Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Univeristas Pendidikan Indonesia, Jl Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung
[email protected] [email protected] Abstrak (Times New Roman 10 Bold) Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji apakah ada hubungan antara whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Untuk menganalisis data menggunakan uji korelasi, agar diketahui hubungan hasil whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis. Sampel pada penelitian ini adalah 20 orang atlet UKM bulutangkis UPI yang sudah mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Instrumen yang digunakan yaitu tes whole body reaction, anticipation reaction dan pengembalian smash . Hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini bahwa whole body reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai presentase 19,9% dan begitupun anticipation reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai presentase 44,7%. Hubungan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis lebih besar hubungannya dibandingkan dengan hubungan whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, Rekomendasi Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan variabel dan lebih teliti lagi dalam proses penelitian dengan instrument yang digunakan, maupun diteliti seperti whole body reaction time dan anticipation reaction time dalam penelitian ini, dengan menambahkan variabel lain yang berhubungan dengan meningkatkan antisipasi pengembalian serangan smash lawan. Kata kunci: bulutangkis, whole body reaction, anticipation reaction, ketepatan, return smash
PENDAHULUAN Permainan Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang terkenal di dunia dari kalangan usia dini bahkan sampai orangtua pun mengetahuinya. Permainan bulutangkis ini merupakan olahraga yang bisa kita mainkan di dalam maupun di luar ruangan, dari kalangan pria maupun wanita usia dini sampai usia lansia
produktif dapat memainkannya dari ajang rekreasi, dan juga sebagai ajang prestasi. “Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu, atau dua orang melawan dua orang” (Icuk Sugiarto, M.Furqon H; S. Khunto P, 2002). Permainan ini mudah di laksanakan karena alat pemukulnya ringan, bola mudah dipukul, tidak
49
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
membutuhkan lapangan yang luas, bahkan dapat dimainkan oleh siapa saja. Oleh karena itu, permainan bulutangkis dapat berkembang dengan pesat. Di Indonesia, olahraga bulutangkis mengalami perkembangan pesat karena tak lepas dari kerja keras pelatih, atlet dan pengurus, dalam pembinaan atlet bulutangkis. Hal ini dapat dilihat dari prestasi yang diraih dalam kejuaraan-kejuaraan yang di ikuti oleh atlet Indonesia, seperti kejuaraan Thomas Cup, Uber Cup, All England, Olimpiade, dan sebagainya. Prestasi bulutangkis yang diraih bukanlah hal yang cepat dan mudah, semua itu melalui proses yang panjang, dan membutuhkan waktu yang lama, mulai dari pemasalan, pembibitan, hingga pembinaan secara terpadu , terarah, dan berkelanjutan (Hadi Nugroho,2005). Untuk menjadi pebulutangkis yang handal berbagai macam persyaratan, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis. Dalam cabang olahraga bulutangkis terdapat bagaimana teknik dasar diantaranya teknik service, smash, lob, drop, dan foot work. Sebagaimana dikemukan Poole (1986, hlm 10) bahwa, “Keterampilan dasar olahraga bulutangkis dapat dalam tujuh bagian : (1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan (5) drop.” Kelima teknik dasar permainan bulutangkis tersebut harus dikuasai pebulutangkis untuk menunjang atau mencapai tujuan permainan. Beberapa teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986, hlm 143) smash adalah “pukuluan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama.” Namun dalam permainan bulutangkis tidak hanya serangan smash yang dapat menghasilkan poin, tetapi dalam pengembalian serangan smash yang baik pun dapat menghasilkan poin. Dari hasil observasi peneliti di UKM Bulutangkis UPI pada kejuaraan-kejuaraan bulutangkis tepatnya di Kota Bandung mempunyai kelemahan pada cara
mengantisipasi serangan lawan khususnya serangan smash. Peneliti khawatir jika kelemahan tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh pada performa atlet pada saat bertanding. Menurut Hikmah Nindya (2013, hlm. 3) dalam jurnal yang berjudul Analisis Pertandingan Bulutangkis Final Tunggal Putra Pada Olimpade Musim Panas XXX di London 2012, antara Lee Chong Wei melawan Lin Dan yang menyatakan “dari hasil analisis tersebut kegagalan pukulan Lee Chong Wei sebesar 53,27% dengan kegagalan pukulan terbanyak yaitu Return smash”, dan menurut Brian Raka Juang (2015, hlm. 7) Dalam jurnal yang berjudul Analisis Kelebihan dan Kelemahan Keterampilan Teknik Bermain Bulutangkis Pada Pemain Tunggal Putra Terbaik Indonesia Tahun 2014, “kelemahan teknik pukulan Tommy Sugiarto saat melawan Lee Chong Wei adalah pukulan Return smash dan pukulan Flick. Kedua pukulan ini paling banyak gagal dilakukan Tommy daripada pukulan yang lain. Tommy gagal melakukan pukulan Return smash sebanyak 25 kali dan pukulan Flick sebanyak 6 kali”. Terkait dengan permasalahan ini menurut peneliti pemenang bukan hanya yang mampu menyerang, melainkan yang bisa bertahan dengan serangan smash dan tepat menempatkan pengembalian posisi shutllecock ke daerah lawan. Adapun dalam buku Sejarah Olahraga Bulutangkis Hetti R.A (2010, hlm. 40) menyatakan bahwa “Pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik”. Selain itu ada pula pernyataan Imanudin I (2008, hlm. 112) Kecepatan reaksi ialah waktu dari terjadinya rangsangan. Reaksi merupakan komponen yang penting yang harus dimiliki oleh seorang atlet karena dengan memiliki waktu reaksi yang baik seseorang akan lebih cepat merespon sesuatu. Hal ini sangat bermanfaat dalam berbagai macam cabang olahraga, adapun dalam teori menurut Gavkare dkk (2013) menyatakan bahwa whole body reaction time merupakan kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari stimulus yang di berikan, dan Antisipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
50
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
perhitungan terhadap hal – hal yang akan (belum) terjadi. Secara umum antisipasi merupakan sebuah tindakan yang akan diambil sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Dalam olahraga kemampuan antisipasi sangat lah penting, teori menurut Bankosz Z dkk (2013) According to many authors, the time of simple reaction plays a pivotal role in badminton and should be developed to the greatest possible extent. Maka dari itu sangatlah penting pada penelitian ini. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai hubungan whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash, yang bertujuan untuk mengetahui apakah tedapat hubungan dari hal tersebut.
METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan pendekatan deskriptif korelasi. Dalam penelitian ini populasi yang dipilih adalah UKM Bulutangkis UPI, Sampel dari penelitian ini adalah anggota bidang prestasi UKM Bulutangkis UPI dengan jumlah (20) orang. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes whole body reaction, tes anticipation reaction time, dan test pengembalian smash.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 (Whole Body Reaction Time) dengan variabel Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash), dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 23, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,049 atau lebih kecil dari 0,05 (0,049 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan
51
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,446 termasuk dalam kategori hubungan tingkat sedang. diperoleh nilai R square sebesar 0,199. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara manual adalah sebagai berikut: KD = r2 x 100% = 0,199 x 100% = 19,9% Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan/korelasi antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada permainan bulutangkis sebesar 19,9%. Sedangkan sisanya sebesar 80,1% merupakan faktor lain yang mempengaruhi ketepatan pengembalian serangan smash yang tidak diteliti dari penelitian ini. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel X2 (Anticipation Reaction Time) dengan variabel Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash), dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 23, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,668 termasuk dalam kategori hubungan tingkat kuat, diperoleh nilai R square sebesar 0,447. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara manual adalah sebagai berikut: KD
= r2 x 100%
= 0,447 x 100% = 44,7% Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan/korelasi antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis sebesar 44,7%. Sedangkan sisanya sebesar 55,3%
merupakan faktor lain yang mempengaruhi ketepatan pengembalian serangan smash yang tidak diteliti dari penelitian ini. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat sebaran data apakah berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS 23, diperoleh semua nilai signifikansi untuk variabel whole body reaction time dan anticipaton reaction time sebesar 0,200 dan untuk variabel ketepatan pengembalian serangan smash sebesar 0,074, karena semua nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (> 0,05) maka ketiga variabel tersebut memiliki data berdistribusi normal. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene Statistics dengan bantuan SPSS 23, diperoleh nilai signifikansi 0,099 dan 0,890 atau lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa datanya homogen. Diskusi temuan ini menguraikan tentang perihal permasalahan dan penemuan yang muncul selama melakukan penelitian Dengan hasil yang di dapat oleh peneliti maka di kemukakan oleh peneliti terdapatnya hubungan pada penelitian ini di sebabkan pada permainan tunggal atlet memiliki jangkauan yang luas pergerakan di lapangan untuk mengembalikan serangan smash. “Pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik” (Hetti R.A, 2010, hlm. 40). Untuk mengembalikan smash membutuhkan teknik dasar bulutangkis seperti return smash yang bagus dan mumpuni. Seperti pengembalian pendek, pengembalian mendatar atau drive, dan pengembalian panjang. Selain itu dibutuhkan juga kecepatan respon terhadap serangan smash lawan. Whole body reaction time merupakan kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari stimulus yang diberikan (Gavkare dkk, 2013). Gerakan respon yang baik diperlukan dalam setiap olahraga apapun termasuk bulutangkis. Olahraga bulutangkis merupakan permaian yang mengandalkan kecepatan dan respon yang baik
52
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
dalam memukul atau mengembalikan shuttlecock dari serangan lawan. sehingga adanya kombinasi teknik dasar yang baik dan whole body reaction time dapat dengan baik mengembalikan serangan smash lawan. Whole body reaction time dengan pengembalian serangan smash lawan pada permainan bulutangkis mempunyai hubungan, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, meskipun tingkat hubungannya dalam kategori sedang dengan besarnya hubungan sebesar 19,9%. Dua tipe pengukuran dari whole body reaction time dalam penelitian ini yaitu visual whole body reaction time. Dapat diartikan bahwa jika seorang atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan whole body reaction time yang bagus maka dapat dengan baik pula mengembalikan serangan smash dari lawan. Terlebih dalam permainan bulutangkis seorang atlet atau pemain bulutangkis memerlukan reaksi yang sangat baik dalam visual, karena cabang olahraga permainan bulutangkis pun memiliki stimulus dari lawan maupun aba – aba dari pelatih. Ketika atlet bulutangkis dapat memprediksi secara akurat sebuah kejadian dan dapat mengatur pergerakan lanjutan, serta atlet dapat memulai respon yang tepat lebih cepat daripada bereaksi setelah menerima stimulus akan meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mencapai sebuah performa maksimal pada saat bertanding. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Dawes Jay dan Rozen Mark, 2012,hlm 31 bahwa “When athletes can accurately predict an event and organize their movements in advance, they can initiate an appropriate response more quickly than if they had waited to react to a stimulus (Ketika atlet dapat akurat memprediksi suatu kejadian dan mengatur gerakan mereka, maka mereka dapat melakukan respon yang tepat lebih cepat daripada jika mereka telah menunggu untuk bereaksi terhadap rangsangan)”.
Sehingga jika atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan anticipation reaction time yang baik maka dia mampu untuk mengantisipasi serangan dan tepat dalam menempatkan shuttlecock dengan baik, kemudian atlet bisa menjadikan itu serangan balik, terutama mengantisipasi pukulan smash. Karena sebagaimana diketahui bahwa anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan pengembalian serangan smash lawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash lawan pada permaianan bulutangkis dengan tingkat hubungan yang kuat. Anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash sebesar 44,7%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa jika atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan anticipation reaction time yang baik maka ketepatan pengembalian serangan smashnya pun akan baik pula. Whole body reaction time dan anticipation reaction time keduanya memiliki hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, akan tetapi dalam penelitian ini anticipation reaction time hubungannya lebih besar daripada whole body reaction time.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data dari lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini diantaranya: bahwa terdapat hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulu tangkis. Hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash termasuk kategori sedang dengan sumbangan hubungan sebesar 19,9%.
53
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
Selain itu terdapat hubungan antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulu tangkis. Hubungan antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash termasuk kategori kuat dengan sumbangan hubungan sebesar 44,7%. Implikasi Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelaku olahraga khususnya dalam cabang olahraga permainan bulutangkis. Penelitian ini perlu dikembangkan dan diperbaiki lagi dengan dukungan dari berbagai pihak. Rekomendasi Rekomendasi dari penelitian ini bagi pelatih bisa menambahkan kualitas whole body reaction time dan anticipation reaction time dalam program latihannya, terutama dalam memperbaiki kelemahan pengembalian serangan smash lawan bagi atletnya. Atlet bulutangkis hendaknya lebih meningkatkan kemampuan whole body reaction time dan anticipation reaction time melalui latihan yang rutin dan baik, khususnya untuk meningkatkan
antisipasi pengembalian serangan smash lawan. Peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan variabel dan lebih teliti lagi dalam proses penelitian dengan instrument yang digunakan, maupun diteliti seperti whole body reaction time dan anticipation reaction time dalam penelitian ini, dengan menambahkan variabel lain yang berhubungan dengan meningkatkan antisipasi pengembalian serangan smash lawan
DAFTAR PUSTAKA Adhi P. Karunia (2010). Pengaruh Rally (Pertukaran Melintasi Net) Terhadap Pengembalian Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana GMP Tahun Pelajaran 2008-2009. Lampung: Universitas Lampung. Anwar, D. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Amelia Arikunto. (1991). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Bina Aksara, Bankosz Z, dkk (2013). Assessment of simple reaction time in badminton players. TRENDS in Sport Science, 1 (20), 54 – 61. Dawes Jay, dkk (2012). Developing Agility And Quickness. Amerika Serikat; National Strenght And Conditioning Association. M Ajay, Gavkare, dkk (2013). Auditory Reaction Time, Visual Reaction Time and Whole Body Reaction Time in Athletes. Indian Medical Gazzete. Hlm. 214 – 218 Hetti.R.A (2010). Sejarah Olahraga Bulutangkis . Bogor : Quadra.
54
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55 Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
Nindya.Hikmah (2013). Analisis Pertandingan Tunggal Putra Pada Olimpiade Musim Panas XXX di London 2012. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Subarjah, H. (2009). Permainan Bulutangkis, Bandung: CV. Bintang WarliArtika. Subarjah H, Hidayat Y. (2007). Modul mata kuliah Permainan Bulutangkis, Bandung FPOK UPI Suherman A, Indri Nur R. (2014) Modul Stastistika Ilmu Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Sugiyono,(2010). Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta
Bandung :
Imanudin,Iman. (2014). Modul Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI
Bandung:
Hendriawan,Irvan, (2014). Hubungan Whole Body Reaction Time Dengan Antisipasi Penjaga Gawang Pada Saat Tendangan Penalty Dalam Olahraga Sepakbola. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Poole James (1982), Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Raka. Brian (2015). Analisis kelebihan dan kelemahan keterampilan teknik bermain bulutangkis pada permainan tunggal putra terbaik 2014. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
55