SKRIPSI
HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPERAMEN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 4 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015
Oleh NURPRENTY GRYL PANJAITAN 11 02 029
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
SKRIPSI
HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPERAMEN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 4 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh NURPRENTY GRYL PANJAITAN 11 02 029
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SURAT PERNYATAAN
HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPERAMEN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 4 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah saya tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 2 Agustus 2015-08-03
Nurprenty Gryl Panjaitan
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
II.
Identitas Nama
: Nurprenty Gryl Panjaitan
NIM
: 11.02.029
Tempat/tanggal lahir
: Marjandi, 10 Oktober 1993
Agama
: Kristen Protestan
Anak Ke-
: 5 (lima) dari 5 (lima) Bersaudara
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Nama Ayah
: (+) Gr. Hasurungan Panjaitan
Nama Ibu
: Pinondang Hasibuan
Alamat Rumah
: Simpang Raya, Kabupaten Simalungun
No HP
: 085277546427
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. 1999 – 2004 2. 2004 – 2008 3. 2008 – 2011 4. 2011 – Sekarang
: SD Negeri 1 Simpang Raya : SMP Negeri 2 Panombean Panei : SMA Nomensen Pematang Siantar : Sedang menyelesaikan S1 keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, Agustus 2014 Nurprenty Gryl Panjaitan Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Pada Remaja Di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015 xiv + 52 hal + 5 tabel + 1 skema + 9 lampiran
ABSTRAK Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami berbagai perubahan dan perkembangan dalam perkembangan sosial. Masa remaja juga menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sedangkan orang tua berhak untuk mengontrol aktivitas anak sehingga seringkali muncul konflik antara remaja dan orang tua. Kekhawatiran bertambah besar ketika orang tua memaksakan kehendak mereka terhadap anak remaja mereka. Hal tersebut dapat memicu temperamen pada remaja. Pola asuh adalah strategi psikologis yang digunakan orang tua dalam membesarkan anak. Ada banyak teori dan pendapat yang berbeda tentang cara terbaik serta usaha orang tua untuk membesarkan anak-anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mmengetahui hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan metode cross sectional terhadap 75 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden 16 tahun (61,3%). Mayoritas orang tua responden menerapkan pola asuh demokratis (52,0%) dan rata-rata responden bertemperamen plegmatis (41,3%). Hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja memiliki nilai p=0,000 yang berarti p value ≤ 0,05. Ada hubungan antara tipe pola asuh dengan temperamen pada remaja si SMA Negeri 4 Pematang Siantar. Pola asuh demokrasi, remaja cenderung memiliki temperamen plegmatis sedangkan pola asuh otoriter menjadikan remaja cenderung memiliki temperamen koleris.
Kata kunci : tipe pola asuh, temperamen, remaja Daftar Pustaka : 49 (1997-2014)
iii
SCHOOL OF NURSE FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, August 2014 Nurprenty Gryl Panjaitan The Relationship Between Parenting Type And Adolescent Temperament In SMA Negeri 4 Pematang Siantar xiv + 52 page + 5 table + 1 schema + 9 attachment
ABSTRACT Adolescence is a period in which a person experiences various changes and developments in social development. Adolescence also wants do activities freely, while parents have the right to control the child's activities that conflicts often arise between teens and parents. Concerns grew when parents impose their will on their teenagers. It can triggers temperament for adolescence. Parenting style is a psychological construct representing standard strategies that parent use in their child rearing. There are many differing theories and opinions on the best ways to rear children, as well as differing levels of time and effort that parents are willing to invest. This study done to determine the relationship of the parenting type and adolescents temperament in SMA Negeri 4 Pematang Siantar. This study uses an descriptive analytic cross sectional method of the 75 respondents. The sampling was done by simple random sampling technique. The results showed that the average age of the respondents sixteen years old (61,3%), The majority of parent respondents applying democratic parenting type (52,0%) and the average respondent temperement plegmatis (41,3%). The relationship between the type of parenting parents with temperament in adolescents has a value of p = 0.000 which means p value ≤ 0.05. There was a relationship between the type of parenting type on adolescent temperament in SMA Negeri 4 Pematang Siantar. Democratic parenting, adolesence tend to have an plegmatis temperament while authoritarian parenting, teenagers tend to have a choleris temperament.
Keywords Refrences
: parenting type, temperament, adolescense : 49 (1997-2014)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Pada Siswa Laki-laki SMA Negeri 1 Pematang Siantar Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak / Ibu: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5.
Rudol Barmen Manurung, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
6.
Marlis Roni Siregar, M.KM selaku ketua penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
7.
Kesaktian Manurung, M.Biomed, selaku penguji I yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
8.
Ns. Edriyani Simanjuntak, S.Kep, selaku Penguji II yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
9.
Mido Ester Sitorus, M.KM, selaku penguji III yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.
v
10. Seluruh Dosen dan staf pegawai Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 11. Teristimewa buat orang tua peneliti (+) Gr.H.Panjaitan dan P.Hasibuan yang telah memberikan doa, dukungan moral maupun materil, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Seluruh rekan-rekan teman-teman mahasiswa/i yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Akhirnya peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan, 26 Juni 2015 Peneliti
( Nurprenty Gryl Panjaitan )
vi
DAFTAR ISI Hal HALAMAN DALAM .................................................................................... i PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACT ..................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5 BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 7 A. Remaja ............................................................................................ 7 1. Pengertian Remaja ................................................................... 7 2. Masa dan Batas Usia Remaja ................................................... 7 3. Karakteristik Remaja ............................................................... 8 4. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja ...................................... 11 5. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja .............................. 14 B. Temperamen ................................................................................. 14 1. Pengertian Temperamen .......................................................... 14 2. Klasifikasi Temperamen .......................................................... 14 3. Dimensi Temperamen .............................................................. 21 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Temperamen .................. 22 C. Keluarga ........................................................................................ 23 1. Pengertian Keluarga ................................................................. 23 2. Fungsi Keluarga ....................................................................... 23 3. Peran Keluarga ......................................................................... 25 D. Pola Asuh Keluarga ....................................................................... 25 1. Tipe Pola Asuh ......................................................................... 26 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh ....................... 29 E. Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Pada Remaja .................................................................................. 31 F. Kerangka Konsep ........................................................................... 32 G. Hipotesis ........................................................................................ 32
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33 A. Desain Penelitian ........................................................................... 33 B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 33 1. Populasi ..................................................................................... 33 2. Sampel....................................................................................... 33 C. Waktu Penelitian ........................................................................... 33 D. Lokasi Penelitian ............................................................................ 33 E. Defenisi Operasional ...................................................................... 34 F. Aspek Pengukuran .......................................................................... 35 1. Tipe Pola Asuh Orang Tua ...................................................... 35 2. Temperamen ........................................................................... 35 G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ........................................... H. Etika Penelitian............................................................................... 36 I. Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 37 1. Pengolahan Data ..................................................................... 37 2. Analisa Data ............................................................................ 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 39 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 39 1. Analisa Univariat . .................................................................... 39 Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Pada Remaja ............................................................................ 41 B. Pembahasan ................................................................................... 42 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil................................................... 42 2. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 49 A. Kesimpulan .................................................................................... 49 B. Saran .............................................................................................. 49 1. Bagi Remaja ............................................................................ 49 2. Bagi Orang Tua ....................................................................... 49 3. Bagi Sekolah SMA Negeri 4 Pematang Siantar ...................... 50 4. Bagi Peneliti Selanjutnya.......................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL Hal Table 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 33 Table 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SMA Negeri 4 Pematang Siantar .......................................................... 38 Table 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orang Tua di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ................. 39 Table 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Temperamen Pada Remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ........................ 39 Table 4.4 Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Pada Remaja Di SMA Negeri 4 Pematang Siantar ....................... 40
ix
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1
Kerangka Konsep .................................................................. 31
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10
: Persetujuan Menjadi Responden : Lembar Kuesioner : Surat permohonan Izin Memperoleh Data Dasar Dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia : Balasan Surat Telah Memperoleh Data Dasar dari SMA Negeri 4 Pematang Siantar : Surat Izin Penelitian dari Universitas Sari Mutiara Indonesia : Balasan Surat Izin Penelitian dari SMA Negeri 4 Pematang Siantar : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 4 Pematang Siantar : Master Data : Lembar Output : Lembar Konsul Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah bangsa harus mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas dan memiliki intelektual, kepribadian, keimanan, keterampilan untuk menghadapi masa depan dalam menghadapi persaingan di era globalisasi yang semakin tinggi. Menurut WHO, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dengan batas usia remaja 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10-19 tahun dan belum menikah. Rahmania, et al. (2006) mengatakan masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami berbagai perubahan dan perkembangan dalam perkembangan sosial karena remaja seringkali melakukan aktivitasnya bersama teman sebaya maupun orang dewasa lainnya.
Widiastutu, et al. (2009) mengatakan masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis dimana usianya yakni antara 10-19 tahun dan masa ini adalah suatu periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan masa dimana memiliki keunikan tersendiri. Pada masa
perkembangannya
diperlukan mental yang kuat untuk menghadapi kemajuan teknologi. Apabila tidak, maka akan menyebabkan gangguan mental. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30% (BKKBN, 2011).
Gangguan mental dapat tercetus karena sikap yang kurang tepat menyikapi kemajuan saat ini. Maka dari itu, WHO mendorong peningkatan mental pada remaja. Menurut WHO (2010) kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana
1
2
individu mampu mengoptimalkan kemampuannya, dapat mengatasi stress dalam hidupnya, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat serta dapat berkontribusi terhadap komunitasnya. Apabila kesehatan mental baik, maka segala sesuatu dapat dilakukan dengan baik dan produktif, sebaliknya apabila kesehatan mental rendah maka dapat menurunkan kualitas hidup sehingga aktivitas sehari-hari akan terganggu.
Usia remaja merupakan usia yang beresiko tinggi mengalami gangguan mental (Rahmania, et al, 2006). Pada usia 13-20 tahun, remaja mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan mengembangkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Masa remaja juga menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sedangkan orang tua berhak untuk mengontrol aktivitasnya sehingga seringkali muncul konflik antara remaja dan orang tua karena kebanyakan orang tua menginginkan anak remaja mereka menjadi anak remaja yang ideal. Kekhawatiran bertambah besar ketika orang tua memaksakan kehendak mereka terhadap anak remaja mereka (Surbakti, 2010). Hal tersebut dapat memicu temperamen pada remaja. Apabila pola asuh keluarga tidak adekuat maka anak membentuk temperamen yang negatif.
Temperamen adalah gaya perilaku dan cara khas pemberian respon seseorang (Santrock, 2009). Salah satu bentuk dari temperamen yang bersifat negatif yaitu perkelahian antar kelompok remaja. Pada umumnya yang melakukan perkelahian antar kelompok atau antar sekolah adalah remaja dari keluarga baikbaik, hanya karena pengabaian psikis tertentu dan mereka ingin mendapat perhatian lebih dari orang tua sendiri ataupun masyarakat. Perasaan senasib sepenanggungan anak-anak remaja yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan masyarakat menjadikan anak remaja perlu memamerkan energi dan semangat hidupnya dalam bentuk perkelahian. Kegagalan sistem kontrol menjadikan remaja menyalurkannya melalui
3
kekerasan, agresi keras dan kejahatan yang dianggap mempunyai nilai-nilai yang lebih di mata remaja (Vina, 2014).
Menurut kutipan Achmad, et al. (2010) mengatakan bahwa faktor pendidikan orang tua dan pola asuh orang tua merupakan faktor yang dapat mempengaruhi masa depan anak. Interaksi antara remaja dan orang tua dalam kerangka parenting style merupakan suatu wadah untuk mengembangkan kesehatan mental remaja (Rahayu, et al. 2008). Tidak hanya kebutuhan fisik yang harus dipenuhi orang tua tetapi kebutuhan psikologis juga dapat menentukan kualitas hidup
remaja.
Memperlakukan
anak
remaja
dalam
berkomunikasi,
mendisiplinkan, memonitor dan memberikan dorongan merupakan cara pola asuh yang dapat diarahkan orang tua (Rahayu, et al. 2008).
Pola asuh adalah pengasuhan yang berlaku dalam keluarga berarti keluarga bertugas membentuk generasi berikutnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Keluarga inti merupakan seseorang yang dekat dengan remaja dimana fungsi dari keluarga yaitu sebagai fungsi afektif yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari setiap anggota keluarga (Setiabudi dan Hardywinoto, 2003).
Pada tahun 2006 kasus pelanggaran hak yang terpantau sebanyak 13.447.921 kasus dan pada tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi 40.398.625 kasus. pada tahun 2008 tercatat setiap bulannya dari bulan januari sampai bulan Agustus ada sekitar 3-7 remaja yang melakukan perilaku agresif seperti pencurian, bolos sekolah, penganiayaan dan pengerusakan dan masih banyak lagi yang tidak tercatat di Poltabes Medan. Pada tahun 2011 ditemukan banyak aduan kekerasan pada anak. Berdasarkan keseluruhan kasus yang masuk, sebanyak 67,8% terkait dengan kekerasan dan perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja. pada tahun 2012 tercatat peningkatan perilaku agresif yang
4
dilakukan oleh remaja (KPAI dalam kutipan Maghfiroh, 2013). Pada tanggal 10 Maret 2013 terdapat perkelahian antar sekolah SMK Negeri 2 Siantar dengan STM GKPS Siantar yang mengakibatkan 7 siswa luka-luka (Pos Metro, 2013).
Penelitian Achmad, et al. 2010 menunjukan bahwa 51% orang tua menerapkan tipe pola asuh demokrasi, 62,7% orang tua yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi dan 90,2% orang tua ada pada rentang usia dewasa tengah. Penelitian Achmad et al., (2010) menunjukan bahwa orang tua menerapkan tipe pola asuh permisif yaitu sebesar (19,6%). Tipe pola asuh ini berarti orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja.
Penelitian Setiawati (2013) menunjukkan ada hubungan temperamen terhadap tingkat kecemasan anak usia toddler yang dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian Vina Nurrahmatin (2014) menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada anak sekolah dasar di SMP Negeri 1 Purwokerto dengan nilai p=0,003 dengan demikian nilai p<0,05.
Dari survei awal, 376 siswa kelas XI IPS dan IPA SMA Negeri 4 Pematang Siantar. Dengan wawancara guru BP SMA Negeri 4 didapatkan bahwa mereka suka melakukan kerja kelompok di dalam maupun di luar jam sekolah meskipun di dalam kelompok tersebut ada saja siswa yang hanya ingin pendapatnya harus diterima dan merasa benar. Suka dengan tantangan sampai mereka mengikuti setiap olimpiade atau pun pertandingan lainnya seperti dalam bentuk olahraga (volli, basket, futsal, badminton) yang dilaksanakan SMA Negeri 4 ataupun pemerintahan kota Pematang Siantar. Mereka memiliki kemauan yang tinggi sehingga mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi mereka di dalam kelas dan berusaha meraih bangku kelulusan di perguruan tinggi negeri (PTN). Mereka juga memiliki nilai seni yang tinggi, terlihat dari hasil observasi yang dilakukan mereka memiliki beberapa klub, seperti klub dance, band, dan
5
marcing band. Mereka sudah mengatur hari dimana mereka akan melatih setiap bakat mereka dan sebagian dari anggota klub tidak disiplin, tidak tepat waktu untuk datang, dan terkadang beberapa orang dari mereka menunjukkan sifat egois mereka dengan mudahnya mereka marah saat berlatih. Setiap ada pertandingan dalam bidang seni yang dilaksanakan oleh sekolah maupun pemerintahan kota Pematang Siantar mereka selalu ikut tampil. Dan mereka pun kelihatan sangat rapi dan bersih.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengambil judul penelitian “Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah “Apakah ada hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada anak remaja b. Mengidentifikasi temperamen pada remaja
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada remaja untuk memilih dan bersikap untuk bertemperamen plegmatis.
6
2. Bagi orang tua Dapat memberikan masukan kepada orang tua untuk lebih memilih pola asuh demokratis dalam mendidik anaknya.
3. Bagi sekolah SMA Negeri 4 Pematang Siantar Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta menjadi perhatian bagi guru untuk lebih memantau dan mendidik siswa.
7
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau Adolesence merupakan periode perkembangan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa, biasanya berkisar umur 13-20 tahun. Pada masa ini, dapat menunjukkan perubahan maturitas psikologis individu. Perubahan hormonal yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan penampilan, dan perkembangan mental (Potter, dkk, 2005 dalam Sarlito, 2012).
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana dia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosional, perilaku, kognitif dan biologis (Efendi, et al, 2009).
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dan dalam perjalananya, remaja mencoba hal yang baru sebagai bagian dari perkembangan identitas (Santrock, 2003).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, emosi, biologi, perilaku dan kognitif. Pada masa ini remaja cenderung melakukan hal yang baru yang dianggap sebagai tantangan.
2. Masa dan Batas Usia Remaja Masa remaja merupakan masa yang sulit untuk dilalui karena pada masa ini terjadi banyak perubahan. Remaja merupakan periode diantara masa kanakkanak perubahan. Remaja merupakan periode diantara masa kanak-kanak dan
8
masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan perkembangan biologis, psikologis, dan sosial. Monks, et al (1999 dalam Sarlino, 2012) mengatakan fase remaja umumnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : a. Remaja Awal (12-15 tahun) Pada usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani sehingga minat remaja pada dunia luar sangat besar. Pada masa ini, remaja sudah tidak mau disebut sebagai anak-anak lagi namun belum biasa meninggalkan masa kanak-kanaknya. Selain itu, pada masa ini remaja belum tahu apa yang diinginkannya.
b. Remaja Pertengahan (15-18 tahun) Pada usia ini, remaja masih bersikap seperti kanak-kanak tetapi sudah timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Pada rentang usia ini mulai timbul kematangan pada diri sendiri. Selain itu pada masa remaja mulai menemukan jati dirinya.
c. Masa Remaja Akhir (18-21 tahun) Pada rentang usia ini, remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang sudah digariskan sendiri dengan i’tikad baik dan keberanian.
3. Karakteristik Remaja Masa remaja merupakan periode perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (2006) remaja memiliki karakteristik tertentu, antara lain : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Masa remaja dianggap sebagai periode yang penting karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku yang memiliki akibat jangka panjang. Awal remaja ditandai dengan perkembangan fungsi fisik disertai
9
perkembangan mental yang pesat dan akan menimbulkan suatu tuntutan kepada remaja untuk melakukan penyesuaian mental, membentuk fisik, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari yang telah terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap ke tahap perkembangan berikutnya. Tingkat perilaku individu dan adanya penilaian kembali nilainilai yang telah tergeser merupakan akibat dari adanya perubahan fisik yang terjadi sebelum awal masa remaja. Dalam setiap periode peralihan, status individu menjadi tidak jelas sehingga terdapat keraguan akan peran yang akan dilakukan. Pada masa ini, remaja bukanlah sebagai anak-anak lagi dan belum dapat dikatakan sebagai seorang yang dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang hampir universal, yaitu : 1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologi yang terjadi. 2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial yang akan menimbulkan masalah baru. 3) Perubahan minat dan perilaku mengakibatkan perubahan nilai-nilai. 4) Sebagai remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan sikap.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Pada masa remaja, sering sekali remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalahnya, namun mereka merasa sudah mandiri untuk menyelesaikan masalah sehingga menolak bantuan orang lain dan meyakini cara yang menurut mereka benar. Ketidakmampuan remaja
10
untuk menyelesaikan masalah sendiri mengakibatkan penyelesaian tidak sesuai dengan yang diharapkan.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Awal masa remaja diperlihatkan dengan penyesuaian diri terhadap kelompoknya
masih
tetap
penting,
namun
lambat
laun
mulia
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan temannya dalam segala hal. Salah satu untuk memperlihatkan diri sendiri sebagai individu adalah dengan cara berpakaian dan melalui penggunaan barang-barang mewah. Sementara pada saat mereka dengan teman-temannya atau kelompok sebaya maka akan mengikuti apa yang dilakukan kelompok seperti merokok dan minum-minuman keras.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Pada masa remaja sering kali pandangan stereotip dari masyarakat untuk menggambarkan citra diri remaja yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya, cenderung merusak dan berperilaku merusak, lambat laun dianggapnya sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai gambaran ini. Dengan menerima stereotip tersebut dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk terhadap remaja dan takut bertanggung jawab serta bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal sehingga menimbulkan banyak pertentangan antara orang tua dan anak remaja mereka yang dapat menimbulkan remaja tersebut tidak ingin meminta bantuan orang tua untuk mengatasi masalah.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagai mana adanya. Cita-cita yang tidak realistis menyebabkan tingginya emosi seorang remaja. Remaja akan mengalami
11
kekecewaan apabila keinginannya tidak berhasil terwujud dan orang lain mengecewakan.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya dengan usia kematangan, maka remaja mulai merasakan dirinya dan perilakunya dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minuman-minuman keras, menggunakan obat-obatan hingga terlibat perbuatan seks. Remaja menganggap hal tersebut dapat memberikan citra yang mereka inginkan.
4. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja (Sarwono, 2012) a. Perubahan fisik dan maturasi seksual Pada tahap remaja, perubahan fisik cenderung lebih cepat. Remaja mengalami growth spurt yaitu mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat seperti otot-otot tubuh mengeras, tinggi dan berat badan meningkat, semakin lama proporsi tubuh remaja akan mirip dengan orang dewasa termasuk kematangan fungsi seksual (Sarwono, 2012). Laju pertumbuhan pada perempuan umumnya mulai antara usia 8 dan 14 tahun, tinggi badan meningkat 5-20 cm dan berat badan meningkat 7-27,5 kg. Pertumbuhan pada anak laki-laki mulai antara usia 10-16 tahun, tinggi badan meningkat 7-32,5 kg. Meskipun dari jenis kelamin terdapat perbedaan pertumbuhan tetapi mengikuti pola yang sama pada kedua jenis kelamin ini (Potter dan Perry, 2005 dalam Sarwono 2012).
Maturasi seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder. Karakteristik seksual primer yaitu berupa perubahan fisik dan hormonal yang penting untuk reproduksi dan karakteristik seksual sekunder secara eksternal yaitu berbeda antara laki-laki dan perempuan. Remaja putri akan mengalami menarche yaitu pertama kalinya menstruasi sedangkan remaja putra akan mengalami spermache yaitu pertama kalinya
12
keluar cairan sperma. Pada remaja putri akan tumbuh payudara, pubic hair, dan perut. Pada remaja putra, ukuran alat kelaminnya sudah mencapai bentuk orang dewasa, muncul pula pubic hair di sekitar alat kelamin, rambut di ketiak, kaki, dada, terjadi perubahan pita suara sehingga mengakibatkan suara menjadi berat dan besar (Papalia et al. dalam Gunarsa, 2004).
b. Perkembangan kognitif Menurut piaget, kemampuan berpikir abstrak, ideal dan logis merupakan perkembangan kognitif remaja pada tahap operasional formal (formal operational). Remaja dalam memecahkan masalah ia mampu melakukan penalaran deduktif yaitu penalaran terhadap premis kemudian diambil kesimpulan (Sarwono, 2012) serta cara berpikirnya seperti ilmuwan yang oleh piaget disebut dengan istilah hypothetico-deductive reasoning yaitu membuat perencanaan, memecahkan masalah sistematis dan melakukan pengetesan terhadap solusi yang diambil (Sarwono 2012). Remaja cenderung menyelesaikan masalahnya berdasarkan tindakan logis. Kemampuan
berpikir
logis
ini
akan
mendorong
remaja
untuk
mengembangkan pikiran dan cara personal untuk dapat mengekspresikan identitas seksualnya.
Selain itu, remaja dalam perkembangan kognitifnya dapat menerima informasi yang lebih rinci dan beragam. Kualitas introspektif pada remaja tengah merupakan hal yang muncul berkaitan dengan kognisi. Fungsi kognitif dapat terganggu oleh perkembangan kemampuan mental yaitu adanya egosentrisme dalam berpikir sehingga sudut pandangnya hanya berorientasi pada diri sendiri (Sarwono 2012). Masa remaja menyakini bahwa imaginary audience memberikan cara yang evaluative dan unik. Hal ini dapat dilihat bahwa remaja memiliki perilaku yang khas yaitu kesadaran diri dan keinginan privasi serta remaja merasa diperhatikan
13
orang lain atau menjadi pusat perhatian orang banyak. Anak sekolah baru berfikir “apa itu“ tetapi remaja sudah dapat membayangkan apa yang akan terjadi (Potter dan Perry, 2005).
c. Perkembangan Psikosial Tugas utama perkembangan remaja yaitu mencari jati diri. Hubungan remaja dengan orang tuanya mulai berpindah ke teman sebaya. Hubungan interpersonal dengan per-groupnya menjadi intensif karena penerimaan oleh teman sebaya menjadi sangat penting bagi remaja. Teman sebaya merupakan tempat berbagi perasaan dan pengalamannya. Mereka juga menjadi bagian dari proses pembentukan identitas diri. Namun dalam masa pembentukan identitas dirinya, remaja telah dapat melakukan proses seleksi atas nilai-nilai dan sikap-sikap yang sudah dimiliki sebelumnya serta mempertahankan apa yang menurutnya baik dalam rangka menjadi individu yang unik dan utuh (Papalia et al. dalam Potter, 2005).
Erikson (dalam Sarwono 2012) memandang bahwa bahaya dalam tahap ini yaitu bingung peran dan menyarankan untuk mengelompokkan dan intoleransi perbedaan tetap dipertahankan. Muncul pula suatu gejala konformitas yaitu tekanan dari kelompok sebaya (peer) sehingga ia mengadopsi hal-hal positif pula yang sangat mempengaruhi masa pembentukan identitasnya. Sebaliknya, jika konformitasnya bersifat negatif maka remaja dengan mudah terbawa pada perilaku yang kurang baik (Sarwono, 2012).
d. Perkembangan Moral Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri (Wong et al. 2009).
14
5. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (2006) yaitu berusaha mampu menerima keadaan fisiknya, mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis,
mencapai
menginternalisasikan
kemandirian
nilai-nilai
orang
emosional,
dewasa
dan
memahami orang
tua
dan serta
mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
B. Temperamen 1. Pengertian Temperamen Temperamen merupakan bagian dari kepribadian, yang bersama intelegensi dan fisik yang akan membentuk kepribadian (Sumadi, 2012). Temperamen adalah gaya perilaku dan cara berespon yang khas yang ditampilkan seseorang. Perilaku yang mencerminkan temperamen remaja terlihat dari gaya perilaku sebagian remaja teramat sangat aktif, sebagian yang lainnya lebih tenang. Sebagian remaja menunjukkan rasa ingin tahu yang kuat untuk menjelajahi lingkungannya dalam rentang waktu yang panjang, yang lainnya kurang tertarik. Sekelompok remaja bersikap hangat pada orang lain sebagian lainnya tampak malu-malu (Santrock, 2003).
2. Klasifikasi Temperamen Immanuel Kant (Sumadi, 2012) mengatakan bahwa ada 4 tipe temperamen yaitu: a. Melancholis (orang dengan darah berat) Melankolis merupakan temperamen yang paling kaya. Ia memiliki rasa seni yang tinggi, kemampuan analitis yang kuat, perfeksionis, sensitif, berbakat, dan rela berkorban. Perasaan sangat berpengaruh pada pribadi
15
seorang melankolis, ia adalah orang yang introvert tapi apabila ia berada di puncak sukacitanya, melankolis bisa saja menjadi lebih ekstrovert. Pribadinya
yang sangat
perfeksionis
cenderung
membuat
sering
menyalahkan diri sendiri dan menjadi rendah diri. Padahal melankolis adalah seseorang yang memiliki daya analitik yang hebat yang mampu memperhitungkan bahaya. Halangan dalam setiap proyek secara akurat. Perasaan mereka yang peka dan sensitif juga dapat membuat melankolis jadi pendendam dan sering terlihat murung. Orang melankolis cenderung memilih pekerjaan yang membutuhkan pengorbanan dan ketekunan, sekali melankolis memilih sesuatu maka ia akan tetap setia mengerjakannya.
Kekuatan melankolis: 1) Analitis, mendalam, dan penuh pikiran 2) Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal 3) Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis) 4) Sensitif 5) Mau mengorbankan diri dan idealis 6) Standar tinggi dan perfeksionis 7) Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi) 8) Hemat 9) Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif) 10) Kalau sudah mulai, dituntaskan. 11) Berteman dengan hati-hati. 12) Puas di belakang layar, menghindari perhatian. 13) Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi 14) Sangat memperhatikan orang lain
16
Kelemahan melankolis 1)
Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan)
2)
Mengingat yang negatif & pendendam
3) Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah 4) Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan 5) Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah 6)
Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
7) Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan 8)
Hidup berdasarkan definisi
9)
Sulit bersosialisasi
10) Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg menentang dirinya 11) Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang) 12) Rasa curiga yg besar (skeptis terhadap pujian) 13) Memerlukan persetujuan
b. Phlegmatis (orang dengan darah dingin) Merupakan seseorang yang memiliki sifat alamiah pendamai, tidak suka kekerasan. Merupakan orang yang mudah diajak bergaul, ramah dan menyenangkan. Ia adalah tipe orang yang biasa membuat sekelompok orang tertawa terbahak-bahak oleh humor-humor keringnya meski ia sendiri tidak tertawa. Merupakan pribadi yang konsisten, tenang, dan jarang sekali terpengaruh dengan lingkungannya, tidak pernah terlihat gelisah. Di balik pribadinya yang dingin dan malu-malu, sesungguhnya ia memiliki kemampuan untuk dapat lebih merasakan emosi yang terkandung pada sesuatu. Karna sifatnya yang menyukai pertikaian. Ia cenderung menarik diri dari segala macam keterlibatan. Hal inilah yang sering kali menghambatnya untuk menunjukkan kemampuannya secara total dan menjadi cenderung pasif dan pemalas.
17
Kekuatan plegmatis 1) Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh 2) Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik 3) Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana 4) Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi) 5) Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi 6) Penengah masalah yg baik 7) Cenderung berusaha menemukan cara termudah 8) Baik di bawah tekanan 9) Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan 10) Rasa humor yang tajam 11) Senang melihat dan mengawasi 12) Berbelaskasihan dan peduli 13) Mudah diajak rukun dan damai
Kelemahan plegmatis 1) Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru 2) Takut dan khawatir 3) Menghindari konflik dan tanggung jawab 4)
Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar)
5) Terlalu pemalu dan pendiam 6) Humor kering dan mengejek (Sarkatis) 7) Kurang berorientasi pada tujuan 8) Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri 9) Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat 10) Tidak senang didesak-desak 11) Menunda-nunda/menggantungkan masalah.
18
c. Sanguinis (orang dengan darah ringan) Tipe sanguin adalah orang yang sangat bersemangat dalam hidupnya. Ia selalu tampak ceria, hangat, bersahabat, dan sangat menikmati hidup. Hal ini disebabkan karena ia memiliki sifat yang mudah menerima sehingga kesan-kesan dari luar dapat dengan mudah masuk kedalam hatinya. Seorang sanguin cenderung lebih mendasarkan perasaannya daripada memikirkannya saat ia mengambil keputusaan. Orang sanguin sangat menyukai kesenangan, mereka jarang sekali membiarkan hatinya bersedih berlama-lama. Ia juga tipe orang yang sangat suka bicara, dengaan mudah ia dapat menularkan perasaan semangatnya kepada orang lain melalui perkataannya. Gayanya yang gaduh, bersuara keras, dan ramah membuatnya tampak percaya diri lebih dari pada yang sebelumnya.
Kekuatan sanguin 1) Suka bicara 2) Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif 3) Antusias dan ekspresif 4) Ceria dan penuh rasa ingin tahu 5) Hidup di masa sekarang 6) Mudah berubah (banyak kegiatan/keinginan) 7) Berhati tulus dan kekanak-kanakan 8) Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara) 9) Umumnya hebat di permukaan 10) Mudah berteman dan menyukai orang lain 11) Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian 12) Menyenangkan dan dicemburui orang lain 13) Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam) 14) Mengambil inisiatif/menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan 15) Menyukai hal-hal yang spontan
19
Kelemahan sanguin 1) Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras) 2) Membesar-besarkan suatu hal/kejadian 3) Susah untuk diam 4) Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-Gank) 5) Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele 6) RKP (Rentang Konsentrasi Pendek) 7) Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias) 8) Mudah berubah-ubah 9) Susah datang tepat waktu jam kantor 10) Prioritas kegiatan kacau 11) Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas 12) Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya 13) Egoistis 14) Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama 15) Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”
d. Choleris (orang dengan darah panas) Orang tipe ini biasanya suka mengatur dan memerintah orang, dia tidak mau ada orang berdiam diri saja sementara dia sibuk kerja/beraktivitas. Orang korelis suka akan tantangan, sangat suka berpetualang, mereka juga tegas. Tidak heran banyak dari usahanya yang sukses karna memang sifatnya yang juga pantang menyerah dan juga mengalah. Sisi negatifnya, mereka orang yang tidak sabaran, segalanya harus cepat karna memang sifat keproduktivitasnya yang tinggi. Mereka juga gampang sekali marah,
20
dan suka berprilaku kasar. Jadi kalau bertemen kerjanya uring uringan, suka berkata kasar dan gampang marah, dialah Koleris.
Mereka juga suka akan kontraversi dan pertengkaran, bertolak belakang dengan plegmatis yang cinta damai. sifat mereka juga kurang bersimpati dengan sesama, suka memanipulasi orang lain dan memperalat orang lain dan juga kalau salah, susah meminta maaf. Orang koleris sedikit mirip dengan sanguinis mereka gampang bergaul dan optimistis. Mereka juga bisa berkomunikasi dengan baik dan terbuka dengan orang lain, tipe orang seperti ini cocok sebagai pemimpin.
Kekuatan koleris 1) Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif 2) Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan 3) Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/target 4) Bebas dan mandiri 5) Berani menghadapi tantangan dan masalah 6) Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini 7) Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat 8) Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas 9) Membuat dan menentukan tujuan 10) Terdorong oleh tantangan dan tantangan 11) Tidak begitu perlu teman 12) Mau memimpin dan mengorganisasi 13) Biasanya benar dan punya visi ke depan 14) Unggul dalam keadaan darurat
21
Kelemahan koleris 1) Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis) 2) Senang memerintah 3) Terlalu bergairah dan tidak/susah untuk santai 4) Menyukai kontroversi dan pertengkaran 5) Terlalu kaku dan kuat/keras 6) Tidak menyukai air mata dan emosi tidak simpatik 7) Tidak suka yang sepele dan bertele-tele/terlalu rinci 8)
Sering membuat keputusan tergesa-gesa
9) Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain 10) Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan 11) Workaholics (kerja adalah “tuhan”-nya) 12) Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf 13) Mungkin selalu benar tetapi tidak popular
3. Dimensi Temperamen Ada banyak ragam penjelasan dan model temperamen yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa terdapat 4 dimensi temperamen ( Buss dan Plomin; Rothbart; Thomas, Chess dan Korn dalam Friedman dan Schustack, 2006 ) yaitu : a. Dimensi aktivitas Yaitu sebagian remaja selalu bergerak dengan semangat sedangkan remaja lainnya akan lebih bersikap pasif.
b. Dimensi emosionalitas Yaitu sebagian remaja sangat mudah marah, takut atau emosional sedangkan remaja lainnya lebih tenang dan stabil.
22
c. Dimensi sosiabilitas Yaitu remaja yang mudah bergaul akan mudah dekat dan menikmati kebersamaan dengan orang lain.
d. Dimensi agresivitas/impulsivitas Yaitu membedakan remaja yang agresif dan kejam dengan yang teliti dan ramah.
Model the goodness of fit menyatakan bahwa penyesuaian diri remaja yang paling baik timbul bila ada keserasian atau kecocokan antara temperamen remaja dan tuntutan lingkungan sosialnya seperti harapan atau sikap orang tua, teman sebaya dan guru ( Klein; Lerner dan Lerner dalam Santrock, 2006). Temperamen yang diteliti dapat berbeda-beda hasilnya tergantung dari perilaku yang dicatat, kriteria pengklasifikasian, tugas yang digunakan, orang yang memberikan klasifikasi, situasi, subkultur dan faktor-faktor lainnya (Friedman dan Schustack, 2006).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Temperamen Temperamen seseorang pasti berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari faktor-faktor yang dipengaruhi. Menurut Santrock (2003 dalam sumadi, 2012), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temperamen seseorang yaitu keturunan, pengaruh teman sebaya, pengaruh sekolah, faktor sosial ekonomi, faktor sosial historis dan perbedaan budaya.
Pada saat seseorang lahir, perbedaan-perbedaan sensitivitas dan temperamen tertentu antar bayi terlihat jelas. Istilah temperamen digunakan untuk menyatakan
perbedaan-perbedaan
individual
dalam
derajat
emosionalnya dan hal tersebut akan tetap ada sampai anak dewasa.
reaksi
23
C. Keluarga 1. Pengertian Keluarga Fredman (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih dalam satu keterikatan aturan dan emosional yang hidup bersama dan mempunyai peran masing masing dalam keluarga.
Keluarga merupakan ikatan berdasarkan perkawinan antara orang dewasa dan berbeda jenis kelamin yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan dengan tanpa anak, baik anaknya sendiri ataupun adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004).
UU No.10
tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit kecil dalam masyarakat yang berdasarkan perkawinan hidup dalam satu keterikatan aturan dan emosional yang terdiri dari suami-istri, suami-istri dan anaknya, ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya yang menjalankan perannya masing-masing dalam keluarga.
2. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (dalam Triyanto, 2011) yaitu sebagai fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi serta sebagai fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim
yang positif.
Hal
tersebut
dikembangkan melalui interaksi dan komunikasi dalam keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif maka seluruh anggota dapat
24
mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi sosial keluarga berarti keluarga merupakan tempat mengembangkan dan melatih anak untuk bersosialisasi dengan orang lain. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga. Fungsi reproduksi keluarga adalah meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya manusia, sedangkan fungsi ekonomi berarti keluarga tempat dimana untuk mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan, termasuk melatih anak untuk menabung.
WHO membagi fungsi keluarga yang terdiri atas fungsi biologis seperti fungsi
reproduksi,
membesarkan
anak,
mempertahankan
kesehatan,
memberikan makan, fungsi ekonomi seperti adanya sumber penghasilan, menjamin keadaan finansial keluarga, fungsi psikologi seperti memberikan perlindungan psikologis, memberi lingkungan yang dapat mengembangkan kepribadian, fungsi edukasi seperti mengajarkan keterampilan, sikap dan pengetahuan serta fungsi sosial dan kultural seperti mengadopsi nilai-nilai yang berhubungan dengan adat istiadat, perilaku dan bahasa (Friedman dalam Triyanto, 2011).
Fungsi keluarga di Indonesia dibagi menjadi delapan macam yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga yaitu fungsi keagamaan seperti keluarga menjadi wahana untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan, fungsi sosial budaya seperti mengembangkan dan melestarikan sosial budaya, fungsi kasih sayang yaitu berarti pengembangan rasa cinta dan kasih dari setiap anggota keluarga, fungsi perlindungan seperti memberikan rasa aman, tentram lahir dan batin, fungsi reproduksi seperti memberikan keturunan yang berkualitas, fungsi pendidikan dan sosialisasi seperti memberi pendidikan untuk meningkatkan fisik mental, sosial dan spiritual, fungsi ekonomi seperti keluarga meningkatkan keterampilan usaha serta fungsi pembinaan
25
lingkungan yaitu meningkatkan diri dalam lingkungan sosial, budaya dan lingkungan (Friedman dalam Triyanto, 2011).
Jadi dari fungsi keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga yang pertama yaitu kasih berarti anggota keluarga berhak menerima kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan sehingga tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Kedua yaitu asuh berarti keluarga harus dapat menjamin pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara dan ketiga yaitu asah berarti keluarga harus memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga anak remaja mereka dapat siap untuk masa depannya (Triyanto, 2011).
3. Peran Keluarga Peran keluarga merupakan gambaran pasien masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal sesuai dengan posisi sosial yang diberikan untuk mencapai tujuan. Adapun yang termasuk peran formal yaitu suami, istri, orang tua, pengasuh pemeliharaan rumah, sedangkan adapun yang termasuk peran informal yaitu peran inisiator, dominator, koordinator, anggota masyarakat dan sebagainya (Shirley dalam Triyanto, 2011).
D. Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan cara dimana orang tua memberikan aturan-aturan dalam rangka memberikan perhatian, mendidik, membimbing dan melindungi anak (Tridhonanto, 2014). Pola asuh orang tua yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan dan kepentingan dari orang tua maka cara mendidik anak tentu berbeda. Peran keluarga sangat penting untuk mendidik anak mulai dari sudut agama, peran sosial kemasyarakatan maupun individu.
26
Pola asuh orang tua dirumuskan sebagai seperangkat sikap dan perilaku yang tertata yang diterapkan oleh orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya (Garlia, 2003). Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orang tua untuk mendisiplinkan dan memberikan aturan-aturan anak untuk membentuk watak, kepribadian, nilai dan norma bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Setiap orang tua pasti memberikan bentuk pola asuh berdasarkan latar belakang pengasuhan orang tua sehingga akan menghasilkan macam-macam pola asuh yang berbeda.
1. Tipe Pola Asuh Tipe pola asuh orang tua kepada anak yaitu : a. Pola Asuh Demokrasi Pola asuh demokrasi merupakan pola asuh yang dipandang paling efektif diterapkan orang tua untuk remaja dan anggota lainnya. Hal ini dikarenakan pada pola asuh demokrasi aspirasi setiap individu tertampung dengan baik sehingga setiap individu aspirasinya dihormati. Kedudukan antara
orang
tua
dan
anak
sejajar
sehingga
keputusan
biasa
dipertimbangkan oleh dua belah pihak (Al Tridhonanto, 2014). Jadi, Sistem pola asuh demokratis menghargai dan menghormati setiap pendapat dan perbedaan sehingga potensi yang dimiliki dapat berkembang. Jadi, sistem pola asuh demokratis dapat mengajarkan remaja untuk menghormati hak dan kewajiban setiap individu. Manfaat dari pola asuh demokratis untuk keluarga dan remaja yaitu menghormati pendapat orang lain, memupuk persaudaraan dan persahabatan, membangun kerja sama, menumbuhkan sikap kritis, mengembangkan potensi dan lain-lain (Surbakti, 2009).
Pola asuh demokratis dihubungkan dengan tingkah laku remaja yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif.
27
Orang tua menerapkan pola asuh demokratis yaitu memberikan kesempatan kepada anak remajanya untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak remaja mereka untuk memiliki kebebasan (Al Tridhonanto, 2014). Namun akibat negatif dari pola asuh demokrasi yaitu anak cenderung merongrong kewibaan orang tua apabila segala sesuatu harus dipertimbangkan bersama (Al Tridhonanto, 2014).
Ciri-ciri orang tua menerapkan pola asuh demokratis yaitu memandang sama antara hak dan kewajiban antara orang tua dan anak, secara bertahan orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa, selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima dan selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya, serta dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara objektif serta tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart dan Korh dalam kutipan Habibi, 2005).
b. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang serba membolehkan terhadap anak remaja mereka sehingga mereka dapat melakukan apa saja. Pola asuh permisif juga dapat dipicu karena rasa bersalah orang tua terhadap anak remaja. Untuk mengimbangi rasa bersalah tersebut, orang tua selalu mengabulkan keinginan anak remaja mereka. Sifat pola asuh ini yaitu segala aturan dan ketetapan keluarga ada pada anak sehingga orang tua memperbolehkan segala keinginan anak (Dariyo, 2004 dalam Al Tridhonanto, 2014). Dampak dari didikan pola asuh permisif yaitu anak remaja berkembang dengan kepribadian emosional yang kacau, bertindak sesuka hati, tidak mampu mengendalikan diri, menganut pola hidup bebas
28
tanpa aturan, selalu memaksakan kehendak, tidak mampu membedakan baik ataupun buruk (Surbakti, 2009).
Anak dengan didikan pola asuh permisif membuat hubungan antara remaja dan orang tua penuh dengan kasih sayang tetapi menjadikan remaja agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan pengarahan kepada anak remaja mereka, semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan terlebih dahulu, sehingga anak remajanya mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua. Pola asuh seperti ini akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap remaja yang berlangsung hingga dewasa ( Mustaghfiroh, 2012).
Ciri-ciri orang tua menerapkan pola asuh permisif yaitu orang tua cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak remaja mereka tanpa memberikan kontrol sama sekali, anak remaja mereka sedikit sekali dituntut untuk tanggung jawab, serta diberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya (Stewart dan Koch dalam kutipan Habibi, 2005).
c. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian) Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang mengedepankan kekuasaan, otoritas, pengaruh atau kewibawaan. Pola asuh ini sangat menekan kekuasaan tanpa kompromi. Orang tua yang menganut pola asuh otoritarian menginstruksikan anak remajanya untuk menuruti segala keinginan atau instruksi dari orang tua. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan orang tua (Surbakti, 2009).
Pola komunikasi pola asuh ini menggunakan satu arah karena penganut authoritarian tidak mengenal dialog. Meskipun pola asuh otoriter
29
mengakibatkan seisi rumah tertekan, namun sampai saat ini pola asuh tersebut masih sering digunakan bahkan dengan kekerasan dan kekejaman sehingga anggota keluarganya tertekan (Surbakti, 2009). Pola asuh ini dapat menjadikan remaja kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, rendah diri, cemas dan minder tetapi disisi lain anak remaja mereka biasa berontak, nakal atau melarikan diri dari kenyataan seperti penggunaan narkoba dan konsumsi alkohol (Al Tridhonanto, 2014).
Ciri-ciri orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter yaitu kaku, tegas, suka menghukum, orang tua memaksa anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak, tidak mendorong serta tidak memberikan kesempatan pada anak remaja mereka untuk mandiri dan jarang memberikan pujian serta hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab (Stewart dan Koch dalam kutipan Habibi, 2005).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Faktor pendidikan, lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua. Orang tua yang bijak akan memberikan satu jawaban dan alternatif supaya remaja dapat berfikir dan memilih yang terbaik. Sebaliknya jika orang tua tidak memberikan pilihan maka remaja akan bingung dan berusaha menemukan jawaban selain kepada orang tua sehingga akan muncul konflik antara remaja dan orang tua (Tridhonanto,, 2014).
Menurut Maccoby dan Mc loby (dalam Suparyanto, 2010), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, diantaranya: a. Sosial ekonomi Pikunus (dalam Yusuf, 2004) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch, Kohn, dan Sheldom, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau
30
teknik orang tua dalam mengatur anak (Mengelola atau memperlakukan anak), antara lain: 1) Kelas bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah. 2) Kelas menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatian sebagai orang tua. 3) Kelas atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
b. Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya.
c. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
d. Nilai-nilai agama yang dianut orang tua Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak (Djamarah, 2004).
e. Kepribadian Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak (Sjarkawi, 2008).
31
f. Jumlah anak Jumlah anak yang memiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua.
Piaget maupun Kohlberg (dalam Al Tridhonanto, 2014) berpendapat bahwa pendidikan keluarga dapat mempengaruhi pola asuh terhadap perkembangan moral remaja. Tanggung jawab sebagai orang tua yaitu untuk menanamkan nilai-nilai moral, budi pekerti, etika bahkan religiusitas sejak dini yang setiap orang tua memiliki seni sendiri untuk mendidik anaknya sehingga tergantung bagaimana tipe pola asuh yang digunakan orang tua untuk mendidik anak-anaknya.
E. Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Pada Remaja Pola asuh biasanya didefinisikan sebagai sesuatu yang orang tua lakukan untuk mendidik, membimbing dan memberikan aturan kepada anak. Beberapa konseptualisasi membuat perbedaan lebih lanjut antara praktik pengasuhan dan gaya pengasuhan, dengan praktik meliputi apa orang tua lakukan misalnya, memukul atau memberikan pelukan dan gaya menyiratkan bagaimana orang tua melakukannya misalnya, dengan kehangatan atau permusuhan (Flouri, 2008). Kadang orang tua memberikan pengasuhan terhadap anak-anaknya berbeda satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi temperamen pada remaja.
Immanuel Kant (dalam Sumadi, 2012) menemukan bahwa watak temperamen biasa terdapat temperamen sanguinis, temperamen melancholis, temperamen choleris dan temperamen phlegmatis. Demikian juga perlakuan berbeda dari orang tua mempengaruhi bagaimana seseorang bergaul. Seorang remaja dengan temperamen sanguinis diperlakukan serta oleh orang tua cenderung bergaul paling baik, peramah dan periang. Seorang remaja dengan temperamen melancholis, dia menunjukkan rasa rela berkorban, berbakat, dan emosi yang sangat sensitif. Seorang remaja dengan temperamen choleris cenderung penuh semangat,
32
bertindak cepat, aktif, dan tegas serta berpendirian teguh. Seorang remaja dengan temperamen phlegmatic cenderung temperamen yang tenang, dingin, lambat, santai, stabil, dan sukar marah.
Pendidikan yang diterima anak sejak kecil pun mempengaruhi sikap dan perilaku pada remaja. Semakin terampil menyerap nilai-nilai positif dan menjauhi nilainilai negatif dalam masyarakat maka semakin baik pula ia menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat (Al Tridhonanto, 2014).
F. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian disusun sebagai kerangka kerja dalam melakukan penelitian. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 2.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Tipe pola asuh orang tua
Variabel Terikat Temperamen pada remaja
G. Hipotesis Ada hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015.
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Penelitian ini menilai hubungan antara variabel bebas (tipe pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (temperamen pada remaja) dilakukan satu waktu.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pematang Siantar yang berjumlah 376 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dimana XI IPA 253 siswa dan XI IPS 123.
2. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Arikunto (Nursalam, 2010). n = 20% x N n = 20% x 376 n = 75,2 n = 75 Maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.
C. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27April 2015 sampai 2 Mei 2015.
D. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
34
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian Variabel Variabel Independen: Tipe pola asuh
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Suatu cara orang tua untuk mengasuh dan mendidik anaknya. Tipe pola asuh orang tua ada 3 yaitu: 1. Pola asuh demokratis yaitu suatu model pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk berkreasi, tetapi masih tetap ada pengontrolan dari orang tua.
Kuesioner
1. Demokra si 2. Permisif 3. Otoriter
Kuesioner
1. Sanguines 2. Choleris 3. Melancholis 4. phlegmatis
Skala Ukur Ordinal
2. Pola asuh permisif yaitu suatu model pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali dan kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada di dalam keluarga.
3. Pola asuh otoriter yaitu suatu model pengasuhan dimana orang tua menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanyak atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Variable Dependen: Temperamen
Cara atau respon emosi yang ditunjukkan oleh remaja dengan tipe: 1. Sanguines yaitu respon emosi dengan darah ringan yang menunjukkan perilaku yang pandai bergaul, luwes, bersemangat, dan memiliki banyak teman. 2. Choleris yaitu respon emosi dengan darah panas yang menunjukkan perilaku aktif, memiliki kemauan keras, tidak bergantung pada orang lain, tegas, berpendirian, dan mudah membuat keputusan untuk dirinya maupun orang lain.
3. Melancholis yaitu respon emosi dengan darah berat yang menunjukkan perilaku yang rela berkorban, berbakat, memiliki emosi yang sangat sensitif dan memiliki nilai seni yang tinggi. 4. Phlegmatis yaitu respon emosi dengan darah dingin yang menunjukkan perilaku yang lamban, santai, stabil, tenang, dingin, sulit marah, dan selalu mengendalikan emosinya.
Ordinal
35
F. Aspek Pengukuran 1. Tipe pola asuh orang tua Untuk mengetahui tipe pola asuh orang tua menggunaka skala Likert dengan meberikan kuesioner sebanyak 7 pernyataan masing-masing tipe pola asuh dan keseluruhan pernyataan sebanyak 21. Dengan jawaban selalu diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, tidak pernah diberi skor 1. Sehingga nilai tertinggi dari setiap tipe pola asuh adalah 21 dan nilai terendah 7. Maka berdasarkan rumus Hidayat (2009) : i= i= i=7 keterangan : i = Interval maka tipe pola asuh orang tua dikatakan : a. Ya, jika skor : 15-21 b. Tidak, jika skor : 7-14
2. Temperamen Untuk mengetahui temperamen menggunaka skala guttman dengan memberikan kuesioner sebanyak
8 pertanyaan masing-masing jenis
temperamen dan keseluruhan pertanyaan sebanyak 32. Dengan jawaban “ia” diberi skor 2, “tidak” diberi skor 1. Sehingga nilai tertinggi dari setiap temperamen
adalah 16 dan nilai terendah 8. Maka berdasarkan rumus
Hidayat (2009) : i= i= i=4 keterangan : i = Interval maka temperamen dikatakan : a. Ia, jika skor : 13-16 b. Tidak, jika skor : 8-12
36
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
2. Prosedur Pengumpulan Data Peneliti memberikan kuesioner kepada responden
dengan mengajukan
beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pernyataan dan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
H. Etika Penelitian Menurut Milton (1999, dalam Notoadmojdo 2010) etika penelitian ada 4 prinsip yang harus di pegang teguh yaitu : 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).
2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.
3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)
37
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
I. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data analisa
data
dilakukan
yaitu
untuk
mempermudah
dalam
menginterpretasikan hasil penelitian. Data diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Lalu data diolah menggunakan program komputer. Menurut Notoadmodjo (2010) langkah-langkah dalam memproses data adalah sebagai berikut : a. Editing Memeriksa atau mengevaluasi kelengkapan dan konsistensi dari semua jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan responden.
b. Coding setiap jawaban untuk memudahkan peneliti dengan mengubah data yang sudah diedit dalam bentuk angka dengan memberikan kode pada tipe pola asuh responden di beri tanda 1= Demokrasi, 2= Permisif dan 3= Otoriter. Pada temperamen responden diberi tanda 1= Melankolis, 2= Plegmatis, 3= Sanguinis dan 4= Koleris. Pada umur responden diberi tanda 1= 15 Tahun, 2= 16 Tahun dan 3= 17 Tahun.
38
c. Scoring Menentukan skor ya dan tidak pada tipe pola asuh orang tua responden diberi tanda 1 untuk kategori ya dengan skor 15-21 dan diberi tanda 2 untuk kategori tidak dengan skor 7-14, dari setiap tipe pola asuh orang tua. Menentukan skor ya dan tidak pada temperamen responden diberi tanda 1 untuk kategori ya dengan skor 13-16 dan diberi tanda 2 untuk kategori tidak dengan skor 8-12, dari setiap temperamen.
d. Tabulating Memasukan semua jawaban kedalam table distribusi frekuensi untuk mempermudah analisa data lalu diinterpretasikan.
2. Analisa data a. Analisa Univariat Dilakukan untuk menganalisa setiap variabel dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk variabel dengan skala data kategorik seperti tipe pola asuh, temperamen.
b. Analisis Bivariat Dilakukan untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (tipe pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (temperamen pada remaja). Uji statistik yang digunakan adalah analisis Uji Chi Square. Analisis Chi Square menggunakan taraf signifikansi α = 5%. Korelasi signifikansi apabila nilai p atau nilai probabilitasnya kurang dari tahap kesalahan (p < 0.05) yang artinya Ho ditolak, sedangkan apabila p > α artinya Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara dua variable yang dianalisi (Notoadmodjo, 2010). Adapun rumus Uji Chi Square.
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar dilakukan selama 1 minggu yaitu 27 April 2 Mei 2015. Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 4 Pematang Siantar dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 75 responden. Adapun hasilnya yaitu sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Remaja
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015 (n=75) Umur 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun
n 2 46 27
% 2,7 61,3 36,0
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 75 siswa, yang berusia 15 Tahun sebanyak 2 orang (2,7%), berusia 16 Tahun sebanyak 46 orang (61,3%), dan berusia 17 Tahun sebanyak 27 orang (36,0%).
40
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orang Tua
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tipe pola asuh orang tua di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015 (n=75) Tipe Pola Asuh Orang Tua Demokratis Permisif Otoriter
n 39 6 30
% 52,0 8,0 40,0
Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa gambaran tipe pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokrasi sebanyak 39 orang (52,0%), pola asuh permisif sebanyak 6 orang (8,0%), dan pola asuh otoriter sebanyak 30 orang (40,0%).
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Temperamen pada Remaja
Table 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015 (n=75) Temperamen Melankolis Plegmatis Sanguinis Koleris
n 19 31 7 18
% 25,3 41,3 9,3 24,1
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa temperamen pada remaja yaitu melankolis sebanyak 19 orang (25,3%), plegmatis sebanyak 31 orang (41,3%), sanguinis sebanyak 7 orang (9,3%), dan koleris sebanyak 18 orang (24,1%).
41
2. Analisa Bivariat Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Temperamen pada Remaja
Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Chi Square Hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015 (n=75) Temperamen Tipe Pola Asuh
Demokrasi Permisif Otoriter
Melankolis
Plegmatis
Sanguinis
Koleris
Total
P Value
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
10 1 8
13,3 1,3 10,7
23 0 8
30,7 0,0 10,7
1 5 1
1,3 6,7 1,3
5 0 13
6,7 0,0 17,4
39 6 30
52,0 8,0 40,0
19
25,3
31
41,3
7
9,3
18
24,1
75
100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tipe pola asuh demokratis dengan temperamen melankolis sebanyak 10 orang (13,3%), tipe pola asuh demokrasi dengan temperamen plegmatis sebanyak 23 orang (30,7%), tipe pola asuh demokrasi dengan sanguinis sebanyak 1 orang (1,3%), tipe pola asuh demokrasi dengan temperamen koleris sebanyak 5 orang (6,7%). Responden yang memiliki tipe pola asuh permisif dengan temperamen melankolis sebanyak 1 orang (1,3%), tipe
pola asuh permisif dengan
temperamen sanguinis sebanyak 5 orang (6,7%). Responden yang memiliki tipe pola asuh otoriter dengan temperamen melankolis sebanyak 8 orang (10,7%), tipe pola asuh otoriter dengan temperamen plegmatis sebanyak 8 orang (10,7%), tipe pola asuh otoriter dengan temperamen sanguinis sebanyak 1 orang (1,3%), tipe pola asuh otoriter dengan temperamen koleris sebanyak 13 orang (17,4%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square pada table 4.4 diketahui nilai ChiSquare sebesar = 0,000 dengan nilai signifikan α = 0,05, ρ value = 0,000. Apabila ρ value ≤ α (0,000 ≤ 0,05), maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara tipe pola asuh dengan temperamen. Maka dari itu,
0,000
42
terdapat hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar.
B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Gambaran tipe pola asuh orang tua Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar orang tua remaja menerapkan tipe pola asuh demokrasi 39 orang (52,0%). Menurut Hurlock (2006), pasangan orang tua yang masih dalam usia muda cenderung lebih demokratis dalam menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pola asuh demokrasi merupakan pola asuh yang terbanyak yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya karena pola asuh demokrasi memiliki ciri-ciri yaitu memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk mandiri dan mengembangkan kontrol
internalnya,
diakui
keberadaannya
dan
dilibatkan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, bimbingan dan komunikasi dua arah. Orang tua biasanya bersikap hangat dan penuh belas kasih kepada anak-anaknya, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak tetapi tidak sedikitpun mengarahkannya secara otoriter (Hurlock, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 30 orang (40,0%) orang tua yang masih menerapkan pola asuh otoriter. Orang tua dengan tipe pola asuh otoriter dinilai rendah dalam penggunaan kontrol rasional. Mereka mengandalkan penegasan, kekuasaan, disiplin, keras, kurang hangat, kurang mengasuh, kurang mengasihi, kurang simpatik pada anakanaknya, tidak mendorong anak remaja mereka untuk mengemukakan ketidaksetujuan atas keputusan atau peraturan orang tua dan memberikan sedikit kehangatan (Hurlock, 2006). Orang tua dengan pola asuh otoriter, mereka mengendalikan dan menilai perilaku anak remaja mereka dengan
43
standard mutlak, mereka menghargai kepatuhan dan rasa hormat. Menurut Dewi (dalam Achmad et al., 2010), anak-anak dengan orang tua seperti ini akan cenderung memiliki tanggung jawab sedang, menarik diri secara sosial, memiliki kompetensi sedang serta tidak memiliki spontanitas.
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dipengaruhi juga oleh tingkat sosial ekonomi yang rendah dengan harapan anak dapat lebih giat dalam belajar yang nantinya dapat berguna untuk masa depan anak, sehingga orang tua cenderung lebih menekankan pada peraturan maupun hukuman (Suriyani et al, 2011).
Berbeda dengan orang tua yang menerapkan tipe pola asuh permisif. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 orang tua (8,0%) masih menerapkan tipe pola asuh permisif yaitu orang tua yang serba memperbolehkan anak-anaknya berbuat apa saja. Orang tua akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak remaja mereka untuk berbuat apa saja (Nuraeni dalam Ambarsari, 2012). Namun menurut Petranto (dalam Achmad et al, 2010), orang tua dengan tipe pola asuh permisif biasanya bersifat hangat sehingga disukai oleh anak. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak remaja yang agresif, tidak patuh pada orang tua, kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens dalam mengikuti pelajaran sekolah (Muttaqin dalam Achmad et al, 2010).
b. Gambaran temperamen pada remaja Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar memiliki temperamen melankolis yaitu 19 orang (25,3%). Remaja yang bertemperamen melankolis yaitu memiliki rasa seni yang tinggi, kemampuan analitis yang kuat, perfeksionis, sensitif, berbakat, dan rela berkorban. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 31 orang (41,3%) memiliki temperamen plegmatis. Remaja yang
44
bertemperamen plegmatis yaitu seseorang yang memiliki sifat alamiah pendamai, tidak suka kekerasan, mudah diajak bergaul, ramah, dan menyenangkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 7 orang (9,3%) memiliki temperamen sanguinis. Remaja yang bertemperamen sanguinis yaitu orang yang sangat bersemangat dalam hidupnya, selalu tampak ceria, hangat, bersahabat, sangat menikmati hidup, dan cenderung lebih mendasarkan perasaanya daripada memikirkannya saat ia mengambil keputusan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 18 orang
(24,0%)
memiliki
temperamen
koleris.
Remaja
yang
bertemperamen koleris yaitu seseorang yang suka mengatur, memerintah orang, tidak mau ada orang berdiam diri saja sementara dia sibuk bekerja, suka tantangan, suka berpetualangan, dan tegas (Sumadi, 2012).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Risdiyanto (2007) yang dilakukan di Kabupaten Lamongan dengan judul yang sama yaitu hubungan pola asuh orang tua dengan tipe kepribadian siswa kelas delapan di SMP Negeri 1 Sukorame diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tipe kepribadian siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fortuna (2008, dalam Yanti 2012) tentang hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dengan nilai korelasi variabel (p = 0,041), dapat dianalogikan terhadap penelitian ini karena kemiripan variabelnya, bahwa ada suatu kemungkinan bagi hipotesa penelitian ini untuk diterima dan dibuktikan kebenaranya atau dengan kata lain bahwa pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anak.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2009, dalam yanti 2012) yang berjudul hubungan tipe pola asuh orang tua dan tipe kepribadian dengan perilaku bullying disekolah pada siswa SMP, terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan tipe kepribadian dengan perilaku bullying di sekolah. Nilai koefisien korelasi R = 0,664 mampu
45
menjelaskan jika nilai R semakin mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kuat antara variabel pola asuh orang tua, variabel tipe kepribadian dengan kepribadian dengan variabel perilaku bullying di sekolah. Nilai ini signifikan, ditunjukkan oleh signifikansi sebesar 0,000 (p<0,005).
c. Hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja Tabel 4.4 hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa p value = 0,000. Apabila p value ≤ α (0,000 ≤ 0,05) maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak, maka dari itu, hipotesis penelitian diterima. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notosoedirdjo (2005) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua akan memberikan suatu sikap serta perkembangan kepribadian seorang anak yang tertentu. Menurut Surbakti (2009) bahwa keluarga merupakan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama setiap anak dimana ia tumbuh dan berkembang ditengah-tengah keluarganya mengikuti pola asuh yang diterapkan oleh keluarganya.
Adanya hubungan antara tipe pola asuh dengan temperamen dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian Firmansyah (dalam Setiawati, 2013) menyebutkan bahwa temperamen dipengaruhi oleh pola asuh orang tua terhadap anak. Selain pola asuh yang mempengaruhi temperamen, lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap temperamen anak (Edgar & Fox, 2005). Blackwell (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa temperamen mempengaruhi emosional. Peran orang tua adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anakanaknya. Anak remaja mereka dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosi dirinya dan penyebab munculnya emosi itu. Apabila anak sedari
46
usia dini telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada (Calhoun, 1997).
Kemampuan mengatur emosi diri sendiri sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan mampu bangkit kembali dengan cepat dari situasi semua itu. Sebaliknya, seorang yang kemampuan mengelola emosinya buruk maka akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri (Calhoun, 1997).
Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain (Calhoun, 1997). Semua itu merupakan peran serta orang tua dalam keluarga untuk mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak remaja mereka.
Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masingmasing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Bila kesemuanya berjalan harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat secara jiwanya. Sebaliknya, apabila tidak dapat dilalui dengan harmonis
maka
akan
timbul
gejala-gejala
yang
menunjukkan
keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri, kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal dalam tugas sebagai makhluk sosial
47
untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain di lingkungan sekitarnya (Nashori, 2008).
Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya tetapi keluarga menciptakan suasana penuh kehangatan maka akan menciptakan generasi yang berkualitas serta menciptakan anak-anak yang memiliki prestasi baik di sekolah ataupun lingkungan (Nashori, 2008).
Hasil penelitian Nashori (2008) menyimpulkan bahwa anak-anak yang memiliki prestasi unggul baik akademis maupun non akademis melakukan hal-hal berikut yaitu melatih dan meningkatkan bakat-bakat yang dimiliki, mengikuti berbagai macam lomba, melakukan tugas-tugas dengan senang hati, disiplin dalam belajar dan belajar secara berkelompok. Sedangkan orang tua dari anak-anak yang berprestasi melakukan hal-hal berikut yaitu menemani atau mendampingi saat belajar, memberi pengarahan, peringatan dan melakukan kontrol atas aktivitas
anak,
memberikan
dukungan
kepada
anak,
memberi
penghargaan terhadap anak, menjadi teladan bagi anak-anak serta memberi perlakuan yang adil terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Hal tersebut terjadi dipengaruhi oleh bagaimana orang tua menerapkan tipe pola asuh kepada anaknya. Menurut penelitian Baumrind (dalam Rosqi’ah, 2009) orang tua yang menerapkan tipe pola asuh demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggungjawab. Orang tua menerapkan pola asuh demokratis yaitu untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk
48
memiliki kebebasan tetapi orang tua masih melakukan kontrol atas aktivitas anak (Yuniati, 2003). Namun akibat negatif dari pola asuh demokrasi yaitu anak cenderung merongrong kewibawaan orang tua apabila segala sesuatu harus dipertimbangkan bersama (Dariyo, 2004).
Pendapat lain juga mengatakan bahwa pola asuh orang tua akan membentuk konsep diri tertentu pada anak. Pada akhirnya konsep diri tersebut akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya (Sunarti, 2004). Menurut Bonner (dalam Lestari, 2006) sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak. Hal tersebut disebabkan karena
anak
mengidentifikasi
diri
pada
orangtuanya
sebelum
mengadakan identifikasi dengan orang lain (Tarmudji dalam Lestari, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokrasi menjadikan remaja bertemperamen plegmatis sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter menjadikan remaja bertemperamen koleris.
2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang masih tidak terlalu banyak sehingga menganggap hasil penelitian ini belum menghasilkan hubungan antara variable yang tidak begitu kuat. Oleh karena itu peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya supaya menggunakan sampel yang lebih besar, dan lebih baik lagi jika dilakukan di beberapa puskesmas agar hasilnya lebih akurat.
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tipe pola asuh orang tua responden mayoritas pola asuh demokratis 39 orang (52,0%) 2. Temperamen responden mayoritas plegmatis 31 orang (41,3%) 3. Ada hubungan yang bermakna antara tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar dengan nilai p= 0,000 dengan demikian nilai p ≤ 0,05
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi remaja Untuk remaja, agar dapat mengelola emosi dengan baik dan tidak menyelesaikan masalah dengan jalan kekerasan. Diharapkan aktif dalam setiap kegiatan di sekolah, di rumah atau di lingkungan sekitar.
2. Bagi orang tua Untuk orang tua harus dapat menjaga hubungan yang hangat dalam keluarga dengan cara saling menghargai, tidak membiarkan, pengertian dan penuh kasih sayang. Tipe pola asuh orang tua yang disarankan yaitu tipe pola asuh demokrasi.
3. Bagi sekolah SMA Negeri 4 Pematang Siantar Penelitian ini dapat dijadikan referensi informasi terkait hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja dalam
50
penerapannya pada proses pendidikan. Untuk pihak sekolah sendiri khususnya untuk guru BP, bisa dijadikan referensi untuk melihat tipe pola asuh seperti apa yang diterapkan orang tua siswa, serta jenis temperamen seperti apa yang dimiliki siswa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama, yaitu tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja dengan menggunakan metode yang lain sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan menambah jumlah sampel. Dan peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi temperamen pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, I. F., Latifah, L., & Husadayanti, D. N. 2010. Hubungan tipe pola asuh orang tua dengan emotionalquotient (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. The Soedirman Journal of Nursing, 5. Al, Tridhonanto dan Beranda Agency. 2014. Mengembangkan pola asuh demokratis. Jakarta: Kompas Gramedia. Ambarsari, W. 2012. Hubungan tipe pola asuh orang tua dengan kemampuan diri anak tunagrahita di SLB C Yakut Purwokerto. Skripsi. Purwokerto. BKKBN. 2011 . Kajian profil penduduk remaja. Diakses dari http://bkkbn.go.id/litbangpusdu/Hasil_Penelitian_Karakteristik_Demografi s/2011/Kajian_Profil_Penduduk_Remaja.pdf pada tanggal 20 Juni 2013. Blackwell, P. L. 2004. The idea of temperament, ParentSource, LLC. Diakses dari http://main.zerotothree.org/site/DocServer/vol244b.pdf?docID=1762&AddI nterest=1158 pada tanggal 13 Januari 2014 Calhoun, James. 1997. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusian . Mc Graw. Hill Dariyo, A. 2004. Psikologi perkembangan remaja. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Efendi, F., & Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
: teori dan
Flouri, E. 2008. Temperament influences on parenting and child psychopathology: Socio-economic disadvantage as moderator. Child Psychiatry Human Development, 369–379. Friedman, M. M. 1998. Keperawatan keluarga: teori dan praktik (3 ed.). Jakarta: EGC. Friedman, H. S., & Schustack, M. W. 2006. Kepribadian: teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga. Garliah, L. 2003. Pengaruh pola asuh orang tua dan pengalaman moral dalam kepemimpinan transformasional remaja pengurus OSIS SMUN di Medan. Bandung.
Gunarsa, S. D. 2004. Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. B. 2006. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (5 ed.). Jakarta: Erlangga. Habibi, M. 2005. Bimbingan bagi orang tua dalam penerapan pola asuh untuk meningkatkan kematangan sosial anak. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Gunadarma Hall, C. S., & Lindzey, G. 2012. Psikologi kepribadian 3 : teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta: Kanisius. Lestari, E. 2006. Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan moral remaja usia 16-19 tahun di SMU Negeri 1 Medan. Skripsi. USU. Mustaghfiroh, R. R. 2012. Hubungan antara pola asuh orang tua dan konformitas kelompok teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMK Kesatrian Purwokerto Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Monks,
F. J., Knoers, A. P., & Haditono, S. R. perkembangan.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
1999.
Psikologi
Nashori, F. 2008. Studi tentang profil pengasuhan orang tua anak-anak berprestasi di Yogyakarta. Yogyakarta Notoadmodjo. 2010. Metode penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notosoedirdjo, M. 2005. Kesehatan Mental. Universitas Muhammadiyah Malang. Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan (Vol. 1): EGC. Pelvin, Lawrence A. 2010. Psikologi Kepribadian (Teori dan Penelitian): Jakarta. Kencana Prenada Media Group Pos Metro. 2013. Perkelahian Antar Pelajar 10 Maret 2013: Pematang Siantar Rahmania, H. N., & Putra, M. G. B. A. 2006. Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh otoriter orang tua dengan kecenderungan pemalu (shyness) pada remaja awal. Rahayu, S. Y., Hernawaty, T., & Rakhmawati, W. 2008. Hubungan antara pola asuh orang tua (parenting style) dengan kesehatan mental remaja di Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Risdiyanto, H. 2007. Hubungan poa asuh orang tua dengan tipe kepribadian siswa kelas delapan di SMP Negeri 1 Sukorame Kabupaten Lamongan. Skripsi. Purwokerto. Rosqi'ah, C. 2009. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Negeri 2 Cilacap. Skripsi. Jenderal Soedirman, Purwokerto. Sarwono, W. Sarlito. 2012. Psikologi remaja. Jakarta: Erlangga Sunarti, E. 2004. Mengasuh dengan hati tantangan yang menyenangkan. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Setiabudi, T., & Hardywinoto. 2003. Anak unggul berotak prima. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Setiawati, L. 2013. Hubungan temperamen dengan tingkat kecemasan anak usia toodler (12-36 bulan) yang dirawat di Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi. Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Parsada Surbakti, E. B. 2009. Kenalilah anak remaja anda. Jakarta: Elex Media Komputindo. Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC. Suriani, S, Wihastuti, T. A, & Lestari, R. 2011. Hubungan pola asuh orang tua terhadap tingkat perstasi anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C (SLB-C) Sumber Dharma Malang. Skripsi. Brawijaya, Malang. Sumadi, Suryabrata. 2012. Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Santrock, J. W. 2003. Life-span development. Jakarta: Erlangga. . 2009. Adolescence (6 ed.). Jakarta: Erlangga. . 2006. Perkembangan Anak . Jakarta: Erlangga Soekanto, S. 2004. Sosiologi keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Triyanto, E. 2011. Keperawatan keluarga 1. Purwokerto: UPT Percetakan dan penerbitan UNSOED.
Tridhonanto, AL. 2010. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Kompas Gramedia. Vina, Nurrahmatin. 2014. Hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen remaja di SMP Negeri 1 Kesatrian Purwokerto. Skripsi. Jenderal Soedirman, Purwokerto. WHO. 2008. Mental health, diakses dari www.who.int 2013.
pada tanggal 20 Juni
Wong, D. L. 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. jakarta. EGC. Yanti, Susi, & Zahara, Siti. 2012. Pola asuh keluarga dan tipe kepribadian remaja di SMPN 7 Medan. Jurnal. USU. Yuniati. 2003. Pola asuh orang tua. Jakarta: Rineka Cipta.
Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertanda btangan dibawah ini Nama
: Nurprenty Gryl Panjaitan
Alamat
: Jalan Kapten Muslim No 75
Tempat Institusi Pendidikan : Universitas Sari Mutiara Medan Judul Penelitian
: Hubungan tipe pola asuh orang tua dengan temperamen pada remaja di SMA Negeri 4 Pematang Siantar Tahun 2015
Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian yang akan saya lakukan dengan judul tersebut diatas yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Untuk itu saya memohon kesediaan saudara/i untuk bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudara/i dijamin kerahasiannya. Demikian permohonan saya ini, atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Medan, April 2015-08-03 Hormat Saya
(Nurprenty Gryl Panjaitan)
Sehubungan dengan penjelasan diatas, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela.
Hormat saya Responden
(................................)
Lampiran 2
KUESIONER TEMPERAMEN DAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Temperamen Pada Remaja di SMA Negeri 4 Pematang Sianatar
A. Identitas Responden (Siswa) 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Alamat
:
4. No.HP
:
(Boleh tidak diisi) Tahun
B. Kuesioner Tipe Pola Asuh Orang Tua
Petunjuk pengisian lembar kuesioner Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama, kemudian berikan jawaban saudara pada lembar jawaban bagi setiap pernyataan tersebut dengan cara memberikan tanda cek list ( ) sebagai berikut:
1. Tipe pola asuh demokratis
No
pernyataan
1
3 4 5 6 7
2.
1
2 3 4 5 6 7
Kadangkadang
Tidak pernah
Selalu
Kadangkadang
Tidak pernah
Apabila orang tua saya berbuat salah, mereka akan meminta maaf dan menjelaskan masalahnya. Jika saya mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, orang tua saya akan menegurnya dan menjelaskan bahwa itu bukan perbuatan yang baik. Orang tua saya selalu berusaha untuk adil dalam menghadapi masalah yang saya alami. Suasana dirumah saya cenderung akrab dan hangat. Orang tua saya sering mengajak untuk membereskan rumah bersama-sama Orang tua saya selalu mendengarkan saran saya Orang tua saya selalu mengajak diskusi tentang apa yang saya diinginkan
2
No
Selalu
Tipe pola asuh permisif Pernyataan Orang tua saya biasanya memberikan uang jajan dan memberikan kebebasan untuk menghabiskannya sesuka hati. Kalau saya sedang malas berangkat sekolah, orang tua saya membiarkannya Apapun permintaan saya, maka akan selalu terpenuhi Orang tua saya membebaskan saya berteman dengan siapa saja dan melakukan aktivitas apa saja Orang tua saya tidak pernah mendengarkan apabila saya mengajak berdiskusi. Tidak pernah ada teguran apabila saya pulang larut malam. Apabila saya tidak belajar ketika mau ujian, orang tua saya tidak marah
3. No
Tipe pola asuh otoriter Pernyataan
1 2
Orang tua saya marah apabila saya bangun siang Saya harus merapikan tempat tidur ketika bangun tidur, bila tidak maka orang tua saya akan memberi hukuman
3
Orang tua akan memarahi saya apabila tidak menuruti perintahnya Suasana di rumah saya cenderung serius dan tertib Orang tua saya akan memarahi saya, bila saya malas mengerjakan tugas sekolah Orang tua saya akan marah, apabila selesai makan tidak mencuci piring Orang tua saya akan marah apabila peraturan dirumah tidak dipatuhi.
4 5 6 7
Selalu
Kadangkadang
Tidak pernah
C. Kueioner Temperamen Petunjuk pengisian lembar kuesioner Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan seksama kemudian berikan jawaban saudara pada lembar jawaban pada setiap pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda cek list (√). 1. Melankolis No Pernyataan 1 Apakah kamu mau mendengarkan keluhan-keluhan teman mu? 2 Apakah kamu memilih teman secara hati-hati? 3 Apakah kamu suka menuntaskan segala pekerjaan yang sudah kamu lakukan dalam hari itu juga? 4 Apakah kamu menyukai musik dan membuat kreatifitas diwaktu kosong? 5 Apakah kamu sulit untuk memaafkan dan melupakan sakit hati yang pernah dibuat orang lain? 6 Apakah kamu sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru? 7 Apakah kamu suka mengkritik orang lain tetapi tidak suka untuk dikritik? 8 Apakah kamu sering merasa curiga dengan orang lain?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
2. Plegmatis No Pertanyaan 1 Apakah kamu mudah untuk bergaul dengan teman baru? 2 Apakah kamu sabar dan mau mendengarkan curhatan teman kamu? 3 Apakah kamu peduli dengan setiap kesulitan yang dialami oleh teman kamu? 4 Apakah kamu suka membuat lelucon didalam kelas? 5 Apakah kamu takut dan khawatir sebelum dan sesudah melaksanakan ujian? 6 Apakah kamu suka untuk menunda-nunda suatu pekerjaan? 7 Apakah dalam berdiskusi kamu sulit berkompromi dengan anggota yang lain? 8 Apakah dalam masalah kamu lebih suka untuk menghindar dari tanggung jawab?
3. Sanguinis No Pertanyaan 1 Apakah dalam diskusi kamu suka mengungkapkan pendapat? 2 Apakah kamu senang jika dipuji orang lain? 3 Apakah kamu mudah untuk memaafkan dan melupakan sakit hati yang dibuat orang? 4 Apakah kamu memiliki rasa ingin tahu ya tinggi tentang sesuatu yang baru? 5 Apakah kamu suka membesar-besarkan masalah? 6 Apakah kamu susah untuk datang tepat waktu dalam satu janji? 7 Apakah dalam berdiskusi harus pendapat kamu saja yang didengarkan? 8 Apakah kamu sulit untuk mengikuti setiap peraturan yang dibuat?
Ya
tidak
Ya
Tidak
4. Koleris No Pertanyaan 1 Apakah kamu suka mengoreksi masalah yang kamu buat maupun orang lain? 2 Apakah kamu berani menghadapi tantangan dan masalah yang terjadi? 3 Apakah kamu tidak terlalu suka untuk berteman? 4 Apakah kamu suka menjadi ketua dalam suatu kelompok? 5 Apakah kamu mudah marah jika ada sesuatu yang tidak kamu sukai? 6 Apakah kamu menyukai perbedaan pendapat? 7 Apakah kamu lebih cenderung untuk tergesa-gesa dalam membuat keputusan? 8 Apakah kamu suka untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai sesuatu?
MASTER DATA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPERAMEN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 4 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015
UMUR 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3
1 2 2 3 3 3 1 3 1 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 1 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2
2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3
Demokratis 3 4 5 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 1 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 1 1 3 2 2 3 3 2
6 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2
7 2 2 2 3 2 1 2 1 3 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2
Jlh 17 16 18 18 18 10 17 11 18 18 17 16 15 20 15 20 19 17 16 20 12 14 18 18 16 17 17 12 18 17 17 17 17 15 19 21 11 12 17 17
1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 1
POLA ASUH ORANG TUA Permisif Jlh 2 3 4 5 6 7 1 2 1 1 1 1 8 1 1 2 1 2 2 10 1 2 2 1 3 3 14 1 2 2 1 1 1 10 1 2 2 2 1 1 10 2 3 3 2 1 2 16 1 2 2 1 1 1 10 2 2 1 2 1 2 12 1 2 2 2 1 1 11 1 2 2 2 3 2 14 1 2 2 2 2 1 11 2 2 2 1 2 1 11 1 1 3 2 1 2 11 1 1 1 1 1 1 7 1 1 3 2 1 2 11 1 1 1 1 2 1 9 1 2 1 1 1 1 8 1 2 2 2 1 1 10 1 2 1 1 1 2 9 1 1 2 1 1 1 8 1 1 1 2 1 1 9 1 1 2 2 1 1 9 1 2 1 1 2 1 10 1 2 2 2 1 1 11 1 1 1 1 1 1 7 1 2 1 1 1 2 10 1 2 1 1 1 1 9 3 3 2 2 2 2 17 1 2 2 1 1 1 10 1 2 1 1 2 1 10 1 2 1 1 1 2 10 1 2 2 1 2 1 11 1 2 1 1 1 1 8 3 2 2 2 3 2 16 1 1 2 1 1 1 8 1 2 2 1 3 1 12 2 2 2 3 3 2 16 3 3 3 2 3 3 20 1 2 1 1 1 2 9 1 2 2 2 3 3 14
TEMPERAMEN 1 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 1 1 3 3
2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 1 3 1 1 1 2
Otoriter 3 4 5 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 1 2 2 1 2 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 3 3 2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 3 1 1 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3
6 2 1 3 3 1 1 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 3 1 3 3 2 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 3 1 2 3 2 1 3 2
7 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2
Jlh Ket 16 12 19 19 14 13 18 17 19 19 16 18 20 21 14 14 20 16 17 21 16 21 17 21 15 13 16 12 17 15 13 16 18 15 14 20 9 10 16 16
1 1 3 3 1 2 3 3 3 3 1 3 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 2 2 1 1
1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2
Melankolis 3 4 5 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2
6 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2
7 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
8 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2
Jlh 15 14 12 13 12 12 13 14 12 14 13 14 14 13 14 12 15 14 12 15 12 12 10 14 13 13 15 12 15 11 12 11 13 12 12 15 10 11 10 15
1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Plegmatis 3 4 5 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2
6 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2
7 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
8 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
Jlh 16 15 12 12 13 12 13 11 13 12 14 14 12 11 9 14 12 15 13 12 13 11 12 15 12 13 14 14 14 14 13 14 12 14 14 12 11 12 13 14
1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
Sanguinis 4 5 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1
6 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1
7 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1
8 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
Jlh 14 12 11 11 11 15 12 10 12 10 9 11 10 11 10 13 12 12 12 11 12 13 12 12 11 12 13 15 12 12 11 11 12 15 11 10 15 15 12 10
1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
Koleris 4 5 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2
6 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
7 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2
8 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2
Jlh Ket 14 13 13 14 12 13 14 16 16 15 11 15 11 12 11 11 14 13 15 13 16 12 13 11 10 14 13 13 12 11 12 11 14 12 13 13 13 13 12 14
2 2 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 1 1 1 2 1 2 4 1 4 3 4 2 1 4 1 3 1 2 2 2 4 3 2 1 3 3 2 2
3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3
2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
Keterangan :
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
3 2 1 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 3
3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3
3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2
Pola Asuh :
3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2
19 15 13 17 16 18 18 17 14 16 18 21 17 14 16 18 16 14 15 16 20 17 15 18 20 17 19 17 19 19 16 19 16 16 18
3 3 2 2 1 3 3 3 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1
1. Demokrasi 2. Permisif 3. Otoriter
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2
2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 3 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2
2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
Temperamen :
12 11 15 10 13 11 12 12 10 9 9 11 9 14 9 12 9 9 12 9 8 8 14 12 12 11 11 13 10 10 10 11 13 8 10
3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2
2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 3 1 3 2 3 2 3 2 1 1 2
2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2
1. Melankolis 2. Plegmatis 3. Sanguinis 4. Koleris
2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3
2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3
2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 1 2 3 1 3 3 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2
2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3
15 17 13 16 13 16 17 18 13 13 13 11 18 15 17 19 10 18 19 18 13 18 17 13 19 14 20 16 20 15 17 18 13 13 17
Umur :
1 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 1 1 3 1 3 1 3 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1. 15 Tahun 2. 16 Tahun 3. 17 Tahun
2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2
1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1
1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2
2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2
13 14 15 13 11 16 12 12 10 11 13 11 12 12 14 13 10 14 15 14 11 11 10 16 10 16 12 14 14 14 13 13 12 14 14
2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2
2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2
14 13 14 14 14 12 14 13 13 12 15 13 12 16 15 14 12 15 11 12 14 12 14 13 11 12 13 13 15 12 11 14 14 13 15
2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2
1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2
2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1
11 13 13 13 12 12 12 13 12 13 12 12 11 14 10 11 12 12 10 11 12 12 13 13 10 9 12 13 13 13 12 12 12 10 11
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2
1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1
1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1
9 12 12 13 13 14 12 14 11 11 13 12 13 15 12 13 14 11 12 11 12 13 12 12 12 13 12 15 11 13 11 10 13 12 12
2 1 1 2 2 1 2 4 2 3 2 2 4 2 2 2 4 2 1 1 2 4 2 1 4 1 2 4 2 1 1 2 2 1 2
Lampiran 9 Lembar Output
Statistics
Usia
Pola Asuh
Temperamen
Valid
75
75
75
Missing
0
0
0
Minimum
1
1
1
Maximum
3
3
4
N
Usia
Frequency Percent Valid Percent Valid
Cumulative Percent
15
2
2.7
2.7
2.7
16
46
61.3
61.3
64.0
17
27
36.0
36.0
100.0
Total
75
100.0
100.0
Pola Asuh
Frequency Percent Valid Percent Valid Demokratis
Cumulative Percent
39
52.0
52.0
52.0
Permisif
6
8.0
8.0
60.0
Otoriter
30
40.0
40.0
100.0
Total
75
100.0
100.0
Temperamen
Frequency Percent Valid Percent Valid Melankolis
Cumulative Percent
19
25.3
25.3
25.3
Plegmatis
31
41.3
41.3
66.7
Sanguinis
7
9.3
9.3
76.0
Koleris
18
24.1
24.1
100.0
Total
75
100.0
100.0
Case Processing Summary
Cases Valid
tipe pola asuh * temperamen
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
75
100.0%
0
.0%
75
100.0%
tipe pola asuh * temperamen Crosstabulation
temperamen melankolis plegmatis sanguinis tipe pola asuh demokrasi
permisif
otoriter
Total
koleris
Total
Count
10
23
1
5
39
% of Total
13.3%
30.7%
1.3%
6.7%
52.0%
Count
1
0
5
0
6
% of Total
1.3%
.0%
6.7%
.0%
8.0%
Count
8
8
1
13
30
% of Total
10.7%
10.7%
1.3%
17.4%
40.0%
Count
19
31
7
18
75
tipe pola asuh * temperamen Crosstabulation
temperamen melankolis plegmatis sanguinis tipe pola asuh demokrasi
permisif
otoriter
Total
koleris
Total
Count
10
23
1
5
39
% of Total
13.3%
30.7%
1.3%
6.7%
52.0%
Count
1
0
5
0
6
% of Total
1.3%
.0%
6.7%
.0%
8.0%
Count
8
8
1
13
30
% of Total
10.7%
10.7%
1.3%
17.4%
40.0%
Count
19
31
7
18
75
% of Total
25.3%
41.3%
9.3%
24.1%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
53.596a
6
.000
Likelihood Ratio
35.904
6
.000
Linear-by-Linear Association
5.259
1
.022
N of Valid Cases
75
a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .56.