal luas oleh masyarakat Arab adalah Myrina Khayyat dengan lagu hitnya Bi asykali musy'ilany kayyalah dan the four cats dengan lagu hitnya ya, nassiny. Lirik lagu-lagu mereka adalah bertema cinta dan kehidupan muda-mudi zaman modern (lihat VCD Lagu-LaguArab 4). G. Kasidah Burdah sebagai Tawashih Diniyyah dan Doa (Ibtihalat) Bait-bait Kasidah Burdah berisi pesan-pesan keagamaan (tawashih dfniyyah) dan berisi pula doa-doa yang sengaja dicipta oleh penyairnya, alBushiry, untuk menasihati dan mendoakan dirinya sendiri dan kaum muslimin yang membacanya. Pesan keagamaan dan doa dalam bait-bait Kasidah Burdah tersebut, pada zaman modern ini, banyak diekspresikan melalui nyanyian atau seni musik. Jadi, pesan keagamaan dan doa itu tidak hanya melalui tradisi lisan di perkampungan, perkotaan, masjid-masjid, dan lembaga-Iembaga pendidikan saja. Sampai pertengahan abad ke-20 tawashih dfniyyah (ibtihalat dan qasha .id dfniyyah) masih dinyanyikan walaupun sekarang telah keluar dari arus mama musik perkotaan Arab (tarab). Musik perkotaan Arab berorientasi semata pada hiburan pop, yang dalam hal ini, para penyanyi baru adalah mereka yang 'hijrah', Apalagi dengan perkembangan sekolah sekuler yang pesat sehingga menyebabkan sekolah Alquran, bahasa, dan sastra (kuttab) banyak yang tutup. Pada saat yang sarna, tawashih menjadi redup popularitasnya dalam masyarakat. Sebagai akibatnya, tawashih tidak lagi dianggap sebagai musik religius yang layak ditampilkan pada peringatan hari-hari keagamaan. Walaupun begitu, Syaykh Thaha al-Fashny tetap berupaya menghidupkan kernbali tradisi genrenasyid ini. Ketidakjelasan posisi dan konsep tawashih menjadikannya mengalami kemunduran selama seperempat abad terakhir. Dewasa ini, rekaman tawashih masih sering diudarakan di radio, khususnya selama hari-hari besar keagamaan, tetapi ia tidak lagi dipertunjukkan secara live. Adapun qashfdah dfniyyah terus dinyanyikan sebagai lagu sakral dalam upacara kaum sufi. Para ahli dan peneliti seni menganggap Syaykh Thaha al-Fashny sebagai penyanyi tawashih terbesar pada abad ke-20 yang suaranya sungguh mempesona. Nama-nama besar lainnya adalah Syaykh Muchammad al-Fayyfrmy dan Syaykh Nasrud-Din Tubbar. Kaset-kaset mereka sekarang adalah koleksi elit dan menjadi mainstream (arus mama) seni Islam, bahkan dianggap sebagai bagian dari tradisi di semua level sosial, baik tradisi sufi maupun tradisi musik
diniyyah) dan juga kasidah keagamaan (qasha 'id diniyyah) yang dapat dinyanyikan, baik secara sendirian (solo) maupun bersama-sama atau paduan suara (chorus). Selain itu, Kasidah Burdah juga dapat dinyanyikan tanpa iringan musik, cukup dengan suara pelantunnya yang merdu dengan berbagai gaya bacaan (qira 'at) yang terkenal di dunia Arab dan dunia Muslim. Sementara itu, sebagian besar nasyid telah banyak digunakan dalam konteks sosial yang beragam, terdapat dua genre yang sampai sekarang tetap dengan unsur liturgisnya, yaitu ibtihalat dan nasyid sufi. Ibtihalat secara etimologis artinya doa sepenuh hati (Munawwir, 1984:124), tetapi dalam konteks ini, ibtihalat diartikan sebagai tampilan penyanyi solo yang nonmetrik, tanpa paduan suara, tanpa musik, dan tanpa improvisasi. Ibtihalat sebenarnya sangat jauh untuk disebut sebagai musik karena pada dasarnya adalah doa yang berkembang luas di kalangan Islam konservatif. Di samping berisi doa-doa, ibtihalat juga berisi sanjungan dan pujian kepada Nabi. Seluruh tampilan ibtihalat sekali lagi adalah doa. Sang mubtahil (pembaca doa) berpakain seperti layaknya seorang pembaca ayat-ayat Alquran (Frishkopf,2000:7). Walaupun ibtihalat yang sebenarnya tidak pernah populer sebagai hiburan, tetapi ia menempati peran sentral dalam praktik keagamaan Islam di Mesir. Salat Subuh seringkali didahului dengan ibtihalat untuk kemudian diakhiri dengan adzan. Ibtihalat biasanya juga disiarkan radio setiap hari dan dipancarluaskan di salah satu masjid jami' di Kairo melalui pengeras suara (speaker) masjid. Ibtihlilat juga sering ditampilkan sebelum salat pada bulan Ramadhan. Di Mesir bisa didengarkan siaran radio sebelum Maghrib yang mengudarakan alunan mubtahil kontemporer yang terkenal, seperti Syaykh Muchammad al-Hilbawy atau Syaykh Sa'id Chafidz. Genre ibtibdlat dekat dengan lagu-lagu sekuler lama, terutama kasidah, yang sampai sekarang masih sering dinyanyikan oleh sejumlah artis, seperti Sabah Fakhry dari Suriah. Gaya ibtihalat solo yang biasa ditampilkannya dikembangkan dalam liturgi sufi dan dzikir jamaah (Frishkopf,2000:8). Bagi liturgi kaum sufi, nasyid adalah sentral dan sering digunakan dalam mengiringi dzikir. Madich (pujian) dan doa menjadi tema-terna utama dalam teks-teks nasyid sufi aliran yang antara satu dengan yang lainnya berbeda. Bergamung pada aliran dan guru dimana teks tersebut dibuat. Sebagian nasyid ada yang telah direkam secara profesional, tetapi masih ada juga yang arnatir. Walaupun kelompok sufi dipandang sebagai kaum pinggiran dan kelas bawah, tetapi anggota yang dimiliknya mencakup keselurahan kelas ekonomi dan sosial di Mesir. [umlah anzaota kelomook sufi Dada tahun 1985
begitu akan terkenal. Akibatnya, rekaman komersial liturgi mereka tidak pernah dipublikasikan. Kalaupun ada, hanya sedikit dan rekaman itu dikonsumsi untuk kalangan sendiri (Frishkopf, 2000:8). Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Kasidah Burdah termasuk teks ibtihalat atau doa karena di dalam bait-bairnya terdapat kalimat yang berisi doa atau permohonan sang penyair kepada Allah swt untuk keselamatan dan kebahagiaan Nabi Muhammad saw dan umatnya sepanjang zaman. Sebagai seorang penyair sufi, al-Bushiry menyusun bait-bait madach dalam kasidahnya menurut perspektif tasawuf dan dari sudut pandang sebagai penganu't Tarekat Syadziliyyah. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Kasidah Burdah disebut sebagai puisi sufi, yang berisi madach kepada Nabi, yang dibaca oleh sebagian besar kaum sufi Mesir. H. Kasidah Burdah sebagai Kisah Keagamaan (Qishshah Diniyyab)
Kasidah Burdah adalah puisi pujian yang berisi cerita kehidupan Nabi, baik yang menyangkut pribadinya maupun perjuangannya sebagai Rasul. Artinya, Kasidah Burdah berisi cerita keagamaan (qishshah diniyyah) yang memfokuskan tema cerita pada kehidupan Nabi, yang pada gilirannya· matan Kasidah Burdah dipandang sebagai puisi coloquial sedangkan syarahnya sebagai prosa naratif. Dalam kaitan ini, Kasidah Burdah apabila dinyanyikan oleh munsyid, yang bergelar sebagai sayyid, yang diiringi dengan musik ansambel maka akan tampak lebih besar daripada musik dalam dzikir. Berikut ini diuraikan kehidupan qishshah diniyyah di Mesir sebagai latar pembahasan Kasidah Burdah sebagai genre qishshah diniyyah yang secara khusus disebut cerita kenabian (qishshah nabawiyyah). Di Delta Mesir, qishshah diniyyah lebih populer daripada dzikir sementara di Port Sa'id kondisinya berbanding terbalik. Sebagian munsyid juga melantunkan baik qishshah maupun dzikir bahkan terkadang mencampurkan mereka dalam satu penampilan atau pertunjukan. Genre ini, qishshah diniyyah, sebenarnya lahir dan sebagai kelanjutan dari tradisi lama yang mengalami kemunduran selama lebih dari 50 tahun, yaitu, nasyid maulid lama (mawaldi) dan nasyid pujian lama (madach). Kalau yang pertama selalu diiringi seperangkat perkusi dan paduan suara dalam pertunjukannya, tetapi yang kedua hanya diiringi "terbang" saja. Sayyid (pelantun qishshah diniyyah) modern mengkombinasikan tradisi ini dengan kelompok musik yang lebih besar, dengan gaya campuran antara musik rakyat (sya'by) dan musik kota, instrumen lain serta melodi. Seorang sayyid biasa mengenakan jubah putih serta ropi, Pertunjukan biasa diadakan pada saat hari-hari besar agama, misalnya Maulid Nabi dan pesta pernikahan. Qishshah diniyyah termasuk musik konternporer dari genre nasyid, yang dalam hal ini, partisipasi wanita diperbolehkan di dalamnya sebagai lead 'lJnrnl (hn mereka biasa disebut savvidah atau munsyidah (Frishkopf,
adalah qishshah khayaliyyah (kisah rekaan), fikrif tetapi bermuatan moral. Qishshah dinikmati sebagai hiburan karena lebih ringan bila elibanclingkan genre nasyidyang lain, terutama qishshah khayaliyyah (Frishkopf, 2000:11). Industri rekaman yang berpusat di Tanta berkembang sangat pesat dan melahirkan banyak artis baru di dunia rekaman. Bila lagu-Iagu yang dimainkan dalam pertunjukan langsung begitu panjang, namun untuk alasan ekonomis lagu-lagu dalam rekaman diperpendek, kira-kira berdurasi 45 menit untuk satu side. Beberapa nama munsyid yang terkenal di Delta adalah Syaykh Achmad al-Mujihid, as-Sayyid Khamts, dan Sharaf Ibrahim at-Tamady. Adapun dari kalangan munsyidah (penyanyi nasytd wanita) adalah Haniyyfir Sya'ban dan Wafa' (Frishkopf, 2000:11). Demikian juga, pada akhir abad ke-20 Kasidah Burdah, sebagai qishshah nabawiyyah, telah mernasuki dunia rekaman di Mesir dengan para pelantun nasytd terkenal, yaitu al-Minyawy dan Hisarn Shaqar dengan kaset rekamannya yang berjudul BurdatulMadfch yang masing-masing terdiri atas dua buah kaset, dan 'Abdul'Adhim al-Atwany dengan judul al-Burdah yang menerbitkan sebelas buah kaset (lihat al-Minyawy, 1997; Shaqar dan al-Arwany, 2005). Berdasarkan kategori jenis qishshah dfniyyah tersebut dapat dikatakan bahwa Kasidah Burdah termasuk jenis kisah kenabian (qishshah nabawiyyah), karena di dalam bait-baitnya terdapat kisah kehidupan Nabi sebagai pemimpin agama dan umat yang dapat dijadikan teladan oleh masyarakat muslim saat ini dan masa mendatang:
1. Kasidah Burdah sebagai Lagu Keagamaan (Aghany Dfniyyah) Pada subbahasan ini dibicarakan posisi Kasidah Burdah dalam perkembangan industri musik keagamaan (aghany dfniyyah) di Mesir, terutama genre nasyfd. Selanjutnya, pembahasan dikaitkan dengan peranan penyanyi lagu-Iagu keagamaan yang terkenal, seperti Ummn Kultsum, dalam meresepsi teks puisi madach Nabi yang dicipta oleh Achmad Syauqy. Selama ini orang beranggapan bahwa usaha perluasan pasar nasyid dilakukan dengan cara memasukkan unsur orkestra musik sekuler kota sehingga akhirnya menjadi nasytd orkestra. Pada dasarnya, proses ini tidak terjadi dalam saru arah, tetapi dua arah (timbal-balik). Walaupun kecenderungan industri musik eliMesir adalah musik-musik pop, tetapi seringkali dijumpai pula seorang mutrib (penyanyi lagu-Iagu pop) melakukan proses rekaman musik tarab dengan lirik atau teks-teks , religius. Kecenderungan terakhir inilah yang kemudian dinamakan sebagai aghany dfniyyah. Biasanya hal ini dilakukan untuk kepentingan film musikal atau drama berternakan agama, misalnya, lagu-Iagu Ummu Kll1t"~tlrn
rI..,l.... T"r"l -t';11'Y'll rY'l'1'l£':1....... 1
D .... t....':" ...I , ...1 A ..J__ .:
L
AI....
1,10,·
t
penampilannya. Upaya ini diambil dalam rangka memperkaya sense dan meningkatkan tanggung jawab seorang mutrib terhadap nilai-nilai artistik warisan masa lalu (turats qadfm) karena jalur pendidikan musik yang biasanya diternpuh seorang mutrib telah jauh dari nilai tradisional (Frishkopf,2000:11). Dengan demikian, dapat dikelompokkan bahwa ada dua macam mutrib yang biasa melantunkan aghany dfniyyah. Pertama, seorang mutrib yang membangun karier awal musiknya sebagai seorang syaykh atau syaykhah (pelantun nasytd), tetapi ia meninggalkan basisnya dan beralih haluan, misalnya Syaykh Sayyid Makkawy yang rekarnan kasetnya dengan label "al-Masahharati" (lirik diambil dari syair karya Fu'ad Haddad) sering diputar selama bulan Ramadhan. Contoh lain adalah U mmu Kultsum yang pada akhir kariernya banyak merilis lagulagu religius, di antaranya adalah Ita 'Arafatil-Lah (1955), NahjulBurdah (1946), Wulidal-Huda (1946), dan Ruba'iyyatul-Khayydrn (1949:-1950) (Frishkopf, 2000:11). Karena adanya perubahan pendidikan musik setelah awal abad ke-20, maka saat ini sangat sulit dijumpai seorang penyanyi yang memiliki akar pada warisan silam (turatsqadfm) sebagai basis karier musiknya. Kedua adalah mutrib yang asli, yaitu mereka yang menempuh pendidikan musiknya di sekolah-sekolah musik modern. Contoh dalam hal ini adalah Syaykh Abdul Chafidz, penyanyi besar genre ini (aghany dfniyyah). Dia muncul pertama kali setelah Revolusi 1952 di Mesir sebagai spesialis lagu-Iagu rornantis dan nasional, tetapi dia juga menyanyikan lagu religius. Berikutnya adalah Muchammad AbdulMuthalib, walaupun ia bukan seorang syaykh, tetapi dia banyak merilis album religius. Dalam hal ini, di satu pihak Ummu Kultsum dapat dikategorikan sebagai pelantun nasyid (sayyidah), tetapi di pihak lain ia juga dipandang sebagai penyanyi lagu pop. Ummu Kultsum mampu menyanyikan lagu-Iagu neoklasik yang merupakan gabungan antara lagu-Iagu keagamaan dan lagu-Iagu pop, antara lain adalah : ana jf Intidharak (compact disk, Sono Cairo, Sono 142-E), 'ayis a'raf la tikun ghadban, tuwa idni bi-sintn, al-atbldl (compact disk, Sono Cairo 101), wa darital-ayyam (compact disk, Sono Cairo 103), nahjulburdah (compact disk, Sono Cairo 85058), inta 'umry (compact disk, Sono Cairo 102), sala qalby (cassette tape, Sono Cairo 81001). Berikut ini dikemukakan sekilas tentang karier Ummu Kultsum di bidang musik Arab, khususnya sebagai pelantun nasyid (sayyidah) dan penyanyi pop (mutribah). Ummu Kultsum (1904-1975) adalah seorang penyanyi paling populer dan terkenal sepanjang abad ke-20 di dunia Arab. Koleksi rekaman lagunva lebih dari 300 judul, Konser tiap bulan pada Kamis
Dia dikenal sebagai artis yang piawai dan otentik, mendedikasikan talenta dan karyanya demi kemajuan musik dan puisi Arab. Dia menyandang gelar sebagai "Suara Mesir". Ketika dia wafat, upacara pemakamannya lebih besar daripada upacara pemakaman Presiden Gamal Abdun-Nasher. Setelah lebih dari 20 tahun kepergiannya, masyarakat Arab masih sering memutar lagu-lagunya, semua stasiun radio di Kairo mengawali siarannya dengan mengudarakan lagu-Iagu Ummu Kultsiim dan para penyanyi muda mengaransemen ulang lagulagunya (Danielson, 1996:1). U mmu Kultsiim adalah musikus wanita yang berkarya dalam lingkungan dan situasi politik yang tengah bergolak. Sebagai seorang artis komersial, karier yang dirintisnya adalah manifestasi keterlibaran budaya pop dalam ekonomi dan politik. Status dan ketenaran yang diraihnya tidak lepas dari dukungan para peggemarnya. Rekaman lagulagunya mudah dibawa dan diputar dimana saja, dan hal ini menjadi fenomena unik karena muatan makna lagu-Iagu yang dikandungnya. Ummu Kultsum, dalam lagu-Iagunya itu, menyampaikan pesan tentang keberimanan, nilai-nilai sosial, dan sejarah estetika lagu-Iagu Arab (Danielson, 1996:1). Sebagian besar Jirik lagu Ummu Kultsfim ditulis oleh Achmad Syauqy, seorang penulis "kasidah burdah" (dalam asy-Syauqiyyat) yang terkenal sebagai teks kasidah transformasi dari al-Biishiry (Syauqy, b.s.). Lagu religius pertamanya adalah salu qalby dan nahjul-burdah. Lagu pertama, dipersembahkan untuk peringatan Maulid Nabi pada tahun 1912, sedangkan lagu kedua adalah tanggapan atas syair dari abad ke-13 Kasidah Burdah karya al-Bushiry, Kedua lagu tersebut diaransemen oleh Riyadus-Sunbary; seorang komposer muda yang banyak mencipta musik film dan mengajar di Institut Musik Arab. Lagu-lagu terbaik Ummu Kulrsum menjadi koleksi elit dan dirilis oleh Sono Cairo pada tahun 1980-an. Rekaman nahjul-burdah sangat panjang dan merupakan musik dramaris dengan sebuah lirik terkenal dan paling dominan (Danielson, 1996:2-4). Dalam hal ini, Riyadus-Sunbaty dipandang berjasa dalam mengaransemen lagu-Iagu Ummu Kultsum menjadi bentuk kasidah. Di samping sukses dengan kasidahnya, Riyadus-Sunbsry dikenal juga sebagai musisi neoklasik abad ini dan genius dalam mengolah syair-syair rumit. Dia mencipta banyak kasidah lain dan lagu cinta selama sisa umur Ummu Kultsum. Al-athlal, menjadi lagu paling penting baginya. Lirik lagu tersebut ditulis oleh Ibrahim Najy dan diterbitkan pada akhir tahun 1940-an. Ummu Kultsum menggubah lirik tersebut dan as-Sunbaty mengaransemennya sebagai musik pada tahun 1966. Bait terkenal dari lagu tersebut adalah "Beri aku bphph/T
,n~,.,T __",_
~_l.l._. __ t...
menyanyikan al-athlal di seluruh penjuru dunia Arab dan Paris. Rekaman lagu dan konsernya memperkaya khazanah musik dan budaya Mesir. Kasidah neoklasiknya, yang sebagian besar musiknya diaransemen oleh as-Sunbaty telah mendongkrak reputasinya sebagai "juru kampanye" bahasa dan sastra Arab (Danielson, 1996:2). Lirik lagu al-Athlal ini dapat didengarkan pada Compact Disk MP3, Mazika Ummu Kultsam, Best ofal-Athlal. Riyadus-Sunbdty, musikus berbakat dan alumni sekolah musik modern, ia di samping menulis dan mencipta lagu-Iagu religius untuk Ummu Kultsiim dan yang lain, ia juga merekam dan merilis lagunya sendiri "ilahul-kaun" dengan aransemen orkestra dan paduan suara, Lagu-Iagu religius rakyat dipopulerkan secaraluas oleh Muchammad al-Kahlawy, yang kerap muncul di teve dengan pakaian model seorang syaykh serra dikelilingi dengan simbol-simbol Islam. Fenomena terbaru adalah AIy al-Hajjar yang dikenalluas sebagaipenyanyi pop dengan laguhitnya "sallayna al-faqr[een". Dalam versi videonya, ia tiba-tiba muncul dengan berpakaian Islam (jubah) seperti seorang syaykh (Frishkopf, 2000:12). Selain Riyadus-Sunbary, terdapat juga komposer muda yang bernama Abdul-Wahhab yang mencipta hampir semua lagu cinta Ummu Kultsum. Ciri komposisi permainan musik Abdul-Wahhab adalah panjang dengan pola dan ritme yang berubah-ubah, Inta 'umry adalah lagu yang paling banyak disambut oleh penggemarnya (lihat VCD Ummu Kultsum). Adapun lagu darit al-ayydm adalah sebuah lagu sedih yang dirilis beberapa saar sebelum kematian Gamal AbdunNashir (Danielson, 1996:3). Lagu ini dapat didengarkan pada Compact Disk MP3 Ummu Kultsiim-Darit al-Ayyam. Jadi, bagi masyarakat Arab, khususnya Mesir, lagu-Iagu Ummu Kultsum berada dalam dua posisi, yaitu nasyid dan pop. Lagu-Iagu pop lainnya yang populer di Mesir adalah yang diproduksi oleh Studio alMuhdjirin yang menampilkan penyanyi-penyanyi pop, tetapi dengan latar suara (backsound) para pemuda yang berpakaian model syaykh yang biasa digunakan oleh para penyanyi nasyid (lihat VCD Kumpulan Lagu-LaguArab 4). Aghany diniyyah yang dibawakan seorang mutrib tetap tidak bisa disebut sebagai nasyid walaupun sang mutrib itu telah mendapatkan pendidikan dan latihan keagamaan. Bagi sebagian besar orang, aghany diniyyah yang ditampilkan seorang mutrib tetap masih jauh dari karakteristik umum dari sebuah tampilan nasyid, terlebih adalah penampilan sang pembawa lagu itu sendiri. Bagaimanapun, kemiripan antara nasyid orkestra dan aghany . diniyyab menggambarkan kelanjutan hubungan antara tradisi agama dan budaya pop. Di samping aghany dfniyyah yang banyak dilantunkan para mutrib orofesional. beraeam ienis law keazamaan rakvat (azhanv
sebagai hiburan mereka sendiri di kalangan ternan, keluarga, dan tetangga. Pengaruh media yang luas, terutama penetrasi teve dan radio yang menjangkau sampai daerah-daerah paling terpeneil, telah memberikan dampaknya dengan menggeser aktivitas pertunjukanpertunjukan langsung lagu religius amatir selama ini. Media dengan begitu telah 'mengkodifikasikan' lagu-lagu rakyat tersebut dengan merekamnya, menyebarkannya demi kepentingan komersial. Sekarang, bila sebuah keluarga ingin mendengarkan lagu-lagu rakyat yang dahulu biasa dinyanyikan bersama saat mereka pergi haji atau melakukan perjalanan, saar ini mereka tinggal memilih kaset dan memutarnya saja seperti ketika memutar lagu-Iagu film yang lain. Lagu-lagu rakyat ini, pertama kali ditampilkan seeara profesional oleh penyanyi dan artis pop, Layla Murad, yang dia sendiri pada awalnya adalah seorang Yahudi kemudian masuk Islam. Sebuah penggalan dari lagunya: ')la, rayihin lin-Nabiyyil-gbdly." (Frishkopf, 2000:12). Dalam konteks ini, Kasidah Burdah juga dapat dikategorikan sebagai lagu rakyat populer (aghani d£niyyah sya'biyyah) karena ia disambut dan dibaea oleh masyarakat Arab Mesir, baik di desa-desa maupun di kota-kota, baik melalui kegiatan pelisanan di masjid dan madrasah maupun melalui rekaman kaset dan seni pertunjukan. Jadi, dapat dikatakan bahwa Kasidah Burdah, sebagai karya sastra Arab klasik produk penyair sufi Mesir, bisa dimasukkan ke dalam genre nasyid klasik dan modern. Karena popularitasnya, Kasidah Burdah bisa coeok berada dalam berbagai genre musik Arab apa pun.
J. Kasidah Burdah dan Nasyid Maulid Resepsi Kasidah Burdah yang paling populer dibaea di negaranegara Islam adalah pada aeara Maulid Nabi. Hal ini disebabkan oleh realitas tekstual bahwa di dalam bait-bait Kasidah Burdah terkandung sejarah kehidupan Nabi dan gambaran perilaku serta kepribadiannya yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, wajarlah apabila pada setiap bulan Maulid, Kasidah Burdah dibaea oleh sejumlah besar kaum muslimin di berbagai penjuru dunia dengan maksud untuk mengenang dan meneladani Nabi. Pada uraian di bawah ini dikemukakan genre nasytd sebagai musik Arab yang ikut mengangkat popularitas Kasidah Burdah sebagai nasyid warisan lama. Maulid Nabi adalah hari kelahiran Nabi Muhammad yang diperingati setiap tang gal 12 Rabi'ul-Awwal. Peringatan Maulid Nabi memuneulkan genre nasyid dan teks-teks khusus yang berisi sanjungan, pujian, dan sejarah hidup Nabi Muhammad yang ditulis dalam bentuk puisi dan prosa. Teks-teks itu sebagian besar disandarkan pada sirah nabawiyyah klasik yang disusun dan ditulis "lph Thnll hrh5rt (="f"r 7(.,7) rl"n ~pr"r" 111"~ rl;nr"rn"~;J,.,,n "lph Thnll
(wafat 1621), dan Sharafud-Din al-Bushiry (wafat 1296 di Alexandria). Sebenarnya, para syaykh sufi juga banyak yang menyusun teks-teks maulid, tetapi hanya beredar di kalangan mereka sendiri (Frishkopf,2000:6). Pertunjukan lagu teks-teks maulid biasanya semarak dan meriah menjelang dan selama bulan-bulan kelahiran Nabi Muhammad. Pertunjukan itu dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : tilawatil-Qur'an kemudian baru menyanyi, menggunakan format tawashih dan qasbd'id d£niyyah. Nasytd yang sering ditampilkan adalah karya-karya Syaykh Al y Machrnud, Syaykh Ibrahim al-Farran, dan Syaykh Thaha alFashny. Pada tahun 1981, sebuah kelompok keeil nasytd dari Tarekat Chamidiyyah Syadziliyyah diundang ke Paris untuk menampilkan materi liturgis mereka dalam rangka Festival ke-S Seni Tradisional. Di bawah arahan Syaykh Muehammad al-Hilbawy, beberapa item dari lagu tersebut direkam dan dirilis untuk pasar musik dunia. Bagian ketiga dari Chamidiyyah Syddziliyyah dinyanyikan oleh kelompok sufi. Suara penyanyi solo mendominasi sementara paduan suara hanya sesekali saja mengiringi. Penampilan nasytd maulid lain juga dinyanyikan oleh Syaykh al-Hilbawy yang dinyanyikan oleh paduan suara yang berbeda pula.
K. Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Kasidah Burdah sebagai musik Islami sekurang-kurangnya memilki enam eiri yang mengantarkannya sebagai karya sastra musik Arab. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada awalnya pembaeaan Kasidah Burdahpada seni pertunjukan dan rekaman adalah orangorang Arab, khususnya Arab Mesir. Artinya, orang-orang Arab Mesirlah yang memasukkan Kasidah Burdah dalam dunia sastra musik Arab sehingga menjadi lebih populer di dunia Arab di luar dunia Arab. Dalam perkembangan musik nasyid di Mesir, misalnya, Kasidah Burdah mendapat sarnbutan besar dari masyarakat konsumen, bahkan dalam seni pertunjukan, para penyanyi nasytd, yang disebut sayyid atau sayyidah, selalu menyanyikan bait-bait Kasidah Burdah dalam berbagai ekspresi dan transformasi teksnya. Dalam konteks perkembangan musik religius saat ini, Kasidah Burdah sebagai nasyid diartikan sebagai lagu atau nyanyian. Nasyid Kasidah Burdah saat ini telah menyebar ke berbagai negara, baik yang berpenduduk Muslim maupun negara-negara non-Muslim di lima benua : Afrika, Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. Selain itu, dalam pergaulannya dengan musik pop Arab, Kasidah Burdah yang dikategorikan sebagai musik nasyid, dapat tampil bersama dalam satu oanzzunz oertuniukan musik kontemoorer.
oleh penyanyinya dengan bervariasi. Dalam hal ini, pendengar tidak akan merasa bosan mendengarkan setiap bait yang dinyanyikan oleh sayyid atau sayyidah. Jadi, dapat dikatakan bahwa Kasidah Burdah, dari zaman ke zaman, senantiasa dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan selera penikmatnya atau konsumennya. Kekuatan Kasidah Burdah terletak pada fitur tekstualnya dan makna setiap katanya yang dapat mempengaruhi batin pembaca dan pendengarnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pustaka Acuan dan Sumber Data 1959. Al-Mukarrar, Fimd. Tawatara minal-Qira "atis-Sab'i wa tacharrara. AI-Charamayn, Singapura, J eddah.
al-Anshary, Muchammad AI-Mishry.
al-Atwany, 'Abdul-'Adhim. Al-Burdah. 2006. 11 kaset. Chamadaru wa Imanufun, Maydanu Sayyidina Hussayn, Al-Qahirah. Ba'albaky, Munir. 1977. Al-Maurid, QamCts Injliz-Arabiy: Darul-Tlmi lil-Malayin, Bayrur, Baljon, J.M.S. 1991. Tafsir Qur'an Muslim Modern. Diterjemahkan oleh A. Niamullah Muiz dari judul Modern Muslim Koran Interpretation (1880-1960), Leiden, E.J. Brill, 1968. Pus taka Firdaus, Jakarta. Campbell, Kay Hardy (Boston University). "Recent Recordings of Traditional Music from the Arabian Gulf and Saudi Arabia" dalam Bulletin, July 1996. Middle East Studies Association of North America. Danielson, Virginia (Harvard University). "Listening to Umm Kulthum" dalam Bulletin. December 1996. Middle East Studies Association of North America.
Hermawan, Deni. 2002. Etnomusikologi, .Beberapa Permasalahan dalam Musik Sunda. STSI Press, Bandung. Hoesin, Oemar Amin. 1975. Kultur Islam, Sejarah Perkembangan
Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional. Bulan Bintang, Jakarta. Manshur, Fadlil Munawwar. "Pengamatan langsung tentang Pembacaan Kasidah Burdah oleh Masyarakat Mesir di Kota Cairo dan Iskandariyah", yang dilaksanakan dari tanggal 30 April 2006 1 -10 Mei 2006. Markoff, Irene (York University). 1995. "Introduction to Sufi Music and Ritual in Turkey" dalam Bulletin, Middle East Studies Association of North America Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawwir, QamCts ArabiyyIndCtnisiyy. Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Qardhawy, Yusuf. 1999. Berinteraksi dengan Al-Quran. Diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani dari judul asli Kayfa Nata'amalu ma'al-Qur'anil-Adzim. Gema Insani Pers, Jakarta. Sa'iy, Achmad Bassam. 1985. Al-Waqi'iyyatul-Islamiyyatu fil-Adabi wan-Naqdi. Darul-Mandrahjeddah. ash-Shiddieqy, Hasbi. 1982. PedomanShalat. Bulan Bintang, Jakarta. Syafi'i, Abdurrosyid, "Perkembangan Ini Sangat dalam]awa Pos, 2 Januari 1998.
Menggembirakan"
Syalnrt, Muchammad. 1966. Al-Islamu, Aqidatun wa Syari'atun. AthThab'atuts-Tsalitsah. Darul-Qalam, al-Qahirah. Syauqy, Achmad. b.s. As-Syauqiyyat, as-Siyasatu wat- Tarikhu walIjtimd'u. AI-Juz'ul-Awwal. Ddrul-Kitdbil-tAraby, Baynlt. ath-Thanthawy, Jeddah.
Aly . 1992. Fikrun wa Mabachitsun. Ddrul-Manabirah,
B. Acuan yang Bersumber dan Internet
adz-Dzaty, Utsrnan bin Sa'id. b.s. At-Taysir fil-Qira'atis-sab'iy. AICharamayn, Singapura, J eddah.
Najib, Emha Ainun. bulan.com/modules
Frishkopf, Michael (University of Alberta) "Inshad Diny and Aghany Diniyya in Twentieth Century in Egypt : A Review of Styles, Genres, and Available Recordings" dalam Bulletin, 2000. Middle
Qardhawy, 1977 dalam media.isnet.org/islam.
2005
www.irib.ir/worldservice/melayu irama.htm.
dalam
www.padhang-
RADIO/perspektifljanuari-
www.alhambra-productions.com.2003. www.saifulislam.com.2004.
JILBAB BRITNEY SPEARS SEBAGAI PRODUK SEKULARISASI KEBUDAYAAN
content.php?q idn content.200S.
Taufiq A. Dardiri
www.shira.net.200S Abstrak
www.indo.net.id.
C. Acuan yang Bersumber dari Kaset Rekaman, CD, dan VCD
al-Minyawy, Syaikh All. 1997. Burdatul-Madfchil-Mubdrakah. Yayasan Hidayatullah, kaset I, Jeps Records, Surabaya. _---::-:::-::--_-:-:-::-:_. 1997. Burdatul-Madfchil-Mubdrakah. Yayasan Hidayatullah, kaset II, Jeps Record, Surabaya. Ar-Raudhah Group. 2003. Burdah Madich Imam BushM. Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Shaqar, Hisam, 2006. Burdatul-Madich. 2 kaset. Sherouk Factory Elataba, Cairo. Compact Disk MP3, Mazika Ummu Kultsurn, Best of Enta Umry, Best of Al-Athlal, Compact Disk MP3, Ummu Kultsum, Darit al-Ayydm. Video Compact Disk (VCD) Kumpulan Lagu-Lagu Arab 4. Syrian Video Centre.
Perkembangan mode pakaian wanita Islam berbentuk jilbab Britney Spears yang muncul dalam fenomena keseharian tidak selalu mesti dipandang dari sudut normativitas syari'ah yang memiliki otoritas paling mutlak di dunia Islam. Akan tetapi Juga mode jilbab seperti ini dapat diapresiasi dalam pengertian sebagai produk kultural umat Islam yang bersifat ijtihady; dalam arti kebenarannya dapat bersifat relatif, Dalam konteks pembentukan tradisi kultural semacam ini, fenomena jilbab Britney Spears yang dikenakan para wanita Islam dapat dilihat pula sebagai bagian dari strategi kebudayaan guna mengurangi ketegangan interaksi antara Islam dengan Barat yang justru kini eskalasinya kian meningkat dan cenderung jatuh ke dalam hubungan yang destruktif, Namun strategi relasi kebudayaan yang ditampilkan dalam bentuk gejala kebudayaan berjilbab Britney Spears tersebut berimplikasi membentuk perpaduan budaya yang bernilai social kontradiktif minimalis. Ini artinya campuran nilai-nilai Islam yang sakral yang menempatkan tubuh wanita berada di wilayah privat, sakral dan etis, dengan nilai-nilai Barat yang profan yang meletakkan tubuh wanita bernilai estetis, natural dan bersifat publik, bertemu menciptakan perpaduan minimal yang kontras di antara dua kebudayaan itu. Sudah pasti perpaduan kontradiktif minimalis ini akan melahirkan standar erika kesusilaan yang juga bersifat paradoks. ~\l:;S\ ~~\ .:;!\ d ~ ~J..r. )~:t...;:. yo ~\~
u~\ ~i cr \A ~
\.u. ...\..,aZJ
~ .WI J'~"""'y U)p
11/i ~~
-.,........G '1 i y)1
.h..i>- IJJ,..11
jj
ul....l.-..ll J'y.;..... ~ J.J. .....".r
;i ~I
IJ.", i..LqJ
.J\.>..)1 ;I.,,+- ~ ~J ~ L.~ ~
J'~""'"Y
.r .frS' ~IJ
J' j;- JJ~I ~~ ~/'U;. ~\.;;..,.;
J
,(plp,- '11 011 \Ai
tWI ~
r:::
t WI
,~r- ~ J ~I.h..i>-.:r )l.>\
o-4..l? i~ ? ~I ~~ J ft'J1
cr ,J' jd
J 4.f J/
KataKunci jilbab Birtney Spears, Ijtihad, Interaksi Kebudayaan, Paradoksi