HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMILIHAN PROGRAM TELEVISI Puasini Apriliyantini1 dan Neni Oktafia
Abstrack According Kompasiana.com, level of education a person determine which program to choose. That is, the higher the educational level a person is assumed to choice programs watched by more qualified. The presence of private television stations to be interesting to study considering so many broadcast programs without considering the function of education, solely by business considerations. This study aims to test the assumptions made by Kompasiana by examining the relationship between level of education with a program selection event at the television station RCTI. RCTI is selected as the object of research by considering that GBS based on the results of Nielsen's research, RCTI has the highest rating compared to other TV stations. The study was conducted by taking samples of residents keluarahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya using purposive sampling techniques. Indicator variable in this study is the level of education are divided into categories: low (elementary and junior high), moderate (SMA), and high (Diploma, Bachelor, Graduate) as the variables X and program agenda in RCTI categorized into: Information (Seputar Indonesia, Sergap), entertainment (movies, reality shows, sports, sitcoms, children programs, sitcoms, variety shows, infotainment, music), education (religious, game show) as the variable Y. From the results of the study reveals no relationship between the variables of the study. Thus, the decision to choose a television program is not affected by the level of education. Key Words: Education, RCTI, TV Programs Abstrak Menurut Kompasiana.com, tingkat pendidikan seseorang menentukan program acara yang dipilih. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diasumsikan pilihan program acara yang ditonton semakin berkualitas. Hadirnya stasiun televisi swasta menjadi menarik untuk dikaji mengingat begitu banyak program ditayangkan tanpa mempertimbangkan fungsi edukasi, semata-mata dengan pertimbangan bisnis. Penelitian ini bertujuan menguji asumsi yang disampaikan oleh Kompasiana dengan meneliti hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan program acara di stasiun televisi RCTI. RCTI dipilih sebagai objek penelitian dengan pertimbangan bahwa berdasar hasil riset SGB Nielsen, RCTI memiliki rating paling tinggi dibanding stasiun TV yang lain. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel warga keluarahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya dengan menggunakan teknik sampling purposive. Indikator variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan yang terbagi dalam kategori: rendah (SD dan SMP), sedang (SMA), dan tinggi (Diploma, Sarjana, Pascasarjana) sebagai variabel X dan program mata acara di RCTI dikategorikan menjadi: Informasi (Seputar Indonesia, Sergap), Hiburan (film, reality show, olahraga, sinetron, program anak, sitkom, variety show, infotainment, musik), Pendidikan (religi, game show) 1
Puasini Apriliyantini adalah Dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi Sekolah tinggi Ilmu KomunikasiAlmamater Wartawan Surabaya. Penulis dapat dihubungi melalui email:
[email protected].
sebagai variabel Y. Dari hasil penelitian ternyata tidak ditemukan hubungan antara variabelvariabel penelitian. Jadi, keputusan untuk memilih program acara televisi tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, RCTI, Program Acara
Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan Tingkat Indeks Pembangunan Manusia yang jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di dunia. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat tahun 2009, Indonesia masih belum bergeser dari tahun sebelumnya, yaitu ranking 109 di antara negara-negara lain di dunia. Indonesia masuk dalam kategori Medium Human Development. Padahal negara-negara di Asia Tenggara sudah jauh meninggalkan Indonesia. Antara lain Brunei Darussalam berada pada ranking 27, Singapura di ranking 28, dan Malaysia di ranking 63. Secara kuantitas, indeks pembangunan manusia merupakan salah satu parameter tingkat sumber daya manusia. Sedangkan sumber daya manusia berkaitan erat dengan latar belakang pendidikan. Karena semakin tinggi pendidikan seseorang, secara otomatis semakin berkualitas pula sumber daya manusianya. Latar belakang SDM berkorelasi dengan kualitas hidup seseorang. Karena itu untuk meningkatkan kualitas hidup sebuah negara, salah satu caranya adalah melalui pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kesempatan dia untuk mengakses informasi. Semakin tinggi latar belakang pendidikan seseorang, kebutuhan untuk memeroleh informasi pun berbeda dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah. Masalah muncul ketika era globalisasi datang. Konsekuensinya, informasi dapat diakses siapapun dengan mudah. Salah satu sumber informasi adalah televisi. Kehadiran RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia menjadi awal bertumbuhnya berbagai stasiun televisi. Khalayak kini memiliki beragam pilihan untuk menikmati tayangan di televisi. Apalagi harga pesawat televisi kini juga makin terjangkau. Belum lagi banyaknya telepon seluler dan perangkat teknologi lain yang menyematkan fitur televisi pada perangkatnya. Segala fasilitas ini kian memudahkan masyarakat dalam mengakses program-program televisi. Menurut R. Mar’at dari Universitas Padjadjaran Bandung, acara televisi umumnya memengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan rasa penasaran para penonton. Televisi menjadi saluran komunikasi massa yang berpengaruh pada gaya hidup masyarakat. Televisi bahkan menjadi salah satu referensi nilai sosial dan gaya hidup masyarakat. Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang skala kualitas pembangunan manusianya relatif rendah, menarik untuk diidentifikasi bagaimana mereka memilih program-program televisi. Apakah pilihan program mata acara yang ditonton berhubungan dengan tingkat pendidikan dari penontonnya? Apakah orang yang berpendidikan tinggi pasti memilih program mata acara yang berkualitas dan sebaliknya? Berdasarkan data yang dimiliki RCTI, stasiun televisi ini memiliki 48 stasiun relai. Program-program RCTI disaksikan oleh sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh nusantara atau kira-kira 80% dari jumlah penduduk Indonesia. Bahkan hingga tahun 2009, RCTI tetap mempertahankan posisi market leader dengan pangsa pemirsa mencapai 17,9% (ABC 5+) dan 17,5% (all demo). Jumlah ini adalah angka terbesar untuk stasiun televisi nasional Indonesia. Oleh karena itu wajar bila RCTI memiliki potensi paling besar untuk diakses oleh berbagai tingkat pendidikan konsumennya. Perumusan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan program mata acara di RCTI?”. Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan pemilihan program mata acara di stasiun televisi. Hasilnya dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen stasiun televisi dalam mendesain program mata acaranya. Landasan Teori Teori Perbedaan Individual Anggapan dasar dari teori perbedaan individual adalah manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologinya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis. Sedangkan sebagian lagi dikarenakan perbedaan tingkat pengetahuan tiap invidu. Perbedaan ini dapat terjadi karena lingkungan yang dipelajari oleh masing-masing individu akan membentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka sehingga menghasilkan pandangan yang berbeda pula dalam menghadapi segala sesuatu. Efek media massa pada setiap individu berbeda satu sama lain. Transformasi budaya melalui banyak hal antara lain keluarga, lingkungan pergaulan, pendidikan, dan media massa. Empat aspek tersebut berperan saling memengaruhi. Oleh karena itu masing-masing memiliki kekuatan dan peran terhadap perilaku dan budaya seseorang. Dalam penelitian ini, individu dinilai memiliki kecenderungan yang berbeda-beda berdasarkan latar belakang keluarga, pendidikan, media massa dan lingkungan mereka. Jenis kelamin, tempat tinggal, dan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikatornya. Oleh karena itu, untuk melihat perbedaan individu dalam menentukan pilihan program di televisi, tingkat penddidikan dianggap menjadi salah satu ukuran kuantitatif bahwa terdapat perbedaan pengalaman, lingkungan, dan kesempatan mengakses informasi.l Teori Uses and Gratification Pendekatan Uses and Gratification mengasumsikan audiens merupakan khalayak aktif dan mengarah pada satu tujuan. Media dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya dan individu dapat saja memenuhi kebutuhannya itu melalui media atau cara lain (Littlejohn, 1998:600). Menurut penemu teori ini, Elihu Kartz, Jay G. Blumler, dan Michael Guveritch, teori Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. (Rakhmat, 2001:205). Khalayaklah yang menentukan acara apa yang akan diakses atau ditonton. Dalam hal ini khalayak memiliki kebebasan untuk memilih program tayangan yang akan ditonton. Ini juga berarti masing-masing orang punya selera atau kebutuhan yang berbeda-beda dalam mengakses tayangan atau program mata acara di televisi. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan eksplanatif kuantitatif, di mana peneliti tidak sekadar menggambarkan terjadinya fenomena tetapi juga mencoba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan mencari hubungan kausalitasnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai. Penelitian dilakukan mulai tanggal 24 Juli 2010 hingga pertengahan Oktober 2010.
Populasi dan Sampel Dari 31 kecamatan yang ada di Surabaya, kecamatan yang mempunyai penduduk dengan tingkat pendidikan yang paling merata adalah kecamatan Rungkut. Yakni dengan komposisi persentase 20,85% berpendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Pascasarjana), 26,09% berpendidikan sedang (SMA), 31,8% berpendidikan rendah (SD dan SMP), dan sisanya 21,26% tidak bersekolah. Kecamatan Rungkut terbagi menjadi 6 kelurahan: Kelurahan Kali Rungkut, Kelurahan Rungkut Kidul, Kelurahan Kedung Baruk, Kelurahan Penjaringan Sari, Kelurahan Wonorejo, dan Kelurahan Medokan Ayu. Dari 6 kelurahan ini peneliti memilih satu kelurahan yang sebaran tingkat pendidikannya paling merata yakni Kelurahan Wonorejo dengan persentase 27,9% berpendidikan SD dan SMP, 22,18% berpendidikan SMA, dan 25,28% berpendidikan tinggi. Sisanya 24,64% TK dan tidak berpendidikan. Teknik dalam pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sampling nonprobabilitas. Di sini semua anggota populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel, kana diseleksi atas kriteria yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2008:156). Adapun kriteria yang ditetapkan adalah (1) berusia minimal 19 tahun dan maksimal 50 tahun; (2) berpendidikan minimal SD; (3) menonton RCTI. Menurut data dari Dinas Kependudukan Kota Surabaya, jumlah penduduk Kecamatan Rungkut tahun 2008 sebanyak 94.506 orang. Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Wonorejo jumlah penduduknya sebanyak 12.181 orang. Kelurahan Wonorejo terbagi menjadi 9 RW. Setelah dirandom keluar RW 07. RW 07 terdiri dari 5 RT yang kemudian dipilih 3 RT sebagai sampel yakni RT 1, 2, dan 3. Dari ketiga RT tersebut ada 429 orang yang memenuhi kriteria. Dari jumlah ini diambil sampel sebesar 20% yakni 86 orang. Agar seimbang, jumlah tersebut dibulatkan menjadi 90 orang dengan komposisi 15 orang tiap masing-masing tingkat pendidikan. Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu Tingkat Pendidikan sebagai variabel bebas yang selanjutnya disebut variabel X dan Program Mata Acara di RCTI sebagai variabel terikat yang selanjutnya disebut variabel Y. Indikator penelitian diuraikan pada tabel berikut: No 1.
Variabel Tingkat Pendidikan
2.
Program Mata Acara
Kategori Rendah Sedang Tinggi Informasi Hiburan
Pendidikan
Keterangan SD dan SMP SMA Diploma, Sarjana, Pascasarjana Seputar Indonesia, Sergap Film, Reality Show, Olahraga, Sinetron, Program Anak, Sitkom, Variety Show, Infotainment, Musik Religi, Game Show
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hubungan (asosiatif), yaitu teknik analisis dengan menggunakan uji statistik inferensial dengan tujuan melihat derajat hubungan di antara kedua variabel. Untuk menguji hipotesis asosiatif antara nominal dan data/skala/variabel nominal, peneliti menggunakan rumus Contingency Corelation (Person’s C). Rumus ini adalah suatu ukuran derajat hubungan, asosiasi atau
dependensi dari klasifikasi-klasifikasi dalam tabel kontingensi r x k, di mana r menunjukkan banyaknya baris dan k menunjukkan banyaknya kolom. Teknik ini dikaitkan dengan rumus Chi-Kuadrat untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antarvariabel tersebut. Rumus Korelasi Kontingensi adalah:
C= 2 ------------N + 2 Keterangan: C = Koefesien korelasi Contingency 2 = Chi-Kuadrat N = Individu sebagai sampel Selanjutnya prosedur menghitung harga C dan uji signifikansinya adalah dengan menyusun frekuensi-frekuensi hasil penelitian dalam tabel kontingensi r x k. Menghitung frekuensi di bawah HO untuk tiap-tiap sel dengan mengalikan jumlah tepi yang sama-sama dimiliki sel itu, hasilnya dibagi dengan N, jumlah total sampel. Apabila lebih dari 20% di antara sel-sel itu mempunyai frekuensi teoretis kurang dari 5, atau bila ada sembarang sel yang mempunyai frekuensi teoretis kurang dari 1 lalu menggabungkan kategori-kategori guna meningkatkan jumlah frekuensi teoretisnya. dari data tersebut dihitung harga Chi-Kuadrat, untuk memeroleh 2. Ini digunakan untuk menghitung harga C. Untuk menguji signifikansi harga C, digunakan tabel C. Pembahasan Dari hasil perhitungan, diperoleh 2 = 0,513 dengan derajat kebebasan 4. Sedangkan nilai Chi-Kuadrat tabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 4 sebesar 9,49. Sehingga nilai 2 perhitungan lebih kecil dari 2 tabel nilai Chi-Kuadrat dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antar variabel tidak signifikan. Artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dengan kata kalin Hipotesis (Ha) ditolak dan Ho diterima. Kesimpulan Dari penghitungan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dengan keputusan memilih program mata acara di televisi. Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi khalayak dalam memilih program mata acara di televisi adalah: (1) faktor hiburan: melepaskan diri dari masalah (2) mengisi waktu luang (3) menyalurkan emosi (4) menyesuaikan waktu yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media. Laswell, Harold. 1950. Power and Society. Yale University: New Heaven. Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadswoth Publishing.
Singarimbun, Masri & Sofyan Effendi. 2005. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.