»
1190 N
I
HUKUM ZAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERUNDANG - UNDANGAN NEGARA" oleh MAJELIS ULAMA
DAERAH
TINGKAT I KALIMANTAN
SELATAN
PEMBAHASAN A T A S PRASARAN MAJELIS ULAMA DAERAH ISTIMEWA ACEH
U Agustus 1917 SEKRETARIAT M A J E L I S U L A M A D A E R A H TK. I K A L I M A N T A N S E L A T A N
/
0208 4109
3 sû ;óso \ -_ »
» f-':.«-" '.
'i
' , ' ^ - . t' ' -...---t.
r
*!
A
VW:
i
)
O
(10^
I
-w
T
IUKUM ZAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERUNDANG - UNDANGAN NEGARA" 0 l Ch MAJELIS ULAMA
DAERAH
TINGKAT I KALIMANTAN
PEMBAHASAN ATAS
SELATAN
PRASARAN
MAJELIS ULAMA DAERAH ISTIMEWA ACEH
£
\
4 Agustus 1917 SEKRETARIAT MAJELIS U L A M A DAERAH TK. I KALIMANTAN SELATAN
voca
u*
AT/m
Cl T A I ; >3H 51 O HAH3AC1 A M A J U
WAftABAm
BATA
2Ü31AM
\AA3AHABM3^
HAS3HAQ AMAJU e i J 3 L A M H30A
AW3MIT8I
A M A J U e i J S L A M TAIHAT3§*>i3é: 38 M A T R A M U A * i .HT HAS1HAÖ
JflU
Pembahasan Prasa:
1!
KUKUH ZAKAÏ DALAM ESSmOâSSU.
DENGAN
PEFJNDAITG-.UNDANGAN NEGAEA "
ÓS \iy.^AJS\ 'djgj j A A ^ ' ( &^-^\
le PEn}AilÏÏLJAN0 AlisKaaulillahj semoga dengan hidayat dan inayat Nya dapat lah kiranya kami meosnuhi tugas yang dipercayakan kepada kami s_e bagai pembahas dari prasaran yang berjudul " Hukum zakat dalam hubungannya dengan perundàng-unàangaja Negara " yang disampaikan oleh ïïajeljs Ulama Daerah Istimewa Aceh, Kami menghaturkan
terima kasih yang
setinggi-tingginya
atas kepercayaan itu. Meskipun bukan euatu tugas yang ringan, na mun kami merasa mendapat kehormatan dari Majelis Ulama Indonesia Pusat 3~ang belah menunjuk kami sebagai pembahas dari prasaran
-
yang demikian tinggi nilainya« Kemudian lebih dahulu kami
mohon
na'af sebesar-besarnya jika kiranya dalam pembahasan kami
nanti
terdapat banyak kekurangan-kekurangan« Hal itu adalah karena kedhaifan kami juac
'
Dalam membahas mas'alah yang menjadi topik pembicaraan ki ta, Pemrasaran telah berhasil memberikan pokok-pokok pengertian, terutaoa dalam pengelolaan zakat dizaman Rasulullah SAW dan
za-
man Shahabat, yang semuanya berdasar Sunnah qauliyah dan fi'liyah atsar shahabi. Oleh karena itu, seteluh kami membaca dengan
sek
sama isi prasaran yang disampaikan, bertanyalah didalam hati : " Apanya lagi yang dibahas ", Sungguhpun demikian selaku pembahas, kami akan mencoba me masuki celah-celah yang kosong dalam prasaran itu, dengan maksud
2 mudah-mudahan dengan mengisi celah-celah yang kosong itu, antara prasaran dan pembahasan kami dapatlah saling isi mengisi. Kecuali pada bagian penutup dari prasaran itu, insyaAllah kami akan mengemukakan pertimbangan-pertimbangan yang lain
dari
Pemrasaran. 2. PENGANTAR PEMBAHASAN. Pemecahan mas'alah yang menjadi topik pembicaraan kita s_e karang ini sangat besar sekali arti dan manfaatnya. Apalagi jika dihubungkan dengan keadaan dunia dewasa ini benar-benar sedang dilanda krisis dan belum ada tanda-tanda bahwa krisis itu
akan
dapat teratasi. Krisis sosial yang memuncak yang bersumber
pada
kepincangan masyarakat yang dibelah jurang perbedaan yang makin lama makin dalam dan lebar antara sikaya dan simiskin. Disparitas pendapatan penduduk bukan saja mencemaskan negara-negara mis kin dan baru berkembang tetapi lebih mencemaskan dan membingungkan negara-negara kaya yang telah tinggi industri dan perkembang an masyarakatnya« Meskipun para cendekiawan telah memeras fikiran dengan
-
berbagai penyelidikan ilmiyah dan menghasilkan sekian banyak kon sep, namun usaha mendinamisasikan sifakir dan simiskin yang meru pakan mayoritas rakyat belumlah menemukan landagan yang terarah dan meyakinkan. Pemrataan kesejahteraan yang dituangkan dalam
-
sis tim yang jelas dan. tegas menuju sasaran manusia-manusianya be Iuri dike temukan. Maka bersyukurlah kita sedalam-dalamnya kehadirat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat karunia Nya pada kita semua, yang diciptakan Nya untulc menjadi ang gota masyarakat kemanusiaan, supaya kita memperkembangkan pribadi untuk kemudian memberikan dharma bakti dengan menyumbangkan bagian kita pada masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan sosial secara menyeluruh dan merata. Untuk menunaikan tugas suci itu, Allah menyediakan jalan yaitu pemberian dan pembagian zakat. Selain memiliki fungsi-fungsi sosial, zakatpun jalan untulc membersihkan jiwa dan harta yang dimiliki dengan redha Allah dari unsur-unsur yang mengotorinya. Dengan zakat terlaksanalah
pemba-
3 ngunan sosial dan terwujudlah sebagian dari usaha penyelenggaraan kemantapan sosial yang menjadi salah satu essensilia dari ma syarakat adil makmur yang mendapat redha Tuhan, Sesungguhnya yang paling :\i g menyeru manusia kearah berbuat baik dan berlaku santun pada fuqara dan dhuafa adalah agama-agama samawi <• Suaranya lebih tegas dan lebih gamblang dari jeritan filsafat kemanusiaan dan bujuk rayu agama-agama ardhiyah. Rasul-rasul Allah yang diutus kemuka bumi mamanggil manu sia supaya rela mengikhlaskan sebagian miliknya untuk menolong orang-orang yang lemah dan untuk kepentingan-kepentingan bersama. Al-Qur'an menerangkan bahwa zakat diperintahkan Allah da lam syari1 at Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Ya'kub ( S uralt Al- An biya ayat 73)» kemudian diperintahkan pula dalam syari'at Nabi Ismail (Surah Maryam ayat 54) lalu ditegaskan dalam perjanjian Allah dengan Bani Israil (Surah Al-Maidah ayat 13) dan disampaikan Allah pula melalui lidah Isa Almasih ketika masih bayi dalam ayunan ; ^ \ \ / v >
"Diwasiatkan Nya kepadaku berbuat sholat dan mengeluarkan za kat, selama aku masih hidup" (Surah Maryam : 3l)« Maka tidaklah berkelebihan bila kita menyatakan bahwa zakat sebagai karunia Tuhan guna menjadi sarana bagi manusia mendi rikan kesejahteraan masyarakat sudah dikenal sejak dahulu semenjak manusia dikenal oleh sejarah. 3. KEDUDUKAN ZAKAT DALAM ISLAM. Datanglah Islam sebagai agama samawi yang terakhir untuk sepanjang zaman. Karena sifatnya itu maka syari' at Islam adalah paling lengkap lagi paling sempurna, melengkapkan dan menyempurnakan syari'at-syari'at yang terdahulu. Maka Islam membawa perin tah zakat lebih tegas, lebih terperinci dan lebih jelas asrarulahkam yang terkandung didalamnya. Islam menempatkan zakat dalam kedudukan " Arruknul mali ijtLma'i " dari rukun Islam yang lima. I a tidak dapat dipisahkan dari Tauhid dan Sholat. Karena itu, seseorang baru dapat diterima masuk kedalam persaudaraan jama'ah kaum muslimin dan mendapat kan hak persaudaraan itu sepenuhnya, apabila ia betul-betul telah
4 membayar zakat»
"Maka apabila mereka telah tobat dan mendirikan sholat serta mengeluarkan zakat, adalah mereka itu menjadi saudaramu dalam agama" (Surah At~Taubah ayat ll). l) Betapa beratnya konsekwensi seorang Islam yang tidak mem bayar zakat. Maka kewajiban kita bukan saja memberikan pengertian (da'wah) untuk menyadarkan, juga harus berusaha jangan sampai ada sesuatu yang bisa memungkinkan keseganan bagi seseorang untuk membayar zakatnya. Kitab-kitab £iqh menempatkan zakat dalam bab ibadat, ditinjau dari syaqiqahnya dengan lapaz "Ash-sholat" yang tidak
ku
rang dari 26 ayat dalam Al-Qur'an dan orang Islam dalam membayar kannya atas dasar taqwa kepada Allah disertai motif bersyukur
-
atas ni'mat Allah. Namun pada hakikatnya juga termasuk sebagian dari "Nizon al Islam al Mali al Ijtima'i", yang erat hubungannya dengan hukum dan fungsi keharta bendaan dan kemasyarakatan dalam Islam. Hal ini kita dapati dalam kitab-kitab
antaranya
: Al Am-
wal, Abi Said ; Al Ahlcamus Sulthaniyah, Al Mawardi ; Assiyasah T Syar'iyah, Ibnu Thaimiyah dan lain-lain. ' Dalam istilah lain di sebut juga "Ta'awun Ijtima'i" antara sikaya dengan sifakir. ; Memang ditinjau dari satu segi ia adalah ibadah utama dan ditinjau dari segi lain ia adalah hak-hak sosial. 4. ZAKAT DAN HAK MILIK. Mengingat hal-hal diatas, maka dalam pembicaraan ini
ti-
daklah dapat lepas dari persoalan yang menyangkut struktur masya rakat Islam, khususnya mengenai kedudukan hak milik. Hak milik dalam Islam sangat kokohnya. Mengganggu dan
me
rugikan hak milik orang lain adalah satu perbuatan zalim. DemilçL an kokohnya kedudukan hak milik itu, sehingga Rasulullah SA¥
me
wajibkan tiap-tiap orang mempertahankan dan membela hak miliknya. Maka barangsiapa terbunuh dalam membela/mempertahankan hartanya, ia adalah mati syahid. Demikian sabda Rasulullah SAW yang diriwa yatlcan Bukhari dan Muslim. Tetapi hak milik yang demikian
kokoh
nya itu harus tidak bertentangan dengan maslahat masyarakat. Maka sifat pemilikan kekayaan itu dilihat dari dasar
kejiwaan adalah pinjam pakai dari Tuhan. Disinilah soal yang
-
amat penting dalam pandangan Islam terhadap kekayaan harta milik dan hubungannya dengan zakat. Dalam dasar dan asasnya segala sesuatu yang ada ini
ada-
lah milik Allah. Al-Q.ur' an menegaskan bahwa harta milik .'manusia itu adalah milik Allah yang dititipkan Nya kepada hamba Nya. /
"Berimanlah kepada Allah dan Rasul Nya dan berikanlah harta yang Allah telah menitipkannya kepadamu" (Surah Al-4-Iadid :7)»
"Dan berikanlah kepada mereka itu dari harta Allah yang dibe rikan kepadamu" (Surah An-Nur ayat 33). Bagian zakat yang wajib dikeluarkan adalah hak orang-orang yang mustahaq yang dititipkan Tuhan dalam tangan orang kaya..
^D
(j^>jr.i$^&>$)}*J-3
"Di dalam, har ta mereka ada hak un tule orang yang meminta dan orang miskin" (Surah Az-Zariyat ayat 1 9 ) . Olelk karena i t u untuk pemungutan zakat tegas s e k a l i Allah b e r f i r nan ;
v.
.
\
^ " l . m . " - x;
c \ "-f V^J W fô& fiA&
.
u
*
>s> ^P ßy \ i>
"Ambillah dari harta mereka zakat, dengan zakat itu engkau membersihkan harta mereka dan mensucikan jiwa mereka" (Surah At-Taubah ayat 103). Maka zakat menurut pandangan Islam adalah hak fuqara (dan ashnaf-ashnaf yang lainnya) yang ada didalam harta orang-orang kaya» Hak itu adalah menurut ketentuan dari'penilik hakiki ialah Allah SWT. Diwajibkannya atas orang-orang mendapat titipan Nya dari hamba-hamba Nya. Mereka itu hanya bendahara bagi Ilya. Kare na itu penberian zakat kepada fuqara dan nasakin bulcanlah berarti kemurahan hati dan belas kasihan orang kaya, tetapi hanya me menuhi amanat bila diperintahkan kepadanya oleh yang empunya
su
paya mengeluarkan sebagian dari harta itu un tule keluarganya. Tangan memberi dan tangan menerimanya adalah dua tangan sama- sa ma terhormat.
6 5. ZAKAT BUKAN SEKEDAR KONSUMSI,. Demikian agungnya hikmat yang terkandung dalam perintah zakat; tetapi dalam periode padamnya semangat Isian serta .einar nya mulai muram, banyak para Fuqaha yang lupa kepada jiwa dari zakat itu dan mengalihkan persoalannya kepada juridis formil
se
mata-mata. Akibatnya kita dapati zakat itu bersifat konsumsif be lakaj sifat konsumsif hanya akan berakibat menyuburkan jiwa para sit-dibeberapa golongan umnat. Alangkah rendahnya derajat manusia, padahal Allah SWT justru dengan perintah zakat itu untuk me ninggikan derajat Bani Adam. Maha nuci Allah daripada menurunkan hukum yang mengakibatkan suburnya jiwa parasit dalam kalangan
-
hamba Nya. Karena zakat merupakan salah satu cara untuk mendekatkan jarak antara sikaya dan simiskin, mengangkat derajat hamba Allah kepada nilai-nilai hidup yang tinggi, supaya orang jangan merasa asing hidup dimasyarokatnya, bukan orang terbuang karena kelenah an materiil yang dialaminya. Maka zakat itu bukan konsumsi
teta
pi kapital ^ . yang dapat dikembangkan untuk membina hidup
yang
lebih bai?u3 6. HUBUNGANNYA DENGAN PERUNDANG-UHDfJ'IGAN NEGARA. Dengan penjelasan ringkas diatas, maka peraturan zakat di dalam Islam apabila dijalankan dengan sebaik-baiknya menurut
tu
juannya yang sebenarnya dapatlah dihimpun natijah-natijah antara lain sebagai berikut ; 1. Amal ibadah yang mendapat berkah dan rahmat dari Allah. 2. Tolong menolong, gotong royong dalam penghidupan. 3. Menimbun jurang pemisah antara orang yang berpunya dengan orang yang tidak berpunya. 4. Menumbuhkan perdamaian dan kasih sayang, meniadakan persaing an dan pertentangan antara yang kuat dan yang lemah. 5. Keadilan masyarakat menaungi kehidupan. 6. Akhlak yang mulia mengenai keharta bendaan. 7. Mencegah merajalelanya individualisme dan egoisme negatif. 8. Pencurian harta kekayaan. 9. Saling ikhlas dalam menunaikan kewajiban. 10. Menumbuhkan optimisme dan menghapuskan pesimisme dalam
pong
7 hidupan. 11. Dan lain-lain. Maka bentuk zakat dalam Islam seperti tersebut diatas sesuai dan mengisi Pancasila. Dengan zakat dapat terwujud pembangu nan sosial yang langkah-langkah pertamanya disebtït dalam pasal 34 UUD 1945, bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
di
pelihara oleh Negara. Demikian pula pasal 27 ayat 2 ; Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak ba gi kemanusiaan. Dan pasal 33 : Perekonomian disusun sebagai
usa
ha bersama berdasarkan-atas asas kekeluargaan. Dalam hubungannya dengan GBHN jelas sekali betapa
besar-
nya fungsi dan peranan zakat dalam mensukseskan pembangunan, ter utama dalam bidang usaha pertambahan sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan penghidupan keagamaan. Demikian pula dalam pemantapan keseimbangan dalam kehidupan lahiriyah dan bathiniyah serta nempunyai jiwa yang dinamis dan semangat gotong royongyang
berkembang».« Pemrasaran telah panjang lebar menjelaskan hai ini pada bagian 5, yang berakhir dengan mengusulkan agar dapat mengusahakan Undang-undang pokok harta agama dengan mengusulkannya kepada Pemerintah. Melihat usul tersebut itu, tidaklah kita bebas dari pertanyaan-pertanyaan ; " Apakah pelaksanaan zakat sudah merupakan kebiasaan hartawan masyarakat Islam ?" * Karena-syarat-syarat terutama untuk terbentuknya hulcum kebiasaan adalah, yaitu tindak an menurut garis tingkah laku yang tepat, dimana mereka yang nc ngilcutinya pada umumnya menimbulkan kesadaran, bahwa mereka
su-
dah semestinya berbuat begitu, jadi berdasarkan keyakinan baiiwa mereka itu memenuhi kewajiban hulcum. Tidak adanya keyakinan
ter
sebut pada perseorangan tidak membebaskan individu itu daripada kewajiban untuk menjalankan peraturan kebiasaan, karena keyakinan itu sudaTi terdapat dalam lingkungan dimana kebiasaan itu terjadi. Hulcum tidak terdiri atas peraturan-peraturan yang dibentuk untuk diri seseorang melainkan terdiri atas peraturan yang diletakkan- oleh masyarakat pada kita. Hulcun adalah heteronon bukan otonom, berarti bahwa untuk terbentuknya hulcum kebiasaan tidak diperlukan keyakinan seseorang, melainkan diperlukan hulcum masya rakat.
8 Kebiasaan adalah peraturan yang timbul dari pergaulan hidup sendiri. Undang-Undang ialah keputusan yang dipikulkan • Içepa da orang-orang oleh pemerintah. Dengan kata-kata lain hukum ne^a ra mempunyai sifat heteronom karena adanya satu kekuasaan yang berdiri diatas masyarakat, meletakkan kehendaknya kepada nasyara kat. Hukum kebiasaan mempunyai sifat otonom, karena pembentuk un dang-undang adalah masyarakat itu sendiri. Selanjutnya pandangan-pandangan yang berlaku dalam
masya
rakat mengenai bagaimana hukum seharusnya menjelma baik dalam un dang-undang maupun dalam kebiasaan. Kedua-duanya, undang-undang dan kebiasaan adalah penegasan dari pandangan-pandangan
hukum
yang terdapat dalam masyarakat atau cita-cita hulcum atau fldéngon perkataan lain perumusan kesadaran hulcum dari bangsa tersebut
-
atau dari sesuatu golongan bangsa. ' Demikianlah halnjta mengenai kesadaran hukum dalam nelaksji • nakan hukum zakat, agar pelaksanaan zakat menjadi kebiasaan yang dilakukan masyarakat. Setelah menjadi hukum kebiasaan segolongan bangsa, barulah meningkat pada pembentukan perundang-undangan negara, misalnya 'dijadikan " Undang-Undang Pokok Harta Agama ". 7» PENGELOLAAN ZAKAT. Dimaksud pengelolaan ialah pemungutan, penggunaan dan p_e manfaatannya menurut syarat yang telah ditentulcan dan dibutuhkan. Cara Al-Qur' an maupun Hadits Nabi mengungkapkan masalah zakat benar-benar meyakinkan bahwa zakat itu adalah suatu pemindahan harta dikalangan unmat sendiri, dari golongan umnat yang kaya kepada golongan umnat yang niskin. Dengan kata lain-zakat adalah suatu bentuk distribusi kekayaan dikalangan unmat,
agar
jangan menjadi jurang yang amat- dalam yang memisahkan antara
go
longan kaya dan golongan miskin, jangan sampai terjadi kekayaan
7) hanya tertimbun dan beredar pada golongan kaya saja. Teranglah pengelolaan zakat bukan urusan perseorangan
te
tapi harus oleh suatu badan yang terorganisir rapi. Pelaksanaannya berkehendak kepada kemampuan kita mengatur tehnik menjalan kannya. Kami rasa kita semua sadar akan kepentingan mengatur tata
9 cara yang baik un tule nenjolnakan fungsi sosial daripada harta un nat Isian itu. Pengumpulan zakat dan penggunaannya selana ini secara
in
sidentil perlu nendapat perubahan. Kita nenerlukan cara pongunpu" lan yang telitij pemeliharaannya yang adninistratif dapat dipertanggung jawabkan dan penggunaannya yang efektif sesuai dengan ketentuan ajaran-ajaran Isian. Kani kira dizanan nodern sekarang ini bila kita nenikirkan Ar„ -^L^^LPJÎ & yang tersebut dalan surah At-Taubah ayat 60 itu, na ka kita akan nengganbarkan suatu badan seperti diatas tadi. Kare na setiap usaha didalan nasa sekarang ini pengorganisasian
nene
gang peranan penting sekali, justru dihidang ini pulalah kelenah an kita. Sungguhpun denikian zakat sebagai ibadah atas dasar patuh taat kepada Allah, naka agar tidak nengurangi nakna nilai
iba-
dah ituj tidaklah nungkin pengelolaannya hanya secara nekanis, apalagi dilaksanakan dengan perasaan terpaksa atau lepas dari ra sa bertaqarrub pada Allah. Pengelolaan zakat dizanan Rasulullah SAU langsung ditanga ni beliau sendiri adalah suatu keharusan, karena senua aktivitas keaganaan pada waktu hayat beliau senuanya langsung dibawah
pin
pinan dan asuhan beliau. Tetapi nengenai nasalah zakat ini keten tuannya diperoleh beliau dari perintah Allah kepada beliau untuk nenungut zakat dari harta orang-orang kaya sobagainana tersebut dalan Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 103. Penugasan kepada Mu'az sebagai Wali Negeri di Yaman, neng ajar kepada penduduk bahwa Allah mewajibkan nereka nenbayar
za-
kat, yang dipungut dari orang kaya diantara nereka untuk kenudian diberikan kepada orang-orang fakir diantara nereka (tersebut dalan hadits riwayat Bukhari-Iluslin) . Kenudian dizanan Khalifah I Abu Bakar, beliau nenungut dan nenbagi zakat dengan telitinya nenurut petunjuk Al-Qur' an, begitu pula dalan nenbagi keuangan negara,-.sehingga beliau tidak nenganbil gaji dari perbendaharaan negara kecuali setelah ternyata bahwa dalan nenjabat sebagai K ha lifah (Kepala Negara), beliau tak dapat lagi nencari nafkah kare na tidak ada waktu terluang lagi. Peristiwa ingkarnya golongan -
10 yang tidak nou ncnbayar zakat, nereka itu diperangi sehingga tun duk. Dengan peperangan terhadap orang yang tidak nau nenbayar za. kat itu, tetaplah zakat sebagai suatu sendi yang naha penting un tule langsungnya masyarakat Islan. Kenudian zanan Khalifah II, Unar bin Khattab, beliau nenbagi-bagikan zakat kepada yang nusta'; haq dengan adil, bahkan beliau nenenpatkan zakat dalan salah
sa
tu bagian daJRt tugas Bai tul Haal, Hal tersebut ini, seperti yang dijelaskan oleh Penrasaran seluas-luasnya nenjadi petunjuk
yang
tak diragukan lagi bahwa zakat langsung ditangani oleh negara
-
yang bertindak sebagai wakil pihak yang mustahaq un tule nenganbil haknya pada harta pihak yang wajib zakat« Kalau wajib zakat ing kar, boleh dipaksa dengan kekerasan. Maka dengan dasar dorongan dari dalan diri nanusia dan do rongan kekuatan Pemerintah, terlaksanalah suatu aspek dari jalan nenbentuk keadilan sosial yaitu aspek zakat. Ada beberapa keuntungan bila zakat itu ditangani oleh ne gara, diantaranya ; 1. Hak fakir niskin atas harta orang kaya lebih terjamin. 2. Menghindarkan rasa bahwa zakat adalah karena belas kasih orang kaya dan nenerina zakat nerasa berhutang budi karenanya« 3. Kecenderungan melarikan diri dari wajib zakat dapat dikurangi. 4. Fakir niskin yang nenerina zakat dari negara akan nerasa bih terhormat, tidak perlu menyembunyikan muka seperti
le-
orang
minta-minta. 5. Tidak bertumpuknya zakat kepada hanya beberapa orang saja. 6. Zakat un tule kepentingan umuri (sabilillah) dapat diketahui d_e ngan pasti berapa besar kepentingan umum yang harus dipenuhi dengan harta zakat, dan mana yang harus nendapat prioritas lea rena lebih penting. Dalam pada itu, apabila negara tidak mempunyai lembaga pe ngunpulan dana yang bersifat keagamaan seperti zakat itu, penungutan zakat dan pembagiannya hendaklah dilakukan oleh badan-badan swasta, yang direstui dan berada dibawah pengawasan lembaga-? lembaga resmi, BEBERAPA PERTII1BAITGAU. Seorang ahli bangunan bila hendak membangun sebuah gedung,
"v
...-.•• •:"
••
. ' • 11
harus memperhitungkan sematang matangnya lebih dahulu kondisi te nah -tempat bangunan itu dan keadaan sekelilingnya- sehingga ia -• dapat menentukan konstruksi bangunannya yang oocok/serasi dengan kondisi tanah tempat gedung didirikan. Ibarat ini kiranya
tidak
jauh berbeda dengan keinginan yang kita perbincangkan sekarang» Jelasnya, sistim pengumpulan zakat haruslah betul betul
diperhi
tungkan supaya sesuai dengan tingkat kesadaran beragama wajib za kat dan betul-betul sesuai dengan selera psychologis wajib zakat dan keadaan setempat antara lain : 1. Umumnya wajib zakat tidak ingin diketahui dalan mengeluarkan zakat tiap-tiap tahun dan kepada siapa, diberikan, (tidak usah dicari latar belakangnya, apakah menacing ingin selamat dari ria atau.selamat dari wajib pajak), 2. Wajib zakat selalu ingin tahu dengan pasti apakah zakat
yang
dibayarkannya betul-betul menemui sasarannya. Hal ini erat hu bunçnnnya dengan nasilah sah atau tidaknya zakat itu,
faham
yang hidup dalam masyarakat bahwa zakat yang tidak tepat sasa. rannya adalah merupakan shadaqah tathawwu' belaka0 3. Selain dikota-kota besar, maka wajib zakat yang terbanyak a-'i lah orang-orang desa (zakat pertanian/perkebunan, peternakan), yang umumnya mereka itu masih saja merasa kikuk/takut berurus an dengan instansi pemerintah, meskipun kita sudah lebih .," ~0 tahun merdeka. Dalam seminar zakat di Banjar Baru (Kalimantan Selatan) pernah diperkirakan andaikata zakat padi diorganisir dan dikoordinir dengan baik, maka tiap panen akan
C ....". JX2
kan zakat yang kalau diuangkan tidak kurang dari tiga milyard rupiah. Demikian besar potensi zakat orang-orang desa itu, 4. Hubungan darah yang melahirkan keluarga/famili sangatlah
ku-
kuatnya, ia menduduki tempat yang paling atas bagi wajib
za
kat dalam memilih kepada siapa, bagian zakatnya diberikan. Ke luarga mendapat prioritas pertama, tidak jarang zakat yang d.i keluarkan itu habis untuk sanak famili semuanya. 5. Cara pembagian zakat tradisionil sudah mendarah daging. IL'v.'Urismatis para Kiyai, Ulama, Tuan Guru, memegang peranan
pen-
ting sekali, ditangan beliau beliaulah terletak pengelolaan •• zakat ditengah tengah masyarakatnya selama ini.
L
12 6. Tidak adanya ketentuan bagi pedagang (baik perorangan atau bentuk perseroan) bahwa wang zakat yang dikeluarkan dapat
be
bas dari pajak keuntungan, menyebabkan mereka berzakat dengan diam diam dan tidak memasukkannya dalam pembukuan. 7. Masalah masalah
fiqh yang melingkari masalah zakat adalah
-
hal hal yang sangat sensitif sekali, ia bisa mengundang lahir nya kembali masalah masalah khilafiyah. 8. Dan lain lain faktor faktor psychologis yang terlalu banyak kalau disebutkan satu persatu. Mengingat hal hal tersebut diatas, maka kami sependapat dengan Buya Prof. Dr. Hamka dalam salah satu tulisan beliau yang kami salinkan nenurut aslinya sebagai berikut ; Selama ini leaun Muslimin miskin, zakatnya hanya sukarela dan
ka
un Muslimin itu mayoritas. Sebab itu maka segala amal usaha kaun Muslimin tidak bisa berjalan teratur, karena pungutan zakat
ada
lah terserah sukarela, terserah kepada yang akan berzakat. Dalan pidato beliau pada perlawatan ke Aceh (jun'at 30
-
Agustus 1968), Presiden kita Jenderal Suharto menegaskan di Me_s jid Baitur Rahman Banda Aceh bahwa kaum Muslimin tidak usah
kha
watir agamanya akan terdesak. Sebab kaum Muslimin di Indonesia adalah mayoritas. Dengan pungutan zakat yang teratur kaum
Musli
min dapat menggerakkan agamanya. Demikian kira kira ucapan Presi, den. Meskipun sudah demikian tegasnya ucapan Kepala Negara
Re
publik Indonesia, pungutan zakat dengan perundang undangan Nega; ra belumlah semudah yang kita fikirkan. Meskipun dasar Negara
-
Pancasila dimulai pertama dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan kebebasan menjalankan agama bagi pemeluknya, dan zakat adalah ba gian yang tidak terpisahkan dari Isian, belunlah akan cepat
da
pat diterima orang jika zakat dipungut dengan perundang undangan Negara. Peuikiran kearah itu masih nenunggu dan nenunggu lagi, sanpai cara kita berfikir terlepas dan nerdeka sama sekali
dari
peda pengaruh liberalisme, pengaruh kolonialisme yang beratus
-
tahun. Sebab itu maka usaha kita sekarang ialah meneruskan dan menyemangatkan da'wah dan keinsyafan dan kesadaran beragama, bih dari dari yang sudah sudah.
le
W' If
13 Kesadaran dan keinsyafan atas wajibnya zakat. Keinsyafan dan kesadaran bahwa disamping zakat dipergunakan untuk fakir, mis kin, ibnu sabil, orang yang berhutang, muallafatu qulubihim, wa fir riqab dan amilina 'alaha (pengurus pungutan zakat) ada .lagi satu, yaitu zakat untuk kepentingan umum yang dinamai Fisabilillah.8) «
9. KESIMPULAN. Hal hal yang diusulkan Penrasaran dapat leani terima dan memang demikianlah hendaknya. Tetapi pada saat ini mengingat per timbangan pertimbangan diatas maka yang dapat'vkitai'Usahakan baru sampai pada tingkat membentuk badan "Baitul Maal" sebagai "/badan swasta yang berbadan hukun, dilindungi dan direstui Pemerintah. Dengan membentuk badan Baitul Maal yang menangani urusan zakat kaum Muslimin itu, tidaklah menyimpang dari ajaran Islam
bahkan
sesuai dengan ajaran Rasulullah SAU, Disamping itu dibentuk pula badan penerangan yang bertugas menyadarkan dan memberi
pengertL
an kepada umnat Islam tentang kewajiban zakat dan penggunaannya serta arti dan hikmat yang terkandung didalamnya, hingga menimbulkan kesadaran beragama yang mantap. Adapun rencana bentuk dan susunan Baitul Haal itu,
serta
managementnya, dapatlah dibicarakan kemudian dan atau diserahkan kepada Majelis Ulama Propinsi ma.sing masing karena keadaan kondi si setempat yang berlain lainan. 10. PENUTUP. Sekianlah pembahasan kami yang sebenarnya bukan pembahasan t e t a p i sekedar sumbangan f i k i r a n , mudah mudahan s e d i k i t , banyak nya ada jua faedahnya. I
Akhirnya s e k a l i l a g i mohon ma'af a t a s segala kekurangan, mungkin mengecewakan Bapak Bapak dan Saudara Saudara. Tetapi apa l a h yang hendak kami perbuat, karena hanya sekedar i t u l a h
kenan
puan yang ada. pada kami. Semoga. Allah memberkati dan merahmati usaha k i t a i n i . M a j e l i s
U l a m a
Daerah Tingkat I Kalimantan S e l a t a n
W T
Catatan kaki.
l ) . Yusuf Qardhawi, Fighug-zakat, Beirut 1378 H., juz I hal.7. 2 ) . Ibid. hal.8. 3 ) . T .M. Hasbi Ash Shiddieqy, Prof .Dr., Falsafah Ilukun Islan, Bu Ian Bintang, Jakarta 1975, liai.204. 4 ) . Yusuf Qardhawi, Opsit. hal. 86. 5). H.H. Rasyidi, Prof.Dr., Isian dan Sosiallsne, Yayasan Isian Studi Club Indonesia Jakarta, hal. 64'. 6). Apeldoon, L.J.Van, Prof .Mr.Dr., Pen,?antar linu Hukun, Pradnya Paraninta, Jakarta 1971. 7 ) . Ahnad Aznar Basyir H.A., "Filsafah Ibadah dalan Isian", Bahan lculiah Agaria Isian/Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta -
1975.; 8 ) . Hankaj Prof .Dr., Apikah Baitulnal, Yayasan Baitulnal Unna t Isian, Jakarta 1971.