HUBUNGAN TINGKAT KEMAMPUAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) TERHADAP DISFUNGSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PARE KABUPATEN KEDIRI Erwin Yektiningsih Bidang Keperawatan, Akademi Keperawatan Pamenang Pare – Kediri ABSTRACT Improving healthy service has given the influence to decrease the death rate of baby and child, increasing the live of age expectation, the last number of old persons in society to be increase. Increase the number of old persons can create many healthy of old persons status problem because of decreasing physiologic function of many body organ. The purpose of the research to examine the correlation of ADL ability with social disfunction to the old persons and want to know the kind of social disfunctional that determinant in the old persons. The research design use cross sectional approach by population of old persons at Tresna Werdha Social Institution Pare-Kediri. Fourthy old persons has been got as sample by simple random sampling technique. There is relation correlation that significant between ADL ability level with social disfungtion (Pearson correlation test r = 0,465, = 0,003), to know the assosiation between ADL ability level with social disfungtion kind will be used Mann-Whitney test which be gotten result statistically un association between ADL ability level with low self esteem ( = 0,468) and interpersonal system ( = 0,618). Whereas to the association of ADL ability level with the kind of social disfunction performance system statistically show there are significant correlation (p = 0,028). From the result can be concluded that there is relation correlation between ADL ability level and social disfunction, while ADL ability level with kinerja system there association. Based on the founded of this research suggested in give nursing care comprehensively to older person is needed holistic approach to help adaption need to changing of psychologic, social, and spiritual by increasing the ability and potent of the elderly that still be had to adapt the change according to the ability. Keywords : ADL, Sosial Disfungtional, The Old Persons Pengaruh proses menua dalam perkembangan lansia akan mengalami berbagai perubahan baik fisik, emosi, kognitif, sosial dan spritual. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua lansia dapat melaluinya dengan adaptif. Sehingga dapat mempengaruhi harga diri rendah, hubungan interpersonal, kinerja hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi sosial, misalnya mereka yang secara tidak langsung mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, semakin tinggi usia seseorang akan mengalami penurunan tingkat kemampuan untuk melaksanakan ADL dan hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Gallo Joseph,dkk, 1998). Dizaman yang moderen setiap orang dituntut untuk bekerja dalam memenuhi berbagai kebutuhan, sehingga keluarga yang mempunyai orang tua lansia
PENDAHULUAN Meningkatnya umur harapan hidup lansia dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi, dan sanitasi serta meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi (Nugroho, 2000). Peningkatan jumlah lansia yang begitu cepat tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan kesehatan yang memerlukan perhatian lebih karena akan mempengaruhi kualitas hidup lansia ( Soejono, 2000). Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi, untuk harapan hidup wanita 71,8 tahun sedangkan pada pria 66,84 tahun jumlah lansia sekarang mencapai 15.054.877 jiwa (Susenas BPS, 2004), sedangkan berdasarkan catatan Wilayah Kerja Puskesmas Pare jumlah lansia pada Tahun 2007 didapatkan sebanyak 2989 orang.
Jurnal AKP
10
No.1; 1 Januari – 30 Juni 2010
tidak mempunyai cukup waktu untuk mengurus orang tuanya sehingga lebih cenderung menitipkan mereka pada suatu lembaga seperti panti-panti (Monk, F.J,dkk, 2002) Lansia yang tinggal di panti biasanya kurang dapat menyesuaian diri karena merasa terputus kontak dengan keluarga dan teman-temanya yang selama ini menjadi pendukungnya, hal tersebut dapat menjadi stresor baginya (Hurlock, 1999). Panti Sosial Tresna Werdha Pare merupakan salah satu panti yang merawat lansia. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus panti didapatkan data lansia yang tinggal dipanti tersebut 85 orang, yang dapat melakukan ADL secara mandiri sebanyak 73 orang, sedangkan 12 orang lansia masih tergantung kepada perawat atau petugas panti. Peranan perawat dalam hal ini membantu memenuhi kebutuhan lansia sesuai perubahannya secara komperehensif sehingga tetap eksis dan aktif dalam tercapainya optimal aging dengan mengupayakan potensi yang masih dimilikinya untuk mencapai keadaan adaptif. Dengan menilai status kesehatan lansia dapat dikaji kemampuannya melaksanakan ADL serta pengkajian terhadap dampak dari kemunduran tersebut sehingga mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya disfungsi sosial seperti harga diri, hubungan interpersonal dan kinerja.
dan sistem interpersonal observasi sedangkan sistem kinerja wawancara HASIL PENELITIAN Distribusi Karakteristik Tingkat Kemampuan ADL Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 No Tingkat F Prosentasr Kemampuan ADL % 1 Tergantung 24 60 2 Mandiri 16 40 Jumlah 40 100 Distribusi Karakteristik Tingkat Disfungsi Sosial Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Pare Tahun 2007 N Tingkat F % o Disfungsisosial 1 Disfungsi Sosial 21 52,5 2 Tidak Disfungsi 19 47,5 Sosial Jumlah 40 100 Distribusi Frekuensi Pengukuran Observasi Disfungsi Sosial: Harga Diri Pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 No Harga Diri F % 1 HD positif 16 40 2 HDR 24 60 Jumlah 40 100
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional melalui pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu untuk mencari hubungan gejala antara tingkat ADL dan disfungsi sosial seperti harga diri, sistem interpersonal, dan sistem kinerja pada lansia. Populasi semua lansia di panti Tresna Werdha Pare Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sebanyak 85 orang lansia. Jumlah sample 40 lansia dilakukan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dari sample dengan pengambilan secara acak melalui undian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi untuk variabel tingkat kemampuan ADL menggunakan alat ukur observasi menurut “Barthel Index”. Sedangkan variabel disfungsisosial dengan menggunakan alat ukur observasi dan wawancara yaitu untuk sub variabel harga diri rendah
Jurnal AKP
Distribusi Frekuensi Tingkat Jenis Disfungsi Sosial: Sistem Interpersonal Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 No Interpersonal F % 1 Tidak terjadi 17 42,5 2 Terjadi 23 57,5 Jumlah 40 100 Distribusi Frekuensi Tingkat Disfungsi Sosial: Sistem Kinerja Pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 No Sistem Kinerja F % 1 Tidak terjadi 28 70 2 Terjadi 12 30 Jumlah 40 100
11
No.1; 1 Januari – 30 Juni 2010
Hasil Uji Hubungan Kemampuan ADL Terhadap Disfungsi Sosial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 N Tingkat Disfungsi sosial Total o ADL Disfungsi Tidak sosial Disfungs i sosial 1 2
Tergantung Mandiri
f 13 8 21
% 32,5 20 52,5
f 11 8 19
% 27,5 20 47,5
f 24 16 40
Hasil Uji hubungan Tingkat ADL dengan Sistem Kinerja Pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 No Tingkat Sistem Kinerja Total ADL Tidak Terjadi Terjadi f % f % f % 9 22,5 7 17,5 16 40 1 Mandiri 2 Tergantung 19 47,5 5 12,5 24 60
% 60 40 10 0
28
f 9 15
% 22,5 37,5
f 7 9
% 17,5 22,5
f 16 24
% 40 60
24
60
16
40
40
100
Hasil Uji hubungan Tingkat ADL dengan Sistem Interpersonal Pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 N Tingkat Sistem Interpersonal Total o ADL Tidak Terjadi Terjadi Mandiri Tergantung
f 8 9
% 20 22,5
17
42,5
f 8 1 5 2 3
% 20 37,5
f 16 24
% 40 60
57,5
40
100
100
PEMBAHASAN 1) Hubungan kemampuan ADL terhadap disfungsi sosial pada lansia. Dari uji pearson correlation nilai = 0,003, berarti ada hubungan tingkat kemampuan ADL terhadap disfungsi sosial pada lanjut usia. Karena adanya beberapa stresor pencetus yang dialami lansia seperti proses perubahan menua dengan meningkatnya usia lansia, mengalami penyakit kronik, dukungan emosional yang kurang dari keluarga dan teman yang pernah dikenalnya, faktor sosial kultural dan kehilangan pasangan. 2) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ketiga jenis disfungsi sosial yang terganggu pada lansia yaitu harga diri rendah (60%) sesuai pada tabel
Mann – Whitney sign. nilai = 0,618
Jurnal AKP
40
Sedangkan untuk menggunakan uji statistic Mann- Whitney untuk mengetahui hubungan tingkat ADL dengan jenis disfungsi sosial pada lansia, yaitu hubungan ADL dengan HDR nilai = 0,468 maka tidak ada hubungan, hubungan ADL dengan system interpersonal nilai = 0,618 tidak ada hubungan, serta nilai hasil uji stasistik hubungan ADL dengan sistem kinerja nilai = 0,028 ada hubungan.
Mann – Whitney sign. nilai = 0,468
1 2
30
Uji statistic SPSS 13 for window, kemudian dicari koefisien assosiasi dengan p value, taraf signifikasi ditetapkan α = 0,05 setelah data dimasukkan ke komputer nilai koefisien assosiasi p value kemudian dibandingakan dengan nilai 0,05. Jika koefisien assosiasi p value ≤ α 0,05 berarti ho ditolak berarti ada hubungan. Untuk mengetahui hubungan kemampuan ADL terhadap disfungsi sosial pada lansia dengan uji statistic pearson correlation. nilai = 0,003 sehingga ada hubungan.
Hasil Uji Hubungan Tingkat ADL dengan Harga Diri Rendah Pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Pare Tahun 2007 No Tingkat Harga Diri Total ADL Harga Tidak Diri Harga Rendah Diri Rendah Mandiri Tergantung
12
Mann – Whitney sign. nilai = 0,028
Pearson Correlation sig. nilai = 0,003
1 2
70
12
No.1; 1 Januari – 30 Juni 2010
3.3 sistem interpersonal (57,5%) sesuai tabel 3.4, dan sistem kinerja (30%) sesuai tabel 3.5 Dari hasil perbandingan presentasi yang tertinggi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada jenis disfungsi sosial yang dominan yang terjadi pada lansia adalah harga diri rendah dikarenakan pada lansia kurangnya dukungan emosional, ideal diri yang tidak tergapai, fungsi fisik yang menurun, aspek sosial incontinencia. Tetapi dengan uji Mann whitney menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat kemampuan ADL dengan harga diri rendah ( = 0,468 ) karena lansia mendapat dukungan emocional dengan teman sebayanya selama di panti dan mampu beradaptasi terhadap proses kehilangan yang sudah di antisipasi dengan berkurangnya kemampuan melakukan ADL. 3) Jenis disfungsi sosial tidak dominan pada lansia yaitu sistem interpersonal dan sistem kinerja. Sistem interpersonal didapatkan hasil statistik Uji Mann Whitney ( = 0,618), berarti tak terdapat hubungan antara tingkat kemampuan ADL dengan sistem interpersonal karena lansia selama tinggal di panti dapat beradaptasi dan hilangnya rasa kesepian. Dan sistem kinerja tidak dominan pada lansia dikarenakan sesuai persyaratan masuk menjadi penghuni Panti harus mampu melaksanakan ADL mandiri, sedangkan secara statistik menunjukkan adanya hubungan tingkat kemampuan ADL dengan jenis disfungsi sosial dengan sistem kinerja yaitu signifikan uji Mann Whitney (p = 0,028) karen lansia akan penurunan yang bersifat wajar secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan perubahan organ-organ biologis maupun perubahan yang bersifat patologis.
3. Jenis disfungsi sosial yang terganggu pada lansia yang paling dominan yaitu harga diri rendah (60 %) sedangkan yang tidak dominan sistem interpersonal dan kinerja SARAN 1. Pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan komperehensif dengan pendekatan holistik pada lansia untuk membantu beradaptasi secara adaptif dengan menggunakan potensi yang masih dimiliki lansia dengan cara memberikan kesempatan lansia tetap aktif melakukan kinerjanya sesuai kemampuanya, sehingga merasa berguna dan berharga. dapat menimbulkan harga diri positif berdampak pada hubungan interpersonal bermakna sehingga fungsi sosialnya adekuat. 2. Pengembangkan kuesioner yang lebih valid dengan sampel lebih besar pada lansia yang tinggal di panti yang lain dan tinggal di masyarakat sehingga hasilnya dapat di generalisasi KEPUSTAKAAN Arikunto,s. 2002. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: PT. Rhineka Cipta; 112-168 Bank Ronya. 2004. The top 10 sighs of lowSelfEsteem,(http/www.livingination.com diakses 22 Desember 2006);1-3 Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal BedahVolume 1. Jakarta; ECG; 85-87 Delaune.Sue. C & Ladner Patricia. K. 1991. Fundamentals Of Nursing. Albany; Thomson Publishing Company; 537-552 Departemen Kesehatan. 2002. Panti Sosial Tresna Werdha.Surabaya; Dinas Sosial Pemerintah Daerah Jawa Timur;4-10 Gallo Joseph.J,dkk. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta; EGC; 68-71 Hardywinoto & Setiabidi. 1999. Panduan GerentologiTinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta : PT Gramedia pustaka Utama; 5-15 Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan .Jakarta: Erlangga; 414-438 Kariadi Mei 2004. Suara Merdeka, (htt/www. SuaraMerdeka.Com diakses 28 September 2006); 1-2
KESIMPULAN 1. Tingkat ADL responden sebanyak 60% tergantung dan 40% mandiri. Untuk jenis disfungsisosial yaitu 60% HDR dan 40% Harga diri positif, responden interpersonal positif 57,5% dan 42,5% gangguan interpersonal. serta Sebanyak 70% dan responden yang tidak mengalami gangguan sistem kinerja dan 30% mengalami gangguan kinerja. 2. Hubungan kemampuan ADL terhadap disfungsi sosial pada lansia. Dari uji pearson correlation nilai = 0,003, hal ini menunjukkan ada hubungan
Jurnal AKP
13
No.1; 1 Januari – 30 Juni 2010
Kuntjoro. 2004. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia (htt/www.e-psikologi. Com diakses 28 September 2006); 1-3 Katherine. M. 2004. Self Esteem, (Web Gold Monroe Country ofice kgold @ Indianaedu diakses 22 Desember 2006);1-2 Lueckenotie, Annete G. 1996. Gerontologi Nursing. New York: Mosby; 464-466 Monk,dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: 351-352
Jurnal AKP
Notoadmojo Soekidjo. 1993. Metodelogi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinneka Cipta: 16-18 Nugroho. 2002. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC; 14-35 Sugiyono.2004, Metodelogi Penelitian Administratif Bandung: AlfaBeta; 274- 275
14
No.1; 1 Januari – 30 Juni 2010