Tim Penyusun Udrussunnah 1 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Hukum Tawassul Kepada Para Wali dan Orang Shalih
Judul kitab asli : Hukmu At Tawassuli ila al auliyaa’i was shaalihiina Telah di muraja‟ah oleh DR Nashir bin Abdul Hakim Al ‘Aql –semoga Allah menjaga beliau-
Diterjemahkan oleh : Muhammad Nur Faqih (Semoga Allah mengampuni beliau)
www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 2 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Segala pujian hanya milik Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarga beliau. Amma ba’du Disebabkan jauhnya sebagian besar kaum muslimin dengan Rabbnya, menjadikan mereka mudah sekali terjauh ke dalam perkara-perkara kesyirikan atau kebid‟ahan. Di antara bentuk perbuatan mereka yang sangat buruk, adalah berlebihan di dalam mengagungkan orang-orang yang mereka sebut sebagai wali atau orang shalih. Sehingga tak terpungkiri, mereka meminta kepada orang-orang yang di anggap wali tersebut, tak cukup hanya itu, seringkali kita dapati sebagaian mengelilingi kuburan-kuburan tersebut dengan maksud ibadah, di tambah lagi dengan keyakinan mereka bahwa orang-orang yang telah mati tersebut mampu memberikan manfaat atapun mendatangkan bahaya. Sungguh sebuah kerusakan yang sangat besar, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan syirik. Sebagian kaum muslimin tersebut menyangka bahwa apa yang mereka lakukan merupakan bagian dari tawassul yang dibolehkan. Seandainya saja mereka mau kembali kepada Al Qur‟an dan As Sunnah, serta belajar dengan benar apa yang dimaksud tawassul yang benar, maka tidaklah mereka akan terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Tawassul yang syar‟i adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, atau meminta sesuatu kepada Allah dengan perantara yang diperbolehkan, seperti amal shalih, meminta dengan menyebut nama-nama Allah yang baik dan sifat-Nya yang mulia. Maka inilah yang sebenarnya dinamakan tawassul. Secara bahasa, tawassul diambil dari kata “ “ الوسيلةmenjadikan sesuatu sebagai penyampai sesuatu yang di inginkan. Adapun secara syari‟at, menginginkan ridha Allah dan surga-Nya, dengan menjalankan apa-apa yang disyari‟atkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang. Makna Tawassul di dalam Al Qur’an Lafadz “ “ الوسيلةjuga muncul di dalam Al Qur‟an, dalam dua tempat, yaitu : www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 3 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maidah : 35)
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Al Israa‟ : 57) Dan yang dimaksud dengan kata “ “ الوسيلةdalam dua ayat tersebut adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan yang Allah ridhai. Ibnu Katsir rahimahullahu mengutip pendapat Ibnu „Abbas radhiyallahu „anhu tentang tafsir ayat yang pertama, beliau (Ibnu „Abbas) berkata : " " القربةatau mendekatkan diri kepada Allah. Pendapat serupa juga disampaikan dari Abu Mujahid, Abu Wail, Hasan Al Bashri, Ibnu Katsir, As Siddy, Ibnu Zaid. (Tafsir Ibnu Katsir 2/50) Adapun ayat yang kedua, ada penjelasan dari seorang sahabat nabi yang mulia, yaitu Ibnu Mas‟ud radhiyallahu „anhu, turunnya ayat ini menjadi penjelas maknanya. Beliau berkata : “Ayat ini turun tentang sebuah golongan arab yang menyembah sekelompok jin, jinnya masuk Islam, sementara orang-orang yang menyembah jin ini tidak pula sadar” Maka ini menjadi semakin jelas bahwa kata “ “ الوسيلةyang dimaksud adalah setiap amalan yang membawa pelakunya ke dalam ridha Allah. www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 4 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Adapun bentuk tawassul dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah akan tetapi dengan beramai di kuburan dengan penuh amalan-amalan ibadah, bahkan berthawaf disekeliling kuburan tersebut, seraya bernadzar demikian dan demikian seandainya dikabulkan permohonannya. Kesemuanya itu bukan bentuk tawassul yang diperbolehkan di dalam syari‟at, dan pelakunya terjatuh ke dalam kesyirikan. Barangsiapa yang berlebih-lebihan terhadap seseorang baik yang masih hidup maupun telah meninggal, dan menjadikan untuk mereka itu ibadah-ibadah tertentu yang seharusnya khusus untuk Allah subhanahu wata‟ala. Semisal ucapan ketika berkurban : Bismi sayyidii (dengan nama tuanku/sayyidku), atau mereka menyembah orang-orang shalih tersebut, berdoa sebagaimana ia berdoa kepada Allah, meminta sebagaimana ia meminta kepada Allah. Maka sungguh, ia telah berbuat syirik dan kufur dari agama Allah subhanahu wata‟ala. Sesungguhnya para utusan Allah di utus di muka bumi kepada umatnya dengan membawa bendera tauhid, mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Berhati-hatilah engkau wahai kaum muslimin, yang masih asyik bergelimang di dalam kesamaran tawassul. Padahal sejatinya kesyirikan yang tengah engkau lakukan. Tak terasa, di awal atau mungkin di setiap kondisi, kau menyangka bahwa kuburan itu hanya sekedar pendekat dirimu kepada Allah. Padahal ucapan kaum musyrikin di masa jahiliyyah tak kurang sama dengan ucapan kalian. Berhala-berhala itu hanyalah sebagai perantara agar kami dekat dengan Allah, tak lebih dari itu. Sebagaimana dijelaskan Allah subhanahu wata‟ala dalam firman-Nya :
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 5 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az Zumar : 3) Apa bedanya kita dengan mereka seandainya alasan itu yang dibuat ? Semoga Allah menghindarkan kita dari perbuatan syirik. Allah mengutus para Rasul untuk melarang umat manusia dari menyembah sesuatu selain Allah, mencegah manusia dari berdoa kepada selain Allah. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata‟ala : Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallama juga melarang umatnya untuk menjadikan kuburan beliau sebagai masjid, sebagaimana pesan beliau ketika menjelang wafatnya : “Laknat Allah atas kaum nashara dan yahudi yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Sungguh buruk (haram) apa yang mereka lakukan” (Bukhari dalam bab “Al Janaaiz” 1324, Muslim dalam bab “Al Masajid wa mawadhi‟us shalat” 531, An Nasa‟I dalam bab “Al Masajid” 703, Ad Darimy dalam bab “Ash Shalat” 1403, dan Ahmad 6/146) Hal itu dengan dua alasan : a. Mencegah manusia dari perbuatan syirik, bagaimana tidak terjebak jika awalnya hanya sekedar menjadikan masjid, lain waktu kemudian akan menjadikan kuburan tersebut sebagai tujuan ibadah. Sungguh sebuah keburukan yang nyata seandainya itu terjadi. b. Jika tidak dicegah maka akan menjadi awal mula menyembah berhala, dengan gemarnya membuat ritual-ritual baru di kuburan. Sebagian orang berdalih dengan perbuatan „Umar bin Khattab radhiyallahu „anhu ketika beliau meminta di doakan oleh „Abbas bin „Abdul Muththallib radhiyallahu „anhu. Maka hendaknya www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 6 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
mereka memperhatikan hal ini, perbuatan „Umar tersebut bukanlah bertawassul dengan pribadi „Abbas melainkan dengan doa „Abbas, dan hal ini dicontohkan semasa Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallam. Seperti kisah seorang yang buta yang diperintahkan Nabi untuk berdoa demikian dan demikian, dan sembuh. Orang buta tersebut tidak bertawassul dengan menggunakan pribadi nabi melainkan doa Nabi shallallahu „alaihi wasallama. Akan tetapi, hendaknnya meminta doa kepada orang yang shalih dan masih hidup. Adapun orang yang sudah mati, bukan malah kita yang mendatangi dan berdoa kepadanya, melainkan merekalah yang di dalam yang membutuhkan doa orang-orang yang masih hidup. Jika dengan sebuah hadist kita dapat yakin bahwa sangat tidak mungkin terjadi mayit masih terus beramal ? Bukankah amal anak adam akan terputus ketika kematian, kecuali tiga hal, salah satu di antaranya anak shalih yang senantiasa mendoakannya, bukan malah yang hidup yang meminta didoakan. Sebuah syair mengatakan, orang yang tidak punya maka ia tidak bisa memberi. Bagaimana mungkin berdoa kepara mayit, sementara bekal mereka semasa hidup belum tentu cukup untuk mereka sendiri. Allah subhanahu wata‟ala berfirman :
13. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. 14. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. dan dihari kiamat mereka akan www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 7 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui. (Faathir : 13-14) Segala sesuatu yang disembah atau diibadahi selain Allah maka jelas kebatilannya. Allah berfirman :
103. Kemudian Kami selamatkan Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, Demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. 104. Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, Maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya Termasuk orang-orang yang beriman" (Yunus : 103-104) Ayat ini sudah cukup menjadi penjelasan bahwa segala sesuatu yang disembah selain Allah maka tiada sedikitpun dapat memberikan manfaat atau mengindarkan dari mudharat. Lantas apa faidahnya mereka berdoa di kuburan orang-orang shalih atau para wali ? Atau bahkan nabi ? Lantas sebagian maju ke depan, berbicara kepada khayalak yang masih tertutupi dengan kebodohan, kami datang ke kuburan syaikh fulan dan keinginan kami terkabul. Sungguh dia telah berdusta atas nama Allah. Sekalipun ia benar-benar terkabul keinginannya, maka tak lepas dari dua hal : a. Hal itu merupakan perkara yang makhluk punya kuasa untuk memenuhinya, maka syaithan turut serta di dalam membantunya. Meski tetap harus di ingat bahwa segala sesuatu terjadi www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 8 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
juga kehendak Allah. Syaithan suka hadir di tempat dimana manusia berkumpul beribadah kepada selain Allah, untuk menyesatkan manusia dari jalan yang haq. Itulah keadaan orang-orang yang gemar bertawassul kepada orang-orang shalih, menjadi budak-budak berhala yang syaithan jadikan dengannya manusia benar-benar tersesat sebagaimana kondisi orang-orang terdahulu. Disamarkan dengan keadaan dimana keinginan yang diajukan benar-benar terkabul, sebagaimana disamarkan terhadap para dukun bahwa ada ucapannya yang benar akan tetapi di balut dengan ribuan kebohongan. Sebagian lagi mengatakan bahwa orang-orang shalih di kubur itulah yang membantu terwujudnya keinginan mereka, sesungguhnya itu hanyalah tipu daya syaithan sebagaimana ia masuk ke dalam berhala-berhala lalu berbicara seolah-olah berhala itu berbcara. b. Kalaupun seandainya keinginan yang diajukan berupa sesuatu yang makhluk tidak mampu memenuhinya, misal menghidupkan, kesehatan, kekayaan, kemiskinan, dan lain-lain yang hanya Allah yang bisa, maka hal itu sudah merupakan ketetapan Allah bukan karena barakah tawassul kepada penghuni kubur seperti yang mereka sangka sebelumnya. Bagi manusia yang berakal hendaknya bisa berfikir apakah tindakan yang ia lakukan itu benar atau tidak. Hatinya harusnya selalu tertaut kepada Allah subhanahu wata‟ala, bukan yang lain. Dan ketika ada keperluan, maka ia meminta kepada Allah bukan kepada makhluk yang lemah lagi tak punya apa-apa. Bagaimana mungkin kita meminta kepada makhluk seperti itu ? terlebih kepada mayit yang tidak lagi bisa mendengar, melihat, serta tidak memiliki apapun. Akan tetapi syaithan tidak tinggal diam, kecuali menghiasi perbuatan khurafat tersebut sebagai sesuatu yang disyariatkan.
www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 9 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Karamah Banyak sekali beredar syubhat di kalangan manusia yang berusaha mengaburkan pemahaman mereka tentang hakikat dari mukjizat dan karamah. Sekilas untuk menjelaskan, bahwa yang dimaksud mukjizat adalah pemberian khusus Allah kepada para Nabi, sedangkan karamah adalah untuk para wali-wali Allah yang benar-benar wali. Akan tetapi keduanya bisa saja di aku-aku oleh dajjal-dajjal yang membawa khurafat mereka dihadapan manusia. Dengan tujuan mengalihkan perhatian manusia kepadanya. Orang-orang yang bodoh menyangka bahwa karamah atau mukjizat itu berkisar pada hal-hal luar biasa secara kasat mata yang luar biasa. Yang bisa sewaktu-waktu ditunjukkan atau dipakai sesuai keinginan. Sungguh ini memang pemikiran yang tepat, untuk orang-orang bodoh tentunya. Kami katakan kepada mereka, jika kalian menggambarkan bahwa orang-orang shalih demikian, maka bagaimana pula jikalau nanti dajjal datang kepada kita dengan membawa banyak sekali keajaiban di tangannya, ia mampu menghidupkan, ia mampu berjalan cepat di muka bumi ini, dan hal-hal lain ? Tentu lebih banyak lagi kesesatan yang akan kalian lakukan setelah itu. Tidak mungkin bagi akal sehat, dengan fitrah yang salim untuk membenarkan bahwa mayit yang ruhnya sudah keluar dari jasadnya itu mampu bergerak atau bahkan mengabulkan permintaan demikian dan demikian. Berbeda dengan akal yang tidak sehat, serta fitrah yang ghairus salim apa-apa yang dihias syaithan untuknya ia terima begitu saja dan meneruskan khurafat mereka. Padahal Allah subhanahu wata‟ala berfirman :
www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 10 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembahpenyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. 80. Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan Para Nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) (Ali Imran : 79-80)
www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 11 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Kondisi Kaum Musyrikin Dulu dan Sekarang Kaum musyrikin zaman dahulu, mereka menyembah berhala, adapun sekarang memang tidak ada berhala dihadapan kita, akan tetapi kuburan-kuburan orang-orang shalih dijadikan oleh kaum musyrikin sebagai tempat meminta kebutuhan serta tempat beribadah atau berdoa. Kami katakana kepada mereka (kaum musyrikin), apa bedanya berhala-berhala kaum musyrikin zaman dahulu dengan kuburan-kuburan zaman sekarang ? Baik berhala-berhala atau kubur-kubur yang disembah itu, tak lain adalah taghut yang punya satu kesamaan makna, meski berbeda nama. Begitupun sama untuk mereka yang disembah selain Allah, orang mati, batu, hewan, atau yang selainnya. Jika kaum musyrikin zaman dahulu ditanya sebab mereka melakukan hal tersebut maka mereka menjawab sebagaiman disebutkan dalam firman Allah :
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az Zumar : 3) Taka ada bedanya dengan kaum musyrikin zaman sekarang, bertawassul di ahli kubur dengan dalih mendekatkan diri kepada Allah. Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallama, bahwa kita akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kita sedikit demi sedikit. Islam datang, menjelaskan kepada kita semua bahwa semua perbuatan tersebut adalah bentuk syirik kepada Allah. www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 12 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Sebagian yang lain berkata, bahwa tawassul mereka adalah karena kecintaan kepada orang-orang yang berada di dalam kubur. Maka mereka membuat perayaan-perayaan, serta nadzar di kuburan para wali. Akankah mereka menjadikan kecintaan ibadah-ibadah mereka untuk selain Allah? Bukankah Allah berfirman :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al Baqarah : 165) Dan yang aneh, seandainya ada orang yang mencela perbuatan mereka atau mengkritik ahli kubur, maka pembela tawassul ini datang seolah-olah orang yang mencela telah mencela Allah subhanahu wata‟ala. Kali ini mereka terjatuh ke dalam dua bencana yang besar. Menjadikan kecintaan dan kebencian bukan karena Allah subhanahu wata‟ala.
www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 13 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Allah Itu Dekat Allah subhanahu wata‟ala berfirman :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah : 186) Maka antara seorang hamba dengan Allah tak ada penghalang yang menghalangi dari memohon pertolongan kepada-Nya, senantiasa bergantung kepada-Nya, tak ada alasan sampai-sampai datang ke kuburan untuk bertawassul kepada orang-orang yang telah mati karena sudah menjadi janji Allah bahwa jika ia meminta kepada Allah maka akan dikabulkan. Terlepas dari apakah langsung ataukah menunggu waktu atau mengganti dengan yang lain, itu semua adalah kehendak Allah subhanahu wata‟ala. Tidaklah segala sesuatu yang disembah selain Allah tersebut dapat memberikan manfaat atau menolak bahaya kecuali karena kehendak dari Allah subhanahu wata‟ala, sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallama : “..Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikanmu sesuatu manfaat, maka tidak akan bermanfaat bagimu kecuali apa-apa yang Allah tuliskan bagimu. Dan seandainya seluruh umat berkumpul untuk membahayakanmu, maka tidak ada satupun bahaya yang menimpamu kecuali yang telah Allah tuliskan untukmu..”
www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah
Tim Penyusun Udrussunnah 14 | حكم التوسل الى االولاء والاءلحاHukum Tawassul kepada Para Wali dan Orang Shalih
Yang hendaknya dilakukan oleh manusia adalah bertawassul dengan sesuatu yang disyariatkan. Islam membolehkan beberapa jenis tawassul, yaitu : a. Bertawassul dengan menyebut nama-nama Allah yang baik dan sifa-Nya yang mulia. b. Bertawassul dengan amal shalih yang dilakukan. c. Meminta di doakan oleh orang-orang shalih. Bagi mereka yang terjebak dengan khurafat-khurafat seputar tawassul di kuburan ini, hendaknya kalian bertaubat kepada Allah subhanahu wata‟ala dan tidak mengulangi kesyirikan seperti ini, yang pelakunya di ancam akan kekal di dalam neraka. Allah subhanahu wata‟ala berfirman :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orangorang zalim itu seorang penolongpun.” (Al Maidah : 72)
Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan sahabat beliau. SELESAI www.udrussunnah.or.id | Menebar Kesejukan di atas Sunnah